Pencirian Poliblend Poliasamglikolat Dengan Polikaprolakton

PENCIRIAN POLIBLEND
POLIASAMGLIKOLAT DENGAN POLIKAPROLAKTON

HENDRA SUPRAYOGI

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

2

ABSTRAK
HENDRA SUPRAYOGI. Pencirian Poliblend Poliasamglikolat dengan Polikaprolakton.
Dibimbing oleh TETTY KEMALA dan ACHMAD SJAHRIZA.
Sekarang ini sedang banyak dikembangkan jenis polimer yang bersifat
biodegradabel, salah satunya adalah polimer yang berasal dari golongan poliester alifatik.
Salah satu cara untuk memperoleh sifat polimer yang diinginkan sesuai dengan aplikasi
maka diperlukan modifikasi pada proses pembuatannya seperti dengan cara pencampuran
polimer secara fisika (poliblend). Penelitian ini membuat poliblend poliasamglikolat

(PGA) dan polikaprolakton (PCL) sebagai poliblend yang bersifat kompatibel. Poliblend
PGA dan PCL dibuat dengan mencampurkan masing-masing polimer penyusunnya yang
telah dilarutkan dalam pelarut aseton yang terpisah, kemudian dilanjutkan dengan
pembuatan film tipis. Poliblend yang dihasilkan dicirikan dengan menggunakan
spektrosokopi fourier transformed infrared (FTIR), scanning electrone microscope
(SEM), dan viskositas intrinsik dengan menggunakan metode viskometri. Hasil pencirian
yang terlihat dalam spektrum FTIR menunjukkan bahwa poliblend PGA dan PCL hanya
berinteraksi secara fisik. Berdasarkan pengamatan dengan SEM, poliblend PGA dan PCL
yang dihasilkan bersifat kompatibel. Semakin tinggi viskositas intrinsik, semakin tinggi
pula bobot molekul yang dihasilkan seiring dengan bertambahnya komposisi PCL dalam
poliblend.

ABSTRACT
HENDRA SUPRAYOGI. Characterization of Polyblend Polyglicolic Acid with
Polycaprolactone. Supervised by TETTY KEMALA and ACHMAD SJAHRIZA.
Nowadays, the new biodegradable polymers with improved material properties
have been intensively developed. Polymer which include in aliphatic polyester is a kind
of polymer with biodegradable properties. To get polymer with desirable properties, it
need modification technique such as physically polymer blending (polyblend).
Polyglicolic acid (PGA) with polycaprolactone (PCL) was to obtain a polyblend. The

synthesis of polyblend PGA with PCL were done by mixed each polymer which had been
dissolved in acetone and then blended them together. From this blending a thin layer film
was made. The resulting polyblend were characterized by fourier transformed infrared
(FTIR) spectroscopy, scanning electrone microscope (SEM), and intrinsic viscosity by
viscometry. According to FTIR spectrums, it showed that there are no new covalent
bonding found, it is just physically interaction. This polyblend has compatible
characteristic which was shown by SEM analysis. The molar masses of polyblend
increased following progress with intrinsic viscosity by the increasing PCL content in the
blend.

3

PENCIRIAN POLIBLEND
POLIASAMGLIKOLAT DENGAN POLIKPROLAKTON

HENDRA SUPRAYOGI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada

Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

4

Judul : Pencirian Poliblend Poliasamglikolat dengan Polikaprolakton
Nama : Hendra Suprayogi
NIM : G44202046

Menyetujui:
Pembimbing I,

Pembimbing II,

Tetty Kemala, M.Si

NIP 132 232 787

Drs. Achmad Sjahriza
NIP 132 842 413

Mengetahui:
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS
NIP 131 473 999

Tanggal Lulus:

5

PRAKATA
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Tema
yang dipilih dalam penelitian ini adalah pengembangan material jenis polimer melalui

proses blending dengan judul Pencirian Poliblend Poliasamglikolat dengan
Polikaprolakton. Dana penelitian ini diperoleh dari Program Hibah Kompetisi A2
Departemen Kimia, Institut Pertanian Bogor (IPB).
Dalam penelitian ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Tetty
Kemala, M.Si, dan Bapak Drs. Achmad Sjahriza selaku pembimbing atas segala saran,
kritik, dorongan, dan bimbingannya selama penelitian dan penyusunan karya ilmiah ini.
Penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Syawal, Ibu Ai, Bapak Nano, Bapak Mail,
dan staf Laboratorium Kimia Fisik IPB atas fasilitas dan kemudahan yang diberikan.
Selain itu, ucapan terima kasih kepada rekan tim polimer, Lukmana, KS, Fifi, Ana, Reko,
Fajar, dan teman-teman seperjuangan di Laboratorium Kimia Fisik atas canda, semangat,
dan saran selama penelitian.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada orang tua tercinta, adik tersayang
Ndo dan Een atas segala doa dan kasih sayangnya. Juga untuk Moe yang selalu mau
menemani atas semangat, doa, dan inspirasi yang tiada hentinya diberikan kepada
penulis. Ucapan terimakasih tidak terlepas juga ditujukan kepada d’Warkoz yang selalu
bisa memberi keceriaan dan tawa. Obie, David, Tri, dan Dogar serta rekan-rekan
seperjuangan Kimia 39 atas kebersamaannya yang indah.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


Bogor, April 2007
Hendra Suprayogi

6

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 19 Januari 1984 di Pamekasan, Madura. Penulis
merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Mashudi dan Ibu Sri
Ernawati.
Pendidikan Lanjutan Menengah Umum (SMU) diselesaikan penulis pada tahun
2002 di SMU Negeri 1 Pamekasan dan pada tahun yang sama diterima di IPB melalui
jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) sebagai mahasiswa Program Studi Kimia,
Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam berbagai kegiatan kepanitiaan,
penulis pernah menjadi asisten praktikum Kimia Lingkungan untuk tahun ajaran
2005/2006 dan Kimia Anorganik untuk tahun ajaran 2006/2007. Tahun 2005 penulis
melaksanakan Praktik Lapangan di PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills di Unit Produksi
Soda Kaustik.

