Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan No.11 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Dinas Pendapatan Kota Medan)

(1)

S K R I P S I

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

NIM : 100200427 FERNANDO TARIGAN

DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

IMPLEMENTASI TENTANG PERATURAN DAERAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME

DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

(Studi Kasus Pada Dinas Pendapatan Kota Medan)

Oleh

NIM : 100200427 FERNANDO TARIGAN

Disetujui Oleh

Departemen Hukum Administrasi Negara

NIP. 196002141987032002 SURIA NINGSIH, SH., M.Hum

Pembimbing I Pembimbing II

Suria Ningsih, SH., M.Hum Amsali Sembiring, SH, M. Hum NIP. 196002141987032002 NIP. 197104301997022001

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

ABSTRAK

IMPLEMENTASI TENTANG PERATURAN DAERAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME

DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

(Studi Kasus Pada Dinas Pendapatan Kota Medan) Fernando Tarigan*

Suria Ningsih** Amsali Sembiring **

Reklame papan/ billboard adalah reklame yang terbuat dari papan kayu, calli brete, vinyle termasuk seng atau bahan lain yang sejenis dipasang atau digantungkan atau dipasang pada bangunan, halaman, di atas bangunan. Reklame Megatron/ Videotron/ Large Elektronic Display (LED) adalah reklame yang menggunakan layar monitor besar berupa program reklame atau iklan bersinar dengan gambar dan/ atau tulisan berwarna yang dapat berubah-uba. Permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah pengawasan terhadap penyelenggaraan reklame di Kota Medan. Bagaimanakah implementasi tentang Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame. Hambatan Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif yuridis empiris dan, artinya permasalahan yang ada diteliti berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada dan literatur-literatur yang ada kaitannya dengan permasalahan

Pengawasan terhadap penyelenggaraan reklame di Kota Medan, Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan memiliki sistem kontrol perpajakan berupa pengawasan penyetoran pajak reklame. Sistem kontrol perpajakan yang digunakan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan merujuk pada Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pajak Reklamen. Didalam pengawasan penyetoran pajak reklame Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan melakukan berbagai kegiatan pemeriksaan, pemeriksaan tersebut dilakukan melalui identifikasi masalah yang timbul akibat penyetoran pajak reklame.Implementasi tentang Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame, Konsekuensi dari adanya peraturan di atas yaitu peraturan daerah dan keputusan walikota tersebut adalah bahwa setiap para pihak yang ingin memasang reklame di wilayah hukum daerah Kota Medan harus atau diwajibkan untuk memiliki izin dari pemerintah Kota Medan, dan mematuhi peraturan yang ada di Kota Medan tentang penyelenggaraan reklame. Hambatan Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame antara lain, para petugas pada umumnya kurang memahami mengenai Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Reklame dalam hal penagihan pajak reklame, dan hal tersebut dikarenakan kurangnya sosialisasi dari Kepala Dinas kepada para pegawai yang terlibat dalam pengelolaan pajak reklame dimana sosialisasikan

Kata Kunci : Implementasi Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 *Mahasiswa

** Dosen Pembimbing I, Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara **Dosen Pembimbing II, Dosen Fakultas Hukum USU


(4)

KATA PENGANTAR

Tiada ada kegembiraan, seraya mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menempuh ujian tingkat Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan No.11 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Dinas Pendapatan Kota Medan)

Di dalam menyelesaikan skripsi ini, telah mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syafruddin, SH, MH, DFM selaku pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. OK. Saidin, SH., M.Hum selaku pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.


(5)

5. Ibu Suria Ningsih, SH, M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara dan sekaligus Dosen Pembimbing I penulis yang telah memberikan saran dan petunjuk dalam pengerjaan skripsi ini.

6. Bapak Amsali Sembiring SH, M.Hum selaku Dosen Pembimbing II Penulis yang telah memberikan pengarahan dalam proses pengerjaaan skripsi ini.

7. Seluruh staf dosen pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu khususnya dalam bidang hukum.

8. Kedua orang tua penulis Ayahanda Rejeki Tarigan dan Ibunda Martini br Sembiring yang selalu memberikan dukungan baik secara moril maupun material sehingga terselesaikanya skripsi ini.

9. Teman-Teman stambuk 2010, yang telah mendukung dan memberikan motivasi kepada penulis selama masa perkuliahan sampai selesainya penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekeliruan. Oleh karena itu penulis meminta maaf kepada pembaca skripsi ini karena keterbatasan pengetahuan dari penulis. Besar harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Juli 2014 Hormat Saya


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Keaslian Penulisan ... 9

E. Tinjauan Kepustakaan ... 10

F. Metode Penelitian ... 18

G. Sistematika Penulisan ... 21

BAB II PENGAWASAN TERHADAP PENYELENGGARAAN REKLAME DI KOTA MEDAN ... 23

A. Pengertian Reklame ... 23

B. Dasar Hukum Penyelenggaraan Reklame di Kota Medan ... 26

C. Pengawasan Hukum Penyelenggaraan Reklame di Kota Medan ... 27

BAB III IMPLEMENTASI TENTANG PERATURAN DAERAH NO. 11 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME ... 34

A. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Kota Medan ... 34

B. Implementasi Peraturan Daerah No. 11 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame ... 48


(7)

C. Sanksi Terhadap Pelanggaran Peraturan Daerah No. 11

Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame ... 51

BAB IV HAMBATAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NO. 11 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DI TINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA ... 56

A. Prosedur Penyelenggaraan Reklame Di Kota Medan Menurut Peraturan Daerah No. 11 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame ... 56

B. Hambatan dalam Implementasi Peraturan Daerah No. 11 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame Di Tinjau Dari Hukum Administrasi Negara ... 64

C. Upaya mengatasi hambatan dalam Implementasi Peraturan Daerah No. 11 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame Di Tinjau Dari Hukum Administrasi Negara ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 73 DAFTAR PUSTAKA


(8)

ABSTRAK

IMPLEMENTASI TENTANG PERATURAN DAERAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME

DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

(Studi Kasus Pada Dinas Pendapatan Kota Medan) Fernando Tarigan*

Suria Ningsih** Amsali Sembiring **

Reklame papan/ billboard adalah reklame yang terbuat dari papan kayu, calli brete, vinyle termasuk seng atau bahan lain yang sejenis dipasang atau digantungkan atau dipasang pada bangunan, halaman, di atas bangunan. Reklame Megatron/ Videotron/ Large Elektronic Display (LED) adalah reklame yang menggunakan layar monitor besar berupa program reklame atau iklan bersinar dengan gambar dan/ atau tulisan berwarna yang dapat berubah-uba. Permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah pengawasan terhadap penyelenggaraan reklame di Kota Medan. Bagaimanakah implementasi tentang Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame. Hambatan Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif yuridis empiris dan, artinya permasalahan yang ada diteliti berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada dan literatur-literatur yang ada kaitannya dengan permasalahan

Pengawasan terhadap penyelenggaraan reklame di Kota Medan, Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan memiliki sistem kontrol perpajakan berupa pengawasan penyetoran pajak reklame. Sistem kontrol perpajakan yang digunakan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan merujuk pada Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pajak Reklamen. Didalam pengawasan penyetoran pajak reklame Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan melakukan berbagai kegiatan pemeriksaan, pemeriksaan tersebut dilakukan melalui identifikasi masalah yang timbul akibat penyetoran pajak reklame.Implementasi tentang Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame, Konsekuensi dari adanya peraturan di atas yaitu peraturan daerah dan keputusan walikota tersebut adalah bahwa setiap para pihak yang ingin memasang reklame di wilayah hukum daerah Kota Medan harus atau diwajibkan untuk memiliki izin dari pemerintah Kota Medan, dan mematuhi peraturan yang ada di Kota Medan tentang penyelenggaraan reklame. Hambatan Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame antara lain, para petugas pada umumnya kurang memahami mengenai Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Reklame dalam hal penagihan pajak reklame, dan hal tersebut dikarenakan kurangnya sosialisasi dari Kepala Dinas kepada para pegawai yang terlibat dalam pengelolaan pajak reklame dimana sosialisasikan

Kata Kunci : Implementasi Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 *Mahasiswa

** Dosen Pembimbing I, Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara **Dosen Pembimbing II, Dosen Fakultas Hukum USU


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemampuan pemerintah daerah dalam melaksanakan otonominya dalam bentuk wewenang untuk mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri, tentu saja tidak dapat berjalan dengan lancar dan mencapai hasil sebagaimana diharapkan, apabila tidak ditunjang oleh pencapaian dan peningkatan pendapatan daerah terutama Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai salah satu tolak ukur otonomi di suatu tempat.

Munculnya otonomi daerah menyebabkan terjadinya pergeseran paradigma dari sistem pemerintahan yang bercorak sentralisasi mengarah kepada sistem pemerintahan yang desentralisasi, yaitu dengan memberikan keleluasaan kepada daerah dalam mewujudkan daerah otonom yang luas dan bertanggung jawab, untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat sesuai kondisi dan potensi wilayahnya. Pemberian otonomi kepada daerah pada dasarnya bertujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah daerah, terutama dalam pelaksanakan pembangunan dan pelayanan terhadap masyarakat serta untuk meningkatkan pembinaan kesatuan politik dan kesatuan bangsa.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, otonomi yang seluas-luasnya bagi pemerintah kabupaten merupakan peluang dan sekaligus tantangan. Peluang disini bagi pemerintahan


(10)

daerah yang memiliki potensi sumber daya alam yang memadai untuk mengelola sendiri potensi tersebut, sedangkan bagi pemerintah daerah yang mempunyai sumber daya alam yang kurang memadai justru merupakan tantangan.

