Asri Wibawa Sakti, 2015 POLA PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBASIS LIMBAH TEKSTIL UNTUK MASYARAKAT
JAYAGIRI - LEMBANG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 pasal 31 menyatakan bahwa, Ayat 1 Setiap warga negara berhak mendapatkan
pendidikan; dan Ayat 2 Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan penerintah wajib membiayainya. Dukungan tersebut dibuktikan dengan
diberikannya Program Bantuan Oprasional Sekolah BOS pada tahun 2005 sebagai upaya menyokong program wajib belajar tersebut. Undang-Undang No 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa setiap warga Negara yang berusia 7 sampai 15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar
dan pada pasal 34 ayat 2 dipaparkan bahwasanya pemerintah dan juga pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada pendidikan dasar
tanpa dipungut biaya. Pada ayat 3 disebutkan bahwa wajib belajar merupakan tanggung jawab
negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Hukum tersebut menjadi landasan wajibnya pendidikan,
khususnya pendidikan formal. Tidak hanya itu Peraturan Pemerintah No 73 tahun 1993 memberikan peluang kepada pendidikan luar sekolah untuk turut
memberikan andil dalam percepatan program wajib belajar 9 tahun dengan diadakannya program paket A dan paket B.
Pengerucutan pemaparan di atas dimulai ketika menilik Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 13 ayat 1 yang menyatakan bahwa jalur pendidikan terdiri
dari pendidikan formal, nonformal dan informal. Dari hukum di atas, maka didapat turunan pengaplikasian tentang pendidikan yang mencakup tiga yakni
pendidikan formal, informal dan non formal. Pendidikan formal menitikberatkan kepada pendidikan di sekolah seperti SD, SMP dan SMA dan perguruan tinggi
atau dengan istilah lain yakni pendidikan dasar, pendidikan menengah sampai pendidikan tinggi.
Berbeda dengan informal yang memfokuskan kepada pendidikan di dalam keluarga seperti belajar kesantunan, homeschooling pendidikan formal yang
2
Asri Wibawa Sakti, 2015 POLA PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBASIS LIMBAH TEKSTIL UNTUK MASYARAKAT
JAYAGIRI - LEMBANG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
dilaksanakan secara informal dan yang terakhir namun tak kalah pentingnya adalah pendidikan non formal. Pendidikan non formal merupakan jalur
pendidikan di luar pendidikan formal yang dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang, seperti kursus, bimbingan belajar, pembinaan keterampilan ibu-ibu
PKK dan sebagainya. Pendidikan non formal ini mendukung layanan pendidikan bagi warga masyarakat yang berfungsi sebagai pengganti penambah maupun
pelengkap pendidikan formal. Hal ini pun mendorong pengembangan kepribadian profesional.
Penelitian ini kemudian merujuk kepada fenomena bahwa Indonesia tidak hanya berkutat pada pendidikan saja, akan tetapi juga banyak hal yang menjadi
pendukung kemajuan negara ini. Di antaranya adalah keanekaragaman wisata alam, budaya, karya seni, kuliner dan sebagainya. Jayagiri - Lembang, Jawa Barat
merupakan salah satu wilayah yang menggambarkan hal tersebut. Sehingga tidaklah mengherankan bilamana disana terdapat berbagai potensi budaya yang
bisa digali. Potensi tersebut tidak serta merta terwujud begitu saja. Butuh pendidikan
sebagai cara untuk meraihnya. Dalam penelitian ini, pendidikan luar sekolah atau pendidikan non formal bisa menjadi alternatif untuk menggali potensi budaya.
Selain hal tersebut penelitian ini juga dapat menjadi cara terbaik dalam mengelola dan menangani sampah, khususnya limbah tekstil yang dipandang sering
melahirkan permasalahan lingkungan. Menurut hasil wawancara dengan dosen seni Tri Karyono, 6 April 2015
dalam produksi kerajinan atau indukstri dikenal dengan sistem 3R atau reuse, reduce, dan recycle. Usaha mengolah sampah termasuk salah satu bagian dalam
pengelolaan sampah limbah tekstil. Reuse berarti menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama ataupun fungsi yang lainnya.
Reduce berarti mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan sampah dan Recycle berarti mengolah kembali daur ulang sampah menjadi barang atau
produk baru yang bermanfaat. Mengelola sampah dengan sistem 3R dapat dilakukan oleh siapa saja, kapan saja setiap hari, di mana saja, dan bahkan tanpa
biaya yang besar. Hanya dibutuhkan sedikit waktu dan kepedulian kita. Produk
3
Asri Wibawa Sakti, 2015 POLA PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBASIS LIMBAH TEKSTIL UNTUK MASYARAKAT
JAYAGIRI - LEMBANG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
karya yang dihasilkan diharapkan dapat mendongkrak ekonomi masyarakat sekitar terutama kaum perempuan, menggali potensi wisata daerah, penelitian ini
juga bermaksud mengurangi permasalahan lingkungan hidup dalam bidang limbah tekstil.
