PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIVEMENT DIVISIONS (STAD) SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI 1 SUKAMAJU KECAMATAN KEDONDONG KABUPATEN PESAWARAN

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

STUDENT TEAMS ACHIVEMENT DIVISIONS (STAD) SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI 1 SUKAMAJU

KECAMATAN KEDONDONG KABUPATEN PESAWARAN

Oleh MEGAWATI

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika melalui model pembelajaran kooperatif STAD di SD Negeri 1 Sukamaju Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran.

Metode penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas, yang terdiri dari dua siklus, setiap siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan tes. Pengumpulan data menggunakan instrumen berupa lembar pengamatan siswa, kinerja guru pada proses pembelajaran, untuk mengetahui hasil belajar menggunakan tes yang diambil dari hasil evaluasi siswa pada setiap siklusnya, diambil dengan menggunakan deskripsi kwantitatif.

Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif STAD, dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Matematika. Hal ini ditunjukan data dimana pada siklus I aktivitas belajar siswa skor rata-rata 75% kategori aktif. Sedangkan pada siklus II aktivitas belajar siswa mencapai 90% kategori sangat aktif. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I 67,5 sedangkan pada siklus II rata-rata hasil belajar siswa 79,47. Hasil belajar yang diperoleh pada siklus II ini sudah memenuhi indikator keberhasilan yang diharapkan.


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Megawati, lahir di Waylima, 01 Juni 1969 dari pasangan Bapak Hanapi dan Ibu Rosyanu anak ke-6 dari 7 bersaudara. Penulis lulus Sekolah Dasar Negeri 2 Banjar Negeri pada tahun 1984, penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama PGRI Kedondong lulus pada tahun 1987. Pada tahun 1990 Penulis menyelesaikan Sekolah Pendidikan Guru Kedondong. Kemudian penulis melanjutkan sekolah di STIT D2 Agus Salim Metro lulus pada tahun 2008. Penulis mulai meniti karir di dunia pendidikan sejak tahun 2000 sampai sekarang. Kemudian pada tahun 2010 penulis melanjutkan kuliah pada Program Studi S1 dalam Jabatan FKIP Universitas Lampung.


(7)

PERSEMBAHAN

Bismillaahir rahmaanir rahiim

Dengan segenap cinta aku persembahkan karya sederhana ini untuk:

1. Suamiku tercinta yang selalu mendampingi dan memberi motivasi demi keberhasilanku.

2. Ibunda dan Ayahandaku yang selalu membimbing dan mendoakan keberhasilanku.

3. Anak-anakku tersayang yang selalu menjadi semangatku

4. Teman-teman sejawat yang tidak dapat kusebutkan satu persatu terima kasih atas perhatian yang diberikan.

5. Almamaterku, Universitas Lampung

Terima kasih atas segala dukungan serta doa restu yang telah diberikan, sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini.


(8)

Moto

Dengan ilmu kehidupan akan menjadi

mudah, dengan seni kehidupan akan lebih

indah dengan agama kehidupan akan lebih


(9)

SANWACANA

Bismillahir Rahmaanir Rahiim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga skripsi yang berjudul “Peningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif STAD Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 1 Sukamaju Kedondong Kabupaten Pesawaran” diselesaikan.

Sudah selayaknya penulis sampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini terutama kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si, Selaku Dekan beserta jajaran Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan penelitian.

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, yang telah memberikan penelitian.

3. Dr. Darsono, M.Pd selaku ketua program studi PGSD, yang telah memberikan penelitian.


(10)

4. Ibu Dra. Loliyana, M.Pd, selaku dosen pembimbing, yang telah membimbing sampai skripsi ini terselesaikan.

5. Bapak Drs. Sarengat, M.Pd, selaku dosen pembahas yang telah memberikan masukan dalam skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu dosen beserta Staf Universitas Lampung, yang telah memberi motivasi kepada penulis.

7. Bapak Fakhrurrozi, S.Pd.I selaku Kepala SDN 1 Sukamaju Kedondong Pesawaran yang telah memberi ijin penelitian.

8. Bapak Maskhur,S.Pd selaku teman sejawat yang telah memberi saran dan kritikan.

9. Semua Dewan Guru SDN 1 Sukamaju Kedondong Pesawaran, atas kerja sama dan bantuannya.

Terima kasih atas segala dukungan serta doa restu yang telah diberikan, sehingga skripsi ini terselesaikan. Akhir kata, penulis ucapkan Alhamdu lillaahi rabbil’aalamiin.

Pesawaran, Mei 2014


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL…..……… xiv

DAFTAR GAMBAR………. xv

DAFTAR LAMPIRAN………. xvi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah……… . 1

B. Identifikasi Masalah……… 4

C. Rumusan Masalah……….. 5

D.Tujuan Penelitian……… 5

E. Manfaat Penelitian ……… 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran………. 8

B. Aktivitas Belajar……… 9

C. Hasil Belajar ………. 10

D. Pembelajaran Matematika……….. 12

E. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD……… 12

1. Pembelajaran Kooperatif………. 12

2. Macam-macam Model Pembelajaran Kooperatif……… 13

3. Model Pembelajaran Tipe STAD……… 16

4. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran STAD……. 16

5. Langkah-langkah Model Pembelajaran Tipe STAD………… 17

6. Persiapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD……… 17

F. Hipotesis Tindakan………. 19

G. Penelitian yang Relevan ……….. 19

BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian………. 20


(12)