Masalah yang sering muncul dalam melaksanakan otonomi daerah adalah prospek kemampuan pembiayaan pemerintah daerah dalam rangka melaksanakan fungsinya sebagai penyelenggara pembangunan, penyelenggara pemerintah serta melayani masyarakat setempat sejalan dengan dinamika kehidupan masyarakat yang harus dilayani. Oleh karena itu penyelenggaraan kegiatan pemerintahan daerah senantiasa terus meningkat sehingga biaya yang dibutuhkan juga akan bertambah. Peningkatan penerimaan daerah harus senantiasa diupayakan secara periodik oleh setiap daerah otonom melalui penataan administrasi pendapatan daerah yang efisien dan efektif sesuai dengan pola yang telah ditetapkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan dan petunjuk pelaksanaan

Seiring dengan pelaksanaan Otonomi Daerah yang dititip beratkan pada Daerah Kabupaten/Kota, maka Pemerintah Kota Medan berupaya mengembangkan mekanisme pembiayaan dengan menggali berbagai bentuk pembiayaan yang potensial untuk menunjang pembangunan Daerah sekaligus untuk peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat. Penyelenggaraan reklame adalah rangkaian kegiatan dan pengaturan yang meliputi perencanaan, jenis, perizinan, penyelenggara, pengendalian, pengawasan dan penertiban reklame dalam rangka mewujudkan pemanfaatan ruang kota yang serasi. Tata ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan maupun tidak.


(11)

Penataan ruang adalah konsep perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Rencana kota adalah rencana tata ruang kota di Kota Medan. Bangun, Bangunan Reklame adalah reklame yang terdiri dari bidang reklame berikut komponen struktur yang memikulnya. Reklame adalah benda, alat perbuatan atau media yang menurut bentuk, susunan dan/ atau corak ragamnya untuk tujuan komersil dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan suatu barang, jasa ataupun untuk menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa, seseorang atau badan yang diselenggarakan/ ditempatkan atau dapat dilihat, dibaca dan/ atau didengar dari suatu tempat oleh umum kecuali yang dilakukan oleh Pemerintah.

Reklame papan/ billboard adalah reklame yang terbuat dari papan kayu,

calli brete, vinyle termasuk seng atau bahan lain yang sejenis dipasang atau

digantungkan atau dipasang pada bangunan, halaman, di atas bangunan. Reklame Megatron/ Videotron/ Large Elektronic Display (LED) adalah reklame yang menggunakan layar monitor besar berupa program reklame atau iklan bersinar dengan gambar dan/ atau tulisan berwarna yang dapat berubah-ubah, terprogram dan difungsikan dengan tenaga listrik. Reklame kain adalah reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan bahan kain, termasuk kertas, plastik, karet atau bahan lain yang sejenis dengan itu.

Reklame melekat (stiker) adalah reklame yang berbentuk lembaran lepas, diselenggarakan dengan cara disebarkan, diberikan atau dapat diminta untuk ditempelkan, dilekatkan, dipasang, digantungkan pada suatu benda dengan


(12)

ketentuan luasnya tidak lebih dari 200 cm2 per lembar.1

Reklame slide atau reklame film adalah reklame yang diselenggarakan dengan cara menggunakan klise berupa kaca atau film, ataupun bahan-bahan yang sejenis, sebagai alat untuk diproyeksikan dan/ atau dipancarkan pada layar atau benda lain di dalam ruangan. Reklame peragaan adalah reklame yang diselenggarakan dengan cara memperagakan suatu barang dengan atau tanpa disertai suara. Pola Penyebaran perletakan reklame adalah konfigurasi perletakan reklame yang tercermin dalam peta sebagai acuan dan arahan dalam penyelenggaraan reklame. Perletakan reklame adalah tempat titik reklame ditempatkan atau diletakkan. Titik reklame adalah tempat bidang reklame didirikan atau ditempatkan. Sewa titik reklame adalah sewa lahan dan nilai strategis reklame atas penyelenggaraan reklame di dalam sarana dan prasarana kota yang dimiliki dan atau dikuasai Pemerintah Daerah. Reklame/iklan dan Reklame selebaran adalah reklame yang berbentuk lembaran lepas diselenggarakan dengan cara disebarkan, diberikan atau dapat diminta dengan ketentuan tidak untuk ditempel, dilekatkan, dipasang, digantungkan pada suatu benda lain. Reklame berjalan/ kendaraan adalah reklame yang ditempatkan atau ditempelkan pada kendaraan yang diselenggarakan dengan mempergunakan kendaraan atau dengan cara dibawa oleh orang. Reklame udara adalah reklame yang diselenggarakan di udara dengan menggunakan gas, laser, pesawat atau alat lain yang sejenis. Reklame suara adalah reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan kata-kata yang diucapkan atau dengan suara yang ditimbulkan dari atau oleh perantaraan alat.

1


(13)

promosi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem dan sosial masyarakat modern. Dewasa ini reklame/iklan sudah berkembang menjadi suatu sistem komunikasi yang sangat penting tidak saja bagi produsen produk dan jasa tetapi juga bagi konsumen. Kemampuan reklame/iklan dan metode promosi lainnya dalam menyampaikan pesan kepada konsumen menjadikan kedua bidang tersebut memegang peran sangat penting bagi keberhasilan perusahaan dalam memasarkan produk dan jasanya.2

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah ditegaskan bahwa tujuan pemberian otonomi daerah adalah berupaya memberikan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang semakin baik kepada masyarakat, pengemban kehidupan demokrasi, keadilan dan

Berbagai bentuk usaha, mulai dari usaha eceran, hingga perusahaan multinasional mengandalkan reklame/iklan dan promosi untuk menjunjung pemasaran produk dan jasa mereka kepada masyarakat. Pada sistem ekonomi yang berlandaskan pada pasar, konsumen semakin mengandalkan reklame/iklan dan bentuk promosi lainnya untuk mendapatkan informasi yang akan mereka gunakan untuk membuat suatu keputusan, apakah akan membeli suatu produk dan jasa atau tidak.

Nilai strategis titik reklame adalah suatu nilai yang dinyatakan dalam satuan rupiah berdasarkan atas perletakan titik reklame pada kelas jalan/ zona, ketinggian dan luas bidang reklame. Bidang reklame adalah bagian atau muka reklame yang dimanfaatkan untuk tempat penyajian pesan-pesan berupa gambar, logo dan atau kata-kata oleh penyelenggara reklame.

2

Lukman Wirianto, Peran Reklame/Iklan Dalam Mempromosikan Produk Dan Jasa, Graha Ilmu, Jakarta, 2010, hal 7.


(14)

pemerataan. Dalam mengatur penyelengaraan pajak reklame di Kota Medan, maka Pemerintah mengeluarkan Peraturan Daerah. Dalam perkembangan Peraturan Daerah Kota Medan tentang Pajak Reklame, Perda tersebut telah mengalami dua kali perubahan yaitu dalam kurun waktu tahun 2004 sampai tahun 2011. Pada Peraturan Daerah tentang Pajak reklame Nomor 2 tahun 2004, yang mengurus pajak reklame adalah Dinas Pendapatan. Kemudian dalam perkembangannya, Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 2 Tahun 2004 mengalami perubahan menjadi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 tahun 2011, dimana yang mengurus pajak reklame adalah Dinas Pendapatan juga. Hal ini menunjukkan perubahan dari Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 2004 menjadi Peraturan Daerah Nomor 11 tahun 2011 tidak mengalami perubahan yang signifikan. Dalam perkembangannya, pengurusan pajak reklame ini, tidak langsung diurus oleh Dinas Pendapatan sebagaimana yang telah diatur dalam Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 tahun 2011. Peraturan Walikota Medan No. 17 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan No. 11 Tahun 2011 Tentang Pajak Reklame

Untuk itu dibentuk Badan Pelayanan Terpadu yang mempunyai tugas membantu Walikota dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di bidang Pelayanan Terpadu. Dalam melaksanakan tugas tersebut maka Badan Pelayanan Terpadu menyelenggarakan fungsi :

1. Perumusan kebijakan teknis dibidang Pelayanan Terpadu ;

2. Penunjang penyelenggaraan pemerintahan daerah dibidang Pelayanan Terpadu;


(15)

3. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya ;

Dalam prinsip penyelenggaran pelayanan prima sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 81 Tahun 1993 antara lain : sederhana, jelas, aman, transparan, effisien, ekonomis, adil dan tepat waktu.

Tujuan dibentuknya Badan Pelayanan Terpadu antara lain : a. Mewujudkan Pelayanan Prima

b. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kinerja aparatur pemerintah kabupaten, khususnya yang terlibat langsung dengan pelayanan masyarakat.

c. Mendorong kelancaran pemberdayaan ekonomi masyarakat dapat terdorong untuk ikut berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan pembangunan.

Berdasarkan data dari pajak reklame di Kota Medan pada tahun 2013 perolehan hanya sebesar Rp23.34 miliar atau 33, 74% dari target sebesar Rp69.16 miliar.3

3

Matatelinga.Perolehan-PAD-Dari-Sektor-Pajak-Reklame-Minim.dalam/Berita-Sumut / 12326/diakses tanggal 1 Juli 2014

Berdasarkan uraian di atas merasa tertarik memilih judul Implementasi Tentang Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Reklame Ditinjau dari Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Pada Dinas Pendapatan Kota Medan)


(16)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas dapat diambil perumusan masalah yaitu

1. Bagaimanakah pengawasan terhadap penyelenggaraan reklame di Kota Medan?

2. Bagaimanakah implementasi tentang Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame ?

3. Hambatan Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah

a. Untuk mengetahui pengawasan terhadap penyelenggaraan reklame di Kota Medan

b. Untuk mengetahui Implementasi tentang Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame

c. Untuk mengetahui Hambatan Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame Ditinjau Darihukum Administrasi Negara.

2. Manfaat Penulisan

a. Secara teoritis, dapat menambah dan memperluas wawasan pada peneliti dan dapat menerapkan teori-teori yang telah diperoleh selama


(17)

peneliti kuliah di Jurusan Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum

b. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi bahan masukan untuk pertimbangan dan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

D. Keaslian Penulisan

Keaslian penulisan merupakan suatu tanda bagi penulis bahwa apa yang dibuat dan dijelaskannya pada tugas akhir ini merupakan suatu hasil karya dan buah pikirannya sendiri. Di mana penulis tidak melihat ataupun mencontoh hasil skripsi orang lain untuk menjadi sebuah karya yang diakui sebagai hasil karyanya sendiri.

Penulis telah menelusuri seluruh daftar skripsi di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan arsip yang ada di Departemen Hukum Administrasi Negara, akan tetapi penulis tidak menemukan adanya kesamaan judul ataupun permasalahan dengan judul dan permasalahan yang penulis angkat yaitu tentang Implementasi Tentang Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Pada Dinas Pendapatan Kota Medan). Oleh karena itu, tulisan ini merupakan buah karya asli penulis yang disusun berdasarkan dengan asas-asas keilmuan yang jujur, rasional dan ilmiah.

