Penanganan tandan buah segar kelapa sawit [Elaeis guineesis Jacq.] pra pengolahan di Kebun Ujan Mas, PT Cipta Futura, Sumatera Selatan

PENANGANAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.) PRA PENGOLAHAN DI
KEBUN UJAN MAS, PT CIPTA FUTURA, SUMATERA
SELATAN

Oleh
ARMITA RAYENDRA
A24050834

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

RINGKASAN

ARMITA RAYENDRA. Penanganan Tandan Buah Segar Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq.) Pra Pengolahan di Kebun Ujan Mas, PT Cipta
Futura, Sumatera Selatan. (Dibimbing oleh ISKANDAR LUBIS dan ADE
WACHJAR).
Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu tanaman dengan produktivitas

yang sangat tinggi bila dibandingkan dengan tanaman lain. Oleh karena itu,
diperlukan penanganan hasil panen yang baik agar menghasilkan produksi yang
berkualitas. Penanganan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit pra pengolahan
dimulai dari setelah buah dipotong dari pokoknya hingga sampai di Pabrik Kelapa
Sawit (PKS) sebelum diolah.
Kegiatan magang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan penulis, serta memperoleh pengalaman bekerja langsung di kebun
kelapa sawit. Penulis dapat mempelajari penanganan Tandan Buah Segar (TBS)
pra pengolahan serta pengaruhnya terhadap kualitas CPO (Crude Palm Oil) yang
dihasilkan.
Kegiatan magang dimulai dari bulan Februari 2009 sampai bulan Juni 2009
di Kebun Ujan Mas, PT Cipta Futura, Sumatera Selatan. Metode yang digunakan
adalah melaksanakan seluruh kegiatan magang dengan berbagai tingkat jabatan,
mulai dari karyawan harian lepas, pendamping mandor, hingga sebagai
pendamping asisten afdeling. Selain itu penulis juga mengumpulkan data primer
dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung, sedangkan
data sekunder diperoleh dari data kantor kebun atau pabrik serta studi literatur.
Produk yang berkualitas berkaitan dengan 3 kegiatan, yaitu panen,
pengangkutan atau penanganan TBS, dan pengolahan. Kualitas pengangkutan
dilihat dari kebersihan hanca dari hasil panen (TBS dan brondolan), panjang

gagang buah, pengutipan brondolan di TPH, ada atau tidaknya buah restan di
lapangan, produktivitas pengangkutan, dan efisiensi pengangkutan. Secara umum,
penanganan tandan buah segar di Kebun Ujan Mas PT Cipta Futura masih perlu
diperbaiki lagi. Perbaikan diperlukan pada hal-hal teknis dan terutama pada
pengelolaan pengangkutan, sehingga dapat mencapai standar perusahaan dan
lebih menguntungkan perusahaan.

PENANGANAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.) PRA PENGOLAHAN DI
KEBUN UJAN MAS, PT CIPTA FUTURA, SUMATERA
SELATAN

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh
Armita Rayendra
A24050834


DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

Judul

:

PENANGANAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA
SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PRA PENGOLAHAN DI
KEBUN UJAN MAS, PT CIPTA FUTURA, SUMATERA
SELATAN

Nama

:

ARMITA RAYENDRA


NIM

: A24050834

Menyetujui,

Pembimbing I,

Pembimbing II,

(Dr Ir Iskandar Lubis, MS)
NIP : 19610528 198503 1 002

(Dr Ir Ade Wachjar, MS)
NIP : 19550109 198003 1 008

Mengetahui:
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura,

(Dr Ir Agus Purwito, MSc Agr)

NIP : 19611101 198703 1 003

Tanggal Lulus : …………………………

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 28 Mei 1986. Penulis merupakan
anak ke-dua dari Bapak Jendra Muslim dan Ibu Anna Sat Dewi. Penulis sempat
mengenyam pendidikan dasar di SD Tadika Puri, Jakarta Selatan selama 3 tahun
dan menyelesaikannya di SDN Mexico 05 Pagi Jakarta Selatan pada tahun 1998.
Pada tahun 2001 penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMPN
19 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Pada tahun 2001 penulis memulai
pendidikan menengah atas di SMA Madania Boarding School selama 1 tahun dan
menyelesaikannya hingga lulus pada tahun 2005 dari SMA Cenderawasih I,
Jakarta Selatan.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2005 melalui jalur
SPMB. Selanjutnya pada tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Selama masa pendidikan baik di SMP hingga perguruan tinggi, penulis aktif
dalam kegiatan organisasi maupun menjadi panitia dalam beberapa event di

kampus. Saat di SMP dan SMA, penulis menjadi pengurus OSIS sekolah dan aktif
dalam kegiatan ekstrakurikuler paduan suara. Saat menjadi mahasiswa, penulis
aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Agronomi (HIMAGRON) masa
jabatan 2006/2007 sebagai anggota divisi pengembangan pertanian dan 2007/2008
sebagai ketua divisi pengembangan pertanian (Bangtan). Saat menjabat sebagai
ketua divisi Bangtan, penulis beserta rekan-rekan mengadakan acara Festival
Tanaman (FESTA) ke 29. Selain memperoleh pendidikan formal, penulis juga
melakukan kegiatan magang, yaitu magang di Balai Penelitian Tanaman Hias,
Cianjur pada tanggal 2 hingga 27 Juli 2007 dan magang di Kebun Raya Bogor
pada bulan Februari 2008.

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
berkah dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan magang
skripsi ini. Karya ilmiah ini berjudul ”Penanganan Tandan Buah Segar Kelapa
Sawit ( Elaeis gineensis Jacq.) Pra Pengolahan di Kebun Ujan Mas, PT Cipta
Futura, Sumatera Selatan” yang merupakan laporan hasil kerja magang dan
pengamatan yang penulis lakukan selama magang di PT Cipta Futura. Tulisan ini
menjadi salah satu syarat kelulusan pada jenjang pendidikan Program Sarjana di
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr Ir Iskandar Lubis, MS dan Bapak Dr Ir Ade Wachjar, MS, sebagai
Dosen Pembimbing I dan II. Terima kasih atas segala bimbingan dan
pengarahan selama kegiatan magang dan penulisan skripsi ini.
2. Bapak Ir Supijatno, MSi atas kesediaannya menguji serta memberikan saran
dan perbaikan untuk karya tulis ini.
3. PT Cipta Futura Plantation, Sumatera Selatan atas kesempatan dan segala
fasilitas yang diberikan untuk penulis dalam penyelesaian magang.
4. Bapak Sutan Hutasoit, SP selaku asisten Afdeling 7 Kebun Ujan Mas PT
Cipta Futura, terima kasih atas segala bimbingannya selama penulis magang.
5. Kedua orang tua, kakak dan adik-adik, serta keluarga besar yang telah
memberikan dukungan baik materi maupun moril yang sangat berarti bagi
penulis.
6. Hanum, Wenny, Hafith, Angga, Maya, Kampreters, Oonk, Emot, Inten, Tyas,
Hepi, Ocha dan semua teman AGH 42 atas persahabatannya yang tidak akan
terlupakan.
7. Teman-teman seperjuangan magang ( Wenny, Haryo, Robby, dan Aan) atas
dukungan, bantuan dan persaudaraan yang telah diberikan.
8. Mathias Prathama atas dukungan, kebaikan, kesabaran, dan kasih sayangnya

kepada penulis.

