PERSEPSI MASYARAKAT PENDATANG TERHADAP ADAT SEBAMBANGAN BUDAYA LAMPUNG DI LINGKUNGAN III CELIKAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN 2014

ABSTRAK

PERSEPSI MASYARAKAT PENDATANG TERHADAP ADAT
SEBAMBANGAN BUDAYA LAMPUNG DI LINGKUNGAN
III CELIKAH KABUPATEN LAMPUNG
TENGAH TAHUN 2014

Oleh
Septiana Kurniasih

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan persepsi masyarakat pendatang
terhadap adat sebambangan budaya lampung di lingkungan III celikah kabupaten
lampung tengah 2014. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode deskriptif kualitatif. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 32
orang. Analisis data menggunakan presentase.
Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) persepsi masyarakat pendatang (X)
dominan pada kategori menerima dengan persentase 50%, (2) adat sebambangan
(Y) dominan pada kategori menerima dengan persentase 28,12%, (3) hasil
penelitian menunjukan terdapat hubungan yang positif, signifikan, dan kategori
keeratan tinggi antara persepsi masyarakat pendatang terhadap adat sebambangan,
artinya semakin masyarakat paham terhadap adat sebambangan mungkinkan

semakin masyarakat menerima tehadap adat sebambangan.

Kata Kunci : persepsi masayarakat, adat sebambangan, budaya lampung

PERSEPSI MASYARAKAT PENDATANG TERHADAP ADAT
SEBAMBANGAN BUDAYA LAMPUNG DI LINGKUNGAN
III CELIKAH KABUPATEN LAMPUNG
TENGAH TAHUN 2014

(skripsi)

Oleh
SEPTIANA KURNIASIH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014

RIWAYAT HIDUP


Penulis bernama Septiana Kurniasih, dilahirkan di Desa Seputih
Jaya Kabupaten Lampung Tengah, pada 24 September 1992
yang merupakan putri pertama dari lima bersaudara dari
pasangan Bapak Zainal Abidin dan Ibu Marni

Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis antara lain:
1.

Sekolah Dasar Negeri 1 Seputih Jaya yang diselesaikan pada tahun 2004.

2.

SMP Negeri 1 Gunung Sugih yang diselesaikan pada tahun 2007.

3.

SMA Negeri 1 Gunung Sugih yang diselesaikan pada tahun 2010.

Pada tahun 2010 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan

Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur Ujian Mandiri.

Moto
“Perkokohlah bahteramu, karena samudra itu dalam.
Perkayalah bekalmu, karena perjalanan itu panjang.
Ikhlaskanlah amalmu, karena pengintaian itu jeli”.

(Pesan Rosulullah SAW kepada Abu Dzar Alghi”Fari)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan syukur kepada ALLAH SWT, kupersembahkan
karya kecil ini sebagai tanda bukti dan cinta kasih kepada :
“Kedua orang tuaku, ayahanda Zainal Abidin dan ibunda marmi
tercinta yang selalu menjadi semanagt dalam hidupku, kesabaran
dan do’a dalam setiap sujudmu untuk , Menanti keberhasilanku
serta harapan disetiap tetesan Keringatmu demi keberhasilanku”
“Adik-adikku serta saudara-saudaraku tersayang, yang dengan
kasihnya selalu mendukung dan mendo’akanku”

“Leo chandra, s. Pd yang selalu menemani keadaan suka maupun
duka, membantu dalam menyeesaikan skripsi”.
“Teman-teman PPKN 2010 yang selalu memberikan semangat dan
mendo’akan keberhasilanku”

Serta
Almamaterku tercinta Universitas Lampung

SANWACANA

Bismillaahirrahmaanirrahim,

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan
Hidayahnya-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Persepsi Masyarakat Pendatang Terhadap Adat Sebambangan Budaya
Lampung Di Lingkungan III Celikah Kabupaten Lampung Tengah 2014”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari hambatan yang datang

baik dari luar dan dari dalam diri penulis. Penulisan skripsi ini juga tidak lepas
dari bimbingan dan bantuan serta petunjuk dari Bapak Drs. Holilluloh, M.Si,
selaku pembimbing I, yang telah memberikan motivasi dan bimbingannya dalam
membantu penyusunan skripsi. Dan juga Ibu Yunisca Nurmalisa, S.Pd, M.Pd,
selaku pembimbing akademik (PA) dan sebagai pembimbing II, terimakasih atas
kesediaannya

dalam

membimbing

dan

memberikan

motivasi

bimbingannya. Selain itu penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:

dalam


1.

Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2.

Bapak Dr. Thoha B.S Jaya, M.S, selaku pembantu Dekan I Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3.

Bapak Drs. Arwin Ahmad, M.Si, selaku pembantu Dekan II Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4.

Bapak Drs. Hi. Iskandar Syah, M.H, selaku pembantu Dekan III Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


5.

Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

6.

Bapak Hermi Yanzi, S.Pd, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PPKn Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

7.

Bapak Drs. Holilulloh, M.Si selaku pembimbing I, terimakasih atas masukan,
saran, dan kritikannya pada penulis.

8.

Ibu Yunisca Nurmalisa, S.Pd., M.Pd selaku pembimbing II, terimakasih atas
masukan, saran, dan kritikannya pada penulis.


9.

Ibu Dr. Adelina Hasyim, M.Pd selaku pembahas I, terimakasih atas masukan,
saran, dan kritikannya pada penulis.

10. Bapak

dan

Ibu

Dosen

Program

Studi

Pendidikan


Pancasila

dan

Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung.
11. Bapak dan Ibu staf tata usaha dan karyawan Universitas Lampung.

12. Bapak Basuki, selaku Kepala Lingkungan III Celikah Kabupaten Lampung
Tengah yang telah memberi izin penelitian dan atas segala bantuan yang
diberikan kepada penulis.
13. Bapak dan Ibu serta staf kelurahan Celikah Kabupaten Lampung Tengah
yang telah membantu dalam penelitian kepada penulis.
14. Masyarakat lingkungan III Celikah Kabupaten Lampung Tengah yang telah
membantu penulis dalam mengadakan penelitian.
15. Teristimewa untuk kedua orang tuaku tercinta, Bapak Zainal Abidin dan Ibu
Marni terimakasih atas keikhlasan, cinta dan kasih sayang, doa, motivasi,
moral serta finansial yang tidak akan pernah terbayarkan. Untuk adik-adikku
Indah Yuliana, Bagus Suteja, Rahmat Ginanjar, Habibie Ferdiansyah
Terimakasih atas do’a, dukungan, bantuan, perhatian dan cinta kasih yang

diberikan.
16. Leo Chandra, S.Pd yang selalu menemani, menyayangi dan membantu
jalanya penyelesaian skripsi
17. Sahabat-sahabat terbaikku di PPKn 2010, Ade Yulia, Fitri, Anesya Puspita,
Heni, Nina, Eka F, Hikmah, Evi, Imanida Hutagalung serta semua temanteman PPKn yang tidak bisa disebutkan satu persatu semoga kebersamaan
kita ini akan tetap selalu ada, walaupun kadang-kadang ada kesalahpahaman
diantara kita namun kebersamaan dan kenangan tidak akan terlupakan.
18. Keluarga besar bapak kos Unsman Hutagalung (ALM) yang telah
memberikan tempat tinggal beserta semangatnya selama ini.

