TRADISI SEBAMBANGAN (LARIAN) PADA MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN DI KAMPUNG SRIMENANTI KABUPATEN WAYKANAN

(1)

TRADISI SEBAMBANGAN (LARIAN) PADA MASYARAKAT

ADAT

LAMPUNG PEPADUN DI KAMPUNG SRIMENANTI

KABUPATEN WAYKANAN

Oleh

Siti Sopiah Arafah

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG


(2)

ABSTRAK

TRADISI SEBAMBANGAN (LARIAN) PADA MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN DI KAMPUNG SRIMENANTI

KABUPATEN WAYKANAN

Oleh: Siti Sopiah Arafah

Perkawinan merupakan salah satu praktek kebudayaan yang paling mengundang upaya perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat, terlebih di dalam kehidupan Bangsa Indonesia yang terdapat berbagai macam kebudayaan serta adat istiadat, yang secara pasti juga melahirkan berbagai bentuk adat pelaksanaan perkawinan dari setiap suku bangsa. Adat istiadat yang berbeda dari masing-masing daerah atau suku bangsa inilah yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia dengan ragam kebudayaan nasional dan harus dijaga serta dilestarikan. Ditinjau dari seni dan budayanya, Lampung memiliki kebudayaan dan adat istiadat yang unik di Indonesia. Sebagaimana masyarakat lainnya, Lampung juga memiliki kebudayaan yang tidak hanya berfungsi sebagai hiburan semata, tetapi juga menjadi jati dirinya sebagai suku bangsa.


(3)

Salah satu kebudayaan yang terdapat di Lampung khususnya bagi masyarakat adat Lampung Pepadun di kampung Srimenanti Kabupaten Waykanan yang telah ada sejak dahulu yaitu suatu tradisi Sebambangan (Larian). Sebambangan (Larian) merupakan langkah awal bagi gadis (muli) bujang (meranai) Lampung untuk mencapai bahtera rumah tangga (Perkawinan). Pada umumnya Sebambangan (Larian) merupakan perkawinan dengan cara melarikan gadis yang akan di nikahi oleh bujang dengan persetujuan si gadis, untuk menghindarkan diri dari hal-hal yang dianggap dapat menghambat pernikahannya seperti tata cara atau persyaratan adat yang memakan biaya cukup banyak.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah proses pelaksanaan

Sebambangan (Larian) pada masyarakat adat Lampung Pepadun di Kampung Srimenanti Kabupaten Waykanan?

Adapun tujuan dari penelitian yang penulis ajukan adalah sebagai berikut : Untuk mengetahui Proses pelaksanaan Sebambangan (Larian) pada masyarakat adat Lampung Pepadun di Kampung Srimenanti Kabupaten Waykanan..

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, teknik dokumentasi dan teknik wawancara. Pada penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis data Kualitatif karena data yang diperoleh bukan berupa angka-angka sehingga tidak dapat diuji secara statistik.


(4)

Siti Sopiah Arafah

Hasil penelitian dalam proses sebambangan, ada 3 (tiga) hal yang perlu diperhatikan, yakni : 1) Persiapan sebambangan dimana Meranai (Bujang) dan Muli (Gadis) harus ada hubungan dulu (Pacaran), karena sudah terjalin hubungan percintaan Meranai memberikan sesuatu kepada Muli atau (Bekadu), setelah lama terjalin hubungan (Setenadaian) Meranai

menyampaikan niat untuk meminang Muli atau (Meset) dan bertanya apakah Muli tersebut ingin dilamar atau Sebambangan. Jika disepakati akan Sebambangan maka Muli dan Meranai

tersebut harus menentukan Waktu Sebambangan dan membuat Surat Tengepik dan Uang tengepik yang akan ditinggalkan dirumah si Muli. 2) Pelaksanaan Sebambangan akan dilakukan sesuai dengan kesepakatan yang telah disepakati oleh Muli dan Meranai, dengan meninggalkan Tengepik (Uang Tengepik dan Surat Tengepik). Dengan mengucapkan

“Bismillahirohaman nirrohim“ dengan tangan Muli dipegang oleh tangan Meranai, dan segera untuk jalan (berangkat), dengan diiringi atau dikawal oleh keluarga dan kerabat

Meranai untuk menuju kerumah dari Meranai yang melakukan Sebambangan. dan 3) Penyelesaian Sebambangan adalah dengan dilakukannya Pemandai dan Tali Pengendur (Ngattak Salah) yang dilakukan oleh pihak dari keluarga Meranai.


(5)

Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Ketua ProgrzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

.# Pendidikan

Judul Skripsi : TRADISIzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBASEBAMBANGAN (LARIAN) PADA MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN 01

KAMPUNG SRIMENAN-n KABUPATEN WAYKANAN Nama Mahasiswa

: Siti Sopiah Arafah

No. Pokok Mahasiswa : 1013033085

Jurusan

Program Studi Fakultas

: Pendidikan IPS : Pendidikan Sejarah

: Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Pembimbing I,

1. Komisi Pembimbing

ar Syah, M.H ",__... 0 198703 1 001

Supa n

Arief, S.Pd., M.Pd

NIP 1981 225 ~OO812 1 001

2. Mengetahui

.,.

D . . Buchori Asyik, M.Si. NIP 19560108 198503 1 002

Drs. H. askun, M.H. NIP 19591228 198503 1 005


(6)

MENGESAHKAN

1. 11m Penguji

Ketua : Drs. H. Iskandar Syah, M.H.

Sekretaris

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. H. Maskun, M.H.zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

.._ • •


(7)

SURATPERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini adalah :

1.Nama 2.NPM

3.Program Studi 4.Jurusan

5.Alamat

: Siti Sopiah Arafah : 1013033085

: Pendidikan Sejarah : Pendidikan IPS

: J1. Ab.Muis, Gg.Pelangi.No.55. Kampung Baru Gedungmeneng Kedaton Bandar Lampung.

Menyatakan bahwa Skripsi saya yang berjudul "TradisizyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBASebambangan (larian) Pada Masyarakat Adat Lampung Pepadun Di Kampung Srimenanti Kabupaten

Waykanan" bukan hasil penjiplakan dan di dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pemah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan disepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pemah ditulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Demikian surat pemyataan ini saya buat dengan sebenamya dan agar dapat

dipergunakan sebagaimana mestinya.zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

...• .

Bandar Lampung, Februari 2013

- _,~

METEW-· - ~. Penulis

-,!~~!?££

TGL 20

- Siti Sopiah Arafah NPM 1013033085


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN ABSRAK

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Identifikasi Masalah... 4

1.3. Pembatasan Masalah... 4

1.4. Perumusan Masalah... 4

1.5. Tujuan Penelitian... 5

1.6. Kegunaan Penelitian... 5

1.7. Ruang Lingkup Penelitian... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka... 7

2.2. Konsep Tradisi... 7

2.3 Konsep Sebambangan...………...…... 8

2.4. Faktor Penyebab Sebambangan…... 9

2.5. Konsep Masyarakat Lampung Pepadun ... 10

2.6. Konsep Kebudayaan... 11

2.7. Konsep Sistem Nilai Budaya... 15

2.8 Konsep Perubahan Masyarakat dan Kebudayaan………...….. 17

2.9 Konsep Adat Perkawinan…….………...……... 19

2.10. Kerangka pikir………... 20

2.11.Paradigma………...……….. 21

III. METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian... 22

3.2. Metode Yang Digunakan... 22

3.3. Lokasi Penelitian…... 26

3.4. Variabel Penelitian, Definisi Oprasional Variabel dan Informan... 27

3.5. Teknik Pegumpulan data... 29


(9)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum hasil Penelitian... 35

4.1.1. Sejarah Singkat kampung Srimenanti... 35

4.1.2. Struktur Organisasi Pemerintahan Kampung Srimenanti…….……... 38

4.1.3. Luas dan Batas Wilayah....………... 39

4.1.4. Keadaan Penduduk Kampung srimenanti... 40

4.1.5. Komposisi Penduduk Kampung Srimenanti Menurut Etnis/Suku …... 41

4.1.6. Komposisi Pendidikan Masyarakat Kampung Srimenanti……….... 42

4.1.7.Komposisi Penduduk Kampung Srimenanti Menurut Mata pencaharian…………... 43

4.1.8. Komposisi Penduduk Kampung Srimenanti Menurut Agama………... 44

A. HASIL ... 43

4.2. Proses Sebambangan... 43

4.2.1 Persiapan Sebambangan (larian) ... 45

4.2.1.1. Meranai dan Muli Ada Hubungan Dulu (Pacaran)... 45

4.2.1.2. Bekadu ... 48

4.2.1.3. Meset ... 49

4.2.1.4. Waktu ... 50

4.2.1.5. Surat dan Uang tengepik ... 51

4.2.2. Pelaksanaan Sebambangan ……... 54

4.2.3. Penyelesaian Sebambangan... 59

4.2.3.1. Pemandai Atau Ngantak Salah ... 59

B. PEMBAHASAN ... 64

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan... 72

5.2. Saran... .74

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

I. PENDAHULUAN

1.1, Latar Belakang.

