T PSN 1402726 Chapter1

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesenian daerah merupakan kearifan lokal yang menjadi simbol keadaan
masyarakat daerah. Bentuk penyajian sebuah kesenian daerah merupakan
cerminan dari kehidupan sehari-hari masyarakat daerah. Potensi seni sebagai
sarana sosialisasi nilai-nilai karakter dan pekerti telah dikenal dalam tradisi
berbagai suku kita. Kekayaan tradisi suku bangsa meliputi cerita rakyat, nyanyian,
dan pepatah-pantun yang mengandung muatan nilai-nilai. Maka, kesenian tradisi
merupakan medium yang nyaris tak terbatas untuk menyampaikan nilai-nilai,
karena dekat dan akrab dengan masyarakat dan merupakan milik dari masyarakat
itu sendiri. Tingkat kebudayaan manusia dapat dilihat melalui kesenian tradisi.
Kesenian menjadi cerminan suatu peradaban manusia yang terus berkembang,
maka kesenian yang telah ada tidak lepas dari keberadaan kesenian tradisional.
Dengan mempelajari kesenian tradisional juga dapat melihat masa lalu, masa
sekarang dan dapat merencanakan untuk masa yang akan datang.
Dewasa ini pengenalan seni daerah sebagai salah satu kearifan lokal mulai
terkikis, salah satu faktor penyebab terkikisnya hal ini adalah lingkungan.
Lingkungan membentuk anak menjadi manusia yang modern tidak memberikan

ruang bagi kesenian daerah ikut berkontribusi pada perkembangan karakter
bangsa. Pembangunan karakter dan pekerti bangsa dipengaruhi oleh berbagai
faktor, baik secara eksternal maupun internal. Seperti pendapat yang dikemukakan
oleh seorang ahli, Montesquieu ( dalam Direktorat Pembangunan Karakter dan
Pekerti Bangsa, Direktorat Jenderal Budaya,Seni dan Film, Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia, hlm. 11), bahwa pembahasan karakter
bangsa yang disebut esprit general atau jiwa semangat yang mencakup
kerakteristik-karakteristik moral dan kebiasaan-kebiasaan berpikir dan berperilaku
yang berasal dari suatu kombinasi unik antara lingkungan alam atau iklim, agama,
hukum, kebijaksanaan pemerintah, sejarah, nilai-nilai dan tata krama sopan santun
sosial. Suatu bangsa dapat dibedakan dengan bangsa lain melalui pola bentukan
yang muncul dalam kombinasi faktor-faktor tersebut serta kualitas-kualitas moral
Ayu Ridho Saraswsati, 2016
PEMBELAJARAN TARI REOG BULKIYO UNTUK MENANAMKAN NILAI PATRIOTISME SISWA DI
MADRASAH TSANAWIYAH SUNAN AMPEL DOKO KABUPATEN BLITAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

2

yang dihasilkannya. Pendidikan berperan penting dalam pembentukan karakter

selain faktor-faktor yang telah dijelaskan sebelumnya.
“Character determines someone’s private thoughts and someone’s actions done. Good
character is the inward motivation to do what is right, according to the highest standard of

behaviour, in every situation” (Hill

dalam Christina, 2005, hlm. 84).

Pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan perilaku yang
membantu individu untuk hidup dan bekerja bersama sebagai keluarga,
masyarakat, dan bernegara dan membantu mereka untuk membuat keputusan yang
dapat dipertanggungjawabkan (Christina,2005, hlm.84).
Demikian halnya Reog Bulkiyo adalah salah satu kesenian warisan turuntemurun yang berada di Desa Kemloko Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar.
Kesenian Reog Bulkiyo merupakan salah satu kekayaan hasil budaya bangsa
Indonesia, kesenian daerah tersebut harus harus dapat dijaga, dilestarikan dan
dipertahankan. Karya tari, pada hakekatnya merupakan kerja kreatif dari sosial
action yaitu tindakan antara individu atau manusia dalam masyarakat. Apabila

dilihat secara kontekstual, tari adalah bagian imanen dan integral dari dinamika
sosiokultural masyarakat (Hadi dalam Kristyanti,2009, hlm.173). Ada hubungan

yang berarti anatar perkembangan seni tari dengan perkembangan masyarakatnya
sebagaimana dikatakan soedaersono bahwa suatu daerah dapat dikatakan
mengalami perkembangan yang baik apabila seni tari berkembang sesuai dengan
perkembangan masyarakat pendukungnya (Kristyanti, 2009, hlm.173). Sejalan
dengan nilai-nilai pembentuk karakter bangsa yang terkandung dalam seni tradisi
daerah, dalam kesenian Reog Bulkiyo

sarat akan nilai kearifan lokal.