19. Teman-teman seperjuangan KKN, PPL MTs Nurul Ulum Purajaya terima
kasih atas kebersamaannya dalam perjuangan kita). Desa Purajaya,
Kabupaten Lampung Barat, terimakasih atas tempat menimba ilmu kami.
20. Adik tingkat PPKn 2011 sampai 2013 baik reguler maupun mandiri, genap
maupun ganjil terima kasih atas motivasi dan segala bantuan serta canda
tawanya.
21. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai.

Semoga amal baik yang telah Bapak/Ibu/Saudara/i serta teman-teman berikan

akan selalu mendapatkan pahala dan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari
bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan
baik dari penyampaian maupun kelengkapannya. Segala kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan sebagai tolak ukur penulis dimasa
yang akan datang. Penulis juga berharap semoga karya sederhana ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Juli 2014
Penulis,

Septiana Kurniasih
NPM 1013032087

DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................
RIWAYAT HIDUP ...............................................................................
MOTTO .................................................................................................
PERSEMBAHAN ..................................................................................
SANWACANA ......................................................................................
SURAT PERNYATAAN ......................................................................
DAFTAR ISI ..........................................................................................
DAFTAR TABEL .................................................................................
DAFTAR GAMBAR ............................................................................
LAMPIRAN

i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
xi
x
xi

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...............................................................
B. Identifikasi Masalah ....................................................................
C. Pembatasan Masalah ...................................................................
D. Rumusan Masalah .......................................................................
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................
1. Tujuan Penelitian ...................................................................
2. ManfaatPenelitian ..................................................................
F. Ruang Lingkup Penelitian ..........................................................
1. Ruang LingkupIlmu ................................................................
2. Ruang Lingkup Objek Penelitian ..........................................
2. Ruang Lingkup Subjek Penelitian .........................................
3. Ruang LingkupWilayah Penelitian ........................................
4. Ruang Lingkup Waktu Penelitian ..........................................

1
5
5
5
6
6
6
7
7
7
7
8
8

BAB II. TINJUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori ...........................................................................
1. Pengertian Persepsi Masyarakat Pendatang ............................
2. Pengertian Budaya Lampung ..................................................
3. Pengertian Adat Perkawinan ...................................................
B. Kerangka Pikir .............................................................................

9
9
13
17
32

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ..........................................................................
B. Populasi dan Sampel .................................................................
C. Variabel Penelitian .....................................................................
D. Devinisi KonsptualVariabel ......................................................
E. Definisi Operasional ...................................................................
F. Rencana Pengukuran Variabel ....................................................
G . Tekhnik Pengumpulan Data .......................................................
1. Teknik Pokok ..........................................................................
2. Teknik Penunjang....................................................................
H. Uji Validitas dan Reliabilitas .....................................................
a. Uji Validitas ..........................................................................
2. Uji Reliabilitas .......................................................................
I. Teknik Analisis Data ..................................................................

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Langkah-Langkah Penelitian .....................................................
1. Persiapan judul .....................................................................
2. Penelitian Pendahuluan ........................................................
3. Pengajuan Rencana Penelitian .............................................
4. Penyusunan Alat Pengumpulan Data .................................
B. Pelaksanaan Uji Coba Angket
1.Analisis Validitas Angket .......................................................
2. Analisis Reabilitas Angket .....................................................
3. Sejarah Lingkungan III Calikah .............................................
C. Deskripsi Data ............................................................................
1. Pengumpulan Data ..................................................................
2. Penyajian data .........................................................................
D. Pembahasan .................................................................................
a. Pemahaman Masyarakat Pendatang ........................................
b. Tanggapan Masyarakat Pendatang ..........................................
c. Sikap Masyarakat Pendatang ...................................................

32
34
36
37
38
39
49
39
39
40
40
40
42

44
44
44
45
46
47
47
52
54
54
54
70
70
75
77

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................
B. Saran ..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

79
80

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Tanggapan Masyarakat Terhadap Adat Budaya Setempat Di
Desa Celikah Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten
Lampung Tengah ......................................................................................... 4
Tabel 3.1 Data jumlah kepala keluarga (KK) Pendatang Di Lingkungan
III Desa Celikah Kabupaten Lampung Tengah 2014 ................................ 35
Tabel. 3.2 Data Jumlah Sampel Kepala Keluarga Di Lingkungan III Celikah .......... 36
Tabel. 4.1 Hasil Uji Coba Angket Item Ganjil Persepsi Masyarakat
Pendatang Di Lingkungan III Celikah Kelurahan Seputih
Jaya Kabupaten Lampung Tengah.......................................................... ..48
Tabel.4.2 Hasil Uji Coba Angket Item Genap Persepsi Masyarakat
Pendatang Di Lingkungan III Celikah Kelurahan Seputih
Jaya Kabupaten Lampung Tengah................................................ ........ ......49
Tabel. 4.3 Kerja Antara Item Genap Dan Ganjil Dari HasilUji Coba
Angket Persepsi Masyarakat Pendatang Di Lingkungan III
Celikah Kelurahan Seputih Jaya Kabupaten Lampung Tengah.............. ...49
Tabel 4.4 Hasil Analis Pemahaman Masyarakat Pendatang Terhadap Adat
Sebambangan Budaya Lampung.................................................................56
Tabel 4.5 Distribusi Skor Hasil Analis Pemahaman Masyarakat Pendatang
Terhadap Adat Sebambangan Budaya Lampung.............. . ...................... 58
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Mengenai pemahaman masyarakat
pendatang terhadap adat sebambangan budaya lampung. ..................... 59

Tabel 4.7. Tanggapan Masyarakat Pendatang........................................................ 61
Tabel 4.8 Distribusi Skor Hasil Tanggapan Masyarakat Pendatang....... .............. 63
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Skor Hasil Tanggapan Masyarakat Pendatang....

