BAB I makalah sosiologi fenomenologi (ya)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Sebagai Manusia kita akan selalu bergaul atau berhubungan dengan sesama dalam
suatu kelompok yang di namakan masyarakat. Keinginan manusia untuk selalu bergaul
atau berhubungan dalam masyarakat itu akan menimbulkan fenomena atau kejadian yang
merupakan objek kajian fenomenologi. Dalam bergaul kita berpedoman pada nilai dan
norma yang berlaku dalam masyarakat. Hal ini di maksudkan agar tercipta suatu
keteraturan hidup dalam masyarakat. Untuk itu kita harus mengetahui dahulu apa
sebenarnya pengertian fenomenologi dan teori-teorinya. Berdasarkan uraian di atas kami
mencoba membuat makalah yang membahas tentang fenomenologi dan teori-teori yang di
kemukakan oleh Alfred schutz dan Peter L.Berger.
B. Rumusan Masalah.
Yang menjadi pokok permasalahan dalam makalah ini ialah :
1. Apa pengertian dari fenomenologi?
2. Bagaimana teori fenomenologi Alfred schutz?
3. Bagaimana teori fenomenologi Peter L.Berger?
C. Tujuan.
Sesuai dengan pokok permasalahan diatas, makalah ini memiliki tujun untuk :
1. Mendeskripsikan pengertian fenomenologi.
2. Menjelaskan teori fenomenologi Alfred schutz.
3. Menjelaskan teori fenomenologi Peter L.Berger.
BAB II
PEMBAHASAN
TEORI FENOMENOLOGI ALFRED SCHUTZ DAN PETER L.BERGER
1
A. Pengertian fenomenologi
Fenomenologi secara etimologi berasal dari kata “phenomenon” yang berarti realitas
yang tampak, dan “logos” yang berarti ilmu. Sehingga secara terminology, fenomenologi
adalah ilmu berorientasi untuk mendapatkan penjelasan tentang realitas yang tampak.
Fenomena yang tampak adalah refleksi dari realitas yang tidak berdiri sendiri karena ia
memiliki makna yang memerlukan penafsiran lebih lanjut. Fenomenologi menerobos
fenomena untuk dapat mengetahui makna (hakikat) terdalam dari fenomena-fenomena
yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Tokoh-tokoh fenomenologi:
Edmund Husserl
Alfred Schutz
Peter L. Berger.
B. Teori fenomenologi Alfred schutz.
Schutz sebenarnya seorang tokoh yang tidak begitu dikenal luas dan hanya pada masa
kinilah karyanya yang juga tidak banyak,justru mulai menarik perhatian para ahli
sosiologi. Meskipun karya hasil pemikiran intelektualnya itu (dianggap) sulit untuk di
mengerti,yang mana ia sangat tertarik kepada ajaran fenomenologi, tetapi barang kali yang
dianggap penting adalah karirnya yang juga hebat sebagai seorang sosiolog.
Schutz, yang meninggal di New York pada tahun1959, lahir di Vienna (wina), Austria,
pada tahun 1899. Ia mengikuti pendidikan akademik di universitas Vienna, Austria dengan
mengambil bidang hukum dan dan ilmu-ilmu sosial. Selama kuliah ia menjadi sangat
tertarik kepada karya-karyanya Max Weber dan Edmund Husserl. Setelah lulus bidang
hukum ia malah bekerja di bidang perbankan untuk jangka waktu yang sangat lama.
Meskipun penghasilannya besar, tetapi ia merasa bahwa bidang perbankan bukanlah
tempat yang cocok baginya untuk mengaktualisasikan diri. Schutz merasa tidak puas,
karena dianggapnya bekerja di bidang perbankan tidak dapat memberikan makna dalam
kehidupannya. Schutz yang tidak puas itu akhirnya banting stir mempelajari sosiologi dan
2
secara khusus mendalami fenomenlogi yang di anggapnya dapat memberi makna dalam
pekerjaan dan hidupnya.
