AKUNTANSI LPD DAN PERBANKAN PUTU AYU AGN

AKUNTANSI LPD DAN PERBANKAN
SEJARAH PENGERTIAN LEMBAGA
PERKREDITAN DESA (LPD)
LAPORAN KEUANGAN LPD
( PERTEMUAN 8 & 9 )

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
NI MADE SUGIARTINI

(1206305002)

LUH AYU ALITA ERMAYANTHI (1206305096)
NI KADEK MEDHA DERTI

(1206305145)

PUTU AYU AGNES VERIANA

(1206305178)


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2014
0

SEJARAH DAN PENGERTIAN LEMBAGA PERKREDITAN DESA
Pada Februari 1984, Departemen Dalam Negeri mengadakan seminar mengenai kredit
pedesaan di Semarang. Berdasarkan hasil seminar tersebut, Pemerintah Provinsi Bali
mengambil langkah cepat dan visioner dengan mendirikan lembaga keuangan pedesaan yang
disebut dengan Lembaga Perkreditan Desa (LPD). LPD yang pertama, sebagai proyek
percontohan, didirikan tahun 1984 yang kemudian diikuti oleh banyak yang lain pada tahuntahun berikutnya. Pada awalnya, pendirian LPD dirintis dan diputuskan oleh Gubernur Bali
saat itu, Prof. Dr. Ida Bagus Mantra pada tahun 1984, selanjutnya diperkuat oleh Peraturan
Daerah Provinsi Bali No. 2 Tahun 1998. Perda tersebut selanjutnya diubah dengan Perda No.
8/2002. Tahun 2007 diubah lagi menjadi Perda no. 3 tahun 2007.
Selanjutnya, LPD mengalami perkembangan yang menjanjikan, meskipun di beberapa
tempat masih ada yang belum baik perkembangannya. Kesuksesan LPD dapat dijelaskan oleh
beberapa fakto penting, yaitu:
1.

PDRB (Product Domestic Regional Bruto) dan pertumbuhan ekonomi Bali terus

tumbuh di atas rata-rata nasional serta kebijakan pemerintah yang kondusif

2.
3.

mendukung keberadaannya melalui penerbitan perangkat hukum berupa Perda.
Pemberian kredit berdasarkan karakter yang bernuansa adat.
Penggunaan sanksi sosial (adat) yang terintegrasi dalam awig-awig dan perarem
memaksa para nasabah untuk menaati kontrak kredit mereka dengan cara yang khas

4.

dan unik tetapi tidak wanprestasi.
Penggunaan pegawai LPD dari masyarakat lokal yang perekrutannya didasarkan pada
kinerja.

Ada empat faktor yang saling terkait yang dapat menjelaskan pertumbuhan LPD yang sangat
cepat tersebut sebagai lembaga perantara keuangan di provinsi Bali, yakni :
1. Pertumbuhan LPD yang cepat tersebut secara tidak langsung menunjukan bahwa
pemerintah provinsi Bali memiliki keinginan politis yang kuat untuk menyediakan

akses kredit bagi masyarakatnya melaluui pendirian LPD.
2. Pertumbuhan yang sangat cepat pada portofolio nasabah dan pinjaman LPD
mengindikasikan bahwa LPD baik sebagai lembaga keungan maupun mekanisme tata
kelolanya sesuai dengan dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Bali, terutama
didaerah perdesaan.

1

3. Karena masing – masing LPD beroperasi hanya disebuah desa adat yang wilayahnya
relatih kecil, anggota komunitas memiliki informasi yang cukup mengenai LPD dan
dapat dengan mudah mengaksesnya.
4. Jumlah tabungan menunjukan bahwa LPD bukan hanya merupakan lembaga pemberi
pinjaman ( lending institution) tetapi juga sebagai lembaga tabungan ( saving
institution), yang berarti LPD telah mampu berperan sebagai lembaga perantara
keuangan seperti halnya Bank Umum.
Sebaliknya, LPD belum maju disebabkan beberapa faktor, yaitu:
1.
2.

Tidak siapnya sumber daya manusia dalam mengelola.

Tidak adanya komitmen pemangku kepentingan di desa pekraman untuk memajukan

3.

