A. PENDAHULUAN 1. Latar belakang masalah
Sejak Islam menjadi sorotan dan kajian para orientalisme Barat dewasa ini, fakta empiris yang dihadapi oleh sebagian besar ummat islam dibelahan dunia
adalah munculnya sebuah polemik dan problem masalah dalam memahami otentisitas ajaran Islam dan orisinalitas wahyu sebagai sumber kebenaran
universal. Sehingga realitas yang muncul adalah fenomena keberagamaan masyarakatnya mengalami pergeseran bahkan kemunduran yang cukup signifikan,
terbukti dengan banyaknya fakta realis ummat Islam dalam kontek aplikatif keagamaan dan sosial cenderung mengenyampingkan aspek-aspek esensi ajaran
agamanya. Oleh karena itu mempelajari Islam secara komprehensif dan terintegral
adalah menjadi hal yang mutlak wajib bagi penganutnya. Mengingat akar dari kesesatan dan minimnya pengamalan ajaran Islam adalah karena Ummatnya
kurang memahami Islam dengan seluruh konsep ajarannya sebagai agama yang membawa maslahat bagi seluruh ummat manusia bukan hanya bagi penganutnya,
melainkan bersifat universal dan operasionalisasi tuntunannya fungsional dalam konteks waktu dan kondisi yang tidak terbatas.
Berangkat dari kondisi di atas, kalangan ilmuwan, peneliti-peneliti agama dan pemerhati Studi Agama, telah melakukan upaya pendekatan terhadap
fenomena agama yang dianggap cukup strategis ketika sebuah ajaran agama ingin dicari lokus nilai-nilai kebenarannya. Karena pendekatan tersebut menguak hal-hal
yang paling esensi dari tradisi-tradisi keberagamaan yang bisa jadi selama ini hanya sebatas fenomena ritualitas pemeluknya tanpa pernah dikuak apakah makna
dan maksud yang tersembunyi dari perintah maupun larangan Allah SWT. Meski secara de facto, ajaran-ajaran yang disampaikan melalui Al-Qur’an dan As-sunnah
tidak terbantahkan, namun pesan dan petunjuk yang ada harus mampu ditangkap dan dicerna secara baik dan rasional jika hal-hal yang transenden sekalipun
didekati dan dipahami secara fenomenologis.
2
Hal ini memunculkan berbagai macam cara pandang, pendekatan, metode dan strategi untuk bisa memahami dan mencari sebuah konsep pemahaman yang
dianggap paling pas dan ideal bagi sebuah bangunan kepercayaan agama Islam, relevan dengan kebutuhan ummat Islam sendiri dan selanjutnya mampu
mengantarkan cara pandang yang strategtis, komplek, terintegral dan syarat makna. Namun sayangnya pendekatan-pendekatan yang ada justru masih bersifat
parsial, sempit, terkotak dan hampir tidak menyentuh integralitas ajaran karena hanya berbicara dan meneliti agama dalam satu topik dan cara pandang tertentu.
Dalam hal ini pendekatan-pendekatan tersebut antaranya Pendekatan teologis normatif merupakan upaya memahami agama dengan menggunakan kerangka
Ilmu Ketuhanan yang bertolak dari suatu keyakinan bahwa wujud empirik dari suatu keagamaan dianggap sebagai yang paling benar dibandingkan dengan yang
lainnya. Pendekatan antropologis, memandang dan memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat, dalam artian cara-cara yang digunakan dalam disiplin ilmu antropologi dalam melihat suatu masalah digunakan pula untuk memahami agama.
Selanjutnya adalah pendekatan sosiologis, ilmu ini menggambarkan tentang keadaan masyarakat lengkap dengan struktur, lapisan serta berbagai gejala sosial
lainnya yang saling berkaitan. Cara kerja ilmu inilah yang digunakan dalam mengungkap hikmah-hikmah yang terdapat dalam pesan-pesan wahyu yang masih
belum spesifik. Selanjutnya adalah pendekatan historis, yang mengajak seseorang menukik dari alam idealis ke alam yang bersifat empiris dan mendunia. Dari
keadaan ini seseorang akan melihat adanya kesenjangan atau keselarasan antara yang terdapat dalam alam idealis dengan yang ada di alam empiris dan historis.
Pendekatan ini dalam memahami agama dibutuhkan terutama karena agama turun berkaitan dengan situasi yang konkret dan erat hubungannya dengan kondisi sosial
masyarakat. Pendekatan ini mengajak seseorang untuk memasuki keadaan yang merupakan penerapan suatu peristiwa. Pendekatan kebudayaan, sesuai dengan
makna budaya sebagai hasil daya cipta manusia maka budaya telah digunakan
3
sebagai blue print kerangka acuan memecahkan masalah yang dihadapi. Adapun untuk memahami agama, agama dalam hal ini tampil dalam bentuk formal yang
menggenjala dalam masyarakat. Pendekatan psikologi, digunakan untuk mengetahui tingkat keagamaan yang dihayati, dipahami dan diamalkan sesorang
juga dapat digunakan sebagai alat untuk memasukkan agama ke dalam jiwa seseorang sesuai dengan tingkat usianya. Dan Fenomenologi sendiri adalah suatu
bentuk pendekatan keilmuan yang berusaha mencari hakekat atau esensi dari apa yang ada di balik segala macam bentuk manifestasi agama dalam kehidupan
manusia di bumi.
2. Rumusan masalah
a. Bagaimanakah pengertian feminologi? b. Bagaimanakah sejarah singkat biografi Annemarie Schimmel?
c. Bagaimanakah Penerapan Kajian Fenomenologi : Kajian karya Annemarie Schimmel, Deciphering the Signs of God: A Phenomenological Approach to
Islam?
3. Tujuan penulisan
a. Untuk mendiskripsikan pengertian feminologi b. Untuk mendiskripsikan sejarah singkat biografi annemarie schimmel
c. Untuk mendiskripsikan penerapan Kajian fenomenologi : kajian karya Annemarie Schimmel, Deciphering the Signs of God: A Phenomenological
Approach to Islam.
B. PEMABAHASAN 1. Pengertian Feminologi