makalah pendekatan agama\Penerapan Kajian Fenomenologi

(1)

Penerapan Kajian Fenomenologi: Kajian karya Annemarie Schimmel,

Deciphering the Signs of God: A Phenomenological Approach to Islam.

Sebagai Tugas Mata Kuliah Pendekatan Studi Islam

Dosen Pembimbing: Dr.Samsul Hady,M.Ag

Oleh :

Jiddy Masyfu’ (10770001)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PROGRAM PASCASARJANA (S2)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2011

Penerapan Kajian Fenomenologi: Kajian karya Annemarie Schimmel,


(2)

A. PENDAHULUAN 1. Latar belakang masalah

Sejak Islam menjadi sorotan dan kajian para orientalisme Barat dewasa ini, fakta empiris yang dihadapi oleh sebagian besar ummat islam dibelahan dunia adalah munculnya sebuah polemik dan problem (masalah) dalam memahami otentisitas ajaran Islam dan orisinalitas wahyu sebagai sumber kebenaran universal. Sehingga realitas yang muncul adalah fenomena keberagamaan masyarakatnya mengalami pergeseran bahkan kemunduran yang cukup signifikan, terbukti dengan banyaknya fakta realis ummat Islam dalam kontek aplikatif keagamaan dan sosial cenderung mengenyampingkan aspek-aspek esensi ajaran agamanya.

Oleh karena itu mempelajari Islam secara komprehensif dan terintegral adalah menjadi hal yang mutlak wajib bagi penganutnya. Mengingat akar dari kesesatan dan minimnya pengamalan ajaran Islam adalah karena Ummatnya kurang memahami Islam dengan seluruh konsep ajarannya sebagai agama yang membawa maslahat bagi seluruh ummat manusia bukan hanya bagi penganutnya, melainkan bersifat universal dan operasionalisasi tuntunannya fungsional dalam konteks waktu dan kondisi yang tidak terbatas.

Berangkat dari kondisi di atas, kalangan ilmuwan, peneliti-peneliti agama dan pemerhati Studi Agama, telah melakukan upaya pendekatan terhadap fenomena agama yang dianggap cukup strategis ketika sebuah ajaran agama ingin dicari lokus nilai-nilai kebenarannya. Karena pendekatan tersebut menguak hal-hal yang paling esensi dari tradisi-tradisi keberagamaan yang bisa jadi selama ini hanya sebatas fenomena ritualitas pemeluknya tanpa pernah dikuak apakah makna dan maksud yang tersembunyi dari perintah maupun larangan Allah SWT. Meski secara de facto, ajaran-ajaran yang disampaikan melalui Al-Qur’an dan As-sunnah tidak terbantahkan, namun pesan dan petunjuk yang ada harus mampu ditangkap dan dicerna secara baik dan rasional jika hal-hal yang transenden sekalipun didekati dan dipahami secara fenomenologis.


(3)

Hal ini memunculkan berbagai macam cara pandang, pendekatan, metode dan strategi untuk bisa memahami dan mencari sebuah konsep pemahaman yang dianggap paling pas dan ideal bagi sebuah bangunan kepercayaan agama Islam, relevan dengan kebutuhan ummat Islam sendiri dan selanjutnya mampu mengantarkan cara pandang yang strategtis, komplek, terintegral dan syarat makna. Namun sayangnya pendekatan-pendekatan yang ada justru masih bersifat parsial, sempit, terkotak dan hampir tidak menyentuh integralitas ajaran karena hanya berbicara dan meneliti agama dalam satu topik dan cara pandang tertentu. Dalam hal ini pendekatan-pendekatan tersebut antaranya Pendekatan teologis normatif merupakan upaya memahami agama dengan menggunakan kerangka Ilmu Ketuhanan yang bertolak dari suatu keyakinan bahwa wujud empirik dari suatu keagamaan dianggap sebagai yang paling benar dibandingkan dengan yang lainnya. Pendekatan antropologis, memandang dan memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, dalam artian cara-cara yang digunakan dalam disiplin ilmu antropologi dalam melihat suatu masalah digunakan pula untuk memahami agama. Selanjutnya adalah pendekatan sosiologis, ilmu ini menggambarkan tentang keadaan masyarakat lengkap dengan struktur, lapisan serta berbagai gejala sosial lainnya yang saling berkaitan. Cara kerja ilmu inilah yang digunakan dalam mengungkap hikmah-hikmah yang terdapat dalam pesan-pesan wahyu yang masih belum spesifik. Selanjutnya adalah pendekatan historis, yang mengajak seseorang menukik dari alam idealis ke alam yang bersifat empiris dan mendunia. Dari keadaan ini seseorang akan melihat adanya kesenjangan atau keselarasan antara yang terdapat dalam alam idealis dengan yang ada di alam empiris dan historis. Pendekatan ini dalam memahami agama dibutuhkan terutama karena agama turun berkaitan dengan situasi yang konkret dan erat hubungannya dengan kondisi sosial masyarakat. Pendekatan ini mengajak seseorang untuk memasuki keadaan yang merupakan penerapan suatu peristiwa. Pendekatan kebudayaan, sesuai dengan makna budaya sebagai hasil daya cipta manusia maka budaya telah digunakan


(4)

sebagai blue print kerangka acuan memecahkan masalah yang dihadapi. Adapun untuk memahami agama, agama dalam hal ini tampil dalam bentuk formal yang menggenjala dalam masyarakat. Pendekatan psikologi, digunakan untuk mengetahui tingkat keagamaan yang dihayati, dipahami dan diamalkan sesorang juga dapat digunakan sebagai alat untuk memasukkan agama ke dalam jiwa seseorang sesuai dengan tingkat usianya. Dan Fenomenologi sendiri adalah suatu bentuk pendekatan keilmuan yang berusaha mencari hakekat atau esensi dari apa yang ada di balik segala macam bentuk manifestasi agama dalam kehidupan manusia di bumi.

2. Rumusan masalah

a. Bagaimanakah pengertian feminologi?

b. Bagaimanakah sejarah singkat biografi Annemarie Schimmel?

c. Bagaimanakah Penerapan Kajian Fenomenologi : Kajian karya Annemarie Schimmel, Deciphering the Signs of God: A Phenomenological Approach to Islam?

3. Tujuan penulisan

a. Untuk mendiskripsikan pengertian feminologi

b. Untuk mendiskripsikan sejarah singkat biografi annemarie schimmel

c. Untuk mendiskripsikan penerapan Kajian fenomenologi : kajian karya Annemarie Schimmel, Deciphering the Signs of God: A Phenomenological Approach to Islam.