9. Seluruh staf dan karyawan Kebun Ujan Mas PT Cipta Futura atas dukungan
dan bantuannya.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat berguna bagi yang memerlukan.

Bogor, Desember 2009

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL..........................................................................................
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................

vii
viii
ix


PENDAHULUAN..........................................................................................
Latar Belakang...................................................................................
Tujuan.................................................................................................

1
1
3

TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................
Botani Kelapa Sawit………………………………………………...
Persyaratan Tumbuh………………………………………………...
Panen……………………………………………………….……….
Penanganan Tandan Buah Segar……………………………………

4
4
6
7
8


METODE MAGANG…..…………………………………………………..
Tempat dan Waktu………………………………………………….
Metode Pelaksanaan...………………………………………………
Pengumpulan Data dan Informasi…..………………………………
Analisis Data dan Informasi………………………………………...

11
11
11
12
13

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG………………………………..
Letak Geografis……………………………………………………..
Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi………………………...……
Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan………………………………..
Kondisi Kebun dan Pertanaman…………………………………….
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan…………………………..


14
14
14
15
16
18

PELAKSANAAN KEGIATAAN MAGANG…………………………….
Aspek Teknis…………………....…………………………….……..
Perbaikan Infrastruktur………..………………………………
Pengendalian Gulma…………………...……………………..
Pengendalian Hama dan Penyakit…………………………….
Pemupukan……………………………………………………
Susun Janjangan Kosong (SJJK)……………………………...
Penunasan/Pemangkasan (Prunning)…………………………
Pemanenan dan Produksi.…………………………………….
Pengolahan Kelapa Sawit……………………………………..
Aspek Manajerial…………………………………………………...
Pendamping Mandor………………………………………….
Pendamping Asisten Afdeling………………………………...

21
21
21
23
25
29
32
34
35
52
57
57
60

PEMBAHASAN……………………………………………………………
Kualitas Buah……………………………………………………….
Pengangkutan Tandan Buah Segar di Dalam Hanca………………..

62
62
64

Pengangkutan Tandan Buah Segar ke PKS…………………………
Perencanaan Kebutuhan Alat Angkut Buah……………………...…
Pengontrolan Pengangkutan TBS…………………………………...
Administrasi Pengangkutan…………………………………………

65
66
66
68

KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………….
Kesimpulan………………………………………………………….
Saran………………………………………………………………...

69
69
70

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………

71

LAMPIRAN………………………………………………………………..

72

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Fraksi Matang Panen pada Tanaman Kelapa Sawit.................................

8

2. Produksi dan Produktivitas TBS Afdeling 7, Kebun Ujan Mas, PT
Cipta Futura dari Tahun 2005 – 2008……………………………..……

16

3. Jumlah dan Posisi Tenaga Kerja Perkebunan PT Cipta Futura
Plantation Afdeling 7 Bulan Mei 2009………………………………

20

4. Target dan Realisasi Produksi Panen Kelapa Sawit di Afdeling 7
Tahun 2009………………………………………………….…………..

35

5. Hasil Sensus Buah di Blok 107 B dan C Pada Tanggal 15 April
2009……………….…………………………………………………….

37

6. Hasil Pengamatan Kualitas Potong Buah di Afdeling 7 PT Cipta Futura

38

7. Hasil Pengamatan TBS Tidak Terpanen di Afdeling 7 PT Cipta Futura

42

8. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Kualitas Kutip Brondolan……………..

42

9. Pengamatan Brondolan Tinggal per TBS dan per Pokok Panen………..

43

10. Rekapitulasi Hasil Pengamatan TBS Tinggal dalam Hanca…................

43

11. Presentase Gagang Panjang di Afdeling 7……………………………...

44

12. Kandungan ALB Minyak Sawit Mentah PT Cipta Futura……...………

45

13. Hasil Pengamatan Kualitas Kerja Pemuat………………………………

47

14. Kebutuhan Kendaraan Angkut Buah di Afdeling 7 PT Cipta Futura…..

48

15. Produktivitas Kendaraan Angkut Buah di Afdeling 7 PT Cipta Futura,
Bulan Februari 2009...…………………………………………………..

48

16. Kejadian Buah Restan di Afdeling 7 Bulan Januari - Mei 2009………..

49

17. Pengamatan Pengangkutan Hasil Panen di Afdeling 7 PT Cipta Futura

52

18. Rendemen Minyak dengan Kadar ALB Menurut Tingkatan Fraksi
Tandan Buah Segar……………………………………………..………

63

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Pohon Kelapa Sawit dengan Tapak Timbun……………………………

23

2. Beberapa Species Ulat Api……………………………………………...

25

3. Pemupukan di Samping Tumpukan Pelepah di Gawangan Mati……….

31

4. Penyusunan Janjangan Kosong (JJK).…………………………...…......

33

5. Susunan Pelepah di Gawangan Mati.…………………………………...

40

6. Potongan Gagang Panjang pada Tandan………………………………..

41

7. Proses Penerimaan Tandan Buah Segar (TBS) di PKS…………………

54

8. Pabrik Minyak Kelapa Sawit ...................................................................

55

9. Stasiun Pembuangan Janjang Kosong......................................................

56

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian di Afdeling
7, PT Cipta Futura, Sumatera Selatan……………….………………….

73

2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di
Afdeling 7, PT Cipta Futura, Sumatera Selatan……..…………………

74

3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten Afdeling
di Afdeling 7, PT Cipta Futura, Sumatera Selatan……….…………….