Nasionalisme dan patriotisme yang ada dalam tari ini membuat tari ini patut untuk
menjadi bahan ajar di sekolah, tempat lahirnya pejuang bangsa.
Jawa Timur sendiri memiliki kesenian daerah dengan nama serupa, dimana
wilayah daerah itu berdekatan sehingga memiliki karakter dialek bahasa dan
karakter masyarakat yang hampir sama. Daerah tersebut disebut Jawa Timur
kulonan yang terdiri dari Pacitan, Ponorogo, Madiun, Kediri, Tulungagung, Blitar.

Daerah Ponorogo, Tulungagung dan Blitar memiliki kesenian Reog yang berbeda
kemasan pertunjukannya. Ponorogo terdapat Reog Ponorogo yang sudah
mendunia dengan bentuk penyajian tari massal dan memiliki tokoh-tokoh dalam
cerita peperangan Kerajaan Daha-Kadiri. Tulungagung juga memiliki Reog

Ayu Ridho Saraswsati, 2016
PEMBELAJARAN TARI REOG BULKIYO UNTUK MENANAMKAN NILAI PATRIOTISME SISWA DI
MADRASAH TSANAWIYAH SUNAN AMPEL DOKO KABUPATEN BLITAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

3

Dhodhog atau Reog Kendang, berbeda dengan Reog Ponorogo, dalam Reog
Dhodhog penari membawa alat musik yang disebut Dhodhog sejenis kendang

khas Tulungagung. Penari memainkan kendang sesuai dengan irama masingmasing sambil menari dengan gerakan yang khas. Sama halnya dengan daerah
Blitar yang memiliki Reog Bulkiyo, pertunjukan tari dimana penari memainkan
terbang dengan instrument yang berbeda dan dipimpin oleh seorang Rontek.

Kabupaten Blitar memiliki beragam kesenian, seni tari yang ada tidak hanya
Reog Bulkiyo saja. Namun, terdapat beberapa tarian yang dikenal di Kabupaten
Blitar. Woroanggono merupakan sebuah tarian tunggal yang dapat ditarikan
berkelompok, memiliki latar belakang cerita dan gerak dasar dari kesenian
tayuban. Tari Emprak merupakan salah satu tari dari Blitar yang mulai dikenal


khalayak luas. Tari kelompok namun dapat pula ditarikan secara tunggal
merupakan tari lepas garapan baru yang bersumber pada kesenian Tayub dan
jaranan yang berkembang di daerah Blitar dan sekitarnya. Tari ini juga berangkat
dari kesenian Emprak yang berjaja dari rumah ke rumah, namun digarap
sedemikian rupa sehingga menjadi tari lepas sebagai tari selamat datang di Blitar
(http://gitomaron.blogspot.co.id/2010/11/tari-emprak-karya-dimas-pramukaadmaji.html?m=1). Tari Reog Bulkiyo adalah sebuah tari yang berisikan 9 penari
dengan membawa properti sambil menari. Berbeda dengan dua tari sebelumnya,
Reog Bulkiyo memiliki karakteristik gerak yang lebih tegas, dan lebih terkesan
agamis.
Reog Bulkiyo di Desa Kemloko menjadi pokok penelitian yang menarik
karena memiliki ciri khas atau keunikan tersendiri. Berbeda dengan kesenian
Reog yang lain, misal Reog Ponorogo. Kesenian ini jika dillihat dari nama
mempunyai jenis kesenian yang sama, yaitu jenis kesenian “Reog” namun
mempunyai pengertian yang berbeda. Secara umum pengertian reog adalah
bentuk penyajian yang dikenal luas di Jawa Timur dan Jawa Tengah ini
mempunyai ciri khas berupa terdapatnya peran barongan yang berkepala harimau
dengan hiasan yang meninggi di atasnya, disertai dengan sekelompok pasukan
prajurit atau penunggang kuda. Namun pengertian tersebut berbeda dengan Reog
Bulkiyo yang tidak memakai barongan, busana serta asesoris yang dipakai dalam
pertunjukkan pun berbeda dengan reog di Jawa Timur umumnya. Selain itu