LPD.
Masyarakat desa pekraman tidak kompak mendukung keberadaan LPD, ada kesan

4.

pada saat belum maju tidak mau bersusah-susah.
Belum dipahaminya secara benar bahwa LPD itu adalah suatu kesatuan usaha yang
memiliki otonomi dan diskersi dalam mengelola usahanya.
Secara kuantitas, LPD saat ini (berdasarkan data tahun 2009) sudah berjumlah 1.368

buah. Perkembangan ini tentu menggembirakan, tetapi sesungguhnya masih banyak
pekerjaan yang menanti untuk memantapkan peran dan kontribusi LPD dalam pemberdayaan
masyarakat desa.
Tujuan pendirian sebuah LPD pada setiap desa adat, berdasarkan penjelasan peraturan
Daerah No.2/ 1988 dan No. 8 tahun 2002 mengenai lembaga peerkreditan desa (LPD), adalah
untuk mendukung pembangunan ekonomi perdesaan melalui peningkatan kebiasaan

menabung masyarakat desa dan menyediakan kredit bagi usaha skala kecil, untuk
menghapuskan bentuk – benttuk eksploitasi dalam hubungan kredit, untuk menciptakan
kesempatan yang setara bagi kegiatan usaha pada tingkat desa, dan unttuk meningkatkan
tingkat monetisasi didaerah perddesaan (Government of Bali, 1988, Government of Bali,
2002). LPD sebagai salah satu wadah kekayaan desa, menjalankan fungsinya dalam bentuk
usaha-usaha kearah peningkatan taraf hidup krama desa dan dalamkegiatannya banyak
menunjang pembangunan desa. Usaha-usaha LPD dilakukan dengan tujuan :
a) Mendorong pembangunan ekonomi masyarakat desa melalui kegiatan menghimpun
tabungan dan deposito dari krama desa.
b) Memberantas ijon, gadai gelap dan lain-lain yang dapat dipersamakan dengan itu.
c) Menciptakan pemerataan kesempatan berusaha dan perluasan kesempatankerja bagi
krama desa.

2

d) Meningkatkan daya beli dan melancarkan lalulintas pembayaran dan peredaran uang
di desa.
Lapangan Usaha dari Lembaga Perkreditan Desa :
a. Menerima simpan uang baik dalam bentuk tabungan dan simpanan berjangka dengan
suku bunga sesuai dengan kesepakatan Krama dalam paruman dan ketentuan yang

berlaku.
b. Memberikan pinjaman untuk kegiatan ekonomi produktif pada sektor-sektor ekonomi
yang dipandang tepat berdasarkan analisa serta memungut biaya sesuai kesepakatan
krama dalam paruman dan ketentuan yang berlaku.
c. Penyertaan modal pada usaha-usaha desa adat.
d. Menerima pinjaman dari lembaga-lembaga keuangan lainnya sesuai kesepakatan
krama dalam paruman dan ketentuan yang berlaku.
Fungsi dan tujuan LPD adalah untuk memberikan kesempatan berusaha bagi para
warga desa setempat, kemudian untuk menampung tenaga kerja yang ada di pedesaan, serta
melancarkan lalu lintas pembayaran, sekaligus menghapuskan keberadaan lintah darat.
Keanggotaan LPD dari desa pekraman secara struktural, terdiri atas berbagai banjar. Semua
krama banjar yang ada di lingkungan desa, secara otomatis merupakan penopang keberadaan
LPD.
Pelatihan LPD yang kerap dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan standar
kerjanya di masyarakat, dan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan
pengawasan eksternal dan internal.
Dalam setiap tahun keuntungan bersih LPD dialokasikan sebagai dana pembangungan
desa pekraman sebesar 20%. Selain itu, kegiatan nonfisik membantu kegiatan-kegiatan sosial
di desa dalam bentuk pembinaan kesenian, olahraga, dan kepemudaan rutin dilakukan. Dalam
pengelolaan dana desa tentu pernah terjadi kendala-kendala. Kendala tersebut dapat berupa

kredit bermasalah dan tingkat pengetahuan masyarakat yang kurang. Namun masalah tersebut
tentu bisa diatasi dengan menanamkan pengertian kepada masyarakat bahwa lembaga ini
adalah lembaga kepercayaan.