7


DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL...............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................................iii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................................... iv
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
TINJAUAN PUSTAKA
Polimer Biodegradabel.............................................................................................. 1
Polimer Campuran .................................................................................................... 2
Poliasamglikolat........................................................................................................ 2
Polikaprolakton ......................................................................................................... 2
Penentuan Kompatibilitas Poliblend ......................................................................... 3
Spektroskopi Inframerah Transformasi Fourier (FTIR)............................................ 3
Scanning Electron Microscope (SEM) ..................................................................... 4
Viskometri................................................................................................................. 4
BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan.......................................................................................................... 5
Metode penelitian...................................................................................................... 5
HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Gugus Fungsi dengan Spektroskopi Inframerah Transformasi
Fourier (FTIR) .......................................................................................................... 7
Pengamatan Bentuk dan Morfologi dengan SEM..................................................... 9
Analisis Bobot Molekul ............................................................................................ 9
SIMPULAN DAN SARAN .............................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 11
LAMPIRAN...................................................................................................................... 13

8

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Struktur poliasamglikolat............................................................................................... 2
2 Struktur polikaprolakton ................................................................................................ 3
3 Viskometer Oswalt......................................................................................................... 5
4 Mekanisme penggunaan viskometer Oswalt.................................................................. 6
5 PGA dari hasil sintesis ................................................................................................... 6
6 Film tipis yang dihasilkan pada komposisi (a) PGA:PCL/20:80;
(b) PGA:PCL/05:95 ....................................................................................................... 7
7 Spektrum FTIR dari poliblend PGA:PCL 50-50 ........................................................... 7

8 Spektrum FTIR dari poliblend PGA:PCL 20:80............................................................ 8
9 Spektrum FTIR dari (a) PGA dan (b) PCL ............................................................ 16
10 Morfologi permukaan pada SEM terhadap poliblend PGA:PCL/50:50
dengan perbesaran 200 kali............................................................................................ 9
11 Morfologi permukaan pada SEM terhadap poliblend PGA:PCL/20:80
dengan perbesaran 200 kali............................................................................................ 9
12 Grafik hubungan antara C (konsentrasi poliblend) dan (ln ηr)/C pada
(a) Poliblend PGA:PCL/ 50:50; (b) Poliblend PGA:PCL/ 35:65; (c) Poliblend
PGA:PCL/ 20:80; dan (d) Poliblend PGA:PC/ 05:95 ................................................... 10

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Daftar polimer biodegradabel yang telah diujicobakan ................................................ 14
2 Sifat umum dari beberapa polimer biodegradabel .......................................................... 2
3 Beberapa sifat fisik polikaprolakton ............................................................................... 3
4 Komposisi poliblend PGA dengan PCL ......................................................................... 5
5 Hasil analisis gugus fungsi dengan FTIR ....................................................................... 8
6 Data viskositas intrinsik untuk poliblend PGA:PCL / 50:50 ........................................ 17
7 Data viskositas intrinsik untuk poliblend PGA:PCL / 35:65 ........................................ 17
8 Data viskositas intrinsik untuk poliblend PGA:PCL / 20:80 ........................................ 17

9 Data viskositas intrinsik untuk poliblend PGA:PCL / 05:95 ........................................ 17

9

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Beberapa contoh material yang bersifat biodegradabel ................................................ 14
2 Diagram alir kerja penelitian......................................................................................... 15
3 Analisis gugus fungsi dengan FTIR.............................................................................. 16
4 Pengukuran viskositas intrinsik poliblend pada berbagai komposisi............................ 17

PENDAHULUAN
Jenis polimer yang sedang banyak
dikembangkan saat ini adalah polimer dengan
sifat biodegradabel yang baik. Hal ini
didorong oleh sifat-sifat polimer terdahulu
yang relatif kurang menguntungkan dan tidak
relevan dengan kondisi dunia sekarang.
Plastik yang identik dengan polimer
merupakan material yang dikenal luas yang

saat ini penggunaannya tidak terpisahkan dari
kehidupan manusia. Sifatnya yang ringan,
kuat,
praktis,
dan
mudah
dibentuk
menyebabkan plastik menjadi pilihan utama
sebagai material yang aplikatif. Ironisnya
terdapat sifat lain dari plastik yang justru
sangat merugikan, yaitu sifatnya yang relatif
stabil dan sulit terdegradasi menyebabkan
material ini menjadi penyebab utama
timbulnya berbagai masalah lingkungan. Oleh
karena itu perlu dikembangkan plastik yang
ramah lingkungan sebagai bentuk polimer
biodegradabel.
Polimer biodegradabel selain mampu
menyelesaikan
masalah
lingkungan,
belakangan ini telah banyak dikembangkan
juga sebagai penyalut atau pengungkung obat
(Preeti et al. 2003). Material ini bekerja secara
spesifik melalui interaksi dengan sistem hayati
tanpa meninggalkan fungsinya dalam tubuh
ataupun
mempengaruhi
mekanisme
farmakologi, immunologi, dan metabolisme
tubuh, serta produk sampingnya dapat
dihilangkan melalui jalur metabolik biasa
(Porjazoska et al. 2004).
Polimer biodegradabel telah banyak
dikembangkan seperti yang tersaji pada
Lampiran 1. Di antara polimer tersebut yang
banyak dikembangkan saat ini adalah polimer
yang berasal dari golongan poliester alifatik,
seperti halnya poliasamglikolat (PGA),
poliasamlaktat (PLA), dan polikaprolakton
1999).
Poliester
(PCL)
(Anonima
biodegradabel sintesis ini dan kopolimernya
telah dipelajari secara spesifik dan bahkan
sudah diaplikasikan secara luas dalam
perkembangan teknologi jaringan sebagai
kerangka dalam tubuh manusia. Hal ini
disebabkan oleh karena polimer-polimer
tersebut memiliki kelebihan disamping
sifatnya yang biodegradabel, juga bersifat
biokompatibel dan dapat dengan mudah
diproses ke dalam bentuk yang diinginkan (Li
& Chang 2005; Mano et al. 2004; Porjazoska