B. PEMABAHASAN 1. Pengertian Feminologi

Fenomenologi berasal dari kata “phainein” yang berarti memperlihatkan dan “pheinemenon” yang berarti sesuatu yang muncul atau terlihat, sehingga dapat diartikan “back to the things themselves” atau kembali kepada benda itu sendiri. Menurut Hadiwijoyo, kata fenomena berarti “penampakan” seperti pilek, demam dan meriang yang menunjukkan fenomena gejala penyakit.1


(5)

Istilah fenomenologi diperkenalkan oleh seorang filsuf dan matematikawan berkebangsaan Swiss-Jerman Johann Heinrich Lambert dalam bukunya “Neues Organon” yang diterbitkan pada 1764. Lambert mamaknai istilah Yunani tersebut dengan pengertian “The Setting forth or Articulation of What Shows Itself” (pengaturan atau artikulasi dari apa yang menunjukkan dirinya). Ia menggunakan istilah ini untuk mengislustrasikan alam khayalan pengalaman manusia dalam upaya mengembangkan teori pengetahuan yang membedakan kebenaran dari kesalahan.2 Immanuel Kant (1724-1804) dalam karya-karyanya juga dikenal

menggunakan istilah-istilah tersebut untuk membedakan pengetahuan yang immanen (noumena) dan pengetahuan yang menggambarkan pengalaman manusia (fenomena). Namun dalam perkembangannya G.W.F. Hegel dan Edmund Husserls yang disebut-sebut sebagai peletak dasar-dasar fenomenologi.

Metode ini mengkaji agama dari segi essensinya. Dalam metode ini pengkaji agama berusaha mengenyampingkan hal-hal yang bersifat subyektif. Pengkaji agama berusaha mengkaji agama menurut apa yang difahami oleh

pemeluknya sendiri, bukan menurut pengkaji agama.

Cara kerja metode ini adalah mengklasifikasi, menamai, membandingkan dan melukiskan gejala agama dan gejala-gejala agamani tersendiri (tertentu), dengan tidak memberikan penilaian tentang nilai, kenyataan dan kebenaran agama dan gejala-gejala agama tersendiri (tertentu), tetapi menyerahkannya kepada filsafat agama dan teologi sistematis. Filsafat agama akan menilainya dalam terang akal-budi yang murni, sedang teologi sistematis akan menilainya dalam Penyataan Ilahi atau Wahyu.3

Contoh dari metode fenomenologis ini misalnya Rudolf Otto dalam bukunya The Idea of the Holy mengkaji tentang yang kudus (holy).4 Gerardus van

2 Rev. Emeka C. Ekeke & Chike Ekeopara, “Phenomenological Approach to The Study of Religion A Historical Perspective,” European Journal of Scientific Research, Vol. 44, No. 2, 2010, hlm. 267. 3 Jongeneel, J.A.B. Pembimbing ke dalam Ilmu Agama dan Teologi Kristen Pembimbing Umum

Pembimbing ke dalam Ilmu Agama,( Jakarta : Intan, 1978),hlm. 106-107

4 Otto, Rudolf. The Idea of the Holy an Inquiry the Non-Rational Faktor in the Idea of the Divine and Its Relation to the Rational.( New York, 1950), hlm.7-8


(6)

der Leeuw dalam bukunya Religion in Essence and Manifestation mengkaji tentang obyek agama, subyek agama dan obyek dan subyek agama dalam hubungannya satu dengan lainnya.5 Mariasusai Dhavamony dalam bukunya

Phenomenology of Religion mengkaji bentuk-bentuk primitif agama, obyek agama, agama dan pengungkapannya, pengalaman religius, dan tujuan agama.6

Annemarie Schimmel dalam bukunya Deciphering the Signs of God: A Phenomenological Approach to Islam mengkaji hal-hal yang suci dalam Islam: alam dan kebudayaan yang suci, ruang dan waktu yang suci, tindakan yang suci, firman dan kitab suci, individu dan masyarakat suci, Tuhan dan ciptaan-Nya.7

2. Sejarah singkat biografi Annemarie Schimmel

Annemarie Schimmel lahir pada 7 April 1922 di Jerman ia menjadi terkenal dan berpengaruh sebagai Iranologist, sebagai sejarawan dan penulis produktif tentang Islam dan tasawuf sampai ia meninggal pada 26 Januari 2003. Schimmel belajar di Universitas Berlin dan menerima gelar doktor dalam bahasa dan peradaban Islam pada usia sembilan belas. Dia kemudian menjadi profesor bahasa Arab di Universitas Marburg pada tahun 1946. Sementara di sana, ia meraih gelar doktor kedua pada tahun 1954, kali ini dalam sejarah agama. Pada tahun yang sama, ia menjadi profesor sejarah agama di Universitas Ankara di Turki. Dia menghabiskan lima tahun di sana, mengajar di Turki dan menyerap budaya dan agama melingkupi daerah. Dari 1967 hingga 1992, ia mengajar di Harvard University dan menjadi profesor emeritus Indo-budaya Muslim. Dia juga seorang profesor kehormatan Universitas Bonn, menerbitkan lebih dari seratus buku-buku tentang sastra Islam, mistisisme dan budaya dan diterjemahkan tambahan berbagai puisi Islam untuk bahasa Inggris dan Jerman dari bahasa-bahasa seperti Persia, Urdu, Arab, Sindhi dan Turki . Pemerintah Pakistan 5 Leeuw, van der. Religion in Essence and Manifestation, (New York, 1963),hlm.9-12

6 Dhavamony, Mariasusai (terj.) A. Sudiarja et. all. Fenomenologi Agama. (Yogyakarta, permada pres,1995),hlm.11-15

7 Rahmani astute.Rahasia wajah suci ilahi,memahami islam secara feminologi anemaria schiemel, (Bandung : mizan,1996).hlm.7


(7)

menganugerahkan gelar kehormatan dengan ketertiban sipil tertinggi yang dikenal sebagai Hilal-e-Imtiaz atau 'Bulan Sabit of Excellence'. Dia menerima banyak penghargaan lainnya dari banyak negara lain, termasuk Hadiah Perdamaian dari Perdagangan Buku Jerman pada tahun 1995, yang terbukti kontroversial karena dirinya dianggap mendukung dijatuhkannya hukuman mati terhadap Salman Rushdie seorang penghujat Nabi SAW.

Annemarie Schimmel, (1922-2003) adalah salah satu pakar terkemuka sastra Islam dan mistisisme (tasawuf) di dunia. Dia menulis lebih dari 80 buku dan esai, dan memberikan kuliah di universitas dan konferensi di seluruh dunia. Profesor Schimmel merupakan staf pengajar di berbagai Universitas termasuk Ankara University, University of Bonn, dan Harvard University. Tulisannya termasuk terjemahan ke dalam bahasa Inggris dan Jerman dari karya-karya dalam bahasa Persia, Urdu, Arab dan Turki, serta orang-orang kudus studi Islam, tasawuf, dan literatur Islam. Bukunya Mystical Dimensions of Islam (1975) dianggap klasik di bidangnya. Profesor Annemarie Schimmel menyumbangkan kata pengantar untuk edisi terbaru mahakarya Frithjof Schuon,Understanding Islam. Dalam kata pengantar untuk Memahami Islam dia menulis: "buku Schuon menunjukkan esensi Islam, membandingkan dengan pandangan dunia Kristen dan sering membawa contoh-contoh dari tradisi-tradisi agama lain, yang semuanya terdiri dari pengetahuan yang luas. Gaya mengingatkan pekerjaan kadang-kadang pembaca melihat bentuk kristal murni, namun orang sering menemukan bagian-bagian yang menyentuh hati.”8

3. Penerapan Kajian Fenomenologi: Kajian karya Annemarie Schimmel,

Deciphering the Signs of God: A Phenomenological Approach to Islam.

Annemarie Schimmel dalam bukunya Dechipering The Signs of God: a Phenomenological Approach to Islam menjelaskan bahwa untuk menuntun keyakinan dan memberikan pemahaman lebih tegas atas tanda-tanda Allah di dalam Alam semesta ini maka harus didekati melalui aspek-aspek benda-benda.