75

4. Curah Hujan di PT Cipta Futura Plantation, Muara Enim, Sumatera
Selatan Tahun 1999-2008……………...………………………………..

76

5. Peta Areal Kerja Afdeling 7 Kebun Ujan Mas PT Cipta Futura
Plantation………………………………………………………………..

77

6. Luas Areal Tanaman di Afdeling 7 PT Cipta Futura Tahun 2008..…….

78

7. Program dan Realisasi Panen Triwulan I Tahun 2009………………….

81

8. Struktur Organisasi Tingkat Afdeling 7 Kebun Ujan Mas PT Cipta
Futura Plantation ……..………………………………………………...

82

9. Denah Jalur Deteksi Hama……………………………………………...

83

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan penghasil minyak nabati
yang bisa diandalkan dan merupakan komoditas perkebunan di Indonesia. Kelapa
sawit menyumbang devisa cukup besar bagi pembangunan karena pada tahun
2005 volume ekspor minyak sawit mentah (CPO) mencapai 10 376 200 ton
dengan nilai US $ 3 756 283 000. Pada tahun 2007 ekspor CPO meningkat
menjadi 11 875 400 ton dengan nilai US $ 7 868 640 000 (Direktorat Jenderal
Perkebunan, 2008). Oleh karena itu, kelapa sawit memiliki potensi yang sangat
besar.
Selama lima tahun terakhir ini, luas areal dan produksi tanaman kelapa sawit
yang diusahakan oleh perkebunan di seluruh Indonesia mengalami kenaikan. Data
Direktorat Jenderal Perkebunan (2009) menunjukkan bahwa pada tahun 2007 luas
areal kelapa sawit mencapai 6 611 195 ha dengan produksi Crude Palm Oil
(CPO) sebesar 17 373 202 ton, kemudian pada tahun 2009 luas areal pertanaman
kelapa sawit meningkat menjadi 7 321 897 ha dengan produksi CPO sebesar
19 440 291 ton.
Tanaman kelapa sawit bukan merupakan tanaman asli Indonesia. Menurut
Lubis (1992), kelapa sawit mulai dibudidayakan secara komersil pada tahun 1911.
Minyak kelapa sawit sejak tahun 1870 sudah digunakan dalam industri makanan
dan pada tahun 1890 digunakan dalam industri lempengan timah. Selain
digunakan sebagai minyak goreng, minyak kelapa sawit juga digunakan oleh
berbagai industri sebagai bahan utama atau campuran untuk menghasilkan
produk-produk bahan makanan, kosmetika, obat-obatan, serta industri berat dan
ringan. Minyak kelapa sawit juga dapat dibuat makanan seperti mentega, lemak
untuk masak, bahan aditif coklat, pembuatan asam lemak lainnya, vanaspati, dan
industri makanan ringan lainnya. Karena kegunaannya itu, minyak kelapa sawit
banyak dibutuhkan, sehingga perlu terus dilakukan peningkatan produksi minyak
kelapa sawit untuk memenuhi permintaan baik dari dalam maupun luar negeri.

2
Kadar kolesterol minyak kelapa sawit hanya 12 – 19 ppm dengan rata-rata
16 ppm. Minyak sawit yang dimurnikan (refine) menjadi minyak goreng memiliki
kandungan kolesterol yang lebih rendah lagi. Selain itu telah dibuktikan bahwa
minyak kelapa sawit cenderung mengurangi terjadinya thrombotic pada urat nadi,
tidak meningkatkan tekanan darah tinggi, dan tidak menimbulkan kanker.
Cara

untuk

meningkatkan

produksi

kelapa

sawit

adalah

dengan

meningkatkan kualitas sumber daya manusianya (SDM), yaitu dengan
menciptakan SDM yang memiliki kemampuan memadai dan menguasai bidang
kerjanya. Selain peningkatan mutu SDM, peningkatan produksi kelapa sawit juga
bisa dilakukan dengan meningkatkan efisiensi pengolahan pabrik minyak kelapa
sawit, memperluas areal penanaman kelapa sawit, serta menerapkan budidaya
kelapa sawit secara benar.
Selain peningkatan produksi kelapa sawit, perlu juga diperhatikan kualitas
minyak kelapa sawit. Salah satu penilaian kualitas minyak kelapa sawit adalah
kandungan asam lemak bebasnya (ALB), selain warna, kadar kotoran dan kadar
air minyak kelapa sawit tersebut. Menurut Badan Standardisasi Nasional (1992),
syarat mutu kandungan ALB (sebagai asam palmitat) dalam minyak kelapa sawit
yang memenuhi syarat Standar Nasional Indonesia (SNI) maksimum adalah
5.00 % (bobot/bobot). Oleh karena itu, perlu diperhatikan kualitas minyak kelapa
sawit. Kualitas minyak kelapa sawit ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
terkait dengan cara pemanenan sampai proses penanganan pasca panen.
Dalam pengelolaan kebun kelapa sawit, faktor transportasi mendapat
perhatian khusus. Keterlambatan pengangkutan TBS (tandan buah segar) ke PKS
akan menyebabkan terjadinya restan dan mempengaruhi proses pengolahan,
kapasitas olah, dan mutu produk akhir (Pahan, 2008). Faktor transportasi meliputi
jarak pengangkutan TBS ke PKS, kondisi jalan, kondisi topografi lahan, serta
jumlah dan kondisi alat angkut. Selain itu, ketepatan penanganan bahan juga
dipengaruhi oleh perbandingan antara volume produksi kebun dengan volume
penerimaan dan kapasitas pabrik kelapa sawit. Oleh karena itu, dibutuhkan sistem
dan perencanaan yang tepat sesuai dengan kondisi perkebunan setempat.

3
Sesuai dengan hukum ekonomi bahwa untuk dapat memperoleh produksi
optimal, salah satunya dengan melakukan efisiensi dalam berproduksi. Efisiensi
dapat dilakukan dengan menggunakan input dan atau pengeluaran biaya serendah
mungkin untuk memperoleh

hasil yang optimal. Untuk mencapai efisiensi

produksi, diperlukan analisis faktor produksi yang sangat mempengaruhi produksi
tanaman, sehingga ditemukan biaya produksi yang dapat ditekan dan keefisienan
serta keefektifan penggunaan input dapat tercapai.

Tujuan
Secara umum, kegiatan magang bertujuan untuk:
1. Meningkatkan

pengetahuan,

keterampilan

penulis

dan

memperoleh

pengalaman bekerja langsung di kebun kelapa sawit.
2. Penulis dapat membandingkan antara teori yang diperoleh di kampus dengan
praktik di lapangan, baik dari aspek teknis maupun manajemen di perkebunan
kelapa sawit.
3. Kegiatan magang ini bertujuan khusus untuk mempelajari penanganan Tandan
Buah Segar (TBS) pra pengolahan serta pengaruhnya terhadap kualitas CPO
yang dihasilkan.

4

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman yang berasal dari
Afrika. Tanaman ini termasuk dalam famili Aracaceae (dulu disebut Palmae).
Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil, berakar serabut, memiliki batang
tumbuh lurus ke atas, serta memiliki bunga jantan dan betina pada satu tanaman
dengan tandan terpisah.
Batang kelapa sawit berbentuk silinder. Sampai dengan tanaman berumur 12
tahun, batang masih tertutup oleh sisa pelepah yang ditunas, sehingga terkesan
besar. Pertumbuhan panjang batang bervariasi antara 35-75 cm/tahun bergantung
pada keadaan lingkungan tumbuh dan keragaman genetik (Pahan, 2008). Kelapa
sawit yang dibudidayakan bisa mencapai ketinggian 30 m. Batang kelapa sawit
berfungsi sebagai tempat penimbunan nutrisi tanaman (PT Perkebunan X, 1993).
Selanjutnya, Pahan (2008) menambahkan bahwa batang kelapa sawit memiliki
tiga fungsi utama, yaitu sebagai struktur yang mendukung daun, bunga dan buah,
sebagai sistem pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral dari akar serta
hasil fotosintesis (fotosintat) dari daun ke bawah, serta kemungkinan juga
berfungsi sebagai organ penimbunan zat makanan.
Daun kelapa sawit adalah daun majemuk yang terdiri atas pelepah dengan
panjang berkisar 7-9 m. Jumlah anak daun setiap pelepah berkisar antara 250-400
helai. Daun muda dan masih kuncup berwarna kuning pucat. Pada tanah yang
optimal, yaitu tanah yang subur dan lengas, kuncup akan cepat membuka
sehingga lebih cepat dan efektif menjalankan fungsinya sebagai tempat
fotosintesis. Kutikula pada anak daun cukup tebal dan sangat resisten terhadap
difusi uap air. Tanaman kelapa sawit yang tumbuh normal biasanya memiliki 4050 daun parapinnate hijau yang telah membuka. Jumlah daun yang terbentuk lebih
kurang 20-24 pelepah/tahun. Dari terbentuknya primordia sampai dengan spear
(pelepah yang belum membuka) membutuhkan waktu dua tahun, jika sampai
dengan gugur secara alami membutuhkan waktu sekitar 5-6 tahun. Pelepah

5
tumbuh pada batang dan tersusun spiral secara teratur antara pelepah satu dengan
lainnya, yang disebut dengan phylotaksis.
Buah kelapa sawit digolongkan sebagai buah drupe, terdiri atas pericarp
yang terbungkus oleh eksocarp (kulit), mesocarp (yang biasanya disebut pericarp),
dan endocarp (cangkang) yang membungkus 1 – 4 inti/kernel (umumnya hanya
satu). Inti memiliki testa (kulit), endosperm yang padat, dan sebuah embrio.
Daging buah (mesocarpium) sampai 3 bulan setelah anthesis warnanya
masih putih-kehijauan, menunjukkan bahwa masih terdiri atas air, serat dan
klorofil, sedangkan minyak belum terbentuk. Perubahan warna daging buah yang
menjadi kuning kehijauan setelah 3 bulan menunjukkan bahwa minyak telah
terbentuk, yaitu terbentuknya karoten.
Sebulan setelah penyerbukan, cangkang atau tempurung telah terbentuk
sangat tipis dan lembut. Pengerasan cangkang berlangsung terus dan pada umur 3
bulan sudah mengeras serta berubah warna dari putih menjadi coklat muda. Pada
umur 2 bulan terjadi perubahan pada inti (endocarpium atau nucleus seminis) dari
bentuk cairan menjadi agar-agar. Pada umur 3 bulan inti sudah berbentuk padatan
yang agak keras.
Kematangan buah dapat dibedakan menjadi dua. Pertama adalah matang
morfologis dimana buah telah sempurna bentuknya serta kandungan minyak
sudah optimal. Kedua, matang fisiologis yaitu ketika kematangan buah sudah
lebih lanjut dan telah siap untuk tumbuh dan berkembang, biasanya 1 bulan
sesudah matang morfologis. Menurut Pahan (2008) sampai saat ini kriteria
kematangan buah yang sangat penting dalam proses pemanenan ditentukan
berdasarkan jumlah berondolan yang jatuh ke piringan yaitu 1 – 2 berondolan per
kg tandan buah segar.
Daging buah terdiri atas minyak, air dan serat. Kadar air dan minyak
berubah menurut kematangan buah, sedangkan kadar serat pada daging buah
hampir tetap, yaitu 13 % terhadap berat buah sejak 3 bulan sesudah anthesis
sampai buah matang. Penelitian di Afrika menghasilkan bahwa kadar serat buah
ini sebanyak 16 % kadang bervariasi 11 – 21 persen. Kadar serat sering dipakai
sebagai salah satu cara menghitung kadar minyak pada daging buah secara tidak

6
langsung. Makin tinggi kadar serat pada daging buah maka akan memberi peluang
lebih besar kehilangan minyak pada pengolahan (Lubis, 1992).

Persyaratan Tumbuh
Topografi lahan pada perkebunan kelapa sawit berpengaruh pada produk
dan kapasitas pemanen. Daerah yang bertopografi datar akan mempermudah
pemanen dalam melaksanakan pemotongan Tandan Buah Segar (TBS) dan
pengutipan berondolan dibandingkan dengan areal yang memiliki topografi yang
bergelombang atau berbukit dengan kelerengan yang curam.
Faktor-faktor geografis mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman melalui perubahan faktor-faktor ekologi, seperti radiasi matahari dan
bumi, panas, air, atmosfer, dan faktor-faktor biotik. Kondisi lahan yang sesuai
untuk pertanaman kelapa sawit adalah lahan dengan topografi datar sampai
berombak, ketinggian 0-400 m di atas permukaan laut, lereng 0-15 %, ketebalan
solum 60-80 cm, tekstur tanah bervariasi antara pasir berlempung, lempung
berpasir, lempung liat berpasir, liat berpasir, dan liat. Tanah berdrainase baik dan
tidak terjadi erosi cocok untuk pertanaman kelapa sawit.
Sunarko (2007) menyatakan bahwa curah hujan tahunan 2 500 mm atau
lebih akan menghasilkan potensi produksi sebesar 100 %, untuk curah hujan
2 500 – 2 000 mm potensi produksi yang dicapai sebesar 80 % dan curah hujan
1 500 atau kurang hanya memiliki potensi produksi 60 – 70 persen. Pahan (2008)
menyatakan bahwa sebagian besar perkebunan komersial kelapa sawit dibangun
pada daerah yang mempunyai neraca air positif selama 6 bulan atau lebih, yaitu
kondisi di mana curah hujan lebih besar daripada evapotranspirasi di perkebunan.
Kawasan ini termasuk dalam kelas iklim Af dan Am menurut klasifikasi Koppen
(zona katulistiwa).

7
Panen
Kelapa sawit biasanya mulai berbuah pada umur 3 – 4 tahun dan buahnya
menjadi masak 5 – 6 bulan setelah penyerbukan (Tim Penulis Penebar Swadaya,
1992). Panen adalah pekerjaan penting di perkebunan kelapa sawit, karena
langsung menjadi sumber pemasukan uang ke perusahaan melalui penjualan
minyak kelapa sawit (MKS) dan inti kelapa sawit (IKS). Tujuan panen kelapa
sawit adalah memperoleh produksi yang baik dengan rendemen minyak yang
tinggi. Kualitas minyak sangat dipengaruhi oleh cara pemanenan, maka kriteria
panen yang menyangkut matang panen, cara dan alat panen, rotasi dan sistem
panen, serta mutu panen harus diikuti.
Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan asam lemak bebas
(ALB) minyak sawit yang dihasilkan. Apabila pemanenan buah dilakukan dalam
keadaan lewat matang, maka minyak yang dihasilkan mengandung ALB dalam
presentase tinggi ( lebih dari 5 %). Sebaliknya jika pemanenan dilakukan dalam
keadaan buah belum matang, maka selain kadar ALB-nya rendah, rendemen
minyak yang diperolehnya juga rendah (Tim Penulis Penebar Swadaya, 1992).
Kandungan ALB akan semakin besar dan kumulatif, apabila buah kelapa sawit
yang telah dipanen itu tertunda pengolahannya. Jarak waktu antara buah yang
telah dipanen dan pemrosesan buah itu yang paling baik adalah 6 jam.
Pengetahuan mengenai kriteria matang panen sangat dibutuhkan agar
didapat hasil panen dengan rendemen minyak yang tinggi dengan kadar asam
lemak bebas yang rendah. Kriteria matang panen berdasarkan jumlah berondolan
yang jatuh berperan cukup penting dalam menentukan derajat kematangan buah.
Berdasarkan hal tersebut di atas, dikenal ada beberapa tingkatan atau fraksi dari
TBS yang dipanen. Fraksi-fraksi tersebut sangat mempengaruhi mutu panen,
termasuk juga kualitas minyak sawit yang dihasilkan. Dikenal ada tujuh fraksi dan
derajat kematangan TBS yang baik, derajat kematangan TBS untuk dipanen
berada pada fraksi 2 dan 3, seperti terdapat pada Tabel 1.