et al. 2004; Moran et al. 2003; Li & Arthur
2005).
Polimer
dapat
diperoleh
dengan
memodifikasi polimer yang telah ada atau
membuat baru sama sekali. Melalui
modifikasi ini, berbagai bahan polimer dengan
sifat yang beragam dapat dibuat untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia
sesuai dengan aplikasi yang diharapkan.
(Anonimb 2005). Salah satu langkah
modifikasi adalah dengan mencampurkan dua
jenis atau lebih polimer yang berbeda yang
lebih dikenal sebagai polymer blending
(poliblend). Dalam penelitian ini akan
dilakukan pencampuran polimer antara PGA
dengan PCL.
PLA
lebih
bersifat
hidrofobik
dibandingkan dengan PGA jika ditinjau dari
penambahan gugus metil pada struktur PLA.
Akibatnya PGA terdegradasi lebih cepat
dibandingkan dengan PLA yang dapat
bertahan sampai dengan satu tahun (Mano et
al. 2003). PGA merupakan polimer kristalin
dengan titik leleh yang tinggi dan modulus
yang kuat. PCL adalah salah satu polimer
sintetik yang bersifat biodegaradabel. PCL
termasuk poliester linear yang memiliki titik
leleh yang rendah dan sifat mekanik yang
relatif kuat. PCL seringkali dipadukan dengan
polimer jenis lainnya untuk memperbaiki sifat
mekaniknya (Mano et al. 2003; Porjazoska et
al. 2004).
Kedua jenis polimer tersebut memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing
sebagai poliester. Berdasarkan sifat inilah
diharapkan pencampuran polimer yang
dilakukan antara PGA dengan PCL dapat
menghasilkan poliblend yang kompatibel.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan polimer
dengan sifat baru yang dapat diaplikasikan
sesuai dengan kebutuhan.

TINJAUAN PUSTAKA
Polimer Biodegradabel
Degradasi polimer didefinisikan sebagai
hasil reaksi kimia dari pemutusan molekul
polimer menjadi molekul dengan berat yang
lebih rendah. Hal ini akan secara langsung
mempengaruhi keseluruhan sifat dari polimer
tersebut, terutama sifat fisiknya. Polimer akan
rapuh dan mudah hancur (Wikipedia 2006).
Beberapa sifat umum dari polimer
biodegradabel dapat dilihat pada Tabel 2.

PENCIRIAN POLIBLEND
POLIASAMGLIKOLAT DENGAN POLIKAPROLAKTON

HENDRA SUPRAYOGI

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

2

ABSTRAK
HENDRA SUPRAYOGI. Pencirian Poliblend Poliasamglikolat dengan Polikaprolakton.
Dibimbing oleh TETTY KEMALA dan ACHMAD SJAHRIZA.
Sekarang ini sedang banyak dikembangkan jenis polimer yang bersifat
biodegradabel, salah satunya adalah polimer yang berasal dari golongan poliester alifatik.
Salah satu cara untuk memperoleh sifat polimer yang diinginkan sesuai dengan aplikasi
maka diperlukan modifikasi pada proses pembuatannya seperti dengan cara pencampuran
polimer secara fisika (poliblend). Penelitian ini membuat poliblend poliasamglikolat
(PGA) dan polikaprolakton (PCL) sebagai poliblend yang bersifat kompatibel. Poliblend
PGA dan PCL dibuat dengan mencampurkan masing-masing polimer penyusunnya yang
telah dilarutkan dalam pelarut aseton yang terpisah, kemudian dilanjutkan dengan
pembuatan film tipis. Poliblend yang dihasilkan dicirikan dengan menggunakan
spektrosokopi fourier transformed infrared (FTIR), scanning electrone microscope
(SEM), dan viskositas intrinsik dengan menggunakan metode viskometri. Hasil pencirian
yang terlihat dalam spektrum FTIR menunjukkan bahwa poliblend PGA dan PCL hanya
berinteraksi secara fisik. Berdasarkan pengamatan dengan SEM, poliblend PGA dan PCL
yang dihasilkan bersifat kompatibel. Semakin tinggi viskositas intrinsik, semakin tinggi
pula bobot molekul yang dihasilkan seiring dengan bertambahnya komposisi PCL dalam
poliblend.

ABSTRACT
HENDRA SUPRAYOGI. Characterization of Polyblend Polyglicolic Acid with
Polycaprolactone. Supervised by TETTY KEMALA and ACHMAD SJAHRIZA.
Nowadays, the new biodegradable polymers with improved material properties
have been intensively developed. Polymer which include in aliphatic polyester is a kind
of polymer with biodegradable properties. To get polymer with desirable properties, it
need modification technique such as physically polymer blending (polyblend).
Polyglicolic acid (PGA) with polycaprolactone (PCL) was to obtain a polyblend. The
synthesis of polyblend PGA with PCL were done by mixed each polymer which had been
dissolved in acetone and then blended them together. From this blending a thin layer film
was made. The resulting polyblend were characterized by fourier transformed infrared
(FTIR) spectroscopy, scanning electrone microscope (SEM), and intrinsic viscosity by
viscometry. According to FTIR spectrums, it showed that there are no new covalent
bonding found, it is just physically interaction. This polyblend has compatible
characteristic which was shown by SEM analysis. The molar masses of polyblend
increased following progress with intrinsic viscosity by the increasing PCL content in the
blend.

3

PENCIRIAN POLIBLEND
POLIASAMGLIKOLAT DENGAN POLIKPROLAKTON

HENDRA SUPRAYOGI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

4

Judul : Pencirian Poliblend Poliasamglikolat dengan Polikaprolakton
Nama : Hendra Suprayogi
NIM : G44202046

Menyetujui:
Pembimbing I,

Pembimbing II,

Tetty Kemala, M.Si
NIP 132 232 787

Drs. Achmad Sjahriza
NIP 132 842 413

Mengetahui:
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS
NIP 131 473 999

Tanggal Lulus:

5

PRAKATA
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Tema
yang dipilih dalam penelitian ini adalah pengembangan material jenis polimer melalui
proses blending dengan judul Pencirian Poliblend Poliasamglikolat dengan
Polikaprolakton. Dana penelitian ini diperoleh dari Program Hibah Kompetisi A2
Departemen Kimia, Institut Pertanian Bogor (IPB).
Dalam penelitian ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Tetty
Kemala, M.Si, dan Bapak Drs. Achmad Sjahriza selaku pembimbing atas segala saran,
kritik, dorongan, dan bimbingannya selama penelitian dan penyusunan karya ilmiah ini.
Penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Syawal, Ibu Ai, Bapak Nano, Bapak Mail,
dan staf Laboratorium Kimia Fisik IPB atas fasilitas dan kemudahan yang diberikan.
Selain itu, ucapan terima kasih kepada rekan tim polimer, Lukmana, KS, Fifi, Ana, Reko,
Fajar, dan teman-teman seperjuangan di Laboratorium Kimia Fisik atas canda, semangat,
dan saran selama penelitian.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada orang tua tercinta, adik tersayang
Ndo dan Een atas segala doa dan kasih sayangnya. Juga untuk Moe yang selalu mau
menemani atas semangat, doa, dan inspirasi yang tiada hentinya diberikan kepada
penulis. Ucapan terimakasih tidak terlepas juga ditujukan kepada d’Warkoz yang selalu
bisa memberi keceriaan dan tawa. Obie, David, Tri, dan Dogar serta rekan-rekan
seperjuangan Kimia 39 atas kebersamaannya yang indah.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, April 2007
Hendra Suprayogi