64

Tabel 4.10. Sikap Masyarakat Pendatang....... ....................................................... 66
Tabel 4.11 Distribusi Skor Hasil Sikap Masyarakat Pendatang....... ..................... 67
Tabel 4.12 Distribusi Skor Hasil Sikap Masyarakat Pendatang....... ..................... 69

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Kerangka Pikir ................................................................................... 32

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1. Surat Keterangan Dekan ............................................................................. 83
2. Surat Izin Penelitian Pendahuluan ................................................................ 84
3. Surat Izin Penelitian ..................................................................................... 85
4. Surat Keterangan Telah Mengadakan Penelitian Di Lingkungan III Celikah
Seputih Jaya Lampung Tengah ................................................................... 86
5. Angket Penelitian ......................................................................................... 87
6. Distribusi angket indikator pemahaman masyarakat pendatang ................... 93
7. Distribusi angket indikator tanggapan masyarakat pendatang...................... 94
8. Distribusi angket indikator sikap masyarakat pendatang.............................. 95
9. Distribusi angket persespsi masyarakat pendatang ....................................... 96

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang multi culture yang berarti didalamnya
terdapat berbagai macam keragaman budaya, budaya merupakan satu cara
hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang
dan diwariskan dari generasi kegenerasi. Budaya terbentuk dari banyak
unsur yang diantaranya termasuk unsur sistem agama, politik, adat istiadat,
bahasa, perkakas, pakaian, bangunan dan karya seni. ketika seseorang
berusaha berkomunikasi dengan sekelompok orang yang berbeda budaya dan
menyesuaikan perbedaan-perbedaannya membuktikan bahwa budaya itu
dipelajari. Budaya sangat berkaitan erat dengan adat istiadat.

Adat atau Tradisi merupakan sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan
menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat. Hal yang
paling mendasar dari tradisi adanya informasi yang diteruskan dari generasi
ke generasi baik tertulis maupun lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi
dapat punah. Oleh karena itu adat/tradisi berkaitan pula dengan suku-suku
dan adat perkawinan
perkawinan Lampung.

yang ada di Indonesia, termasuk suku dan

adat

2

Masyarakat Lampung pada umumnya terdiri dua kelompok besar yaitu
masyarakat adat Lampung Pepadun dan Lampung Saibatin. Salah satunya
di desa Celikah kelurahan Seputih Jaya kabupaten Lampung Tengah terdapat
masyarakat adat Lampung. Pernikahan adat Lampung baik Saibatin maupun
Pepadun terdapat berbagai macam adat perkawinan salah satunya perkawinan
adat sebambangan yang biasanya disebut kawin lari. Sebambangan atau
kawin lari biasanya terjadi apabila orang tua pihak perempuan tidak setuju
dan kurangnya biaya untuk mengikuti prosesi adat lamaran.
Berdasarkan realita yang ada, bahwa adat sebambangan ini merupakan salah
satu adat pernikahan yang ada pada masyarakat Lampung. Hal ini tentunya
bagi

masyarakat pendatang tentu saja ingin mengetahui apakah adat

sebambangan baik atau tidak pada masyarakat yang berkembang seperti
kenyataan diatas. Masyarakat pendatang merupakan sebagai masyarakat yang
datang dari suatu daerah kedaerah lain akibat mutasi. Masyarakat pendatang
di provinsi Lampung dengan demikian dapat dikatakan sebagai suku daerah
lain berdomisili di daerah Lampung, yang adat istiadatnya berbeda dengan
adat istiadat masyarakat pribumi (masyarakat

Lampung).

Masyarakat

pendatang pada umumnya beranggapan bahwa adat sebambangan budaya
Lampung kurang baik untuk dilestarikan karena tidak sesuai kaidah norma
agama dan norma hukum yang berlaku dalam masyakat.
Berdasarkan kenyataan yang ada bahwa di Desa Celikah Kabupaten Lampung
Tengah Terdapat berbagai macam

masyarakat adat.

Dimana dalam

perbedaan adat istiadat pada masyarakat setempat sulit untuk menyesuaikan
prinsip hidup antara masyarakat satu dan masyarakat lainnya. Pada dasarnya

3

prinsip hidup merupakan cara pandang seseorang untuk menyikapi suatu
masalah yang dianggap baik atau buruk.
Sesuai dengan perbedaan prinsip hidup masing-masing masyarakat dan
perbedaan adat istiadat masyarakat yang satu dan masyarakat yang lainnya
terkadang membuat seseorang atau sekelompok orang kurang beradaptasi
dengan lingkungannya, serta cenderung kurang paham terhadap adat istiadat
yang berbeda dengan kelompok masyarakat. Akibat dari kurangnya
pemahaman membuat asumsi masyarakat menjadi kurang baik terhadap adat
budaya yang berbeda pada masyarakat lain yang pada dasarnya belum tentu
buruk. Seharusnya dengan adanya keberagaman prinsip hidup tersebut
masyarakat dapat saling menghargai satu sama lain tanpa menimbulkan
pertentangan pandangan.
Berikut ini hasil penelitian pendahuluan melalui pengamatan dan wawancara
pada masyarakat pendatang yang dilakukan penulis, menunjukan adanya
gejala beberapa tanggapan terhadap kurangnya pemahaman adat setempat,
aspek pengalaman melaksanakan adat budaya setempat, dan Sikap
masyarakat pendatang terhadap budaya setempat seperti pada tabel berikut
ini:

4

Tabel 1.1 Tanggapan Masyarakat Terhadap Adat Budaya Setempat Di
Lingkunan III Celikah Kelurahan Seputih Jaya Kecamatan
Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014
No Aspek Yang Diamati
Tanggapan Masyakat
Baik/
Menerima
1

Tingkat pemahaman
adat setempat

2

Aspek pengalaman
melaksanakan adat
budaya setempat

3

Sikap masyarakat
terhadap budaya
setempat

Sedang/ Kurang Kurang/Tidak
menerima
Menerima





Sumber: Hasil Observasi Penelitian Pendahuluan Di Lingkungan III Celikah
Tabel di atas menunjukan rata-rata bahwa kurangnya pemahman dan
kurangnya pengalaman mengikuti (melihat) prosesi penyelesaian adat
Sebambangan oleh masyarakat pendatang terhadap adat sebambangan.
Faktor-faktor yang diduga menjadi penyebab terjadinya adat sebambangan
antara lain karena faktor keinginan pria dan wanita untuk melakukan
pekawinan disebabkan karena tidak ada persetujuan orang tua untuk
melakukan pernikahan. faktor lain timbul karena pihak laki-laki tidak
sanggup membayar uang atau

tidak sanggup membayar uang pesta

perkawinan adat yang menggunakan cara lamaran. Namun, meskipun
demikian pasangan yang telah melakukan sebambangan dapat diterima juga
baik dalam keluarga maupun pada kelompok masyarakat.
Harapannya dengan adanya keragaman budaya dan adat istiadat masyarakat
dapat berintegrasi saling menghargai, menghormati dan hidup harmonis
dalam bermasyarakat tanpa adanya sebuah pertentangan pandangan.