(8)

Dalam ayat al-qur’an dijelaskan bahwa Allah selain bersifat batin juga bersifat zahir.9 Hal ini sesuai dengan firman allah dalam surat yang berbunyi :































Artinya :

Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan yang Bathin10 dan Dia Maha

mengetahui segala sesuatu.

Yusuf ali dalam menafsiri bahwa zahir Allah adalah bukti-bukti eksistensi-nya di sekitar kita. Yusuf ali juga berpendapat bahwa Allah adalah keeksistensi-nyataan (the reality) itu sendiri.kenyataan Allah sangatlah nyata sehingga mata fisik tidak mampu menangkapnya dan bahwa dunia ini tidak mampu menagkapnya dan bahwa dunia ini tidak menampung kenyataannya.

Oleh karena kenyataan (zahir) allah tidak tertampung oleh penampakan apapun didunia ini, dan karena mata fisikpun tidak akan sanggup mengkapnya, maka allah menunjukkan bukti-bukti eksistensi dan esensi-nya dengan cara bertingkat dan menyebar yang dalam filsafat islam dikenal dengan Emanasi ( Al-Fayd). Bukti tersebut tidak lain adalah tanda-tandanya, yang dalam al-qur’an disebut ayat allah.11 Hal ini sesuai dengan firman Allah :









































Artinya :

Dan Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu ayat-ayat yang jelas; dan tak ada yang ingkar kepadanya, melainkan orang-orang yang fasik.

Adapun aspek-aspek yang di maksud oleh Annemarie Schimmel itu antara lain ialah:

9 Samsul hady, islam spiritual cetak biru keserasian eksistensi,(Malang : Uin-pres Malang,2007),hlm. 104

10 Yang dimaksud dengan: yang Awal ialah, yang telah ada sebelum segala sesuatu ada, yang akhir ialah yang tetap ada setelah segala sesuatu musnah, yang Zhahir ialah, yang nyata adanya karena banyak bukti- buktinya dan yang Bathin ialah yang tak dapat digambarkan hikmat zat-Nya oleh akal. 11 Samsul hady, Op.Cit. hlm 105 s/d 106


(9)

a. Aspek-aspek Suci, Alam dan budaya 1) Sifat benda mati,

Yang dimaksud benda mati disini ialah seperti batu. Dalam buku

Deciphering the Signs of God: A Phenomenological Approach to Islam bahwa batu memiliki kekuatan misterius. Batu-batu digunakan untuk melaksanakan ritual-ritual meminta hujan (terutama batu jade), dan niyyet taslari kecil berfungsi untuk menunjukkan apakah keinginan seseorang,niyyah,akan berhasil, yang terjadi ketika batu melekat pada permukaan rata seperti sebuah batu makam (nisan) hal inilah yang biasa dilakukan di Turki.12

Hal tersebut juga dilakukan di Siria dan Palestina, tanah air pemujaan batu penduduk Semit kuno, tetap penuh dengan batu berbentuk aneh yang kadang dianggap sebagi tempat peristirahatan para wali. Di Siria, batu-batu menggelinding kadang dianggap memberikan kekuatannya kepada seseoarang yang tubuhnya tertimpa. Menumpuk batu menjadi bukit kecil untuk membuat sebuah makam wali sebelum hal tersebut diperbesar menjadi makam yang sebenarnya tampaknya merupakan praktik umum disemua tempat, baik ditimur dekat maupun diwilayah Indo-Pakistani.13

Dalam Fenomena Islam diketahui ada Ka’bah di Mekkah yang tidak lain adalah sebuah batu yang merupakan pusat atau titik kemana orang-orang beriman berpaling ketika shalat. Gunung; yang diyakini sebagai penyangga bumi. Bumi; Air; yang tidak lain untuk berwudlu,begitu juga ada air Zam-zam merupakan fenomena yang luar biasa dalam Islam dan memiliki sejarah yang cukup sakral.Air juga bisa berupa Lautan, samudera, hujan dan sungai. Api; dimana syaitan dan jin diciptakan darinya.Angin; Kilat; Petir;Cahaya. Penjelasan ini sesuai dengan QS 24:35 :



 

























 



12 Khoirul Anam, Mengurai Ayat-Ayat Allah (Depok II :Inisiasi Press,2005),hlm.3 13 Ibid, hlm. 2


(10)

































  

 















 





 









 





  





















 

















 



 













 





 

 

Artinya :

Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus,14 yang di dalamnya ada pelita

besar. pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya),15 yang minyaknya (saja) Hampir-hampir

menerangi, walaupun tidak disentuh api. cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.

Tuhan adalah cahaya dari langit dan bumi, kemudian Matahari; perwujudan yang paling jelas dari cahaya yang mencakup dan menembus segalanya, Bulan; Bintang; Langit; dalam Astrologi yang menawarkan bukti lain bagi orang beriman bahwa segala sesuatu adalah bagian dari keselarasan kosmik asalkan kita mampu membaca tanda-tandanya, namun jika sudah sampai ke langit itu sendiri, maka ia jelas merupakan simbol yang menunjuk pada transedensi Ilahi, sebab ia yang menciptakan tujuh langit dan bumi sebagaimana dalam Ayat Kursi (QS 2:255).

14 Yang dimaksud lubang yang tidak tembus (misykat) ialah suatu lobang di dinding rumah yang tidak tembus sampai kesebelahnya, biasanya digunakan untuk tempat lampu, atau barang-barang lain.

15 Maksudnya: pohon zaitun itu tumbuh di puncak bukit ia dapat sinar matahari baik di waktu matahari terbit maupun di waktu matahari akan terbenam, sehingga pohonnya subur dan buahnya menghasilkan minyak yang baik.


(11)





 







 

































































































































Artinya :

Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa-apa yang dikehendaki-Nya. Kursi16 Allah

meliputi langit dan bumi. dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.

2) Tumbuh-tumbuhan dan binatang a) Tumbuh-tumbuhan (Pohon)

Di dalam Al-qur’an banyak sekali terdapat beberapa ayat al-qur’an yang menjelaskan tentang adanya keistimewaan pohon. Salah satu keistimewaan dari pohon ialah menjadi simbol dari segala sesuatu yang baik dan bermanfaat, dan al-qur’an menyatakan untuk alas an ini bahwa kata yang baik seperti pohon yang subur (Al-Qur’an (14);24).17



































16 Kursi dalam ayat ini oleh sebagian mufassirin diartikan dengan ilmu Allah dan ada pula yang mengartikan dengan kekuasaan-Nya.