6

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 19 Januari 1984 di Pamekasan, Madura. Penulis
merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Mashudi dan Ibu Sri
Ernawati.
Pendidikan Lanjutan Menengah Umum (SMU) diselesaikan penulis pada tahun
2002 di SMU Negeri 1 Pamekasan dan pada tahun yang sama diterima di IPB melalui
jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) sebagai mahasiswa Program Studi Kimia,
Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam berbagai kegiatan kepanitiaan,
penulis pernah menjadi asisten praktikum Kimia Lingkungan untuk tahun ajaran
2005/2006 dan Kimia Anorganik untuk tahun ajaran 2006/2007. Tahun 2005 penulis
melaksanakan Praktik Lapangan di PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills di Unit Produksi
Soda Kaustik.

7

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL...............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................................iii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................................... iv
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
TINJAUAN PUSTAKA
Polimer Biodegradabel.............................................................................................. 1
Polimer Campuran .................................................................................................... 2
Poliasamglikolat........................................................................................................ 2
Polikaprolakton ......................................................................................................... 2
Penentuan Kompatibilitas Poliblend ......................................................................... 3
Spektroskopi Inframerah Transformasi Fourier (FTIR)............................................ 3
Scanning Electron Microscope (SEM) ..................................................................... 4
Viskometri................................................................................................................. 4
BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan.......................................................................................................... 5
Metode penelitian...................................................................................................... 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Gugus Fungsi dengan Spektroskopi Inframerah Transformasi
Fourier (FTIR) .......................................................................................................... 7
Pengamatan Bentuk dan Morfologi dengan SEM..................................................... 9
Analisis Bobot Molekul ............................................................................................ 9
SIMPULAN DAN SARAN .............................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 11
LAMPIRAN...................................................................................................................... 13

8

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Struktur poliasamglikolat............................................................................................... 2
2 Struktur polikaprolakton ................................................................................................ 3
3 Viskometer Oswalt......................................................................................................... 5
4 Mekanisme penggunaan viskometer Oswalt.................................................................. 6
5 PGA dari hasil sintesis ................................................................................................... 6
6 Film tipis yang dihasilkan pada komposisi (a) PGA:PCL/20:80;
(b) PGA:PCL/05:95 ....................................................................................................... 7
7 Spektrum FTIR dari poliblend PGA:PCL 50-50 ........................................................... 7
8 Spektrum FTIR dari poliblend PGA:PCL 20:80............................................................ 8
9 Spektrum FTIR dari (a) PGA dan (b) PCL ............................................................ 16
10 Morfologi permukaan pada SEM terhadap poliblend PGA:PCL/50:50
dengan perbesaran 200 kali............................................................................................ 9
11 Morfologi permukaan pada SEM terhadap poliblend PGA:PCL/20:80
dengan perbesaran 200 kali............................................................................................ 9
12 Grafik hubungan antara C (konsentrasi poliblend) dan (ln ηr)/C pada
(a) Poliblend PGA:PCL/ 50:50; (b) Poliblend PGA:PCL/ 35:65; (c) Poliblend
PGA:PCL/ 20:80; dan (d) Poliblend PGA:PC/ 05:95 ................................................... 10

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Daftar polimer biodegradabel yang telah diujicobakan ................................................ 14
2 Sifat umum dari beberapa polimer biodegradabel .......................................................... 2
3 Beberapa sifat fisik polikaprolakton ............................................................................... 3
4 Komposisi poliblend PGA dengan PCL ......................................................................... 5
5 Hasil analisis gugus fungsi dengan FTIR ....................................................................... 8
6 Data viskositas intrinsik untuk poliblend PGA:PCL / 50:50 ........................................ 17
7 Data viskositas intrinsik untuk poliblend PGA:PCL / 35:65 ........................................ 17
8 Data viskositas intrinsik untuk poliblend PGA:PCL / 20:80 ........................................ 17
9 Data viskositas intrinsik untuk poliblend PGA:PCL / 05:95 ........................................ 17

9

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Beberapa contoh material yang bersifat biodegradabel ................................................ 14
2 Diagram alir kerja penelitian......................................................................................... 15
3 Analisis gugus fungsi dengan FTIR.............................................................................. 16
4 Pengukuran viskositas intrinsik poliblend pada berbagai komposisi............................ 17

PENDAHULUAN
Jenis polimer yang sedang banyak
dikembangkan saat ini adalah polimer dengan
sifat biodegradabel yang baik. Hal ini
didorong oleh sifat-sifat polimer terdahulu
yang relatif kurang menguntungkan dan tidak
relevan dengan kondisi dunia sekarang.
Plastik yang identik dengan polimer
merupakan material yang dikenal luas yang
saat ini penggunaannya tidak terpisahkan dari
kehidupan manusia. Sifatnya yang ringan,
kuat,
praktis,
dan
mudah
dibentuk
menyebabkan plastik menjadi pilihan utama
sebagai material yang aplikatif. Ironisnya
terdapat sifat lain dari plastik yang justru
sangat merugikan, yaitu sifatnya yang relatif
stabil dan sulit terdegradasi menyebabkan
material ini menjadi penyebab utama
timbulnya berbagai masalah lingkungan. Oleh
karena itu perlu dikembangkan plastik yang
ramah lingkungan sebagai bentuk polimer
biodegradabel.
Polimer biodegradabel selain mampu
menyelesaikan
masalah
lingkungan,
belakangan ini telah banyak dikembangkan
juga sebagai penyalut atau pengungkung obat
(Preeti et al. 2003). Material ini bekerja secara
spesifik melalui interaksi dengan sistem hayati
tanpa meninggalkan fungsinya dalam tubuh
ataupun
mempengaruhi
mekanisme
farmakologi, immunologi, dan metabolisme
tubuh, serta produk sampingnya dapat
dihilangkan melalui jalur metabolik biasa
(Porjazoska et al. 2004).
Polimer biodegradabel telah banyak
dikembangkan seperti yang tersaji pada
Lampiran 1. Di antara polimer tersebut yang
banyak dikembangkan saat ini adalah polimer
yang berasal dari golongan poliester alifatik,
seperti halnya poliasamglikolat (PGA),
poliasamlaktat (PLA), dan polikaprolakton
1999).
Poliester
(PCL)
(Anonima
biodegradabel sintesis ini dan kopolimernya
telah dipelajari secara spesifik dan bahkan
sudah diaplikasikan secara luas dalam
perkembangan teknologi jaringan sebagai
kerangka dalam tubuh manusia. Hal ini
disebabkan oleh karena polimer-polimer
tersebut memiliki kelebihan disamping
sifatnya yang biodegradabel, juga bersifat
biokompatibel dan dapat dengan mudah
diproses ke dalam bentuk yang diinginkan (Li
& Chang 2005; Mano et al. 2004; Porjazoska