Persoalan pokok yang hendak diterangkan oleh teori ini justru menyangkut persoalan
pokok ilmu sosial sendiri, yakni bagaimanan kehidupan bermasyarakat itu dapat
terbentuk. Alfred Schutz memliki teori yang bertolak belakang dari pandangan Weber.
Alfred berpendapat bahwa tindakan manusia menjadi suatu hubungan sosial bila manusia
memberikan arti atau makna tertentu terhadap tindakannya itu, dan manusia lain
memahami pula tindakannya itu sebagai sesuatu yang penuh arti. Alfred Shutz
menekankan adanya hubungan antara pengetahuan dengan prilaku manusia sehari-hari
agar manusia menjadi mahluk sosial. Dimana tindakan manusia adalah because motive
(motif sebab) kata kunci “karena” dan in order to motive (motif tujuan yang ingin dicapai)
kata kunci “Agar”.
Pemahaman secara subyektif terhadap sesuatu tindakan sangat menentukan terhadap
kelangsungan proses interaksi sosial. Baik bagi aktor yang memberikan arti terhadap
tindakannya sendiri maupun bagi pihak lain yang akan menerjemahkan dan
memahaminya serta yang akan beraksi atau bertindak sesuai dengan yang dimaksudkan
oleh aktor.
Schutz mengkhususkan perhatiannya kepada satu bentuk dari subyektivitas yang
disebutnya, antar subyektivitas. Konsep ini menunjuk kepada pemisahan keadaan
subyektif atau secara sederhana menunjuk kepada dimensi dari kesadaran umum ke
kesadaran khusus kelompok sosial yang sedang saling berintegrasi. Intersubyektivitas
yang memungkinkan pergaulan sosial itu terjadi, tergantung kepada pengetahuan tentang
peranan masing-masing yang diperoleh melalui pengalaman yang bersifat pribadi.
Konsep intersubyektivitas ini mengacu kepada suatu kenyataan bahwa kelompokkelompok sosial saling menginterpretasikan tindakannya masing-masing dan pengalaman
mereka juga diperoleh melalui cara yang sama seperti yang dialami dalam interaksi secara
individual. Faktor saling memahami satu sama lain baik antar individu maupun antar
kelompok ini diperlukan untuk terciptanya kerja sama di hampir semua organisasi sosial.
3
Schutz memusatkan perhatiannya kepada struktur kesadaran yang diperlukan untuk
terjadinya saling bertindak atau interaksi dan saling memahami antar sesama manusia.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa interaksi sosial terjadi dan berlangsung melalui
penafsiran dan pemahaman tindakan masing-masing baik antar individu maupun antar
kelompok.
C. Teori fenomenologi Peter L.Berger
Cara kerja memberikan makna tentang objek yang berupa ide,nilai, budaya, norma
dilihat sebagai pusat organisasi yang mensosialisasikan maknanya pada masing-masing
anggotanya,diantaranya :
1. Internalisasi, Masyarakat mempengaruhi individu di dalamnya.
2. Eksternalisasi, individu mempengaruhi masyarakat karena ia bagian dari masyarakat.
3. Obyektivasi, individu memaknakan kembali nilai dalam kelompoknya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
4
Fenomenologi adalah ilmu berorientasi untuk mendapatkan penjelasan tentang
realitas yang tampak. Fenomena yang tampak adalah refleksi dari realitas yang tidak
berdiri sendiri karena ia memiliki makna yang memerlukan penafsiran lebih lanjut.
Fenomenologi menerobos fenomena untuk dapat mengetahui makna (hakikat)
terdalam dari fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Tokoh-tokoh fenomenologi:
Edmund Husserl
Alfred Schutz
Peter L. Berger.
Teori fenomenologi Alfred schutz.
Alfred berpendapat bahwa tindakan manusia menjadi suatu hubungan sosial
bila manusia memberikan arti atau makna tertentu terhadap tindakannya itu, dan
manusia lain memahami pula tindakannya itu sebagai sesuatu yang penuh arti.