1. Subyek ……… 20

2. Tempat……… 20

Halaman 3. Waktu ……… 20

B. Teknik Pengumpulan Data ……….. 20

C. Instrument Penelitian……… 21

D. Teknik Analisis Data……… 21

E. Rencana Tindakan……… 22

F. Indikator Keberhasilan ………. 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Siklus I………. 28

B. Hasil Penelitian Siklus II………. 38

C. Pembahasan ……… 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……… 53

B. Saran………. 53

DAFTAR PUSTAKA ………. 55 LAMPIRAN


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Rerata Nilai Matematika Semester I……… 3

2. Aktivitas Siswa Siklus I……….. 32

3. Hasil Belajar Siswa Siklus I………..……… 34

4. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siklus I……… 34

5. Kinerja Guru Siklus I ……… 36

6. Aktivitas Siswa Siklus II ………….………….……… 42

7. Hasil Belajar Siswa Siklus II………..……… 44

8. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siklus II……… 44


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Alur Siklus Penelitian………. 23

2. Grafik Aktivitas Siswa Siklus I………. 33

3. Grafik Hasil Belajar Siklus I………. 35

4. Grafik Aktivitas Siswa Siklus II………. 43

5. Grafik Hasil Belajar Siklus I………. 45


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Surat Ijin Penelitian dari Dekan FKIP……… 57

2. Surat Keterangan Melakukan Penelitian……… 58

3. Silabus Matematika Kelas IV……… 59

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ………..…… 61

5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II……….. 64

6. Tes Awal………. 68

7. LKS Siklus I …………..……… 69

8. LKS Siklus II……… 70

9. Lembar Evaluasi Siswa Siklus I……….. 71

10. Lembar Evaluasi Siswa Siklus II……….. 72

11. Lembar Kunci Jawaban LKS..……… 73

12. Lembar Kunci Jawaban Evaluasi………. 74

13. Lembar Aktivitas Siswa Siklus I ………….………. 75

14. Lembar Aktivitas Siswa Siklus II ………..……… 76

15. Lembar Hasil Belajar Siswa Siklus I……..………. 77

16. Lembar Hasil Belajar Siswa Siklus II…….………. 78

17. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 1 ……….. 79

18. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 2 ……….. 80

19. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 1 ……….. 81


(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses pembelajaran di sekolah melibatkan banyak komponen diantaranya guru, siswa, bahan ajar, sarana, prasarana, sumber belajar, media pembelajaran, dan sebagainya.masing-masing faktor yang terlibat dalam proses pembelajaran itu mempunyai fungsi yang berbeda satu dengan yang lain, akan tetapi saling berhubungan dan saling mendukung. Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang berdemokrasi serta bertanggung jawab” (Depdiknas, 2005: 36).

Mengacu pada Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, proses pembelajaran di sekolah, khususnya di Sekolah Dasar (SD) harus dapat memberikan peluang kepada anak untuk mengembangkan potensi agar menjadi manusia yang beriman, berilmu, cakap, mandiri serta kreatif.


(17)

2

Salah satu komponen yang sangat penting dalam dunia pendidikan adalah guru. Guru merupakan ujung tombak pendidikan dalam konteks ini guru mempunyai peran yang sangat besar dan strategis, karena gurulah yang berada dibaris paling depan dalam pelaksanaan pendidikan. Guru langsung berhadapan dengan peserta didik dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

Menurut teori konstruktivis, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar (Nur, 2002 :8).

Dalam proses belajar ada empat hal yang tidak bisa dipisahkan dalam kesuksesan pembelajaran, yaitu: guru, siswa, materi pembelajaran dan media pembelajaran. Guru mentrasfer pengetahuan ke siswa dengan menggunakan metode dan media dalam pembelajaran.

Menurut James dan James (dalam Karso, 2007: 1.17) dalam kamus matematikanya, matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri.


(18)

3

Matematika khususnya di SD membutuhkan perhatian yang sungguh-sungguh dari peserta didik, guru dan intansi pendidikan yang terkait. Sementara disisi lain kita tahu bahwa matematika merupakan ilmu yang memiliki kecenderungan deduktif, aksiomatik, dan abstrak (fakta, konsep dan prinsip). Dalam hal ini perlu diciptakan suatu kondisi belajar yang menyenangkan, sehingga proses pembelajaran matematika menjadi kegiatan yang menyenangkan.

Berdasarkan observasi siswa di kelas IV SD Negeri 1 Suka Maju Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran dalam mata pelajaran matematika. sebagian besar siswa kurang antusias dalam pembelajaran. Siswa pasif, takut dan malu untuk mengungkapkan ide-ide ataupun penyelesaian soal-soal yang diberikan di depan kelas. Siswa mengangap pelajaran matematika pelajaran yang sulit. Nilai rata-rata berdasarkan Semester Ganjil 2013/2014 adalah 5,5, lebih rendah dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 65. Ini dapat dilihat dari nilai semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014, siswa yang tuntas hanya 5 orang dari 20 orang siswa. Data hasil belajar matematika disajikan pada tabel berikut.

Tabel 1.1 Rerata Nilai Matematika kelas IV Tahun Pelajaran 2013/2014 No Rentang

Nilai

Banyaknya Siswa

Persentase (%) kreteria

1 ≥65 5 25% Tuntas

2 49-64 15 75% Belum Tuntas

Jumlah 20 orang 100,00 No Rentang

Nilai

Banyaknya Siswa

Persentase (%) kreteria Sumber: Nilai Ulangan Matematika Semester I Tahun Pelajaran 2013/2014


(19)

4

Berdasarkan kondisi tabel 1, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika di SD Negeri 1 Sukamaju masih rendah. Salah satu kesulitan yang dialami oleh siswa adalah sulitnya memahami materi yang diberikan oleh guru. Siswa terlihat pasif kurang merespon pelajaran. Hal ini mengakibatkan hasil belajar siswa rendah.