et al. 2004; Moran et al. 2003; Li & Arthur
2005).
Polimer
dapat
diperoleh
dengan
memodifikasi polimer yang telah ada atau
membuat baru sama sekali. Melalui
modifikasi ini, berbagai bahan polimer dengan
sifat yang beragam dapat dibuat untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia
sesuai dengan aplikasi yang diharapkan.
(Anonimb 2005). Salah satu langkah
modifikasi adalah dengan mencampurkan dua
jenis atau lebih polimer yang berbeda yang
lebih dikenal sebagai polymer blending
(poliblend). Dalam penelitian ini akan
dilakukan pencampuran polimer antara PGA
dengan PCL.
PLA
lebih
bersifat
hidrofobik
dibandingkan dengan PGA jika ditinjau dari
penambahan gugus metil pada struktur PLA.
Akibatnya PGA terdegradasi lebih cepat
dibandingkan dengan PLA yang dapat
bertahan sampai dengan satu tahun (Mano et
al. 2003). PGA merupakan polimer kristalin
dengan titik leleh yang tinggi dan modulus
yang kuat. PCL adalah salah satu polimer
sintetik yang bersifat biodegaradabel. PCL
termasuk poliester linear yang memiliki titik
leleh yang rendah dan sifat mekanik yang
relatif kuat. PCL seringkali dipadukan dengan
polimer jenis lainnya untuk memperbaiki sifat
mekaniknya (Mano et al. 2003; Porjazoska et
al. 2004).
Kedua jenis polimer tersebut memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing
sebagai poliester. Berdasarkan sifat inilah
diharapkan pencampuran polimer yang
dilakukan antara PGA dengan PCL dapat
menghasilkan poliblend yang kompatibel.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan polimer
dengan sifat baru yang dapat diaplikasikan
sesuai dengan kebutuhan.

TINJAUAN PUSTAKA
Polimer Biodegradabel
Degradasi polimer didefinisikan sebagai
hasil reaksi kimia dari pemutusan molekul
polimer menjadi molekul dengan berat yang
lebih rendah. Hal ini akan secara langsung
mempengaruhi keseluruhan sifat dari polimer
tersebut, terutama sifat fisiknya. Polimer akan
rapuh dan mudah hancur (Wikipedia 2006).
Beberapa sifat umum dari polimer
biodegradabel dapat dilihat pada Tabel 2.

2

Tabel 2 Sifat umum dari beberapa polimer
biodegradabel
Polimer

Titik
leleh
(°C)

Titik
transisi
gelas
(°C)

Modulus
(Gpa)a

Waktu
degradasi
(bulan)b

PGA

225-230

35-40

7.0

6 - 12

LPLA

173-178

60-65

2.7

>24

DLPLA

Amorf

55-60

1.9

12 - 16

PCL

58-63

-65- 60

0.4

>24

a : modulus tarik atau fleksural
b : waktu sampai massa hilang, tergantung juga pada
geometri

Polimer dikatakan biodegradabel jika
mampu terurai secara hayati oleh aktivitas
mikroorganisme di lingkungan dan juga dapat
terhidrolisis dalam tubuh baik melalui reaksi
enzimatik, non-enzimatik, maupun gabungan
keduanya tanpa menghasilkan dampak yang
merugikan dan pada akhirnya akan musnah
melalui jalur ekskresi biasa. Berbagai jenis
polimer biodegradabel baik yang berasal dari
alam maupun sintetik telah dikaji untuk sistem
mediasi obat, namun hanya sedikit polimer
yang benar-benar biokompatibel. Polimer
alami seperti bovine serum albumin (BSA),
human serum albumin (HSA), kolagen,
gelatin, dan hemoglobin telah dipelajari untuk
digunakan dalam sistem mediasi obat. Akan
tetapi penggunaan bahan-bahan tersebut
memiliki keterbatasan, yaitu ketahanannya
rendah dan sangat rentan terhadap kerusakan
(Jalil & Nixon 1990). Oleh karena itu para
peneliti mulai mengalihkan perhatiannya
untuk meneliti polimer sintetik yang dapat
digunakan untuk menggantikan penggunaan
polimer alam. Polimer sintetik memiliki
keuntungan lebih besar, diantaranya sifat yang
mudah untuk dimodifikasi, lebih dapat
diprediksi, lebih seragam, dan bebas dari
masalah immunogenitas (Dempsey et al.
2003).

proses pencampuran polimer secara kimia
dengan membentuk ikatan kovalen antar
polimer-polimer penyusunnya yang dikenal
sebagai kopolimer (Rabek 1983). Polimer
campuran (poliblend) dapat juga dibentuk dari
dua atau lebih kopolimer yang tidak berikatan
secara kovalen. Poliblend dapat disiapkan
dengan metode sebagai berikut:
1. Pencampuran mekanis dalam rubber
mills atau ekstruder.
2. Polimerisasi satu monomer dengan
monomer lainnya.
3. Evaporasi atau presipitasi dari
campuran larutan polimer.
4. Koagulasi campuran dari kisi-kisi
polimer.
Poliasamglikolat
Poliasamglikolat (PGA) adalah poliester
alifatik linear yang paling sederhana. PGA
telah digunakan dalam pengembangan benang
operasi sintetik. Monomer glikolida disintesis
dari dimerisasi asam glikolida. Polimerisasi
pembukaan cincin menghasilkan bahan
dengan berat molekul yang tinggi dengan
perkiraan residual monomer 1-3%. PGA
merupakan polimer kristalinitas tinggi (4555%), dengan titik leleh yang tinggi (220225oC) dan suhu transisi gelas 35-40oC.
Tingginya derajat kristalinitas menyebabkan
PGA tidak larut dalam kebanyakan pelarut
organik. Serat dari PGA memperlihatkan
kekuatan dan modulus yang tinggi serta
terlalu keras jika digunakan sebagai benang
operasi. Benang operasi yang terbuat dari
PGA akan hilang kekuatannya sekitar 50%
setelah dua minggu dan akan hilang 100%
pada minggu keempat dan akan benar-benar
terabsorpsi dalam 4 sampai 6 bulan. Glikolida
telah dikopolimersasi dengan monomer
lainnya untuk mengurangi sifat kaku pada
serat yang dihasilkan (Middleton dan Tipton
1998).