8
Tabel 1. Fraksi Matang Panen pada Tanaman Kelapa Sawit
Fraksi

Kriteria Matang Buah

Derajat
Kematangan

00

Tidak ada buah membrondol, buah berwarna hitam
pekat
1 – 12.5 % buah luar membrondol, buah berwarna
hitam kemerahan
12.5 – 25 % buah luar membrondol, buah berwarna
kemerahan
25 – 50 % buah luar membrondol, buah berwarna
merah mengkilat
50 – 75 % buah luar membrondol, buah berwarna
orange
75 – 100 % buah luar membrondol, buah berwarna
dominan orange
Buah dalam juga membrondol, ada buah yang busuk

Sangat mentah

0
1
2
3
4
5

Mentah
Kurang matang
Matang I
Matang II
Lewat matang I
Lewat matang II

Sumber : Naibaho (1998)
Sistem panen kelapa sawit dapat menghasilkan minyak sawit bermutu baik
jika sistem panen memenuhi standar tertentu. Standar sistem panen yang
ditentukan adalah : (1) tidak ada buah mentah yang dipanen, (2) tidak
meninggalkan buah matang, (3) semua berondolan dikumpulkan dan dibawa ke
tempat pengumpulan hasil (TPH) dalam kondisi bersih, (4) membrondolkan
tandan yang terlalu matang, (5) memotong gagang/tangkai tandan, dan (6) pelepah
harus dipotong dengan baik.

Penanganan Tandan Buah Segar
Terdapat dua macam minyak kelapa sawit, yaitu minyak yang berasal dari
daging buah (mesocarp) yang dikeluarkan melalui perebusan dan pemerasan
(pressan) dan dikenal sebagai minyak sawit kasar atau crude palm oil (CPO) dan
minyak yang berasal dari inti sawit dikenal sebagai minyak inti sawit atau palm
kernel oil (PKO). Minyak pada daging buah pada 3 bulan setelah anthesis hanya
1.3 % dari berat daging buah, tetapi akan terus meningkat pesat menjadi
maksimum menjelang panen, yaitu berkisar 50 – 60 persen. Kadar air tinggi pada
buah muda dan akan menurun sejalan dengan peningkatan kadar minyak daging
buah. Sintesis minyak yang masih terjadi pada tandan buah yang sudah dipanen
dapat diabaikan karena jumlahnya kecil sekali. Hal yang lebih perlu diperhatikan

9
yaitu naiknya kandungan asam lemak bebas (free fatty acid) pada tandan buah
yang sempat menginap di tempat pengumpulan hasil (TPH) atau loading ramp
pabrik.
Penanganan tandan buah segar merupakan seluruh kegiatan yang dilakukan
dari memetik buah sampai dengan tandan buah segar tersebut akan diolah di
tempat pengolahan. Penanganan TBS sangat dipengaruhi oleh kegiatan sistem
potong buah yang dilakukan, seperti kegiatan persiapan panen dan bagaimana
organisasi potong buah dilaksanakan.
Hal-hal yang perlu

dilakukan

dalam

mempersiapkan pelaksanaan

pekerjaan potong buah menurut Pahan (2008) yaitu: (1) persiapan kondisi areal,
(2) penyediaan tenaga potong buah, (3) pembagian seksi potong buah, dan (4)
penyediaan alat-alat kerja. Selain itu perlu juga dilakukan perbaikan jalan dan
jembatan, pembersihan piringan tanaman, pasar rintis, dan rintis tengah,
pemasangan titi rintis, pembuatan tempat pengumpulan hasil (TPH), serta
pembuatan tangga-tangga dan tapak kuda untuk areal berbukit.
Organisasi potong buah dimulai dari penyusunan seksi potong buah dan
penentuan ancak (panen diusahakan terkonsentrasi), kemudian pengaturan
penggunaan alat panen yang tepat, penentuan jumlah tenaga kerja yang efisien,
bagaimana teknis urutan pemotongan buah, sampai dengan pemeriksaan kriteria
mutu buah dan potongan buah. Urutan pemotongan buah yang sebaiknya
dilakukan menurut Pahan (2008) yaitu: (1) semua pelepah songgo dipotong rapat
ke batang (pada tanaman tua), sedangkan pada tanaman muda pemotongan buah
harus dilakukan tanpa memotong pelepah (curi buah); (2) janjang masak dipotong
dan dibiarkan tetap di piringan, gagang/tangkai buah dipotong rapat tetapi jangan
sampai terkena tandan; (3) mengorek dan sogrok semua berondolan yang
tersangkut di ketiak pelepah; (4) pelepah disusun di gawangan mati; (5) mengutip
berondolan, tetapi masih tetap dipiringan serta bebas dari sampah-sampah dan
batu; dan (6) memindahkan atau memajukan berondolan ke pokok berikutnya.
Setelah memotong satu ancak, pemanen harus mengeluarkan buah ke TPH dan
menyusun tandan dengan rapi, kemudian diberi nomor pemanen.

10
Transport buah sudah dapat dimulai paling lambat pukul 09.00 waktu
setempat. Terdapat beberapa alat angkut yang dapat digunakan untuk mengangkut
TBS dari perkebunan ke pabrik, yaitu lori, traktor gandengan, atau truk.
Pengangkutan dengan lori lebih baik daripada dengan alat angkut lain. Guncangan
selama perjalanan lebih banyak terjadi pada pengangkutan dengan truk atau
traktor gandengan sehingga pelukaan pada buah sawit juga lebih banyak dan
dapat meningkatkan kadar ALB pada buah yang diangkut. Asam lemak bebas
terbentuk karena adanya kegiatan enzim lipase yang terkandung di dalam buah
dan berfungsi memecah lemak/minyak menjadi asam lemak dan gliserol. Kerja
enzim tersebut semakin aktif bila struktur sel buah matang mengalami kerusakan
(Tim Penulis Penebar Swadaya, 1992).
Penanganan TBS yang baik bertujuan untuk meningkatkan kualitas TBS,
meningkatkan produktivitas pekerja, menjaga agar asam lemak bebas (ALB) 2-3
%, menjaga keamanan TBS di lapangan, dan pengeluaran biaya yang minimum.
Menurut Pahan (2008), cara panen yang tepat akan mempengaruhi kuantitas
produksi (ekstraksi), sedangkan waktu yang tepat akan mempengaruhi kualitas
produksi.