Adapun judul yang ada di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara antara lain :


(18)

1. Effendi Sinaga 890200038 judul Pajak Reklame Sub Komponen Penerimaan Daerah Tingkat II Kotamadya Medan

2. Sahdana Meliala 880200005 judul Peranan Pajak Reklame dalam Menunjang Pendapatan Asli Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Binjai Dengan demikian, dapat penulis simpulkan bahwa skripsi yang penulis susun ini merupakan karya asli penulis dan tidak meniru dari kepunyaan orang lain. Penulis berani bertanggung jawab apabila ditemukan adanya kesamaan judul dan permasalahan skripsi penulis dengan skripsi yang sebelumnya yang terdapat di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

E. Tinjauan Kepustakaan

Hukum Administrasi Negara adalah suatu sistem dan merupakan salah satu cabang Ilmu Hukum yang merupakan suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Sangat sulit memberikan Definisi Hukum Adminstrasi Negara karena Ilmu Hukum Administrasi Negara sangat luas dan terus berkembang mengikuti perkembangan suatu Negara. Definisi Hukum Administrasi Negara menurut beberapa sarjana adalah sebagai berikut :

E. Utrecht mengartikan Hukum Administrasi Negara adalah menguji hubungan hukum istimewa yang diadakan akan memungkinkan para pejabat (ambtsdrager) administrasi Negara melakukan tugas mereka yang khusus.4

Sjachran Basah mengartikan Hukum Administrasi Negara adalah seperangkat peraturan yang memungkinkan administrasi negara menjalankan

4


(19)

fungsinya yang sekaligus juga melindungi warga terhadap sikap tindak administrasi negara dan melindungi administrasi negara itu sendiri.5

Prajudi Atmosudirdjo mengatakan Hukum Administrasi Negara adalah hukum mengenai operasi dan pengendalian dari kekuasaan-kekuasaan administrasi atau pengawasan terhadap penguasa-penguasa administrasi.6

1. Pengertian Perizinan

Perizinan merupakan instrumen kebijakan Pemerintah/pemda untuk melakukan pengendalian atas eksternalitas negatif yang mungkin ditimbulkan oleh aktivitas sosial maupun ekonomi. Izin juga merupakan instrumen untuk perlindungan hukum atas kepemilikan atau penyelenggaraan kegiatan.sebagai instrumen pengendalian perizinan memerlukan rasionalitas yang jelas dan tertuang dalam bentuk kebijakan pemerintah sebagai sebuah acuan tanpa rasionalitas dan desain instrumen untuk membela kepentingan atas tindakan yang berdasarkan kepentingan individu.7

Dalam pengertian yang luas, izin adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah, untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan larangan Perundang-undangan sedangkan dalam pengertian sempit, izin pada umumnya berdasarkan pada keinginan pembuat undang-undang mencapai suatu tatanan tertentu atau untuk menghalangi

5

Sjachran Basah, Perlindungan Hukum Terhadap Sikap-Tindak Administrasi Negara, Bandung : Alumni, 1992, hal 4

6

S. Prajudi Atmosudirdjo, Hukum Administrasi Negara, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1994, hal 44

7

Sutedi, A. Hukum Perizinan dalam Sektor Pelayanan Publik. Jakarta: Sinar Grafika, 2010, hal 7


(20)

keadaan-keadaan yang buruk, tercela, tidak diinginkan pemerintah dengan diharapkan pemerintah dapat melakukan pengawasan8

Utrecht yang di kutip oleh Sutedi9, pengertian vergunning atau izin yaitu bilamana pembuat peraturan pada umumnya melarang suatu perbuatan, tetapi juga memperkenankannya asal saja diadakan secara yang ditentukan untuk masing-masing hal konkrit, maka perbuatan administrasi negara yang memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu izin. Lebih lanjut Sutedi menyatakan10

Menurut pendapat Prayudi Atmosoedirjo yang dikutip oleh Philipus M Hadjon,

bahwa izin (vergunning) adalah suatu persetujuan dari pengusaha berdasarkan undang-undang atau Peraturan Pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketetntuan-ketentuan larangan perundang-undangan.

11

“dispensasi atas suatu larangan’ izin beranjak dari ketentuan yang ada pada dasarnya tidak melarang suatu perbuatan tetapi untuk melakukan suatu perbuatan dibutuhkan suatu perosedur tertentu untuk dilalui sedangkan menurut Mr WR Prins memberikan pengertian tentang izin adalah memberikan dispensasi dari sebuah larangan, izin ini bukan dimaksudkan untuk menjadi suatu peraturan umum, jadi tidak berlaku sesuatu yang istimewa melainkan bermacam-macam usaha yang ada. Pada hakekatnya tidak berbahaya tetapi berhubungan yang satu dan yang lain sebab dianggap baik untuk diawasi oleh administrasi negara.

8

Hadjon, P.M. Pengantar Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 2006, hal 7

99

Sutedi, A. Op.cit., hal 8

10

Ibid.

11


(21)

2. Sifat Izin Sutedi12

a. Izin bersifat bebas, adalah izin sebagai keputusan tata usaha negara yang penerbitannya tidak terikat pada aturan dan hukum tertulis serta organ yang berwenang dalam izin memiliki kadar kebebasan yang besar dalam memutuskan pemberian izin.

menyatakan bahwa izin merupakan keputusan pejabat atau badan tata usaha negara yang berwenang, yang isinya atau substansinya mempunyai sifat sebagai berikut:

b. Izin bersifat terikat, adalah izin sebagai keputusan tata usaha negara yang penerbitannya terikat pada aturan dan hukum tertulis dan tidak tertulis serta organ yang berwenang dalam izin kadar kebebasannya dan wewenangnya bergantung pada kadar sejauh mana peraturan perundang-undangan mengaturnya misalnya, IMB, izin HO, izin usaha industri,dan lain-lain.

c. Izin yang bersifat menguntungkan, merupakan izin yang isinya mempunyai sifat menguntungkan pada yang bersangkutan, izin yang bersifat menguntungkan isi nyata keputusan merupakan titik pusat yang memberi anugerah kepada yang bersangkutan di berikan hak-hak atau pemenuhan tuntutan yang tidak akan ada tanpa keputusan tersebut, misal, SIM, SIUP, SITU, dan lain-lain.

d. Izin yang bersifat memberatkan, merupakan izin yang isinya mengandung unsur-unsur memberatkan dalam bentuk ketentuan-ketentuan yang berkaitan kepadanya. Di samping itu izin yang bersifat memberatkan merupakan izin

12


(22)

yang memberikan beban kepada orang lain atau masyarakat disekitarnya misalnya, pemberian izin kepada perusahaan tertentu, bagi mereka yang tinggal disekitarnya yang merasa di rugikan izin tersebut merupakan suatu beban. Pembedaan antara izin yang bersifat menguntungkan dengan izin yang memberatkan adalah penting dalam hal penarikan kembali atau pencabutan dan perubahannya. Izin sebagai keputusannya yang menguntungkan tidak begitu gampang dapat ditarik kembali atau di ubah atas kerugian yang berkepentingan. Adapun penarikan kembali/pencabutan dan perubahan izin yang bersifat memberatkan biasanya tidak terlalu menjadi soal.

e. Izin yang segera berakhir, merupakan izin yang menyangkut tindakan-tindakan yang akan segera berakhir atau izin yang masa berlakunya relatif pendek, misalnya izin mendirikan bangunan (IMB), yang hanya berlaku untuk mendirikan bangunan dan berakhir saat bangunan selesai didirikan.

f. Izin yang berlangsung lama, merupakan izin yang menyangkut tindakan-tindakan yang berakhirnya atau masa berlakunya relatif lama, berhubungan dengan lingkungan.

g. Izin yang bersifat pribadi, merupakan izin yang isinya bergantung pada sifat atau kualitas pribadi dan permohonan izin misalnya, Surat Izin Mengemudi (SIM).

h. Izin yang bersifat kebendaan, merupakan izin yang isinya bergantung pada sifat dan objek izin, misalnya izin HO, SITU, dan lain-lain.


(23)

3. Tujuan dan Fungsi Menurut Ridwan13

a. Instrumen rekayasa pembangunan pemerintah dapat membuat regulasi dan keputusan yang memberikan instensif bagi pertumbuhan sosial ekonomi. Demikian juga sebaliknya regulasi dan keputusan tersebut dapat juga menjadi penghambat (sekaligus sumber korupsi) bagi pembangunan. Perizinan adalah , izin merupakan instrumen yuridis yang digunakan oleh pemerintah untuk mempengaruhi para warga agar mau mengikuti cara yang dianjurkannya guna mencapai satu tujuan konkrit. Sebagai suatu instrumen, izin berfungsi selaku ujung tombak instrumen hukum sebagai pengarah, perekayasa, dan perancang masyarakat yang adil dan makmur.hal ini berarti lewat izin yang berarti dapat diketahui bagaimana gambaran masyarakat yang adil dan makmur itu terwujud. Ketentuan tentang perizinan mempunyai fungsi yaitu, fungsi penertiban dan sebagai fungsi pengatur. Sebagai fungsi penertiban dimaksudkan agar izin atau setiap izin atau tempat-tempat usaha,bangunan dan bentuk kegiatan masyarakat lainnya tidak bertentangan satu sama yang lain sehingga ketertiban dalam setiap segi kehidupan masyarakat dapat terwujud. Sebagai fungsi pengaturan yang di maksudkan agar perizinan yang ada dapat dilaksanakan sesuai dengan peruntukannya, sehingga dapat penyalahgunaan izin yang telah diberikan, dengan kata lain fungsi ini dapat disebut juga sebagai fungsi yang dimiliki oleh pemerintah.