Untuk memperbaiki kondisi tersebut, salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 4-5 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku kata atau ras yang berbeda. Siswa dapat saling membantu dalam menyelesaikan permasalahan pembelajaran yang dihadapi, aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama. Sehubungan dengan hal tersebut peneliti akan memperbaiki pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “peningkatan aktivitas dan hasil belajar matematika dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD bagi siswa kelas IV SDN 1 Sukamaju Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, terungkap beberapa permasalahan di dalam pembelajaran matematika di kelas IV Sekolah Dasar Negeri 1 Sukamaju Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran, yakni sebagai berikut:


(20)

5

1. Siswa pasif, takut dan malu untuk mengungkapkan ide-ide ataupun

penyelesaian soal-soal yang diberikan di depan kelas.

2. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika rendah. 3. Aktivitas belajar siswa rendah.

4. Siswa sulit memahami materi yang diberikan guru.

5. Guru belum menerapkan model pembelajaran kooperatif STAD. C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimana meningkatkan aktivitas belajar matematika melalui penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD bagi siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 1 Sukamaju Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran? 2. Bagaimana meningkatkan hasil belajar matematika melalui penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD bagi siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 1 Sukamaju Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran?

D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah:

1. Meningkatkan aktivitas belajar matematika melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD bagi siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 1 Sukamaju Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran?


(21)

6

2. Meningkatkan hasil belajar matematika melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD bagi siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 1 Sukamaju Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran?

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa

a. Memberikan pengalaman kepada siswa dengan belajar menggunakan model pembelajaran Kooperatif STAD.

b. Meningkatkan kreativitas Siswa, sehingga hasil belajar siswa meningkat. c. Melatih siswa dalam bekerja sama dengan anggota kelompok

diskusi/belajar.

d. Mengajarkan siswa mandiri dalam memecahkan masalah. 2. Bagi Guru

a. Memberikan masukan kepada guru tentang penerapan model pembelajaran Kooperatif STAD, terhadap peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. b. Sebagai acuan guru dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan dan


(22)

7

3. Bagi Sekolah

a. Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas sekolah, juga dapat menambah kondusifnya hubungan antar guru karena mereka harus bekerja sama satu dengan yang lain.

b. Memberikan masukan yang baik untuk mengadakan pembaharuan dalam rangka memajukan program sekolah.

4. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan keterampilan dalam menerapkan model pembelajaran Kooperatif STAD, dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar

siswa kelas IV SD Negeri 1 Sukamaju Kecamatan Kedondong Kabupaten


(23)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar dan Pembelajaran

Belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif Hamalik (dalam Syah. 2007: 92). Perubahan tersebut sebagai hasil pengalaman siswa dalam interaksi dengan lingkungannya. Setelah mengikuti proses belajar mengajar, perubahan pengetahuan, sikap atau pengalaman yang dialami siswa dapat diketahui berdasarkan penilaian yang dilakukan guru.

Vygotsky (dalam Trianto. 2009: 39) berpendapat bahawa pengetahuan yang diperoleh siswa merupakan hasil dari pikiran dan kegiatan siswa melalui bahasa. Teori Vygotsky lebih menekankan pada aspek sosial dari pembelajaran. Pembelajaran akan terjadi jika anak bekerja atau menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas-tugas tersebut masih dalam jangkauan mereka. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan dan kerja sama antar individu.

Menurut Winataputra (2008: 14) pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar siswa. Skiner dalam Rusman (2008: 161) mengatakan bahwa Pembelajaran adalah penguasaan atau memperoleh pengetahuan tentang suatu subjek keterampilan dengan belajar, pengalaman atau instruksi. Pembelajaran sebagai proses pengondisian kearah prilaku spontan yang dicapai melalui program pelatihan dengan imbalan dan hukuman.

Menurut beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar dan pembelajaran adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, sebagai hasil dari proses belajar dalam berbagai bentuk seperti


(24)

9

pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah laku, kecakapan, keterampilan pada individu yang belajar, melalui interaksi baik secara langsung ataupun tidak langsung.

B. Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar adalah kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar, yang mengakibatkan terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi, yang meliputi: memperhatikan penjelasan guru, bertanya kepada guru dan menjawab pertanyaan guru, bekerjasama dengan baik pada saat diskusi, mengerjakan latihan, mengumpulkan tugas tepat waktu.

Dierich (dalam Hamalik, 2011: 177) membagi aktivitas belajar dalam 8 kelompok, yaitu:

1. Kegiatan-kegiatan visual: membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang bekerja atau bermain.

2. Kegiatan-kegiatan lisan, yaitu: mengungkapkan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara dan diskusi. 3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan, yaitu: mendengarkan penyajian

bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.

4. Kegiatan-kegiatan menulis, yaitu: menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat rangkuman, mengisi angket.

5. Kegiatan-kegiatan menggambar, yaitu: menggambar, membuat grafik, diagram, peta, dan pola.

6. Kegiata-kegiatan metrik, yaitu: melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun.

7. Kegiatan-kegiatan mental, yaitu: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, faktor-faktor, membuat keputusan.


(25)

10

8. Kegiatan-kegiatan emosional, yaitu: minat, membedakan, berani, tenang dan lain-lain.

Menurut Sriyono (2000: 14), aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.

Menurut beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan aktivitas adalah semua kegiatan yang mengarah pada kebutuhan. Kebutuhan itu meliputi jasmani, rohani, dan sosial, yang menimbulkan dorongan untuk berbuat.

C. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah prestasi dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. Sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik khususnya dalam mata pelajaran matematika siswa tidak lagi memperoleh nilai di bawah KKM (65) dengan nilai rata-rata 70 dan ketuntasan siswa 75%.