(12)

























Artinya :

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik18 seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya

(menjulang) ke langit. b) Binatang (Hewan)

Bukan hanya tumbuhan, hewanpun menyembah Tuhan, masing-masing dengan cara-caranya sendiri. Di dalam al-qur’an dijelaskan tentang binatang menghibur nabi adam setelah turun ke bumi.19

Adapun hewan-hewan yang pernah memiliki andil maupun hewan yang hanya muncul dalam sebuah kisah baik dalam al-Qur’an al-Hadits maupun riwayat para sahabat dan orang-orang saleh adalah: lebah, semut, laba-laba, singa, kucing, anjing, landak besar, buroq, ular, burung; merpati,bangau,ayam jago, merak, nuri, dan angsa.20

3) Objek-objek Buatan Manusia a) Senjata

Senjata memiliki nilai keistimewaan dan peran pandai besi di peradaban kuno sangtlah diakui. Dalam tradisi islam pemujaan senjata ini tampak berkurang hanya dalam tradisi epik iran dalam sannama, pandai besi kavah berperan sebagai pahlawan dan pembebas. Dalam sejarah islam sayyidina Ali memiliki sebuah pedang yang terkenal dengan sebutan Dzu Al-Fiqar

yang dengan bantuannya dia mencapai prestasi heroik terhebatnya. Kemudian Dzu Al-Fiqar sering diaplikasikan pada sebilah pedang penguasa atau pada semua alat tajam (termasuk lidah tajam pujangga) untuk

18 Termasuk dalam kalimat yang baik ialah kalimat tauhid, segala Ucapan yang menyeru kepada kebajikan dan mencegah dari kemungkaran serta perbuatan yang baik. kalimat tauhid seperti laa ilaa ha illallaah.

19 Ibid, hlm.36 20 Ibid, hlm.36-49


(13)

mengekspresikan prestasi terhebat yang mungkin untuk mengalahkan musuh sehingga satu nama yang dipilih.

b) Perisai/ baju perang

Dalam tradisi Al-qur’an nabi Dawud muncul sebagai seorang ahli dalam pembuatan Perisai/ baju perang (sebagaimana semua nabi diperintahkan dalam satu profesi praktis).21

c) Tongkat

Tongkat memilki nilai historis yang tinggi.di dalam al-qur’an dijelaskan tentang adanya nabi musa yang mana tongkat yang diubah ularnya menelan tongkat para ahli sihir fir’aun.Hal ini telah temaktub dalam ayat al-qur’an surat thaahaa ayat 66 :





































Artinya :

Berkata Musa: "Silahkan kamu sekalian melemparkan". Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka, terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat, lantaran sihir mereka.

Ayat diatas menjelaskan tentang contoh khas dari kekuatan yang hidup pada tongkat. Selain itu, Musa membelah laut dengannya dan menyebabkan air menyembur dari batu.22

d) Bendera atau panji-panji

konsep terpenting dalam tradisi Muslim umum adalah konsep ‘liwa’ al-hamd,’ panji-panji pujian yang akan di bawa Muhammad di hari pemabalasan. Orang-orang beriman akan berkumpul di padang kebangkitan (masyar) dibawah bendera hijau ini untuk dibawa,berkat syafaat beliau ke kebahagiaan abadi. Tiap dinasti muslim memilki bendera dan panji sendiri, 21 Ibid, hlm.50-51


(14)

dan para pujangga arabiya abad pertengahan senang membandingkan bunga-bunga dengan bendera berabagai suku.

e) Cermin

Cermin adalah salah satu objek paling menarik dalam sejarah agama, dari masa kuno merupakan sebuah obyek yang disucikan bagi dewi Jepang. Cermin memainkan peranan penting dalam hikyat dan dongeng tradisioanal. Salah satu yang terkenal ialah cermin Aleksander, yang ia tempatkan di tempat tinggi untuk mengalahkan ular yang menjijikkan.23

f) Berhala

Di dalam al-qur’an menyatakan bagaimana Ibrahim menghancurkan berhala-berhala ayahnya Azar. Hal ini seperti yang telah di jelaskan di dalam al-qur’an :









 































 





Artinya

Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya, Aazar,24

"Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata."

Ayat diatas sebagai monoteis sejati pertama. Menghncurkan berhala diperlukan bagi semua orang yang secara jujur mengakui bahwa tidak ada tuhan selain Allah,dan karena ini pemikiran modernis muslim cenderung menyebut berhala atas segala sesuatu yang memalingkan perhatian manusia dari Allah, baik itu komunisme, kapitalisme,ataupun nasionalisme, atau banyak temuan manusia lainnya yang diambil sebagai dukungan bukan kepada tuhan YME.

g) Koin 23 Ibid, hlm.54

24 Di antara mufassirin ada yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan Abiihi (bapaknya) ialah pamannya.


(15)

Diantara obyek yang di zaman purba berfungsi sebagai berhala-berhala kecil adalah koin, yang biasanya dicetak dengan representasi dewa. Pada masa islam secara luas ini digantikan oleh kata-kata Syahadah.25

h) Lukisan

Islam dikenal sebagai agama ikonoklasik mutlak. Meskipun larangan melukis dengan membiarkan pemahatan batu didasarkan bukan pada teks qur’ani namun lebih pada sabda nabi, hl tesebut merupakan penjaga melawan pemujaan berhala, sebagaimana obyek yang direpresentasikan dianggap sebgai benar-benar ada dalam gambar tersebut. Meskipun demikian,ada lukisan-lukisan dinding di istana- istana padang pasir Umayyah seperti Qusayir Amra atau dekorasi gambar di istana- istana Seljuk terutama di Anatolia dimana bahkan statute digunakan dan representasi burung dan binatang berkaki empat juga adegan dari kehidupan istana atau ilustrasi berbagai dongeng ditemukan pada banyak obyek logam dan kramik. Pada abad pertengahan, iluminasi buku digunakan untuk mengilustrasikan pertama warisan (perbendaharaan) ilmiah dan juga pada titik awal Maqamat Al-Hariri kisah-kisah pendek penuh cahaya (gambar) dalam prosa sajak cerdas saling melengkapi bersama dengan bait-bait permainan kata.26

i) Kain (pakaian)

Obyek paling penting diantara benda buatan manusia adalah kain (pakaian), temasuk tutup kepala. Di dalam al-qur’an di jelaskan mengenai laki-laki (suami) dan wanita (istri) yang digambarkan seperti pakaian dan begitu sebaliknya. Hal ini senada dengan firman allah yang berbunyi :















































































25 Ibid, hlm.58 26 Ibid, hlm.59


(16)

 













































































































 





















 

 





























Artinya :

Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, Yaitu fajar. kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf27 dalam mesjid. Itulah larangan Allah, Maka

janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.(Q.S Al-Baqarah ayat 187) b. Ruang dan Waktu yang suci

1) Ruang yang Suci

dalam konteks ini Annemarie Schimmel mengkaji ruang dan tempat-tempat seperti Gua, Rumah, Masjid, Kuburan, Makkah dan Madinah (al Haramain), ka’bah,Yerussalem. Yang mana tempat-tempat ini memiliki nilai sejarah dan barakah tersendiri.

a) Gua,


(17)

Dalam historis islam banyak sekali yang menceritkan tentang gua. Salah satu bentuk dari historisnya ialah kisah ashabul kahfi yang tidur dalam gua yang telah termaktub dalam al-qur’an surat al-kahfi ayat 22 :

 





















 





















 





































 

































Artinya :

Nanti (ada orang yang akan) mengatakan28 (jumlah mereka) adalah tiga orang

yang keempat adalah anjingnya, dan (yang lain) mengatakan: "(jumlah mereka) adalah lima orang yang keenam adalah anjing nya", sebagai terkaan terhadap barang yang gaib; dan (yang lain lagi) mengatakan: "(jumlah mereka) tujuh orang, yang ke delapan adalah anjingnya". Katakanlah: "Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada orang yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit". karena itu janganlah kamu (Muhammad) bertengkar tentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja dan jangan kamu menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorangpun di antara mereka.