Alfred Shutz menekankan adanya hubungan antara pengetahuan dengan prilaku
manusia sehari-hari agar manusia menjadi mahluk sosial. Dimana tindakan manusia
adalah because motive (motif sebab) kata kunci “karena” dan in order to motive
(motif tujuan yang ingin dicapai) kata kunci “Agar”.
Teori fenomenologi Peter L.Berger
Cara kerja memberikan makna tentang objek yang berupa ide,nilai, budaya,
norma dilihat sebagai pusat organisasi yang mensosialisasikan maknanya pada
masing-masing anggotanya,diantaranya :
1. Internalisasi, Masyarakat mempengaruhi individu di dalamnya.
2. Eksternalisasi, individu mempengaruhi masyarakat karena ia bagian dari
masyarakat.
3. Obyektivasi, individu memaknakan kembali nilai dalam kelompoknya.
B. Saran.
Sebagai anggota masyarakat, setiap hari kita selalu bergaul, berhubungan, dan
berkomunikasi dengan orang lain yang ada disekitar kita. Apa yang kita lakukan itu
merupakan bagian dari fenomenologi.
Makalah sederhana ini akan dapat membantu dalam memahami fenomenologi.
Dengan memahami teori-teori fenomenologi tersebut kita di harapkan mampu
menelaah berbagai kejadian yang ada disekitar kita, sehingga mampu menumbuhkan
kepedulian kita terhadap lingkungan disekitar kita. Selain itu agar kita mampu bersikap
dan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Bunyamin.Maftuh,1994.Sosiologi 1,Bandung;Ganeca exact
Hanneman.Sammuel,1997.Sosiologi,Departemen pendidikan dan kebudayaan
M.Sitorus,1994.Sosiologi 1,Jakarta;Erlangga.
Soekanto.Soerjono,2005.Sosiologi suatu pengantar,Jakarta;Raja Grafindo.
5
Sunarto.Kamanto,1993.Pengantar Sosiologi,Jakarta;Lembaga Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
Raho,Bernard SVD.2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Ritzer,George,1980. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: CV.
Rajawali.
6
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Sebagai Manusia kita akan selalu bergaul atau berhubungan dengan sesama dalam
suatu kelompok yang di namakan masyarakat. Keinginan manusia untuk selalu bergaul
atau berhubungan dalam masyarakat itu akan menimbulkan fenomena atau kejadian yang
merupakan objek kajian fenomenologi. Dalam bergaul kita berpedoman pada nilai dan
norma yang berlaku dalam masyarakat. Hal ini di maksudkan agar tercipta suatu
keteraturan hidup dalam masyarakat. Untuk itu kita harus mengetahui dahulu apa
sebenarnya pengertian fenomenologi dan teori-teorinya. Berdasarkan uraian di atas kami
mencoba membuat makalah yang membahas tentang fenomenologi dan teori-teori yang di
kemukakan oleh Alfred schutz dan Peter L.Berger.
B. Rumusan Masalah.
Yang menjadi pokok permasalahan dalam makalah ini ialah :
1. Apa pengertian dari fenomenologi?
2. Bagaimana teori fenomenologi Alfred schutz?
3. Bagaimana teori fenomenologi Peter L.Berger?
C. Tujuan.
Sesuai dengan pokok permasalahan diatas, makalah ini memiliki tujun untuk :
1. Mendeskripsikan pengertian fenomenologi.
2. Menjelaskan teori fenomenologi Alfred schutz.
3. Menjelaskan teori fenomenologi Peter L.Berger.
BAB II
PEMBAHASAN
TEORI FENOMENOLOGI ALFRED SCHUTZ DAN PETER L.BERGER
1
A. Pengertian fenomenologi
Fenomenologi secara etimologi berasal dari kata “phenomenon” yang berarti realitas
yang tampak, dan “logos” yang berarti ilmu. Sehingga secara terminology, fenomenologi
adalah ilmu berorientasi untuk mendapatkan penjelasan tentang realitas yang tampak.