Suku Lampung terbagi atas dua golongan besar yaitu LampungJurai Saibatindan LampungJurai Pepadun.Dapat dikatakanJurai Saibatin dikarenakan orang yang tetap menjaga kemurnian darah dalam kepunyimbangannya. Sedangkan ciri orang LampungJurai Pepadunyaitu masyarakatnya menggunakan dialek bahasa“Nyo”

atau berlogat “O” dan sebagian masyarakatnya menggunakan dialek bahasa

Api” atau berlogat “A” dan juga orang Lampung Pepadun merupakan suatu

kelompok masyarakat yang ditandai dengan upacara adat naik tahta dengan menggunakan adat upacara yang disebut“Pepadun”(Iskandar Syah, 2005:2).

Ditinjau dari seni dan budayanya, Lampung memiliki kebudayaan dan adat istiadat yang unik di Indonesia. Sebagaimana masyarakat lainnya, Lampung juga memiliki kebudayaan yang tidak hanya berfungsi sebagai hiburan semata, tetapi juga menjadi jati dirinya sebagai suku bangsa. Salah satu kebudayaan yang terdapat di Lampung khususnya bagi masyarakat adat Lampung Pepadun di kampung Srimenanti Kabupaten Waykanan yang telah ada sejak dahulu yaitu suatu tradisi Sebambangan (Larian). Sebambangan (Larian) merupakan langkah awal bagi gadis (muli)bujang(meranai)Lampung untuk mencapai bahtera rumah tangga (Perkawinan).


(11)

2

Perkawinan merupakan salah satu praktek kebudayaan yang paling mengundang upaya perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat, terlebih di dalam kehidupan Bangsa Indonesia yang terdapat berbagai macam kebudayaan serta adat istiadat, yang secara pasti juga melahirkan berbagai bentuk adat pelaksanaan perkawinan dari setiap suku bangsa. Adat Lampung Pepadun dengan

begawi , Adat Bali dengan Wiwaha, Adat Dayak dengan Singkup Paurung Hang Dapur dan masih banyak lagi sebutan upacara adat perkawinan dari masing-masing daerah atau suku bangsa. Adat istiadat yang berbeda dari masing-masing-masing-masing daerah atau suku bangsa inilah yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia dengan ragam kebudayaan nasional dan harus dijaga serta dilestarikan.

Dalam perkawinan kegiatan yang dibayangkan bahkan dipercayai, sebagai perwujudan ideal hubungan cinta antara dua individu belaka telah menjadi urusan banyak orang atau intitusi mulai dari orang tua, keluarga besar, intitusi agama dan negara. Namun, pandangan pribadi ini pada saatnya akan terpangkas oleh batas-batas yang ditetapkan keluarga, masyarakat, maupun ajaran Agama dan hukum negara, sehingga niat tulus menjalin ikatan hati, membangun kemandirian masing-masing dalam ruang bersama, tak pelak lagi tersendat atau seringkali terkalahkan. Maka berangkat dari hal inilah muncul pemahaman dan pengertian yang berbeda. Secara umum perkawinan merupakan suatu bentuk ikatan antara dua orang yang berlainan jenis kelamin, atau antara seorang pria dengan seorang wanita, dimana mereka mengikat diri untuk bersatu dalam kehidupan bersama. Proses ini melalui ketentuan yang terdapat dalam masyarakat laki-laki yang telah mengikat diri dengan seorang wanita setelah prosedur yang ditentukan, maka dinamakan suami dan istri.


(12)

3

Pada masyarakat Lampung, terdapat dua macam perkawinan yaitu perkawinan

Semanda dan Bejujogh. Pada masyarat Lampung Saibatin mengenal bentuk perkawinan Semanda dan Bejujogh sedangkan pada masyarakat Lampung Pepadun hanya mengenal bentuk perkawinanbejujogh.

Tata cara perkawinan pada masyarakat adat Lampung Pepadun pada umumnya berbentuk perkawinan dengan cara lamaran (rasan tuha) dengan Sebambangan

(Larian). Perkawinan dengan cara lamaran (rasan tuha) adalah dengan memakai jujur, yang ditandai dengan pemberian sejumlah uang kepada pihak perempuan. Uang tersebut digunakan untuk menyiapkan alat-alat kebutuhan rumah tangga

(sesan), dan diserahkan kepada mempelai laki-laki pada saat upacara perkawinan berlangsung. Sedangkan, perkawinan Sebambangan (tanpa acara lamaran) merupakan perkawinan dengan cara melarikan gadis yang akan di nikahi oleh bujang dengan persetujuan si gadis, untuk menghindarkan diri dari hal-hal yang dianggap dapat menghambat pernikahannya seperti tata cara atau persyaratan adat yang memakan biaya cukup banyak.

Selain dari persyaratan adat yang berbelit dan biaya yang dibutuhkan cukup banyak menurut HadikusumaSebambangan(Larian) terjadi dikarenakan :

1. Gadis belum diizinkan oleh orang tuanya untuk bersuami 2. Orang tua atau keluarga si gadis menolak lamaran pihak pria 3. Gadis telah bertunangan dengan pria yang tidak disukainya 4. Perekonomian si bujang yang tidak berkecukupan

5. Posisi gadis yang ingin berumah tangga tetapi dia masih memiliki kakak yang belum menikah

(Hadikusuma, 1997; 15).

Dalam proses Sebambangan (Larian) ada tiga tahapan, yakni :1).Persiapan Sebambangan (Larian). 2) Pelaksanaan Sebambangan dan 3) Penyelesaian


(13)

4

sebambangan pada masyarakat adat Lampung Pepadun di Kampung Srimenanti Kabupaten Waykanan.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diutarakan oleh penulis di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Proses pelaksanaan Sebambangan (Larian) pada masyarakat adat Lampung Pepadun di Kampung Srimenanti Kabupaten Waykanan.

2. Faktor-Faktor yang menyebabkan dilakukannya Sebambangan (Larian) pada masyarakat adat Lampung Pepadun di Kampung Srimenanti Kabupaten Waykanan.

3. Tujuan dari dilakukannya Sebambangan (Larian) pada masyarakat adat Lampung Pepadun di Kampung Srimenanti Kabupaten Waykanan.

1.3. Pembatasan Masalah

Agar dalam penelitian ini tidak menyimpang dari pokok permasalahan yang ada, maka penulis membatasi masalah ini pada Proses pelaksanaan Sebambangan

(Larian) pada masyarakat adat Lampung Pepadun di Kampung Srimenanti Kabupaten Waykanan.

1.4. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah proses pelaksanaan

Sebambangan (Larian) pada masyarakat adat Lampung Pepadun di Kampung Srimenanti Kabupaten Waykanan?


(14)

5

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang penulis ajukan adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui Proses pelaksanaan Sebambangan (Larian) pada masyarakat adat Lampung Pepadun di Kampung Srimenanti Kabupaten Waykanan..

1.6. Kegunaan Penelitian

1. Untuk menambah wawasan bagi penulis tentang Tradisi Sebambangan

(Larian) Pada Masyarakat Adat Lampung Pepadun di Kampung Srimenanti Kabupaten Waykanan pada khususnya dan masyarakat Lampung pada umumnya.

2. Sebagai informasi kepada generasi muda untuk lebih mengetahui tentang salah satu tradisi adat Lampung yaitu mengenaiSebambangan(Larian). 3. Sebagai sumbangan pustaka yang dapat dimanfaatkan bagi mahasiswa

Universitas Lampung sebagai informasi wujud ragam budaya Lampung.

1.7.Ruang Lingkup Penelitian 1.7.1. Ruang lingkup ilmu

Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkupAntropologi Budaya.

1.7.2. Ruang Lingkup Objek

Ruang lingkup objek penelitian ini adalah Proses Pelaksanaan

Sebambangan (Larian) Pada Masyarakat Adat Lampung Pepadun di Kampung Srimenanti Kabupaten Waykanan


(15)

6

1.7.3. Ruang Lingkup Subjek

Ruang lingkup subjek penelitian ini adalah Masyarakat Lampung Pepadun di Kampung Srimenanti Kabupaten Waykanan

1.7.4. Ruang Lingkup Waktu

Waktu dalam penelitian ini adalah pada tahun 2013

1.7.5. Ruang Lingkup Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kampung Srimenanti Kabupaten Waykanan


(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka yang dipergunakan dalam penelitian ini, ialah untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian, dimana dalam tinjauan pustaka yang akan dicari teori atau konsep-konsep atau generalisasi-genaralisasi yang akan dijadikan landasan teoritis bagi penelitian yang akan dilakukan. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian ini adalah :

2.2. Konsep Tradisi

Pada Masyarakat Indonesia masih terdapat berbagai macam tradisi yang masih dilakukan dengan baik maupun telah hilang, misalnya tradisi Sebambangan

(Larian), tradisi tolak bala dan masih banyak tradisi-tradisi yang tidak dapat disebutkan disebutkan secara menyeluruh. Tradisi-tradisi tersebut mengandung nilai-nilai budaya dan moral yang memiliki tujuan baik untuk menciptakan masyarakat yang berakhlak baik dan berperadaban.

Tradisi adalah suatu (seperti adat, kepercayaan, kebiasaan, ajaran, dan sebagainya) yang turun temurun dari nenak moyang (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1984; 1088). Hal yang sama juga diungkapkan oleh Badudu bahwa tradisi adalah adat kebiasaan yang dilakukan secara turun temurun dan masih dilaksanakan pada masyarakat yang ada (J.S, Bedudu. 2003 : 349).