Selain kisah tentang ashabul kahfi diatas diketahui bahwa nabi Muhammad menerima wahyu awal dalam sebuah gua di gunung hira’ yang beliau gunakan untuk beristirahat untuk meditasi (melakukan perenungan). Disamping itu, dalam sejarah nabi diceritakan tentang adanya gua yang beliau gunakan untuk berlindung ketika Hijrah dari mekkah dan Madinah.hal yang telah dilakukan nabi ini ditiru oleh para para mistikus yang hidup

28 Yang dimaksud dengan orang yang akan mengatakan ini ialah orang-orang ahli kitab dan lain-lainnya pada zaman Nabi Muhammad s.a.w.


(18)

selama periode waktu panjang dalam gua. Diantaranya ialah syarafuddin maneri, Muhammad Ghawth Gwaliorari.29

b) Rumah

Dalam bahasa agama rumah merupakan salah satu dari metafora yang paling sering digunakan bagi hati manusia-rumah yang hendaknya dibersihkan dengan pemanfaatan ‘sapu la’ yaitu awal persaksian “la ilaha illa Allah, tidak ada tuhan selain allah.30

c) Masjid

Masjid merupakan tempat suci par excellence dalam agama islam.31

d) Makam

Menurut Annemarie schimmel diantara tempat suci yang telah disebutkan diatas ialah Tempat Pemakaman seorang wali dan makam para syahid seperti Karbela,Najaf,dan Masyhad.32

e) Makkah dan Madinah

Makakah dan madinah merupakan tempat yang suci bagi orang islam. f) Ka’bah

Ka’bah merupakan tempat yang suci bagi umat muslim karena ka’bah merupakan kiblat bagi umat muslim ketika melakukan shalat limawaktu. Hal ini sesuai dengan firman allah dalam surat Al-baqarah ayat 2:



































































































































Artinya : 29 Ibid, hlm.82-83 30 Ibid, hlm.84 31 Ibid, hlm.88 32 Ibid, hlm.92


(19)

Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit,33 Maka

sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada, Palingkanlah mukamu ke arahnya. dan Sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.34

g) Kota Yerussalem

Yerussalem menjadi tempat yang suci karena kota ini dikelilingi dengan kesucian istimewa dan mupakan tempat tinggal semua nabi terdahulu tinggal disamping itu Yerussalem merupakan qiblah pertama muslim.35

2) Waktu yang Suci

Waktu mengukur kehidupan kita, dan setiap agama mempunyai waktu sucinya sendiri-sendiri : waktuyang didalamnya misteri ada pada awalnya dimunculkan kembali ; Pesta yang diajarkan aliran normal kehidupan sehari-hari dan kemudian membawa manusia pada dimensi berbeda yakni iklim suci dan hari serta jam suci.36

Secara historis, kesadaran waktu Muslim dimulai dengan hijrah yang berarti realisasi praktis konsep-konsep wahyu. Suatu awal baru yang penting dibuat dengan diperkenalkannya tahun Komariyyah;

a) Ramadhan

Ramadhan merupakan waktu paling suci dalam setahun, karena pada bulan ini wahyu pertama al-qur’an turun,kewajiban berpuasa bagi seorang muslim,

33 Maksudnya ialah Nabi Muhammad s.a.w. sering melihat ke langit mendoa dan menunggu-nunggu turunnya wahyu yang memerintahkan beliau menghadap ke Baitullah.

34 rahmana astute,Op.Cit.hlm 106 35 Khoirul Anam,Op.Cit. hlm.104 36 Ibid, hlm.114


(20)

dan di dalamnya terdapat Lailatul qadr’ yang lebih baik dari seribu bulan.37

Hal ini sesuai dengan ayat al-qur’an QS al-qadr yang berbunyi:





 

 







































































































Artinya :

1.Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.382. Dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan itu? 3. Malam

kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.4. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.5. Malam itu (penuh) Kesejahteraan sampai terbit fajar.

b) Maulid Nabi SAW

maulid nabi saw menjadi waktu yang suci bagi umat islam karena pada bulan maulid ini nabi Muhammad sebagai nabi yang sempurna di lahirkan oleh allah untuk menyempurnakan akhlak manusia di muka bumi ini.

c) Dua hari raya (‘idain)

‘Idul Fithri pada 1 Syawal dan ‘Idul ‘Adlha di bulan Dzul Hijjah sekaligus sebagai waktu untuk Ibadah Hajji yang penuh rahmat.

d) Rajab

Rajab merupakan bulan ke tujuh komariyah, dikaitkan dengan Isra’ Mi’raj pada tanggal 27.

e) Sya’ban

37 Ibid, hlm.117

38 Malam kemuliaan dikenal dalam bahasa Indonesia dengan malam Lailatul Qadr Yaitu suatu malam yang penuh kemuliaan, kebesaran, karena pada malam itu permulaan turunnya Al Quran.


(21)

sya’ban adalah bulan laylatul bara’ah, dan sebagian orang beriman mengatakan bahwa huruf-huruf dari namanya itu sendiri menunjuk pada lima sifat mulia dari nabi yakni sy : syaraf,martabat,kehormatan,kasih saying

ayn : uluw, keutamaan; b : birr, kebaikan; alif : ulfat, persahabatan,kasih saying; n : nur, cahaya.39

3) Angka-angka Suci

Islam seperti semua agama menekankan makna penting dari angka-angka tertentu, seperti angka Satu yang memilki penegasan kuat bahwa Tuhan itu Satu. Begitupula rahasia angka 2,3,4 dan seterusnya sampai angka 99 dan 1001 memiliki misteri dan keterkaitan yang kuat dengan rahasia-rahasia Allah dibalik penciptaanNya.40

c. Tindakan yang Suci

Al-Qur’an menekankan perbuatan yang baik dan tindakan yang bermanfaat, dan agar bersandar pada Sunnah Nabi SAW serta para pemimpin Ummat yang terdahulu (salaf). Annemarie membagi tindakan yang suci menjadi tiga, yaitu: 1) Via Purgativa

Tindakan via purgativa ini berisikan berbagai jalan untuk menyucikan diri seseorang dalam usaha untuk menjaga hal yang suci (ilahiyah). Hal ini mencakup ritual apotrapik, seperti upacara mengusir kekuatan berbahaya. Hal ini mencakup misalnya penggunaan drum (gendang) selama gerhana untuk menakuti setan atau sebagaimana di wilayah India muslim suara tembakan ketika seorang anak laki-laki dilahirkn untuk menjauhkan sejauh mungkin jin yang iri dari memburu bayi tersebut. Umat muslim juga menggunakan petasan (sebagaiman dalam tradisi barat) ketika waktu penting dan terutama waktu terbatas seperti malam pertengahan sya’ban ketika takdir hendak ditetapkan untuk tahun mendatang, atau dalam tahun pernikahan kerajaan sebagaimana dapat disaksikan dalam miniatur dari India mughal.41

39 rahmani astuti. Op.Cit,hlm. 129 40 Ibid, hlm.131 s/d 142


(22)

2) Via Illuminativa

contoh konkritnya adalah Niat, karena batas tertentu antara yang profan yang tidak termasuk dalam tindakan Penyucian, dan yang ritual adalah niyyat, contoh lainnya adalah bay’ah (bai’at) mengambil sumpah untuk terlaksananya sesuatu. 3) Via Unitiva

Upaya penyatuan fisik (jiwa kasar Manusia) yang imanen dengan Tuhan yang transenden. Konsep tentang mahabbah (Cinta) kepada Allah adalah contoh konkritnya. Dalam pengertinnya mahabbah berarti kecenderungan kepada sesuatu yang sedang berjalan, dengan tujuan untuk memperoleh kebutuhan yang bersifat material maupun sepiritual seperti cintanya seseorang yang kasmaran kepada suatu yang dicintainya,orang tua dan anaknya, seseorang pada sahabat dan seterusnya.42

d. Kalam dan Kitab Suci

1) Kalam ( tentang Allah dan dari Allah)

Firman, karena ia berasal dari Tuhan dan mengungkapkan diriNya serta kehendakNya, sangat sentral dalam Islam. Tetapi secara umum, firman suci terlindung dari hiruk pikuk kehidupan sehari-hari melalui suatu cara pembacaan khusus yang menekankan ciri kesuciannya.