Ayu Ridho Saraswsati, 2016
PEMBELAJARAN TARI REOG BULKIYO UNTUK MENANAMKAN NILAI PATRIOTISME SISWA DI
MADRASAH TSANAWIYAH SUNAN AMPEL DOKO KABUPATEN BLITAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

4

perbedaan yang sangat mudah dilihat adalah musik yang mengiringinya, sehingga
memungkinkan untuk menghasilkan warna musik reog yang berbeda dari
kesenian reog yang lain, serta bentuk tarian yang menggambarkan latar belakang
peperangan yang berbeda.
Menurut penuturan beberapa warga Desa Kemloko Kabupaten Blitar
menjelaskan bahwa Reog Bulkiyo selain mempunyai latar belakang cerita yang
berbeda dari Reog Ponorogo meskipun berasal dari propinsi yang sama, kesenian
ini memiliki sejarah tersendiri yang masih jelas untuk ditelusuri sebab
terbentuknya, kesenian Reog Bulkiyo terbentuk dari pengaruh keadaan Negara
Indonesia pada waktu itu yang masih dalam iklim peperangan melawan penjajah,
keadaan politik, agama, serta akulturasi kebudayaan, akulturasi yang terbentuk
dari percampuran budaya Arab yang tergambar melalui cerita Reog Bukiyo dan
suasana Jawa yang terlihat dari gerak dan musik iringan tari ini. Latar belakang

cerita serta perpaduan alat musik sebagai ciri khas di dalam kesenian Reog
Bulkiyo di Desa Kemloko kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar Propinsi Jawa
Timur.
Penelitian oleh Neny Agung Wibowo (2011) tentang Reog Bulkiyo telah
menjelaskan tentang bentuk musik dan cara memainkan alat musik dalam Reog
Bulkiyo. Penari dalam kesenian ini tidak hanya menari namun juga memainkan
alat musik yang mereka bawa sebagai properti dan iringan tari. Reog Bulkiyo
terdiri dari 9 penari yang memiliki peran masing-masing. Selain itu penelitian
berikutnya yang menghasilkan sebuah media baru tentang buku bergambar yang
berisi gambar cara menggunakan kostum, nama alat musik yang digunakan
sebagai properti dan gerak Tari Reog Bulkiyo oleh Ayu Ridho Saraswati (2013)
untuk anak usia dini sebagai pengenalan bahwa kesenian ini merupakan kesenian
khas daerah yang patut diajarkan sejak dini karena selain menari juga memainkan
alat musik sehingga dapat meningkatkan kemampuan fisik motorik anak.
Pembelajaran Reog Bulkiyo di tingkat Madrasah Tsanawiyah merupakan
salah satu sarana yang tepat mengenalkan kesenian daerah setempat yang
bernafaskan Islami dan memiliki nilai patriotisme, perjuangan prajurit dalam
memerangi kedzoliman. Nilai perjuangan yang terdapat dalam cerita Reog
Bulkiyo


dapat

dikaitkan

dengan

perjuangan

generasi

muda

Ayu Ridho Saraswsati, 2016
PEMBELAJARAN TARI REOG BULKIYO UNTUK MENANAMKAN NILAI PATRIOTISME SISWA DI
MADRASAH TSANAWIYAH SUNAN AMPEL DOKO KABUPATEN BLITAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

dalam

5


memperjuangkan hak sebagai warga negara dalam arus globalisasi yang mulai
masuk ke Indonesia. Globalisasi adalah proses perubahan atau pergeseran budaya
menuju pada kriteria dan ukuran yang menandai dan merupakan konstelasi umum
atau konstelasi mondial yang sedang berlaku (Martodirdjo dalam Nasikun dkk.,
2007, hlm. 1). Seperti pendapat Haryo S. Martidrdjo dalam buku Pelatihan
peningkatan wawasan dosen tentang etika dan estetika dalam pengembangan
ipteks bahwa diperlukan sebuah gerakan paradoksal dari globalisasi ini yaitu

lokalisasi sebagai salah satu bentuk penyeimbang stabilitas pergeseran budaya
yang terjadi. Sebagai wujud proses kompromistis antara globalisasi dan lokalisasi
maka terciptalah glokalisasi, sebuah proses yang diharapkan dapat mengangkat
dan memerankan kandungan nilai-nilai etika dan estetika yang diasumsikan
melekat kuat pada setiap sistem pengetahuan lokal yang bersangkutan.
Pendapat di atas diperkuat dengan pendapat Mintargo, Soedarsono dan Ganap
(2014, hlm 250) bahwa permasalahan yang dihadapi makna yang terkandung
dalam nila-nilai semangat kebangsaan dan cinta tanah air, saat ini mengalami
pasang surut akibat perubahan oleh karena kemajuan era globalisasi. Derasnya
arus globalisasi, akibatnya bangsa Indonesia mengalami tantangan di antara
citacita mengisi kemerdekaan dan kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai nasionalisme