11

METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang dilaksanakan di kebun kelapa sawit PT Cipta Futura,
Sumatera Selatan. Kegiatan magang dimulai dari bulan Februari 2009 sampai
bulan Juni 2009.

Metode Pelaksanaan
Secara garis besar, metode pelaksanaan magang di lapangan adalah dengan
melakukan seluruh pekerjaan di lapangan produksi dengan berbagai tingkat
jabatan. Penulis bekerja langsung sesuai dengan tingkat jabatan, yaitu sebagai
karyawan harian lepas, pendamping mandor sampai menjadi pendamping asisten
afdeling. Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas,
pendamping mandor, dan pendamping asisten afdeling dapat dilihat pada
Lampiran 1, 2, dan 3.
Pengumpulan data dan informasi yang diperlukan diperoleh dengan
menggunakan dua metode, yaitu metode langsung untuk data primer dan metode
tidak langsung untuk data sekunder. Pengumpulan data dengan metode langsung
dilakukan melalui kerja dan pengamatan langsung di lapangan serta wawancara
langsung dengan staf dan karyawan kebun. Pengumpulan data dengan metode
tidak langsung dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder dari laporan
manajemen (bulanan, triwulanan, semesteran, tahunan) yang merupakan arsip di
kantor kebun serta hasil analisis rendemen dan mutu minyak harian di
laboratorium mutu pabrik kelapa sawit. Selain itu, metode tidak langsung
dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi melalui studi pustaka.
Data primer yang diperoleh dengan pengamatan langsung meliputi kriteria
panen, sistem dan rotasi panen, hanca panen, bobot janjang rata-rata (BJR), sensus
buah, angka kerapatan panen, kualitas potong buah, pengamatan tangkai panjang
belum dipotong dan buah matang tertinggal di pohon, buah tertinggal dalam
hanca, berondolan yang tidak dikutip, kualitas kerja pemuat, serta selisih bobot
pengangkutan. Sedangkan data sekunder yang didapat berupa lokasi dan letak

12
geografis kebun, keadaan tanah dan iklim (curah hujan, hari hujan, lama
penyinaran, dan lain-lain) luas areal dan tata guna lahan, kondisi pertanaman dan
produksi, data realisasi produksi TBS, rata-rata kandungan ALB bulan Maret-Mei
2009, data pengangkutan hasil panen, produktivitas pengangkutan buah, norma
kerja di lapangan, serta organisasi dan manajemen perusahaan.

Pengumpulan Data dan Informasi

Pengamatan dilakukan untuk memperoleh data primer dari seluruh
pekerjaan lapangan produksi dengan melakukan pengamatan khusus pada setiap
unit contoh pengamatan. Unit contoh pengamatan berupa tenaga kerja, tanaman,
dan hasil panen. Pengamatan dilakukan di beberapa blok contoh, di TPH, dan
pada alat angkut (truk). Pengamatan juga dilakukan saat kegiatan panen,
pengumpulan buah di TPH, hingga kegiatan transportasi TBS dari TPH ke pabrik.
Pengamatan dilakukan untuk mengamati produksi tandan buah segar (TBS),
penerapan teknik budidaya, penerapan teknik panen, dan efisiensi pengangkutan.
Pada pemanenan diamati cara pemetikan/pemotongan tandan, cara
pemotongan gagang/tangkai buah, pengumpulan berondolan, dan kriteria kelas
panen yang dilakukan pemanen contoh. Pada kegiatan pengumpulan tandan buah
di TPH diamati ada atau tidak tandan afkir dan tandan mentah, pemotongan
gagang/tangkai buah, susunan tandan di TPH, kebersihan tandan dan berondolan.
Sedangkan pada kegiatan transportasi TBS dari TPH ke pabrik diamati jenis
angkutan, jarak ke tempat pengolahan kelapa sawit (PKS), kapasitas produksi,
waktu

berangkat

dari

TPH,

waktu

tiba

di

PKS,

bentuk/pola

jalan,

kondisi/perawatan jalan, pengoperasian kendaraan transport, serta ada atau
tidaknya restan di lapangan.
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengumpulkan data dan
informasi

yang mendukung pelaksanaan magang dan pengamatan yang

dilakukan. Data yang mendukung tersebut seperti kondisi iklim di lapangan,
kondisi lahan, luas areal dan tata guna lahan, kondisi tanaman dan produksi,
infrastruktur kebun, organisasi dan manajemen kebun, norma baku dan

13
rekomendasi anggaran pelaksanaan teknik budidaya atau cara pengelolaan,
sampai ke pengolahan.

Analisis Data dan Informasi
Data primer hasil pengamatan dengan berbagai peubah atau rekomendasi
teknik yang diterapkan, dianalisis baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Analisis kulitatif dilakukan dengan membandingkan fakta di lapangan dengan
ketentuan yang berlaku di perkebunan. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan
dengan rata-rata dalam persen.

14

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

Letak Geografis
Perkebunan PT Cipta Futura termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Ujan
Mas dan Kecamatan Benakat, Kabupaten Muara Enim, Propinsi Sumatera
Selatan. Jalur masuk utama menuju kebun melalui Kabupaten Muara Enim, jarak
antara kota Muara Enim dengan lokasi kebun kurang lebih 35 km. Menuju lokasi
dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan selama 2 jam perjalanan.
Kondisi jalan agak rusak, yaitu jalan tanah dan terdapat beberapa jalan yang sudah
diberi krokos. Jarak dari kota Palembang ke lokasi kebun kurang lebih 218 km.
Wilayah Kebun Ujan Mas, PT Cipta Futura di sebelah utara berbatasan
dengan Kecamatan Benakat dan Solar, di sebelah timur berbatasan dengan Desa
Peninggiran dan Desa Ulak Bandung, di sebelah selatan berbatasan dengan Kota
Muara Enim, dan di sebelah barat berbatasan dengan PT Musi Hutan Persada
(MHP) di Kabupaten Lahat.
PT Cipta Futura Plantation terdiri atas empat afdeling. Selama kegiatan
magang, penulis melakukan semua kegiatan di Afdeling 7. Sebelah utara
Afdeling 7 berbatasan dengan perkebunan kelapa sawit lain, yaitu PT Surya Bumi
Agro Langgeng; sebelah selatan berbatasan dengan Afdeling 1; sebelah barat
berbatasan dengan Afdeling 6 dan Afdeling 8; sebelah timur berbatasan dengan
Desa Ulak Bandung.

Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi
Keadaan iklim di wilayah Kebun Ujan Mas, PT Cipta Futura termasuk ke
dalam tipe B (basah) menurut Schdmidth-Ferguson. Daerah perkebunan ini
memiliki curah hujan merata sepanjang tahun, dengan rata-rata 2 909 mm/tahun,
hari hujan 148.6 hari/tahun, dan 10 bulan basah dan 2 bulan kering. (Lampiran 4).
Suhu rata-rata berkisar antara 28 - 30 0C.