Ada suara-suara primordial, ‘Urlaute’ Ilahiah, yang bila didengar orang akan memahami mengapa ‘suara’ dapat dianggap sebagai Kekuatan Kreatif, sehingga tidak heran jika dalam budaya Islam terutama kelompok sufi tertentu masih ada terapi musik dengan suara-suara keramat yang penuh berkah.

Dalam mengumandangkan firman Allah SWT dituntut supaya memperhatikan pola-pola suara yang benar, dan pembacaan yang sesuai dengan kaidah dalam ilmu tajwid atau tartil, tilawat dan lain sebagainya.

Bukti bahwa Firman itu berasal dari Tuhan tidak lain karena kemukjizatan yang dikandungnya, tata bahasa yang indah yakni dari Bahasa Arab Fasih yang tidak dapat ditiru oleh penyair manapun. Firman ini juga 42 Al-fatih suryadilaga, Miftahus Sufi,(Yogjakarta : teras,2008),hlm.118


(23)

sebagai bahasa pujian, disamping merupakan bahasa hati, karena cara lain untuk menyebarkan isi wahyu adalah glossolalia, atau berbicara dalam berbagai bahasa.

Kaum muslim tau bahwa wahyu yang sesungguhnya selalu penuh misteri: orang tidak pernah dapat mengerti sepenuhnya dan memahaminya, meskipun makna dan urutan kata-katanya sangat jelas. Sebuah wahyu yang dipahami sepenuhnya tidak akan menjadi wahyu sejati dari zat Ilahi yang tak dapat diperkirakan.43

2) Kalam Allah

Orang-orang kuno mengetahui kekuatan magis kata (kalam) yang dapat diketahui dalam efek keberkahan dan kutukan. Hal itulah yang menjadi alasan mengapa nabi Muhammad menganjurkan bagi orang-orang beriman untuk saling memberi salam (kata yang penuh dengan formula kedamaian) dan nabi menganjurkan pula untuk menjawabnya (kata yang penuh dengan formula kata yang lebih indah).

3) Kitab Suci

Fenomena yang perlu diakaji lagi menurut Annemarie schimmel adalah kitab suci (Al-Qur’an) baik dari segi suaranya maupun tulisannya. Al-qur’an memilki

barakah yang basar hal ini dipertegas pertama ketika perang Siffin (657), ketika Muawiyah yang bertempur melawan Ali takut kalah dan memerintahkan pasukannya menempatkan hlam al-qur’an pada mata tombak mereka – kalam tuhan akan memutuskan diantara dua pemimpin muslim. Satu abad kemudian, sejarah sufi Ibrahim ibnu adzam menceritakan bahwa sebuah perahu selamat dalam badai berkat halaman al-qur’an yang ada didalamnya. Dan masih banyak lagi kisah-kisah yang lain yang muncul dikalangan umat muslim.44

e. Individu dan Masyarakat.

43 G. Van Leeuw (1956),Phanomenologie der Religion, § 85 dalam Rahasia Wajah Suci Ilahi hal. 184, yang mengacu dalam konteks ini pada perkataan Paul Tillich ‘Hanya apa yang pada hakikatnya tersembunyi, dan tidak dapat dicapai oleh pengetahuan apapun, diberikan melalui wahyu.’


(24)

1) Manusia

Manusia merupakan bentuk nyata dari fenomena,Manusia adalah sebaik-sebaik ciptaan tuhan yang paling sempurna. Hal ini sesuai dengan firman Allah :























Artinya :

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya .

Sebagaimana yang dapat dipahami dari kisah penciptaan, manusia itu terdiri dari badan dan jiwa. Ruh dan Nafs sangat penting sebagai aspek-aspek ruhaniah sejati yang membuat manusia tetap berhubungan dengan realitas-realitas yang lebih tinggi, tetapi badan sangat diperlukan bagi kehidupan ini. Organ-organ tubuh yang dimilki manusia sangat sempurna dan memilki keistimewaan-keistimewaan tersendiri, mulai dari rambut, kepala,jenggot,kuku,nafas,keringat,darah,kaki, tangan dan sebagainya, semua memilki nilai kesucian dan faedah yang bervariatif. Manusia ada yang laki-laki dan perempuan, memilki peran dan tanggungjawab masing-masing.45

2) Masyarakat

Masyarakat Islam yang ideal, menurut Louis Massignon dan sebagai pengikutnya Louis Gardet, adalah ‘suatu teokrasi egaliter dari para anggota awam.’Komunitas kaum beriman sangat penting dalam pemikiran Muslim normatif, sehingga timbullah keengganan sebagai Muslim terhadap minat Barat pada tokoh-tokoh eksotik seperti para sufi dan yang semacamnya, sebab mereka tidak mewakili norma-norma dan cita-cita dari umat sebab ummat dibangun sesuai dengan visi Nabi yang merupakan hasil dari Ilham Ilahi mengenai masyarakat yang sempurna. Kehidupan yang baik,’kehidupan seorang Muslim yang akan membawanya menuju kebahagiaan di dunia dan di


(25)

Akhirat, harus ditata hingga rincian yang paling kecil sesuai dengan aturan-aturan wahyu sebagaimana yang ditafsirkan oleh ahli-ahli yang kompeten. Al-Qur’an menggambarkan komunitas Muslim sebagai Ummatan wustha

yaitu komunitas tengah, segolongan manusia yang mengambil jalan tengah antara kedua ekstrem, sebagaimana Nabi sering tampil sebagai tokoh yang menghindari legalisme yang kaku dan keras dari Musa dan kelembutan yang berlebihan dari Isa. Hal ini sesuai dengan firman allah dalam surat Al-baqarah ayat 143 :

 

 



 

 

































 





















































 







 





























































 









Artinya

Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan46 agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar

Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa Amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.

46 Umat Islam dijadikan umat yang adil dan pilihan, karena mereka akan menjadi saksi atas perbuatan orang yang menyimpang dari kebenaran baik di dunia maupun di akhirat.