5

Berdasarkan fenomena inilah penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang ” Persepsi Masyarakat Pendatang Terhadap Adat Sebambangan
Budaya

Lampung Di Lingkungan III Celikah Lampung Tengah Tahun

2014”.
B. Identifikasi masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka identifikasi masalah
dalam penelitian ini adalah :
1.

Pemahaman masyarakat terhadap budaya setempat oleh masyarakat
pendatang berkaitan dengan sikap.

2.

Faktor Pengalaman dalam melaksanakan adat istiadat berkaitan dengan
persepsi masyarakat terhadap budaya setempat.

3.

Sikap seseorang terhadap budaya setempat berpengaruh pada kesediaan
melaksanakan budaya adat kebiasaannya.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut penelitian ini membatasi

pada

Persepsi Masyarakat Pendatang Terbatas Suku lain yang bermukim di Celikah
Terhadap Adat Sebambangan Budaya Lampung Pada Adat Lampung Pepadun
dan Saibatin Di Lingkungn III Celikah Kabupaten Lampung Tengah Tahun
2014.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah dalam penelitian ini, maka dirumuskan
masalahnya sebagai berikut : Bagaimanakah Persepsi Masyarakat Pendatang

6

Terhadap Adat Sebambangan Budaya Lampung Di Lingkungan III Celikah
Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014 ?
E. Tujuan dan kegunaan penelitian

1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Persepsi Masyarakat
Pendatang terhadap Adat Sebambangan Budaya Lampung Di Lingkungan
III Celikah Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014.
2. Manfaat penelitian

a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini berguna untuk memperkaya dan mengetahui
konsep-konsep pendidikan, khususnya pendidikan kewarganegaraan
yang berhubungan dengan konsep pendidikan nilai moral pancasila
karena berkenaan dengan nilai-nilai adat budaya tentang sebambangan
Lampung.
b. Manfaat Praktis
1. Bagi Masyarakat
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
bagi masyarakat pendatang dalam

rangka menambah

wawasan

pengetahuan terhadap adat sebambangan budaya Lampung dalam
kehidupan bermasyarakat.

7

2. Bagi guru
Sebagai

suplemen dalam membahas tentang pokok bahasan

keragaman budaya khususnya budaya adat sebambangan Lampung
pada SMA kelas XI.

F. Ruang lingkup penelitian

1. Ruag Lingkup Ilmu
Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup ilmu pendidikan khususnya
PKn kawasan pendidikan nilai dan moral karena mengkaji tentang adat
istiadat yang berbeda budaya dan di fokuskan pada adat sebambangan
budaya Lampung.
2. Ruang Lingkup Objek
Objek penelitian ini adalah Persepsi Masyarakat Pendatang Terhadap Adat
Sebambangan Budaya Lampung Di Lingkungan III Celikah Kabupaten
Lampung Tengah Tahun 2014.
3. Ruang Lingkup Subjek
Subjek penelitian

ini adalah Masyarakat Pendatang Di Lingkungan III

Celikah Kelurahan Seputih Jaya, Kecamatan Gunung Sugih,
Lampung Tengah Tahun 2014.

Kabupaten

8

4. Ruang Lingkup Wilayah
Wilayah

penelitian

ini adalah di Lingkungan III Celikah kelurahan

Seputih Jaya kabupaten Lampung Tengah.
5. Ruang Lingkup Waktu
Penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan

surat izin penelitian yang

dikeluarkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung dari tanggal 25 Maret sampai 10 April 2014.

9

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Pengertian Persepsi Masyarakat Pendatang

a. Pengertian persepsi
Setiap orang mempunyai pendapat (persepsi) yang berbeda-beda
terhadap obyek rangsang yang sama. Perbedaan persepsi antara individu
dengan individu lainya terhadap obyek tertentu, tergantung pada
kemampuan

seseorang

dalam

menanggapi,

mengorganisir,

dan

menafsirkan informasi tersbut.
Menurut Suranto Aw (2010: 107) “Persepsi merupakan proses internal
yang diakui individu dalam menyeleksi, dan mengatur stimuli yang
datang dari luar. Stimuli itu ditangkap oleh indera, secara spontan pikiran
dan perasaan kita akan memberi makna atas stimuli tersebut. Secara
sederhana persepsi dapat dikatakan sebagai proses individu dalam
memahami kontak/ hubungan dengan dunia sekelilingnya”.

Menurut Verderber dalam Suranto Aw (2010: 107) membuat definisi,
“persepsi adalah proses menafsirkan informasi indrawi”.

10

Menurut pendapat Young dalam Adrian (2010:1) yang dimaksud
dengan persepsi adalah:
Persepsi merupakan aktivitas mengindra, mengintegrasikan dan
memberikan penilaian pada obyek-obyek fisik maupun obyek
sosial, dan pengindraan tersebut tergantung pada stimulus fisik dan
stimulus sosial yang ada dilingkungannya. Sensasi - sensasi dari
lingkugan akan diolah bersama - sama dengan hal - hal yang telah
dipelajari sebelumnya baik hal itu berupa harapan-harapan, nilainilai, sikap, ingatan, dan lain-lain.
Menurut Sarwono (2009: 51) “Persepsi merupakan pengalaman untuk
membeda-bedakan, mengelompokkan, memfokuskan dan sebagainya
itu selanjutnya di interorientasi”.
Menurut Shaleh (2009:110) menyatakan bahwa “Persepsi merupakan
sebagai proses yang menggabungkan dan mengorganisir data-data
indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa
sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar akan
diri kita sendiri.”
Senada dengan pendapat beberapa ahli di atas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa persepsi merupakan pandangan/ penilaian seseorang
terhadap suatu objek peristiwa yang menjadi pusat perhatiannya dan
hasil penilaian ini akan memberikan pengaruh baik atau tidaknya
terhadap prilaku obyek yang menjadi titik perhatianya tersebut.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Menurut Yue (2012: 1) menyatakan bahwa terdapat beberapa “Faktorfaktor yang mempengaruhi persepsi sebagai berikut:

11

1. Pengamat.Penginterpretasian dari apa yang seseorang lihat bergantung
pada karakteristik pribadi orang tersebut.
2. Sikap. Sikap atau attitude seseorang sangat mempengaruhi persepsi
yang dibentuknya akan hal-hal di sekitarnya.
3. Motif atau alasan di balik tindakan yang dilakukan seseorang yang
mampu menstimulasi dan memberikan pengaruh kuat terhadap
pembentukan persepsi mereka akan segala sesuatu
4. Ketertarikan atau interest. Fokus perhatian kita terhadap hal-hal yang
tengah dihadapi membuat persepsi orang berbeda-beda.
5. Pengalaman. Pengetahuan atau kejadian yang telah didapatkan dan
dialami seseorang.
6. Harapan atau Ekspektasi, yakni gambaran atau ilustrasi yang
membentuk sebuah pencitraan terhadap sebuah keadaan.
7.
c. Pengertian Masyarakat dan Masyarakat Pendatang

Dalam bahasa Inggris masyarakat disebut society, asal kata socius yang
berarti kawan. Adapun kata “masyarakat” berasal dari bahasa Arab,
yaitu syirk, artinya bergaul ini karena ada bentuk-bentuk aturan hidup,
yang bukan disebabkan manusia sebagai perseorangan, melainkan oleh
unsur-unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial yang merupakan
kesatuan.
Menurut Koenjaraningrat (2012: 122) “masyarakat merupakan kesatuan
hidup manusia yang berinteraksi sesuai dengan sistem adat-istiadat
tertentu yang sifatnya berkesinambungan dan terikat oleh suatu rasa
identitas bersama”.
Dalam buku sosiologi kelompok dan masalah sosial karangan (Syani,
1987: 30), dijelaskan bahwa perkataan “masyarakat berasal dari kata
musyarak (Arab), yang artinya bersama-sama, kemudian berubah
menjadi masyarakat, yang artinya berkumpul bersama, hidup bersama

12

dengan saling berhubungan dan saling mempengaruhi, selanjutnya
mendapat kesepakatan menjadi masyarakat (Indonesia)”.
Menurut Syani (2013: 30) mendefinisikan bahwa:
Masyarakat sebagai community dapat dilihat dari dua sudut
pandang; Perta memandang comunity sebagai unsur statis, artinya
comunity terbentuk dalam suatu wadah/ tempat dengan batas-batas
tertentu, maka ia menunjukan bagian dari kesatuan masyarakat
sehinggga ia dapat pula disebut sebagai masyarakat setempat,
misalnya kampung , dusun atau kota-kota kecil. Masyarakat
setempat adalah suatu wadah dan wilayah dari kehidupan
sekelompok orang yang ditandai oleh adanya hubungan sosial.
Disamping itu dilengkapi pula Oleh adanya perasaan sosial, nilainilai dan norma-norma yang timbul atas akibat dari adanya
pergaulan hidup atau hidup bersama manusia. Kedua, community
dipandang sebagai unsur yang dinamis, artinya menyangkut suatu
proses (nya) yang terbentuk melalui faktor psikologis dan
hubungan antar manusia, maka didalamnya terkandung unsur-unsur
kepentingan, keinginan atau tujuan-tujuan yang sifatnya fungsional.
Menurut Parsons (2011: 264) mendefinisikan “masyarakat sebagai suatu
jenis sistem sosial yang dicirikan oleh tingkat kecukupan diri yang relatif
bagi lingkungannya, termasuk sistem sosial yang lain”.
Menurut Comte

dalam Syani (2012: 31) “masyarakat merupakan

kelompok kelompok mahkluk hidup dengan realitas-realitas baru yang
berkembang menurut hukum-hukumnya sendiri dengan berkembang
menurut pola perkembangannya tersendiri”.
Menurut J.L. Gilin dan J.P. Gilin dalam Syani (2012:32), “masyarakat
merupakan kelompok manusia yang terbesar dan mempunyai kebiasaan,
tradisi, sikap, dan persatuan yang sama”.

13

Menurut Soekanto (2012: 32), ciri-ciri dari masyarakat yaitu:
1.
2.
3.
4.

Masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama
Bercampur untuk waktu yang cukup lama
Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan
Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama

Berdasarkan pengertian dan ciri-ciri masyarakat yang dikemukakan para
ahli di atas dapat di simpulkan bahwa masyarakat merupakan
sekumpulan manusia (individu) yang bertempat tinggal di wilayah
tertentu dimana saling berinteraksi dalam kehidupan sosialnya,
berkumpul dan saling ketergatungan antara individu satu dan individu
lainnya. Masyarakat pendatang didefinisikan sebagai masyarakat yang
datang dari suatu daerah ke daerah lain akibat mutasi dan hidup
bermasyarakat bersatu dengan yang lainnya dimana menimbulkan
perbedaan baik suku, ras, budaya, dan adat istiadat pada masyarakat
pribumi. Masyarakat pendatang di propinsi Lampung dengan demikian
diartikan sebagai suku daerah lain berdomisili di daerah Lampung yang
adat istiadatnya berbeda dengan adat istiadat masyarakat pribumi
(masyarakat Lampung).
2. Pengertian Budaya Lampung
a. Pengertian Budaya (Kebudayaan)
Menurut Syani (2012: 45) “Kebudayaan (Culture) merupakan suatu
komponen penting dalam kehidupan masyarakat, khususnya struktur
sosial. Searah sederhana kebudayaan dapat diartikan sebagai suatu cara
hidup (ways of life)”.

14

Menurut

Koentjaraningrat

(1984:

45),

“dijelaskan

bahwa

kata

kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta Buddhayah, adalah bentuk
jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Demikian, kebudayaan itu
dapat diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal. Adapun
istilah culture, sama artinya dengan kebudayaan, yaitu dari kata latin
colere yang berarti mengolah atau mengerjakan”.
Menurut Soemardjan dan Soemardi dalam Gunawan (2010: 16)
“kebudayaan merupakan semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat”.
Menurut Linton dalam Setiadi (2008: 28) mengatakan bahwa
“kebudayaan dapat dipandang sebagai konfigurasi tingkah laku yang
dipelajari dan hasil tingkah laku yang dipelajari, dimana unsur
pembentuknya didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat
lainnya”.
Menurut Syani (2012: 48), terdapat definisi kebudayaan menurut para
ahli sebagai berikut:
1. Herskovist dan Malinowski memberikan definisi kebudayaan sebagai
suatu yang superorganik.
2. E.B Taylor melihat kebudayaan sebagai kompleks yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum data-istiadat dab
kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan
sebagai warga masyarakat.
3. Roucek dan Waren mendefinisikan kebudayaan sebagai satu acara
hidup yang dikembangkan oleh sebuah masyarakat guna memenuhi