15
Tanah di PT Cipta Futura memiliki kandungan liat yang tinggi, termasuk ke
dalam jenis tanah Podsolik Merah Kuning. Tanah berwarna merah kecoklatan
dengan tekstur tanah dominan liat berdebu. Tingkat kesuburan tanah sedang
sampai rendah dengan derajat kemasaman tanah (pH) 6.0 – 6.5.
Topografi areal perkebunan sebagian besar berbukit dengan derajat
kemiringan antara 7 – 9 %. Ketinggian tempat berkisar antara 50 – 100 m di atas
permukaan laut (dpl). Di Kebun PT Cipta Futura terdapat beberapa areal berawa
dan rendahan yang jika hujan deras, maka daerah tersebut akan tergenang.

Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan
Berdasarkan surat keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN
No.7/HGU/BPN/96, luas areal Perkebunan Ujan Mas - Muara Enim PT Cipta
Futura Plantation mencapai 8 381 ha, dengan status Hak Guna Usaha (HGU)
selama 30 tahun. Penanaman pertama pada lahan seluas 19.79 ha dimulai pada
tahun 1992 dan masih terus dilakukan perluasan lahan sampai sekarang.
Penggunaan lahan tersebut terdiri atas areal pertanaman seluas 7 478 ha,
areal pembibitan 5 ha, emplasmen 5 ha, dan areal yang tidak ditanami (tanah
cadas, jurang, jalan, sungai, dan lain-lain) sebesar 893 ha. Pada awal pendirian
kebun, perkebunan PT Cipta Futura ini dibagi menjadi delapan afdeling yang
kemudian digabung menjadi empat afdeling, yaitu Afdeling 1, 6, 7, dan 8.
Afdeling 1 terdiri atas areal dengan luas 847.01 ha, sedangkan Afdeling 6, 7, dan
8 memiliki luas areal berturut-turut 2 304.76 ha, 1 893.38 ha, dan 2 048.03 ha.
Luas areal tanam tersebut sampai dengan bulan Juni 2008.
Penulis melaksanakan kegiatan magang di Afdeling 7 yang memiliki total
luas lahan yang ditanami sampai dengan bulan Desember 2008 sebesar 1 885.17
ha, terdiri atas luas areal tanaman menghasilkan (TM) 1 857.95 ha, areal
tanaman belum menghasilkan (TBM) 3 seluas 8.70 ha, areal TBM 2 seluas 4.08
ha dan TBM 1 seluas 14.46 ha. Peta Areal Kerja Afdeling 7 Kebun Ujan Mas PT
Cipta Futura Plantation dapat dilihat pada Lampiran 5. Afdeling 7 merupakan
afdeling percontohan yang terdiri atas 20 blok. Setiap blok memiliki luas rata-rata

16
100 ha dengan masing-masing blok terdiri atas 4 petak, sehingga setiap petak
memiliki luas rata-rata 25 ha.

Kondisi Kebun dan Pertanaman
Tanaman kelapa sawit yang diusahakan di Perusahaan PT Cipta Futura
merupakan hasil persilangan dari kelapa sawit Dura dan Psifera. Bibit yang
digunakan berasal dari beberapa sumber, yaitu dari Lembaga Pusat Penelitian
Marihat (LPPM), Dami, Bahlias Research Satation (BLRS), PT London Sumatera
(Lonsum), dan dari PT Socfindo.
Tanaman kelapa sawit ditanam dengan jarak tanam 9.25 m x 9.25 m x
8.01 m dengan pola tanam berbentuk segitiga sama kaki. Pada luas satu ha ratarata terdiri atas 130 pokok dengan memperhitungkan areal yang digunakan untuk
jalan. Jika panjang pasar normal (± 10 m), rata-rata terdapat 54 pokok per pasar
hidup.
Penanaman di Kebun Ujan Mas dilakukan sejak tahun 1992 secara bertahap,
sehingga umur tanaman bervariasi, mulai dari tanaman belum menghasilkan
(TBM) hingga tanaman menghasilkan (TM). Pada tahun 1993, mulai dilakukan
penanaman di Afdeling 7, yaitu pada Blok 69 dan 70. Di Afdeling 7 terdapat
beberapa blok yang mengalami perluasan, sehingga di afdeling tersebut masih
terdapat TM 1 dan TM 2, bahkan TBM. Luas areal tanam Afdeling 7 terlampir
pada Lampiran 6.
Setiap afdeling di PT Cipta Futura memiliki target produksi yang harus
dicapai seperti terdapat pada Lampiran 7, terdapat program dan realisasi panen
yang dibagi per triwulan. Setiap afdeling akan berusaha meningkatkan
produktivitas tanaman. Pada Tabel 2 disajikan produksi dan produktivitas
tanaman di Afdeling 7, Kebun Ujan Mas, PT Cipta Futura dari tahun 2005 – 2008.
Tabel 2. Produksi dan Produktivitas TBS Afdeling 7, Kebun Ujan Mas, PT
Cipta Futura dari Tahun 2005 - 2008
Tahun
2005

Luas
(ha)
1 619.78

Produksi
(ton)
43 550

Produktivitas
(ton)
26.89

17
2006
1 619.78
32 709
2007
1 857.93
41 852
2008
1 857.93
37 108
Sumber : Kantor Afdeling 7 (2009)

20.19
22.52
19.97

Produktivitas tanaman di Afdeling 7 dari tahun 2005 sampai dengan 2008
mengalami penurunan. Penurunan terjadi karena terdapat areal TM baru di
Afdeling 7 yang menghasilkan buah yang masih kecil, sehingga mempengaruhi
produktivias secara keseluruhan.
Jaringan jalan merupakan serangkaian jalur yang dapat dilalui untuk
mentransportasikan TBS dari dalam blok hingga ke pabrik pengolahan. Jaringan
jalan di Perkebunan Ujan Mas terdiri atas jalan angkong, pasar 2:1, jalan
pengumpul (jalan tengah), sub jalan utama, dan jalan utama (jalan poros). Jalan
angkong adalah jalan yang terbentuk karena aktifitas pemanen yang sering kali
melewati jalur tersebut. Jalur tersebut bersih dari gulma, hanya selebar ± 50 cm
dan arah jalannya tidak lurus, bahkan sering kali melintasi beberapa pasar untuk
menghindari areal jurangan. Jalur tersebut sangat memudahkan pemanen untuk
melangsir TBS keluar menuju TPH.
Pasar 2:1 merupakan jalur yang dibuat di antara dua barisan tanaman kelapa
sawit. Jalur tersebut dibuat secara manual atau dengan cara kimia, yaitu
penyemprotan herbisida. Pada setiap ujung pasar 2:1, terdapat TPH yang harus
benar-benar bersih dari gulma. Hal tersebut bertujuan agar tidak ada TBS atau
berondolan restan karena tertutup gulma sehingga tidak terlihat oleh pengangkut.
Jalan pengumpul (jalan tengah), sub jalan utama, dan jalan utama (jalan
poros) merupakan jalan yang dibangun dan dirancang untuk dilewati oleh
kendaraan pengangkut buah (dump truck). Jalan tersebut terbentuk dari tanah liat
berpasir yang dipadatkan. Perbedaan pada ketiga jalan tersebut adalah jalan
pengumpul (jalan tengah) biasanya membelah petak dalam satu blok dan dilewati
kendaraan pengangkut buah pada saat panen dilakukan di blok tersebut. Jalan
pengumpul dibuat dengan arah utara-selatan dan tegak lurus dengan jalan utama
(pada blok-blok tertentu). Sub jalan utama juga merupakan jalan pengumpul,
tetapi lebih sering dilewati kendaraan pengangkut buah. Biasanya sub jalan utama