(26)

Landasan utama terbentuknya masyarakat Muslim adalah sunnah Nabi SAW yang banyak memberikan gambaran bahwa muslim yang satu dengan yang lain adalah satu jiwa, karenanya mereka berkewajiban untuk mendukung satu sama lain di jalan keselamatan dengan memerintahkan kebaikan dan melarang kejahatan, amr bi al-ma’ruf wa nahyi an al-munkar.

f. Tuhan dan CiptaanNya, Eskatologi

Schimmel dalam konsep ini menjelaskan bahwa Tuhan digambarkan sebagai

wajib al-wujub,’Dia yang eksistensi-Nya mutlak wajib’ dan yang kepadaNya segala sesuatu bergantung. Tuhan adalah Prima causa, dan tidak ada penyebab sekunder. Peristiwa-peristiwa di dalam dunia ciptaan merupakan pengaruh dari keterlibatan langsung sang pencipta:apapun yang terjadi bukan akibat dari kausalitas melainkan karena sunnat Allah.

C.KESIMPULAN

Fenomenologi berasal dari kata “phainein” yang berarti memperlihatkan dan “pheinemenon” yang berarti sesuatu yang muncul atau terlihat, sehingga dapat diartikan “back to the things themselves” atau kembali kepada benda itu sendiri. Menurut Hadiwijoyo, kata fenomena berarti “penampakan” seperti pilek, demam dan meriang yang menunjukkan fenomena gejala penyakit.

Annemarie Schimmel lahir pada 7 April 1922 di Jerman ia menjadi terkenal dan berpengaruh sebagai Iranologist, sebagai sejarawan dan penulis produktif tentang Islam dan tasawuf sampai ia meninggal pada 26 Januari 2003.

Annemarie Schimmel dalam bukunya Dechipering The Signs of God: a Phenomenological Approach to Islam menjelaskan bahwa untuk menuntun keyakinan dan memberikan pemahaman lebih tegas atas tanda-tanda Allah di dalam Alam semesta ini maka harus didekati melalui aspek-aspek benda-benda. aspek- aspek benda-benda itu antara lain:

1. Aspek-aspek Suci, Alam dan budaya; 2. Ruang dan Waktu yang suci;


(27)

4. Kalam dan Kitab Suci; 5. Individu dan Masyarakat;

6. Tuhan dan CiptaanNya, Eskatologi

DAFTAR PUSTAKA

Anam,Khoirul.Mengurai Ayat-Ayat Allah (Depok II :Inisiasi Press,2005).

Astuti,Rahmani. Rahasia Wajah Suci Ilahi,Memahami Islam Secara Feminologi Anemaria Schiemel, (Bandung : mizan,1996).

Dhavamony, Mariasusai (terj.) A. Sudiarja et. all. Fenomenologi Agama. (Yogyakarta, permada pres,1995).

Hadiwijoyo,Harun.Sari Sejarah Filsafat Barat 2 (Yogyakarta: Kanisius, 1992).

Hady,Samsul.Islam Spiritual Cetak Biru Keserasian Eksistensi,(Malang : Uin-pres Malang,2007).

http://www.worldwisdom.com/public/authors/Annemarie-Schimmel.aspx

Jongeneel, J.A.B. Pembimbing ke dalam Ilmu Agama dan Teologi Kristen Pembimbing Umum Pembimbing ke dalam Ilmu Agama, (Jakarta: intan 1978). Leeuw , G. Van.(1956),Phanomenologie der Religion, § 85 dalam Rahasia Wajah

Suci Ilahi.

Leeuw, van der. Religion in Essence and Manifestation. (New York : 1963).

Rev. Emeka C. Ekeke & Chike Ekeopara, “Phenomenological Approach to The Study of Religion A Historical Perspective,” European Journal of Scientific Research, Vol. 44, No. 2, 2010.

Rudolf,Otto.The Idea of the Holy an Inquiry the Non-Rational Faktor in the Idea of the Divine and Its Relation to the Rational (New York, 1950).


(1)

2) Via Illuminativa

contoh konkritnya adalah Niat, karena batas tertentu antara yang profan yang tidak termasuk dalam tindakan Penyucian, dan yang ritual adalah niyyat, contoh lainnya adalah bay’ah (bai’at) mengambil sumpah untuk terlaksananya sesuatu. 3) Via Unitiva

Upaya penyatuan fisik (jiwa kasar Manusia) yang imanen dengan Tuhan yang transenden. Konsep tentang mahabbah (Cinta) kepada Allah adalah contoh konkritnya. Dalam pengertinnya mahabbah berarti kecenderungan kepada sesuatu yang sedang berjalan, dengan tujuan untuk memperoleh kebutuhan yang bersifat material maupun sepiritual seperti cintanya seseorang yang kasmaran kepada suatu yang dicintainya,orang tua dan anaknya, seseorang pada sahabat dan seterusnya.42

d. Kalam dan Kitab Suci

1) Kalam ( tentang Allah dan dari Allah)

Firman, karena ia berasal dari Tuhan dan mengungkapkan diriNya serta kehendakNya, sangat sentral dalam Islam. Tetapi secara umum, firman suci terlindung dari hiruk pikuk kehidupan sehari-hari melalui suatu cara pembacaan khusus yang menekankan ciri kesuciannya.

Ada suara-suara primordial, ‘Urlaute’ Ilahiah, yang bila didengar orang akan memahami mengapa ‘suara’ dapat dianggap sebagai Kekuatan Kreatif, sehingga tidak heran jika dalam budaya Islam terutama kelompok sufi tertentu masih ada terapi musik dengan suara-suara keramat yang penuh berkah.

Dalam mengumandangkan firman Allah SWT dituntut supaya memperhatikan pola-pola suara yang benar, dan pembacaan yang sesuai dengan kaidah dalam ilmu tajwid atau tartil, tilawat dan lain sebagainya.

Bukti bahwa Firman itu berasal dari Tuhan tidak lain karena kemukjizatan yang dikandungnya, tata bahasa yang indah yakni dari Bahasa Arab Fasih yang tidak dapat ditiru oleh penyair manapun. Firman ini juga


(2)

sebagai bahasa pujian, disamping merupakan bahasa hati, karena cara lain untuk menyebarkan isi wahyu adalah glossolalia, atau berbicara dalam berbagai bahasa.

Kaum muslim tau bahwa wahyu yang sesungguhnya selalu penuh misteri: orang tidak pernah dapat mengerti sepenuhnya dan memahaminya, meskipun makna dan urutan kata-katanya sangat jelas. Sebuah wahyu yang dipahami sepenuhnya tidak akan menjadi wahyu sejati dari zat Ilahi yang tak dapat diperkirakan.43

2) Kalam Allah

Orang-orang kuno mengetahui kekuatan magis kata (kalam) yang dapat diketahui dalam efek keberkahan dan kutukan. Hal itulah yang menjadi alasan mengapa nabi Muhammad menganjurkan bagi orang-orang beriman untuk saling memberi salam (kata yang penuh dengan formula kedamaian) dan nabi menganjurkan pula untuk menjawabnya (kata yang penuh dengan formula kata yang lebih indah).

3) Kitab Suci

Fenomena yang perlu diakaji lagi menurut Annemarie schimmel adalah kitab suci (Al-Qur’an) baik dari segi suaranya maupun tulisannya. Al-qur’an memilki barakah yang basar hal ini dipertegas pertama ketika perang Siffin (657), ketika Muawiyah yang bertempur melawan Ali takut kalah dan memerintahkan pasukannya menempatkan hlam al-qur’an pada mata tombak mereka – kalam tuhan akan memutuskan diantara dua pemimpin muslim. Satu abad kemudian, sejarah sufi Ibrahim ibnu adzam menceritakan bahwa sebuah perahu selamat dalam badai berkat halaman al-qur’an yang ada didalamnya. Dan masih banyak lagi kisah-kisah yang lain yang muncul dikalangan umat muslim.44

e. Individu dan Masyarakat.