mendegradasi dan bisa mengancam persatuan dan kesatuan bangsa, untuk itu
diupayakan agar para pelajar, mahasiswa, aparatur negara dan masyarakat
memiliki kesadaran kebangsaan dan cinta tanah air, salah satu cara ialah
mengumandangkan kembali lagu perjuangan Indonesia dalam pertemuan dan
kegiatan tertentu dimasa perubahan ini, agar tidak dilupakan oleh generasi penerus
hingga akhir zaman.
Model pembelajaran yang dirancang diharapkan dapat memenuhi komponen
pembelajaran yang terdiri dari : (1) tujuan, (2) materi dan bahan pelajaran, (3)
metode dan media, (4) evaluasi. Karena pada dasarnya model pembelajaran ini
bukan hanya menyangkut kegiatan guru mengajar, tetapi justru lebih
menitikberatkan pada aktivitas siswa untuk memperoleh informasi, ide,
keterampilan, nilai, cara berpikir dan sarana untuk mengekspresikan dirinya dan
cara-cara belajar bagaimana belajar (Narawati, 2002, hlm. 9.3). Anak sekolah
menengah pertama yang berusia antara 12 sampai 15 tahun merupakan objek
Ayu Ridho Saraswsati, 2016
PEMBELAJARAN TARI REOG BULKIYO UNTUK MENANAMKAN NILAI PATRIOTISME SISWA DI
MADRASAH TSANAWIYAH SUNAN AMPEL DOKO KABUPATEN BLITAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

6


penerapan yang tepat untuk menanamkan patriotisme melalui Tari Reog Bulkiyo.
Sikap-sikap patriotisme yang diharapkan dapat muncul adalah sikap keberanian,
keadilan, kemanusiaan dan bela negara. Karena pada masa ‘adolensia’ ini
merupakan masa peralihan remaja ke dewasa dimana perhatian ditujukan pada diri
sendiri, keadaan yang menimbulkan kesimpangsiuran terhadap nilai-nilai moral
dan sosial yang membuat anak menjadi bimbang kepada pilihan yang ada
didepannya. Adapun pembelajaran Reog Bulkiyo ini diharapkan dapat menjadi
salah satu suri tauladan bagi anak-anak yang menempuh pendidikan formal di
sekolah yang berlatar belakang pendidikan agama.
Terdapat hal lain yang sangat menarik untuk ditelusuri, ditinjau dari sejarah
Reog Bulkiyo sendiri yang mengisahkan tentang perjuangan prajurit melawan
kebatilan, terdapat nilai-nilai perjuangan dan ajaran bernafaskan islami yang dapat
ditanamkan sejak dini kepada anak-anak di pendidikan formal maupun non
formal. Pada perkembangannya Reog Bulkiyo yang sebenarnya ditarikan oleh
laki-laki, dapat ditarikan oleh wanita. Hal ini membuat kesenian ini lebih menarik,
namun tidak merubah esensi nilai-nilai patriotisme yang ada dalam kesenian ini.

B. Rumusan Masalah
Penelitian ini diawali dengan kegiatan pengkajian nilai-nilai patriotisme yang
terkandung dalam Tari Reog Bulkiyo. Nilai-nilai yang ada dalam tari ini
ditanamkan kepada siswa-siswa Madrasah Tsanawiyah (Sekolah Menengah
Pertama) dengan metode yang sesuai dengan kemauan dan kemampuan siswa,
sehingga nilai-nilai patriotisme tertanam dalam diri mereka melalui media seni
tari. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yang
akan dibahas lebih dalam sebagai berikut:
1.

Bagaimana memaknai Reog Bulkiyo sebagai sebuah kesenian yang dapat
membangun karakter bangsa khususnya rasa patriotisme?

2.

Bagaimana implementasi dan hasil pembelajaran Tari Reog Bulkiyo kepada
siswa Madrasah Tsanawiyah Sunan Ampel Doko sebagai sebuah tarian
kepahlawanan kesenian khas daerah Blitar untuk menanamkan nilai
patriotisme siswa?

