PELAKSANAAN PROGRAM PEMBUATAN KTP BERSUBSIDI DENGAN SIAK DI KOTA METRO TAHUN 2008 (Tinjauan dari Perspektif Pengembangan Organisasi)

(1)

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF SUBSIDIZED ID CARD MAKING PROGRAM BY SIAK AT METRO CITY IN 2008

(Review from The Perspective Of Organizational Development)

BY

PURI WIDIASTUTI

Since the issuance of Law Number 23 Year 2006 concerning Population Administration population administration in Indonesia which expected to forward neatly with demographic data base to build a good and accurate, one of them by issuing ID cards SIAK. In the year 2008 Metro City Government held a program subsidized by SIAK making ID cards. However, the implementation of this program is not supported with adequate equipment, while related to procedural, time spent making the ID cards for weeks to generate a negative response from the community. The problems that occurred during the execution of this program subsidized the manufacture ID cards must be immediately repaired, one of them with organizational development. Development organizations need to be done so that the organization can adapt to environmental changes that occurred with the passing of this program. Organizational development are also needed to enhance organizational effectiveness.

This study aims to describe and analyze the cause of making efforts to improve services subsidized by SIAK KTP in the Metro City is still considered less than optimal by the community, the obstacles that occurred during the execution of this program, and development organizations that performed on this program. This research is descriptive research that uses qualitative research methods. Data collection techniques used were interviews, documentation, and observation. Data analysis is data reduction, data presentation, and drawing conclusions.

Results of this research is the cause of improvement of public services at the subsidized ID card-making program by SIAK at Metro City in 2008 is still considered less than optimal by the society which are (1) the procedure is still


(2)

considered complicated by the society, because it must pass through several stages starting from RT, village, district, until the Office of Population and Civil Registration, (2) the terms of the settlement of the ID cards-making is taking to long, up to weeks and weeks even in the Central Metro District can be reached one month (3) the lack of facilities and infrastructure and implementing a number of constraints the implementation of ID card program subsidized. Constraints which are encountered during the implementation of subsidized ID card-making program by SIAK in Metro City Year in 2008 include (1) lack of equipment to process data entry and print the document, there is only one computer in each sub-district offices and eight computers in the office of Metro City Population and Civil Registry. (2) Lack of human resources personnel who handle data entry and printing the documents, there are only two operators in each district. (3) The high enthusiast communities on the subsidized ID card-making program, making ID card number of applicants rose sharply, so that the service period is longer. In the implementation of subsidized ID card-making program by SIAK in Metro City 2008 Population and Civil Registration Agency of Metro City to develop the organization covers (1) training from the Office of Population, Civil Registration and Transmigration of Lampung Province which held twice a year and training from the Directorate General of Administration Population Department of the Interior also held training held once a year. (2) Consultation with external partners such consultation process which called the third person. These consulting activities related to computer equipment. Population and Civil Registration Agency of Metro City to invite consultants to use computer equipment for printing ID cards and documents other population. (3) The development team, one of them is holding a coordination meeting once every two months to evaluate the performance of organization for two months, addressing issues and solving problems. There are also monthly meetings are held every month in office, attended by all sectors and all cation. (4) Feedback survey was conducted based on the monthly meetings of evaluation results are then used as a material consideration of problem solving and whether or not made changes to organizational development. (5) In the office of Metro City Population and Civil Registry group supervisor, registrar, verification data, and operators to meet their own to apply their own perceptions of their own group and other groups. The groups then met to discuss similarities and differences in their perceptions.


(3)

ABSTRAK

PELAKSANAAN PROGRAM PEMBUATAN KTP BERSUBSIDI DENGAN SIAK DI KOTA METRO TAHUN 2008

(Tinjauan dari Perspektif Pengembangan Organisasi) OLEH

PURI WIDIASTUTI

Sejak diterbitkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan diharapkan administrasi kependudukan di Indonesia ke depan tertata rapi dengan membangun data base kependudukan yang baik dan akurat, salah satunya dengan menerbitkan KTP SIAK. Pada tahun 2008 Pemerintah Kota Metro mengadakan program pembuatan KTP bersubsidi dengan SIAK, namun pada pelaksanaannya program ini tidak didukung dengan peralatan yang memadai. Prosedur waktu pembuatan KTP yang menghabiskan waktu hingga berminggu-minggu menimbulkan tanggapan negatif dari masyarakat. Masalah-masalah yang terjadi selama pelaksanaan program pembuatan KTP bersubsidi ini harus segera diperbaiki. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Metro sebagai organisasi yang menangani pelaksanaan program ini perlu melakukan pengembangan organisasi. Pengembangan organisasi perlu dilakukan agar organisasi dapat menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan yang terjadi seiring berjalannya program ini. Pengembangan organisasi juga diperlukan untuk meningkatkan keefektifan organisasi.