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh seseorang setelah mengalami aktifitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan


(26)

11

tersebut tergantung pada apa yang dipelajari. Hasil belajar sangat dibutuhkan, karena sebagai petunjuk untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar yang sudah dilaksanakan. Hasil belajar diketahui melalui evaluasi untuk mengukur dan menilai apakah siswa sudah menguasai ilmu yang dipelajari sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hasil belajar adalah suatu kepandaian atau ilmu serta perubahan tingkah laku yang didapat dari belajar (Hamalik. 2009: 3).

Menurut Arikunto (1990: 133) hasil belajar adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar, perubahan itu tampak dalam perbuatan yang dapat diamati, dan dapat diukur.

Menurut pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Individu yang belajar akan memperoleh hasil dari apa yang telah dipelajari selama proses belajar itu. Hasil belajar yaitu suatu perubahan yang terjadi pada individu yang belajar, bukan hanya perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk kecakapan, kebiasaan, pengertian, penguasaan, dan penghargaan dalam diri seseorang yang belajar yang tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.


(27)

12

D. Pembelajaran Matematika

Matematika berasal dari Bahasa Latin “Manthanein atau Mathema” yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika dalam bahasa Belanda disebut Wiskunde atau ilmu pasti yang semuanya dikaitkan dengan penalaran. (Soedjana, 1995: 20). Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten.

Menurut William Brownell (1935) belajar pada hakikatnya merupakan suatu proses yang bermakna. Brownell mengemukakan apa yang disebut “Meaning Theori(Teori Makna)” sebagai alternatif dari “Drill Theori” atau Teori Latihan Hafalan dan Ulangan. Karso (2007: 1.20)

Teori Drill dalam pengajaran matematika berdasarkan kepada teori belajar asosiasi yang lebih dikenal dengan sebutan teori belajar stimulus respon yang dikembangkan oleh Edward L. Thorndike (1874-1949). Teori belajar ini menyatakan bahwa pada hakikatnya belajar merupakan proses pembentukan hubungan antara stimulus dan respon. Menurut hukum ini belajar adalah lebih berhasil bila respon siswa terhadap suatu stimulus segera diikuti dengan rasa senang atau kepuasan. (Karso, 2007: 122).

Menurut beberapa pendapat di atas matematika adalah suatu pengetahuan dalam memahami arti dari struktur-struktur, hubungan-hubungan, simbol-simbol yang ada dalam materi pelajaran matematika.

E. Model Pembelajaran Kooperatif 1. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerja sama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktivitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni


(28)

13

mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah, (Trianto, 2009: 57).

Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan akademik antar siswa melalui aktivitas kelompok. Aktivitas terpusat pada siswa dalam bentuk diskusi, kerjasama, saling membantu, dan mendukung dalam memecahkan masalah. Trianto, (2009: 61).

Sedangkan menurut Ibrahim (2009: 9) pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang saling mencerdaskan, saling menyayangi dan saling tenggang rasa antar sesama siswa sebagai latihan untuk hidup dalam masyarakat nyata. Sehingga sumber belajar bukan hanya dari guru dan buku ajar tetapi juga dari sesama teman.

Berdasarkan pendapat di atas pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dimana siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama.

2. Macam-macam Model Pembelajaran Kooperatif

Pada prinsip dasar pembelajaran cooperative learning tidak berubah, namun terdapat beberapa variasi model tersebut, diantaranya: Jigsaw, TGT, NHT dan STAD (Mukhtar, 2005: 58)


(29)

14

a. Jigsaw

Jigsaw dikembangkan oleh Slavin (Roy Killen, 1966) secara umum dalam pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw siswa dikelompokan secara heterogen dalam kemampuan. Siswa diberi materi yang baru atau pendalaman dari materi sebelumnya untuk dipelajari. Masing-masing anggota kelompok secara acak ditugaskan untuk menjadi ahli dari kelompok yang berbeda. (Yamin, 2005: 34)

b. Teams Games Tournamen (TGT)

Model pembelajaran TGT dapat digunakan dalam berbagai macam mata pelajaran, dari ilmu eksak ataupun ilmu sosial. Model pembelajaran TGT sangat cocok untuk mengajar tujuan pembelajaran yang dirumuskan dengan tajam dengan satu jawaban yang benar.

Model pembelajaran TGT atau Pertandingan Permainan Tim dikembangkan secara asli oleh David De Vries dan Keath Edward. Model pembelajaran ini adalah siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk tim mereka (Trianto, 2010: 83)

c. Numbered Head Together (NHT)

Model pembelajaran NHT melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang dicakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman terhadap isi pelajaran tersebut. NHT melibatkan banyak siswa dalam menelaah bahan yang


(30)

15

tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan pertama kali oleh Spenser Kagen. NHT merupakan model pembelajaran penomoran berpikir bersama, yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional (Trianto, 2010: 82)

d. Student Teams Achievement Divisions (STAD)

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD, merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif. Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima komponen utama, yaitu penyajian kelas, belajar kelompok, kuis, skor pengembangan dan penghargaan kelompok.

Pembelajaran kooperatif STAD merupakan model pembelajran kooperatif paling sederhana dari model pembelajaran kooperatif yang lain. model pembelajaran STAD, siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. (Trianto, 2009: 68)


(31)

16

1. Model Pembelajaran Tipe STAD

Menurut Slavin (2000: 26) STAD merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada aktivitas dan interaksi di antara siswa untuk salaing memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal Isjoni (dalam Taniredja, 2013: 64).