Fenomena yang tampak adalah refleksi dari realitas yang tidak berdiri sendiri karena ia
memiliki makna yang memerlukan penafsiran lebih lanjut. Fenomenologi menerobos
fenomena untuk dapat mengetahui makna (hakikat) terdalam dari fenomena-fenomena
yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Tokoh-tokoh fenomenologi:
Edmund Husserl
Alfred Schutz
Peter L. Berger.
B. Teori fenomenologi Alfred schutz.
Schutz sebenarnya seorang tokoh yang tidak begitu dikenal luas dan hanya pada masa
kinilah karyanya yang juga tidak banyak,justru mulai menarik perhatian para ahli
sosiologi. Meskipun karya hasil pemikiran intelektualnya itu (dianggap) sulit untuk di
mengerti,yang mana ia sangat tertarik kepada ajaran fenomenologi, tetapi barang kali yang
dianggap penting adalah karirnya yang juga hebat sebagai seorang sosiolog.
Schutz, yang meninggal di New York pada tahun1959, lahir di Vienna (wina), Austria,
pada tahun 1899. Ia mengikuti pendidikan akademik di universitas Vienna, Austria dengan
mengambil bidang hukum dan dan ilmu-ilmu sosial. Selama kuliah ia menjadi sangat
tertarik kepada karya-karyanya Max Weber dan Edmund Husserl. Setelah lulus bidang
hukum ia malah bekerja di bidang perbankan untuk jangka waktu yang sangat lama.
Meskipun penghasilannya besar, tetapi ia merasa bahwa bidang perbankan bukanlah
tempat yang cocok baginya untuk mengaktualisasikan diri. Schutz merasa tidak puas,
karena dianggapnya bekerja di bidang perbankan tidak dapat memberikan makna dalam
kehidupannya. Schutz yang tidak puas itu akhirnya banting stir mempelajari sosiologi dan
2
secara khusus mendalami fenomenlogi yang di anggapnya dapat memberi makna dalam
pekerjaan dan hidupnya.
Persoalan pokok yang hendak diterangkan oleh teori ini justru menyangkut persoalan
pokok ilmu sosial sendiri, yakni bagaimanan kehidupan bermasyarakat itu dapat
terbentuk. Alfred Schutz memliki teori yang bertolak belakang dari pandangan Weber.
Alfred berpendapat bahwa tindakan manusia menjadi suatu hubungan sosial bila manusia
memberikan arti atau makna tertentu terhadap tindakannya itu, dan manusia lain
memahami pula tindakannya itu sebagai sesuatu yang penuh arti. Alfred Shutz
menekankan adanya hubungan antara pengetahuan dengan prilaku manusia sehari-hari
agar manusia menjadi mahluk sosial. Dimana tindakan manusia adalah because motive
(motif sebab) kata kunci “karena” dan in order to motive (motif tujuan yang ingin dicapai)
kata kunci “Agar”.
Pemahaman secara subyektif terhadap sesuatu tindakan sangat menentukan terhadap
kelangsungan proses interaksi sosial. Baik bagi aktor yang memberikan arti terhadap
tindakannya sendiri maupun bagi pihak lain yang akan menerjemahkan dan
memahaminya serta yang akan beraksi atau bertindak sesuai dengan yang dimaksudkan
oleh aktor.
Schutz mengkhususkan perhatiannya kepada satu bentuk dari subyektivitas yang
disebutnya, antar subyektivitas. Konsep ini menunjuk kepada pemisahan keadaan
subyektif atau secara sederhana menunjuk kepada dimensi dari kesadaran umum ke
kesadaran khusus kelompok sosial yang sedang saling berintegrasi. Intersubyektivitas
yang memungkinkan pergaulan sosial itu terjadi, tergantung kepada pengetahuan tentang
peranan masing-masing yang diperoleh melalui pengalaman yang bersifat pribadi.
Konsep intersubyektivitas ini mengacu kepada suatu kenyataan bahwa kelompokkelompok sosial saling menginterpretasikan tindakannya masing-masing dan pengalaman
mereka juga diperoleh melalui cara yang sama seperti yang dialami dalam interaksi secara
individual. Faktor saling memahami satu sama lain baik antar individu maupun antar
kelompok ini diperlukan untuk terciptanya kerja sama di hampir semua organisasi sosial.