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan menganalisis penyebab upaya peningkatan pelayanan pembuatan KTP bersubsidi dengan SIAK di Kota Metro masih dinilai kurang optimal oleh masyarakat, kendala-kendala yang terjadi selama pelaksanaan program ini, dan pengembangan organisasi yang dilakukan pada program ini. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yang menggunakan metode penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, dokumentasi, dan observasi. Analisis data yang dilakukan adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.


(4)

Hasil dari penelitian ini adalah Penyebab upaya peningkatan pelayanan publik pada program pembuatan KTP bersubsidi dengan SIAK di Kota Metro Tahun 2008 masih dinilai kurang optimal oleh masyarakat diantaranya yaitu (1) prosedur yang masih dinilai rumit oleh masyarakat, karena harus melalui beberapa tahap mulai dari RT, kelurahan, kecamatan, hingga Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, (2) jangka waktu penyelesaian KTP yang lama, hingga berminggu minggu bahkan di Kecamatan Metro Pusat dapat mencapai satu bulan (3) kurangnya sarana dan prasarana serta jumlah pelaksana yang menjadi kendala pelaksanaan program KTP bersubsidi. Kendala-kendala yang dihadapi selama pelaksanaan program KTP bersubsidi dengan SIAK di Kota Metro Tahun 2008 diantaranya (1) kurangnya sarana peralatan untuk proses entri data dan cetak dokumen, hanya ada satu perangkat komputer di tiap kantor kecamatan dan delapan perangkat komputer di kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Metro. (2) Kurangnya personil sumber daya manusia yang menangani entri data dan cetak dokumen, hanya ada dua operator di tiap kecamatan. (3) Tingginya antusias masyarakat pada program pembuatan KTP bersubsidi membuat jumlah pemohon pembuatan KTP meningkat tajam. Dalam pelaksanaan program pembuatan KTP bersubsidi dengan SIAK di Kota Metro tahun 2008 Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Metro melakukan pengembangan organisasi meliputi (1) pelatihan dari Dinas Kependudukan, Pencatatan Sipil dan Transmigrasi Provinsi Lampung diadakan dua kali dalam satu tahun dan pelatihan dari Direktorat Jenderal Administrasi Kependudukan Departemen Dalam Negeri juga mengadakan pelatihan yang diadakan satu kali dalam setahun. (2) Konsultasi dengan pihak luar semacam konsultasi proses disebut rekanan orang ketiga. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Metro mengundang konsultan untuk penggunaan peralatan komputer untuk pencetakan KTP dan dokumen kependudukan lainnya. (3) Pembangunan tim, salah satunya diadakannya rapat koordinasi tiap dua bulan satu kali untuk mengevaluasi kinerja organisasi selama dua bulan, penyampaian masalah dan memecahan masalah. Ada juga rapat bulanan yang diadakan tiap bulan di dinas, dihadiri oleh semua bidang dan semua kasi. (4) Umpan balik survei dilakukan berdasarkan data hasil evaluasi rapat bulanan yang kemudian digunakan sebagai bahan pemecahan masalah dan pertimbangan perlu atau tidaknya dilakukan perubahan untuk pengembangan organisasi. (5) Pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Metro kelompok supervisor, registrar, verifikasi data, dan operator bertemu sendiri-sendiri untuk mendaftar persepsi yang mereka miliki terhadap kelompok sendiri-sendiri dan kelompok lain. Kelompok-kelompok tersebut kemudian bertemu untuk membahas persamaan dan perbedaan persepsi mereka.


(5)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Program pembuatan KTP bersubsidi dengan SIAK di Kota Metro tahun 2008 telah dilaksanakan untuk peningkatan pelayanan pembuatan KTP, namun upaya yang telah dilakukan masih dinilai kurang optimal oleh masyarakat karena (1) prosedur yang masih dinilai rumit oleh masyarakat, karena harus melalui beberapa tahap mulai dari RT, kelurahan, kecamatan, hingga Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, (2) jangka waktu penyelesaian KTP yang lama, hingga berminggu minggu bahkan di Kecamatan Metro Pusat dapat mencapai satu bulan (3) kurangnya sarana dan prasarana serta jumlah pelaksana yang menjadi kendala pelaksanaan program KTP bersubsidi.


(6)

2. Kendala-kendala yang dihadapi selama pelaksanaan program KTP bersubsidi dengan SIAK di Kota Metro Tahun 2008 diantaranya (1) kurangnya sarana peralatan untuk proses entri data dan cetak dokumen, hanya ada satu perangkat komputer di tiap kantor kecamatan dan delapan perangkat komputer di kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Metro. (2) Kurangnya personil sumber daya manusia yang menangani entri data dan cetak dokumen, hanya ada dua operator di tiap kecamatan. (3) Tingginya antusias masyarakat pada program pembuatan KTP bersubsidi membuat jumlah pemohon pembuatan KTP meningkat tajam, sehingga tenggang waktu pelayanan menjadi lebih lama.