Secara teoritas, perizinan memiliki beberapa fungsi sebagaimana dijelaskan berikut:

13


(24)

instrumen yang memanfaatkannya ditentukan oleh tujuan dan prosedur yang ditetapkan pemerintah. Jika perizinan hanya dimaksudkan untuk income daerah, maka hal ini tentu akan memberikan dampak negatif (disensif) bagi pembangunan, pada sisi yang lain jika prosedur perizinan dilakukan dengan cara-cara yang tidak transparan, tidak ada kapasitas hukum, berbelit-belit, dan hanya bisa dilakukan dengan cara-cara yang tidak sehat, maka perizinan juga bisa menjadi penghambat bagi pertumbuhan sosial ekonomi daerah. Dengan demikian, baik buruknya, tercapai atau tidaknya tujuan perizinan akan sangat ditentukan oleh prosedur yang ditetapkan dan dilaksanakan, semakin mudah, cepat, dan transparan prosedur pemberian perizinan, maka semakin tinggi potensi perizinan menjadi instrumen rekayasa pembangunan.

b. Budgtering

Perizinan mempunyai fungsi keuangan (Budgetering), yaitu menjadi sumber pendapatan bagi negara. Pemberian lisensi dan izin kepada masyarakat dilakukan dengan kontrasepresasi berupa netribusi perizinan. Karena negara mendapatkan kedaulatan dari rakyat, maka retribusi perizinan hanya dibenarkan jika ada dasar hukum, yaitu undang-undang dan/atau peraturan daerah.hal ini untuk menjamin bahwa hak-hak dasar masyarakat untuk mendapatkan pelayanan dari pemerintah tidak terlukai karena penarikan retribusi perizinan yang sewenang-wenang dan tidak memiliki dasar hukum.

Pada sisi lainnya, jika secara imperatif melalui perundang-undangan pemerintah telah memperoleh mandat untuk menarik retribusi perizinan, maka masyarakat juga tidak boleh menghindari untuk membayarnya. Hal itu karena


(25)

retribusi perizinan juga menjadi sumber pendapatan yang membiayai pelayanan-pelayanan perizinan lainnya harus diberikan pemerintah kepada masyarakat .meskipun demikian, pemerintah harus memperhatikan aspek keberlangsungan dan kelestarian daya dukung pembangunan, serta pertumbuhan sosial ekonomi. Penetapan tarif retribusi perizinan tidak boleh melebihi kemampuan masyarakat untuk membayarnya. Sebaiknya, untuk beberapa aspek strategis yang terkait dengan daya dukung lingkungan dalam pembangunan, tarif retribusi perizinan juga tidak boleh terlalu murah dan mudah yang menyebabkan kerusakan lingkungan dan menurunnya daya dukung dan kelestarian lingkungan.

c. Reguleren

Perizinan yang memiliki fungsi pengaturan (reguler), yaitu menjadi instrumen pengaturan tindakan dan perilaku masyarakat. Sebagaimana dalam prinsip pemungutan pajak, maka perizinan dapat mengatur pilihan-pilihan tindakan dan perilaku masyarakat. Jika perizinan terkait dengan pengaturan untuk pengelola sumber daya alam, lingkungan, tata ruang, dan aspek startegis lainnya, maka prosedur dan syarat harus ditetapkan melalui peraturan perundang-undangan, harus pula terkait dengan pertimbangan-pertimbangan strategis tersebut. Dengan demikian, harus ada keterkaitan antara pemerintah perizinan dengan syarat-syarat yang ditetapkan. Disamping itu pula penetapan tarif terhadap perizinan harus memperhatikan tujuan dan fungsi pengaturan yang akan dicapai oleh perizinan tersebut.


(26)

Menurut Prajudi Atmosudirjo yang dikutip oleh Ridwan14

a) Keinginan mengarahkan (mengendalikan) aktivitas-aktivitas tertentu

, berkenaan dengan fungsi-fungsi hukum modern, izin dapat diletakkan dalam fungsi menertibkan masyarakat. Adapun mengenai tujuan perizinan, hal ini bergantung pada kenyataan konkrit yang dihadapi, keragaman peristiwa konkrit menyebabkan keragaman pula dari tujuan izin, yang secara umum dapat disebutkan sebagai berikut:

b) Izin mencegah bahaya bagi lingkungan c) Keinginan melidungi objek-objek tertentu d) Izin hendak membagi benda-benda yang sedikit

e) Izin memberikan pengarahan dengan menyeleksi orang-orang dan aktivitas-aktivitas, dimana pengurus harus memenuhi syarat-syarat tertentu.

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif yuridis empiris dan, artinya permasalahan yang ada diteliti berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada dan literatur-literatur yang ada kaitannya dengan permasalahan.15

14

Ridwan, H.R. Op.cit., hal 14-15

15

Soerjono Soekanto dan Srimamudji, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta: Ind-Hillco, 2001, hal. 13.

Yuridis normatif, yaitu metode pendekatan yang menggunakan konsepsi legis positivis. Konsep ini memandang hukum identik dengan norma-norma tertulis yang dibuat dan diundangkan oleh lembaga atau pejabat yang berwenang dan meninjau hukum sebagai suatu sistem normatif yang


(27)

mandiri, bersifat tertutup dan terlepas dari kehidupan masyarakat yang nyata serta menganggap bahwa norma-norma lain bukan sebagai hukum.”

Yuridis empiris, yaitu dengan melakukan penelitian secara timbal balik antara hukum dan lembaga, untuk menelaah kaidah-kaidah hukum yang berlaku serta dititik beratkan pada langkah-langkah pengamatan dan analisisnya yang bersifat empiris, yang dilakukan dalam menelaah kaidah-kaidah hukum yang berlaku dimasyarakat.16

2. Sumber Data

Data yang kemudian diharapkan dapat diperoleh di tempat penelitian maupun di luar penelitian adalah sebagai berikut :

a. Data Primer

Sumber data yang berupa keterangan-keterangan yang berasal dari pihak-pihak atau instansi-instansi yang terkait dengan objek yang diteliti secara langsung, yang dimaksudkan untuk lebih memahami maksud, tujuan dan arti dari data sekunder yang ada.

b. Data Sekunder

Sumber data sekunder sebagai pendukung data primer yang di dapat melalui penelitian kepustakaan yaitu dengan membaca dan mempelajari literatur-literatur, peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini.

16

Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta: Ghalia Indonesia,1994, hal 34.


(28)

c. Data tersier

Bahan hukum tersier yaitu kamus, ensiklopedia, dan bahan-bahan lain yang dapat memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan-bahan hukum primer dan sekunder yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpul data yang digunakan penulis untuk data primer adalah wawancara. Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelusuran data sekunder adalah studi dokumentasi atau melalui penelusuran literatur. Kegiatan yang akan dilakukan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu Studi Pustaka dengan cara identifikasi isi. Alat pengumpulan data dengan mengidentifikasi isi dari data sekunder diperoleh dengan cara membaca, mengkaji, dan mempelajari bahan pustaka baik berupa peraturan perundang- undangan, artikel ,dari internet, makalah seminar nasional, jurnal, dokumen, dan data- data lain yang mempunyai kaitan dengan data penelitian ini.

4. Analisis Data

Agar data yang dikumpulkan dapat dipertanggungjawabkan dan dapat menghasilkan jawaban yang tepat dari suatu permasalahan, maka perlu suatu teknik analisa data yang tepat. Analisis data merupakan langkah selanjutnya untuk mengolah hasil penelitian menjadi suatu laporan. Teknik analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan


(29)

satuan pola sehingga dapat ditentukan dengan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.17

Analisis data yang digunakan dalam penelitian hukum ini menggunakan pola pikir/ logika induktif, yaitu pola pikir untuk menarik kesimpulan dari kasus- kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum.

18

G. Sistematika Penulisan

Pembahasan secara sistematis sangat diperlukan dalam penulisan karya tulis ilmiah. Untuk memudahkan skripsi ini maka diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur yang terbagi dalam bab per bab yang saling berhubungan satu sama lain. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN

Berisikan pendahuluan yang merupakan suatu pengantar dari pembahasan selanjutnya yang terdiri dari tujuh sub bab yaitu: Latar Belakang Penulisan, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Keaslian Penulisan, Tinjauan Kepustakaan, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan

BAB II PENGAWASAN TERHADAP PENYELENGGARAAN REKLAME DI KOTA MEDAN

Pada bab ini akan membahas tentang Pengertian Reklame dan Dasar Hukum Penyelenggaraan Reklame di Kota Medan serta Pengawasan Hukum Penyelenggaraan Reklame di Kota Medan

17

Soerjono Soekanto. Op.cit., hal 22

18

Jhonny Ibrahim. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Malang: Bayumedia Publishng, 2006, hal 249


(30)

BAB III IMPLEMENTASI TENTANG PERATURAN DAERAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME Pada bab ini akan membahas tentang Gambaran Umum Dinas Pendapatan Kota Medan dan Implementasi Peraturan Daerah Nomor 11 tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame serta Sanksi terhadap pelanggaran Peraturan Daerah Nomor 11 tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame

BAB IV HAMBATAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DITINJAU DARIHUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Pada bab ini akan membahas tentang Prosedur Penyelenggaraan Reklame di Kota Medan Menurut Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Reklame dan Hambatan dalam Implementasi Perraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Reklame ditinjau dari Hukum Administrasi Negara serta Upaya mengatasi hambatan dalam Implementasi Perraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Reklame ditinjau dari Hukum Administrasi Negara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dan saran merupakan penutup dalam skripsi ini, dalam hal ini menyimpulkan pembahasan-pembahasan sebelumnya dan dilengkapi dengan saran-saran. Bab ini terdiri dari dua sub bab yaitu Kesimpulan dan Saran


(31)

A. Pengertian Reklame

Menurut W.H van Baarle dan F.E Hollander dalam buku mereka yang berjudul “Reclamekunde”, Leiden, mengatakan reklame merupakan suatu kekuatan yang menarik yang ditujukan kepada kelompok pembeli tertentu, hal mana dilaksanakan oleh produsen atau pedagang agar supaya dengan demikian dapat dipengaruhi penjualan barang-barang atau jasa dengan cara yang menguntungkan baginya.19

Reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial, memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa orang atau badan yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum20

Berdasarkan Undang-undang Nomor 34 tahun 2000 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan Peraturan Pemerintah No 65 Tahun 2001 Tentang Pajak Daerah mengatur tentang pajak reklame. Reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk dan corak ragamnya untuk tujuan komersial, dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan suatu barang, jasa atau orang, ataupun untuk menarik perhatian umum kepada suatu

19

Winardi. Promosi dan Reklame. Bandung : Mandar Majul, 1992, hal 1

20

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pajak Reklamen Pasal 1 angka (10)


(32)

barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau yang dapat dilihat, dibaca, dan/atau didengar dari suatu tempat oleh umum, kecuali yang dilakukan oleh Pemerintah;

Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Obyek Pajak Reklame : semua penyelenggaraan reklame. Tidak termasuk sebagai objek Pajak Reklame adalah: Penyelenggaraan reklame melalui internet, televisi, radio, warta harian, warta mingguan, warta bulanan, dan sejenisnya;

Pasal 2

Dengan nama Pajak Reklame dipungut pajak atas setiap penyelenggaraan reklame.21

(1) Objek Pajak Reklame adalah semua penyelenggaraan Reklame. Pasal 3

(2) Objek pajak reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. reklame papan/billboard/videotron/megatron dan sejenisnya; b. reklame kain;

c. reklame melekat, stiker; d. reklame selebaran;

e. reklame berjalan, termasuk pada kendaraan; f. reklame udara;

g. reklame apung; h. reklame suara;

i. reklame film/slide; dan j. reklame peragaan.