Pemanfaatan sampah atau limbah indstri tekstil dapat digunakan untuk pembuatan kerajinan, khususnya dalam pembuatan kerajinan tangan dari bahan
tekstil. Jenis kerajinan ini bilamana diolah dan ditata sedemikian rupa bisa menjadi produk kerajinan yang akan menarik perhatian. Upaya memproduksi dan
memasyarakatkan produk
kerajinan pada
suatu masyarakat
bilamana membutuhkan untuk benda yang akan di Jual atau benda yang akan menjadi
bagian pendapatan hidupnya. Daerah Lembang Bandung yang penuh dengan panorama keindahan alam,
dalam lima tahun terakhir telah berkembang menjadi tempat wisata masyarakat domestik dan luar negeri. Semakin banyaknya wilayah rekreasi dibarengi dengan
tumbuhnya bangunan hotel dan villa yang menyebabkan keramaian di hari libur. sekaligus menjadi pangsa pasar berbagai produk, termasuk produk kerajinan.
Kenyataannya, pelaku usaha bidang kerajinan bukanlah penduduk asli lembang. Umumnya mereka yang datang dari berbagai daerah lainnya. Sedangkan
penduduk aslinya kebanyakan menjadi penonton. Sebagai seorang wanita penulis membidik keberadaan penduduk wanita, khususnya kategori ibu-ibu rumah
tangga yang ada di Desa Jayagiri Lembang. Mereka tidak banyak terlibat dalam industri pariwisata, khusunya dalam pembuatan benda kerajinan yang bisa dijual
dalam industrialisasi pariwisata di Kota Lembang. Posisi Desa Jayagiri berada tepat di seputar Kota Lembang yang tentunya
bersentuhan langsung dengan kegiatan industri pariwisata. Tidak banyak produk kerajinan buatan ibu-ibu rumah tangga di Desa Jayagiri Lembang. Tatkala terjadi
hirup pikuknya keramaian wisata di setiap hari libur, mereka tampak kebingungan mengembangkan diri dan mencari produk apa yang dijual. Kenyataan ini lebih
jelasnya diperlihatkan dari fenomena, sebagai berikut: 1.
Kebanyakan kelompok ibu-ibu rumah tangga di Desa Jayagiri memiliki banyak waktu yang tidak dimanfaatkan yang dapat menambah penghasilan
4
Asri Wibawa Sakti, 2015 POLA PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBASIS LIMBAH TEKSTIL UNTUK MASYARAKAT
JAYAGIRI - LEMBANG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
keluarga. Kurang produktifnya kelompok ini disebabkan karena tidak memiliki kemampuan untuk menghasilkan produk dengan bahan yang ada di
sekitarnya. 2.
Desa Jayagiri Lembang dari dahulu sampai sekarang dikenal sebagai daerah wisata dengan beragam tempat yang ditawarkan ke wisatawan yang datang.
Mengingat demikian, wilayah ini sangat baik untuk digunakan sebagai tempat pemasaran hasil kerajinan produksinya.
3. Banyaknya limbah tekstil yang tidak dimanfaatkan di berbagai tempat di
Lembang dan daerah lainnya, menyebabkan produk yang akan dibuat memiliki kompetitif dari segi harga yang akan dijual.
4. Utamanya keahlian para ibu rumah tangga adalah berkaitan dengan kain dan
memperbaikinya. Keterampilan jahit-menjahit dan pengeleman adalah keahlian yang sudah dimiliki kebanyakan. Namun karena pengetahuan yang
terbatas kemampuannya tidak bisa dikembangkan menjadi kemampuan produksi kerajinan yang berbasis kemampuan dasar.
Berdasarkan fenomena tersebut dapat dikatakan, sekalipun wilayah Lembang menjadi objek pariwisata namun kemampuan memproduksi kerajinan dan
keahalian pembuatan kerajinan masih belum tumbuh. Hal ini disebabkan kurangnya daya masyarakat pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimiliki
mereka. Diperlukan usaha pembelajaran keterampilan kerajinan berbasis limbah tekstil untuk kelompok ibu rumah tangga agar kemampuan dasarnya bisa
berkembang di Desa Jayagiri. Permasalahan ini diduga karena hal-hal, sebagai berikut:
1. Faktor pendorong, khususnya pengajar yang memberikan kemampuannya
secara terbuka dan kongkrit dalam pembelajaran keterampilan berbasis limbah tekstil. Para pengajar atau narasumber tidak memberi kesempatan pada
kelompok ibu rumah tangga yang membutuhkan kesempatan untuk menambah kemampuan diri untuk berusaha.
2. Kurang gigihnya semangat masyarakat kelompok ibu rumah tangga untuk
terlibat dalam berwirausaha kerajinan, khususnya mereka yang bermukim di
5
Asri Wibawa Sakti, 2015 POLA PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBASIS LIMBAH TEKSTIL UNTUK MASYARAKAT
JAYAGIRI - LEMBANG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
wilayah Desa Jayagiri Lembang untuk mengembangkan diri menjadi bagian pelaku usaha industri kerajinan.
3. Belum ditemukan pola pembelajaran yang efektif untuk kelompok ibu rumah
tangga dalam mengolah limbah tekstil untuk dijadikan produk kerajinan bagi kelompok ibu rumah tangga di Desa Jayagiri Lembang.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pembelajaran kerajinan tangan yang berbahan dasar limbah tekstil
untuk peningkatan kemampuan kelompok ibu rumah tangga. Penelitian ini berkait dengan studi yang penulis geluti dalam bidang pendidikan seni rupa di Sekolah
Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Dengan demikian judul penelitian
yang penulis ajukan yakni: POLA PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBASIS LIMBAH TEKSTIL UNTUK MASYARAKAT JAYAGIRI -
LEMBANG Studi Kasus Pembelajaran Kelompok Masyarakat Ibu Rumah Tangga di Jayagiri-Lembang.
B. Batasan dan Fokus Permasalahan