Optimisasi jumlah tandan buah segar Yang dapat diolah pada PKS PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Pabatu

(1)

O P T I M I S A S I J U M L A H T A N D A N B U A H S E G A R

Y A N G D A P A T D I O L A H P A D A P K S

P T . P E R K E B U N A N N U S A N T A R A I V U N I T K E B U N

P A B A T U

TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Memenuhi sabahagian dari Syarat-syarat Penulisan Tugas Sarjana

Oleh: Aulia Pratama NIM: 060423011

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

OPTIMISASI JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR

YANG DAPAT DIOLAH PADA PKS PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV UNIT KEBUN PABATU

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

(AULIA PRATAMA) (060423011)

Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(IR. SUGIH ARTO P., MM) (IR. ROSNANI GINTING, MT)

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

“SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS SARJANA” No. : 529/ H5.2.1.4.2.4/KRK/2009

Kami yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan bahwa setelah melakukan : - Evaluasi hasil Seminar DRAFT Tugas Sarjana

- Pemeriksaan Terhadap Perbaikan DRAFT Tugas Sarjana terhadap mahasiswa :

Nama : Aulia Pratama N I M : 060423011

Tempat dan tanggal lahir : Tanjung Gading, 01 Maret 1985

Judul Tugas Sarjana : Optimisasi Jumlah Tandan Buah Segar Yang Dapat Diolah Pada PKS PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Pabatu

menetapkan ketentuan-ketentuan berikut sebagai hasil evaluasi :

Dapat menerima perbaikan Tugas Sarjana Departemen Teknik Industri dan kepada penulisnya

diizinkan untuk mengikuti Sidang Sarjana / Ujian Kolokium yang akan diadakan Departemen Teknik Industri FT USU.

Medan, Maret 2010 Tim Pembanding,

Pembanding I, Pembanding II, Pembanding III,

Ir. Poerwanto, M. Sc Ir. Ukurta Tarigan, MT Aulia Ishak, ST, MT Tanggal, ... Tanggal, ... Tanggal,... Pembimbing I, Pembimbing II, Ketua ,


(4)

RINGKASAN

PT. Perkebunan Nusantara IV unit Kebun Pabatu adalah suatu perusahaan yang berproduksi berdasarkan permintaan pasar, sehingga perencanaan kapasitas sangat diperlukan dengan baik. Keberhasilan perencanaan dan pengendalian pbocesing memerlukan perencanaan kapasitas yang aktif, agar mampu memenuhi jadwal induk produksi yang ditetapkan. Kekurangan kapasitas akan menyebabkan kegagalan produksi, keterlambatan pengiriman ke pelanggan, dan kehilangan kepercayaan dalam sistem formal yang mengakibatkan reputasi perusahaan menurun. Kelebihan kapasitas akan mengakibatkan utilitas sumberdaya yang rendah, biaya meningkat, harga produk menjadi kompetitif, penurunan keuntungan dan lain-lain. PT. Perkebunan Nusantara IV bergerak dalam bidang pengolahan tandan sawit yang menghasilkan minyak sawit dan inti sawit.

Waktu standar adalah suatu ukuran penyelesaian proses produksi untuk satu unit produk dengan kelonggaran-kelonggaran yang telah dibenarkan. Waktu standar yang diperlukan untuk mengolah 10 Ton tandan buah sawit pada mesin sterilizer adalah 137,54 Menit/unit, untuk mesin penebah 110,09 Menit/unit, untuk mesin screw press 205,79 Menit/unit, dan mesin pemurnian minyak 142,38 Menit/unit. Efisiensi adalah kemampuan olah mesin dalam menghasilkan suatu produk. Efisiensi mesin sterilizer adalah 105,11%, untuk mesin penebah adalah 81,32%, untuk mesin screw press adalah 71,56%, dan mesin pemurnian minyak adalah 81,73%. Utilitas mesin adalah persentase penggunaan mesin dalam satuan waktu. Utilitas mesin sterilizer adalah 80%, untuk mesin penebah adalah 90%, untuk mesin screw press adalah 87%, dan mesin pemurnian minyak adalah 83%. Kapasitas adalah tingkat keluaran per satuan waktu yang menunjukkan bahwa fasilitas secara teoritik mempunyai kemampuan memproduksinya. Kapasitas mesin sterilizer adalah 34,70 Ton/Jam, untuk mesin penebah adalah 16,12 Ton/Jam, untuk mesin screw press adalah 51,25 Ton/Jam, dan mesin pemurnian minyak adalah 19,32 Ton/Jam. Kapasitas olah rata-rata mesin produksi yang diambil selama satu tahun adalah 29,16 Ton/Jam. Sedangkan kapasitas olah yang didapat dengan perhitungan adalah 30,35 Ton/Jam. Penambahan kapasitas olah adalah sebesar 1,19 Ton/Jam dari kapasitas olah sebelumnya..