Ayu Ridho Saraswsati, 2016
PEMBELAJARAN TARI REOG BULKIYO UNTUK MENANAMKAN NILAI PATRIOTISME SISWA DI
MADRASAH TSANAWIYAH SUNAN AMPEL DOKO KABUPATEN BLITAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

7

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengupas makna yang terkandung dalam Reog
Bulkiyo sebagai salah satu kesenian daerah Blitar yang bernafaskan Islami
kemudian diimplementasikan sebagai salah satu materi pembelajaran atau bahan
ajar kepada siswa Madrasah Tsanawiyah sebagai bentuk pengenalan, pelestarian
dan penanaman rasa patriotisme yang terkandung dalam cerita kesenian ini,
sehingga dapat berkontribusi pada pembangunan karakter bangsa. Tujuan
penelitian ini adalah:
1.

Mengupas makna patriotisme yang terkandung dalam Tari Reog Bulkiyo
sebagai sebuah kesenian yang dapat membangun karakter bangsa.

2.

Implementasi Tari Reog Bulkiyo kepada siswa Madrasah Tsanawiyah Sunan
Ampel Doko sebagai sebuah tarian kepahlawanan kesenian khas daerah Blitar
untuk menanamkan nilai patriotisme siswa.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan langkah awal bagi masyarakat,
pada khususnya guru, untuk mengenalkan kebudayaan dan kesenian tradisi daerah
yang bernafaskan Islami dan mengandung nilai patriotisme kepada anak. Oleh
karena itu, pentingnya penelitian & pengembangan dapat ditinjau dari segi
manfaat sebagai berikut.
1.

Manfaat teoretis
Secara teoretis penelitian ini merupakan sebuah pengkajian tentang sejarah
kesenian Reog Bulkiyo yang memiliki nilai-nilai patriotisme bernafaskan
islam dimana diharapkan dapat diimplementasikan kepada anak Madrasah
Tsanawiyah yang memiliki pengajaran berbasis Islam.

2.

Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
a. Peneliti
Sebagai bahan pertimbangan dalam kajian penelitian berikutnya, serta
mampu memberikan inspirasi bagi semua pihak tentang kesenian tari
daerah setempat dalam meningkatkan rasa patriotisme anak. Sebagai

Ayu Ridho Saraswsati, 2016
PEMBELAJARAN TARI REOG BULKIYO UNTUK MENANAMKAN NILAI PATRIOTISME SISWA DI
MADRASAH TSANAWIYAH SUNAN AMPEL DOKO KABUPATEN BLITAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

8

sarana pengenalan budaya oleh peneliti dan menjadi salah satu
pengalaman penelitian.
b. Guru
Hasil penelitian ini diharapkan mampu membantu guru dalam memberikan
materi pengajaran kesenian yang berbasis tematik yaitu kepahlawanan.
Dengan subjek sasaran siswa Madrasah Tsanawiyah, maka kesenian ini
dirasa sesuai dengan dasar pembelajaran Islam karena sejarah kesenian
Reog Bulkiyo yang sarat akan nilai patriotisme dijalan Islam.
c. Siswa
Siswa Madrasah Tsanawiyah dapat mengenal dan mempelajari sebuah
kesenian daerah yang bertemakan pahlawan dan bernafaskan Islami.
Dengan mengenal kesenian daerah, diharapkan rasa cinta terhadap daerah
sendiri bertambah dan kesenian daerah ini dapat menjadi perbendaharaan
seni pertunjukan untuk ditampilkan.
d. Lembaga Program Studi Pendidikan Seni Tari & Musik
Penelitian ini diharapkan dapat menambah keanekaragaman referensi
tentang pembahasan tari tradisi daerah dari sudut pandang religi bagi
peneliti selanjutnya.
e. Masyarakat
Penelitian ini diharapkan menjadi sebuah media pemersatu masyarakat
daerah khususnya. Masyarakat ikut serta melestarikan dengan cara
mempelajari Tari Reog Bulkiyo, kearifan lokal berupa rasa patriotisme
yang terkandung dalam cerita Reog Bulkiyo memberikan dampak yang
lebih baik terhadap kekompakan dan sikap resistensi masyarakat daerah.

Ayu Ridho Saraswsati, 2016
PEMBELAJARAN TARI REOG BULKIYO UNTUK MENANAMKAN NILAI PATRIOTISME SISWA DI
MADRASAH TSANAWIYAH SUNAN AMPEL DOKO KABUPATEN BLITAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu