MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA SISWA KELAS IV SD N 7 WONODADI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN AJARAN 2011/2012

(1)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE STUDENT TEAMS ACHIVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA SISWA KELAS IV SD N 7 WONODADI

KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN AJARAN 2011/2012 Oleh TOIFATUN MUCHLISOH

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Penelitian ini menggunakan teknik penelitian tindakan kelas (PTK).

Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua siklus, setiap siklus terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Data dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi dan tes setiap akhir siklus. Aspek yang diamati dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa dan analisis data pada mata pelajaran matematika.

Hasil penelitian pembelajaran matematika siswa kelas IV SD Negeri 7 Wonodadi setiap siklus mengalami peningkatan. Pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar matematika siswa 60,35 dengan persentase ketuntasan 45%, siswa yang mencapai KKM 9 siswa (45%) dan yang tidak mencapai KKM 11 siswa (55%). Pada siklus II nilai rata-rata hasil belajar matematka siswa 70,00 dengan persentase ketuntasan 85%, siswa yang mencapai KKM 17 siswa (85%) dan yang tidak mencapai KKM 3 siswa (15%). Dari kedua siklus yang diterapkan, terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Peningkatan nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II 9.65, peningkatan persentasenya 40%, dan peningkatan jumlah siswa yang mencapai KKM 8 siswa. Berdasarkan indikator keberhasilan pada siklus II, bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diterapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 7 Wonodadi Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu.

Kata kunci : Hasil Belajar, Model Pembelajaran Kooperatif, Tipe Student Teams Achivement Division (STAD)


(2)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan bidang yang sangat penting terutama di negara berkembang seperti Indonesia, upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia secara terus-menerus telah dilakukan secara konvensional maupun inovatif, seperti pelatihan dan peningkatan kualifikasi guru, penyempurnaan kurikulum, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan lainnya. Walaupun berbagai upaya itu telah dilakukan namun hingga kini mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti, baik pada jenjang pendidikan dasar, menengah, maupun pada jenjang pendidikan tinggi.

Proses pembelajaran di Sekolah Dasar, harus dapat memberikan peluang kepada anak untuk mengembangkan berbagai kemampuannya secara optimal, seperti kemampuan berpikir, bereksplorasi dan bereksperimen demikian juga mampu untuk bertanya dan berpendapat. Proses belajar yang tidak mengakomodasi kebutuhan berbagai aspek perkembangan kemampuan anak, memberikan pengalaman belajar yang kurang bermakna akibatnya anak menjadi tidak kreatif, kurang inisiatif, dan tidak termotivasi untuk belajar aktif.

Pembelajaran dikatakan baik jika memungkinkan siswa aktif melibatkan diri dalam keseluruhan proses pembelajaran baik secara mental maupun fisik.


(3)

Pendidikan matematika adalah pendidikan yang juga bersifat antis matematoikatoris yaitu para siswa harus dapat dipersiapkan untuk menghadapi tiga tugas kehidupan, pertama untuk dapat hidup (to make a living) kedua untuk mengembangkan kehidupan bermakna (to lead u meaningful life), ketiga untuk memuliakan kehidupan (to ennable life) (Buchori, 2001:5).

Pelajaran matematika berkaitan erat dengan kehidupan langsung anak baik di rumah, sekolah, dan masyarakat serta mampu memberikan pembelajaran yang baik sehingga pembelajaran yang diketahui anak, aktivitas yang diselenggarakan, informasi faktual yang diberikan serta keterampilan yang dilatih harus sesuai dengan realitas hidup dan konteks fungsional di mana siswa hidup.

Kurikulum tingkat satuan pendidikan menekankan pada pembelajaran kontekstual, pengalaman belajar yang tidak hanya pada ranah kognitif saja tetapi harus mencakup ranah afektif dan psikomotorik yang bertujuan membekali siswa dengan pengetahuan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari satu permasalahan ke permasalahan lain. Melihat pentingnya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia perlu dilakukan penataan pendidikan yang menyangkut inovasi pembelajaran dan penerapan metode pembelajaran di kelas, yang mampu meningkatkan mutu proses dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil observasi di lapangan yang dilakukan peneliti pada prestasi belajar kelas IV SD N 7 Wonodadi tahun pelajaran 2011/2012 dengan standar kompetensi (SK) Menggunakan lambang bilangan romawi, kompetensi dasar (KD) Mengenal lambang bilangan romawi ,sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1.1 Hasil Evaluasi Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2011/2012 Mata Pelajaran Matematika Kelas IV SD Negeri 7 Wonodadi Kecamatan Gadingrejo

No Nilai Siswa Jumlah Siswa Presentase Keterangan


(4)

2 50 - 59 10 50% Belum Tuntas

3 40 - 49 4 20% Belum Tuntas

Data pada tabel di atas menunjukan bahwa siswa yang tuntas hanya 30%, data siswa yang belum tuntas ada 70%. Nilai tersebut belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang diterapkan yaitu 60,00 dan siswa yang mencapai nilai 60,00 atau lebih harus di atas 75%. Dari data tersebut, terlihat bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam pelajaran matematika.

Berdasarkan uraian di atas, maka agar hasil belajar Matematika kelas IV di SD Negeri 7 Wonodadi Kecamatan Gadingrejo dapat lebih baik dari sebelumnya, perlu dilakukan penelitian mengenai meningkatkan hasil belajar Matematika melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achivement Division (STAD) siswa kelas IV SD Negeri 7 Wonodadi Kecamatan Gadingrejo.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut.

a. Pembelajaran yang dilaksanakan lebih dominan pada guru, sehingga hasil belajar siswa masih rendah.

b. Penyajian materi kurang menarik minat belajar siswa.

c. Metode pembelajaran yang digunakan guru belum relevan dengan materi yang diajarkan. 1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, dan identifikasi masalah di atas rumusan peneliti adalah “Apakah dengan menggunakan model pembelajaran tipe Student Teams Achivement Division


(5)

(STAD) dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 7 Wonodadi Kecamatan Gadingrejo?”

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar matematika dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas IV SD Negeri 7 Wonodadi Kecamatan Gadingrejo.

1.5 Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kepentingan pendidikan dan pengajaran matematika di sekolah

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dpat bermanfaat secara praktis, baik unuk siswa, guru, maupun untuk sekolah.

1. Untuk Siswa

Meningkatkan hasil belajar, menumbuhkan rasa tanggung jawab, kemampuan berkomunikasi dengan baik dan menumbuhkan rasa ketergantungan positif sesama teman.

2. Untuk Guru

Meningkatkan kualitas pendekatan pembelajaran di kelas, sehingga konsep-konsep matematika yang diajarkan guru dapat dikuasai oleh siswa.


(6)

Memberikan kontribusi positif pada sekolah dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran di SD N 7 Wonodadi.


(7)

KAJIAN PUSTAKA

1.1Pengertian Belajar

Menurut Winkel (1999), Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman.

Menurut Ernest R. Hilgard dalam Sumardi Suryabrata, (1984:252) belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya.

Suryabrata (1984:32), definisi belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri seseorang.

Belajar diharapkan dapat mempengaruhi daya pikir seseorang yang bertujuan pada perubahan tingkah laku, untuk menetapkan penguasaaan konsep sesuatu materi perlu alat atau sarana belajar yang memadai, diantaranya adalah buku penunjang yang relevan, baik dari buku paket maupun dari buku penunjang lain.


(8)

Menurut Slameto (2008: 2) bahwa belajar merupakan sesuatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Belajar sebagai kegiatan inividu sebenarnya merupakan rangsangan. Rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan. Fontana seperti yang dikutip oleh Winataputra (1995 : 2), dikemukakan bahwa learning (belajar) mengandung pengertian proses perlubahan yang relatif tetap dalam prilaku individu sebagai hasil dari pengalaman.

Selaras dengan pendapat-pendapat di atas, Thursan Hakum (2000 : 1) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan didalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman keterampilan, daya pikir dan lain-lain. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka orang tersebut sebenarnya belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain ia mengalami kegagalan dalam proses belajar.

Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman belajar adalah suatu proses memahami segala bentuk pembelajaran dalam rangka untuk perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil dari pengalamannya sendiri sebagai interaksi dengan lingkungannya. Menurut Slameto (2008) Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil individu dalam interaksi dengan lingkungan.


(9)

Menurut Winkel (1999) Belajar adalah suatu proses kegiatan mental pada diri seorang yang berlangsung dalam interaksi aktif individu dengan lingkungan.

Menurut Sardiman (2001) Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan seperti membaca, mengamati, dan aktivitas-aktivitas lain, sehingga siswa aktif dalam proses pembelajaran.

Ada bebarapa difinisi tentang belajar, antara lain dapat diuraikan sebagai berikut.

1) Cronbach memberikan definisi : Learning is shown by a change in behaviour as result of experience.

2) Harold Spears memberikan batasan : lerning observe, to read, to imitate, to try something themeselves, to listen, to follow direction.

3) Goach, mengatakan : Learning is a change in performance as a result of practice. (Sardiman, 2001).

Dalam belajar siswa melakukan berbagai aktivitas belajar yang akan mendukung perubahan tingkah laku dalam dirinya. Guru menciptakan kondisi belajar yang dapat mendukung aktivitas belajar siswa. Dalam prakteknya, guru berusaha agar siswa belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran supaya siswa dapat memperoleh hasil belajar yang baik. Untuk mengetahui pencapaian tujuan tersebut pada siswa dapat dilakukan suatu penilaian. Penilaian ini dapat diukur dengan angka-angka yang bersifat pasti, atau hanya dapat diamati karena berupa perubahan tingkah laku.

Selain untuk mengetahui keberhasilan belajar, penilaian ini digunakan untuk mengevaluasi proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru. Penilaian ini memiliki arti penting, baik bagi guru maupun siswa. Bagi siswa, penilaian disajikan. Bagi guru, penilaian dapat


(10)

digunakan sebagai petunjuk mengenai keadaan siswa, materi yang diajarkan, metode yang tepat dan umpan balik untuk proses belajar mengajar disebut sebagai hasil belajar.

Berdasarkan bebarapa teori diatas dapat disimpulkan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan perilaku. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebaga hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dalam proses belajar terjadi perubahan dan peningkatan mutu kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan siswa, baik dari segi kognitif, psikomotor maupun afektif.

1.2 Pembelajaran Matematika

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia (Nana. 2001:18). Perkembangan pesat dibidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika dibidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang, dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi dimasa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analisis, sistematik, kritis, dan kreatif, serta mampu bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan tersebut di atas. Selain itu dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam pemecahan


(11)

masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika memiliki tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan memahami konsep matematika, menggunakan penalaran pada pola dan sifat, memecahkan masalah,mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas masalah.

1.3Hasil belajar

Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan, maupun tes perbuatan. Sedangkan Nasution dalam Suryabrata (1984) berpendapat bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan, tapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi, individu yang belajar.

Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kuantitatif. Untuk melihat hasil belajar dilakukan suatu penilaian terhadap siswa yang bertujuan untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai materi atau belum. Penilaian kelas merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru yang berkaitan dengan pengambilan keputusan, pencapaian kompetensi dasar setelah mengikuti pelajaran.

Hasil belajar dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian (farmatif), ulangan tengah semester, dan nilai ulangan semester, dalam penilaian tindakan kelas ini yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil nilai ulangan harian yang dilakukan setelah selesai proses pembelajaran dalam kompetensi dasar tertentu.


(12)

Hasil belajar siswa diperoleh setelah berakhirnya proses pembelajaran dan dapat diukur dengan angka-angka yang bersifat pasti, selain itu dapat diamati melalui perubahan tingkah laku siswa setelah mengalami proses pembelajaran. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:3) berpendapat bahwa: Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, dari siswa, hasil belajar merupakan puncak proses belajar.

Abdurahman (1999:37) menyatakan tentang pengertian hasil belajar yaitu: “Hasil Belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar”.

Melalui hasil belajar siswa maka dapat diketahui sejauh mana perkembangan intelektual siswa. Jika hasil belajar dinyatakan tidak baik artinya selama proses pembelajaran siswa kurang mengikuti dengan baik. Oleh karena itu hasil belajar dapat dikatakan sebagai puncak dari proses pembelajaran.

Tim pengembang kurikulum (2005:32) yaitu: Karakteristik manusia meliputi tipikal berfikir, berbuat dan perasaan. Tipikal berfikir berkaitan dengan ranah koognitif, tipikal berbuat berkaitan dengan ranah psikomotor dan tipikal perasaan berkaitan dengan ranah afektif. Ketiga ranah tersebut merupakan karakteristik manusia dan dalam bidang pendidikan ketiga ranah tersebut merupakan hasil belajar.

Berdasarkan kajian teori di atas dapat disimpulkan, bahwa hasil belajar dapat diperoleh setelah siswa mengikuti pembelajaran yang dapat diukur dengan tes, baik tes lisan maupun tes tertulis. Hasl belajar dapat diukur dengan angka-angka yang bersifat pasti.

1.4 Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD)


(13)

Menurut Slavin dalam buku Isjoni (2009: 74) “Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal”.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka penulis dapat menjelaskan bahwa belajar dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning Student Team Achievement Divisions (STAD) dapat diterapkan untuk memotivasi siswa berani mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat orang lain atau teman, dan saling memberikan pendapat (sharing idea). Selain itu dalam belajar biasanya siswa dihadapkan pada latihan soal-soal atau pemecahan masalah. Oleh karena itu pembelajaran kooperatif sangat baik untuk dilaksanakan, karena siswa dapat bekerja sama dan saling menolong dalam menghadapi tugas yang dihadapinya.

1.4.1 Ciri-Ciri Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe Student Team Achievement Divisions (STAD)

Pembelajaran yang menggunakan model cooperative learning pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif umtuk menuntaskan materi belajarnya. b. Kelompok dibentuk kelompok yang terdiri atas siswa yang memiliki kemampuan tinggi,

sedang dan rendah.

c. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, bangsa, suku, dan jenis kelamin yang berbeda-beda.

d. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.


(14)

Berikut ini uraian selengkapnya dari pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD).

A. Pengajaran

Tujuan utama dari pengajaran ini adalah guru menyajikan materi pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan. Setiap awal dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD selalu dimulai dengan penyajian sesuatu di kelas.

Penyajian tersebut mencakup pembukaan, pengembangan dan latihan terbimbing dari keseluruhan pelajaran dengan penekanan dalam penyajian materi pelajaran.

1) Pembukaan

a. Menyampaikan pada siswa apa yang hendak mereka pelajari dan mengapa hal itu penting. Timbulkan rasa ingin tahu siswa dengan demonstrasi yang menimbulkan teka-teki, masalah kehidupan nyata, atau cara lain.

b. Guru dapat menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk menemukan konsep atau merangsang keinginan mereka pada pelajaran tersebut.

c. Ulangi secara singkat keterampilan atau informasi yang merupakan syarat mutlak.

2) Pengembangan

a. Kembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok.

b. Pembelajaran kooperatif menekankan, bahwa belajar adalah memahami makna bukan hafalan.

c. Mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan.


(15)

e. Beralih pada konsep yang lain jika siswa telah memahami pokok masalahnya.

3) Latihan Terbimbing

a. Menyuruh semua siswa mengerjakan soal atas pertanyaan yang diberikan.

b. Memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan soal. Hal ini bertujuan supaya semua siswa selalu mempersiapkan diri sebaik mungkin.

c. Pemberian tugas kelas tidak boleh menyita waktu yang terlalu lama. Sebaiknya siswa mengerjakan satu atau dua masalah (soal) dan langsung diberikan umpan balik.

B. Belajar Kelompok

Selama belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang diberikan guru dan membantu teman satu kelompok untuk menguasai materi tersebut. Siswa diberi lembar kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan yang sedang diajarkan untuk mengevaluasi diri mereka dan teman satu kelompok.

Pada saat pertama kali guru menggunakan pembelajaran kooperatif, guru juga perlu memberikan bantuan dengan cara menjelaskan perintah, melihat konsep atau menjawab pertanyaan.

Selanjutnya langkah-langkah yang dilakukan guru sebagai berikut.

1) Mintalah anggota kelompok memindahkan meja atau bangku mereka bersama-sama dan pindah kemeja kelompok.

2) Berilah waktu lebih kurang 10 menit untuk memilih nama kelompok. 3) Bagikan lembar kegiatan siswa.

4) Serahkan pada siswa untuk bekerja sama dalam pasangan, bertiga atau satu kelompok utuh, tergantung pada tujuan yang sedang dipelajari. Jika mereka mengerjakan soal,


(16)

masing-masing siswa harus mengerjakan soal sendiri dan kemudian dicocokkan dengan temannya. Jika salah satu tidak dapat mengerjakan suatu pertanyaan, teman satu kelompok bertanggung jawab menjelaskannya. Jika siswa mengerjakan dengan jawaban pendek, maka mereka lebih sering bertanya dan antara teman saling bergantian memegang lembar kegiatan dan berusaha menjawab pertanyaan itu.

5) Tekankan pada siswa bahwa mereka belum selesai belajar sampai mereka yakin teman-teman satu kelompok dapat mencapai nilai sampai 100 pada ulangan atau ujian. Pastikan siswa mengerti bahwa lembar kegiatan tersebut untuk belajar tidak hanya untuk diisi dan diserahkan. Jadi penting bagi siswa mempunyai lembar kegiatan untuk mengecek diri mereka dan teman-teman sekelompok mereka pada saat mereka belajar. Ingatkan siswa jika mereka mempunyai pertanyaan, mereka seharusnya menanyakan teman sekelompoknya sebelum bertanya guru.

6) Sementara siswa bekerja dalam kelompok, guru berkeliling dalam kelas. Guru sebaiknya memuji kelompok yang semua anggotanya bekerja dengan baik, yang anggotanya duduk dalam kelompoknya untuk mendengarkan bagaimana anggota yang lain bekerja dan sebagainya.

C. Kuis atau Ujian

Kuis dikerjakan siswa secara mandiri. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan apa saja yang telah diperoleh siswa selama belajar dalam kelompok. Hasil kuis digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan dalam nilai perkembangan kelompok.

D. Penghargaan Kelompok

Langkah pertama yang harus dilakukan pada kegiatan ini adalah menghitung nilai kelompok dan nilai perkembangan individu dan memberi sertifikat atau penghargaan


(17)

kelompok yang lain. Pemberian penghargaan kelompok berdasarkan pada rata-rata nilai perkembangan individu dalam kelompoknya.

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut. 1) Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing terdiri

atas 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap kelompok mempunyai anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuannya (prestasinya).

2) Guru menyampaikan materi pelajaran

3) Guru memberikan tugas kepada kelompok dengan menggunakan lembar kerja akademik, dan kemudian di dalam kelompok saling membantu untuk menguasai materi pembelajaraan yang telah diberikan melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota kelompok.

4) Guru memberikan pertanyaan atau kuis kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab pertanyaan atau kuis dari guru, siswa tidak boleh saling membantu.

5) Setiap akhir pembelajaran guru memberikan evaluasi untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap bahan pembelajaran yang telah dipelajari.

6) Tiap siswa dan tiap kelompok diberi skor atas penguasaannya terhadap materi pelajaran, dan kepada siswa secara individual atau kelompok yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan.

Untuk memudahkan penerapannya, guru perlu membaca tugas-tugas yang harus dikerjakan tim, antara lain.

1) Meminta anggota tim bekerja sama mengatur meja dan kursi, serta memberikan siswa kesempatan sekitar 10 menit untuk memilih nama tim mereka atau ditentukan menurut kesesuaian.


(18)

3) Menganjurkan kepada siswa pada tiap-tiap tim bekerja berpasangan (dua atau tiga pasangan dalam satu kelompok).

4) Memberikan penekanan kepada siswa bahwa LKS itu untuk belajar, bukan untuk sekedar diisi dan dikumpulkan. Karena itu penting bagi siswa diberi lembar kunci jawaban LKS untuk mengecek pekerjaan mereka pada saat mereka belajar.

5) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling menjelaskan jawaban mereka, tidak hanya mencocokkan jawaban mereka dengan lembar kunci jawaban tersebut. 6) Apabila siswa memiliki pertanyaan, mintalah mereka mengajukan pertanyaan itu

kepada teman atau satu timnya sebelum menanyakan kepada guru.

1.4.3 Kelebihan dan Keterbatasan Model Pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD)

A. Kelebihan Model Pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah: 1) Meningkatkan harga diri tiap individu

2) Penerimaan terhadap perbedaan individu yang lebih besar. 3) Konflik antar pribadi berkurang

4) Sikap apatis berkurang

5) Pemahaman yang lebih mendalam 6) Retensi atau penyimpanan lebih lama

7) Meningkatkan kebaikan budi,kepekaan dan toleransi.

8) Cooperative learning dapat mencegah keagresifan pada sistem kompetisi dan keterasingan pada sistem individu tanpa mengorbankan aspek kognitif. 9) Meningkatkan kemajuan belajar (pencapaian akademik)

10)Meningkatkan kehadiran siswa dan sikap yang lebih positif 11)Menambah motivasi dan percaya diri


(19)

12)Menambah rasa senang berada di sekolah serta menyenangi teman-teman sekelasnya. Mudah diterapkan dan tidak mahal.

B. Keterbatasan Model Pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah:

1) Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan di kelas. Kondisi seperti ini dapat diatasi dengan guru mengkondisikan kelas atau pembelajaran dilakuakan di luar kelas seperti di laboratorium, perpustakaan, aula atau di tempat yang terbuka.

2) Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam grup mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang lebih pandai. Hal ini tidak perlu dikhawatirkan sebab dalam cooperative learning bukan kognitifnya saja yang dinilai tetapi dari segi afektif dan psikomotoriknya juga dinilai seperti kerjasama diantara anggota kelompok, keaktifan dalam kelompok serta sumbangan nilai yang diberikan kepada kelompok.

3) Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik atau keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan kelompok. Karakteristik pribadi tidak luntur hanya karena bekerjasama dengan orang lain, justru keunikan itu semakin kuat bila disandingkan dengan orang lain.

4) Banyak siswa takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau secara adil, bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan tersebut. Dalam cooperative learning pembagian tugas rata, setiap anggota kelompok harus dapat mempresentasikan apa yang telah didapatnya dalam kelompok sehingga ada pertanggungjawaban secara individu.


(20)

Hasil belajar yang dicapai oleh siswa ada kaitannya dengan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh seorang guru. Model pembelajaran yang digunakan tentu akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

Model pembelajaran sebagai salah satu faktor yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran menempati peran penting dalam proses pembelajaran. Kemampuan guru untuk memilih dan menerapkan model pembelajaran yang tepat akan menentukan tingkat aktivitas dan prestasi belajar siswa terhadap konsep yang diberikan dalam proses pembelajaran. Selama ini guru belum memanfaatkan model pembelajaran yang ada sehingga berpengaruh pada aktivitas dan prestasi belajar siswa. Untuk mengetahui bagaimanakah model pembelajaran model tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 7 Wonodadi, maka dilakukan penelitian terhadap kelas tersebut dengan diterapkan model pembelajaran tipe STAD.

Kelebihan menggunakan model pembelajaran tipe STAD adalah pembelajarannya mampu untuk mengajak siswa berperan aktif dalam pembelajaran di kelas, siswa juga dituntut untuk lebih bertanggung jawab dengan konsep materi yang didapatkannya dengan berdiskusi, bersama teman-temannya, sehingga materi

yang didapat tidak hanya sebatas diingat tetapi juga disampaikannya. Siswa juga menjadi jauh lebih aktif dalam proses belajarnya. Oleh karena itu, siswa akan lebih mudah mengingat materi yang didapat yang akan berpengaruh pada prestasi belajar siswa, tetapi juga ada bebarapa kendala atau kelemahan dari pembelajaran ini, masalah yang sering muncul adalah pembagian waktu yang tepat. Karena jika pembagian waktunya kurang baik, maka pembelajaran dengan model ini justru akan menjadi susah diterapkan.


(21)

Berdasarkan kelemahan dan kelebihan model pembelajaran tersebut, maka dengan penggunaan waktu yang baik pembelajaran tipe STAD ini akan mampu meningkatkan hasil belajar matematika di kelas IV tersebut.

Alur Kerangka Pikir

1.6Hipotesis Tindakan

Jika pembelajaran matematika menerapkan model pembelajaran tipe Student Teams Achivement Division (STAD) dengan benar, maka dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 7 Wonodadi Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu.

Kondisi Awal Guru belum menggunakan pendekatan tipe STAD

Menggunakan Lambang bilangan

romawi

Model Pembelajaran kooperatif dengan menggunakan tipe

STAD

Pembelajaran menggunakan model kooperatif

tipe STAD

Kondisi Akhir Tindaka

n

Hasil belajar meningkat


(22)

METODE PENELITIAN

3.1Rancangan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), ruang lingkupnya adalah pembelajaran di dalam kelas yang dilaksanakan oleh guru dan siswa untuk melakukan perbaikan dan berdampak pada peningkatan hasil belajar peserta didik.

Dalam melaksanakan PTK terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Keempat tahap tersebut disatukan kedalam siklus. Adapun kegiatan yang akan dilaksanakan dalam PTK ini adalah sebagai berikut.

3.1.1 Perencanaan (Planning)

Perencanaan merupakan tindakan pembelajaran yang tersusun, dan dari segi definisi harus prospektif atau memandang ke depan pada tindakan dengan mempertimbangkan tak terduga, sehingga mengandung sedikit resiko. Rencana mesti cukup fleksibel agar dapat diadaptasikan dengan pengaruh yang tak dapat terduga dan kendala yang sebelumnya tidak terlihat. Tindakan yang telah direncanakan harus disampaikan dengan mempertimbangkan risiko yang ada dalam perubahan dinamika kehidupan kelas, dan tindakan yang dipilih karena


(23)

memungkinkan kita bertindak secara lebih efektif dan bijaksana dalam pembelajaran.

Perencanaan hendaknya disusun berdasarkan hasil pengamatan awal terhadap pembelajaran di kelas. Perencanaan tindakan perlu dilengkapi dengan pernyataan tentang indikator peningkatan yang akan dicapai (Madya, 2010).

3.1.2 Tindakan (Acting)

Tindakan hendaknya dituntun oleh rencana yang telah dibuat, tetapi perlu diingat bahwa tindakan itu tidak secara mutlak dikendalikan oleh rencana. Oleh karena itu kita harus bersifat fleksibel dan siap mengubah rencana tindakan sesuai dengan keadaan yang ada. Pelaksanaan rencana tindakan memiliki karakter perjuangan materiil, sosial, dan politis kearah perbaikan (Madya, 2010).

3.1.3 Observasi (Observating)

Observasi berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan bersama prosesnya. Observasi berorientasi ke depan, tetapi memberikan dasar bagi refleksi, lebih lagi ketika putaran siklus terkait masih berlangsung. Observasi harus direncanakan, dilakukan secara cermat, dan bersifat responsif.

Yang diamati dalam penelitian tindakan kelas adalah (a) proses tindakan, (b) pengaruh tindakan, (c) keadaan dan kendala tindakan, (d) bagaimana keadaan dan kendala tersebut menghambat atau mempernudah tindakan yang telah direncanakan dan pengaruhnya, dan (e) persolalan lain yang timbul (Madya, 2010).

3.1.4 Refleksi (Reflecting)

Yang dimaksud dengan refleksi adalah mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan seperti yang telah dicatat dalam observasi. Melalui refleksi kita berusaha (a) mermahami


(24)

proses, masalah, dan kendala yang nyata dalam tindakan, (b) memahami persoalan pembelajaran dan keadaan kelas dimana pembelajaran dilaksanakan. Dalam melaksanakan refleksi sebaiknya berdiskusi dengan teman sejawat atau kolaborator untuk menghasilkan rekontruksi makna situasi pembelajaran kelas.

Refleksi memiliki aspek evaluatif, maka kita hendaknya menimbang-nimbang pengalaman menyelenggarakan pembelajaran di kelas untuk menilai apakah pengaruh (persoalan yang timbul) memang diinginkan, dan memberikan saran-saran tentang cara-cara untuk meneruskan pekerjaan (Madya, 2010).

Kesimpulannya bahwa perencanaan, tindakan, observsi, dan refleksi harus disusun dan dilaksanakan secara matang dan fleksibel agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.

Siklus disesuaikan dengan kebutuhan dalam peningkatan hasil pembelajaran. Jika ada peningkatan sesuai dengan indikator yang diharapkan, maka siklus dapat dihentikan meskipun masih dalam siklus kedua. Siklus juga dapat dihentikan apabila dirasa tidak ada peningkatan hasil belajar dalam setiap tahapan yang telah dilalui sehingga mencapai tingkat kejenuhan.

Kesimpulannya bahwa perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi harus disusun dan dilaksanakan secara matang dan fleksibel agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.

3.2Subjek Penelitian Tindakan Kelas

Subjek penelitian adalah kelas IV Sekolah Dasar Negeri 7 Wonodadi, Kecamatan Gadingrejo, Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2011 / 2012 dengan jumlah 20 siswa yang terdiri atas 8 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.


(25)

3.3Waktu Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian akan dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2011 / 2012 yang terhitung dari bulan Maret sampai dengan Juni 2012. Pelaksanaan PTK sesuai dengan jadwal pelajaran, dan penelitian akan berlangsung sampai mencapai indikator yang telah ditentukan.

3.4Tempat Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 7 Wonodadi Jalan Pendidikan Wonokarto, Kecamatan Gadingrejo, Kabupaten Pringsewu. Sekolah Dasar Negeri 7 Wonodadi memiliki 6 rombongan belajar yang terdiri atas satu ruang kelas VI, satu ruang kelas V , satu ruang kelas IV, satu ruang kelas III, satu ruang kelas II, dan satu ruang kelas I. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di kelas IV semester genap tahun pelajajaran 2011/2012.

3.5Rencana Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian ini menggunakan motode pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achivement Division). Dengan penekanan terhadap proses pembelajaran siswa kelas IV SD Negeri 7 Woodadi. Pemilihan metode ini didasarkan pendapat bahwa metode ini menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme guru dalam pembelajaran di kelas dengan melihat berbagai indikator keberhasilan proses dan hasil belajar yang terjadi pada siswa (Hopkins, 1993:34).

Menggunakan metode tersebut, guru mencoba menemukan kelemahan dan kelebihan dari tindakan yang dilakukannya, dan berusaha memperbaiki kelemahan dan mengulangi untuk menyempurnakan tindakan yang dianggap sudah baik. Dengan demikian, data dikumpulkan


(26)

dari praktek sendiri, bukan dari sumber yang lain. Pengumpulan data adalah guru yang terlibat dalam kegiatan praktek sehingga guru mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai guru dan sebagai peneliti. Guru bukan hanya sebagai pelaksana pembelajaran, tetapi berperan secara aktif dari tahap perencanaan sehingga pada tahap evaluasi dan refleksi hasil tindakan.

Faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Hasil belajar matematika siswa selama pembelajaran berlangsung dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD.

b. Hasil belajar matematika siswa yang dilihat dari tes pada akhir setiap siklus.

3.6Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

3.6.1 Tahap Pratindakan

Tahap pratindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut.

a. Menentukan tes awal atau pendahuluan yang skornya digunakan sebagai skor dasar (skor awal). Nilai tes diambil dari nilai semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012.

b. Skor tes awal kemudian diurutkan dari skor terendah, setelah itu dilakukan pembentukan kelompok yang beranggotakan 5-6 orang dengan beberapa pengaturan sehingga terbentuk kelompok yang heterogen baik dari segi kemampuan akademik maupun jenis kelamin. c. Mengumpulkan seluruh siswa dan menjelaskan maksud serta langkah-langkah

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan menjelaskan ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan dalam suatu kelompok.


(27)

a. Pada saat pembelajaran, setiap anggota kelompok duduk membentuk lingkaran dan saling berhadapan sesuai dengan kelompoknya. Setiap kelompok berjumlah 5-6 siswa.

b. Pada proses pembelajaran, setiap anggota kelompok saling berdiskusi tentang materi yang diberikan dalam proses pembelajaran dengan berpedoman pada lembar kerja yang telah disediakan. Anggota kelompok yang memiliki kemampuan lebih akan menjadi tutor dalam kelompoknya.

c. Hasil kerja kelompok dicatat dan hasil tersebut dikomunikasikan pada kelompoknya baik secara lisan maupun tulisan.

d. Setiap anggota kelompok harus berani menyampaikan pendapat, gagasan, dan pertanyaan serta mendengarkan dengan baik penjelasan temannya pada saat belajar dalam kelompok.

3.6.2 Tahap Pelaksanaan

Kegiatan ini berupa penerapan kegiatan pembelajaran yang telah disusun dalam perencanaan. Proses mengikuti urutan kegiatan yang terdapat dalam skenario pembelajaran. Adapun urutan kegiatan secara garis besar dapat dilihat pada skema sebagai berikut.

Skema Tahap Pelaksanaan Tindakan

Siklus I Analisis & Refleksi

(reflecting)

Rencana Tindakan(planning)

Pelaksanaan Tindakan (Acting)

) Pengamatan

(Observating)

Analisis & Refleksi


(28)

Siklus II

Penelitian tindakan kelas terdiri dari 2 siklus. Tipa siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Pelaksanaan tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan model yang terdiri dari beberapa tahapan, yaitu : (a) perencanaan, (b) pelaksanaan tindakan, (c) evaluasi, dan (d) refleksi untuk setiap siklusnya.

Prosedur penelitian ini diterangkan sebagai berikut.

Siklus I

A. Perencanaan (Planning)

Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan adalah sebagai berikut.

a. Mendiskusikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan guru mitra dalam setiap siklus berdasarkan silabus.

b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai langkah-langkah menggunakan alat peraga.

c. Membuat lembar observasi aktivitas siswa. d. Membuat LKK (Lembar Kerja Kelompok).

e. Membuat kisi-kisi dan membuat soal tes evaluasi siswa sebagai alat evaluasi untuk mengetahui hasil belajar.

f. Membuat lembar observasi pembelajaran guru.

B. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Pelaksanaan Tindakan (Acting) Pengamatan


(29)

Kegiatan yang dilaksanakan adalah mengelola proses pembelajaran dengan menggunakan alat peraga. Tahapan kegiatan mengikuti urutan kegiatan yang terdapat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), antara lain dijabarkan sebagai berikut.

a. Kegiatan Pendahuluan

1) Memberikan motivasi dan apersepsi.

2) Menjelaskan kepada siswa mengenai tujuan pembelajaran yang akan dicapai. b. Kegiatan Inti

1) Guru menjelaskan kepada siswa mengenai lambang bilangan romawi dengan menggunakan alat peraga.

2) Mengarahkan siswa untuk berkelompok sesuai dengan yang telah ditetapkan sebelumnya.

3) Membagikan lembar latihan.

4) Siswa mendiskusikan dan mengerjakan lembar latihan dalam kelompoknya masing-masing (guru membantu siswa yang mengalami kesulitan).

5) Wakil kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas sedangkan siswa lain menanggapinya.

c. Kegiatan Penutup

Guru menegaskan kembali konsep-konsep penting yang harus dikuasai siswa. Diakhiri setiap siklus dilakukan tes kemampuan hasil belajar siswa terhadap materi yang sudah dipelajari serta pengisian angket minat belajar setelah diterapkannya pembelajaran menggunakan metode STAD.

C. Observasi (Observating)

Pada tahap ini dilaksanakan proses evaluasi dari pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan berupa tes tertulis guna mengetahui hasil belajar siswa terhadap kegiatan


(30)

pembelajaran yang telah dilakukan. Pada masing-masing siklus, untuk setiap pertemuannya dilakukan evaluasi berupa penilaian .Evaluasi terhadap hasil belajar siswa diperoleh melalui tes kemampuan hasil belajar pada akhir setiap siklus.

D. Refleksi (Reflecting)

Pada tahap refleksi analisis data mengenai proses masalah, dan hambatan yang dijumpai dan dilanjutkan dengan refleksi terhadap dampak pelaksanaan tindakan yang

dilaksankan. Pada penelitian ini, hasil yang didapat pada tiap tahap evaluasi pada setiap siklus dikumpulkan, dianalisis dan dibuat kesimpulan sementara. Hasil analisis dari data tiap siklus digunakan untuk merefleksi diri, apakah dengan tindakan yang telah dilakukan dapat meningkatkan dan hasil belajar siswa. Hasil analisis data yang digunakan pada tahap ini digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan siklus berikutnya.

Siklus II

Pada siklus II pelaksanaannya berdasarkan dari refleksi siklus I. Jika hasil yang diperoleh belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan maka penelitian masih tetap dilanjutkan sampai indikator yang diharapkan tercapai. Seperti halnya siklus I, pada siklus II tahapanya pun masih sama yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi / pengamatan, dan refleksi. Ketika hasil yang diperoleh sudah sesuai dengan yang diharapkan maka penelitian dihentikan.

3.7Indikator Keberhasilan

Kriteria keberhasilan didasarkan kepada pencapaian peserta didik untuk membangun kemampuan dan pengetahuan difasilitasi guru. Sehingga dengan mata pelajaran matematika, siswa dapat mempelajari dan memahami lebih mendalam tentang diri sendiri dan alam sekitar, serta mampu mengembangkan lebih lanjut dengan menerapkannya di


(31)

dalam kehidupan sehari-hari secara ilmiah. Selain itu juga diharapkan siswa mempunyai pengalaman belajar yang cukup yang bermanfaat untuk diri dan lingkungannya.

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini secara umum yaitu persentase jumlah siswa yang tuntas pada pembelajaran matematika mencapai sekurang-kurangnya 75%.

3.8Jenis Data Kuantitatif

Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik setelah diterapkan metode pembelajaran tipe STAD, data diambil dari hasil belajar siswa ketika proses pembelajaran berlangsung. Peserta didik dinyatakan tuntas, jika mendapatkan nilai atau skor lebih atau sama dengan 60,00 (KKM). Untuk menentukan persentase nilai peserta didik sudah tuntas pada setiap siklusnya digunakan rumus (Nana. 2001: 27):

%At =  ��

Keterangan:

%At = Persentase peserta didik tuntas

At = Banyaknya peserta didik yang tuntas R = Jumlah peserta didik

3.9 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan selama kegiatan penelitian berlangsung dengan evaluasi atau tes. Evaluasi ini digunakan untuk mendapatkan data nilai siswa. Hal ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa sebelum dan sesudah menggunakan metode pembelajaran tipe STAD pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 7 Wonodadi, Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu.

Data dikumpulkan melalui tes.Tes yang diberikan adalah tes awal dan tes pada setiap akhir siklus. Tes awal dilakukan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan siswa terhadap konsep yang telah dikuasai oleh siswa. Hasilnya akan digunakan untuk menentukan


(32)

keanggotaan kelompok. Tes tiap akhir siklus dilakukaan untuk menentukan poin peningkatan individu yang menentukan status suatu kelompok dalam pemberian penghargaan. Tes ini juga dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dari setiap siklusnya.

Instrumen-instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data diperoleh melalui observasi. Pada tahap ini dilaksanakan proses evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Pada masing-masing siklus, untuk setiap pertemuannya dilakukan

evaluasi hasil belajar siswa, diperoleh melalui observasi dan evaluasi pada akhir setiap siklus.

Observasi dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Yang diobservasi kelas IV SD Negeri 7 Wonodadi, Kecamatan Gadingrejo, selain menyampaikan materi pembelajaran juga melakukan tes hasil belajar matematika siswa tentang mengenal lambang bilangan romawi.

3.10 Teknik Analisis Data Hasil Belajar

Data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah data hasil belajar matematka siswa yang diperoleh dari nilai tes yang dilaksanakan setiap akhir siklus.

Data kuantitatif diperoleh dari persentase banyaknya siswa yang telah memperoleh nilai di atas KKM yang telah ditetapkan. Perhitungan persentase banyaknya siswa yang memperoleh nilai di atas KKM menggunakan rumus sebagai berikut. (Nana. 2001: 29)

P=

x 100%

Keterangan:

P = Persentase banyaknya siswa yang memperoleh nilai 60,00 ke atas. X = Jumlah siswa yang memperoleh nilai 60,00 ke atas.


(33)

(34)

SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

Berdasarkan temuan dan hasil penelitian tindakan kelas, siswa kelas IV SD Negeri 7 Wonodadi Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu tahun pelajaran 2011/2012, dapat disimpulkan sebagai berikut.

a) Penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa untuk mengenal lambang bilangan romawi. Proses pembelajaran mengenal lambang bilangan romawi pada setiap siklus menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan dibimbing oleh peneliti dan kolaborator.

b) Hasil penelitan pada siklus I, nilai hasil belajar siswa rata-rata 60,35 dan siswa yang mencapai KKM 9 siswa (45%). Pada siklus II nilai rata-rata hasil belajar siswa 70 atau menngkat 9,65, dan siswa yang mencapai KKM 17 siswa (85%) atau bertambah 8 siswa.

c) Jika nilai rata-rata hasil belajar siswa 60,35 dan jumlah siswa yang mencapai KKM 9 siswa pada siklus I, dibandingkan dengan siklus II pada penelitian tindakan kelas ini, tampak sekali bahwa terjadi peningkatan yang cukup tinggi. Peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus 9,65.


(35)

5.2Saran

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan, peneliti menyarankan sebagai berikut.

a. Untuk Guru

1) Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dijadikan alternatif oleh guru untuk memotivasi siswa berlatih dan belajar untuk terampil mengenal lambang bilangan romawi.

2) Guru harus lebih cepat tanggap terhadap kesulitan-kesulitan belajar siswa yang dihadapi dalam menerima materi pembelajaran yang menyebabkan hasil belajar, dan kemampuan belajar siswa menurun.

3) Guru harus bisa lebih bisa menggali pengetahuan awal siswa dan memberikan analogi sebelum memulai pembelajaran sehingga siswa akan lebih siap mengikuti pembelajaran.

b. Untuk Sekolah

1) Sekolah sebaiknya memperbanyak workshop atau musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) untuk menunjang proses pembelajaran umumnya, dan khususnya pembelajaran Matematika.

2) Memberikan motivasi kepada guru untuk memanfaatkan metode-metode pembelajaran, khususnya terhadap model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi pembelajaran tertentu.

3) Membantu guru dalam pengadaan media pembelajaran, khususnya media pembelajaran Matematika.


(36)

1) Siswa harus instropeksi diri dan harus lebih banyak melakukan pelatihan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang dimiliki.

2) Siswa harus lebih banyak berlatih untuk pelajaran matematika , baik dalam pembejaran di sekolah maupun di rumah.

3) Siswa harus banyak berlatih untuk mengembangkan potensi atau kemampuan yang dimiliki.

4) Siswa harus lebih berani mengeluarkan pendapat serta lebih efisien menggunakan waktu dalam pembelajaran diskusi kelompok.


(37)

TIPE STUDENT TEAMS ACHIVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA SISWA KELAS IV SD N 7 WONODADI

KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU

TAHUN AJARAN 2011/2012

Oleh

TOIFATUN MUCHLISOH Penelitian Tindakan Kelas

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(38)

TIPE STUDENT TEAMS ACHIVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA SISWA KELAS IV SD N 7 WONODADI

KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU

TAHUN AJARAN 2011/2012

(Skripsi)

Oleh :

TOIFATUN MUCHLISOH

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(39)

Toifatun Muchlisoh dilahirkan di desa Wates Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu, Propinsi Lampung pada tanggal 05 Oktober 1961, merupakan anak kedelapan dari 11 bersaudara dari pasangan Bapak K.Muh Khusen dan Ibu Surasmi.

Pendidikan yang telah ditempuh oleh peneliti, Sekolah Dasar diselesaikan pada tahun 1973 di SD Muhammadiyah Wates, Sekolah Menengah Umum Tingkat Pertama Muhamaddiyah Gadingrejo, diselesaikan pada tahun 1976, kemudian dilanjutkan Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Negeri Pringsewu, diselesaikan pada tahun 1980.

Pendidikan sebagai mahasiswa 1 Kependidikan bagi Guru dalam Jabatan, Program Studi S-1 Pendidikan Guru dalam Jabatan, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar bulan Juli 20S-10 dan selesai tanggal 25 Juli 2012.


(40)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

4.1 Grafik Hasil Belajar Matematika Siklus I ... 47 4.2 Grafik Hasil Belajar Matematika Siklus II ... 48 4.3 Grafik Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Matematika Siklus I Siklus II ... 49


(41)

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN ... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

MOTTO ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GRAFIK ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah... 3

1.3 Rumusan Masalah ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar ... 6

2.2 Pembelajaran Matematika ... 9

2.3 Hasil Belajar ... 10

2.4 Model Pembelajara Cooperative Tipe Student Team Achievement Devisions (STAD) ... 12

2.4.1 Ciri-ciri Model Pembelajaran Cooperative Tipe Student Team Devisions (STAD) ... 13

2.4.2 Langkah-langkah Pembelajaran Cooperative Tipe Student Team Achievement Devisions (STAD) ... 13

2.4.3 Kelebihan dan Keterbatasan Model Pembelajaran Cooperative Tipe Student Team Achievement Devisions (STAD) ... 19

2.5 Kerangka Pikir ... 21

2.6 Hipotesis Tindakan ... 22

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 23


(42)

3.1.4 Refleksi (Reflecting) ... 25

3.2 Subjek Penelitian Tindakan Kelas ... 26

3.3 Waktu Penelitian Tindakan Kelas ... 26

3.4 Tempat Penelitian Tindakan Kelas ... 26

3.5 Rencana Penelitian Tindakan Kelas ... 27

3.6 Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ... 28

3.6.1 Tahap Pratindakan ... 28

3.6.2 Tahap Pelaksanaan ... 29

3.7 Indikator Keberhasilan ... 33

3.8 Jenis Data Kuantitatif ... 33

3.9 Metode Pengumpulan Data ... 34

3.10 Teknik Analisis Data Hasil Belajar ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Temuan Umum ... 36

4.2 Hasil Penelitian ... 37

4.2.1 Implementasi Siklus I ... 37

4.2.2 Implementasi Siklus II... 42

4.3 Pembahasan Masalah... 47

4.3.1 Hasil Belajar Siklus I ... 47

4.3.2 Hasil Belajar Siklus II ... 48

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 50

5.2 Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 53


(43)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Abdurahman dkk. 1999. Penelitian Tindakan Kelas SD. Jakarta: Kementerian Pendidikan

Nasional. Buchori. 2001.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Hakum, Thursan. 2000. Belajar secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara.

Hopkins. 1993. Teachers Guide to Classrom Research. Philadelpphia : open University Press.

Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajran kooperatif Usaha Nasional. Jakarta: Rineka Cipta.

Madya. (2010). Teori dan Praktik Penelitian Tindakan (Action research). Bandung: Alfabeta Nasution,S.1984.PengertianPrestasiBelajar.http://www.anneahira.com/

pengertian-prestasi-belajar-menurut-para-ahli.htm.diakses pada tanggal 25 Mei 2012.

Sardiman, 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raya Grafindo Persada.

Slameto, 2008. Belajar dan Faktor yang mempengrauhinya.Jakarta: Rineka Cipta.

Slavin, R,.E, . 2009. Cooperative Learning, Teori, Riset dan Praktek. Terjemahan oleh Nurulita. Bandung: Nusa Media.

Sujana, Nana. 2001. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Suryabrata, Sumardi.1984. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Tim Pengembang Kurikulum. 2005. Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Depdiknas. Winkel, 1999. Bimbingan dan Penyuluhan. Jakarta:Gramedia.


(44)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1Hasil Evaluasi Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2011/2012 Mata

Pelajaran Matematika Kelas IV SD N 7 Wonodadi ... 3

4.1 Nama-nama Kepala SD Negeri 7 dan Masa Jabatannya ... 36

4.2 Sarana Prasarana SD Negeri 7 Wonodadi Tahun 2012 ... 37

4.3 Persentase Hasil Belajar Matematika Siswa Siklus I ... 39


(45)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian tindakan kelas dalam bentuk tugas akhir dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika dengan Mnggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achivement Division (STAD) pada siswa kelas IV SD Negeri 7 Wonodadi Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2011/2012.

Dengan selesainya penyusunan Penelitian Tindakan Kelas dalam bentuk tugas akhir ini perkenankanlah penulis mengucapkn terima kasih kepada :

1. Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru sekolah Dasar.

3. Dr. Darsono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

4. Dra. Cut Rohani Bitai, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing. 5. Dr. Riswandi, M.Pd. selaku Dosen Pembahas.

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekilah Dasar.

7. Kepala Dinas Pendidikan, Kebudayaan, dan Pariwisata Kabupaten Pringsewu dan Staf yang telah memberi kesmpatan belajar bagi penulis di FKIP Unila.


(46)

8. Ibu Suminah, S.Pd. selaku Kepala SD Negeri 7 Wonodadi Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu.

9. Ibu Susilowati, S.Pd. selaku teman sejawat.

10.Seluruh dewan guru, Karyawan, dan Staf Tata Usaha SD Negeri 7 Wonodadi Kecamatan Gadingrejo.

11.Rekan-rekan Mahasiawa S-1 dalam Jabatan Jurusan Pendidikan Guru sekolah dasar FKIP Unila.

12.Siswa-siswi kelas IV SD Negeri 7 Wonodadi Kecamatan Gadingrejo.

13. Seluruh pihak yang membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa penelitian tindakan kelas ini masih jauh dari sempurna. Hal ini karena adanya keterbatasan yang ada pada penulis, oleh karena itu mohon kritik dan saran dari para pembaca penulis harapkan demi kesempurnaan dan kebaikan selanjutnya.

Akhirnya semoga penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan manfaat kepada penulis khususnya dan kepada para pembaca pada umumya, serta dapat memberikan sumbangan pemikiran pada perkembangan pendidikan selanjutnya.

Bandarlampung, Juli 2012 Penulis,

Toifatun Muchlisoh NPM 1013119101


(47)

Puji syukur dan bahagia atas segala rahmat dan hidayah yang Allah Swt. limpahkan, saya mempersembahkan laporan PTK ini, kepada orang-orang terkasih dan tercinta sebagai berikut.

1. Orang tua dan mertua, dengan segala limpahan kasih sayang, doa, dan dorongan semangat untuk keberhasilan anaknya yang tidak mungkin terbalaskan.

2. Suami tercinta yang telah memberi motivasi dan semangat serta kebersamaan, sehingga memberikan kedamaian, ketenangan, dan keberhasilan.

3. Ketiga buah hatiku, Prima Meidiyanti, Arif Kurniawan, Hendrawan Cahyadi yang selalu memberikan dorongan, inspirasi dan motivasi dalam mengejar cita-cita di masa yang akan datang.

4. Para dosen FKIP Universitas Lampung yang telah membantu menyelesaikan kuliahku. 5. Kepala Sekolah, Guru, Karyawan, Staf Tata Usaha, dan para siswa SD Negeri 7

Wonodadi Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu yang telah memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan tepat waktu.


(48)

KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIVEMENT

DIVISIONS (STAD) PADA SISWA KELAS IV SD N 7

WONODADI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN AJARAN 2011/2012

Nama Mahasiswa : Toifatun Muchlisoh Nomor Pokok Mahasiswa : 1013119101

Program Studi : S-1 PGSD

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

Ketua Jurusan, Dosen Pembimbing,

Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. Dra. Cut Rohani Bitai, M.Pd NIP 195105071981031002 NIP 195210151981032001


(1)

Abdurahman. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Abdurahman dkk. 1999. Penelitian Tindakan Kelas SD. Jakarta: Kementerian Pendidikan

Nasional. Buchori. 2001.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Hakum, Thursan. 2000. Belajar secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara.

Hopkins. 1993. Teachers Guide to Classrom Research. Philadelpphia : open University Press.

Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajran kooperatif Usaha Nasional. Jakarta: Rineka Cipta.

Madya. (2010). Teori dan Praktik Penelitian Tindakan (Action research). Bandung: Alfabeta Nasution,S.1984.PengertianPrestasiBelajar.http://www.anneahira.com/

pengertian-prestasi-belajar-menurut-para-ahli.htm.diakses pada tanggal 25 Mei 2012.

Sardiman, 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raya Grafindo Persada.

Slameto, 2008. Belajar dan Faktor yang mempengrauhinya.Jakarta: Rineka Cipta.

Slavin, R,.E, . 2009. Cooperative Learning, Teori, Riset dan Praktek. Terjemahan oleh Nurulita. Bandung: Nusa Media.

Sujana, Nana. 2001. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Suryabrata, Sumardi.1984. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Tim Pengembang Kurikulum. 2005. Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Depdiknas. Winkel, 1999. Bimbingan dan Penyuluhan. Jakarta:Gramedia.


(2)

72

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1Hasil Evaluasi Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2011/2012 Mata

Pelajaran Matematika Kelas IV SD N 7 Wonodadi ... 3

4.1 Nama-nama Kepala SD Negeri 7 dan Masa Jabatannya ... 36

4.2 Sarana Prasarana SD Negeri 7 Wonodadi Tahun 2012 ... 37

4.3 Persentase Hasil Belajar Matematika Siswa Siklus I ... 39


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian tindakan kelas dalam bentuk tugas akhir dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika dengan Mnggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achivement Division (STAD) pada siswa kelas IV SD Negeri 7 Wonodadi Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2011/2012.

Dengan selesainya penyusunan Penelitian Tindakan Kelas dalam bentuk tugas akhir ini perkenankanlah penulis mengucapkn terima kasih kepada :

1. Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru sekolah Dasar.

3. Dr. Darsono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

4. Dra. Cut Rohani Bitai, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing. 5. Dr. Riswandi, M.Pd. selaku Dosen Pembahas.

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekilah Dasar.

7. Kepala Dinas Pendidikan, Kebudayaan, dan Pariwisata Kabupaten Pringsewu dan Staf yang telah memberi kesmpatan belajar bagi penulis di FKIP Unila.


(4)

2

8. Ibu Suminah, S.Pd. selaku Kepala SD Negeri 7 Wonodadi Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu.

9. Ibu Susilowati, S.Pd. selaku teman sejawat.

10.Seluruh dewan guru, Karyawan, dan Staf Tata Usaha SD Negeri 7 Wonodadi Kecamatan Gadingrejo.

11.Rekan-rekan Mahasiawa S-1 dalam Jabatan Jurusan Pendidikan Guru sekolah dasar FKIP Unila.

12.Siswa-siswi kelas IV SD Negeri 7 Wonodadi Kecamatan Gadingrejo.

13. Seluruh pihak yang membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa penelitian tindakan kelas ini masih jauh dari sempurna. Hal ini karena adanya keterbatasan yang ada pada penulis, oleh karena itu mohon kritik dan saran dari para pembaca penulis harapkan demi kesempurnaan dan kebaikan selanjutnya.

Akhirnya semoga penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan manfaat kepada penulis khususnya dan kepada para pembaca pada umumya, serta dapat memberikan sumbangan pemikiran pada perkembangan pendidikan selanjutnya.

Bandarlampung, Juli 2012 Penulis,

Toifatun Muchlisoh NPM 1013119101


(5)

Puji syukur dan bahagia atas segala rahmat dan hidayah yang Allah Swt. limpahkan, saya mempersembahkan laporan PTK ini, kepada orang-orang terkasih dan tercinta sebagai berikut.

1. Orang tua dan mertua, dengan segala limpahan kasih sayang, doa, dan dorongan semangat untuk keberhasilan anaknya yang tidak mungkin terbalaskan.

2. Suami tercinta yang telah memberi motivasi dan semangat serta kebersamaan, sehingga memberikan kedamaian, ketenangan, dan keberhasilan.

3. Ketiga buah hatiku, Prima Meidiyanti, Arif Kurniawan, Hendrawan Cahyadi yang selalu memberikan dorongan, inspirasi dan motivasi dalam mengejar cita-cita di masa yang akan datang.

4. Para dosen FKIP Universitas Lampung yang telah membantu menyelesaikan kuliahku. 5. Kepala Sekolah, Guru, Karyawan, Staf Tata Usaha, dan para siswa SD Negeri 7

Wonodadi Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu yang telah memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan tepat waktu.


(6)

Judul PTK :MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA SISWA KELAS IV SD N 7 WONODADI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN AJARAN 2011/2012

Nama Mahasiswa : Toifatun Muchlisoh Nomor Pokok Mahasiswa : 1013119101

Program Studi : S-1 PGSD

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

Ketua Jurusan, Dosen Pembimbing,

Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. Dra. Cut Rohani Bitai, M.Pd NIP 195105071981031002 NIP 195210151981032001


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIVEMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 SUKABUMI BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2011-2012

0 9 45

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIVEMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 SUKABUMI BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2011-2012

1 20 49

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIVEMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS V SDN 1 KUPANG TEBA TAHUN AJARAN 2011/2012

0 14 42

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIVEMENT (STAD) BAGI SISWA KELAS VI SD NEGERI 7 GADINGREJO KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN 2011-2012

0 11 223

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA SISWA KELAS IV SD N 7 WONODADI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN AJARAN 2011/2012

0 7 48

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS IV SD N 2 TAMBAHREJO KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 4 39

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS IV SD N 2 TAMBAHREJO KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 23 109

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA SISWA KELAS IV SD N 4 YOGYAKARTA KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TP 2013/2014

0 15 93

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIVEMENT DIVISIONS (STAD) SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI 1 SUKAMAJU KECAMATAN KEDONDONG KABUPATEN PESAWARAN

0 4 46

PENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIVEMENT DIVISIONS (STAD) KELAS IV SD NEGERI SRI BASUKI KECAMATAN NEGERI BESAR KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2013/2014

0 2 44