Kata Kunci : Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Waktu Standar, Kapasitas, Optimisasi.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Sarjana ini. Adapun Laporan Tugas Sarjana ini diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan studi pada Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Laporan Tugas Sarjana ini merupakan bagian dari pelaksanaan Riset Tugas Sarjana yang telah dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Pabatu. Laporan ini ditulis berdasarkan informasi dan data yang diperoleh selama pelaksanaan riset.

Penulis menyadari bahwa sepenuhnya Laporan Tugas Sarjana ini masih banyak kekurangan dikarenakan keterbatasan waktu dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kebaikan Laporan Tugas Sarjana ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Maret 2010 Hormat saya,


(6)

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyusunan laporan tugas sarjana, penulis banyak mendapatkan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini dengan hati yang tulus penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT, selaku ketua Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Aulia Ishak, ST, MT selaku koordinator Tugas Sarjana di departemen Teknik Industri, fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara yang juga telah memberikan bimbingan dan pengarahan bagi penulis.

3. Bapak Ir. Sugih Arto P., MM dan Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT selaku pembimbing Tugas Sarjana di departemen Teknik Industri, fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan bagi penulis

4. Bapak Rudi Hendrawan S., ST atas informasi dan bantuan yang diberikan selama melakukan Kerja Praktek di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Pabatu. 5. Seluruh karyawan PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Pabatu yang tidak

dapat disebutkan satu persatu atas bantuan dan perhatian yang diberikan.

6. Kedua orang tuaku tercinta, ayahanda Ir. Ariful Amal DFA dan ibunda tercinta Eka Latifah beserta adik Rifka Sari yang telah memberikan dukungan moril maupun material beserta semangat dalam pengerjaan laporan ini.

7. Adinda Ayu Tri Astuti yang telah memberikan semangat dan dukungannya kepada penulis dalam menyelesaikan laporan ini.


(7)

8. Rizki, Bang Raza, Bang Charles, dan Kak Martha sebagai teman seperjuangan dalam melaksanakan Tugas Sarjana.

9. Teman-teman stambuk 2006 yang turut membantu baik selama persiapan, pelaksanaan Tugas Sarjana, dan penyusunan laporan Tugas Sarja

Medan, Maret 2010 Hormat saya,


(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ... I-1 1.1. Latar Belakang ... I-1 1.2. Perumusan Masalah ... I-3 1.3. Tujuan Penelitian... I-4 1.3.1. Tujuan Umum ... I-4 1.3.2. Tujuan Khusus ... I-4 1.4. Batasan Masalah ... I-4 1.5. Asumsi – asumsi yang digunakan ... I-5 1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir ... I-5

BAB II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1 2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-2


(9)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

2.3. Organisasi dan Manajemen Perusahaan ... II-2 2.3.1. Struktur Organisasi ... II-2 2.3.2. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-4 2.3.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-12

2.3.3.1. Jumlah Tenaga Kerja ... II-12 2.3.3.2. Jam Kerja ... II-14 2.4. Proses Produksi ... II-15 2.4.1. Bahan – bahan yang Digunakan ... II-15 2.4.1.1. Bahan Baku ... II-15 2.4.1.2. Bahan Tambahan ... II-17 2.4.1.3. Bahan Penolong ... II-18 2.4.2. Uraian Proses Produksi ... II-19 2.4.2.1. Proses Pengolahan Minyak Sawit ... II-19 2.4.2.2. Proses Pengolahan Inti Sawit ... II-31 2.4.3. Mesin dan Peralatan ... II-37 2.4.3.1. Mesin Produksi ... II-37