Ada beberapa pengertian mengenai Lembaga Perkreditan Desa, antara lain:
a. Menurut Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2007, Lembaga
Perkreditan Desa (LPD) merupakan badan usaha keuangan milik desa yang
3

melaksanakan kegiatan usaha di lingkungan desa dan untuk krama desa.
Lembaga Perkreditan Desa (LPD) dapat didirikan pada desa dalam wilayah
Kabupaten/Kota, di mana dalam tiap-tiap desa hanya dapat didirikan satu
Lembaga Perkreditan Desa (LPD).
b. Menurut Keputusan Gubernur Bali Nomor 3 Tahun 2003, LPD merupakan
Lembaga Perkreditan Desa di Desa Pekraman dalam wilayah Provinsi Bali.

Pengaturan Lembaga Perkreditan Desa
Pada awalnya pendirian LPD diputuskan oleh gubernur pada tahun 1984
( government of Bali, 1984) dan selanjutnya diperkuat oleh peraturan daerah provinsi Bali
No. 2 / 1988(government of Bali, 2002). Selain persyaratan untuk memiliki peraturan desa

adat tertulis, pendirian LPD juga bergantung anggaran tahunan pemerintah provinsi untuk
menyediakan modal awal dan menyiapkan para pelaksana manajemen (Bank BPD Bali,
1986).

Sistem Pengawasan dan Bimbingan LPD
LPD berbeda dari lembaga keuangan Mikro lain yang dikendalikan oleh pemerintah
provinsi seperti badan kredit kecamatan (BKK) di jawa tengah atau kredit Usaha Rakyat
Kecil (KURK) dijwa timur karena kepemilikan dan pengorganisasiannya dipengarui oleh
adat istiadat masyarakat Bali. Keputusan Gubernur No. 344 / 1993 juga menyebutkan fungsi
Bank BPD Bali. Dalam pasal 2 keputusan tersebut (pemerintah Bali, 1993b) dinyatakan
bahwa Bank BPD Bali memiliki 3 fungsi berkenaan dengan LPD.pertama, memberikan
bimbingan teknis dalam dua cara yaitu melalui bimbingan pasif, dan melalui bimbingan aktif
yang dilakukan dengan kunjungan langsung kelokasi LPD. Kedua, Bank BPD Bali memiliki
tugas untuk mengelola koordinasi dengan organisasi lain yang terlibat didalam proses
bimbingan dan pengawasan LPD.Ketiga, Bank BPD Bali harus menyiapkan laporan Evaluasi
triwulan tentang kinerja keuangan dan kesehatan LPD kepada gubernur.

Tata Kelola Lembaga Perkreditan Desa
1) Organisasi dan perencanaan
4


Berdasarkan PERDA Provinsi Bali No.8/2002, setiap LPD dikelola oleh sebuah
komite (ketua, kasir dan petugas administrasi). Deskripsi manajemen inti dapat dijelaskan
bahwa ketua bertugas mengordinasi kegiatan operasional harian LPD, pembuatan perjanjian
kontrak dengan nasabah, bertanggung jawab pada desa adat melalui pemimpinnya (Dewan
Pengawas LPD), menyusun rencana kegiatan dan anggaran, dan memformulasikan kebijakan
LPD. Petugas administrasi melakukan tugas-tugas administrasi, baik administasi umum
maupun tata buku, bertanggung jawab kepada ketua LPD, menyusun laporan neraca dan
laporan pendapatan, serta mengelola arsip. Sedangkan kasir adalah mencatat aliran dana. Staf
LPD membantu ketua melaksanakan tugasnya dan terlibat dalam pembuatan kegiatan dan
rencana anggaran dalam keputusan pemberian kredit.
Dalam mengelola LPD, tim manajemen juga memantau perubahan situasi makroekonomi, melakukan rapat formal triwulanan untuk evaluasi internal yang melibatkan semua
staf. Staf pengumpul kredit diberi pengarahan harian mengenai tugas mereka oleh ketua LPD
sebelum mereka mulai bekerja Evaluasi internal LPD dilakukan oleh Dewan pengawas.
Hal