Menurut Kunandar (2007: 364) dalam model pembelajaran STAD para siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang, tiap kelompok belajar menggunakan lembar kerja akademik, kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota kelompok.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas pembelajaran kooperatif model STAD adalah pembelajaran yang menekankan pada aktivitas dan interaksi di antara siswa untuk salaing memotivasi dan saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota kelompok.

2. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD a. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:

1). Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.

2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah.

3) Mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi.


(32)

17

4) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain.

b. Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:

Kerja kelompok hanya melibatkan mereka yang mampu memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang pandai dan kadang-kadang menuntut tempat yang berbeda dan gaya-gaya mengajar berbeda (Adesanjaya, 2011: 68).

3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Tipe STAD

Menurut Ibrahim (2000: 145) langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah:

1. Peserta didik diberi tes awal dan diperoleh skor awal.

2. Peserta didik dibagi dalam kelompok kecil 4-5 orang secara heterogen.

3. Guru menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik.

4. Guru menyajikan bahan pelajaran dan peserta didik bekarja dalam tim. 5. Guru membimbing kelompok peserta didik.

6. Peserta didik diberi tes materi yang telah diajarkan. 7. Memberi penghargaan kelompok.

Menurut Trianto (2009: 69) sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran kooperatif tipe STAD, ada beberapa persiapan-persiapan antara lain:

a. Perangkat pembelajaran

Dalam pembelajaran tipe STAD perlu dipersiapkan perangkat pembelajaran antara lain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS) beserta lembar jawabannya.

b. Membentuk Kelompok Kooperatif

Siswa dibentuk kelompok secara heterogen dan kemampuan antara satu kelompok dengan kelompok lain relatif homogen. Apabila memungkinkan kelompok kooperatif perlu memerhatikan ras, agama, jenis kelamin, dan latar belakang sosial. Apabila dalam kelas terdiri-dari satu jenis kelamin, maka pembentukan kelompok dapat didasarkan pada prestasi belajar.

c. Menentukan Skor Awal

Skor awal yang dapat digunakan adalah nilai ulangan sebelumnya. Skor awal dapat berubah setelah ada kuis.


(33)

18

d. Pengaturan Tempat Duduk

Mengaturan kelas dilakukan untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif apabila tidak ada pengaturan tempat duduk dapat menimbulkan kekacauan yang menyebabkan gagalnya pembelajaran pada kelas kooperatif.

e. Kerja Kelompok

Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD, terlebih dahulu diadakan latihan kerja sama kelompok. Hal ini bertujuan untuk mengenal individu dalam kelompok.

Peneliti akan menggunakan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut pendapat Ibrahim.

4. Persiapan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

1. Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dan lembar jawaban.

2. Membentuk kelompok kooperatif tipe STAD, disini siswa dibentuk kelompok secara heterogen, yang bila memungkinkan ada perbedaan ras, suku, jenis kelamin, tingkat kemampuan dan daya pikir yang berbeda. Apabila dalam kelas terdiri-dari satu jenis kelamin, maka pembentukan kelompok dapat didasarkan pada prestasi belajar dan akademik.

3. Menentukan skor awal, skor awal adalah nilai tes ulangan sebelumnya. Skor awal dapat berubah setelah ada tes kedua.

4. Mengatur tempat duduk, tempat duduk diatur perkelompok yang tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang.

5. Kerja kelompok, Sebelum dilaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD ada baiknya diadakan terlebih latihan kerja sama dalam kelompok yang bertujuan untuk mengenal individu dalam kelompok. Taniredja (2013: 64).

Menurut pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD memerlukan kerja sama antara siswa dan saling ketergantungan dalam struktur pencapaian tugas, tujuan, dan penghargaan. Belajar kooperatif tipe STAD dimana siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 4-5


(34)

19

orang yang heterogen untuk saling membantu antar anggota kelompok dalam penyelesaian tugas bersama.

F. Hipotesis Tindakan

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis menjadi teruji apabila semua gejala-gejala yang timbul tidak bertentangan dengan hipotesis tersebut (Nasution, 2007: 26)

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: “Jika model pembelajaran kooperatif tipe STAD diterapkan dengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat, maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 1 Suka Maju Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran semester ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014”.

G. Penelitian yang Relevan

Heiriyah (2012: 59) dalam penelitian yang berjudul: “Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Siswa Kelas IV SD Negeri 5 Bagelen Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran Tahun 2011/2012” menyimpulkan bahwa hasil penelitiannya terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam mata pelajarn matematika.


(35)

20

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian 1. Subjek

Subyek penelitain ini adalah seluruh siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 1 Suka Maju yang berjumlah seluruh siswa 20 orang yang terdiri dari 11 orang laki-laki dan 9 orang perempuan dengan tingkat kemampuan dan daya pikir berbeda. 2. Tempat

Tempat penelitian adalah Sekolah Dasar Negeri 1 Suka Maju yang beralamat di jalan Pasar Baru Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran.

3. Waktu

Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada semester genap, dari bulan April-Juni Tahun Pelajaran 2013/2014.

B. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui observasi dan tes. Observasi dilakukan menggunakan lembar observasi yang dilakukan oleh observer dengan memberi tanda √ (cheklis) pada lembar observasi selama proses pembelajaran


(36)

21

berlangsung. Tes dilakukan pada akhir setiap siklus untuk mengukur tingkat pemahaman siswa, sejauh mana siswa menguasai materi yang telah dibahas pada setiap siklus.

C. Instrument Penelitian

Instrument penelitian ini berupa lembar observasi, perangkat tes, dan catatan lapangan:

a. Lembar observasi adalah lembar yang digunakan untuk mengamati kegiatan siswa pada saat penelitian. Lembar observasi dibuat oleh peneliti.

b. Observasi adalah segala kegiatan siswa dan guru yang diamati oleh guru mitra.

c. Perangkat tes berbentuk soal uraian untuk mengukur kemampuan yang dicapai siswa atas mengikuti pembelajaran dalam satu siklus.