BAB III LANDASAN TEORI ... III-1 3.1. Perancangan dan Pengendalian Produksi ... III-1


(10)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

3.2. Penelitian Waktu ... III-5 3.3. Perubahan dalam Metode Kerja ... III-9 3.4. Teknik Pengukuran dengan Motion Study ... III-10 3.5. Teknik-teknik yang Dikembangkan dalam Time Study... III-12 3.6. Penentuan Waktu Standar ... III-15 3.7. Kapasitas ... III-17 3.8. Optimisasi ... III-21 3.9. Analisa Kecukupan Data ... III-22 3.10.Peta Kontrol ... III-23 3.10.1. Peta X dan R ... III-25 3.11.Perencanaan Kebutuhan Kapasitas... III-27 3.11.1. Definisi Kapasitas ... III.27 3.11.2. Penentuan Kebutuhan Kapasitas ... III-29 3.12.Rough Cut Capacity Planning (RCCP) ... III-27

BAB IV METODOLOGI ENELITIAN ... IV-1 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2. Jenis Penelitian ... IV-1 4.3. Rancangan Penelitian ... IV-1 4.3.1. Pendahuluan ... IV-2


(11)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

4.3.2. Peninjauan Lapangan ... IV-3 4.3.3. Pengumpulan Data ... IV-3 4.3.4. Pengolahan Data ... IV-4 4.3.4.1. Uji Kecukupan Data ... IV-5 4.3.4.2. Perhitungan Kecepatan Olah Mesin ... IV-5 4.3.4.3. Uji Keseragaman Data ... IV-5 4.3.4.4. Perhitungan Waktu Standar Setiap Mesin ... IV-6 4.3.4.5. Perhitungan Efisiensi Setiap Mesin ... IV-7 4.3.4.6. Perhitungan Utilitas Setiap Mesin ... IV-7 4.3.4.7. Perhitungan Kapasitas Olah Mesin ... IV-7 4.3.5. Analisa dan Pembagian Hasil ... IV-8 4.3.6. Kesimpulan dan Saran ... IV-8

BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1 5.1. Pengumpulan Data ... V-1

5.1.1. Data Jumlah TBS yang Masuk

dan TBS yang Diolah ... V-1 5.1.2. Data Jumlah Jam dan Jam Stagnasi ... V-2 5.1.3. Jam Olah Mesin Sterulizer ... V-3 5.1.4. Jam Olah Mesin Penebah ... V-4


(12)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

5.1.5. Jam Olah Mesin Screw Press ... V-5 5.1.6. Jam Olah Mesin Pemurnian Minyak ... V-6 5.1.7. TBS yang Di Olah Pada Mesin Sterilizer ... V-7 5.1.8. TBS yang Di Olah Pada Mesin Penebah ... V-8 5.1.9. TBS yang Di Olah Pada Mesin Screw Press... V-9 5.1.10. TBS yang Di Olah Pada Pemurnian Minyak ... V-10 5.1.11. Jumlah Mesin... V-11 5.2. Pengolahan Data ... V-12 5.2.1. Uji Kecukupan Data... V-12 5.2.1.1. Uji Kecukupan Data Mesin Sterilizer ... V-12 5.2.1.2. Uji Kecukupan Data Mesin Penebah ... V-14 5.2.1.3. Uji Kecukupan Data Mesin Screw Press ... V-15 5.2.1.4. Uji Kecukupan Data

Mesin Pemurnian Minyak ... V-16 5.2.2. Perhitungan Kecepatan Olah Mesin

dengan Stop Watch ... V-18 5.2.2.1. Perhitungan Kecepatan

Mesin Sterilizer dengan Stop Watch ... V-18 5.2.2.2. Perhitungan Kecepatan


(13)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

5.2.2.3. Perhitungan Kecepatan

Mesin Screw Press dengan Stop Watch... V-20 5.2.2.4. Perhitungan Kecepatan Mesin

Pemurnian Minyak dengan Stop Watch ... V-21 5.2.3. Uji Keseragaman Data ... V-22

5.2.3.1. Uji Keseragaman Data pada

Mesin Sterilizer ... V-22 5.2.3.2. Uji Keseragaman Data pada

Mesin Penebah ... V-24 5.2.3.3. Uji Keseragaman Data pada

Mesin Screw Press ... V-26 5.2.3.4. Uji Keseragaman Data pada

Mesin Pemurnian Minyak ... V-28 5.2.4. Perhitungan Waktu Standar Tiap Mesin ... V-30

