Tanaman Pisang Selulosa TINJAUAN PUSTAKA

Laporan Penelitian Program Studi S – 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Tanaman Pisang

Pisang mempunyai spesifikasi ilmiah sebagai berikut : Klasifikasi ilmiah kerajaan : Plantae Divisio : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Zingiberales Familia : Musaceae Genus : Musa Tumbuhan ini berasal dari Asia dan tersebar di spanyol, Italia, Indonesia, Amerika dan bagian dunia yang lain. Tumbuhan pisang menyukai daerah alam terbuka yang cukup sinar matahari, cocok tumbuh didataran rendah sampai pada ketinggian 1000 meter lebih diatas permukaan laut. Pada dasarnya tanaman pisang merupakan tumbuhan yang tidak memiliki batang sejati. Batang pohonnya terbentuk dari perkembangan dan pertumbuhan pelepah pelepah yang mengelilingi poros lunak panjang. Batang pisang yang sebenarnya terdapat pada bonggol yang tersembunyi di dalam tanah. Nama lokal : Banana Inggris, Tsiu, Cha Cina, Pisyanga, Kila India; pisang Indonesia, Klue Thailand, Pyaw, Nget Burma; Gedang Jawa, Cau Sunda, Biu Bali, Puti Lampung; Wusak lambi, lutu Gorontalo, Kulo Ambon, Uki Timor. http:72.14.235.104search?q=cache:kzKWR4CnjB4J:www.deptan.go.idteknolo gihortitpisang2.htm+tanaman+pisanghl=idct=clnkcd=2gl=id Sabut dari buah pisang ini banyak sekali manfaatnya, tetapi untuk batangnya biasanya kurang sekali dimanfaatkan oleh masyarakat umumnya sehingga menjadi limbah yang perlu penanganan khusus agar menjadi bahan yang memiliki nilai ekonomis. Batang tersebut banyak mengandung bahan – Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber Laporan Penelitian Program Studi S – 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur 4 bahan berbagai jenis polisakarida misalnya selulosa, holoselulosa, lignin, karbohidrat, air dan abu. Berdasarkan dari literatur situs malaisyia didapatkan komposisi dari batang pisang yang seperti disebutkan dalam daftar berikut : Komposisi Jumlah α-Selulosa 63,9 Lignin 18,6 Holoselulosa 65,2 Tabel 2.1. Komposisi batang pisang http:www.ncsu.edubioresourcesBioRes_01BioRes_01_2BioRes_01_2_220_2 32_AbdulKhalil_SM_MalaysionPlantCellWalls.pdf