15

keperluan dasarnya untuk dapat bertahan hidup, meneruskan
keturunan dan mengatur pengalaman sosialnya.
4. Hasan Shadily, kebudayaan berarti keseluruhan dari hasil manusia
hidup bermasyarakat berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama
manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan kepandaian,
kepercayaan, kesenian, moral hukum, adat kebiasaan, dan lain-lain
kepandaian.
5. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi mengemukakan bahwa
kebudayaan itu adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
6. C. Kluckhonhn mengemukakan batasan bahwa kebudayaan itu adalah
seluruh cara hidup suatu masyarakat.
7. Koentjaraningrat mengartikan kebudayaan sebagai keseluruhan
gagasan dan karya manusia, yang harus dibiasakannya dengan belajar,
beserta keseluruhan dari hasil budi dan karya itu.
Menurut Kluckhohn (2012: 46) terdapat tujuh unsur kebudayaan yang
dapat dianggap sebagai cultural universal, yaitu:
1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian,
perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi,
transpor dan sebagainya).
2. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian,
perternakan, sistem produksi, sistem distribusi dan
sebagainya).
3. Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik,
sistem hukum, sistem perkawinan).
4. Bahasa (lisan maupun tertulis).
5. Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak dan sebagainya).
6. Sistem pengetahauan
7. Religi (sistem kepercayaan).

16

Menurut Koentjaraningrat dalam Meinarno (2011: 90) mendefinisikan
“kebudayaan sebagai seluruh sistem gagasan, tindakan dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan manusia
dengan belajar”.
Budaya dalam masyarakat terbagi menjadi 3:
1. Prilaku: cara bertindak atau berprilaku tertentu dalam situasi
tertentu di dalam masyarakat dengan pola prilaku yang di atur
dengan norma.
2. Bahasa: sebuah sistem simbol yang dibunyikan dengan suara dan
ditangkap oleh telinga.
3. Materi: budaya materi merupakan hasil kreativitas, perbuatan dan
karya manusia, dalam masyarakat berupa antara lain pakaian,
perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, dan lain-lain.
Menurut Koenjaraningrat dalam Meinarno (2011: 91) Terdapat tiga
unsur budaya cenderung bertahan yaitu 1. Unsur mata pencaharian, 2.
Unsur teknologi, 3. Pengetahuan
Senada dengan pendapat para ahli di atas dapat di simpulkan bahwa
kebudayaan merupakan hasil karya, cipta termasuk prilaku masyarakat
yang di wariskan secara turun temurun dari zaman dahulu hingga saat
ini.
b. Budaya Masyarakat Lampung
Masyarakat Lampung dalam kehidupannya terdapat pula unsur-unsur
budaya Lampung:

17

a. Agama Islam
b. Kekerabatan partial
c. Politik kepemimpinan berdasarkan keturunan
d. Ekonomi bercocok tanam/ Pertanian
e. Kesenian: Tari, Pencak, Musik, Sastra, dll.
Masyarakat adat Lampung pada umumnya terbagi dalam dua adat yaitu
masyarakat adat Pepadun dan masyarakat adat Saibatin.
3. Pengertian Adat Perkawinan
a. Pengertian Adat
Adat-istiadat merupakan tata-kelakuan yang berupa aturan-aturan yang
mempunyai sanksi yang lebih keras. Selain itu adat istiadat dapat
diartikan

sebagai

prilaku

yang

bersumber

pada

kesusilaan

kemasyarakatan atau kesusilan umum.
Menurut Panghulu dalam Soekanto (2012: 70) kata “adat sebenarnya
berasal dari bahasa Arab yang berarti kebiasaan. Pendapat lain
mengatakan, bahwa adat sebenarnya berasal dari bahasa sansekerta
(berarti “bukan”) dan dato (yang artinya “sifat kebendaan”.) dengan
demikian maka adat sebenarnya berarti sifat immateril: artinya, adat
menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan sistem kepercayaan”.
Menurut Soekanto (2012: 36) terdapat penelitian yang pernah diadakan
oleh fakultas hukum Universitas Andalas (pada tahun 1977-1978) pada
umumnya adat itu dibagi menjadi 4 bagian yaitu:

18

1.
2.
3.
4.

Adat yang sebenar adat.
Adat Istiadat
Adat nan beradat
Adat yang diadatkan.

Menurut Setiady (2009: 1) “adat merupakan kebiasaan masyarakat, dan
kelompok-kelompok masyarakat lambat laun menjadikan adat itu sebagai
adat yang seharusnya berlaku bagi semua anggota masyarakat dengan
dilengkapi oleh sanksi, sehingga menjadi hukum adat”.
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh para ahli di atas dapat
disimpulkan bahawa adat merupakan kepercayaan tata prilaku yang
dianggap baik atau buruk oleh masyarakat dimana di dalamnya terdapat
sanksi yang keras dan bersumber pada kesusilaan umum.

b. Pengertian Perkawinan
Menurut Scholten dalam Delsa, (2013: 1), “Perkawinan adalah hubungan
hukum antara seorang pria dan seorang wanita untuk hidup bersama
dengan kekal, yang diakui oleh Negara”.
Rasyid dalam Sudarsono (2005: 36), “Pengertian Perkawinan adalah
akad yang menghalalkan pergaulan yang membatasi hak dan kewajiban
serta bertolong-tolongan antara seorang laki-laki dan seseorang
perempuan yang antara keduanya bukan muhrim”.
Menurut Debby (2012: 1) “Perkawinan merupakan suatu peristiwa yang
sangat penting dalam kehidupan manusia. Dasar-dasar perkawinan
dibentuk oleh unsur-unsur alami dari kehidupan manusia itu sendiri yang
meliputi kebutuhan dan fungsi biologis, melahirkan keturunan,
kebutuhan akan kasih sayang dan persaudaraan, memelihara anak-anak
tersebut menjadi anggota-anggota masyarakat yang sempurna”.