(17)

2.3. KonsepSebambangan

8 Sebambangan (Larian) berasal dari bahasa Belanda vlunch of wegloop huwelijk yang di terjemahkan perkawinan bawa lari, yaitu perkawinan yang dilakukan untuk menghindari diri dari berbagai keharusan perkawinan dengan pinangan (lamaran), serta untuk menghindari diri dari orang tua atau kerabat (Poeponoto dalam Diyana, 2002).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Sebambangan merupakan perkawinan dengan cara melarikan gadis yang akan dinikahi dengan persetujuan gadis tersebut untuk menghindarkan diri dari tata cara adat yang dianggap terlalu berlarut-larut dan memakan biaya terlalu mahal (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990).

“Sebambanganadalah suatu kegiatan yang dilakukan antara seorang bujang

(meranai) dengan seorang gadis (muli) baik pada siang atau malam hari, untuk menentukan hidup bersama dengan cara bekeluarga, dengan cara larian atau pergi dari rumah orang tua muli kerumah orang tua meranai, dengan meninggalkan surat tengepik, uang tengepik yang sudah disepakati oleh kedua belah pihak, baik

meranai maupun muli, dan akan diselesaikan oleh keluarga. (Hasil Wawacara dengan, Abdul Roni, Tanggal 21 November 2013).

Jadi yang dimaksud Sebambangan (Larian) dalam penelitian ini adalah perkawinan dengan cara melarikan gadis yang akan di nikahi oleh bujang dengan persetujuan si gadis, untuk menghindarkan diri dari hal-hal yang dianggap dapat menghambat pernikahannya antara keduanya.


(18)

2.4. Faktor penyebabSebambangan.

9 Sebambangan menurut Adat lampung Pepadun adalah hal yang dibenarkan, namun bukan satu-satunya cara yang dapat dilakukan oleh muli dan meranai

untuk membentuk satu keluarga, karena masih ada cara-cara lain yang dapat dilaksanakan untuk menuju perkawinan. Namun demikian, Sebambangan

biasanya dilakukan atau dilaksanakan oleh muli dan meranai dikarenakan ada beberapa faktor, diantaranya : 1). Muli (gadis) tersebut masih belum cukup usianya, sehingga muli tersebut belum di-izinkan untuk berkeluarga, 2) Mungkin pula orang tua (bapak & ibu) dari muli tersebut tidak setuju dengan meranai

(bujang) yang menjadi pacarnya (cowok) nya dari muli tersebut, 3). Bisa juga terjadi karena kepincangan ekonomi, artinya status ekonomi dari bujang (meranai) tersebut tidak berkecukupan atau tidak mampu untuk memenuhi permintaan dari pihak keluarga gadis ( muli ), 4). Mungkin juga gadis (muli)

tersebut posisinya bahwa muli tersebut masih mempunyai kakak laki-laki yang belum menikah atau ayuk prempuan yang juga belum menikah, sehingga muli

tersebut harus melangkahi kakak-kakaknya atau ayuk-ayuknya, dan 5). Mungkin juga bahwa gadis (muli) tersebut sudah ditunangkan oleh orang tuanya (bapak & ibunya) dengan pria (bujang) lain sebagai pilihan dari orang tuanya.(Hasil wawancara dengan bapak Radin Sutan peturun, 20 November 2013). Dari penjelasan tersebut diatas, bahwasebambangandilakukan oleh muli danmeranai,

biasanya yang menjadi faktor yang utama atau dominan untuk melakukan

sebambangan, adalah karena bujang (meranai)tersebut tidak disukai oleh bapak & ibu dari keluargamuli, atau juga bisa jadi karena faktor ekonomi, karena bujang tidak dapat memenuhi permintaandau(uang) dari pihak keluargamuli.


(19)

2.5. KonsepMasyarakat Lampung Pepadun

Masyarakat adalah sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama seperti: Sekolah, keluarga, perkumpulan Negara semua adalah masyarakat.

Dalam ilmu sosiologi kita mengenal ada dua macam masyarakat, yaitu masyarakat paguyuban dan masyarakat petambayan.

Masyarakat paguyuban terdapat hubungan pribadi antara anggota-anggota yang menimbulkan suatu ikatan batin antara mereka. Kalau pada masyarakat patambayan terdapat hubungan pamrih antara anggota-angotanya.

Masyarakat adalah satu sistem dari suatu kebiasaan dan tata cara dari wewenang dan kejasama antara berbagai kelompok dan penggolongan dari pengawasan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan manusia (Soerjono Soekanto,1990:24). Sedangkan menurut Selo Soemarjan (1982:24) masyarakat adalah yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan. Menurut Auguste Comtee dalam buku sosiologi sekematika, teori dan terapan yang diterjemahkan oleh abdul sani mengemukaakan bahwa masyarakat merupakan kelompok-kelompok mahluk hidup dengan realitas-realitas baru yang berkembang menurut hukum-hukumnya sendiri dan berkembang menurut pola perkembangan sendiri (Abdul Sani,2002:32).

Unsur-unsur suatu masyarakat:

a. Harus ada perkumpulan manusia dan harus banyak


(20)

11

c. Adanya aturan atau undang-undang yang mengatur masyarakat untukmenuju kepada kepentingan dan tujuan bersama.

Berdasarkan beberapa pengertian masyarakat diatas bisa diambil kesimpulan bahwa masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling berinteraksi serta memiliki suatu ikatan yang kuat karena memiliki latar belakang yang sama, mempunyai ikatan batin yang sama antara mereka serta tata cara dari wewenang dan kejasama antara berbagai kelompok kemudian mempunyai hubungan timbal balik antar mereka.

Salah satu masyarakat yang ada di indonesia adalah masyarakat Lampung, masyarakat Lampung dibagi menjadi dua yaitu: Masyarkat Lampung Pepadun dan Masyarakat Lampung Saibatin, masyarakat Lampung Pepadun Waykanan, Pubian dan Saibatin menggunakan bahasa dialek (A) sedangkan masyarakat Lampung Pepadun Abung Siwo Miego dan Mego Pak Tulang Bawang menggunakan bahasa dialek (O), masyarakat Lampung Abung Siwo Miego dan Miego Pak Tulang Bawang dan masyarakat Lampung pepadun waykanan termasuk masyarakat Lampung Pepadun dan di dalam adat perkawinan adat terdapat kesamaan dan perbedaan yang tidak terlalu jauh.

2.6. Konsep Kebudayaan

Kata kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu “ Budhayahyang

merupakan bentuk jamak dari kata budhi , yang berarti budi atau akal. Sehingga kebudayaan dapat diartikan sebagai hal yang bersangkutan dengan budi atau akal ( Soejono Soekanto, 1996 : 154).


(21)

12

Sedangkan kebudayaan menurut Koentjaraningrat adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 1996 : 154 ). Menurut E.B. Taylor, kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum dan istiadat dan lain- lain kemampuan serta kebiasaan- kebiasaan yang didapat manusia sebagai anggota masyarakat (Soerjono Soekanto, 1986 : 154 ).

Dari pendapat-pendapat diatas, maka kebudayaan dapat diartikan sebagai keseluruhan dari hasil kreasi cipta,rasa dan karsa manusia yang diperoleh dengan cara belajar.

Jika dilihat lebih jauh lagi mengenai pengertian kebudayaan,dapat di tinjau dari penjelasan Selo Seemardjan dan Soeleman Soemardi sebagai berikut:

Karsa akan menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan yang diperlukan oleh masyarakat untuk menguasai alam. Sedang rasa yang meliputi jiwa manusia mewujudkan segala norma – norma dan nilai kemasyarakatan yang perlu untuk

mengatur masalah–masalah kemasyarakatan dalam arti yang luas.

Selanjutnya cipta merupakan mental, kemampuan berfikir dari orang–orang yang

hidup bermasyarakat (Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi, 1974 ; 113). Kebudayaan seperti yang telah dijelaskan, melekat pada segenap masyarakat, walaupun terdapat perbedaan, hanya menyangkut tingkat kesempurnaan dari kebudayaan yang mereka miliki atau tingkat keberadabannya.

Peradaban menurut S. Menno dan Mustamin Alwi adalah sebagai berikut: Peradaban merupakan tingkat kemampuan seseorang atau masyarakat untuk menciptakan atau merumuskan ketentuan – ketentuan bagi pengaturan tata


(22)

13

kehidupannya dalam hubungannya dengan lingkungan sosial maupun dengan lingkugan alam, serta kemampuan seseorang atau masyarakat itu untuk mematuhi dan mentaati ketentuan–ketentuan itu (S. Menno dan Mustamin Alwi, 1992;43).

Dari konsep peradaban diatas, maka dapat dikatakan bahwa semakin mampu seseorang atau suatu masyarakat membuat ketentuan–ketentuan dan aturan yang

membatasi, menata dan mengatur tata hubungan diantara mereka, semakin tinggi peradaban yang mereka miliki.

Menurut Budi Radjab, peradaban manusia didunia ini mengalami tiga gelombang perubahan sebagai berikut:

Gelombang pertama (1) terjadi sekitar sepuluh ribu tahun yang lalu, yaitu dimana masyarakat menemukan sistem pertanian. Gelombang ke- dua (2) diawali dengan meletusnya Revolusi Industri.Sedang gelombang ke- tiga (3) tengah berlangsung hingga saat ini.Pada pertama, teknologi yang dipergunakan masih sangat sederhana (manual). Dalam gelombang pertama ini sistem sosial ekonomi masyarakat masih bersifat komunitas pertanian subsisten dan lokal. Pada gelombang kedua yang ditandai dengan Revolusi Industri, telah dapat mengubah secara mendasar kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Hal ini terutama ditandai dengan diketemukannya teknologi mekanik yang mampu dipergunakan dalam proses produksi secara massal. Pada gelombangan ketiga, terlebih dengan diketemukannya teknologi informatika, masyarakat tidak mampu lagi mengisolasikan diri nya dari dunia luar (Budi Radjab, 1992).