5.2.4.1. Perhitungan Waktu Standar

Mesin Sterilizer ... V-30 5.2.4.2. Perhitungan Waktu Standar


(14)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

5.2.4.3. Perhitungan Waktu Standar

Mesin Screw Press ... V-31 5.2.4.4. Perhitungan Waktu Standar

Mesin Pemurnian Minyak ... V-32 5.2.5. Perhitungan Efisiensi Setiap Mesin ... V-33 5.2.5.1. Perhitungan Efisiensi Mesin Sterilizer ... V-33 5.2.5.2. Perhitungan Efisiensi Mesin Penebah ... V-34 5.2.5.3. Perhitungan Efisiensi

Mesin Screw Press ... V-35 5.2.5.4. Perhitungan Efisiensi

Mesin Pemurnian Minyak ... V-36 5.2.6. Perhitungan Utilitas Setiap Mesin ... V-37 5.2.5.1. Perhitungan Utilitas Mesin Sterilizer ... V-37 5.2.5.2. Perhitungan Utilitas Mesin Penebah ... V-38 5.2.5.3. Perhitungan Utilitas Mesin Screw Press ... V-39 5.2.5.4. Perhitungan Utilitas

Mesin Pemurnian Minyak ... V-40 5.2.6. Perhitungan Kapasitas ... V-41 5.2.5.1. Perhitungan Kapasitas Mesin Sterilizer... V-41


(15)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

5.2.5.2. Perhitungan Kapasitas Mesin Penebah ... V-41 5.2.5.3. Perhitungan Kapasitas Mesin Screw Press .. V-41 5.2.5.4. Perhitungan Kapasitas

Mesin Pemurnian Minyak ... V-42

BAB VI ANALISA DAN EVALUASI ... V-1 6.1. Analisa ... VI-1 6.2. Evaluasi... VI-3

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... V-1 7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-2 DAFTAR PUSTAKA


(16)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Jumlah Tenaga Kerja Afdeling I-VII dan PPIS

PT.Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu ...II-13 2.2. Jumlah tenaga kerja PT.Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu ...II-13 2.3. Spesifikasi Fraksi TBS...II-16 2.4. Standar Kematangan Buah ...II-17 2.5. Mesin Pada Lantai Produksi...II-37 5.1. Jumlah TBS yang Masuk dan TBS yang Diolah ...V-1 5.2. Jumlah Jam Olah dan Jam Stagnasi ...V-2 5.3. Waktu Pengolahan Pada Mesin Sterilizer ...V-3 5.4. Waktu Pengolahan Pada Mesin Penebah ...V-4 5.5. Waktu Pengolahan Pada Mesin Screw Press ...V-5 5.6. Waktu Pengolahan Pada Mesin Pemurnian Minyak ...V-6 5.7. TBS yang Diolah Pada Mesin Sterilizer ...V-7 5.8. TBS yang Diolah Pada Mesin Penebah ...V-8 5.9. TBS yang Diolah Pada Mesin Screw Press ...V-9 5.10. TBS yang Diolah Pada Mesin Pemurnian Minyak...V-10 5.11. Jumlah Mesin ...V-11 5.12. Perhitungan Kecukupan Data pada Mesin Sterilizer ...V-13 5.13. Perhitungan Kecukupan Data pada Mesin Penebah ...V-14 5.14. Perhitungan Kecukupan Data pada Mesin Screw Press ...V-15