21


(33)

(3) Tidak termasuk Objek Pajak Reklame:

a. penyelenggaraan reklame melalui internet, televisi, radio, warta berita, warta mingguan, warta bulanan, dan sejenisnya;

b. label/merk produk yang melekat pada barang yang diperdagangkan, yang berfungsi untuk membedakan dari produk sejenis lainnya;

c. nama pengenal usaha atau profesi yang dipasang melekat pada bangunan tempat usaha atau profesi diselenggarakan sesuai dengan ketentuan yang mengatur nama pengenal usaha atau profesi tersebut; dan

d. reklame yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah. Pasal 4

(1) Subjek pajak reklame adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan reklame.

(2) Wajib pajak reklame adalah orang pribadi atau Badan yang menyelenggarakan reklame.

(3) Dalam hal reklame diselenggarakan sendiri secara langsung oleh orang pribadi atau Badan, wajib pajak reklame adalah orang pribadi atau Badan tersebut.

(4) Dalam hal reklame diselenggarakan melalui pihak ketiga, pihak ketiga tersebut menjadi Wajib Pajak Reklame.

(5) Setiap orang pribadi atau Badan yang akan menyelenggarakan reklame di Daerah wajib memperoleh izin tertulis atau pengesahan dari Walikota.


(34)

(6) Untuk memperoleh izin sebagaimana dimaksud pada ayat (5),yang bersangkutan harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Walikota. (7) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tata Cara dan persyaratan perizinan, diatur

dengan Peraturan Walikota.

B. Dasar Hukum Penyelenggaraan Reklame di Kota Medan

Perizinan Pajak Reklame yang di dahului dengan Izin reklame diartikan sebagai izin yang diperlukan untuk memasang atau mendirikan reklame-reklame. Setiap penyelenggaraan reklame harus mendapatkan izin pada pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Setelah izin dikeluarkan maka penyelenggara reklame di wajibkan untuk membayar pajak reklame.

Ketentuan peraturan perundang-undangan baru yang mengatur tentang pajak reklame adalah Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Dan Retribusi Daerah, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah

Dasar hukum pelaksanaan pemberian perizinan dan pajak reklame di Kota Medan adalah Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame. Peraturan Walikota Medan Nomor 58 Tahun 2011 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011


(35)

C. Pengawasan Hukum Penyelenggaraan Reklame di Kota Medan

Pengawasan merupakan salah satu fungsi dalam manajemen suatu organisasi. Dimana memiliki arti suatu proses mengawasi dan mengevaluasi suatu kegiatan. Suatu Pengawasan dikatakan penting karena Tanpa adanya pengawasan yang baik tentunya akan menghasilkan tujuan yang kurang memuaskan, baik bagi organisasinya itu sendiri maupun bagi para pekerjanya. Di dalam suatu organisasi terdapat tipe-tipe pengawasan yang digunakan, seperti pengawasan Pendahuluan (preliminary control), Pengawasan pada saat kerja berlangsung (cocurrent

control), Pengawasan Feed Back (feed back control).

Di dalam proses pengawasan juga diperlukan tahap-tahap pengawasan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tahap-tahap pengawasan tersebut terdiri dari beberapa macam, yaitu Tahap Penetapan Standar, tahap Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan, Tahap Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan, Tahap Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisa Penyimpangan dan Tahap Pengambilan Tindakan Koreksi. Menurut Sule dan Saefullah mendefinisikan bahwa:”Pengawasan sebagai proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut”.22 Reksohadiprodjo mengemukakan bahwa:”Pengawasan merupakan usaha memberikan petunjuk pada para pelaksana agar mereka selalu bertindak sesuai dengan rencana”.23

22

Sule Erni Trisnawati, dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, (Jakarta, Edisi Pertama, Prenada Media, 2005), hal 317.

23

Reksohadiprodjo, Sukanto, Dasar-dasar Manajemen, (Yogyakarta, Edisi Keenam, BPFE, 2008), hal 63.


(36)

Sarwoto menyatakan bahwa:”Pengawasan adalah kegiatan manajer yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau hasil yang dikehendaki.24

Hakekat pengawasan adalah mencegah sedini mungkin terjadinya penyimpangan, pemborosan, penyelewengan, hambatan, kesalahan, kegagalan dalam pencapaian tujuan dan pelaksanaan tugas-tugas organisasi. Pengawasan adalah proses pengamatan dari pada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang dilakukan berjalan sesuai rencana yang telah ditentukan sebelumnya

25

Macam-macam pengawasan. Dalam suatu negara terlebih-lebih negara yang sedang berkembang atau membangun, maka kontrol atau pengawasan itu Berdasarkan surat keputusan Menteri Dalam Negeri No. 23 Tahun 1989 tentang pedoman organisasi dan tata kerja pendapatan daerah tingkat II, yang melaksanakan tugas pengawasan adalah seksi perencanaan dan pengendalian operasional. Seksi perencanaan dan pengendalian operasional terdiri dari dua sub seksi yaitu sub seksi perencaanaan dan pembinaan teknis pemungutan, dan sub seksi penggalian dan peningkatan. Seksi perencanaan dan pengendalian operasional yang terdiri dari sub seksi perencanaan dan pembinaan teknis pemungutan, dan sub seksi penggalian dan peningkatan tersebut mempunyai hak dan wewenang yang meliputi segala kegiatan untuk melaksanakan pengamanan teknis atas pelaksanaan tugas pokoknya sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh kepala daerah serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.

24

Sarwoto, Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen, (Jakarta, cetakan keenambelas, Ghalia Indonesia, 2010, hal 94.

25


(37)

sangat urgen (beragam) atau penting baik pengawasan secara vertikal, horisontal, eksternal, internal, preventif maupun represif agar maksud dan tujuan yang telah ditetapkan tercapai. Oleh karena untuk mencapai tujuan negara atau organisasi, maka dalam hal pengawasan ini dapat pula diklasifikasikan macam-macam pengawasan berdasarkan berbagai hal, yakni :

1) Pengawasan Langsung

Pengawasan langsung adalah pengawasan yang dilakukan secara pribadi oleh pimpinan atau pengawas dengan mengamati, meneliti, memeriksa, mengecek sendiri secara on the spot ditempat pekerjaan, dan menerima laporan-laporan secara langsung pula dari pelaksana. Hal ini dilakukan dengan inspeksi.

2) Pengawasan tidak langsung

Pengawasan tidak langsung diadakan dengan mempelajari laporan-laporan yang diterima dari pelaksana baik lisan maupun tertulis, mempelajari pendapat-pendapat masyarakat dan sebagainya tanpa pengawasan on the spot.

1. Pengawasan Preventif dan Represif

Walaupun prinsip pengwasan adalah preventif, namun bila dihubungkan dengan waktu pelaksanaan pekerja, dapat dibedakan antara pengawasan preventif dan pengawasan represif.

a. Pengawasan Preventif

Pengawasan preventif dilakukan melalui pre audit sebelum pekerjaan dimulai. Misalnya dengan mengadakan pengawasan terhadap persiapan-persiapan rencana anggaran, rencana penggunaan tenaga dan sumber-sumber lain.


(38)

b. Pengawasan Represif

Adapun pengawasan represif dilakukan melalui pre audit, dengan pemeriksaan terhadap pelaksanaan dan sebagainya.

2. Pengawasan Intern dan Ekstern a. Pengawasan Intern

Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat dalam organisasi itu sendiri. Pada dasarnya pengawasan harus dilakukan oleh pucuk pimpinan sendiri. Akan tetapi, didalam praktek hal ini tidak selalu mungkin terjadi. Oleh karena itu, setiap pimpinan unit dalam organisasi pada dasarnya berkewajiban membantu pucuk pimpinan mengadakan pengawasan secara fungsional sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing. Pengawasan sebagai fungsi organik, built-in pada setiap jabatan pimpinan mereka harus mengawas pimpinan melakukan pengawasan tehadap keseluruhan aparat dalam organisasi itu, seperti oleh Inspektorat Jendral dalam Departemen.

b. Pengawasan Ekstern

Pengawasan Ekstern adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat luar orgsanisasi itu sendiri, seperti halnya pengawasan dibidang keuangan oleh Badan Pemeriksa Keuangan sepanjang meliputi seluruh Aparatur Negara dan Direktorat Jenderal Pengawasan Keuangan Negara terhadap departemen dan instansi pemerintah lain. Ditinjau dari segi keseluruhan organisasi aparatur pemerintah (lembaga eksekutif), pengawasan oleh


(39)

Direktorat Jenderal, Pengawasan Keuangan Negara merupakan pengawasan intern.

Macam-macam pengawasan ini didasarkan pada pengklasifikasian pengawasan. Disamping itu ada pula macam pengawasan ditinjau dari bidang pengawasannya yakni:

1. Pengawasan anggaran pendapatan (budgetry control) 2. Pengawasan biaya (cost sontrol)

3. Pengawasan barang inventaris (inventory control)

4. Pengawasan Produksi (production control)

5. Pengawasan jumlah hasil kerja (quantity control)

6. Pengawasan pemeliharaan (maintenance control)

7. Pengawasan kualitaas hasil kerja (quality control).

Dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1989, ditegaskan mengenai macam-macam pengawasan. Adapun macam-macam pengawasan menurut Instruksi Presiden tersebut sebagai berikut:

a. Pengawasan melekat

Pengawasan melekat merupakan pengawasan yang dilakukan melalui: penggarisan struktur organisasi, perincian kebijaksanaan pelaksanaan yang dituangkan secara tertulis yang dapat menjadi pegangan dalam pelaksanaan oleh bawahan, rencana kerja yang menggambarkan kegiatan yang harus dilaksanakan, melalui prosedur kerja, pencatatan hasil kerja dan pelaporannya, serta melalui pembinaan personil.