(23)

14

Kebudayaan merupakan suatu keseluruhan dari hasil cipta, rasa dan karsa manuasia.Konsep yang demikian ini terasa sangat luas, sehingga untuk mempermudah didalam pengkajian dapat dipecah-pecah dalam beberapa unsur.

Menurut Koentjaraningrat, unsur-unsur kebudayaan yang universal yang juga merupakan isi dari kebudayaan yang ada pada segenap masyarakat di dunia terdiri dari:

1. Sistem religi dan upacara keagamaan. 2. Sistem dan organisasi kemasyarakatan. 3. Sistem pengetahuan.

4. Bahasa. 5. Kesenian.

6. Sistem mata pencaharian hidup. 7. Sistem teknologi dan peralatan.

Ke-tujuh unsur universal tersebut masing-masing dapat dipecah lagi kedalam sub-unsur.Demikian ke-tujuh unsur kebudayaan universal tadi memang mencakup kebudayaan makhluk manusia dimanapun juga di dunia, dan menunjukkan lingkup dari kebudayaan serta isi dari konsepnya (Koentjaraningrat, 1984; 2).Dari unsur-unsur kebudayaan yang universal yang telah disebutkan, jelaslah bahwa kebudayaan itu mempunyai wujud.Mengenai wujud kebudayaan Koentjaraningrat berpendapat sebagai berikut:

Bahwa kebudayaan itu mempunyai paling sedikit tiga wujud, ialah:

1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari idee-idee, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.

2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.

3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia (Koentjaraningrat, 1984; 5).


(24)

15

Ketiga wujud kebudayaan di atas dalam kehidupan masyarakat tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan lainnya.

Sebagai ilustrasi tentang hubungan antara ketiga wujud kebudayaan dapat dilihat pada contoh berikut. Dalam suatu musyawarah desa, salah seorang anggota masyarakat mempunyai idee atau gagasan bahwa untuk menghadapi musim paceklik yang akan datang, agartidak terjadi kekurangan persediaan bahan makanan, sebaiknya dibuat lumbung padi. Ternyata usul ini diterima oleh anggota masyarakat yang lain. Dari ilustrasi di atas, jelasnya bahwa benda hasil karya manusia itu akan terwujud apabila didahului oleh adanya suatu idé atau gagasan yang kemudian dilanjutkan dengan aktivitas.Dengan demikian kebudayaan itu mempunyai daya guna (utility) yang sangat besar bagi kehidupan manusia, baik dalam pemenuhan secara ekonomi maupun sosial kemasyarakatan.

2.7. Konsep Sistem Nilai Budaya

Sistem nilai budaya merupakan tingkat paling abstrak dari adat.Sistem nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran warga masyarakat mengenai hal-hal yang mereka anggap bernilai dalam hidup (Koentjaraningrat, 1984; 25).

Dari konsep sistem nilai budaya dalam semua kebudayaan di dunia itu sebenarnya mengenai masalah pokok dalam kehidupan manusia, yaitu:

1. Masalah mengenai hakikat dari hidup manusia (MK). 2. Masalah mengenai hakikat dari karya manusia (MK).

3. Masalah mengenai hakikat kedudukan dalam ruang dan waktu (MW). 4. Masalah mengenai hakikat dari hubungan manusia dengan alam

sekitarnya (MA).

5. Masalah mengenai hakikat dari hubungan manusia dengan sesamanya (Koentjaraningrat, 1984; 28)


(25)

16

Didalam membahas tentang sistem nilai budaya, tidak dapat dipisahkan dari istilah sikap mental dan mentalitas (orientasi sistem nilai budaya).

Sikap mental merupakan suatu keadaan mental seseorang untuk mengadakan respon terhadap lingkungan sekelilingnya.Sedangkan mentalitas merupakan keseluruhan dari isi serta kemampuan alam pikiran serta jiwa manusia dalam hal menanggapi lingkungannya. (Koentjaraningrat, 1984; 28).

Dalam hubungannya dengan sistem nilai budaya secara umum perubahan-perubahan yang terjadi pada suatu masyarakat adalah sebagai akibat adanya kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat.Sehingga untuk dapat mengikuti perubahan yang terjadi diperlukan adanya suatu orientasi sistem nilai budaya yang dimiliki oleh masyarakat yang bersangkutan.Begitu juga yang berlaku bagi masyarakat petani dalam mengikuti perubahan yang terjadi, karena umumnya masyarakat petani itu memiliki mentalitas yang khas, yaitu mentalitas petani yang berbeda dengan masyarakat industri.

Menurut Koentjaraningrat, untuk mengubah beberapa nilai budaya masyarakat agrarais tradisional ke masyarakat agraris industri diperlukan adanya orientasi sistem nilai budaya (mentalitas) sebagai berikut:

1. Berpandangan positif terhadap makna hidup dan bersifat gigih dalam mencapai tujuan. Serta berani mengambil resiko dengan memilih jalan alternatif.

2. Berapandangan positif terhadap makna karya-karyanya, dalam arti mereka menikmati pekerjaan berkarya itu sendiri dan tidak hanya bekerja untuk makan, bekerja untuk memperoleh hadiah atau bekerja untuk memperoleh kedudukan.

3. Berorientasi ke masa depan, sehingga mereka dapat memperhatikan dengan secermat-cermatnya bencana yang mungkin dapat terjadi di masa yang akan datang. Dana karena itu bersifat hemat, membiasakan diri untuk menyisihkan sebagian penghasilan untuk menghadapi kemungkinan bencana tersebut.


(26)

17

4. Mementingkan hubungan yang selaras dengan alam, yang sebenarnya juga ada dalam mentalitas agraris tradisional, bedanya jiwa manusia dalam masyarakat agraris industry yang berlandaskan pada sains dan teknologi lebih bersifat eksploratif dan ingin menyelami rahasia-rahasia alam.

5. Dalam hubungannya dengan sesamanya menilai tinggi kemandiran, keberanian dan bertanggung jawab sendiri. Dan tidak bertindak berdasarkan restu atau instruksi dari senior atau pemimpin, member penilaian positif atas karya orang lain yang bermutu tinggi tanpa iri hati. Serta mudah bekerjasama dengan orang lain, bersifat toleran terhadap orang lain, dan memiliki tenggang rasa (Koentjaraningrat, 1993).

2.8. Konsep Perubahan Masyarakat dan Kebudayaan

Setiap masyarakat selama hidupnya pasti mengalami perubahan. Perubahan-perubahan ini dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma sosial, pola-pola prilaku, lapisan masyarakat, interaksi sosial dan sebagainya (Seorjono Seokanto, 1986; 234).

Dengan luasnya bidang-bidang yang mengalami perubahan, maka jika akan membuat uraian perubahan yang terjadi pada masyarakat, perlu adanya penegasan tentang apa saja yang akan menjadi objek (Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi, 1974; 487).

Menutur Phil Astrid S. Susanto, penyebab terjadinya perubahan masyarakat dan kebudayaan yaitu antara lain ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi, komunikasi dan transportasi, urbanisasi dan adanya tuntutan manusia sendiri (Phil Astrid S. Susanto, 1983; 157).

Sedang Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi tentang penyebab terjadinya perubahan masyarakat dan kebudayaan berpendapat sebagai berikut:


(27)

18

penyebab terjadinya perubahan masyarakat dan kebudayaan mencakup dua faktor yaitu faktor ekstern dan intern. Faktor ekstern merupakan faktor yang datang dari masyarakat lain, sedang faktor intern meliputi bertambah dan berkurangnya penduduk, penemuan-penemuan baru, pertentangan antara golongan, dan pemberontakan di dalam masyarakat itu sendiri (Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi, 1974; 489).

Perubahan yang terjadi pada suatu masyarakat dapat berakibat positif dan negatif.Perubahan dalam arti positif, jika perubahan tersebut dapat bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia itu sendiri. Sedang perubahan dalam arti negatif, jika perubahan yang terjadi akan membawa bencana bagi kelangsungan hidup manusia.Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa perubahan dalam arti yang positif merupakan suatu upaya pembangunan (modernitas).

Modernitas menurut Jujun S. Suriasumantri adalah sebagai berikut:

Modernitas adalah suatu konsepsi kebudayaan yang tumbuh dalam peradaban manusia sebagai akibat dari kemajuan umat manusia. Sedang modernisasi adalah suatu proses pembaharuan masyarakat tradisional (konvensional) menuju suatu masyarakat yang maju dengan mengacu pada nilai-nilai kemasyarakatan (Jujun S. Suriasumantri, 1985; 49).Moderenisasi menurut J. W. Schoorl didefinisikan sebagai suatu proses transformasi, suatu perubahan masyarakat dalam segala aspek-aspeknya (J. W. Schoorl, 1981; 1)

Dari kedua pengertian di atas, maka modernisasi adalah suatu upaya pembaharuan dalam kehidupan individu atau masyarakat, yang biasanya terjadi sebagai akibat adanya dua faktor penyebab, yaitu:


(28)

19

1. Perubahan persepsi tentang hidup dan kehidupan sebagai akibat meningkatnya kecerdasan individu.

2. Adanya keterkaitan dan ketergantungan (globalisasi) umat manusia secara universal.

2.9. Konsep Adat Perkawinan

Adat perkawinan adalah aturan-aturan hukum adat yang mengatur tentang bentuk-bentuk perkawinan, cara-cara pelamaran, upacara perkawinan dan putusnya perkawinan di indonesia.(Hilman Hadikusuma,1990:97).