Polimer Campuran
Proses pencampuran polimer dapat
dilakukan dengan dua cara, yang pertama
yaitu dengan cara pencampuran secara fisika
antara dua atau lebih polimer yang berbeda
dan tidak membentuk ikatan kovalen antar
komponen-komponen penyusunnya, yang
disebut sebagai poliblend. Kedua adalah

Gambar 1 Struktur poliasamglikolat.
Polikaprolakton
Polikaprolakton (PCL) adalah poliester
yang biodegradabel dengan titik leleh rendah
sekitar 60oC dan suhu transisi gelas -60oC.

3

PCL memiliki ketahanan terhadap air, pelarut
minyak, dan klorin yang baik, serta
viskositasnya rendah. PCL dapat diperoleh
dari polimerisasi pembukaan cincin εkaprolakton menggunakan katalis seperti
timah oktoat.

Gambar 2 Struktur polikaprolakton.

Polimer ini sering digunakan sebagai
aditif pada resin untuk memperbaiki karakter
dan sifat akhir (misal: daya tahan kuat), serta
bersifat kompatibel dengan berbagai material
lainnya. PCL dapat dicampur dengan pati
untuk mengurangi biaya dan meningkatkan
biodegradabelitasnya atau dapat ditambahkan
juga sebagai pemlastis polimer (Wikipedia
2006).
Polikaprolakton merupakan poliester
alifatik semikristalin yang sangat kompatibel
terhadap osteoblast. PCL menunjukkan sifat
kristalinitas dan hidrofobik yang tinggi
dengan
demikian
memiliki
tingkat
biodegradasi yang lebih rendah secara in vivo
bila dibandingkan dengan poliasamglikolat
(PGA). Oleh karena itulah PCL dikatakan
sebagai material yang menarik untuk aplikasi
yang membutuhkan waktu degradasi yang
relatif lama. Seperti halnya poliester lainnya,
degradasi in vivo dari PCL juga melibatkan
pemotongan acak rantai hidrolitis ikatan ester.
Meskipun sifat mekaniknya sederhana
(modulus regangan 200-440 Mpa dan kuat
regangan 20-42 Mpa), PCL telah digunakan
dalam beragam aplikasi biomedis, seperti
scaffold untuk teknik jaringan pada tulang.
Untuk memperbaiki sifat mekanik yang
dimiliki, PCL telah dicampurkan atau
dikopolimerisasikan dengan polimer lainnya,
seperti PLA atau PLGA. Sehubungan dengan
sifatnya yang memiliki titik leleh yang rendah,
PCL
mudah
untuk
diproses
secara
konvensional. Oleh karena itu, PCL dapat
dengan mudah diisi dengan material yang
lebih kaku (partikel ataupun fiber) dan
diproses melalui teknik pelelehan. Namun
perlu diingat kembali kelemahan utama dari
material ini, yaitu terlalu lambat degradasinya
secara in-vivo, selnya yang lemah pelekatan
dan
proliferasi
pada
permukaannya,
membatasinya dalam aplikasi biomedis (Mano

et al. 2003). Beberapa sifat fisik dari
polikprolakton dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Beberapa sifat fisik polikaprolakton
Sifat fisik

Nilai

Suhu transisi gelas (°C)

-60

Titik leleh (°C)

60

Kuat tarik saat putus (Mpa)

4

Kuat tarik saat Yield (Mpa)

386

Elongasi (%)
Densitas (g/cm3)

800-1000
1.145

Penentuan Kompatibilitas Poliblend
Ditinjau dari segi termodinamik, kinetik
dan kesetimbangan mekanik, suatu poliblend
tidak mungkin homogen berada dalam satu
fase. Kompatibilitas poliblend tidak dapat
ditentukan secara pasti. Kompatibilitas
mempunyai sifat alami dalam pencampuran
dua cairan. Pengertian kompatibel dapat
digambarkan sebagai cairan yang dicampur
untuk membentuk campuran satu fase dan
homogen. Kompatibilitas dari poliblend
ditunjukkan oleh seberapa dekat poliblend
tersebut mendekati campuran fase tunggal dan
pengukurannya relatif tergantung pada derajat
heterogenitas poliblend itu sendiri (Rabek
1983).
Kompatibilitas poliblend menggambarkan
kekuatan antaraksi yang terjadi antara rantai
polimer sehingga membentuk campuran
homogen atau mendekati homogen. Indikator
yang menunjukkan kompatibilitas dari sebuah
poliblend adalah terlihat dari film tipis yang
dihasilkan
bersifat
transparan
dengan
permukaan yang relatif rata. Selain itu dapat
juga ditentukan dengan mengamati sifat
termalnya, yaitu poliblend akan bersifat
kompatibel jika hanya memiliki satu nilai
suhu transisi gelas (Rabek 1983).
Spektroskopi Inframerah Transformasi
Fourier (Spektroskopi FTIR)
Spektroskopi Inframerah Transformasi
Fourier merupakan suatu teknik pengukuran
spektrum berdasarkan pada respon dari radiasi
elektromagnet. FTIR dapat digunakan untuk
analisis kuantitatif maupun kualitatif suatu