D. Teknik Analisis Data 1. Data hasil observasi

Analisis data yang dilakukan pada siswa setiap pertemuan, untuk menghitung presentase aktivitas siswa digunakan rumus berikut:

As = ∑SA X 100% ∑S

As = Persentase aktivitas siswa ∑SA = Jumlah siswa aktif

∑S = Jumlah siswa Tabel 3.1 Aktivitas Siswa


(37)

22

No Aspek yang diamati Skor

1 Memperhatikan penjelasan guru

2 Bertanya kepada guru/menjawab pertanyaan guru 3 Bekerja sama dengan baik pada saat diskusi 4 Mengerjakan latihan

5 Mengumpulkan tugas tepat waktu

Siswa dikatakan aktif jika melakukan minimal tiga dari lima komponen aktivitas pengamatan.

2. Data Hasil Belajar

Untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa digunakan rumus sebagai berikut. Ketuntasan = ∑ ST X 100%

∑ S

∑ST = Banyak siswa yang tuntas ∑S = Banyak siswa seluruhnya Tabel 3.2 Hasil Belajar Siswa

No Nama siswa Nilai Keterangan

1. A 2. B 3. C

Jumlah Rata-rata

E. Rencana Tindakan

Rencana tindakan dilakukan beberapa siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan meliputi kegiatan: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, refleksi. Hasil


(38)

23

dari refleksi suatu siklus yang telah dilakukan digunakan untuk merevisi rencana atau menyusun perencanaan pada siklus berikutnya.

Siklus Penelitian Tindakan

Arikunto, 2009: 65 Siklus I

1. Perencanaan

Dalam tahap menyusun perencanaan pembelajaran peneliti menentukan titik-tikik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat, RPP, Lembar Kerja Siswa, dan media sebagai bahan tes, pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung yang dibantu dengan guru mitra atau observer.

2. Pelaksanaan 1. Kegiatan Awal a. Berdoa

b. Mengabsen kehadiran siswa Perencanaan Siklus I Pelaksanaan Siklus II Perencanaan Siklus II Pelaksanaan Siklus I Pengamatan Siklus I Refleksi Siklus I Refleksi Siklus II Pengamatan Siklus II Dan seterusnya


(39)

24

c. Apersepsi dengan memberikan motivasi yang mengarah pada materi yang akan disajikan dengan bertanya penjumlahan bilangan.

2. Kegiatan Inti

a. Siswa diberi tes awal dan diperoleh skor awal.

b. Guru membagi siswa yang berjumlah 20 dalam 5 kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa dengan memiliki keragaman kemampuan kognitif, jenis kelamin dan sukunya.

c. Guru menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran. d. Memberi kesempatan siswa untuk bertanya

e. Guru membagikan LKS, siswa diminta mendiskusikan dalam kelompok masing-masing.

f. Guru membimbing siswa bekerja dalam kelompok dan memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran.

g. Perwakilan dari kelompok yang telah menyelesaikan tugasnya diminta untuk mempersentasikan hasil diskusi.

h. Semua kelompok mengumpulkan hasil kerjanya. i. Siswa kembali ke bangkunya masing-masing j. Guru memberikan penghargaan kelompok 3. Kegiatan Akhir

a. Guru memberi penguatan kepada siswa

b. Guru dan siswa bertanya jawab seputar materi dan melakukan refleksi pada setiap akhir kegiatan.

c. Guru memberikan kesimpulan dan tugas rumah.


(40)

25

3. Pengamatan

Pengamatan terhadap siswa dilakukan oleh guru mitra, dengan cara mengamati segala aktivitas siswa yang meliputi:

A. Memperhatikan penjelasan guru

B. Bertanya kepada guru/menjawab pertanyaan guru C. Bekerja sama dengan baik pada saat berdiskusi D. Mengerjakan latihan

E. Mengumpulkan tugas tepat waktu 4. Refleksi

Pada langkah refleksi, peneliti merenungkan tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan, merumuskan kelebihan dan kekurangannya. Kelebihannya dipertahankan, kekurangannya diperbaiki untuk siklus berikutnya.

Siklus II

1. Perencanaan

Dalam tahap menyusun perencanaan pembelajaran peneliti menentukan titik-tikik atau fokus peristiwa yang perlu diperbaiki dari siklus I, kemudian membuat, RPP, Lembar Kerja Siswa, dan media sebagai bahan tes, pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung yang dibantu dengan guru mitra atau observer.

2. Pelaksanaan 1. Kegiatan Awal a. Berdoa


(41)

26

b. Mengabsen kehadiran siswa

c. Apersepsi dengan memberikan motivasi yang mengarah pada materi pengurangan bilangan bulat.

2. Kegiatan Inti

a. Guru memberikan penguatan tentang materi pengurangan bilangan bulat. b. Guru memberikan contoh soal guna melatih kemampuan siswa.

c. Guru membagikan lembar soal kuis (tes) untuk menguji kemampuan siswa. d. Nilai-nilai hasil kuis (tes) siswa diperbandingkan dengan nilai akhir

matematika semester ganjil yang dijadikan sebagai skor dasar.

e. Nilai-nilai itu diberi hadiah berdasarkan pada seberapa tinggi peningkatan yang bisa mereka capai atau seberapa tinggi nilai itu melampaui skor dasar. f. Nilai-nilai dijumlah untuk mendapatkan nilai kelompok.

g. Kelompok yang bisa mencapai kriteria tertentu bisa mendapatkan sertifikat atau penghargaan tertentu.