Berdasarkan pendapat diatas disimpulkan bahwa adat perkawinan adalah aturan-aturan, atau tata cara pelaksanaan upacara perkawinan yang berlaku di masyarakat setempat. Indonesia terkenal akan pluralis yang kaya akan budaya dan suku yang terdiri dari 33 propinsi. Sehingga aturan-aturan hukum adat perkawinan diberbagai daerah di indonesia berbeda-beda, dikarenakan sifat kemasyarakatan, adat istiadat, agama dan kepercayaan masyarakat yang berbeda-beda.

Marga adalah keluarga besar Kecamatan maupun Kampung, contohnya lampung Pepadun Waykanan sering juga disebutkan dengan Buway Lima Waykanan, yang meliputi wilayah :

• Buway Barasakti, lokasinya di daerah Barasakti / Tiyuh Telu.

• Buway Semenguk, lokasinya di daerah Blambangan Umpu

• Buway Baradatu, Lokasinya di daerah Baradatu.

• Buway Pemuka, Lokasinya di daerah Pakuanratu dan Negara Batin.

• Buway Bahuga, Lokasinya di daerah Mesir Ilir.


(29)

2.10. Kerangka Pikir

Kehidupan masyarakat yang ada di kampung Srimenanti Kecamatan Negara Batin Kabupaten Waykanan, masyarakatnya masih melaksanakan tradisi adatnya yaitu

Sebambangan (Larian).Sebambangan (Larian) merupakan awal dari proses menuju pernikahan (secara adat).

Bagi masyarakat Lampung Pepadun perkawinan merupakan salah satu peristiwa besar dan penting dalam kehidupan masyarakat sebab tidak hanya menyangkut antara pria dan wanita saja tetapi tanggung jawab bersama seluruh kelurga yang terikat dalam kerabat yang ada.

Setelah melakukan penguraian terhadap beberapa pengertian dan konsep yang akan membatasi penelitian ini, maka kerangka pikir dalam penelitian ini akan membahas tentang persiapan, pelaksanaaan serta penyelesaian dari kegiatan

Sebambangan (Larian), dimana Sebambangan (Larian) adalah perkawinan dengan cara melarikan gadis yang akan di nikahi oleh bujang dengan persetujuan si gadis, untuk menghindarkan diri dari hal-hal yang dianggap dapat menghambat pernikahannya seperti tata cara atau persyaratan adat yang memakan biaya cukup banyak.

Sebambangan (Larian) yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah rangkaian dari kegiatan Sebambangan (Larian) pada masyarakat Lampung Pepadun di Kampung Srimenanti Kabupaten Waykanan terhadap tradisi Sebambangan


(30)

21 2.11. Paradigma

Proses

Sebambangan

Persiapan

Sebambangan

Pelaksanaan

Sebambangan

Penyelesaian

Sebambangan

Perkawinan

Keterangan :

Garis Hubungan Garis Pengaruh


(31)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Keberhasilan suatu penelitian banyak dipengaruhi oleh penggunaan metode, maka dari itu seorang penetili harus dapat memilih metode yang tepat dan sesuai. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami obyek yag menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. (Husin Sayuti, 1989:32).Metode penelitian merupakan faktor yang penting dalam memecahkan suatu masalah yang turut menentukan penelitian.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh para ahli diatas, maka dapat didefinisikan bahwa yang dimaksud dengan Metode adalah cara kerja yang ditempuh seseorang dalam melakukan suatu penelitian agar mendapatkan kebenaran dari tujuan yang diharapkan. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriftif, dengan berusaha mencari gambaran menyeluruh tentang data, fakta, dan peristiwa yang sebenarnya.

3.2. Metode Yang Digunakan

Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Metode deskriptif menurut Winarno Surachmad (1984 : 139) adalah”


(32)

23

penyelidikan dengan meode survey, teknik wawancara, angket observasi, analisis kuantitatif, studi kasus, studi kompratif, studi gerak dan waktu, serta studi kooperatif atau operasional.

Menurut Muhammad Ali (1985 : 120), Metode desktiptif adalah” metode yang

digunakan untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi pada situasi sekarang, yang dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi data dan analisis pengolahan data, membuat gambaran tentang suatu keadaan secara obyektif dalam suatu deskriptif.

Berdasarkan pendapat Muhammad Ali (1985: 120), maka penggunaan metode deskriptif dengan jenis penelitian ini sudah tepat, karena dalam penelitian ini peneliti berusaha untuk memberikan gambaran atau penjelasan tentang suatu keadaan yang secara faktual yaitu mengenai Bagaimanakah proses pelaksanaan

Sebambangan (Larian) pada masyarakat adat Lampung Pepadun di Kampung Srimenanti Kabupaten Waykanan.

Metode penelitian sangat dibutuhkan untuk mengukur keberhasilan dalam suatu penelitian. Menurut Maryaeni (2005 : 58), metode adalah cara yang ditempuh peneliti dalam menemukan pemahaman sejalan dengan fokus dan tujuan yang diterapkan.

Sedangkan menurut Winarno Surachmad (1982 : 111), metode adalah cara utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji hipotesis dengan mempergunakan teknik dan alat-alat tertentu. Berdasarkan pengertian diatas, maka metode adalah cara untuk mencapai suatu tujuan dari penelitian.


(33)

24

Salah satu bentuk penelitian adalah penelitian kebudayaan.Peneliti kebudayaan merupakan suatu kegiatan untuk membentuk dan mengabstrasikan pemahaman secararasional empiris dari fenomena kebudayaan, terkait dengan konsepsi, nilai, kebiasaan, pola interaksi, aspek kesejarahan, pertunjukan, maupun berbagai bentuk fenomena budaya.Fenomena budaya dapat berbentuk tulisan, rekaman lisan, prilaku, pembicaraan yang membuat konsepsi, pemahaman, pendapat, ungkapan perasaan, angan-angan, gambaran pengalaman kehidupan dan lebih mengarah pada fenomena-fenomena yang terjadi didalam suatu masyarakat (Maryani, 2005: 23).

Dilihat dari tujuannya, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Bagaimanakah proses pelaksanaan Sebambangan (Larian) pada masyarakat adat Lampung Pepadun di Kampung Srimenanti Kabupaten Waykanan. Merupakan penelitian yang bersifat Fungsional Struktural. Fungsionalisme Struktural atau analisa sistem pada prinsipnya berkisar pada beberapa konsep, namun yang paling penting adalah konsep fungsi dan konsep struktur.

Dalam teori strukturalisme Levi Straus, struktur adalah model – model yang

dibuat oleh para ahli untuk memahami atau menjelaskan gejala kebudayaan yang dianalisisnya (Levi Strauss 2005 : 375).

Cakupan strukturalisme yang sangat luas dapat menghasilkan variasi yang sangat besar bagi berbagai produk budaya (Inggrid Steven, 1996: 4).Levi Strauss menempatkan strukturalisme ini bersifat universal, yang dapat digunakan untuk menganalisa berbagai masalah budaya. Lebih lanjut Cantor (1988: 349) mengutip pernyataan Levi Strauss bahwa sifat sistem yang universal atau sistem kode yang


(34)

25

berlaku di bahasa, mitos, seni dan berbagai hal yang lain, tidak perduli seberapa kompleksnya, dapat dianalisa menurut cara strukturalis (Inggrid Steven, 1996: 4). Sedangkan menurut Talcott Persons Fungsional Struktural merupakan suatu sistem sosial masyarakat yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan (www.scrind.com/teori-fungsional-struktural.wordpress.com).

Munculnya Fungsionalisme yang membukakan pintu pemahaman baru terhadap gejala sosial budaya merupakan revolusi dalam antropologi, asumsi dasarnya adalah bahwa segala sesuatu memiliki fungsi inilah yang menjelaskan keberadaan sesuatu, termasuk didalamnya sebuah unsur kebudayaan (Heddy Ahimsia Putra, 2008 : 11).

Menurut Kingsley Davis dan Wilbert Moore, dalam masyarakat pasti ada stratifikasi atau kelas, stratifikasi adalah keharusan fungsional, semua masyarakat memerlukan sistem seperti dan keperluan ini sehingga memerlukan stratifikasi.Mereka memandang sistem stratifikasisebagai sebuah struktur, dan tidak mengacu pada stratifikasi individu pada sistem stratifikasi, melainkan pada sistem posisi (kedudukan).

Fungsional Struktural adalah sebuah sudut pandang luas dalam sosiologi dan antropologi yang berupaya menafsirkan masyarakat sebagai sebuah struktur dengan bagian-bagian yang saling berhubungan. Fungsionalisme menafsirkan masyarakat secara keseluruhan dalam hal fungsi dari elemen-elemen konstituennya terutamanorma,adat,tradisidaninstitusi.


(35)

26

Fungsional Struktural menganut beberapa prinsip, antara lain suatu masyarakat adalah suatu kesatuan dan berbagai bagian. Sistem sosial senantiasa terpelihara karena mempunyai perangkat dan mekanisme kontrol, perubahan terjadi secara berangsur-angsur dan integrasi sosial dicapai melalui kesepakatan mayoritas anggota masyarakat terhadap seperangkat nilai (Undsey, 1990 : 39).