4

senyawa organik dan dapat pula digunakan
untuk menentukan struktur molekul suatu
senyawa anorganik (Steven 2001).
Spektroskopi
ini
bekerja
dengan
mengukur respon (intensitas dari radiasi yang
diteruskan) dari sampel yang dikenai radiasi
elektromagnetik. Energi dari radiasi tersebut
beragam dalam jarak tertentu dan responnya
diplot dalam suatu fungsi radiasi energi
(frekuensi). Kerakteristik dari contoh yang
spesifik akan menghasilkan seri puncak
spektrum yang khusus dan dapat digunakan
untuk mengidentifikasi contoh. Walaupun
radiasi elektromagnetik bervariasi, dengan
transformasi fourier, sampel yang diradiasi
bisa dinyatakan dalam satu pulsa tunggal.
Hasilnya biasa disebut sebagai free induction
decay. Karena resonansi dari suatu sampel
bervariasi,
maka
digunakan
operasi
matematika yang disebut dengan transformasi
fourier sehingga sinyal tersebut dapat dihitung
menjadi suatu frekuensi tertentu. Dengan cara
ini, FTIR dapat menghasilkan spektrum yang
sama dengan spektrometer biasa namun
dengan waktu yang lebih singkat
FTIR
telah
membawa
tingkat
keserbagunaan yang besar ke dalam
penelitian-penelitian struktur polimer. Hal ini
dikarenakan spektrum-spektrum bisa discan,
disimpan, dan ditransformasikan dalam
hitungan detik. Teknik ini memudahkan
penelitian reaksi-reaksi polimer seperti
degradasi atau ikatan silang. FTIR teristimewa
bermanfaat dalam meneliti paduan-paduan
polimer. Sementara paduan yang lain yang
tidak campur memperlihatkan suatu spektrum
IR yang merupakan superposisi dari spektrum
homopolimer, spektrum paduan yang dapat
campur adalah superposisi dari tiga
komponen, yaitu dua spektrum homopolimer
dan satu spektrum interaksi yang timbul dari
interaksi
kimia
atau
fisika
antara
homopolimer-homopolimer (Steven 2001).
Scanning Electron Microscope (SEM)
Mikroskop elektron adalah alat deteksi
yang menggunakan sinar elektron berenergi
tinggi untuk melihat objek pada skala yang
sangat kecil. Prinsip kerja SEM adalah
deteksi elektron yang dihamburkan oleh suatu
sampel padatan ketika ditembakkan oleh
berkas elektron berenergi tinggi secara
kontinu
yang
dipercepat
di
dalam
electromagnetic coil yang dihubungkan
dengan CRT (cathode ray tube) sehingga

dihasilkan
suatu
informasi
mengenai
permukaan suatu sampel senyawa. Sebelum
dianalisis dengan SEM dilakukan preparasi
spesimen meliputi penghilangan pelarut,
pemipihan contoh, dan coating (Noor 2001).
Perangkat SEM terdiri atas penembak
elektron, sistem lensa elektromagnetik dua
tingkat yang digunakan untuk memperkecil
sinar elektron pada spesimen berdiameter 5-10
nm, detektor, dan kolom mikroskop (dari
penembakan
elektron
ke
spesimen).
Perangkat penembak elektron biasanya dibuat
dari filamen tungsten yang menghasilkan
aliran termal elektron.
Informasi yang dapat diperoleh dari SEM
adalah informasi topografi (mengamati
permukaan objek, tekstur, dan hubungan
langsung antara permukaan sifat bahan
meliputi
kekerasan,
pantulan,
dan
sebagainya), informasi morfologi (berkaitan
dengan pengamatan bentuk, ukuran partikel
penyusun objek, dan hubungan langsung
dengan sifat bahan), informasi komposisi
(berkaitan dengan pengamatan unsur-unsur
dan campuran penyusun objek serta jumlah
relatifnya), dan informasi kristalografi
(berkaitan dengan pengamatan susunan atom
dari objek, reaktivitas, kekuatan bahan, dan
sinyal listrik).
Viskometri
Viskometri merupakan metode yang
digunakan untuk menentukan ketahanan suatu
cairan
terhadap
aliran.
Pengukuranpengukuran
viskositas
larutan
encer
memberikan teknik yang paling sederhana dan
paling banyak dipakai untuk menetapkan
bobot molekul.
Perbandingan antara
viskositas larutan polimer terhadap viskositas
pelarut murni dapat dipakai untuk menentukan
massa molekul nisbi polimer. Metode
viskositas
mempunyai
kelebihan
dibandingkan dengan metode lain, yakni lebih
cepat dan lebih mudah, murah, serta
perhitungan hasilnya lebih sederhana.
Bobot molekul merupakan salah satu
variabel penting, sebab berhubungan langsung
dengan sifat-sifat fisis polimer. Polimer
dengan bobot molekul yang lebih tinggi pada
umumnya bersifat lebih kuat, tetapi bobot
molekul yang terlalu tinggi bisa menyebabkan
kesukaran-kesukaran dalam pemrosesannya.
Penentuan bobot molekul polimer dalam
penelitian
ini
menggunakan
metode

5

viskometri dengan menggunakan viskometer
Oswalt (Gambar 3).
A: Plug while drawing
fluid into capillary
Garis pengukuran
waktu alir

Pipa kapiler
Reservoir

Gambar 3 viskometer Oswalt.
Viskometer Oswalt merupakan alat yang
digunakan untuk mengukur viskositas suatu
cairan tak berwarna atau transparan (Cannon
Instrumen Company 2006). Pengukuran
dengan viskometer Oswalt, tidak bergantung
pada volume cairan yang dipakai, karena
viskometer dirancang untuk bekerja dengan
cairan mengalir melalui kapiler tanpa cairan
dibawahnya. Waktu alir diukur untuk pelarut
dan larutan polimer pada berbagai kepekatan.
Pengukuran dilakukan dengan viskometer
dalam penangas air bersuhu tetap untuk
mencegah naik-turunnya viskositas akibat
perubahan suhu (Cowd 1991).

lemari es selama kurang lebih 72 jam.
Langkah terakhir adalah menyaring dan
mengambil kristalnya untuk disimpan dalam
eksikator hingga kering dan PGA siap
digunakan untuk tahap selanjutnya.
Pembuatan Poliblend Poliasamglikolat
dengan Polikaprolakton
Blending PGA dengan PCL disiapkan
dengan komposisi yang berbeda (Tabel 4).
Preparasi poliblend dilakukan dengan
mencampurkan masing-masing polimer untuk
kemudian dilarutkan dengan menggunakan
pelarut aseton. Larutan kemudian dicampur
pada suhu ruang dan diaduk dengan pengaduk
magnet selama 24 jam, diikuti oleh
pengendapan dalam metanol berlebih. Hasil
dari pencampuran kemudian dikeringkan pada
suhu ruang sampai beratnya konstan.
Tabel 4 Komposisi poliblend PGA dengan
PCL
Komposisi
PGA (%)
PCL (%)
P1
P2
P3
P4