3
Schutz memusatkan perhatiannya kepada struktur kesadaran yang diperlukan untuk
terjadinya saling bertindak atau interaksi dan saling memahami antar sesama manusia.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa interaksi sosial terjadi dan berlangsung melalui
penafsiran dan pemahaman tindakan masing-masing baik antar individu maupun antar
kelompok.
C. Teori fenomenologi Peter L.Berger
Cara kerja memberikan makna tentang objek yang berupa ide,nilai, budaya, norma
dilihat sebagai pusat organisasi yang mensosialisasikan maknanya pada masing-masing
anggotanya,diantaranya :
1. Internalisasi, Masyarakat mempengaruhi individu di dalamnya.
2. Eksternalisasi, individu mempengaruhi masyarakat karena ia bagian dari masyarakat.
3. Obyektivasi, individu memaknakan kembali nilai dalam kelompoknya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
4
Fenomenologi adalah ilmu berorientasi untuk mendapatkan penjelasan tentang
realitas yang tampak. Fenomena yang tampak adalah refleksi dari realitas yang tidak
berdiri sendiri karena ia memiliki makna yang memerlukan penafsiran lebih lanjut.
Fenomenologi menerobos fenomena untuk dapat mengetahui makna (hakikat)
terdalam dari fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Tokoh-tokoh fenomenologi:
Edmund Husserl
Alfred Schutz
Peter L. Berger.
Teori fenomenologi Alfred schutz.
Alfred berpendapat bahwa tindakan manusia menjadi suatu hubungan sosial
bila manusia memberikan arti atau makna tertentu terhadap tindakannya itu, dan
manusia lain memahami pula tindakannya itu sebagai sesuatu yang penuh arti.
Alfred Shutz menekankan adanya hubungan antara pengetahuan dengan prilaku
manusia sehari-hari agar manusia menjadi mahluk sosial. Dimana tindakan manusia
adalah because motive (motif sebab) kata kunci “karena” dan in order to motive
(motif tujuan yang ingin dicapai) kata kunci “Agar”.
Teori fenomenologi Peter L.Berger
Cara kerja memberikan makna tentang objek yang berupa ide,nilai, budaya,
norma dilihat sebagai pusat organisasi yang mensosialisasikan maknanya pada
masing-masing anggotanya,diantaranya :
1. Internalisasi, Masyarakat mempengaruhi individu di dalamnya.
2. Eksternalisasi, individu mempengaruhi masyarakat karena ia bagian dari
masyarakat.
3. Obyektivasi, individu memaknakan kembali nilai dalam kelompoknya.
B. Saran.
Sebagai anggota masyarakat, setiap hari kita selalu bergaul, berhubungan, dan
berkomunikasi dengan orang lain yang ada disekitar kita. Apa yang kita lakukan itu
merupakan bagian dari fenomenologi.
Makalah sederhana ini akan dapat membantu dalam memahami fenomenologi.
Dengan memahami teori-teori fenomenologi tersebut kita di harapkan mampu
menelaah berbagai kejadian yang ada disekitar kita, sehingga mampu menumbuhkan
kepedulian kita terhadap lingkungan disekitar kita. Selain itu agar kita mampu bersikap
dan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Bunyamin.Maftuh,1994.Sosiologi 1,Bandung;Ganeca exact
Hanneman.Sammuel,1997.Sosiologi,Departemen pendidikan dan kebudayaan
M.Sitorus,1994.Sosiologi 1,Jakarta;Erlangga.
Soekanto.Soerjono,2005.Sosiologi suatu pengantar,Jakarta;Raja Grafindo.
5
Sunarto.Kamanto,1993.Pengantar Sosiologi,Jakarta;Lembaga Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
Raho,Bernard SVD.2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Ritzer,George,1980. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: CV.
Rajawali.
6