Inti dari upaya pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial adalah pada masalah perkembangbiakan mikroba patogen pada reservoir
serta penyebarannya dari reservoir ke penjamu penderita yang sedang dalam proses asuhan keperawatan. Langkah-langkah yang harus
dilakukan petugas ruangan bangsal perawatan antara lain: 1. Menjaga agar ruanganbangsal perawatan selalu terjaga kebersihannya,
serta memerhatikan ventilasi dan pencahayaannya 2. Peralatan medis dan peralatan nonmedis yang tersedia dalam
ruanganbangsal perawatan harus siap pakai, dalam keadaan bersih, dan tetap terjaga sterilitasnya
3. Mencegah perilaku atau cara kerja petugas yang ceroboh, dengan tindakan yang tidak higienis dan atau tindakan tidak aseptik
4. Mengenal diagnosis penyakit dari penderita terutama yang rawan terjangkit infeksi nosokomial
5. Mengenal tindakan-tindakan invasif yang berpotensi dapat menimbulkan infeksi nosokomial
6. Mencegah terjadinya infeksi silang cross infection di antara penderita- penderita yang dirawat dalam satu ruanganbangsal perawatan
Darmadi, 2008.
2.2 Stafilokokus
Stafilokokus adalah sel sferis Gram-positif, biasanya tersusun dalam kelompok seperti buah anggur yang tidak teratur. Beberapa tipe stafilokokus
merupakan flora normal kulit dan membran mukosa manusia; tipe lainnya dapat menimbulkan supurasi, membentuk abses, berbagai infeksi piogenik,
dan bahkan septikemia yang fatal. Stafilokokus patogen dapat menyebabkan hemolisis darah, mengkoagulasi plasma, serta menghasilkan
berbagai enzim dan toksin ekstrasesular. Stafilokokus cepat menjadi resisten terhadap banyak obat antimikroba dan menyebabkan masalah
terapi yang sulit. Genus stafilokokus sedikitnya memiliki 30 spesies. Tiga spesies utama yang memiliki kepentingan klinis adalah Staphylococcus
aureus, S. epidermidis, dan S. saprophyticus Brooks et al., 2007. Jenis S. aureus yang bersifat koagulase-positif membedakannya
dari spesies lainnya dan merupakan patogen utama pada manusia. Hampir semua orang pernah mengalami infeksi S. aureus selama hidupnya, dengan
derajat keparahan yang beragam, dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan hingga infeksi berat yang mengancam jiwa Brooks et al., 2007. S.
aureus merupakan salah satu bakteri yang menyebabkan infeksi nosokomial dan juga mungkin resisten-metisilin MRSA. S. aureus adalah
penyebab tersering infeksi piogenik pembentuk nanah, dan menyebabkan beragam infeksi yang meliputi bisul, abses, impetigo dan mata lengket pada
neonatus. Di rumah sakit, S. aureus menyebabkan infeksi luka yang serius, bronkopneumonia, osteomielitis, dan endokarditis. Sebagian strain
menghasilkan toksin yang menyebabkan kerusakan sel luas Gould Brooker, 2003. S. aureus mati pada suhu 60
C setelah 60 menit. S. aureus mampu membelah diri setiap 27-30 menit Entjang, 2003.
Stafilokokus koagulase-negatif adalah flora normal manusia dan kadang-kadang menyebabkan infeksi, seringkali berkaitan dengan
implantasi alat-alat, terutama pada pasien yang sangat muda, tua, dan dengan fungsi imun terganggu. Sekitar 75 infeksi yang disebabkan oleh
stafilokokus koagulase-negatif ini akibat S. epidermidis, S. saprophyticus relatif sering menjadi penyebab infeksi saluran kemih pada wanita muda
Brooks et al., 2007. Stafilokokus paling cepat berkembang pada suhu 37
C, tetapi suhu terbaik untuk menghasilkan pigmen adalah suhu ruangan 20-25
C. Stafilokokus relatif resisten terhadap pengeringan, panas tahan pada suhu
50 C selama 30 menit, dan natrium klorida 9 tetapi mudah dihambat oleh
bahan kimia tertentu, seperti heksaklorofen 3 Brooks et al., 2007.
2.3 Linen Rumah Sakit