18
sudah

memiliki sirip ikan (parit tepi jalan). Jalan utama atau jalan poros

dirancang sedemikian rupa agar tahan dilalui kendaraan pengangkut buah setiap
hari dengan lebar ± 10 m. Jalan poros terbuat dari tanah liat berpasir yang diberi
lapisan krokos dan dipadatkan.
Perkebunan PT Cipta Futura melakukan kegiatan rawat jalan yang
dialokasikan pada blok-blok yang akan dipanen. Perawatan jalan dilakukan baik
secara manual dengan menggunakan tenaga manusia, seperti menimbun jalan,
maupun secara mekanik, yaitu dengan menggunakan alat berat.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
PT Cipta Futura Plantation merupakan perusahaan swasta yang bergerak di
bidang perkebunan terutama pertanaman kelapa sawit. Perkebunan Ujan Mas
dipimpin oleh seorang chief magister yang diangkat langsung oleh direktur utama
yang bertanggung jawab kepada direksi. Seorang chief magister memiliki
tanggung jawab dalam mengelola dan mengorganisir kebun dalam hal
membangun dan memelihara tanaman kelapa sawit, agar tercapai kualitas dan
kuantitas produksi TBS yang optimal. Selain itu, chief magister juga memiliki
tugas mengawasi administrasi kebun, pengadaan bahan produksi, keuangan,
personalia, hingga pengamanan wilayah kebun dan inventaris perusahaan.
Pengelolaan tenaga kerja di PT Cipta Futura dibedakan berdasarkan tenaga
kerja staf dan non staf yang masing-masing tenaga kerjanya memiliki jabatan dan
pangkat. Tenaga kerja staf merupakan karyawan yang biasanya memiliki jabatan
mulai dari supervisor, asisten afdeling, sampai dengan manajer. Supervisor
merupakan jabatan di atas mandor. Karyawan yang menjabat sebagai supervisor
bisa memiliki pangkat senior supervisor, 1st supervisor, dan 2nd supervisor.
Tenaga kerja non staf terdiri atas karyawan yang memiliki pangkat mandor dan
operator. Pangkat mandor terdiri atas tiga tingkatan, yaitu senior mandor, 1st
mandor, dan 2nd mandor, begitu pula dengan pangkat operator. Pangkat tersebut
yang akan membedakan besarnya upah yang diperoleh, sedangkan tugas dan
tanggung jawab berdasarkan jabatan yang diberikan.

19
Karyawan harian lepas (KHL) terdiri atas tenaga kerja pemanen, tenaga
kerja pemeliharaan, pemuat buah, dan supir truk. Sistem pengupahan KHL
berbeda dengan karyawan staf dan non staf perusahaan. KHL tersebut bekerja
dengan sistem borongan. Besar upah harian KHL untuk tenaga kerja pemeliharaan
bergantung pada prestasi kerja yang diperoleh dengan upah maksimal Rp 50 000,per orang per hari, sedangkan tenaga kerja pemanenan, pemuat buah dan supir
truk mendapatkan upah dengan menggunakan sistem basis dan premi. Pemberian
gaji dilakukan setiap minggu pertama pada bulan berikutnya sebanyak akumulasi
pendapatan KHL selama satu bulan.
KHL harus sudah berada di kantor afdeling pada pukul 06.00 WIB untuk
mengikuti apel pagi bersama mandor pekerjaan masing-masing dan bekerja
sampai pukul 15.00 WIB dengan waktu istirahat pukul 12.00-13.00 WIB. Total
jumlah seluruh KHL yang bekerja di Afdeling 7 pada bulan Mei 2009 adalah 254
orang, dengan rincian seperti pada Tabel 3.
Di Afdeling 7, yaitu afdeling dimana penulis melakukan kegiatan magang,
tidak terdapat mandor pupuk sehingga tugas dan tanggung jawab mandor pupuk
dilaksanakan langsung oleh supervisor pemeliharaan. Sedangkan mandor yang
lain, yaitu mandor semprot, mandor dongkel, mandor hama dan penyakit, serta
mandor infrastruktur berjumlah masing-masing satu orang.
Kegiatan pemanenan di PT Cipta Futura selain dilaksanakan oleh supervisor
dan mandor panen, juga dibantu oleh kerani buah. Kerani buah di Afdeling 7
terdiri atas 5 orang, yaitu 4 orang kerani yang bertanggung jawab terhadap
kegiatan transportasi TBS di lapangan dan seorang kerani buah yang bertugas
mengurus administrasi dan perhitungan pengangkutan TBS afdeling ke PKS.
Pada tingkat afdeling, pengelolaan kebun dipimpin oleh asisten afdeling.
Asisten afdeling bertugas mengelola tenaga kerja yang berada pada tingkat
afdeling, yaitu staf, non staf dan karyawan harian lepas (KHL). Dalam
menjalankan tugasnya, asisten afdeling dibantu oleh supervisor afdeling. Asisten
afdeling membawahi supervisor panen, supervisor pemeliharaan dan administrasi
afdeling. Di Afdeling 7, supervisor panen membawahi mandor panen yang terdiri
atas lima kemandoran yang dibantu oleh kerani buah. Sedangkan supervisor

20
pemeliharaan membawahi mandor semprot, mandor dongkel, mandor hama dan
penyakit, mandor pupuk, dan mandor infrastruktur. Urusan administrasi dan
transportasi afdeling menjadi tanggung jawab bagian administrasi afdeling.
Adapun struktur organisasi di tingkat afdeling terlampir pada Lampiran 8.

Tabel 3. Jumlah dan Posisi Tenaga Kerja Perkebunan PT Cipta Futura
Plantation Afdeling 7 Bulan Mei 2009
No
1

2

Jumlah
(orang)

Bagian
Karyawan Staf
Asisten Afdeling

1

Supervisor Afdeling

1

Supervisor Panen

1

Supervisor Pemeliharaan

1

Jumlah

4

Karyawan Non Staf
Mandor Panen

4

Krani Afdeling

1

Krani Buah

4

Mandor Pemeliharaan

4

Administrasi Afdeling

2

Jumlah
3

15

Karyawan Harian Lepas
Tenaga Kerja Pemanenan
Tenaga Kerja Pemeliharaan

75
140

Pemuat Buah

19

Supir Truk

20

Jumlah

254
Total Karyawan

273

Sumber : Administrasi Afdeling 7 (2009)
Asisten afdeling dan para supervisor merupakan