ini

membenarkan


pendapat

bahwa

struktur

organisasi

LPD

mampu

mengimplementasikan kebijakan dan strategi LPD untuk mencapai tujuannya. Kemampuan
manajemen internal LPD memperoleh dukungan dari pengawasan dan bimbingan yang
diberikan pemerintah local pada tiap tingkatan dan oleh bank BPD Bali.
Hal

ini

membenarkan


pendapat

bahwa

struktur

organisasi

LPD

mampu

mengimplementasikan kebijakan dan strategi LPD untuk mencapai tujuannya. Kemampuan
manajemen internal LPD memperoleh dukungan dari pengawasan dan bimbingan yang
diberikan pemerintah lokal pada tiap tingkatan dan oleh bank BPD Bali.

2) Prosedur Rekruitmen
Tim manejemen inti direkrut dari desa adat local. Mereka dipilih dari anggota
komunitas desa dan ditetapkan dalam rapat desa untuk periode empat tahun. Namun mereka
dapat dipilih kembali apabila mampu bekerja dengan baik (Government of Bali, 2002, Articli
11). Komite manajemen biasanya dibantu oleh dua atau tiga staf yang bertanggung jawab
untuk mengumpulkan tabungan dan pinjaman.

5

Menurut pasal 11(4) Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 8/2002 bahwa salah satu
tugas penting komite inti adalah menjalankan kewenangan untuk menunjuk staf baru atau
untuk memberhentikan staf manajemen operasional LPD. Rekruitmen staf tambahan
dilakukan berdasarkan perkembangan skala usaha LPD. Pemilihan staf baru oleh Dewan
Pengawas juga didasarkan atas tes kemampuan dan sifat atau karakter pelamar, dan masingmasing dusun di desa adat harus terwakili oleh anggota staf. Kemudian para pelamar
mengikuti tes kemampuan (motivasi, kemauan untuk mengabdi di LPD, dan pengetahuan
umum) yang diadakan oleh PLPDK. Persyaratan umum untuk pelamar ialah memiliki
minimal ijazah tingkat SMU.
Singkatnya, prosedur rekruitmen ini menggambarkan pentingnya peran institusi
informal dalam tata kelola LPD, dan menunjukkan kuatnya keterikatan LPD dengan
lingkungan sosio-kulturalnya.
Prinsip Pengaturan Operasional Prinsip ini mencakup peraturan mengenai kecakupan
modal (capital adequacy), batas jumlah peminjaman (legal lending limit), cadangan untuk
kerugian pinjaman manajemen likuiditas, dan sistem pemeringkatan LPD. LPD harus
menerapkan prinsip kehati-hatian (prudential principle) dari lembaga keuangan agar dapat
menjadi lembaga keuangan yang sehat.
Berdasarkan kriteria CAMEL BPR yang diterapkan BI berdasarkan surat edaran No.
30/UUPB, 30 April 1997 (Bank BPD Bali,2000) bahwa pengaturan ini mengatur CAR,
kualitas aset produktif, aspek manajemen, pendapatan dan likuiditas.

3) Mekanisme Penyaluran Pinjaman
Dalam kaitannya dengan tingkat bunga, pada tahun 2002 tingkat bunga pinjaman untk
pinjaman beerkisar antara 27 hingga 33 persen, lebih tinggi dari pada rata – rata tingkat
bunga bank umum yang hanya 22 persen pertahun pada saat itu.peraturan desa adat juga
berlaku bagi staf LPD (Oka, 1999) yang melanggar peraturan dan salah dalam mengelola
operasional harian LPD, seperti kolusi, korupsi atau manipulasi.Sanksi sosial dapat
dikenakan pada mereka.selain itu, berdasarkan peraturan legal formal,pasal 24 peraturan
Daerah No. 8 / 2002 yang menyatakan bahwa staf LPD yang melanggar peratturan dan
menyebabkan LPD menderita kerugian keuangan haruslah mengganti kerugian tersebut.pasal
26 yang menerangkan pasal 24 peraturan tersebut menekankan bahwa staf terpidana dapat
6

memperoleh hukuman maksimum 6 bulan penjara atau maksimum denda Rp 5 juta.
Singkatnya, gambaran ini menunjukan bahwa institusi informal ( seperti norma – norma dan
sanksi sosial ) dan institusi formal ( peraturan legal formal ) digunakan bersama- sama dalam
tata – kelola LPD.