(17)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

5.15. Perhitungan Kecukupan Data pada Mesin Pemurnian Minyak ...V-16 5.16. Waktu Proses Pengolahan pada Mesin Sterilizer ...V-18 5.17. Waktu Proses Pengolahan pada Mesin Penebah ...V-19 5.18. Waktu Proses Pengolahan pada Mesin Screw Press ...V-20 5.19. Waktu Proses Pengolahan pada Mesin Pemurnian Minyak...V-21 5.20. Data Waktu Olah Mesin Sterilizer ...V-22 5.21. Data Waktu Olah Mesin Penebah...V-24 5.22. Data Waktu Olah Mesin Screw Press ...V-26 5.23. Data Waktu Olah Mesin Pemurnian Minyak ...V-28 5.24. Perhitungan Efisiensi Mesin Sterilizer ...V-33 5.25. Perhitungan Efisiensi Mesin Penebah ...V-34 5.26. Perhitungan Efisiensi Mesin Screw Press ...V-35 5.27. Perhitungan Efisiensi Mesin Pemurnian Minyak ...V-36 5.28. Perhitungan Utilitas Mesin Sterilizer...V-37 5.29. Perhitungan Utilitas Mesin Penebah ...V-38 5.30. Perhitungan Utilitas Mesin Screw Press ...V-39 5.31. Perhitungan Utilitas Mesin Pemurnian Minyak ...V-40 6.1. Perhitungan Kapasitas Satu Tahun Terakhir ...VI-1 6.2. Rata – rata Jam Stagnasi ...VI-3


(18)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara IV ...II-3 2.2. Blok Diagram Proses Produksi CPO dan Inti Sawit ...II-36 3.1. Hubungan Perencanaan dan Pengendalian dalam Sistem Produksi ...III-1 3.2. Kerangka Dasar Sistem Perencanaan dan Pengendalian Produksi...III-4 3.3. Lima Tingkat Perubahan Metode Kerja...III-10 4.1. Prosedur Penelitian ...IV-2 4.2. Pengolahan Data ...IV-4 5.1. Peta Kontrol Mesin Sterilizer ...V-23 5.2. Peta Kontrol Mesin Penebah ...V-25 5.1. Peta Kontrol Mesin Screw Pressr...V-27 5.1. Peta Kontrol Mesin Pemurnian Minyak ...V-29


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

Data Jumlah TBS yang Masuk dan TBS yang Diolah ...L-1 Data Jam Olah dan Jam Stagnasi ...L-2 Form Karya Akhir ...L-3 Surat Penjajakan Perusahaan...L-4 Surat Balasan dari Perusahaan ...L-5 Memo Perusahaan ...L-6 \SK Tugas Sarjana ...L-7 Lembar Asistensi Dosen Pembimbing ...L-8


(20)

RINGKASAN

PT. Perkebunan Nusantara IV unit Kebun Pabatu adalah suatu perusahaan yang berproduksi berdasarkan permintaan pasar, sehingga perencanaan kapasitas sangat diperlukan dengan baik. Keberhasilan perencanaan dan pengendalian pbocesing memerlukan perencanaan kapasitas yang aktif, agar mampu memenuhi jadwal induk produksi yang ditetapkan. Kekurangan kapasitas akan menyebabkan kegagalan produksi, keterlambatan pengiriman ke pelanggan, dan kehilangan kepercayaan dalam sistem formal yang mengakibatkan reputasi perusahaan menurun. Kelebihan kapasitas akan mengakibatkan utilitas sumberdaya yang rendah, biaya meningkat, harga produk menjadi kompetitif, penurunan keuntungan dan lain-lain. PT. Perkebunan Nusantara IV bergerak dalam bidang pengolahan tandan sawit yang menghasilkan minyak sawit dan inti sawit.

Waktu standar adalah suatu ukuran penyelesaian proses produksi untuk satu unit produk dengan kelonggaran-kelonggaran yang telah dibenarkan. Waktu standar yang diperlukan untuk mengolah 10 Ton tandan buah sawit pada mesin sterilizer adalah 137,54 Menit/unit, untuk mesin penebah 110,09 Menit/unit, untuk mesin screw press 205,79 Menit/unit, dan mesin pemurnian minyak 142,38 Menit/unit. Efisiensi adalah kemampuan olah mesin dalam menghasilkan suatu produk. Efisiensi mesin sterilizer adalah 105,11%, untuk mesin penebah adalah 81,32%, untuk mesin screw press adalah 71,56%, dan mesin pemurnian minyak adalah 81,73%. Utilitas mesin adalah persentase penggunaan mesin dalam satuan waktu. Utilitas mesin sterilizer adalah 80%, untuk mesin penebah adalah 90%, untuk mesin screw press adalah 87%, dan mesin pemurnian minyak adalah 83%. Kapasitas adalah tingkat keluaran per satuan waktu yang menunjukkan bahwa fasilitas secara teoritik mempunyai kemampuan memproduksinya. Kapasitas mesin sterilizer adalah 34,70 Ton/Jam, untuk mesin penebah adalah 16,12 Ton/Jam, untuk mesin screw press adalah 51,25 Ton/Jam, dan mesin pemurnian minyak adalah 19,32 Ton/Jam. Kapasitas olah rata-rata mesin produksi yang diambil selama satu tahun adalah 29,16 Ton/Jam. Sedangkan kapasitas olah yang didapat dengan perhitungan adalah 30,35 Ton/Jam. Penambahan kapasitas olah adalah sebesar 1,19 Ton/Jam dari kapasitas olah sebelumnya..