II.2. Selulosa

Selulosa adalah salah satu dari jenis polisakarida yang tersusun dari kesatuan anhidroglukosa dan mempunyai bentuk empiris C6H10O5 dan menjadi penyusun utama dari dinding sel pada tumbuhan. Selulosa termasuk dalam polimer yang menitik-beratkan molekul besar, serta tersusun atas unit – unit selulobiosa. Setiap glukosa anhidrat adalah sebuah alcohol trihidrat yang mengandung dua alkohol sekunder dalam posisi 2 dan 6, serta sebuah alkohol primer. Struktur molekul dari selulosa dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut: Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber Laporan Penelitian Program Studi S – 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur 5 Gambar II.1 Rantai Selulosa Selulosa dari bahan alami yang telah dilarutkan melalui suatu reaksi akan menghasilkan suatu selulosa murni yang disebut sebagai regenerated cellulose. Selulosa murni ini kemudian melalui sejumlah reaksi kimia akan menghasilkan sejumlah senyawa yang merupakan turunan dari selulosa yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan. Selulosa tersebut relative higroskopis dimana pada kondisi atmosper 20oC dengan kelembaban 60 dapat menyerap 8 sampai 14 air. Meskipun selulosa mampu menyerap air namun tidak dapat larut dalam air ataupun asam encer. Ullmann, 1986. Berdasarkan derajat polimerisasi DP dan kelarutan dalam senyawa natrium hidroksida NaOH 17,5, selulosa dapat dibagi atas tiga jenis. Yaitu : a. Selulosa α Alpha Cellulose adalah selulosa berantai panjang, tidak larut dalam larutan NaOH 17,5 atau larutan basa kuat dengan DP Derajat Polimerisasi 600 – 1500. Selulosa α dipakai sebagai penduga dan atau tingkat kemurnian selulosa. b. Selulosa β Betha Cellulose adalah selulosa berantai pendek, larut dalam larutan NaOH 17,5 atau basa kuat dengan DP Derajat Polimerisasi 15 – 90, dapat mengendap bila dinetralkan. c. Selulosa γ Gamma Cellulose adalah sama dengan selulose β, tetapi DP nya Derajat Polimerisasi kurang dari 15. http:72.14.235.104search?q=cache:omEqHMACINUJ:buletinlitbang.dephan.go.idindex .asp3Fvnomor3D1826mnorutisi3D3+pembuatan+SELULOSAhl=idct=clnkcd =1gl=id Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber Laporan Penelitian Program Studi S – 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur 6 Semua selulosa ester dapat larut dalam pelarut organik, kecuali sulfat dan asetat sulfat yang larut dalam air. Turunan selulosa lain yang penting adalah natrium selulosa xantat yang dihasilkan dari reaksi antara natrium hidroksida dengan karbon disulfida. Senyawa ini digunakan dalam pembuatan viscous rayon dan cellophane. Kirk Othmer, 1952 Epoksida itu siklik, maka epoksida tersubstitusi dapat berisomeri geometrik. Cincin – cincin epoksida dapat merupakan bagian dari sistem – sistem cincin terpadu fused . Epoksida itu haruslah cis dilihat dari cincin yang lain sudut – sudut ikatan yang disyaratkan untuk cincin tiga anggota menyebabkan konfigurasi trans tidak mungkin . Pembukaan cincin tiga-anggota terterik menghasilkan produk yang lebih stabil dan berenergi yang lebih rendah. Reaksi khas epoksida ialah reaksi pembukaan cincin, yang dapat berlangsung baik pada suasana asam maupun basa. Reaksi ini dirujuk sebagai reaksi pemaksapisahan cleavage berkatalis asam atau berkatalis basa. • Pemaksapisahan Berkatalis-basa Dalam pemaksapisahan berkatalis-basa, nukleofil menyerang karbon yang kurang terhalang less-hindered , tepat seperti yang dinantikan dari suatu seangan S N 2 primer sekunder tersier . Suatu reagensia Grignard mengandung atom karbon yang bermuatan negatif parsial dan menyerang cincin epoksida dengan cara yang sama seperti nukelofil lain. Produk berupa garam magnesium suatu akkohol; alkohol itu dapat diperoleh dengan hidrolisis. Reaksi antara suatu reagensia Grignard dengan etilena oksida merupakan suatu metode memperpanjang dengan dua karbon rantai hidrokarbon dari reagensia Grignard itu. • Pemaksapisahan berkatalis-asam Dalam larutan asam, oksigen epoksida tiu diprotonkan. Suatu epoksida terprotonkan dapat diserang oleh neuklofil. Berbeda dengan pemaksapisahan berkatalis-basa, serangan dalam suasana asam justru berlangsung pada karbon yang lebih terhalang. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber Laporan Penelitian Program Studi S – 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur 7 Haruslah disimpulkan bahwa epoksida terprotonkan mempunyai cukup karakter karbokation. Jika hal ini benar, maka makin banyak gugus alkil yang dimiliki akan makin besar muatan positif parsial pada karbon itu stabilitas karbokation: tersier sekunder primer . Serangan nukeofilik yang terjadi setelah protonasi, akan memilih karbon yang lebih positif, meskipun karbon ini lebih terhalang. Mengetahui bahwa tak terbentuk suatu karbokation sejati, bila produk suatu reaksi pemaksapisahan-epoksida mampu berisomer geometrik, ternyata hanya dijumpai produk-trans. Jika reaksi itu lewat zat-antara karbokation sejati, maka pastilah dijumpai baik cis- maupun trans. Fessenden, R. J., and Fessenden, J., 1997 Selulosa menggelembung dalam air dan basa pekat. Polimer yang tergelembung basa, dikenal sebagai selulosa alkali atau selulosa soda , dipakai untuk mempreparasi selulosa regenerasi, sebagaimana yang digambarkan pada pasal berikut. Proses mereaksikan kapas dengan basa air, dan kemudian menghilangkan basa tersebut, dikenal sebagai merserisasi. Kapas yang termerserisasi memiliki tingkat kekilauan yang lebih tinggi dari pada kapas alam, kurang rapat, dan tingkat kekristalannya agak sedikit rendah. Ia juga memiliki daya celup yang baik. Malcolm P. Stevens, 2001

II.3. Pembuatan Pulp