3. Kegiatan Akhir

a. Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.

b. Guru bersama siswa menyimpulkan tentang materi pelajaran dan menginformasikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya. 4. Pengamatan

Pengamatan terhadap siswa dilakukan oleh guru mitra, dengan cara mengamati segala aktivitas siswa yang meliputi:

A. Memperhatikan penjelasan guru

B. Bertanya kepada guru/menjawab pertanyaan guru C. Bekerja sama dengan baik pada saat berdiskusi


(42)

27

D. Mengerjakan latihan

E. Mengumpulkan tugas tepat waktu 4. Refleksi

Pada langkah refleksi, peneliti merenungkan tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan, merumuskan kelebihan dan kekurangannya. Kelebihannya dipertahankan, kekurangannya diperbaiki untuk siklus berikutnya.

F. Indikator Keberhasilan

Pembelajaran dalam penelitian ini berhasil jika terpenuhi sebagai berikut: 1. Persentase aktivitas siswa minimal 80% .

2. Nilai rerata kelas sekurangnya 65.


(43)

54

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian dapat disimpulkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut. 1. Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD aktivitas siswa yang meliputi: memperhatikan penjelasan guru, bertanya kepada guru/menjawab pertanyaan, bekerja sama dengan baik pada saat diskusi, mengerjakan latihan, mengumpulkan tugas tepat waktu. Aktivitas siswa siklus I 75% siswa aktif dan pada siklus II aktivitas siswa meningkat menjadi 90% atau naik 15 poin dengan kategori sangat baik. 2. Hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD menunjukan peningkatan yang signifikan baik individu maupun kelompok. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar matematika pada siklus I dengan rata-rata 67,5 dan pada siklus II menjadi 79,47 atau naik 11,97 poin.

B. Saran


(44)

55

1. Bagi Siswa

Siswa diharapkan agar senantiasa membiasakan untuk belajar dan bekerja sama dengan teman sebaya, guna memperkaya ilmu pengetahuan dan informasi yang maksimal agar memperoleh hasil belajar yang lebih baik,

2. Bagi Guru

Bagi guru, upayakan untuk menggunakan variasi dalam pembelajaran untuk mencegah kejenuhan peserta didik dalam menerima ilmu, karena dengan adanya variasi siswa akan lebih terpancing untuk aktif dalam mengikuti pembelajaran.

3. Bagi Sekolah

Bagi sekolah, agar dapat melengkapi sarana dan prasarana yang dapat mendukung pembelajaran guna peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa.

4. Bagi Peneliti

Bagi para peneliti berikutnya, disarankan untuk mengembangkan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada SK atau KD yang lain maupun mata pelajaran lainnya.


(45)

56

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Reneka Cipta. Depdiknas. 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun

2005 Tentang Standar Pendidikan Nasional. Edward, L. Thorndike. 1949. Meaning Theori.

Eggen, P. D. and Kauchak, D.P. 1993. Learning and Teaching. 2nd ed. Needham Heighr, Massachussets: All and Bacon.

Hamalik, Oemar, 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Heiriyah. 2011. Meningkatkan Aktivitas dab Hasil Belajar Matematika Dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Siswa Kelas IV SD Negeri 5 Bagelen Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran Tahun 2011/2012

Ibrahi. 2000. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif. http:belajar.com/macam-macam-teori-belajar/ di download tanggal 4 Februari 2014.

Karso. 2010. Pendidikan Matematika I. Jakarta: Universita Terbuka. Kunandar. Model-model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Nimas Multima Mukhtar. 2005. Metode Pembelajaran yang Berhasil. Jakarta: Nimas Multimas Noehi, Nasution. Metode Penelitian. Jakarta. Grafindo.

Pargito. 2011. Penelitian Tindakan Kelas Bagi Guru dan Dosen. Bandar Lampung: Universitas Lampung


(46)

57

Soedjana, W. 1995. Definisi Matematika. http: pengertian-definisi-matematika/ didownload tanggal 10 Desember 2013.

Sriyono. 2000. Macam-macam Teori Belajar.

http:belajarpsikologi.com/macam-macam-teori-belajar/ di download tanggal 10 Desember 2013.

Taniredja, Tukiran. 2011. Model-model Pembelajaran Inovatif dan Efektif. Bandung: Alfabeta.

Tim, Bina, Karya, Guru. Terampil Berhitung Matematika Kelas IV.Jakarta: Erlangga

Trianto. 2009. Mendesai Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Surabaya: Rineka Cipta

Winataputra, U, S, 2007. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Yamin, Martinis. Metode Pembelajaran. Jakarta: Nimas Multimas

Zamroni, 2008. Model-model Pembelajaran. Jakarta: Dit. Pendidikan Lanjutan Pertama.


(1)

b. Mengabsen kehadiran siswa

c. Apersepsi dengan memberikan motivasi yang mengarah pada materi pengurangan bilangan bulat.

2. Kegiatan Inti

a. Guru memberikan penguatan tentang materi pengurangan bilangan bulat. b. Guru memberikan contoh soal guna melatih kemampuan siswa.

c. Guru membagikan lembar soal kuis (tes) untuk menguji kemampuan siswa. d. Nilai-nilai hasil kuis (tes) siswa diperbandingkan dengan nilai akhir

matematika semester ganjil yang dijadikan sebagai skor dasar.

e. Nilai-nilai itu diberi hadiah berdasarkan pada seberapa tinggi peningkatan yang bisa mereka capai atau seberapa tinggi nilai itu melampaui skor dasar. f. Nilai-nilai dijumlah untuk mendapatkan nilai kelompok.

g. Kelompok yang bisa mencapai kriteria tertentu bisa mendapatkan sertifikat atau penghargaan tertentu.