3. Dalam pelaksanaan program pembuatan KTP bersubsidi dengan SIAK di Kota Metro tahun 2008 Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Metro melakukan pengembangan organisasi meliputi (1) pelatihan dari Dinas Kependudukan, Pencatatan Sipil dan Transmigrasi Provinsi Lampung diadakan dua kali dalam satu tahun dan pelatihan dari Direktorat Jenderal Administrasi Kependudukan Departemen Dalam Negeri juga mengadakan pelatihan yang diadakan satu kali dalam setahun. (2) Konsultasi dengan pihak luar semacam konsultasi proses disebut rekanan orang ketiga. Kegiatan ini berhubungan dengan konsultasi peralatan komputer. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Metro mengundang konsultan untuk penggunaan peralatan komputer untuk pencetakan KTP dan dokumen kependudukan lainnya. (3) Pembangunan tim, salah satunya diadakannya rapat koordinasi tiap dua bulan satu kali untuk mengevaluasi kinerja oranisasi selama dua bulan, penyampaian


(7)

masalah dan memecahan masalah. Ada juga rapat bulanan yang diadakan tiap bulan di dinas, dihadiri oleh semua bidang dan semua kasi. Selain itu, bila ada masalah sewaktu-waktu juga dapat diadakan rapat tim tersendiri sesuai dengan bidangnya. (4) Umpan balik survei yang dilakukan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Metro dapat dilakukan berdasarkan data hasil evaluasi rapat bulanan yang kemudian dapat digunakan sebagai bahan untuk mengidentifikasi masalah dan menjernihkan isu-isu yang mungkin menimbulkan kesulitan. Data tersebut lalu digunakan sebagai bahan pemecahan masalah dan pertimbangan perlu atau tidaknya dilakukan perubahan untuk pengembangan organsasi. (5) Pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Metro kelompok supervisor, registrar, verifikai data, dan operator bertemu sendiri-sendiri untuk mendaftar persepsi yang mereka miliki terhadap kelompok sendiri dan kelompok lain. Kelompok-kelompok tersebut kemudian bertemu untuk membahas persamaan dan perbedaan persepsi mereka.

B. SARAN

1. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Metro perlu melakukan pengembangan organisasi untuk mengimbangi perubahan yang terjadi di lingkungannya demi meningkatkan keefektifan organisasi. Pengembangan organiasi yang dilakukan adalah pelatihan kepekaan dengan cara mengajak para anggota Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Metro ke suatu lingkungan yang bebas dan terbuka misalnya taman atau rumah makan, kemudian para anggota membicarakan diri mereka sendiri dan


(8)

proses interaksi antara diri sendiri dan lingkungan kerjanya. Pada saat itu mereka mengungkapkan apa yang terjadi dan apa yang mereka rasakan selama bekerja. Bersamaan dengan itu mereka mendengarkan pengarahan yang tidak ketat dari seorang pembicara perilaku yang profesional.

2. Selain pengembangan organisasi berupa pelatihan kepekaan, pengembangan organisasi yang perlu dilakukan adalah penyelidikan apresiatif. Penyelidikan apresiatif adalah pendekatan yang berusaha untuk mencari kekuatan-kekuatan tertentu dari organisasi tersebut, yang selanjutnya dapat digunakan untuk memperbaiki kinerjanya.

3. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Metro harus memperbaiki sarana dan prasarana, yaitu peningkatan jumlah unit perangkat komputer di tiap kecamatan.

4. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Metro harus menambah jumlah operator pengentri data dan pencetak dokumen di tiap kecamatan.

5. Masyarakat sebagai warga yang baik harus memahami pentingnya kelengkapan persyaratan dan prosedur dalam pembuatan KTP dengan benar. Hal tersebut agar lebih memudahkan petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan benar dan memuaskan.


(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Admninistrasi Kependudukan disebutkan bahwa penduduk adalah Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang bertempat tinggal di Indonesia. Penduduk merupakan subjek sekaligus objek pembangunan, oleh sebab itu keberadaan penduduk perlu adanya pencatatan atau registrasi. Registrasi merupakan kegiatan awal dan kunci dalam mewujudkan tertib dokumen kependudukan.

Selama ini administrasi kependudukan Indonesia memprihatinkan dikarenakan kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung, sehingga sulit untuk membangun sistem administrasi kependudukan dengan data base penduduk yang baik dan akurat. Oleh karena itu sering terjadinya pemalsuan atau penggandaan KTP, sehingga warga Indonesia dapat memiliki KTP lebih dari satu, bahkan warga negara asing yang tidak bertempat tinggal di Indonesia bisa memiliki KTP Indonesia.


(10)

Sejak diterbitkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan diharapkan administrasi kependudukan ke depan tertata rapi dengan membangun data base kependudukan yang baik dan akurat, dan masyarakat hanya boleh memiliki satu KTP. Substansi utama undang-undang ini adalah pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil. Adapun salah satu usaha pemerintah dalam membangun data base kependudukan yang baik dan akurat adalah dengan menerapkan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK).

Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, Sistem Informasi Administrasi Kependudukan yang selanjutnya disingkat SIAK adalah sistem informasi yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi pengelolaan informasi administrasi kependudukan di tingkat Penyelenggara dan Instansi Pelaksana sebagai satu kesatuan. Melalui model KTP SIAK, data kependudukan daerah hingga nasional akan menjadi data base yang dapat menyajikan berbagai profil kependudukan untuk berbagai kepentingan. Single identity number (SIN) yang ada pada KTP SIAK juga bisa dimanfaatkan oleh kepolisian untuk melacak pelaku kejahatan, perguruan tinggi untuk berbagai penelitian, bahkan untuk kepentingan investor yang akan menanamkan investasinya di sebuah daerah.

Penerapan teknologi informasi, selain dimaksudkan untuk mengintegrasikan pencatatan sipil dengan pendaftaran penduduk, juga untuk meminimalisasi campur tangan manusia, sehingga nilai validitas dan kehandalan data informasi kependudukan yang disajikan tetap tinggi (terpercaya). Untuk mewujudkan


(11)

beroperasinya SIAK yang terpadu secara nasional, diperlukan dukungan komitmen serta kesamaan persepsi, visi, misi dari seluruh penyelenggaraan atau pelaksana administrasi kependudukan baik di tingkat pusat maupun daerah, mengingat SIAK yang terpadu dan handal mencirikan negara yang modern, karena dapat mendukung pelayanan publik dan perlindungan penduduk secara efisien dan efektif.

Di Provinsi Lampung, salah satu kota yang telah menerapkan KTP SIAK adalah Kota Metro, yang merupakan kota pertama di Lampung yang menerapkan SIAK. Landasan penerapan KTP SIAK berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan. Selanjutnya Walikota Metro menerbitkan Peraturan Walikota Metro Nomor 08 Tahun 2006 Tanggal 24 April 2006 Tentang Penerapan SAK (Sistem Administrasi Kependudukan).

Penerapan SIAK di Metro adalah demi peningkatan kualitas pelayanan publik. Namun, pelayanan publik di Indonesia yang cenderung dinilai buruk oleh masyarakat sudah menjadi cerita yang selalu dibicarakan, salah satunya pelayanan dalam pembuatan KTP. Seperti di Kota Metro, proses pembuatan KTP yang menghabiskan waktu hingga berminggu-minggu, dan biaya pembuatan yang mencapai Rp.20.000,00. Selain itu, prosedur yang masih dinilai rumit oleh masyarakat contohnya apabila warga akan membuat KTP harus membuat surat pengantar dari RT, setelah itu berkas diserahkan ke kantor kelurahan, selanjutnya oleh petugas kelurahan berkas persyaratan yang diajukan oleh warga diserahkan ke kantor kecamatan untuk diproses pembuatannya. (hasil wawancara dengan Pak


(12)

Somad salah satu staf kecamatan Metro Selatan dan Dedi salah satu warga Kota Metro, pada tanggal 20 Agustus 2009)

Kemudian ditemukannya KTP palsu yang dibuat tanpa prosedural, tanda tangan di KTP bukan tanda tangan sah spesimen, tapi hasil scanner, dan untuk biaya pembuatannya dikenakan Rp.50.000/orang. Pembuatan KTP dengan memanipulasi data ini digunakan untuk jemaah calon haji dari luar Kota Metro. Hasil temuan tim, 283 warga ber-KTP Metro Pusat, tetapi bukan warga Metro Pusat. Hal serupa juga terjadi di Metro Timur yang terdapat 134 warga, di Metro Barat terdapat 223 warga yang bukan orang Metro membuat KTP di sana, di Metro Utara jumlahnya 28 orang. (www.lampungpost.com, 24 April 2007)

Untuk mengatasi masalah buruknya pelayanan pembuatan KTP, pada awal tahun 2008 Pemerintah Kota Metro mengadakan program pembuatan KTP bersubsidi. Peneliti tertarik untuk meneliti tentang program pembuatan KTP bersubsidi ini karena Kota Metro merupakan pelaksana program ini untuk pertama kalinya di Provinsi Lampung. Program pembuatan KTP bersubsidi ini dilaksanakan berdasarkan Surat Keputusan Walikota Metro Nomor: 26/KPTS/B-5/2008 Tentang Pembuatan Kartu Tanda Penduduk Bersubsidi dengan Sistem Informasi dan Administrasi Kependudukan (SIAK) Kota Metro Tahun 2008. Dengan dilaksanakannya program pembuatan KTP bersubsidi ini diharapkan:

1. tidak ada lagi warga Kota Metro yang tidak memiliki KTP,

2. tidak ada lagi warga Kota Metro yang memiliki KTP tanpa Nomor Induk Keluarga (NIK). KTP NIK juga bermanfaat untuk mendukung kesehatan masyarakat, karena jika warga ingin mendapatkan


(13)

pembebasan biaya berobat di puskesmas, maka warga harus memiliki KTP.