Kata Kunci : Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Waktu Standar, Kapasitas, Optimisasi.


(21)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan di tentukan oleh berbagai faktor, salah satu diantaranya yang terpenting ialah kemampuan dalam mendapatkan order dari para pelanggannya. Agar produk-produknya menarik bagi pelanggan, perusahaan harus selalu berusaha meningkatkan produk dan pelayannya serta menawarkan harga yang wajar bagi setiap produk yang di inginkan pelanggan. Ketiga faktor yaitu pengiriman tepat waktu (timeliness of deliveries), mutu yang sesuai dengan harapan (expected

quality) dan harga yang wajar (reasonable price) mungkin dapat dikatakan sebagai

determain persaingan karena setiap pelanggan selalu meniali mutu vendornya paling tidak dalam hal ketiga faktor di atas. Perusahaan yang menyadari posisinya dalam persaingan memperebutkan pangsa pasar pasti berupaya untuk mendapatkan nilai (rate) terbaik dimata pelanggan. Rate terbaik akan didapat apabila perusahan memiliki rencana produksi yang baik dan akurat serta melakukannya dilantai pabrik secara efektif.1

Kelancaran produksi sangat tergantung pada perencanaan produksi, karena perencanaan produksi mencakup berbagai macam elemen kegiatan yang merupakan suatu sistem terpadu produk, metode serta prosedur pelaksanaan produksi dengan mengoptimalkan produksi. Dalam kegiatan produksi, perusahaan sangat dipengaruhi oleh permintaan pasar. Dan untuk memenuhi permintaan tersebut, maka prusahaan harus terlebih dahulu merencanakan produksinya dalam hal kualitas dan pengaturan waktu


(22)

keluaran dalam priode tertentu yang hasilnya adalah jadwal induk produksi (Master

Production Schedule). Salah satu fungsi utama dari penjadwalan produksi adalah sebagai

landasan untuk penentuan sumber daya, waktu baku pengolahan dan kapasitas.2

Waktu baku dan kapasitas merupakan hal yang cukup penting dalam proses produksi suatu perusahaan. Waktu baku merupakan suatu ukuran penyelesaian proses produksi untuk satu unit produk. Dengan mengetahui waktu baku akan didapatkan jumlah output standar sesuai dengan kemampuan proses suatu mesin. Kapasitas merupakan suatu ukuran jumlah unit yang diselesaikan dalam satu priode waktu yang sudah baku.

3

PT. Perkebunan Nusantara IV unit Kebun Pabatu adalah suatu perusahaan yang berproduksi berdasarkan permintaan pasar, sehingga perencanaan kapasitas sangat diperlukan dengan baik. Keberhasilan perencanaan dan pengendalian produksi memerlukan perencanaan kapasitas yang aktif, agar mampu memenuhi jadwal induk produksi yang ditetapkan. Kekurangan kapasitas akan menyebabkan kegagalan produksi, keterlambatan pengiriman ke pelanggan, dan kehilangan kepercayaan dalam sistem formal yang mengakibatkan reputasi perusahaan menurun. Kekurangan kapasitas akan mengakibatkan utilitas sumberdaya yang rendah, biaya meningkat, harga produk menjadi kompetitif, penurunan keuntungan dan lain-lain. PT. Perkebunan Nusantara IV bergerak dalam bidang pengolahan tandan sawit yang menghasilkan minyak sawit dan inti sawit. Pada saat ini terlihat bahwa hasil panen dari kebun sawit milik PT. Perkebunan Nusantara IV dan dari kebun petani sekitar terutama pada saat mengalami panen puncak