3. Kegiatan Akhir

a. Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.

b. Guru bersama siswa menyimpulkan tentang materi pelajaran dan menginformasikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya.

4. Pengamatan

Pengamatan terhadap siswa dilakukan oleh guru mitra, dengan cara mengamati segala aktivitas siswa yang meliputi:

A. Memperhatikan penjelasan guru

B. Bertanya kepada guru/menjawab pertanyaan guru C. Bekerja sama dengan baik pada saat berdiskusi


(2)

Pada langkah refleksi, peneliti merenungkan tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan, merumuskan kelebihan dan kekurangannya. Kelebihannya dipertahankan, kekurangannya diperbaiki untuk siklus berikutnya.

F. Indikator Keberhasilan

Pembelajaran dalam penelitian ini berhasil jika terpenuhi sebagai berikut: 1. Persentase aktivitas siswa minimal 80% .

2. Nilai rerata kelas sekurangnya 65.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian dapat disimpulkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut. 1. Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD aktivitas siswa yang meliputi: memperhatikan penjelasan guru, bertanya kepada guru/menjawab pertanyaan, bekerja sama dengan baik pada saat diskusi, mengerjakan latihan, mengumpulkan tugas tepat waktu. Aktivitas siswa siklus I 75% siswa aktif dan pada siklus II aktivitas siswa meningkat menjadi 90% atau naik 15 poin dengan kategori sangat baik. 2. Hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD menunjukan peningkatan yang signifikan baik individu maupun kelompok. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar matematika pada siklus I dengan rata-rata 67,5 dan pada siklus II menjadi 79,47 atau naik 11,97 poin.

B. Saran


(4)

dengan teman sebaya, guna memperkaya ilmu pengetahuan dan informasi yang maksimal agar memperoleh hasil belajar yang lebih baik,

2. Bagi Guru

Bagi guru, upayakan untuk menggunakan variasi dalam pembelajaran untuk mencegah kejenuhan peserta didik dalam menerima ilmu, karena dengan adanya variasi siswa akan lebih terpancing untuk aktif dalam mengikuti pembelajaran.

3. Bagi Sekolah

Bagi sekolah, agar dapat melengkapi sarana dan prasarana yang dapat mendukung pembelajaran guna peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa.

4. Bagi Peneliti

Bagi para peneliti berikutnya, disarankan untuk mengembangkan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada SK atau KD yang lain maupun mata pelajaran lainnya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Reneka Cipta. Depdiknas. 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun

2005 Tentang Standar Pendidikan Nasional. Edward, L. Thorndike. 1949. Meaning Theori.

Eggen, P. D. and Kauchak, D.P. 1993. Learning and Teaching. 2nd ed. Needham Heighr, Massachussets: All and Bacon.

Hamalik, Oemar, 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Heiriyah. 2011. Meningkatkan Aktivitas dab Hasil Belajar Matematika Dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Siswa Kelas IV SD Negeri 5 Bagelen Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran Tahun 2011/2012

Ibrahi. 2000. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif. http:belajar.com/macam-macam-teori-belajar/ di download tanggal 4 Februari 2014.

Karso. 2010. Pendidikan Matematika I. Jakarta: Universita Terbuka. Kunandar. Model-model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Nimas Multima Mukhtar. 2005. Metode Pembelajaran yang Berhasil. Jakarta: Nimas Multimas Noehi, Nasution. Metode Penelitian. Jakarta. Grafindo.

Pargito. 2011. Penelitian Tindakan Kelas Bagi Guru dan Dosen. Bandar Lampung: Universitas Lampung


(6)

10 Desember 2013.

Taniredja, Tukiran. 2011. Model-model Pembelajaran Inovatif dan Efektif. Bandung: Alfabeta.

Tim, Bina, Karya, Guru. Terampil Berhitung Matematika Kelas IV.Jakarta: Erlangga

Trianto. 2009. Mendesai Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Surabaya: Rineka Cipta

Winataputra, U, S, 2007. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Yamin, Martinis. Metode Pembelajaran. Jakarta: Nimas Multimas

Zamroni, 2008. Model-model Pembelajaran. Jakarta: Dit. Pendidikan Lanjutan Pertama.


Dokumen yang terkait

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam meningkatkan hasil belajar akidah akhlak: penelitian tindakan kelas di MA Nihayatul Amal Karawang

0 10 156

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIVEMENT DIVISIONS (STAD) SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI KERTASANA KECAMATAN KEDONDONG PESAWARAN

0 14 42

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIVEMENT DIVISIONS SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI 1 WAY HARONG KECAMATAN WAY LIMA KABUPATEN PESAWARAN 2012/2013

0 6 47

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA SISWA KELAS IV SD N 4 YOGYAKARTA KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TP 2013/2014

0 15 93

JUDUL INDONESIA: PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIVEMENT DIVISIONS (STAD) KELAS IV SDN 4 GUNUNGSARI KEDONDONG KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2013/2014

0 4 38

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIVEMENT DIVISIONS (STAD) KELAS IV SDN 4 GUNUNGSARI KEDONDONG KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2013/2014

0 5 42

JUDUL INDONESIA: PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKN DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIVEMENT DIVISIONS (STAD) KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI 5 BAGELEN KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN TP 2013/2014

0 27 42

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKN DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIVEMENT DIVISIONS (STAD) KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI 5 BAGELEN KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN TP 2013/2014

0 6 44

PENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIVEMENT DIVISIONS (STAD) KELAS IV SD NEGERI SRI BASUKI KECAMATAN NEGERI BESAR KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2013/2014

0 2 44

Peningkatan hasil belajar PKN siswa kelas IV MI Attaqwa Bekasi Utara melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)

0 5 152