(40)

b. Pengawasan fungsional

Pengawasan fungsional merupakan kebijakan pengawasan yang digariskan oleh Presiden, kegiatan pengwasan dilaksanakan berdasarkan rencana atau program kerja pengawas tahunan.

c. Pengawasan legislatif

Pengawasan legislatif merupakan pengawasan yang dilakukan oleh lembaga legislatif, dalam hal ini adalah DPRD.

d. Pengawasan masyarakat

Pengawasan masyarakat merupakan pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat yang dipilih untuk mengawasi jalannya suatu kegiatan, misalnya oleh LSM atau Lembaga Swadaya Masyarakat.

Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan memiliki sistem kontrol perpajakan berupa pengawasan penyetoran pajak reklame. Sistem kontrol perpajakan yang digunakan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan merujuk pada Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pajak Reklamen. Didalam pengawasan penyetoran pajak reklame Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan melakukan berbagai kegiatan pemeriksaan, pemeriksaan tersebut dilakukan melalui identifikasi masalah yang timbul akibat penyetoran pajak reklame. Dalam identifikasi tersebut Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan mengkaji beberapa dokumen penting yang berkaitan dengan objek pajak reklame yang telah di laporkan kepada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

Dalam proses pemeriksaan tersebut Pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dilengkapi tanda pengenal pemeriksa dan surat perintah pemeriksaan


(41)

serta harus memperlihatkannya kepada wajib pajak yang diperiksa. Proses pengawasan ini dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan pada Seksi Pengendalian dan Evaluasi dimana pejabat yang ditunjuk tersebut harus memiliki kriteria khusus yakni memiliki keterampilan dalam pegawasan dan bekal pendidikan teknis mengenai pengawasan.

Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan sampai saat ini telah berupaya sebaik mungkin dalam melaksanakan pengawasan dengan memberikan pendidikan dan pelatihan bagi pegawai pelaksana pengawasan agar pegawai tersebut dapat menganalisis suatu masalah dengan baik.


(42)

A. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Kota Medan 1. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Kota Medan

Pada mulanya Dinas Pendapatan Kota Medan adalah suatu Sub Bagian pada Bagian Keuangan yang mengelolah bidang penerimaan dan pendapatan Daerah. Pada sub ini tidak terdapat lagi sub seksi, karena pada saat ini Wajib Pajak/Wajib Pajak Retribusi yang berdomisili di daerah Kota Medan belum begitu banyak.26

26

Mempertimbangkan perkembangan pembangunan dan laju pertumbuhan penduduk di kota Medan melalui Peraturan Daerah sub bagian keuangan tersebut di ubah menjadi bagian IX/Pendapatan. Pada Bagian IX/Pendapatan dibentuklah beberapa seksi yang mengelola Penerimaan Pajak dan Retribusi Daerah yang merupakan para Wajib Pajak / Wajib Pajak Retribusi Daerah Kota Medan.

Sehubungan dengan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor KUPD/7/12/41-10 tentang penyeragaman struktur organisasi Dinas Pendapatan Daerah diseluruh Indonesia, maka Pemerintah Daerah Kota Medan berdasarkan PERDA Nomor 12 tahun 1987, menyesuaikan atau membentuk struktur organisasi Dinas Pendapatan Daerah yang baru ini dibentuklah seksi-seksi Administrasi Dinas Pendapatan Daerah.


(43)

Bagian Tata Usaha terdiri dari 3 Kepala Sub Bagian. Peningkatan penerimaan pendapatan daerah melalui Sub Sektor Perpajakan, Retribusi Daerah, Pendapatan Daerah lainnya serta peningkatan pemungutan Pajak Parkir yang merupakan kontribusi yang cukup penting bagi Pemerintah Daerah.

Meningkatnya Pendapatan Daerah hendaknya tidak harus ditempuh dengan cara menaikkan tarif saja, tetapi yang lebih penting dengan memperbaiki atau menyempurnakan administrasi, sistem dan prosedur serta organisasi dari Dinas Pendapatan Daerah yang ada sekarang. Namun kondisi saat ini dirasakan tuntutan untuk perlunya meninjau kembali dan penyempurnaan Manual Pendapatan Daerah (MAPATDA) dimaksud seiring dengan tuntutan gerak pembangunan yang sedang berjalan terutama dari pola pendekatan yang selama ini dilakukan secara sektorat perlu diubah secara fungsional dan disesuaikan dengan kebijaksanaan pemerintah yang paling akhir dibidang Perpajakan, maka penyempurnaan telah dilaksanakan secara sungguh-sungguh sehingga berhasil disusun Manual Pendapatan Daerah (MAPATDA).

Adapun penyempurnaan dimaksudkan dituangkan di dalam :

1. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 973/442 Tahun 1988 tanggal 26 Mei 1988, tentang Sistem dan Prosedur Perpajakan, Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya serta pemungutan Pajak Parkir diseluruh Indonesia 2. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 10 tanggal 26 Mei 1988, tentang

pelaksanaan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 973/442 Tahun 1988 3. Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 1988, tentang pelaksanaan


(44)

Penyempurnaan sistem dan prosedur perpajakan dan Organisasi Pendapatan Kota Medan atau Manual Pendapatan Daerah (MAPATDA) yang dilaksanakan bertahap dan penyempurnaan ini merupakan berdasarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 061/1867/PUOD, tanggal 2 Mei 1988, Instruksi Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumetera Utara Nomor 188.342.20/1991, tanggal 11 Maret 1991, yang terakhir diubah dengan Surat Keputusan Walikota Medan Nomor 188.342/790/SK/1991, tentang pelaksanaan PERDA Nomor 16 tahun 1991 tentang susunan organisasi dan tata cara kerja Dinas Pendapatan Kota Medan.

2. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan

Untuk memperlancar dan mengatur kegiatan-kegiatan dalam melaksanakan aktifitasnya, Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan telah membuat struktur organisasi. Stuktur organisasi merupakan salah satu sarana untuk mencapai tujuan yang efektif yakni terciptanya garis koordinasi yang baik serta adanya hubungan yang baik antara pimpinan dengan bawahan.

Untuk menunjang seluruh kegiatan yang ada pada Dinas Pendapatan Kota Medan dan untuk pencapaian tujuan maka diadakan pembagian tugas dan fungsi masing-masing sehingga memudahkan mengawasi pekerjaan. Dengan adanya pembagian tugas yang dituangkan dalam struktur organisasi akan memberikan penjelasan tentang batas-batas wewenang dan tanggung jawab.

Struktur organisasi yang digunakan untuk Dinas Pendapatan Kota Medan adalah bentuk organisasi garis dimana bentuk tersebut menggunakan sistem koordinasi mengalir dari pimpinan ke bawahan secara langsung dimana pihak


(45)

bawahan bertanggung jawab kepada pimpinan atas pekerjaaan yang diberikan kepadanya.

Adapun susunan organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan terdiri dari : 1. Dinas

2. Sekretariat, membawahkan : a. Sub Bagian Umum b. Sub Bagian Keuangan

c. Sub Bagian Penyusunan Program 3. Bidang Pendapatan dan Penetapan,

a. Seksi Pendatann dan Pendaftaran b. Seksi Pemeriksaan

c. Seksi Penetapan

d. Seksi Pengolahan dan Informasi 4. Bidang Penagihan, Membawahkan:

a. Seksi Pembukuan dan Vertifikasi b. Seksi Penagihan dan Perhitungan c. Seksi Pertimbangan dan Restitusi 5. Bidang Bagi Hasil Pendapatan, Terdiri Atas:

a. Seksi Bagi Hasil Pajak

b. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak c. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil


(46)

6. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah, Terdiri Atas: a. Seksi Pengembangan Pajak

b. Seksi Pengembangan Retribusi

c. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain 7. Unit Pelaksanaan Teknis (UPT)

8. Kelompok Jabatan Fungsional

3. Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan

Adapun susunan organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan berdasarkan Keputusan Walikota Medan Nomor 1 tahun 2010, pasal 2 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan.

Dalam Peraturan Walikota, yang dimaksud yaitu : a. Daerah adalah Kota Medan

b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Medan c. Walikota adalah Walikota Medan

d. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kota Medan e. Dinas adalah Dinas Pendapatan Kota Medan

f. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pendapatan Kota Medan

g. Unit Pelaksana Teknis (UPT) adalah unsure pelaksan teknis pada Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas

h. Kelompok Jabatan Fungsional adalah pemegang jabatan fungsional yang tugasnya didasarkan pada keahlian dan atau keterampilan tertentu sesuai kebutuhan daerah.


(47)

Adapun tugas pokok dari Kepala Dinas Dinas dan masing-masing seksi pada Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan adalah sebagai berikut :

1. Dinas

Dinas merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah, yang dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Dinas mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan pemerintahan daerah di bidang pendapatan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

Dalam melaksanakan tugas pokok, Dinas menyelenggarakan fungsi : a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pendapatan.

b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang pendapatan.

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pendapatan.

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2. Sekretariatan

Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala Dinas. Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup kesekretariatan meliputi pengelolaan administasi umum, keuangan dan penyusunan program.

Adapun fungsi sekretarian adalah sebagai berikut:

1. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan kesekretariatan. 2. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan program Dinas.


(48)

3. Pelaksanaan dan penyelenggaraan pelayanan administrasi kesekretariatan Dinas yang meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan, dan kerumahtanggaan Dinas.

4. Pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan organisasi, dan ketatalaksanaan.

5. Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas-tugas Dinas. 6. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian. 7. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan kesekretariatan.

8. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Bagian sekretariatan terdiri dari beberapa sub dan tugas-tugas pokok, yaitu:

a. Sub Bagian Umum

Sub Bagian Umum mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas sekretariat lingkup administrasi Umum.

b. Sub Bagian Keuangan

Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas sekretariat lingkup pengelolaan administrasi keuangan.

c. Sub Bagian Penyusunan Program

Sub Bagian Penyusunan Program mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas sekretariatlingkup penyusunan program dan pelaporan.


