33
Keuntungan dari
pemakaian metode
experiential learning
yaitu meningkatkan semangat dan gairah pembelajar, membantu terciptanya suasana
belajar yang kondusif, memunculkan kegembiraan dalam proses belajar, mendorong dan mengembangkan proses berpikir kreatif, menolong pembelajar
untuk dapat melihat dalam perspektif yang berbeda, memunculkan kesadaran akan kebutuhan untuk berubah, dan memperkuat kesadaran diri.
E. Kerangka Pikir
Keterampilan motorik halus merupakan hal yang penting dalam masa perkembangan motorik anak usia dini. Keterampilan motorik halus anak akan
turut mendukung aspek perkembangan lainnya, seperti aspek kognitif, bahasa serta sosial karena pada hakekatnya setiap pengembangan tidak dapat terpisah
satu sama lain Sumantri, 2005: 146. Pengembangan keterampilan motorik halus anak usia dini bertujuan untuk melatihkan kemampuan koordinasi motorik anak.
Koordinasi antara tangan dan mata dapat dikembangkan melalui kegiatan permaianan membentukatau memanipulasi dari tanah liatlilin, adona, memalu,
menggambar, mewarnai, menempel dan menggunting Sumantri, 2005: 145. Tingkat pencapaian perkembangan motorik halus anak usia 5-6 tahun
menurut Permendiknas Nomor 58 tahun 2009 salah satunya menyebutkan bahwa anak mampu meniru bentuk. Meniru bentuk dalam pembelajaran di TK dapat
dilakukan melalui kegiatan meniru membuat garis tegak, dasar miring, lengkung dan lingkaran, meniru melipat kertas sederhana, mencocok bentuk membuat
lingkaran, segi tiga, bujur sangkar dengan rapi dan lain sebagainya.
34
Berdasarkan hasil pengamatan di TK Masjid Syuhada Yogyakarta pada Kelompok B4 yang berusia 5-6 tahun, peneliti menemukan permasalahan
keterampilan motorik halus pada Kelompok B4 yang belum sesuai dengan tingkat pencapaian perkembangan yang terdapat dalam Permendiknas Nomor 58 Tahun
2009. Anak mengalami kesulitan dalam koordinasi otot tangan dan mata, seperti anak mengalami kesulitan saat meniru membuat bentuk huruf ataupun angka, saat
kegiatan menganyam kertas anak mengalami kesulitan saat memasukkan potongan kertas ke sela-sela kertas anyaman, anak kesuliatan saat melipat kertas
menjadi lipatan-lipatan yang lebih kecil hingga membentuk suatu benda. Keterampilan motorik halus merupakan salah satu aspek perkembangan
yang membantu anak untuk mampu hidup mandiri.Memiliki keterampilan motorik
halus menjadi
modal awal
anak dalm
mengurus dirinya
sendiri.Meningkatkan keterampilan motorik halus dapat dilakukan melalui kegiatan bermain kreatif yang menarik dan menyenangkan.Kegiatan melipat
kertas merupakan
salah satu
kegiatan pembelajaran
yang tepat
untuk mengembangkan keterampilan motorik halus pada Kelompok B4 TK Masjid
Syuhada.Melipat kertasorigami adalah suatu bentuk karya senikerajinan tangan yang umumnya dibuat dari bahan kertas, dengan tujuan untuk menghasilkan
beraneka ragam bentuk mainan, hiasan, benda fungsional, alat peraga, dan kreasi lainnya Sumanto, 2005: 99-100.
Melipat kertas dilakukan dengan cara mengubah lembaran kertas berbentuk bujur sangkar, empat persegi, atau segi tiga menurut arah atau pola
lipatan tertentu secara bertahap sampai dihasilkan suatu model atau bentuk lipatan
35
yang diinginkan. Untuk menghindari terjadinya kebosanan pada peserta didik, macam bentuk lipatan yang akan diajarkan dapat disesuaikan dengan tema yang
sedang dikembangkan. Peserta didik akan merasa senang tatkala hasil lipatannya dapat dijadikan mainan baginya. Banyaknya jumlah lipatan untuk anak usia 5-6
tahun yaitu 1-7 lipatan, sesuai dengan indikator hasil pengembanagan dari tingkat pencapaian perkembangan dalam Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009.
Berdasarkan penjelasan yang telah diungkapkan, maka dapat diduga bahwa kegiatan melipat kertas dapat meningkatakan keterampilan motorik halus
pada Kelompok B4 TK Masjid Syuhada Yogyakarta. Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 1. Bagan Alur Kerangka Pikir Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus
F. Hipotesis Tindakan