3. memudahkan pendataan penduduk untuk pilkada dan pemilu. Jika sudah memiliki KTP NIK, pemilih cukup menunjukkan KTP NIK untuk memilih karena mereka sudah terdaftar sebagai pemilih. (www.lampungpost.com, 30 Januari 2008)

Program KTP bersubsidi ini untuk menjangkau 106 ribu wajib KTP di Kota Metro. Saat ini sebanyak 71.571 warga Kota Metro telah memiliki KTP yang berbasis SIAK. Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Metro, per 31 Oktober 2008, 30.970 warga diantaranya mendapatkan KTP SIAK secara gratis. Data tersebut ditunjukkan dengan Tabel 1.

Tabel 1. Data Wajib KTP dan Pemilik KTP SIAK Kota Metro

No Kecamatan KK Wajib KTP KTP

SIAK

KTP SIAK Gratis 1 Metro Pusat 12.256 36.050 23.323 8.993 2 Metro Utara 6.548 17.263 11.963 6.420 3 Metro Barat 6.057 16.843 11.468 5.071 4 Metro Timur 8.834 26.298 17.970 7.057 5 Metro Selatan 3.770 10.167 6.847 3.429

TOTAL 37.468 106.621 71.571 30.970

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Metro, 31 Oktober 2008


(14)

Program pembuatan KTP bersubsidi ini ditujukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik yang ada di Kota Metro, khususnya pelayanan dalam pembuatan KTP. Sebagaimana telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, standar pelayanan sekurang-kurangnya meliputi dasar hukum; persyaratan; sistem, mekanisme, dan prosedur; jangka waktu penyelesaian; biaya/tarif; produk pelayanan; sarana, prasarana, dan/atau fasilitas; kompetensi pelaksana; pengawasan internal; penanganan pengaduan, saran, dan masukan; jumlah pelaksana; jaminan pelayanan yang memberikan kepastian pelayanan dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan; jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan dalam bentuk komitmen untuk memberikan rasa aman, bebas dari bahaya, dan risiko keragu-raguan; dan evaluasi kinerja pelaksana.

Berkaitan dengan peningkatan kualitas pelayanan, tentunya disertai dengan peningkatan kualitas organisasi yang bersentuhan langsung dengan pelaksanaan program ini, terutama aparat yang menjadi teknis pelaksana pembuatan KTP. Sebelum diadakan program KTP bersubsidi pada tahun 2008 ini, sistem administrasi kependudukan di Kota Metro memang sudah menggunakan SIAK sejak tahun 2006. Aparat yang bekerja di kantor kecamatan dan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil telah mengikuti beberapa diklat yang diadakan oleh Departemen Dalam Negeri. Diklat tersebut antara lain Diklat TOT Capil, Diklat Sistem Administrasi Kependudukan (SAK), Diklat Catatan Sipil, Diklat TOT Pendaftaran Penduduk, dan Diklat Sistem Informasi Admnistrasi Kependudukan (SIAK). (http://badandiklat.depdagri.go.id/?cat=226, diakses pada 4 Agustus 2009) Selain mengikuti diklat, dalam pelaksanaan program KTP bersubsidi, Pemerintah Kota Metro telah menyiapkan aparat yang siap bekerja


(15)

lembur karena dipastikan permintaan pembuatan KTP akan melonjak. Untuk memberikan balas jasa terhadap aparat yang bekerja lembur, mereka diberikan insentif.

Walaupun telah diupayakan untuk melakukan peningkatan kualitas pelayanan, namun program ini tidak berjalan semulus yang dibayangkan, masih terjadi masalah-masalah, salah satunya masalah teknis. Program pembuatan KTP bersubsidi ini belum didukung peralatan yang memadai. Hal ini justru menghambat pelayanan pembuatan KTP, contohnya Kecamatan Metro Pusat yang mengalami hambatan teknis ini. Perangkat komputer yang digunakan untuk meng-entry data hanya dua unit dengan dua operator. Itu pun satu unit berada di kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Metro. Jadi yang beroperasi di kecamatan hanya satu unit. (www.lampungpost.com, 27 Februari 2008)

Selain masalah teknis tersebut, ada alasan yang membuat masyarakat enggan membuat KTP sekalipun gratis, yaitu lunas PBB masih menjadi persyaratan mutlak untuk membuat KTP. Dari hasil laporan masyarakat ke KOMISI B DPRD Kota Metro, diantaranya yang mencuat adalah masih kurangnya sosialisasi pada tingkat bawah, sehingga masih banyak yang belum mengerti pentingnya memiliki KTP dengan sistem SIAK, dan paling dominan dikaitkannya pembuatan KTP dengan pelunasan KTP sebagai persyaratan mutlak. (www.lampungpost.com, 24 Desember 2008). Menurut Dra. Farida, kepala bidang pendaftaran penduduk Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Metro, sebenarnya tanda lunas PBB tidak mejadi syarat mutlak dalam mekanisme pembuatan KTP. Hal ini digunakan pihak kecamatan untuk memancing warga agar melunasi PBB-nya.