4) Sistem Penggajian
Sistem penggajian pada LPD secara umum dimaksudkan untuk menstimulasi kinerja
yang lebih baik dari stafnya, terutama dalam mengumpulkan pinjaman dan mempromosikan
dan melayani tabungan. Diantara manjemen inti LPD, ketua memperoleh gaji paling tinggi,
diikuti oleh petugas kasir dan tenaga administrasi. Prinsip penentuan gaji pokok yang
didasarkan biaya hidup di desa di mana LPD berada juga tercermin pada kuatnya hubungan
antara LPD dan lingkungan sosio-ekonominya.
Kondisi makro-ekonomi yang terus tumbuh dan stabil disertai dengan liberalisasi
pasar keuangan pada tingkat nasional, stabilitas politik di Bali, dukungan dari pemerintah
pada semua tingkat administrative, tingkat kohesi sosial masyarakat Bali yang tinggi dan
struktur sosial tradisional yang penting telah mendukung pertumbuhan LPD. Tidak ada
keraguan bahwa kondisi makro-ekonomi yang terus tumbuh dan stabil dan lingkugan sosiokultural merupakan faktor penting dalam pertumbuhan dan perkembangan LPD di Bali.

7

LAPORAN KEUANGAN LPD

Menurut Gede Edy Prasetya, dalam buku “Penyusunan & Analisis Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah” (2005:17) menyebutkan bahwa analisis laporan keuangan pada dasarnya
merupakan analisis yang dilakukan terhadap berbagai macam informasi yang tersaji dalam
laporan keuangan.Menurut Harahap (2004:190) memberikan pengertian mengenai Analisis
Laporan Keuangan yaitu menguraikan pos – pos laporan keuangan menjadi unit informasi
yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang lebih signifikan atau yang memiliki makna
antara yang satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non kuantitatif
dengan tujuan untuk mengetahui posisi keuangan lebihdalam yang sangat penting dalam
proses menghasilkan keputusan yang tepat. Analisis laporan keuangan (financial statement
analysis) adalah hubunganantara suatu angka dalam laporan keuangan dengan angka lain
yang mempunyaimakna atau dapat menjelaskan arah perubahan (trend) suatu fenomena
(Soemarso,1999:430).
Laporan Keuangan bertujuan untuk :
1. Untuk menyediakan informasi yang berguna bagi mereka yang memiliki pemahaman
memadai tentang aktivitas bisnis dan ekonomi untuk membuat keputusan investasi
serta kredit.
2. Untuk membantu investor yang ada dan potensial, kreditor yang ada dan potensial,
serta pemakai lainnya dalam menilai jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas masa
depan.
3. Menyediakan informasi tentang sumber daya ekonomi, klaim terhadap sumber daya
tersebut, dan perubahan didalamnya.
Karakteristik Kualititatif Laporan Keuangan :


Dapat Dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah

kemudahannya untuk segera dipahami oleh pemakai, maksudnya pemakai

diasumsikan

memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta
kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketentuan yang wajar. Namun demikian,
informasi komplek yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan tidak dapat

8

dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk
dipahami oleh pemakai tertentu.


Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam

proses pengambilan keputusan. Informasi mempunyai kualitas relevan kalau dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi
peristiwa masa lalu, masa kini / masa depan, menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi
mereka dimasa lalu.


Materialistis
Informasi dipandand materiil kalau kelalaian untuk mencantumkan kesalahan dalam

mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang diambil
atas dasar laporan keuangan.Prepared by Ridwan Iskandar Sudayat, SE.


Keandalan
Agar bermanfaat, informasi juga harus handal (reliable). Informasi memiliki kualitas

andal jika bebas dari pengertian menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan
pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur.


Penyajian Jujur
Agar dapat diandalkan, informasi harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta

peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan secara wajar.


Substansi Mengunguli Bentuk
Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi serta peristiwa

lain yang seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai
dengan substansi dan realiatas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya. Substansi
transaksi atau peristiwa lain tidak selalu konsisten dengan apa yang tampak dari bentuk
hukum.