43 G. Van Leeuw (1956),Phanomenologie der Religion, § 85 dalam Rahasia Wajah Suci Ilahi hal. 184, yang mengacu dalam konteks ini pada perkataan Paul Tillich ‘Hanya apa yang pada hakikatnya tersembunyi, dan tidak dapat dicapai oleh pengetahuan apapun, diberikan melalui wahyu.’


(3)

1) Manusia

Manusia merupakan bentuk nyata dari fenomena,Manusia adalah sebaik-sebaik ciptaan tuhan yang paling sempurna. Hal ini sesuai dengan firman Allah :























Artinya :

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya .

Sebagaimana yang dapat dipahami dari kisah penciptaan, manusia itu terdiri dari badan dan jiwa. Ruh dan Nafs sangat penting sebagai aspek-aspek ruhaniah sejati yang membuat manusia tetap berhubungan dengan realitas-realitas yang lebih tinggi, tetapi badan sangat diperlukan bagi kehidupan ini. Organ-organ tubuh yang dimilki manusia sangat sempurna dan memilki keistimewaan-keistimewaan tersendiri, mulai dari rambut, kepala,jenggot,kuku,nafas,keringat,darah,kaki, tangan dan sebagainya, semua memilki nilai kesucian dan faedah yang bervariatif. Manusia ada yang laki-laki dan perempuan, memilki peran dan tanggungjawab masing-masing.45

2) Masyarakat

Masyarakat Islam yang ideal, menurut Louis Massignon dan sebagai pengikutnya Louis Gardet, adalah ‘suatu teokrasi egaliter dari para anggota awam.’Komunitas kaum beriman sangat penting dalam pemikiran Muslim normatif, sehingga timbullah keengganan sebagai Muslim terhadap minat Barat pada tokoh-tokoh eksotik seperti para sufi dan yang semacamnya, sebab mereka tidak mewakili norma-norma dan cita-cita dari umat sebab ummat dibangun sesuai dengan visi Nabi yang merupakan hasil dari Ilham Ilahi mengenai masyarakat yang sempurna. Kehidupan yang baik,’kehidupan seorang Muslim yang akan membawanya menuju kebahagiaan di dunia dan di


(4)

Akhirat, harus ditata hingga rincian yang paling kecil sesuai dengan aturan-aturan wahyu sebagaimana yang ditafsirkan oleh ahli-ahli yang kompeten. Al-Qur’an menggambarkan komunitas Muslim sebagai Ummatan wustha yaitu komunitas tengah, segolongan manusia yang mengambil jalan tengah antara kedua ekstrem, sebagaimana Nabi sering tampil sebagai tokoh yang menghindari legalisme yang kaku dan keras dari Musa dan kelembutan yang berlebihan dari Isa. Hal ini sesuai dengan firman allah dalam surat Al-baqarah ayat 143 :

 

 



 

 

































 





















































 







 





























































 









Artinya

Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan46 agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar

Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa Amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.

46 Umat Islam dijadikan umat yang adil dan pilihan, karena mereka akan menjadi saksi atas perbuatan orang yang menyimpang dari kebenaran baik di dunia maupun di akhirat.


(5)

Landasan utama terbentuknya masyarakat Muslim adalah sunnah Nabi SAW yang banyak memberikan gambaran bahwa muslim yang satu dengan yang lain adalah satu jiwa, karenanya mereka berkewajiban untuk mendukung satu sama lain di jalan keselamatan dengan memerintahkan kebaikan dan melarang kejahatan, amr bi al-ma’ruf wa nahyi an al-munkar.

f. Tuhan dan CiptaanNya, Eskatologi

Schimmel dalam konsep ini menjelaskan bahwa Tuhan digambarkan sebagai wajib al-wujub,’Dia yang eksistensi-Nya mutlak wajib’ dan yang kepadaNya segala sesuatu bergantung. Tuhan adalah Prima causa, dan tidak ada penyebab sekunder. Peristiwa-peristiwa di dalam dunia ciptaan merupakan pengaruh dari keterlibatan langsung sang pencipta:apapun yang terjadi bukan akibat dari kausalitas melainkan karena sunnat Allah.

C.KESIMPULAN

Fenomenologi berasal dari kata “phainein” yang berarti memperlihatkan dan “pheinemenon” yang berarti sesuatu yang muncul atau terlihat, sehingga dapat diartikan “back to the things themselves” atau kembali kepada benda itu sendiri. Menurut Hadiwijoyo, kata fenomena berarti “penampakan” seperti pilek, demam dan meriang yang menunjukkan fenomena gejala penyakit.

Annemarie Schimmel lahir pada 7 April 1922 di Jerman ia menjadi terkenal dan berpengaruh sebagai Iranologist, sebagai sejarawan dan penulis produktif tentang Islam dan tasawuf sampai ia meninggal pada 26 Januari 2003.

Annemarie Schimmel dalam bukunya Dechipering The Signs of God: a Phenomenological Approach to Islam menjelaskan bahwa untuk menuntun keyakinan dan memberikan pemahaman lebih tegas atas tanda-tanda Allah di dalam Alam semesta ini maka harus didekati melalui aspek-aspek benda-benda. aspek- aspek benda-benda itu antara lain:

1. Aspek-aspek Suci, Alam dan budaya; 2. Ruang dan Waktu yang suci;


(6)

4. Kalam dan Kitab Suci; 5. Individu dan Masyarakat;

6. Tuhan dan CiptaanNya, Eskatologi

DAFTAR PUSTAKA

Anam,Khoirul.Mengurai Ayat-Ayat Allah (Depok II :Inisiasi Press,2005).

Astuti,Rahmani. Rahasia Wajah Suci Ilahi,Memahami Islam Secara Feminologi Anemaria Schiemel, (Bandung : mizan,1996).

Dhavamony, Mariasusai (terj.) A. Sudiarja et. all. Fenomenologi Agama. (Yogyakarta, permada pres,1995).

Hadiwijoyo,Harun.Sari Sejarah Filsafat Barat 2 (Yogyakarta: Kanisius, 1992).

Hady,Samsul.Islam Spiritual Cetak Biru Keserasian Eksistensi,(Malang : Uin-pres Malang,2007).

http://www.worldwisdom.com/public/authors/Annemarie-Schimmel.aspx

Jongeneel, J.A.B. Pembimbing ke dalam Ilmu Agama dan Teologi Kristen Pembimbing Umum Pembimbing ke dalam Ilmu Agama, (Jakarta: intan 1978). Leeuw , G. Van.(1956),Phanomenologie der Religion, § 85 dalam Rahasia Wajah

Suci Ilahi.

Leeuw, van der. Religion in Essence and Manifestation. (New York : 1963).

Rev. Emeka C. Ekeke & Chike Ekeopara, “Phenomenological Approach to The Study of Religion A Historical Perspective,” European Journal of Scientific Research, Vol. 44, No. 2, 2010.

Rudolf,Otto.The Idea of the Holy an Inquiry the Non-Rational Faktor in the Idea of the Divine and Its Relation to the Rational (New York, 1950).