Dengan demikian maka Metode Fungsional Struktural adalah suatu metode yang digunakan untuk menafsirkan masyarakat secara keseluruhan dalam hal fungsi dari elemen-elemen konstituennya terutama norma, adat, tradisi dan institusi.

3.3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Kampung Srimenanti Kabupaten Way Kanan. Lokasi ini dipilih berdasarkan Teknik Purposive Sampling yaitu dilakukan dengan sengaja, cara penggunaan sample ini diantara populasi sehingga sample tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Suwardi Endraswara, 2006; 15).

Selain itu pemilihan lokasi penelitian ini didasari oleh karena lokasi penelitian ini adalahtiyuh (kampung) kelahiran orang tua peneliti dengan harapan peneliti akan dapat lebih mudah melakukan penelitian karena secara verbal peneliti dapat berkomunikasi dengan para responden yang rata-rata berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Lampung Way Kanan.

Menurut Suwardi Endraswara sample adalah salah satu cara pembatasan (penyempitan) wilayah yang akan digarap. Dengan kata lain sample adalah sumber dari informasi data itu sendiri. Sample dalam penelitian ini adalah masyarakat di Kampung Srimenanti Kabupaten Way Kanan yang mengerti dan


(36)

27

memahami tentang Sebambangan (Larian) di Kampung Srimenanti Kabupaten Way Kanan .

3.4. Variabel Penelitian, Definisi Oprasional Variabel dan Informan 3.4.1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini merupakan konsep dari gejala yang bervariasi yaitu objek penelitian.Variabel adalah segala faktor yang menyebabkan aneka perubahan pada fakta-fakta suatu gejala tentang kehidupan (Ariyono Suyono, 1985: 431).

Sedangkan menurut pendapat yang lain dijelaskan bahwa variabel adalah himpunan sejumlah gejala yang memiliki beberapa aspek atau unsur di dalamnya yang dapat bersumber dari kondisi objek penelitian, tetapi dapat pula berada di luar dan berpengaruh pada objek penelitian (Hadari Nawawi, 1996: 55).

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel adalah sesuatu yang menjadikan objek dalam penelitian. Variabel dalam penelitian adalah mengenaiSebambangan (Larian) pada masyarakat Adat Lampungpepadun di Kampung Srimenanti Kabupaten Waykanan.

3.4.2. Definisi Oprasional Variabel

Menurut Muhammad Nazir definisi oprasional adalah suatu definisi yang diberikan pada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional


(37)

28

yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut (Moh. Nazir, 1985; 162).

Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Efendi definisi oprasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel atau memberi petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel (Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, 1989; 40).

Dengan demikian maka definisi oprasional variabel adalah suatu petunjuk yang memberitahukan cara mengukur suatu variabel dengan cara memberukan arti atau menspesifikasikan kegiatan agar mudah diteliti.

3.4.3. Informan

Pemahaman tentang informan ini penting karena peneliti budaya mau tidak mau akan berhadapan langsung dengannya. Informan adalah seseorang atau ketua adat yang memiliki pengetahuan budaya yang diteliti (Suwardi Endraswara 2006; 119).

Nara sumber yang dipilih berdasarkan kriteria-kriteria tertentu karena itu maka perlu dipilih orang yang benar-benar mengetahui objek yang akan diteliti. menurut Moloeng informan adalah orang yang mempunyai banyak pengetahuan tentang latar penelitian dan bersedia untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian (Moloeng, 1998; 90). Syarat-syarat seseorang informan adalah jujur, taat pada janji, patuh pada peraturan, suka berbicara, tidak


(38)

29

termasuk pada salah satu kelompok yang bertikai dalam latar belakang penelitian dan mempunyai pandangan tertentu tentang peristiwa yang terjadi.

Informan dalam penelitian ini dipilih secara purposive sampling (mengambil orang yang telah dipilih secara cermat oleh peneliti). Pemilihan informan didasarkan atas subjek yang menguasai permasalahan, memiliki data dan bersedia memberikan data dalam penelitian ini.

Informan yang dipilih berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Kriteria informan pada penelitian ini adalah :

1. Tokoh masyarakat atau tokoh adat

Tokoh adat dalam penelitian ini adalah orang yang dianggap memahami secara mendalam tentang adat istiadat orang Lampung pepadun Way Kanan dan penduduk asli setempat.

2. Informan memiliki ketersedian dan waktu yang cukup.

3. Dapat dipercaya dan bertanggung jawab atas apa yang dikatakannya.

4. Orang yang memahami objek yang diteliti.

3.5. Teknik Pengumpulan Data 3.5.1. Teknik Observasi

Pada dasarnya teknik observasi digunakan untuk melihat atau mengamati perubahan fenomena sosial yang tumbuh dan berkembang yang kemudian dapat dilakukan penilaian atas perubahan tersebut.Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomena sosial dan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan penelitian.


(39)

30

Observasi menurut Mardalis ialah teknik yang digunakan dalam rangka mengumpulkan data dalam suatu penelitian, yang merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya suatu rangsangan tertentu yang diinginkan.

Menurut Suwardi Endraswara (2006:133) observasi adalah suatu penelitian secara sistematis dengan menggunakan kemampuan indera manusia, pengamatan ini dilakukan pada saat terjadi aktivitas budaya dengan wawancara mendalam. Observasi yang digunakan oleh peneliti adalah melihat secara langsung mengenai objek yang akan diteliti.

Tehnik Observasi ini bertujuan untuk membantu peneliti dalam mengumpulkan data dengan mengadakan observasi langsung terhadap obyek masalah yang sedang diteliti sehingga mendapatkan data yang berkaitan dengan Bagaimanakah proses pelaksanaan Sebambangan

(Larian) pada masyarakat adat Lampung Pepadun di Kampung Srimenanti Kabupaten Waykanan.

3.5.2. Teknik Dokumentasi

Tehnik dokumentasi menurut Komarudin (1997 ; 50) adalah sesuatu yang memberikan bukti dimana dipergunakan sebagai alat pembukti atau bahan-bahan untuk membandingkan suatu keterangan atau informasi penjelasan atau dokumentasi dalam naskah atau informasi tertulis.

Menurut Suharsimi Arikunto,“Teknik dokumentasi adalah mencari data


(40)

31

kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 1997 : 236).

Sedangkan menurut Hadari Nawawi mengatakan bahwa“ dokumentasi

adalah cara atau pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, terutama tentang arsip-arsip dan termasuk buku-buku lain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan (Nawawi, 1991:133). Maka berdasarkan pendapat tersebut, peneliti mengadakan penelitian berdasarkan dokumentasi yang ada berupa catatan-catatan, buku yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.

Berdasarkan pendapat diatas maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa teknik analisis data yang akan dipergunakan untuk mendapatkan informasi dan data tertulis maupun dalam bentuk gambar, foto, catatan, buku, surat kabar dan lain sebagainya yang memiliki hubungan dengan maslah yang akan diteliti.

3.5.3. Teknik Wawancara

Pada penelitian ini salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara. Wawancara atau metode interview, mencangkup cara yang dipergunakan seseorang untuk tujuan suatu tugas tertentu, mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang responden, dengan bercakap-cakap berhadapan (Koentjaraningrat, 1973: 162).

Teknik ini untuk mencari keterangan secara lengkap, berdasarkan difinisi tersebut maka peneliti melakukan teknik wawancara dengan tokoh-tokoh


(41)

32

adat di Kabupaten Way Kanan yang mengerti dan memahami tentang

Sebambangan (Larian) pada Adat Lampung Pepadun Waykanan di Kampung Srimenanti Kabupaten Waykanan .Bentuk wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur dan wawancara tidak berstruktur.

a. Wawancara Terstruktur

Dalam wawancara terstruktur pewawancara menyapaikan beberapa pertanyaan yang sudah disiapkan pewawancara sebelumnya.(Esther Kuntjara, 2006: 168).

Jadi wawancara terstruktur yakni wawancara yang dilakukan dengan terlebih dahulu menyusun pertanyaan dalam bentuk dibatasi.Hal ini dilakukan agar ketika informan memberikan keterangan tidak melantur kemana-mana.

b. Wawancara Tidak Berstruktur

Wawancara tidak terstruktur dilakukan pada awal penelitian, karena terkadang informan memberikan keterangan kadang muncul jawaban yang tidak terduga yang tidak akan muncul pada saat wawancara terarah dilakukan, dan hal itu biasa menambah informasi yang diperoleh terkait informasi yang akan diteliti.

Berdasarkan pernyataan tersebut maka teknik wawancara digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan informasi secara langsung melalui tanya-jawab dengan informan, sehingga mendapatkan informasi lebih jelas.


(42)

33

3.6. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis data Kualitatif karena data yang diperoleh bukan berupa angka-angka sehingga tidak dapat diuji secara statistik. Selain itu analisis data kualitatif yang dapat memberikan penjelasan yang nyata dalam kehidupan kita sesuai dengan hal yang akan di teliti.

Menurut Moleong analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moleong, 1998 : 103).

Sedangkan Bogdan dan Totylor (dalam Lexy J. Moleong 2004 : 280) mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menentukan tema dan rumusan hipotesis (ide), seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis itu.

Langkah-langkah dalam penelitian menganalisis data dalam penelitian adalah sebagai berikut :

3.6.1. Reduksi Data

Data yang diperoleh di lapangan dituangkan dalam laporan atau uraian yang lengkap dan terperinci.Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang data yang tidak perlu dan mengorganisasikan sedemikian rupa, sehingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan


(43)

34

diferivikasi.Hasil wawancara dan dokomentasi digolongkan dalam fokus-fokus kajian penelitian.