(16)

(hasil wawancara dengan Dra. Farida, kepala bidang pendaftaran penduduk Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Metro, 14 Agustus 2009)

Berkaitan dengan prosedural, waktu pembuatan KTP yang menghabiskan waktu lama hingga berminggu-minggu, juga menjadi masalah yang timbul sejak berjalannya program ini. Masalah ini terjadi disebabkan oleh peralatan yang kurang memadai dan aparatur yang tidak bekerja sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Dalam prosedur yang telah ditetapkan proses pembuatan KTP seharusnya paling lambat selesai dalam waktu dua minggu sejak berkas dimasukkan ke kantor kecamatan. Namun, yang terjadi di lapangan waktu pembuatannya dapat melebihi batas waktu yang ditetapkan. Hal ini juga menimbulkan tanggapan negatif dari masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan dalam program pembuatan KTP gratis ini. (www.lampungpost.com, 24 Desember 2008)

Masalah-masalah yang terjadi dalam pelaksanaan program pembuatan KTP gratis menghambat peningkatan pelayanan pembuatan KTP di Kota Metro yang seharusnya dapat memuaskan masyarakat, karena pembuatan KTP merupakan kegiatan administrasi kependudukan yang sangat penting. Masalah-masalah tersebut sebaiknya segera diperbaiki untuk meningkatkan pelayanan, salah satunya dengan melakukan pengembangan organisasi.

Dalam penelitian ini akan digunakan teori pengembangan organisasi. Pengembangan organisasi digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pengembangan organisasi yang telah dilakukan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Metro selama program KTP bersubsidi ini berlangsung.


(17)

Program KTP bersubsidi ini seharusnya berjalan dengan efektif disertai dengan kinerja yang baik dalam organisasi yang terkait. Namun, pada kenyataannya setelah dilakukan upaya-upaya peningkatan kualitas pelayanan masih saja terjadi masalah-masalah. Oleh karena itu, untuk mencapai keefektifan program ini organisasi perlu dikembangkan. Pengembangan organisasi (organizational development-OD) bukanlah sebuah konsep tunggal yang mudah didefinisikan, melainkan sebuah istilah yang digunakan untuk mencakup sekumpulan intervensi perubahan terencana yang dikembangkan berdasarkan berbagai nilai humanistis-demokratis, yang berupaya meningkatkan keefektifan organisasi dan kesejahteraan karyawan. (Stephen P. Robbins, 2008: 353)

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalahnya adalah:

1. Mengapa upaya peningkatan pelayanan publik pada program pembuatan KTP bersubsidi dengan SIAK di Kota Metro Tahun 2008 masih dinilai kurang optimal oleh masyarakat?

2. Apa saja kendala yang dihadapi selama pelaksanaan program KTP bersubsidi dengan SIAK di Kota Metro Tahun 2008?

3. Bagaimana pengembangan organisasi pada program pembuatan KTP bersubsidi dengan SIAK di Kota Metro tahun 2008?


(18)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dilakukan penelitian ini, yakni:

1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis penyebab upaya peningkatan pelayanan publik pada program pembuatan KTP bersubsidi dengan SIAK di Kota Metro Tahun 2008 masih dinilai kurang optimal oleh masyarakat.

2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kendala-kendala yang dihadapi selama pelaksanaan program KTP bersubsidi dengan SIAK di Kota Metro Tahun 2008.

3. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengembangan organisasi pada program pembuatan KTP bersubsidi dengan SIAK di Kota Metro tahun 2008.

D. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, maka kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis, diharapkan dapat menambah wawasan dan memperkaya pengetahuan mengenai Ilmu Administrasi Negara terutama berkaitan dengan konsep-konsep atau teori-teori dan praktiknya tentang pengembangan organisasi.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sebagai bahan masukan atau saran kepada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Metro dalam peningkatan kualitas pelayanan dan pengembangan organisasi.


(19)

(20)

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF SUBSIDIZED ID CARD MAKING PROGRAM BY SIAK AT METRO CITY IN 2008

(Review from The Perspective Of Organizational Development)

BY

PURI WIDIASTUTI

Since the issuance of Law Number 23 Year 2006 concerning Population Administration population administration in Indonesia which expected to forward neatly with demographic data base to build a good and accurate, one of them by issuing ID cards SIAK. In the year 2008 Metro City Government held a program subsidized by SIAK making ID cards. However, the implementation of this program is not supported with adequate equipment, while related to procedural, time spent making the ID cards for weeks to generate a negative response from the community. The problems that occurred during the execution of this program subsidized the manufacture ID cards must be immediately repaired, one of them with organizational development. Development organizations need to be done so that the organization can adapt to environmental changes that occurred with the passing of this program. Organizational development are also needed to enhance organizational effectiveness.