50
35
20
05

50
65
80
95

Pembuatan Film Tipis

BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah pompa
vakum, reaktor, penyaring vakum, pengaduk
magnet, hot plate, water-bath, termometer,
eksikator, viskometer, FTIR, SEM, dan
peralatan gelas.
Bahan-bahan yang digunakan adalah
natrium kloroasetat, timah oktoat, air
demineralisasi,
aseton,
metanol,
poliasamglikolat, dan polikaprolakton.
Pembuatan Polimer Poliasamglikolat
(PGA)
Preparasi
dalam
pembuatan
poliasamglikolat
dilakukan
dengan
melarutkan sebanyak 40 gram natrium
kloroasetat ke dalam 50 mL
air
demineralisasi. Setelah larut kemudian
ditambahkan dengan katalis timah oktoat satu
tetes dan divakum selama 5 jam pada suhu
140-185 oC. Sete;ah itu disimpan dalam

Poliblend yang telah dihasilkan dilarutkan
dengan aseton dan diaduk dengan stirer
sampai bercampur. Setelah itu, didiamkan
sampai terbebas dari gelembung-gelembung
udara dan dicetak di atas teflon berupa lapisan
tipis yang rata. Cetakan tersebut kemudian
diuapkan sampai semua pelarut menguap.
Film yang telah tercetak dilepaskan dari
permukaan teflon. Film yang telah terbentuk
siap digunakan untuk dicirikan lebih lanjut.
Analisis Gugus Fungsi dengan
Spektroskopi Inframerah Transformasi
Fourier (FTIR)
Sampel yang berupa film, ditempatkan ke
dalam cell holder kemudian dicari spektrum
yang sesuai. Hasilnya didapat berupa
difraktogram hubungan antara bilangan
gelombang dengan intensitas. Spektrum FTIR
dari kopolimer dan poliblend direkam
menggunakan spektrometer pada suhu ruang.

6

Pengamatan Bentuk dan Morfologi dengan
Scanning Electron Microscope (SEM)
Morfologi
dari
polimer
blending
diselidiki dengan menggunakan Scanning
Electron Microscope. Sampel ditempelkan di
atas peletak sampel (sample holder). Sampel
tersebut dilapisi dengan platina menggunakan
sebuah Polaron SC7640 sputter coater, 10
sampai dengan 12 mÅ.
Analisis Bobot Molekul dengan Viskometri
Pengukuran bobot molekul dilakukan
dengan menggunakan metode viskometri.
Pengukuran viskositas digunakan untuk
menghitung
bobot
molekul
rata-rata.
Poliblend sebanyak 0,1-2,0% dilarutkan
dalam aseton dan diukur viskositasnya dengan
viskometer Oswalt pada suhu ruang (25 oC)
dengan cara menghitung waktu alir pelarut
tanpa sampel dan waktu alir sampel poliblend
pada berbagai konsentrasi. Setelah itu,
viskositas relatif (ηr) diperoleh dengan cara
membandingkan waktu alir polimer dengan
waktu alir larutan pelarut (t/t0). Viskositas
intrinsik [η] dicari dengan cara memplotkan
nilai ln viskositas relatif (ln ηr) sebagai
sumbu y dengan konsentrasi sebagai sumbu x.
Bilangan bobot molekul (Mv) dan bobot
molekul rata-rata ditentukan berdasarkan
persamaan Mark-Houwink:
[η] =K (Mv)α
dengan nilai K dan α adalah suatu tetapan.
Mekanisme penggunaan viskometer
Oswalt dapat dilihat pada Gambar 4.
Viskometer Ostwalt dibersihkan dengan
pelarut aseton dan dikeringkan. Setelah itu,
viskometer diisi dengan larutan sampel
sampai reservoir paling bawah melalui tabung
L. Pengisian sampel dilakukan sampai sampel
mencapai garis antara G dan H. Kemudian
viskometer diletakkan dalam suatu pemegang
dan direndam dalam termostat pada suhu
25°C selama 30 menit. Tabung M dipegang
dan larutan dihisap melalui tabung N sampai
larutan mencapai gelembung D. Selanjutnya,
tabung N dipegang sampai larutan jatuh ke
bawah. Perhitungan waktu alir dilakukan
ketika miniskus larutan bergerak dari garis E
ke F. Hal yang sama dilakukan juga untuk
pelarut aseton yang digunakan.

Gambar 4 Mekanisme penggunaan
viskometer Oswalt.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Seperti yang tersaji pada Lampiran 2,
langkah awal dari penelitian ini adalah
pembuatan polimer poliasamglikolat yang
dibuat pada kondisi optimum (Sultra 2007).
Hasilnya berupa kristal berwarna putih seperti
yang terlihat pada Gambar 5 dengan
rendemen berkisar antara 15-25 %.

Gambar 5 PGA dari hasil sintesis.
PGA
yang
diperoleh
kemudian
dicampurkan dengan PCL pada berbagai
komposisi dengan menggunakan pelarut
aseton. Terdapat dua macam perlakuan yang
dapat dikenakan terhadap hasil dari
pencampuran tersebut yang dikenal sebagai
poliblend, yaitu mengendapkannya sehingga
terbentuk serbuk kristal atau dapat juga dibuat
sebagai film tipis. Karena alasan keefisienan
pencirian yang dilakukan pada tahap
selanjutnya menuntut sampel dalam bentuk
film tipis, maka larutan poliblend yang
dihasilkan dicetak menjadi film tipis.
Pembuatan film tipis dilakukan dengan
metode tuang. Larutan poliblend dituang di
atas cetakan pada permukaan yang rata.
Cetakan yang dipakai berupa sebuah lapisan
teflon dan larutan dibiarkan pada suhu ruang
sampai pelarut menguap sempurna dan film

7

terbentuk seperti yang terlihat pada Gambar 6.
Secara visual terlihat bahwa film tipis yang
dihasilkan memiliki keseragaman yang baik.
Selanjutnya, dari film tipis tersebut dilakukan
beberapa pencirian yang meliputi analisis
gugus fungsi dengan menggunakan FTIR,
pengamatan bentuk dan morfologi dengan
SEM, dan analisis bobot molekul dengan
menggunakan metode viskometri.

(a)

(b)

Gambar 6 Film tipis yang dihasilkan pada
komposisi (a) PGA:PCL/20:80;
(b) PGA:PCL/05:95.

Analisis Gugus Fungsi dengan
Spektroskopi Inframerah Transformasi
Fourier (FTIR)
Analisis dengan FTIR dimaksudkan
untuk mengetahui gugus fungsi dari poliblend
PGA dan PCL yang dihasilkan. Analisis
dilakukan dengan