3.6.2. Penyajian Data

Penyajian data ini dimaksudkan untuk memudahkan penelitian melihat data secara keseluruhan dan bagian-bagian penting. Bentuk penyajian data yang digunakan pada data kualitataif adalah bentuk teks naratif, oleh karena itu informasi yang kompleks akan disederhanakan kedalam bentuk tabulasi yang selektif dan mudah dipahami. Penyajian data dalam penelitian ini dilakukan dengan memilih data yang lebih relevan dengan konteks penelitian, disajikan dalam kalimat baku dan mudah dimengerti.

3.6.3. Pengambilan Kesimpulan dan Verifikasi

Setelah data direduksi dan memasukkan data kedalam bentuk bagan, matrik, dan grafik maka tindak lanjut peneliti adalah mencari arti pula, konfigurasi yang mungkin menjelaskan alur sebab akibat dan sebagainya.Kesimpulan harus senantiasa di uji selama penelitian berlansung.

Adapun langka-langkah yang akan dilakukan peneliti dalam mengambil suatu kesimpulan adalah :

a. Mencari data-data yang relevan dengan penelitian.

b. Menyusun data-data dan menyeleksi data-data yang diperoleh dari sumber yang didapat di lapangan.

c. Setelah semua data diseleksi barulah ditarik kesimpulan dan hasilnya dituangkan dalam bentuk penulisan.


(44)

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan diatas Sebambangan pada masyarakat Lampung Adat Pepadun Srimenanti Waykanan dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :

1.Persiapan Sebambangan dilakukan dengan cara terlebih dahulu Muli Meranai sudah saling mengenal dan telah menjalin hubungan (pacaran), karena Meranai sering berkunjung kerumah Muli biasanya Meranai

memberikan sesuatu kepada Muli (Bekadu) dan jika kadu diterima Muli

selanjutnyaMeranaiakan menyampaikan niatnya padaMuli (Meset)untuk meminang nya jika niatnya diterima oleh Muli kemudian Meranai

menawarkan apakah Muli mau dilamar atau Sebambangan. Umumnya

Muli ingin dilamar, namun karena suatu hal Meranai tidak dapat memenuhi permintaan si Muli untuk dilamar jadi jalan satu-satunya untuk meneruskan hubungan yang sudah terjalin maka dilakukanlah

Sebambangan. Namun sebelum Sebambangan Muli Meranai tersebut harus menentukan waktu untuk dilakukannya Sebambangan dan sebelumnya harus membuat Tengepik (uang dan surat) yang dibuat oleh

Meranaidan nantinya akan diserahkan kepada Mulidan diletakan dikamar


(45)

2.Pelaksanaan Sebambangan dapat dilakukan sesuai dengan kesepakatan waktu dan hari yang telah disepakati oleh Muli Meranai yang akan melakukan Sebambangan. Sebelum Sebambangan Tengepik harus sudah diletakan oleh Muli ditempat yang mudah untuk ditemukan oleh keluarga

Muli.Setelah itu Meranai didampingi kerabat dekatnya datang menjemput

Muli lalu dengan mengucapkan “ Bismillahirohaman nirrohim “ dengan

tangan Muli (Gadis) dipegang oleh tangan si bujang (Meranai), maka

Meranai menarik tangan Muli untuk segera jalan (berangkat), biasanya jalannya agak cepat, jalan dengan diiringi atau dikawal oleh keluarga dan kerabat Meranai untuk menuju kerumah dari Meranai yang melakukan

Sebambangan.Muli sebaiknya melakukan Sebambangan dari rumah orang tuanya.

3.Penyelesaian Sebambangan, dalam penyelesaian ini pihak Meranai

datang kerumah pihak Muli untuk Pemandai atau ngatak salah (tali pengendur). Dimana pihak keluarga Meranai meminta maaf kepada pihak

Muli bahwa telah menyembambangkan anak Muli mereka dan pihak laki-laki juga memberitahu bahwa Muli tersebut sekarang berada dirumah pihakMeranai yang menyebambangkannya dan dalam keadaan sehat serta selamat. Apabila tali pengendur diterima oleh pihak Muli maka pihak

Meranaipamit dan segera pulang ke rumahMeranai untuk menyampaikan bahwa tali pengendur atau ngantak salah sudah diterima dan membicarakan kegiatan selanjutnya.


(46)

✂ ✄

5.2.Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. Kepada Tokoh Adat maupun Ketua Adat Srimenanti diharapkan untuk terus berpartisipasi aktif dalam mensosialisasikan kebudayaan Lampung khususnya Sebambangan dan menghimbau masyarakat adat agar lebih peduli terhadap kebudayaan.Seperti memberi pemahaman kepada masayarkat adat agar lebih mencintai kebudayaan Lampung Pepadun yang sudah semestinya untuk dilestarikan,serta menghimbau masayarakat adat untuk ikut serta melaksanakan ketentuan adat, memberikan wawasan yang baik kepada masyarakat adat terhadap macam-macam kebudayaan Lampung. Khususnya Lampung Pepadun agar masyarakat dapat turut serta melestarikan kebudayaan yang diberikan oleh leluhur atau pendahulu kita. 2. Kepada masyarakat atau orang tua diharapkan untuk meningkatkan

kepedulian bagi anak-anaknya terhadap ketentuan adat, serta mensosialisasikan ketentuan adat. Sehingga anak tersebut mempunyai pemahaman yang jauh lebih baik dari sebelumnya.Seperti memiliki pengetahuan, dan pemahaman yang luas terhadap ketentuan adat, tentang

Sebambangan. Sehingga masyarakat mampu berpartisipasi aktif dalam adat atau kebudayaan yang di miliki oleh Lampung Pepadun.

3. Kepada aparatur desa diharapkan membantu pemuka adat untuk menghimbau masyarakat adat agar berpartisipasi melaksanakan ketentuan adat Sebambangan, karena kebudayaan itu dibuat mempunyai maksud, tujuan, dan nilai sakral.


(47)

☎ ✆

4. Kepada generasi muda khususnya masyarakat Lampung pepadun untuk lebih mencintai dan peduli terhadap kebudayaan yang sudah ada sejak jaman nenek moyang kita, kalau kita tidak peduli terhadap kebudayaan kita siapa lagi yang akan peduli terhadap kebudayaan, bukannya Indonesia terkenal akan keanekaragaman budayanya. Itu juga selama kebudayaan kita tidak melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat.Ayo mulai sekarang kita lestarikan sebagai ciri khas orang Lampung dan ciri khas orang Indonesia.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Sani, 2002. Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara.

Ali, Muhammad. 1984. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pustaka Amani, Jakarta. Ali, Muhammad. 1985. Penelitian Kependidikan dan Strategi. Bandung :

Angkasa.

Arikunto, Suharsimi. 1986. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta : Bina Aksara.

Edward Raja Mega Achamd 1965, Adat Pepadun di Lampung, htt://mestaboh.com, 20 September 2011

Endraswara, Suwardi. 2006. Metode, Teori, Tehnik Penelitian Kebudayaan. Pustaka Widyatama : Jakarta.

Hadikusuma, Hilman. 1997. Masyarakat Adat dan Budaya Lampung. Mandar Maju: Bandung.

Hadikusuma Hilman.2003. HukumPerkawinanAdat dengan Adat Istiadat dan Upacara Adatnya. Bandung : Citra Aditya Bakti.

Hadi Sutrisno.1996. MetodologiResearch. Jogjakarta : Gajah Mada University Press.

Jalalludin Rakhmat.1996. Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: Raja Grafindo J.S, Bedudu. 2003. Kamus Kata-Kata Serapan Asing. Jakarta: Kompas. Levi Strauss. 2005. Antropologi Struktural.Kreasi Wacana : Yogyakarta

Koentjaraningrat. 2003. Pengantar Antropologi –Jilid 1, cetakan kedua, Jakarta: Rineka Cipta.

Komarudin. 1997. Metode Penelitian Masyarakat. Gramadia : Jakarta Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Bumi Aksara: Jakarta. Mohammad Nasir, 1988, Prosedur Penelitian ilmiah. Bandung. Angkasa.


(49)

Org. Pengertian Masyarakat

http://organisasi.org/pengertian-masyarakat-unsur-dan-kriteria-masyarakat- dalam-kehidupan-sosial-antar-manusia. 20 September 2011

Pengertian masyarakat

http://shvoong.com/pengertian masyarakat 20 September 2011.

Sarlito Wirawan Sarwono.1993. Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Singarimbun, Masri. 1991. Metodelogi Penelitian. Jakarta LPSES.

Soekamto Soerjono.2007. Sosiologi suatu pengantar. Jakarta:Raja Grafindo Syah, Iskandar. 2005. Hukum Adat Perkawinan, Universitas Lampung: Bandar

Lampung.

Universitas Lampung. 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung: Universitas Lampung

Walgito, Bimo. 1993. Pengantar Psikologi Umum. Rajo Granfindo Persada. Jakarta


(50)

.