(49)

3. Sub Bidang Pendataan dan Penetapan

Bidang Pendataan dan Penetapan dipimpin oleh Kepala Bidang,yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

Bidang Pendataan dan Penetapan mempunyai tugas dan fungsi, yaitu : 1. Bidang Pendataan dan Penetapan mempunyai tugas pokok melaksanakan

sebagian tugas Dinas lingkup pendataan, pendaftaran, pemeriksaan penetapan, dan pengolahan data informasi.

2. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Pendataan dan Penetapan menyelenggarakan fungsi :

a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pendataan dan Penetapan.

b. Penyusunan petunjuk teknis ruang lingkup pendataan, pendaftaran, pemeriksaan penetapan, dan pengolahan data dan informasi.

c. Melaksanakan pendaftaran dan pendataan seluruh wajib pajak, wajib retribusi dan pendapatan daerah lainnya.

d. Pelaksanaan pengolahan dan informasi baik dari Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD), Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah (SPTRD), hasil pemeriksaan dari instansi yang terkait.

e. Pelaksanaan proses penetapan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya.

f. Perencanaan dan penatausahaan hasil pemeriksaan terhadap Wajib Pajak dan Wajib Retribusi.


(50)

g. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang pendataan dan penetapan.

h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Adapun Bidang pendataan dan pendaftaran terdiri dari beberapa seksi dan tugas-tugas pokok, yaitu:

a. Seksi pendataan dan pendaftaran

Seksi ini mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas bidang pendataan dan penetapan lingkup pendataan dan pendaftaran.

b. Seksi pemeriksaan

Seksi ini mempunyai tugas pokok sebagian bidang pendataan dan penetapan lingkup pemeriksaan.

c. Seksi penetapan

Seksi ini mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas bidang pendataan dan penetapan pokok pajak daerah / pokok retribusi daerah.

d. Seksi pengolahan data

Seksi ini mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas bidang pendataan dan penetan lingkup data dan informasi.

4. Bidang Penagihan

Bidang Penagihan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.


(51)

Bagian Penagihan mempunyai tugas dan fungsi, yaitu :

1. Bidang Penagihan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pembukuan, verifikasi, penagihan, perhitungan, pertimbangan, dan restitusi.

2. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Penagihan mempunyai tugas dan fungsi yaitu :

a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Penagihan.

b. Penyusunan petunjuk teknis lingkup pembukuan, verifikasi, penagihan, perhitungan, pertimbangan dan restitusi

c. Pelaksanaan pembukuan dan verifikasi atas pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya.

d. Pelaksanaan penagihan dan tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya.

e. Pelaksanaan perhitungan restitusi dan atau pemindahbukuan atas pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya.

f. Pelaksanaan telaan dan saran pertimbangan terhadap keberatan wajib pajak atas permohonan wajib pajak.

g. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang penagihan.

h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepada Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.


(52)

Adapun bidang pelaksanaan terdiri dari beberapa seksi dan tugas-tugas pokok, yaitu :

a. Seksi Pembukuan dan Verifikasi

Seksi Pertimbangan dan Restitusi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Penagihan lingkup pertimbangan dan restitusi.

b. Seksi Penagihan dan Perhitungan

Seksi Penagihan dan Perhitungan mempunyai tugas pokok melaksanakan tugas Bidang Penagihan dan Perhitungan.

c. Seksi Pertimbangan dan Restitusi

Seksi Pertimbangan dan Restitusi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Penagihan lingkup pertimbangan dan restitusi.

5. Bidang Bagi Hasil Pendapatan

Bidang Bagi Hasil Pendapatan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

Bidang Bagi Hasil Pendapatan mempunyai tugas pokok dan fungsi, yaitu:

a. Bidang Bagi Hasil Pendapatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup bagi hasil pajak dan bukan pajak, penatausahaan bagi hasil dan perundang-undangan dan pengkajian pandapatan .

b. Dalam melaksanakan tugas pokok Bidang Bagi Hasil Pendapatan menyelenggarakan fungsi :

1. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Bagi Hasil Pendapatan.


(53)

2. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bagi hasi pajak dan bukan pajak, penata usahaan bagi hasil dan perundang-undangan dan pengkajian pendapatan.

3. Pelaksanaan penatausahaan bagi hasil pendapatan pajak dan bukan pajak, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang sah.

4. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi pemberi bagi hasil pajak dan bukan pajak, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang sah.

5. Pelaksanaan perhitungan penerimaan dari dana bagi hasil pajak/ bukan pajak provinsi dan dana bagi hasil pajak/bukan pajak pusat, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang sah.

6. Pelaksanaan pengkajian pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan pengkajian hasil pendapatan daerah dibidang dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah.

7. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang bagi hasil pendapatan.

8. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Adapun bidang pelaksanaan terdiri dari beberapa seksi dan tugas-tugas pokok, yaitu:

a. Seksi Bagi Hasil Pajak

Seksi Bagi Hasil Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup bagi hasil pajak.


(54)

b. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak

Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Hasil Pendapatan lingkup bagi hasil bukan pajak.

c. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil

Seksi Penatausahaan Bagi Hasil mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup penatausahaan bagi hasil. d. Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan

Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup peraturan perundang-undangan dan kajian pendapatan.

6. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah

Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah mempunyai tugas pokok dan fungsi, yaitu:

a. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pengembangan pajak, retribusi dan pendapatan lain-lain.

b. Dalam melaksanakan tugas pokok Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah menyelenggarakan fungsi :

1. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah.


(55)

2. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan pajak, retribusi dan pendapatan lain-lain.

3. Pelaksanaan pengkajian potensi pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan lainnya.

4. Penghitungan potensi pajak dan retribusi daerah.

5. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaoran lingkup bidang pengembangan pendapatan daerah.

6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Adapun bidang pelaksanaan terdiri dari beberapa seksi beserta tugas-tugas pokok, yaitu :

a. Seksi Pengembangan Pajak

Seksi Pengembangan Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah lingkup pengembangan pajak.

b. Seksi Pengembangan Retribusi

Seksi Pengembangan Retribusi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah lingkup pengembangan retribusi.

c. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain

Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain memiliki tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengembangan Pendapatan lain-lain.


(56)

7. Unit Pelaksana Teknis

Pembentukan, nomenklatur, tugas pokok dan fungsi Unit Pelaksana Teknis ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

8. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.

Adapun peraturan yang berlaku, yaitu :

8.1. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang diatur dan ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

8.2. Setiap Kelompok Jabatan Fungsional, dipimpin oleh Tenaga Fungsional Senior yang ditunjuk.

8.3. Jumlah tenaga kerja fungsional, ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.

8.4. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan.

B. Implementasi Peraturan Daerah Nomor 11 tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame

Konsekuensi dari adanya peraturan di atas yaitu peraturan daerah dan keputusan walikota tersebut adalah bahwa setiap para pihak yang ingin memasang reklame di wilayah hukum daerah Kota Medan harus atau diwajibkan untuk memiliki izin dari pemerintah Kota Medan, dan mematuhi peraturan yang ada di Kota Medan tentang penyelenggaraan reklame, apabila diketahui ada pihak yang


(57)

menyelenggarakan reklame tanpa izin dari pemerintah Kota Medan maka dapat dikenakan sanksi pidana.

Berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 15 Tahun 2012 tentang Standar Operasional Prosedur Pelayanan Umum Di BPT (Badan Pelayanan Terpadu) Kota Medan perizinan pajak reklame adalah sebagai berikut :

1. Pengajuan berkas permohonan di loket perizinan Pengajuan berkas permohonan oleh pemohon ijin reklame di loket perizinan reklame. Berkas tersebut harus sudah disi dengan benar dan jelas mengenai :

a. Identitas Pemohon meliputi nama, alamat, pekerjaan, nama perusahaan, jenis usaha, alamt perusahaan.

b. Identitas reklame yang akan dimintakan ijin yang meliputi : a) Jenis Reklame

b) Ukuran

c) Sudut Pandang

d) Dipasang di (letak pemasangan) e) Selama (jangka waktu pemasangan) 2. Pemeriksaan berkas

Pemeriksaan berkas dilakukan oleh petugas perizinan reklame. Petugas bertugas menerima permohonan perijinan reklame dari pemohon, yaitu memeriksa validitas awal data berupa kelengkapan data. Pemeriksaan berkas tersebut meliputi pemeriksaan terhadap bdata-data yang berkaitan dengan identitas pemohon dan identitas reklame yang akan dimintakan ijin, apakah sudah diisi lengkap atau belum. Jika berkas sudah benar dan lengkap kemudian dilakukan


(58)

proses selanjutnya, jika belum benar dikembalikan kepada pemohon untuk dilengkapi.

3. Pemeriksaan Lokasi/lapangan

Setelah pemeriksaan berkas telah dinyatakan lengkap, selanjutnya Badan Pelayan Terpadu akan melakukan pemeriksaan lapangan terkait dengan perijinan reklame yang telah diajukan pemohon. Pemeriksaan lokasi/lapangan yang akan didirikan reklame dilakukan oleh Tim Pemeriksaan Lapangan Perijinan Kota Medan yang terdiri dari :

1) Kasi (Kepala Seksi) Penerimaan Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan 2) Kasi (Kepala Seksi) Aset Daerah Dinas Tata Kota

3) Kasubid (Kepala Sub Bidang) Industri Perdagangan Koperasi (indakop) dan Reklame

4) Kabid (Kepala Bidang) Perijinan Jasa Usaha BPT.

Dalam pemeriksaan lapangan permohonan ijin reklame hal-hal yang diperiksa oleh tim yaitu :

1) Apakah reklame dilokasi tersebut (tempat pemasangan reklame) aman dari lalu lintas pemakai jalan dan terletak meter dari badan jalan sehingga tidak mengganggu arus lalu lintas dan aman dari pemakai jalan atau tidak.

2) Apakah dilokasi tersebut masih dimungkinkan untuk menambah papan reklame papan konstruksi atau tidak.

3) Apakah reklame tersebut tidak akan merusak estetika / keindahan kawasan-kawasan tersebut, dan reklame tersebut di buat dengan bentuk Papan Konstruksi dengan desain warna yang indah atau tidak.