19

Sejalan dengan teori yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas
perkawinan merupakan ikatan suci yang sah yang di anjurkan oleh
hukum agama dan hukum negara bagi laki-laki dan perempuan yang
sudah dewasa sehat jasmani dan rohani untuk menenuhi kebutuhan cinta
kasih lawan jenis dan melanjutkan keturunan tanpa menyalahi nilai dan
norma yang berlaku dalam masyarakat.
c. Aturan perkawinan berdasarkan UU
Menurut Debby (2013:1) Aturan Syarat sahnya suatu perkawinan adalah
diatur dalam pasal 6 – 12 UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan (UU
perkawinan). Menurut Prawirohamidjojo, syarat-syarat perkawinan
terbagi menjadi syarat-syarat intern (materiil) dan syarat-syarat
perkawinan ekstern (formal). Syarat intern berkaitan dengan para pihak
yang akan melangsungkan perkawinan. Sedangkan syarat ekstern
berhubungan dengan formalitas-formalitas yang harus dipenuhi dalam
melangsungkan perkawinan. Syarat syarat intern terdiri dari :
1. Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua belah pihak
(pasal 6 ayat (1) UU perkawinan.
2. Harus mendapat izin dari kedua orang tua, bilamana masing masing
calon belum mencapai umur 21 tahun (pasal 6 ayat (2) UU
Perkawinan).
3. Bagi pria harus bisa mencapai usia 19 tahun dan wanita 16 Tahun,
kecuali ada dispensasi yang diberikan oleh penngadilan atau pejabat
lain yang ditunjuk oleh orang tua kedua belah pihak (pasal 7 ayat (1)
dan (2) UU Perkawinan).

20

4. Bahwa kedua belah pihak dalam keadaan tidak kawin, kecuali bagi
mereka yang agamanya mengizinkan untuk berpoligami (pasal 9 Jo.
Pasal 3 ayat (2) dan pasal 4 UU perkawinan).
5. Bagi seorang wanita yang akan melakuka perkawinan untuk kedua kali
dan seterusnya, undang-undang mensyaratkan setelah lewatnya masa
tunggu, yaitu sekurang-kurangnya 90 hari bagi yang putus
perkawinanya karena perceraian, 130 hari bagi mereka yang putus
perkawinannya karena kematian suaminya (pasal 10 dan 11 UU
perkawinan).

d. Aturan perkawinan berdasarkan hukum adat
Menurut Debby (2013: 2) berpendapat sahnya perkawinan berdasarkan
hukum adat bahwa:
1. Sahnya perkawinan menurut hukum adat bagi masyarakat
hukum adat di Indonesia pada umumnya bagi penganut agama
tergantung pada agama

yang dianut masyarakat

adat

bersangkutan. Maksudnya jika telah dilaksanakan menurut tata
tertib hukum agamanya, maka perkawinan itu sudah sah
menurut hukum adat. Kecuali bagi mereka yang belum
menganut agama yang diakui pemerintah, seperti halnya
mereka yang masih menganut kepercayaan agama lama (kuno)
seperti „sipelebegu‟ (pemuja roh) di kalangan orang Batak.
2. Hanya saja walaupun sudah sah menurut agama kepercayaan
yang dianut masyarakat adat belum tentu sah menjadi warga
adat dari masyarakat adat yang bersangkutan. Misalnya di

21

Lampung, walaupun sudah terlaksana perkawinan yang sah
menurut agama, tetapi apabila mempelai belum diresmikan
masuk menjadi warga adat (kugrug adat) Lampung, berarti
mereka belum diakui sebagai warga kekerabatan adat.
3. Upacara meresmikan masuk menjadi warga adat ini merupakan
upacara perkawinan adat. Misalnya di Lampung, Tulang
Bawang upacara perkawinan adat ini dilaksanakan dengan
acara „mosok-majew‟ (menyuap mempelai) dengan tindih sila.
Upacara mosok ini dipimpin oleh tua adat wanita, biasanya
istri atau penyimbang (pemuka adat) dan dibantu oleh
beberapa wanita sehingga juru bicara dan pembawa syair
perkawinan.

e. Aturan perkawinan berdasarkan hukum Islam
Menurut Ramulyo (1999: 50) aturan sahnya perkawinan berdasdarkan
hukum islam harus memenuhi rukun-rukun dan syarat-syarat sebagai
berikut:
1. Syarat umum
Perkawinan itu tidak dilakukan yang bertentangan dengan
larangan-larangan termaktub dalam ketentuan Q. II ayat 221 yaitu
larangan

perkawinan

karena

perbedaan

agama

dengan

pengecualiannya dalam surah Al Maidah Ayat 5 (Q. V : 5), yaitu
khusus laki-laki Islam boleh mengawini perempuan-perempuan
yang ahli kitab, seperti Yahudi, dan Nasrani. Kemudian tidak

22

bertentangan dengan larangan-larangan tersebut dalam Al Quranul
Karim Surah Al Nissa ayat 22 , 23, dan 24

2. Syarat Khusus
Adanya calon pengantin laki-laki dan calon pengantin perempuan.
Adanya calon pengantin laki-laki dan calon pengantin perempuan
ini adalah suatu konditio sine qua non (merupakan syarat mutlak)
absolut, tidak dapat dipungkiri, bahwa logis dan rasional kiranya,
karena tanpa calon pengantin laki-laki dan calon peengantin
perempuan, tentunya tidak akan ada perkawinan. Kedua calon
mempelai itu harus islam, akil baligh (dewasa dan berakal), sehat
rohani maupun jasmani.

3. Harus ada persetujuan bebas antara kedua calon pengantin, jadi
tidak boleh perkawinan itu dipaksakan. Dari ibnu abbas ra. bahwa
seorang perempuan perawan datang kepada nabi Muhamad SAW
dan menceritakan bahwa ayahnya telah menikahkannya dengan
seorang laki-laki, sedangkan ia tidak mau, maka nabi menyerahkan
keputusan itu kepada gadis itu, apakah mau meneruskan perkawinan
itu atau minta cerai.

4. Harus ada wali nikah
Menurut Mazhab As Syafi‟i, berdasarkan suatu Hadis Rasul yang
diriwayatkan Bukhari dan Muslim (As Shahihani) dari Siti‟Aisyah,
Rasul pernah mengatakan, tidak ada nikah tanpa wali. Tetapi
menurut mazhab Imam Abu Hanifah, wanita dewasa tidak perlu

23

pakai wali kalau hendak menikah. Hadis Rasul menurut mazhab As
Syafi‟i juga berdasarkan Hadis Rasul dari Siti Aisyah RA. Rasul
bersabda, tiap wanita yang menikah tanpa izin dari wali nikahnya
batal, batal. (Sampai tiga kali kata-kata batal itu diucapkan).