No Nama Marga Lokasi

1 2 3 4 5

Marga Buway Barasakti (Tiyuh Telu) Marga Buway Semenguk

Marga Buway Baradatu

Marga Buway Pemuka Pangeran Ilir Marga Buway Bahuga

Bara Sakti (Tiyuh Telu) Blambangan Umpu Baradatu

Pakuan Ratu/Negara Batin Mesir Ilir

Sumber : (Hasil wawancara dengan Mustofa Sutan Sandewa, 19 Juni 2013)

Daftar Nama

Nama Marga Lampung di


(51)

No N a m a Tahun Pemerintahan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Abdul Hamid Gelar Sutan Paku Marga Sutan Pelita Bangsa

Sutan Tuan Suku Marga Sutan Syarief

Indra Syahfiri Glr Sutan Panglima M. Ali Gelar Ratu Djaksa

Iskandar Syah Ibrahim Radja Sakti M. Saleh Sutan Sandewa Serin A. Nawawi Gelar Ratu Paksi

R. Fanani Gelar Sutan Temunggung Hasan Gelar Sunan Mulan Marga Abdul Roni Gelar Sutan Nimbang

1945-1951 1951-1956 1956-1961 1961-1967 1967-1974 1972-1976 1976-1980 1981-1988 1988-1996 1996-2004 2004-2008 2008-2012

Sumber : Monografi Kampung Srimenanti Tahun 2013.

Organisator dan Struktur

Kepala Kampung Srimenanti


(52)

No Jenis Kelamin Jumlah Jiwa

1

2

Laki – Laki

Perempuan

2325

2624

Jumlah 4949

Sumber : Monografi Kampung Srimenanti Tahun 2013.

Komposisi Penduduk Kampung


(53)

No Jenis Suku / Etnis Jumlah Jiwa

1 2 3 4 5 6

Suku Lampung Suku Jawa

Suku Sunda & Banten Suku Bali

Suku Semendo / Ogan Batak, Padang dll.

4362 190 165 67 126 39

Jumlah 4949

Sumber : Monografi Kampung Srimenanti Tahun 2013

Komposisi Penduduk Kampung Srimenanti

Menurut Etnis/Suku.


(54)

1. Nama : Abdul Roni Umur : 49 Tahun

Pekerjaan : Kepala Kampunga Alamat : Kampung Srimenanti. 2. Nama : A. Kohar Nawawi

Umur : 62 Tahun

Pekerjaan : Pensiunan Guru/PNS Alamat : Kampung Srimenanti 3. Nama : Abdullah Ratu Djaksa

Umur : 55 Tahun

Pekerjaan : HANSIP Kampung Srimenati Alamat : Kampung Srimenanti.

4. Nama : Abdul karim hasan Umur : 57 Tahun

Pekerjaan : Pensiunan KUA/ PNS Alamat : Kampung Srimenanti. 5. Nama : Ahmad Taufik Alamsyah

Umur : 47 Tahun Pekerjaan :Tani

Alamat : Kampung Srimenanti 6. Nama : Siti Aminah

Umur : 51 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat : Kampung Srimenanti.


(55)

7. Nama : Mulyadi Sutan Peturan Umur : 51 Tahun

Pekerjaan : Tani

Alamat : Kampung Srimenanti. 8. Nama : Anton Saputra

Umur : 45 Tahun Pekerjaan : Swasta

Alamat : Kampung Srimenanti 9. Nama : Rosita

Umur : 50 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat : Kampung Srimenanti 10.Nama : Jati Mas

Umur : 56 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat : Kampung Srimenanti.

11.Nama : Riduan Sutan Sepulau Lampung Umur : 49 Tahun

Pekerjaan :Tani

Alamat : Kampung Srimenanti 12.Nama : Siti Maryam

Umur : 49 Tahun Pekerjaan : Guru SD / PNS Alamat : Kampung Srimenanti. 13.Nama : Sodri Yusuf

Umur : 57 Tahun Pekerjaan : Tani

Alamat : Kampung Srimenanti. 14.Nama : Ibu Merintah

Umur : 47 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat : Kampung Srimenanti


(56)

15.Nama : Rusli Sutan Malaka Umur : 55 Tahun

Pekerjaan : Kepala Suku ( RT ) Kp Srimenanti Alamat : Kampung Srimenanti.

16. Nama : Sulaiman Raja Isun Umur : 55 Tahun

Pekerjaan : Kepala Sekolah SD N Srimenanti Alamat : Kampung Srimenanti.

17. Nama : Mulyadi Sutan Peturun Umur : 51 Tahun

Pekerjaan : Tani

Alamat : Kampung Srimenanti. 18. Nama : Radin Sutan Peturun

Umur : 57 Tahun Pekerjaan : Tani


(57)

SURAT TENGEPIK

Kepada Yth, Umi dan Buya

Assalammualaikum Wr Wb.

Pertama-tama ananda kilu mehap dan minta ampun jama Allah rek umi dan buya serta sekeluarga besar. Rena munih ananda sembah sujud jama kiyai dan Batin kantu wat kesalahan selama sija.

Ananda ngejuk pandai, jama Umi, Buya, Kiyai, Batin serta sekeluarga besar unyin segala, rena munih jama adik-adik sai barih. Mungkin sija radu Takdir dan Nasib ananda, Layon dulah selama sija sikam ngurasa mak bangik atau sikam wat kekurangan selama sija.

Supaya Umi dan Buya pandai, Ananda kak ngakuk keputusan sayan, ananda kak nantuken hurek dimasa depan, Ananda mutusken sayan pilihan hati, Ananda ganta lapah jama : Ahmad Dermawan anak na Ahmad Dahlan Gelar Sutan Penyimbang Ratu, Oleh sebab sina, Umi dan Buya dang sedih, dan miwang, dang munih terlalu sibuk haga ngunut ananda, karena kelapahan ananda, adalah haga ananda sayan, makdok sai maksa ananda. Dilom keberangkatan ananda, untuk memenuhi adat,ananda ninggalkan dau (duwit) senayah Rp. 2.400.000.- (Dua Juta Empat ratus Ribu Rupiah). Dau sija layon ya wat cukup genuk na, tapi sebagai bukti bahwa ananda kak lapah untuk nentuken hurek ananda.

Umi, Buya dan keluarga besar unyin segala.

Ananda kilu mehap, kantu selama sija, ananda wat salah, wat kan kunanik sai kukanik, ananda kilu ihlas, ananda yakin tentu mak dapok ngubalos segala jasa Umi dan Buya jama Kiyai dan Batin.

Ananda Juga kilu mehap, jama kanjeng dan Paduka, sai selama sija, kak radu ngubimbing dan ngubina adinda, mudah-mudahan jasa kanjeng dan paduka mak dapok adinda lupaken.

Jama Segala Kemaman, keminan,. Adik-adik dan kerponakan, Sikam kilu ihlas dan klu mehap, mudah-mudahan kuti segala dilom keadaan sehat-sehat saja dan dalam lindungan Allah Yang Maha Kuasa.

Ahirnya, Ananda Kilu Do,a, Semaga perjalan Ananda Selamat, dan Dapok bahagia dunia dan Aherat.

Sembah Sujud dan Hormat Ananda ( Siti Fatimah)


(58)

(59)

(60)

(61)

(62)

(1)

SURAT TENGEPIK Kepada Yth,

Umi dan Buya

Assalammualaikum Wr Wb.

Pertama-tama ananda kilu mehap dan minta ampun jama Allah rek umi dan buya serta sekeluarga besar. Rena munih ananda sembah sujud jama kiyai dan Batin kantu wat kesalahan selama sija.

Ananda ngejuk pandai, jama Umi, Buya, Kiyai, Batin serta sekeluarga besar unyin segala, rena munih jama adik-adik sai barih. Mungkin sija radu Takdir dan Nasib ananda, Layon dulah selama sija sikam ngurasa mak bangik atau sikam wat kekurangan selama sija.

Supaya Umi dan Buya pandai, Ananda kak ngakuk keputusan sayan, ananda kak nantuken hurek dimasa depan, Ananda mutusken sayan pilihan hati, Ananda ganta lapah jama : Ahmad Dermawan anak na Ahmad Dahlan Gelar Sutan Penyimbang Ratu, Oleh sebab sina, Umi dan Buya dang sedih, dan miwang, dang munih terlalu sibuk haga ngunut ananda, karena kelapahan ananda, adalah haga ananda sayan, makdok sai maksa ananda. Dilom keberangkatan ananda, untuk memenuhi adat,ananda ninggalkan dau (duwit) senayah Rp. 2.400.000.- (Dua Juta Empat ratus Ribu Rupiah). Dau sija layon ya wat cukup genuk na, tapi sebagai bukti bahwa ananda kak lapah untuk nentuken hurek ananda.

Umi, Buya dan keluarga besar unyin segala.

Ananda kilu mehap, kantu selama sija, ananda wat salah, wat kan kunanik sai kukanik, ananda kilu ihlas, ananda yakin tentu mak dapok ngubalos segala jasa Umi dan Buya jama Kiyai dan Batin.

Ananda Juga kilu mehap, jama kanjeng dan Paduka, sai selama sija, kak radu ngubimbing dan ngubina adinda, mudah-mudahan jasa kanjeng dan paduka mak dapok adinda lupaken.

Jama Segala Kemaman, keminan,. Adik-adik dan kerponakan, Sikam kilu ihlas dan klu mehap, mudah-mudahan kuti segala dilom keadaan sehat-sehat saja dan dalam lindungan Allah Yang Maha Kuasa.

Ahirnya, Ananda Kilu Do,a, Semaga perjalan Ananda Selamat, dan Dapok bahagia dunia dan Aherat.

Sembah Sujud dan Hormat Ananda ( Siti Fatimah)


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)