Persepsi FENOMENA PENGGUNAAN PENGOBATAN TRADISIONAL OLEH MASYARAKAT DI DESA SANUR KOTA DENPASAR.

4. Mulut, dalam mengatasi rasa nyeri ketika selesai pencabutan gigi atau peradangan kronis. 5. Saraf, otot, dan tulang yaitu masalah terait dengan kelemahan, rasa nyeri, peradangan pada sendi, serta terjadinya kelumpuhan. 4. Akupresur Akupresur merupakan salah satu bentuk akupuntur yang berusia jauh lebih tua serta berasal dari China yang telah ada semenjak 5000 tahun lalu. Akupresur merupakan salah satu cara penyembuhan yang mulanya dengan menekan ujung- unjung jari tangan serta dibantu dengan menggunakan kayu. Akupresur merupakan teknik pemijatan yang dilakukan secara periodik oleh tenaga yang telah terlatih.

2.2 Persepsi

Pada tunjauan pustaka penelitian yang pertama akan membahas tentang persepsi yang meliputi definisi persepsi, faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, syarat terjadinya persepsi, serta proses terjadinya persepsi. Adapun pembahasannya yakni : 2.2.1 Definisi Persepsi Walgito 2010 mengemukakan bahwa persepsi adalah proses penerimaan rangsangan oleh penginderaan baik penglihatan maupun pendengaran manusia yang diteruskan. Proses ini dikelompokkan dan interpretasi sehingga suatu rangsangan yang diterima oleh individu menjadi berarti serta akan terjadinya respon dari diri manusia. Notoatmodjo 2010 mengungkapkan bahwa persepsi merupakan suatu kejadian, pengalaman, serta hubungan-hubungan terhadap suatu objek dengan menafsirkan serta memberikan makna pada suatu informasi atau stimulus. Berdasarkan hasil dari berbagai pegertian persepsi dari para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan suatu proses dalam individu yang merangsang fikiran dimulai dari penglihatan sehingga terbentuknya suatu tanggapan terhadap objek tertentu. Hal ini membuat individu menjadi sadar mengenai sesuatu yang ada dilingkungannya melalui indra sehingga dapat mempengaruhi pengambilan suatu keputusan terhadah suatu objek. 2.2.2 Proses persepsi Prosep pembentukan persepsi ini terjadi pada diri individu masing-masing yang diawali oleh panca indra serta merangsang otak. Pembentukan persepsi tentunya dibantu oleh pengetahuan, proses belajar, serta pengalaman. Menurut Walgito 2010, pembentukan persepsi melalui beberapa proses diantaranya: 1. Proses kealamanfisik : persepsi terjadi ketika alat indera menangkap stimulus yang ditimbul dari suatu objek. 2. Proses fisiologis : proses ini terjadi ketika saraf sensoris dan otak mendapatkan stimulus yang telah dikirimkan melalui alat indera. 3. Proses psikologis : proses psikologis merupakan proses dimana otak sebagai pusat dari kesadaran sehingga stimulus yang diolah diotak dapat menyadari individu mengenai apa yang dilihat, didengar, ataupun dirasakan. 2.2.3 Faktor terjadinya persepsi Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya suatu persepsi diantaranya Notoatmodjo, 2010 : a. Pengalamanpengetahuan: pengalaman serta pengetahuan memiliki peranan penting dalam mempersepsikan suatu stimulus dari dalam diri individu. Pengalaman yang terjadi sesuai dengan tingkat pengetahuan seseorang akan merubah hasil interpretasi dari seseorang. b. Harapan : harapan atau keinginan terhadap suatu stimulus akan mempengaruhi persepsi seseorang. c. Kebutuhan : kebutuhan yang berbeda menyebabkan terjadinya perbedaan pula pada penerimaan suatu stimulus. d. Motivasi : motivasi terhadap stimulus mempengaruhi segala sesuatu serta persepsi dari individu. Motivasi yang tinggi dapat mempengaruhi kuatnya suatu persepsi. e. Emosi : emosi merupakan salah satu faktor pendorongpenghambat persepsi seseorang terhadap suatu stimulus. f. Budaya : budaya erat kaitannya dengan tradisi, suatu interpretasi akan sama hasilnya apabila seseorang berada dalam lingkungan budaya yang sama dengan mempersepsikan orang diluar budayanya sendiri. Namun, hasil interpretasi akan berbeda apabila seseorang mempersepsikan stimulus yang berada dalam budaya yang sama. 2.2.4 Persepsi Sehat Dan Sakit Pada pembahasan sebelumnya telah dibicarakan mengenai objek yang dapat dipersepsikan secara berbeda oleh setiap individu. Hal ini berkaitan dengan konsep dari sehat dan sakit dari individu. Setiap individu melihat atau mempersepsikan sehat dan sakit secara berbeda dan terkadangan unsur subyektivitas juga menentukan kondisi dari individu. Persepsi terhadap konsep sehat dan sakit dari masyarakat sangat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu serta pengaruh sosial budaya dilingkungan sekitar. Namun hal ini bertolak belakang dengan usaha yang dilakukan oleh petugas kesehatan. Petugas kesehatan selalu mengupayakan pelaksanaan kriteria medis secara obyektif untuk mendiagnosis kondisi seseorang. Hal seperti inilah menjadi halangan dalam pelaksanaan program kesehatan antara petugas pelaksana dengan masyarakat penerima program. Individu tidak mencari pengobatan dipelayanan kesehatan karena merasa dirinya tidak sakit. Namun ada pula individu mempersepsikan bahwa dirinya mengalami penyakit diluar medis, sehingga mereka akan mengakses pengobatan kepada orang pintar yang dipercaya mampu menyembuhkan penyakitnya Jordaan, 1995;Sudarti, 1998 dalam Sarwono, 2007. WHO mendefinisikan sehat itu tidak hanya menyangkut kondisi fisik, tetapi juga termasuk kondisi mental serta sosial dari seseorang. Upaya kesehatan pada tahap awal oleh petugas kesehatan dimaksud bukan pada saat masyarakat mulai merasakan sakit, melainkan jauh sebelum itu ketika kondisi masyarakat masih sehat yang membutuhkan upaya pelayanan kesehatan untuk mencegah timbulnya berbagai penyakit tertentu. Sebaliknya, yang terjadi justru masyarakat mencari pelayanan kesehatan ketika mereka berada dalam kondisi sakit yang tidak dapat disembuhkan dengan beristirahat dan minum jamu. Di Indonesia salah satu tahap yang biasa dilakukan masyarakat sebelum mengunjungi petugas kesehatan adalah menggunakan pengobatan dari dukun atau ahli pengobatan tradisional. Keadaan seperti inilah membuat kondisi penderita semakin parah sehingga akhirnya baru merujuk ke petugas kesehatan. Konsep sehat-sakit berbeda antara kelompok masyarakat satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu perlu diketahui pasti persepsi sehat sakit dari lingkungan masyarakat Sarwono, 2007. Permana, 2012 mengungkapkan dalam penelitiannya dimana kesehatan seseorang tidak lepas dari keadaan sosial seseorang. Keadaan sosial ini terlihat dari hubungan timbal balik manusia dengan lingkungan alam sekitarnya. Keadaan sehat merupakan suatu hal yang berada dari dalam diri manusia, yang dikarenakan kesehatan itu dapat dilihat dari perbedaan dari kondisi penderita. Kesehatan yang dimaksud seperti halnya tidak terserang suatu penyakit, berusaha untuk menjaga kesehatannya agar tetap sehat, dan juga selalu berfikir positif mengenai keadaan serta kesejahteraan. Berbicara mengenai “sehat”, maka tidak terlepas dengan istilah “sakit”. Secara ilmu kedokteran penyakit atau disease merupakan suatu gangguan fisiologis dari organisme akibat infeksi atau tekanan dari lingkungan yang bersifat objektif. Sakit illness merupakan penilaian atau pandangan seseorang terhadap pengalaman menderita suatu penyakit yang biasanya bersifat subyektif. Biasanya hal seperti ini diawali dengan perasaan yang kurang baik. Hal ini mungkin terjadi karena secara obyektif, individu yang terserang penyakit pada salah satu organnya tidak merasakan sakit dan tetap dapat menjalankan tugas seperti biasanya. Namun, individu mungkin merasakan sakit tetapi dari hasil pemeriksaaan medis tidak terlihat penyakit apapun. Kesadaran akan kesehatan serta pemeriksaannya karena takut terserang penyakit banyak terdapat pada masyarakat negara maju, dibandingkan masyarakat tradisional. Masyarakat tradisional biasanya mempersepsikan orang sakit jika nafsu makannya menurun serta tidak dapat menjalankan tugasnya sehari-hari dan hanya berbaing ditempat tidur. Sakit berarti terganggunya fungsi organ tubuh yang dirasakan oleh seseorang, yang dikarenakan adanya tanda serta gejala dari bibit suatu penyakit. Keadaan sakit dapat dibedakan menjadi dua yakni sakit yang bersifat sementara dan sakit yang serta sakit yang berlangsung lama. Sakit yang bersifat sementara dimana diliat dari pengobatan serta penyembuhannya yang tidak memerlukan waktu lama, sedankan sakit yang bersifat lama yakni memerlukan waktu yang lama baik dari pengobatan serta penyembuhan. Hal ini membuat adanhya perilaku sakit yang berbeda antar indvidu. Pencarian pengobatan oleh individu dalam proses penyembuhan selalu ditekankan oleh dua hal yakni: 1. Pandangan atau definisi serta pengertian dari individu akan suatu penyakit yang diderita serta faktor ataupun akibat yang akan dirasakan selamadalam kondisi sakit. 2. Kemampuan individu terutama dalam kondisi financial serta kemampuan dalam mengakses tempat pelayanan kesehatan demi pertolongan terhadappenyakit yang dirasakan.

2.3 Perilaku Dan Perilaku Kesehatan