This study aims to describe and analyze the cause of making efforts to improve services subsidized by SIAK KTP in the Metro City is still considered less than optimal by the community, the obstacles that occurred during the execution of this program, and development organizations that performed on this program. This research is descriptive research that uses qualitative research methods. Data collection techniques used were interviews, documentation, and observation. Data analysis is data reduction, data presentation, and drawing conclusions.

Results of this research is the cause of improvement of public services at the subsidized ID card-making program by SIAK at Metro City in 2008 is still considered less than optimal by the society which are (1) the procedure is still


(21)

considered complicated by the society, because it must pass through several stages starting from RT, village, district, until the Office of Population and Civil Registration, (2) the terms of the settlement of the ID cards-making is taking to long, up to weeks and weeks even in the Central Metro District can be reached one month (3) the lack of facilities and infrastructure and implementing a number of constraints the implementation of ID card program subsidized. Constraints which are encountered during the implementation of subsidized ID card-making program by SIAK in Metro City Year in 2008 include (1) lack of equipment to process data entry and print the document, there is only one computer in each sub-district offices and eight computers in the office of Metro City Population and Civil Registry. (2) Lack of human resources personnel who handle data entry and printing the documents, there are only two operators in each district. (3) The high enthusiast communities on the subsidized ID card-making program, making ID card number of applicants rose sharply, so that the service period is longer. In the implementation of subsidized ID card-making program by SIAK in Metro City 2008 Population and Civil Registration Agency of Metro City to develop the organization covers (1) training from the Office of Population, Civil Registration and Transmigration of Lampung Province which held twice a year and training from the Directorate General of Administration Population Department of the Interior also held training held once a year. (2) Consultation with external partners such consultation process which called the third person. These consulting activities related to computer equipment. Population and Civil Registration Agency of Metro City to invite consultants to use computer equipment for printing ID cards and documents other population. (3) The development team, one of them is holding a coordination meeting once every two months to evaluate the performance of organization for two months, addressing issues and solving problems. There are also monthly meetings are held every month in office, attended by all sectors and all cation. (4) Feedback survey was conducted based on the monthly meetings of evaluation results are then used as a material consideration of problem solving and whether or not made changes to organizational development. (5) In the office of Metro City Population and Civil Registry group supervisor, registrar, verification data, and operators to meet their own to apply their own perceptions of their own group and other groups. The groups then met to discuss similarities and differences in their perceptions.


(1)

(hasil wawancara dengan Dra. Farida, kepala bidang pendaftaran penduduk Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Metro, 14 Agustus 2009)

Berkaitan dengan prosedural, waktu pembuatan KTP yang menghabiskan waktu lama hingga berminggu-minggu, juga menjadi masalah yang timbul sejak berjalannya program ini. Masalah ini terjadi disebabkan oleh peralatan yang kurang memadai dan aparatur yang tidak bekerja sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Dalam prosedur yang telah ditetapkan proses pembuatan KTP seharusnya paling lambat selesai dalam waktu dua minggu sejak berkas dimasukkan ke kantor kecamatan. Namun, yang terjadi di lapangan waktu pembuatannya dapat melebihi batas waktu yang ditetapkan. Hal ini juga menimbulkan tanggapan negatif dari masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan dalam program pembuatan KTP gratis ini. (www.lampungpost.com, 24 Desember 2008)

Masalah-masalah yang terjadi dalam pelaksanaan program pembuatan KTP gratis menghambat peningkatan pelayanan pembuatan KTP di Kota Metro yang seharusnya dapat memuaskan masyarakat, karena pembuatan KTP merupakan kegiatan administrasi kependudukan yang sangat penting. Masalah-masalah tersebut sebaiknya segera diperbaiki untuk meningkatkan pelayanan, salah satunya dengan melakukan pengembangan organisasi.

Dalam penelitian ini akan digunakan teori pengembangan organisasi. Pengembangan organisasi digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pengembangan organisasi yang telah dilakukan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Metro selama program KTP bersubsidi ini berlangsung.


(2)

Program KTP bersubsidi ini seharusnya berjalan dengan efektif disertai dengan kinerja yang baik dalam organisasi yang terkait. Namun, pada kenyataannya setelah dilakukan upaya-upaya peningkatan kualitas pelayanan masih saja terjadi masalah-masalah. Oleh karena itu, untuk mencapai keefektifan program ini organisasi perlu dikembangkan. Pengembangan organisasi (organizational development-OD) bukanlah sebuah konsep tunggal yang mudah didefinisikan, melainkan sebuah istilah yang digunakan untuk mencakup sekumpulan intervensi perubahan terencana yang dikembangkan berdasarkan berbagai nilai humanistis-demokratis, yang berupaya meningkatkan keefektifan organisasi dan kesejahteraan karyawan. (Stephen P. Robbins, 2008: 353)

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalahnya adalah:

1. Mengapa upaya peningkatan pelayanan publik pada program pembuatan KTP bersubsidi dengan SIAK di Kota Metro Tahun 2008 masih dinilai kurang optimal oleh masyarakat?