Netralitas

9

Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai dan tidak tergantung pada
kebutuhan dan keinginan pihak tertentu


Pertimbangan Sehat
Penyusunan laporan keuangan ada kalanya menghadapi ketidakpastian peristiwa dan

keadaan tertentu, seperti ketertagihan piutang yang diragukan, prakiraan masa manfaat
perusahaan serta peralatan, dan tuntutan atas jaminan garansi yang mungkin timbul.


Kelengkapan
Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam

batasan materialitas dan biaya.


Dapat Dibandingkan
Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode

untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja perusahaan. Pemakai juga harus
dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi
keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif.


Tepat Waktu
Untuk menyediakan informasi tepat waktu, seringkali perlu melaporkan sebelum

seluruh aspek transaksi / peristiwa lainnya diketahui, jika pelaporan ditunda sampai seluruh
aspek diketahui, informasi yang dihasilkan mungkin sangat andal tetapi kurang bermanfaat
bagi pengambilan keputusan.


Keseimbangan Antara Biaya Dan Manfaat
Manfaat yang dihasilkan informasi seharusnya melebihi biaya penyusunannya.



Keseimbangan Diantara Karakteristik Kualitatif
Tujuannya adalah untuk mencapai suatu keseimbangan yang tepat diantara berbagai

karakteristik untuk memenuhi tujuan laporan keuangan.


Penyajian Yang Wajar

10

Laporan keuangan sering dianggap menggambarkan pandangan yang wajar dari /
menyajikan dengan wajar posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi suatu perusahaan.

Modal awal yang dimaksud adalah dana untuk modal awal yang disetor secara tunai
pada saat pembentukan LPD. Pada sistem akuntansi LPD dimaksukkan pada pos/rekening
Modal Disetor. Modal Lembaga Perkreditan Desa terdiri dari :
a. setoran Desa Pakraman
b. bantuan pemerintah atau sumber lain yang tidak mengikat; dan
c. laba yang ditahan.
Kebijakan akuntansi Lembaga Perkreditan Desa (LPD) adalah prinsip-prinsip dasar
dalam pelaporan keuangan yang disusun berdasarkan ksepakatan bersama sesuai dengan
aturan dan standar yang berlaku. Beberapa contoh yang menyangkut kebijakan akuntansi
LPD, diantaranya :
Dasar Penyusunan Laporan Keuangan
Laporan keuangan disusun dan disajikan sekurangkurangnya setahun sekali untuk
memenuhi kebutuhan sebagian besar pemakai informasi keuangan. Dalam penyusunan
laporan keuangan di akhir periode akuntansi digunakan anggapan dasar atau asumsi dasar
agar laporan keuangan yang dibuat sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Laporan

keuangan

disusun

dengan

menggunakan

harga

perolehan.

Harga

Perolehan adalah harga beli ditambah biaya-biaya yang dikeluarkan sampai dengan aktiva
siap digunakan. Artinya konsep ini adalah setiap transaksi pembelian satu barang harus
dicatat sebesar harga perolehan tersebut. Contohnya, dibeli sebuah mesin seharga Rp.
9.500.000,00 sebelum operasi masih diperlukan biaya pemasangan Rp. 400.000,00 maka
harga perolehan menjadi Rp. 9.900.000,00 (Rp.9.500.000,00 + Rp. 400.000,00). Sehingga
nilai inilah yang dicatat dalam akuntansi. Harga perolehan adalah jumlah uang yang
dikeluarkan untuk memperoleh satu unit barang atau jasa dalam pertukaran sampai barang
tersebut siap dipakai.
Pengakuan Pendapatan dan Beban
Pencatatan pendapatan dan beban menganut metode akrual basis yaitu diakui pada
saat terjadinya transaksi dan bukan pada saat realisasi pembayaran.
11



Tidak dibenarkan mengantisipasi pendapatan, akan tetapi biaya-biaya yang telah
direalisasi sebelum tanggal neraca walaupun belum dapat diketahui secara pasti,
jumlahnya, harus dilaporkan dengan cara estimasi yang wajar.