(59)

Pemeriksaan lapangan tersebut dilakukan untuk mengetahui atau mencocokan antara kondisi nyata yang ada di lapangan dengan kondisi yang ada pada berkas formulir perijinan reklame yang diajukan. Setelah pemeriksaan lapangan oleh tim selesai maka tim pemeriksa lapangan membuat berita acara pemeriksaan terkait dengan permohonan perijinan reklame yang telah diajukan oleh pemohon.

4. Penetapan Biaya/pajak

Setelah pemeriksaan lapangan selesai maka mekanisme selanjutnya yaitu penetapan biaya atau pajak. Untuk penetapan pajak, akan dibahas penulis pada sub bab berikutnya.

5. Proses SK(Surat Keputusan) / Izin

Untuk proses pengeluaran Surat Keputusan/izin Pemasangan Reklame yaitu : setelah pemeriksaan lapangan oleh Tim Pemeriksaan Lapangan Perizinan Kota Medan kemudian diadakan rapat rekomendasi permohonan ijin pemasangan reklame pemohon anatara Tim Pemeriksaan Lapangan Perizinan Kota Medan dengan Kepala BPT (Badan Pelayanan Terpadu) Kota Medan. Setelah adanya persetujuan atau rekomendasi perizinan pemasangan reklame maka dikeluarkanlah Surat Keputusan/izin dari Kepala Badan Pelayanan Terpadu Kota Medan atas nama Walikota Medan.

C. Sanksi terhadap pelanggaran Peraturan Daerah Nomor 11 tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame

Penetapan sanksi dalam suatu peraturan perundang-undangan bukanlah sekadar masalah teknis perundang-undangan semata, melainkan ia bagian tak


(60)

terpisahkan dari substansi atau materi perundang-undangan itu sendiri. Menurut Achmad Ali, sanksi harus dipandang sebagai salah satu unsur yang esensial, bila kita melihat hukum sebagai kaidah. Hampir semua juris yang berpandangan dogmatik, memandang hukum sebagai kaidah bersanksi yang didukung oleh otoritas tertinggi di dalam masyarakatnya.27

Bila materi muatan suatu peraturan perundang-undangan terkait dengan bidang hukum administrasi, pada umumnya sanksi yang ditetapkan adalah sanksi administratif. Namun dalam praktek kebijakan legislasi selama ini, nyaris setiap undang-undang, baik yang menyangkut bidang hukum administrasi maupun bidang hukum lainnya, selalu disertai dengan muatan jenis sanksi pidana. Fenomena semacam ini meminjam ungkapan Barda Nawawi Arief memberikan kesan seolah-olah dirasakan kurang sempurna atau hambar bila suatu produk perundang-undangan tidak ada ketentuan pidananya (sanksi).

Sanksi merupakan ‘safetybelt’ bagi suatu peraturan perundang-undangan.

28

Dari pernyataan ini hendak dikemukakan bahwa penetapan jenis dan bentuk sanksi tidak lepas dari materi muatan serta bidang hukum yang diatur dalam suatu peraturan perundang-undangan. Tidak setiap jenis peraturan perundang-undangan harus diberi sanksi pidana. Karena itu, dalam pedoman kerangka peraturan perundang-undangan sebagai lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari UU No. 10 Tahun 2004, persoalan materi muatan

27

Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), Chandra Pratama, Jakarta, 1996, hal 62.

28

Barda Nawawi Arief, Batas-batas Kemampuan Hukum Pidana dalam Penanggulangan

Kejahatan, Makalah Seminar Nasional Pendekatan Non-penal dalam Penanggulangan Kejahatan,

Semarang, 1996, Lihat juga buku beliau, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan


(1)

C. Upaya mengatasi hambatan dalam Implementasi Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Reklame ditinjau dari Hukum Administrasi Negara

Berdasarkan uraian di atas mengenai faktor-faktor yang menjadi penghambat Pengaruh Implementasi Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Reklame, maka perlu dilakukan usaha-usaha untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut. Adapun usaha-usaha yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:33

1. Kepala Bidang PAD lebih maksimal dalam memberikan pengarahan tentang kebijakan pajak reklame kepada pegawai, agar tingkat keberhasilan implementasi Perraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Reklame

2. Kepala Bidang PAD berusaha memaksimalkan kembali kemampuan atau kompetensi pegawai yang tersedia khususnya pada pegawai seksi pendaftaran dan pendataan bidang pendapatan asli daerah dengan cara lebih teliti lagi dalam melakukan pengawasan terhadap lokasi-lokasi objek pajak reklame.

3. Kepala Bidang PAD lebih memperhatikan sikap para pegawai seksi penetapan bidang pendapatan asli daerah yang lamban dalam membuat dan menyerahkan surat teguran kepada wajib pajak agar tidak terjadi keterlambatan dalam pembayaran pajak.


(2)

rutin dilaksanakan satu minggu sekali untuk mengetahui bagaimana pemahaman para pegawai mengenai pajak reklame dan sejauh mana pelaksanaan kerja para petugas block plan dilapangan. Dengan mengkomunikasikan kepada para wajib pajak mengenai pentingnya membayar pajak tepat pada waktunya dapat menumbuhkan “sadar bayarpajak” dari para wajib pajak.

5. Kepala Bidang PAD lebih memperhatikan lingkungan ekonomi terutama letak geografis dan letak pemasangan reklame dari objek-objek pajak reklame yang sangat strategis sehingga dapat diperhitungkan nilai jual objek pajak reklame yang semakin meningkat


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pengawasan terhadap penyelenggaraan reklame di Kota Medan, Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan memiliki sistem kontrol perpajakan berupa pengawasan penyetoran pajak reklame. Sistem kontrol perpajakan yang digunakan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan merujuk pada Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pajak Reklamen. Didalam pengawasan penyetoran pajak reklame Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan melakukan berbagai kegiatan pemeriksaan, pemeriksaan tersebut dilakukan melalui identifikasi masalah yang timbul akibat penyetoran pajak reklame. Dalam identifikasi tersebut Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan mengkaji beberapa dokumen penting yang berkaitan dengan objek pajak reklame yang telah di laporkan kepada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

2. Implementasi tentang Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame

3. Hambatan Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame Ditinjau Dari hukum Administrasi Negara


(4)

Penyelenggaraan Reklame dalam hal penagihan pajak reklame, dan hal tersebut dikarenakan kurangnya sosialisasi dari Kepala Dinas kepada para pegawai yang terlibat dalam pengelolaan pajak reklame dimana sosialisasi tersebut untuk mengetahui bagaimana pemahaman para pegawai mengenai cara penagihan pajak reklame dan sejauh mana pelaksanaannya dilapangan. Kemampuan atau kompetensi pegawai yang menunjang bagi para petugas dirasakan belum maksimal.

B. Saran

1. Kepala Bidang PAD meningkatkan kemampuan atau kompetensi pegawai yang tersedia khususnya pada pegawai seksi pendaftaran dan pendataan dengan cara meningkatkan ketelitian pegawai dalam melakukan pengawasan terhadap lokasi-lokasi objek pajak.

2. Perlu adanya perubahan terhadap Peraturan Daerah tentang Pajak Reklame karena sebagai salah satu dasar hukum yang mengatur tentang perizinan pajak reklame penulis merasasa peraturan daerah tentang Pajak Reklame

3. Peningkatan sarana dan prasarana seperti bangunan atau gedung yang kurang mendukung aktivitas pelayanan perizinan dan non perizinan pada umumnya dan khususnya perizinan reklame.


(5)

DAFTAR PUSTAKA Buku

Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), Chandra Pratama, Jakarta, 1996.

Barda Nawawi Arief, Batas-batas Kemampuan Hukum Pidana dalam Penanggulangan Kejahatan, Makalah Seminar Nasional Pendekatan Non-penal dalam Penanggulangan Kejahatan, Semarang, 1996, Lihat juga buku beliau, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1998

Hadjon, P.M. Pengantar Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 2006

Jhonny Ibrahim. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Malang: Bayumedia Publishng, 2006

Lukman Wirianto, Peran Reklame/Iklan Dalam Mempromosikan Produk Dan Jasa, Graha Ilmu, Jakarta, 2010.

Matatelinga.Perolehan-PAD-Dari-Sektor-Pajak-Reklame-Minim.dalam/Berita-Sumut / 12326/diakses tanggal 1 Juli 2014

Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta : UII Press, 2003.

Reksohadiprodjo, Sukanto, Dasar-dasar Manajemen, Yogyakarta, Edisi Keenam, BPFE, 2008.

Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta: Ghalia Indonesia,1994.

Ridwan H.R. Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Rajawali Press, 2010.

Sjachran Basah, Perlindungan Hukum Terhadap Sikap-Tindak Administrasi Negara, Bandung : Alumni, 1992.


(6)

Siagian, Pokok-Pokok Pengawasan, Jakarta, Rineka Cipta, 1990.

Sutedi, A. Hukum Perizinan dalam Sektor Pelayanan Publik. Jakarta: Sinar Grafika, 2010.

Soerjono Soekanto dan Srimamudji, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta: Ind-Hillco, 2001.

M. Sholehuddin, Sistem Sanksi Dalam Hukum Pidana; Ide Dasar Double Track System dan Implementasinya, RajaGrafindo, Jakarta, Cet. ke-2, 2004

Winardi. Promosi dan Reklame. Bandung : Mandar Majul, 1992

Peraturan Perundang-Undangan

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pajak Reklamen UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan,

dalam Lampiran Sistematika Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan


Dokumen yang terkait

Implementasi Peraturan Walikota Medan Nomor 20 Tahun 2011 Dalam Penerbitan Ijin Usaha Minimarket

0 59 102

Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah Kota Medan No 5 Tahun 2012 Dalam Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan Di Kota Medan

3 120 134

Pengawasan Izin Usaha Pariwisata Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Kepariwisataan(Studi Pemko Medan)

13 122 81

Implementasi Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan Ditinjau dari Hukum Administrasi Negara (Studi Kota Medan)

1 46 79

Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah Kota Medan No 5 Tahun 2012 Dalam Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan Di Kota Medan

4 66 134

Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan No.11 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Dinas Pendapatan Kota Medan)

0 0 7

Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan No.11 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Dinas Pendapatan Kota Medan)

0 0 1

Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan No.11 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Dinas Pendapatan Kota Medan)

0 0 22

Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan No.11 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Dinas Pendapatan Kota Medan)

0 0 11

Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan No.11 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Dinas Pendapatan Kota Medan)

0 0 2