commit to user
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusiaa, pendidikan adalah hak setiap warga negara sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa
yang akan berpengaruh terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan tidak hanya akan melahirkan sumber daya manusia berkualitas,
memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga dapat menumbuhkan iklim bisnis yang sehat dan kondusif bagi pertumbuhan
ekonomi. Pendidikan merupakan jalan menuju kemajuan dan pencapaian
kesejahteraan sosial dan ekonomi, Undang-undang No 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa,
pendidikan juga
bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
commit to user kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Senada UUD 1945 pasal 31 ayat 5 menyatakan bahwa “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai
agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia”. Sedangkan kegagalan membangun pendidikan akan melahirkan
berbagai problematika krusial seperti pengangguran dan kriminalitas. Masalah pengangguran di Indonesia sekarang ini sudah mencapai kondisi
yang sangat memprihatinkan, ini ditandai dengan jumlah pengangguran yang sangat besar, menurut Badan Pusat Statistik Nasional, tingkat pengangguran
terbuka pada pada Agustus 2011 mencapai angka 6,56 dari jumlah angkatan kerja sebesar 117,4juta jiwa. Walaupun angka ini menurun dari Februari 2011
jumlah penggangguran sebesar 6,80 dari jumlah angkatan kerja sebanyak 119,4juta jiwa
www.bps.go.id . Diakses 22 November 2011, namun persoalan ini
jika tidak memperoleh perhatian serius akan berdampak buruk karena penggangguran merupakan sumber utama kemiskinan, dapat mendorong
peningkatan keresahan sosial dan kriminal serta dapat menghambat pembangunan dalam jangka panjang
Besarnya penggangguran salah satu disebakan oleh ketimpangan jumlah penawaran kerja dan permintaan kerja. Pertumbuhan angkatan kerja yang sejalan
dengan pertumbuhan jumlah penduduk tidak diimbangi dengan tumbuhnya lapangan kerja. Salah satu alternatif pemecahan masalah ini adalah dengan
penciptaan lapangan kerja baru maupun dengan menumbuhkan para wirausaha baru
commit to user Minimnya jumlah wirausaha di Indonesia disebabkan mayoritas angkatan
kerja lebih memilih mencari pekerjaan dibandingkan dengan berwirausaha. Sepanjang tahun 2006, Kasmir 2007 telah melakukan wawancara terhadap
sekitar 500 mahasiswa di enam perguruan tinggi PT di Jakarta, masing-masing mewakili PT kelas bawah, kelas menengah, dan kelas atas mengenai motivasi
berwirausaha menunjukkan hasil yang cukup merisaukan, sekitar 76 mahasiswa menjawab akan melamar kerja, 4 menjawab ingin berwirausaha selebihnya
ingin menjadi karyawan sambil berwirausaha. Penelitian ini menunjukkan orientasi mahasiswa setelah lulus adalah mencari kerja dan bukan menciptakan
lapangan kerja. Pola pikir seperti ini harus segera dirubah sebelum terjadi penumpukan angkatan kerja. Pola pikir yang harus dikembangkan adalah
menjadikan kewirausahaan sebagai cita-cita para generasi muda. Proporsi wirausaha Indonesia diperkirakan baru sekitar 0,24 dari total
populasi, angka ini cukup tertinggal dibanding Negara-negara lain, Singapura memiliki 7,2, Malaysia 2,1 , Thailand 4,8, Korea Selatan 4,0 dan Amerika
Serikat 11,5 dari seluruh populasi penduduknya www.depkop.go.id
. Diakses 22 Juni2011, Padahal Pemerintah telah mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor
4 Tahun 1995 tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan Kewirausahaan. Instruksi ini mengamanatkan kepada seluruh masyarakat dan
bangsa Indonesia untuk mengembangkan program-program kewirausahaan, karena budaya wirausaha merupakan kunci untuk menurunkan angka
pengangguran, menumbuhkan ekonomi kerakyatan, dan mendukung pengentasan kemiskinan
commit to user Kewirausahaan merupakan salah satu pilar pertumbuhan ekonomi suatu
Negara, karena wirausaha merupakan golongan yang akan terus menerus melakukan inovasi pada setiap bidang usahanya. Inovasi akan meningkatkan
produktivitas usaha yang akan meningkatkan perekonomian. Menurut data BPS Nasional per Agustus 2011 angkatan kerja lulusan
sarjana yang menganggur sebanyak 8,02 , Lulusan Diploma berada pada 7,16 , SMK 10,43, SMA 10,66 , SMP 8,37, dan SD sebesar 3,56
www.bps.go.id . Diakses 22 November 2011. Berdasarkan data tersebut dapat
terlihat bahwa lembaga pendidikan formal belum mampu menghantarkan peserta didik kepada kesejahteraan.