5. Harus ada dua orang saksi (islam, dewasa, adil).
Dalam Al Qur‟an tidak diatur secara tegas mengenai saksi nikah
itu, tetapi dalam hal talak dan rujuk ada disebutkan mengenai saksi,
maka dapat disimpulkan bahwa untuk membuktikan telah diadakan
perkawinan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan,
disamping adanya wali harus pula adanya saksi. Hal ini adalah
penting untuk kemaslahatan kedua belah pihak, dan kepastian
hukum bagi masyarakat, demikian juga bagi suami maupun istri
tidak demikian saja secara mudah dapat mengingkari ikatan
perjanjian perkawinan yang suci tersebut, sesuai pula dengan
analogi Al Qur‟an surah Al Baqarah ayat 282.
Apabila kamu melakukan transaksi (muamalah) dalam waktu yang
lama,

hendaklah

tuliskan

dengan

seorang

penulis

dan

persaksikanlah dengan 2 (dua) orang saksi laki-laki diantara kamu
atau jika tidak ada 2 (dua) orang laki-laki, boleh seorang laki-laki
diganti dengan dua orang perempuan untuk mengganti seorang
laki-laki yang kamu ridai, supaya apabila lupa yang seseorang lagi
mengingatkannya.

24

6. Bayarlah mahar (Mas Kawin)
Hendaklah suami membayar mahar kepada istrinya, seperti
disebutkan dalam Al Qur‟an surah Al Annisa‟ ayat 25 (Q.IV:25)
berikanlah mas kawin itu dengan cara yang patut.

Q. IV: 24; istri yang kamu campuri berikanlah maharnya dengan
cara yang patut (wajib).

Mahar menurut pendapat Umar bin Khattab, khalifah kedua
mendasarkan kepada Q. IV: 4 yang artinya serahkan kepada istri
itu mahar sebagai pemberian tanda suci.

Q. IV: 4; berikanlah mas kawin sebagai pemberian yang wajib.
Berapa besarnya mahar itu tidak ditentukan, Umar bin Khattab
sebagai khalifah kedua menyatakan tidak boleh kurang dari 10
dirham.

7. Sebagai proses terakhir dan lanjutan dari akad nikah ialah
pernyataan Ijab dan Qabul. Ijab ialah suatu pernyataan kehendak
dari calon pengantin wanita yang lazimnya diwakili oleh wali. Suatu
pernyataan kehendak dari pihak perempuan untuk mengikatkan diri
kepada seorang laki-laki sebagai suaminya secara formil, sedangkan
Qabul artinya letterlijk adalah suatu pernyataan penerimaan dari
pihak laki-laki atas ijab pihak perempuan.

Menurut Mardani (2011: 18) Kawin lari menurut hukum Islam
ialah suatu bentuk perkawinan dimana seseorang pria harus
terpaksa membawa lari calon istrinya dan dikawininya jauh dari

25

tempat tinggal orang tua si wanita. Pada umumnya walinya adalah
wali hakim. Nikah ini berakibat tidak sahnya suatu perkawinan,
kareana syarat sahnya pernikahan harus ada wali khususnya bagi
pihak wanita
Senada dengan pendapat mardani bahwa masyarakat pendatang
menganggap adat sebambangan kurang pantas untuk dilaksanakan
karena suatu akad nikah tidak di sertai wali nikah, namun pada
dasarnya adat sebambangan merupakan adat yang meminimalisir
dana pesta secara adat namun di selesaikan pula secara mufakat
keluarga dan penyimbang adat setempat.

f. Pengertian Sebambangan Pada Masyarakat Lampung Pepadun Dan
Saibatin
Sebambangan adalah adat Lampung yang mengatur pelarian gadis oleh
bujang ke rumah kepala adat untuk meminta persetujuan dari orang tua si
gadis, melalui musyawarah adat antara kepala adat.

Menurut Sabarudin S.a (2013: 72) Sebambangan merupakan dimana si
gadis dibawa oleh pihak bujang ke kepala adatnya, kemudian
diselesaikan dengan perundingan damai di antara kedua belah pihak
perbuatan mereka disebut “Mulei Ngelakai” (gadis yang menuju jenjang
pernikahan). Apabila si gadis yang pergi berlarian atas kehendak sendiri
maka disebut “ Cakak Lakai/ Nakat”(pergi ke rumah laki-laki). Dalam
acara berlarian ini terjadi perbuatan melarikan dan untuk si gadis dipaksa
lari bukan atas persetujuannya. Perbuatan ini disebut “Tunggang” atau
“Ditengkep”.

26

Perbuatan tersebut diatas merupakan pelanggaran adat muda-mudi dan
dapat berakibat dikenakan hukum secara adat atau denda. Tetapi pada
umumnya dapat diselesaikan dengan cara damai oleh para penyimbang
kedua belah pihak. Namun hal ini dapat di selasaikan dengan cara
sebagai berikut:

g. Penyelesaian Adat Sebambangan Zaman dahulu (Asli)
Menurut Nurlaila dalam Rikawati (2014:3) adat sebambangan dapat di
selesaikan dengan cara sebagai berikut:
a. Gadis yang hendak sebambangan, sudah bisa dicirikan dari gelagatnya.
Biasanya si gadis akan giat beres-beres rumah terutama pada
kamarnya, mencuci pakaian yang hendak di bawa pergi, hingga
membersihkan halaman rumah ( menyapu dan mencabut rumput)
sampai terlihat bersih dan rapi.
b. Tradisi lainnya, si Gadis harus meninggalkan uang (pengeluakh) dan
surat sebagai tanda mata dari mekhanai (laki-laki bujangan). Dalam
surat itu dijelaskan maksud kepergian dan menerangkan nama
pasangan juga orang tuanya. Uang dan surat itu biasanya ditaruh di
tempat yang mudah ditemukan seperti bawah tikar dan kasur atau
tempat bedak di kamar si gadis. Supaya orang tua bisa cepat
mengetahui kepergian anak gadisnya biasanya pasangan yang akan
melakukan adat sebambangan benar-benar memikirkan dan meyiapkan
rencana dengan matang.
c. Ngattak Pengenduran Senjato atau ngattak salah (meminta maaf
dengan membawa senjata.)
Pengenduran senjato atau tali pengundur atau juga disebut ngattak
salah adalah tindakan yang dilakukan pihak kerabat bujang yang
melarikan gadis dengan mengirim utusan yang membawa senjata
(keris) adat dan menyampaikan kepada kepala adat si gadis.
Ngattak pengenduran senjato ini harus dilakukan dalam waktu 1 x24
jam (bila jarak dekat) dan 3 x 24 jam bila jarak jauh atau diluar kota.
Pengunduran senjato harus diterima oleh kepala adat gadis dan segera
memberitahukan keluarga gadis serta meyanak wareinya, bahwa anak
gadis mereka sudah berada ditangan kepala adat pihak bujang. Senjata
punduk atau keris diti