Namun demikian pelaksanaan prinsip diatas harus tetap memperhatikan asas “proper
matching cost against revenue” yaitu biaya dan pendapatan dihadapkan secara tepat
dalam periode yang sama agar tidak menjadi pergeseran biaya atau pendapatan ke
periode yang lain.

Piutang Usaha
Jika dilakukan secara tunai maka perusahaan tersebut akan langsung menikmati
keuntungannya tetapi jika dilakukan secara kredit maka perusahaan tersebut akan mempunyai
piutang atau tagihan yang harus menggunakan manajemen yang baik secara efektif dan
efisien agar piutang tersebut dapat ditagih sesuai dengan harapan. Pengelolaan piutang
perusahaan harus dilakukan dengan baik karena piutang tersebut merupakan sumber
pendapatan perusahaan yang tertunda dan merupakan hal yang sangat sensitive untuk
dibicarakan karena sebagian besar dana perusahaan dialokasikan dalam bentuk piutang dan
pengelolaan yang baik dapat memberikan kesan yang positif terhadap perusahaan dalam
kualitas manajemennya. Piutang usaha berupa kredit yang diberikan dicatat sebesar nilai
perolehan dikurangi dengan cadangan atas kemungkinan piutang yang tidak dapat ditagih.

Beban Ditangguhkan (Biaya Praoperasi)
Semua beban yang dikeluarkan sebelum beroperasi komersial ditangguhkan
pembebanannya dan diamortisasi selama tahun dengan tarif amortisasi 25% setiap tahun dari
nilai saat transaksi.

Aktiva Tetap
Aktiva tetap dinyatakan di neraca berdasarkan harga peorlehan dikurangi dengan
akumulasi penyusutan. Aktiva tetap tidak termasuk tanah disusutkan dengan metode garis
lurus. Biaya pemeliharaan dan perbaikan dibebankan pada laba-rugi pada saat terjadinya. Jika
aktiva tetap

sudah tidak dapat digunakan lagi, maka harga perolehan dan akumulasi
12

penyusutannya akan dihapus dalam pembukuan. Laba atau rugi atas pengalihan aktiva tetap
diakui pada periode berjalan.

Akuntansi Utang Usaha
Utang usaha berupa simpanan dan deposito nasabah dinyatakan secara lengkap
sehingga menggambarkan seluruh kewajiban LPD pada akhir periode. Untuk mengetahui
batas waktu pembayaran, simpanan dan deposito dilakukan pengelompokkan sesuai dengan
jatuh temponya.
Laporan Keuangan LPD Disampaikan Kepada :









Bendesa Adat
Gubernur Provinsi Bali
Bupati Kabupaten
Camat
Lurah
Badan Pengawas LPD
Kelian Banjar
Krama Desa (Melalui paruman Banjar)
Dalam rangka menuju tata kelola organisasi yang baik, LPD perlu memformalkan

bahwa budaya perusahaan dalam bentuk “Catur Dharma LPD” yang terdiri dari:
1) Menjadi milik yang bermanfaat bagi krama dan desa pakraman
2) Memberikan pelayanan yang terbaik bagi nasabah
3) Saling menghargai dan membina rasa kekeluargaan
4) Berusaha mencapai yang terbaik dengan menyediakan ruang dan waktu untuk
perbaikan berkelanjutan
Sampai saat ini LPD belum sepenuhnya menerapkan dasar pengakuan akrual dalam
laporan keuangannya. Dasar pengakuan yang digunakan kebanyakan menggunakan cash
basis yang dimodifikasi. Dengan diberlakukan IFRS, ke depan kemungkinan laporan
keuangan LPD akan menunjukkan ke arah fair value.

13

DAFTAR PUSTAKA

Suartana, I Wayan. 2009. Aristektur Pengelolaan Risiko Pada Lembaga Perkreditan Desa
(LPD). Udayana University Press : Bali.
http://www.scribd.com/doc/213344381/Sejarah-Dan-Pengertian-Lembaga-Perkreditan-Desa
(diakses tanggal 19 Juli 2014)
http://www.scribd.com/doc/113905183/APLPD-9 (diakses tanggal 19 Juli 2014)
http://soepayam.blogspot.com/2008/12/lembaga-perkreditan-desa.html (diakses tanggal 19
Juli 2014)

14