Lembaga pendidikan formal sebagai sarana pembentuk sumber daya manusia dirasa kurang dapat menumbuhkan jiwa kewirausahaan para generasi
muda Indonesia. Lembaga pendidikan, guru, sekolah terbatas hanya memberi pengetahuan kewirausahaan hanya bersifat kognitif. Pendidikan kewirausahaan di
sekolah selama ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai- nilai, dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan
sehari-hari padahal kewirausahaan merupakan ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidupnya
oleh karena itu kewirausahaan tidak cukup diberikan dalam pembelajaran kelas namun juga memerlukan pelatihan. Untuk dapat meningkatkan proporsi
wirausaha di Indonesia maka dibutuhkan alternatif baru pembelajaran kewirausahaan yang berorientasi pada pembentukan karakter dan perilaku
wirausaha.
commit to user Pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan memiliki potensi yang
strategis dalam kehidupan masyarakat. Dewasa ini pesantren tidak hanya memposisikan dirinya sebagai lembaga pendidikan keagamaan namun juga
sebagai lembaga pencetak sumberdaya handal dan sebagai lembaga yang melakukan pemberdayaan pada masyarakat. Salah satunya adalah Pesantren
Wirausaha Agrobisnis Abdurrahman Bin Auf Pesantren Wirausaha Agrobisnis Abdurrahman Bin Auf Perwira AbA
tidak hanya berkutat pada masalah keagamaan namun juga melakukan pemberdayaan ekonomi, Pesantren yang didirikan pada tahun 2000 ini selain
memberikan bimbingan bidang keagamaan juga memberikan bimbingan kewirausahaan, dengan visi “ Menjadi lembaga pendidikan dengan kemampuan
mewujudkan jaringan bisnis yang kuat dengan ditopang para pengusaha yang professional mandiri dan berkepribadian islam”. Lulusan Pesantren Wirausaha
Agrobisnis Abdurahman bin Auf diharapkan bisa menjadi wirausahawan yang profesional, mandiri dan berkepribadian Islam, serta mampu menjalin jaringan
bisnis yang kokoh Pembelajaran kewirausahaan yang dilakukan di Pesantren Wirausaha
Agrobisnis Abdurrahman Bin Auf tidak hanya berada didalam kelas namun juga adanya pemberian keterampilan khusus sebagai pendukung terbentuknya mental
dan perilaku wirausaha. Adanya alternatif model pembelajaran kewirausahaan ini diharapkan mampu mengurangi jumlah pengangguran yang ada dan menjadi
inspirasi berbagai lembaga pendidikan dalam menumbuhkan jiwa wirausaha
commit to user Pesantren Wirausaha Agrobisnis Abdurrahman Bin Auf sejak didirikan
pada tahun 2000 telah menghasilkan 60 lulusan yang telah menjadi wirausaha. Dari hasil tersebut terlihat bahwa pembelajaran kewirausahaan yang digunakan di
Pesantren Wirausaha Agrobisnis Abdurrahman Bin Auf terbukti dapat meningkatkan jumlah wirausaha di Indonesia. Pembelajaran kewirausahaan yang
dilakukan di Perwira AbA memadukan unsur kepribadian islam, kemandirian dan juga profesionalisme.
Berdasar penelitian awal yang dilakukan terhadap santri angkatan tahun 2011 dapat diketahui bahwa 94 santri ketika masuk ke Perwira AbA telah
memiliki keinginan berwirausaha. Penelitian awal juga menunjukkan bahwa pembelajaran kewirausahaan yang dilakukan di Perwira AbA sangat baik hal ini
juga didukung oleh layanan pengajar kewirausahaan yang baik didalam maupun diluar jam pelajaran, penguasaan guru terhadap materi pembelajaran sangat baik
dengan cara mengajar yang baik. Pemberian bekal keterampilan di Perwira AbA dirasa sangat baik dan meningkatkan keinginan menjadi wirausaha. Dari
penelitian awal diketahui 50 santri puas dengan pelayanan pembelajaran di Perwira AbA dan daya tarik utama Perwira AbA 75 santri menjawab karena
pendidikan kewirausahaan dan menurut mereka hambatan terbesar menjadi wirausaha adalah kendala modal. Untuk mengatasi hambatan ini Perwira AbA
memberikan bantuan berupa modal untuk usaha-usaha potensial santri agar terus dapat berkembang
Pembelajaran di Pesantren Wirausaha Agrobisnis Abdurrahman Bin Auf dapat meningkatkan minat berwirausaha santrinya, pembelajaran ini apabila
commit to user diterapkan di tempat yang lain diharapkan dapat meningkatkan jumlah wirausaha
Indonesia. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengkaji pembelajaran kewirausahaan yang dilakukan di Pesantren Wirausaha Agrobisnis Abdurrahman
Bin Auf Klaten
B. Penegasan Istilah