2. Apa saja kendala yang dihadapi selama pelaksanaan program KTP bersubsidi dengan SIAK di Kota Metro Tahun 2008?

3. Bagaimana pengembangan organisasi pada program pembuatan KTP bersubsidi dengan SIAK di Kota Metro tahun 2008?


(3)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dilakukan penelitian ini, yakni:

1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis penyebab upaya peningkatan pelayanan publik pada program pembuatan KTP bersubsidi dengan SIAK di Kota Metro Tahun 2008 masih dinilai kurang optimal oleh masyarakat.

2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kendala-kendala yang dihadapi selama pelaksanaan program KTP bersubsidi dengan SIAK di Kota Metro Tahun 2008.

3. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengembangan organisasi pada program pembuatan KTP bersubsidi dengan SIAK di Kota Metro tahun 2008.

D. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, maka kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis, diharapkan dapat menambah wawasan dan memperkaya pengetahuan mengenai Ilmu Administrasi Negara terutama berkaitan dengan konsep-konsep atau teori-teori dan praktiknya tentang pengembangan organisasi.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sebagai bahan masukan atau saran kepada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Metro dalam peningkatan kualitas pelayanan dan pengembangan organisasi.


(4)

(5)

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF SUBSIDIZED ID CARD MAKING PROGRAM BY SIAK AT METRO CITY IN 2008

(Review from The Perspective Of Organizational Development)

BY

PURI WIDIASTUTI

Since the issuance of Law Number 23 Year 2006 concerning Population Administration population administration in Indonesia which expected to forward neatly with demographic data base to build a good and accurate, one of them by issuing ID cards SIAK. In the year 2008 Metro City Government held a program subsidized by SIAK making ID cards. However, the implementation of this program is not supported with adequate equipment, while related to procedural, time spent making the ID cards for weeks to generate a negative response from the community. The problems that occurred during the execution of this program subsidized the manufacture ID cards must be immediately repaired, one of them with organizational development. Development organizations need to be done so that the organization can adapt to environmental changes that occurred with the passing of this program. Organizational development are also needed to enhance organizational effectiveness.

This study aims to describe and analyze the cause of making efforts to improve services subsidized by SIAK KTP in the Metro City is still considered less than optimal by the community, the obstacles that occurred during the execution of this program, and development organizations that performed on this program. This research is descriptive research that uses qualitative research methods. Data collection techniques used were interviews, documentation, and observation. Data analysis is data reduction, data presentation, and drawing conclusions.

Results of this research is the cause of improvement of public services at the subsidized ID card-making program by SIAK at Metro City in 2008 is still considered less than optimal by the society which are (1) the procedure is still


(6)

considered complicated by the society, because it must pass through several stages starting from RT, village, district, until the Office of Population and Civil Registration, (2) the terms of the settlement of the ID cards-making is taking to long, up to weeks and weeks even in the Central Metro District can be reached one month (3) the lack of facilities and infrastructure and implementing a number of constraints the implementation of ID card program subsidized. Constraints which are encountered during the implementation of subsidized ID card-making program by SIAK in Metro City Year in 2008 include (1) lack of equipment to process data entry and print the document, there is only one computer in each sub-district offices and eight computers in the office of Metro City Population and Civil Registry. (2) Lack of human resources personnel who handle data entry and printing the documents, there are only two operators in each district. (3) The high enthusiast communities on the subsidized ID card-making program, making ID card number of applicants rose sharply, so that the service period is longer. In the implementation of subsidized ID card-making program by SIAK in Metro City 2008 Population and Civil Registration Agency of Metro City to develop the organization covers (1) training from the Office of Population, Civil Registration and Transmigration of Lampung Province which held twice a year and training from the Directorate General of Administration Population Department of the Interior also held training held once a year. (2) Consultation with external partners such consultation process which called the third person. These consulting activities related to computer equipment. Population and Civil Registration Agency of Metro City to invite consultants to use computer equipment for printing ID cards and documents other population. (3) The development team, one of them is holding a coordination meeting once every two months to evaluate the performance of organization for two months, addressing issues and solving problems. There are also monthly meetings are held every month in office, attended by all sectors and all cation. (4) Feedback survey was conducted based on the monthly meetings of evaluation results are then used as a material consideration of problem solving and whether or not made changes to organizational development. (5) In the office of Metro City Population and Civil Registry group supervisor, registrar, verification data, and operators to meet their own to apply their own perceptions of their own group and other groups. The groups then met to discuss similarities and differences in their perceptions.