1

Prof. DR. IR. Sukaria Sinulingga, M.Eng, Perencanaan & Pengendalian Produksi, Graha Ilmu, Medan, 2009, p.1

2

Ir. Khawarita Siregar, MT, Perencanaan Kapasitas KasarProduksi Dengan Pendekatan Rough Cut

Capacity Planning (RCCP) Di PT. Central Windu Sejati, Universitas Sumatera Utara, 2009

3

Tomi Z dan Arinal Hamni, Aplikasi Ergonomi Dalam Menentukan Waktu Baku dan Kapasitas


(23)

tidak dapat diolah seluruhnya dalam satu hari kerja. Maka dari itu perlu dilakukannya perhitungan waktu standar setiap operasi dan menentukan kapasitas setiap mesin untuk menentukan jumlah tandan yang optimal untuk diolah setiap hari atau setiap satu shif kerja. Agar tidak terjadinya penumpukan bahan untuk diolah. Oleh karena itu, melalui penelitian ini maka diharapkan PT. Perkebunan Nusantara IV mampu mengolah tandan buah segar dengan jumlah yang optimum. Selama ini PT. Perkebunan Nusantara IV unit Kebun Pabatu memiliki kapasitas olah sebesar 30 Ton/Jam. Denagn kapasitas olah yang ada sering tidak mampu mengolah TBS yang datang, sehingga menimbulkan asam lemak bebas yang tinggi dan mengakibatkan menurunnya kualitas CPO.

1.2. Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Berapa lama waktu yang dibutuhkan suatu mesin untuk menghasilkan produk atau berapa waktu yang dibutuhkan pada setiap proses pengolahan untuk menghasilkan produk.


(24)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menentukan waktu standar setiap mesin dan kapasitas mesin yang ada pada bagian produksi pada PT. Perkebunan Nuasantara IV unti Kebun Pabatu.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan Khusus dari penelitian ini adalah 1. Menentukan pekerjaan yang akan diukur waktunya 2. Melakukan penelitian waktu dan mencatat setiap unsur 3. Menentukan siklus untuk masing-masing unsur

4. Menentukan kelonggaran yang dapat dibenarkan untuk menghasilkan waktu standar satuan kerja yakni standar jam atau standar menit operasi.

5. Menentukan Efisiensi mesin. 6. Menentukan utilitas mesin. 7. Menentukan kapasitas mesin.

1.4. Batasan Masalah

Agar masalah optimisasi jumlah tandan buah segar yang dapat diolah dapat diselesaikan digunakan pembatasan-pembatasan sebagai berikut :

1. Data yang digunakan adalah data waktu pengamatan yang dimulai pada tanggal 10 September 2008 sampai tanggal 10 September 2009.

2. Faktor upah tidak ada hubungannya dengan waktu standar.


(25)

4. Perhitungan data hanya sebatas perhitunagn waktu standar untuk menentukan jumlah tandan yang optimal yang dapat diolah dalam satu hari kerja yang terdapat pada stasiun produksi dengan menggunakan metode Time and Motion Study dan Rough

Cut Capacity Planning (RCCP).

1.5. Asumsi-asumsi yang Digunakan.

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Metode kerja yang digunakan dianggap sudah benar dan pekerja telah menguasai

metode kerja yang sesuai dengan Standart Operational Prosedure. 2. Kapasitas olah dari mesin-mesin yang sejenis dianggap sama. 3. Penyediaan dan pengadaan steam sesuai dengan yang dibutuhkan. 4. Fasilitas-fasilitas di bagian produksi tidak rusak.

5. Cara kerja yang digunakan sudah standar.

1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Laporan Tugas Akhir ini disusun dengan sistematika yang disajikan dalam bentuk bab, antara lain :

BAB I PENDAHULUAN

Menyajikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian secara umum dan khusus, batasan masalah, asumsi-asumsi yang digunakan, sereta sistematika penulisan laporan.


(26)

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Menjelaskan mengenai gambaran umum perusahaan yang mencakup sejarah perusahaan, ruang lingkup bidang usaha, struktur organisasi dan kegiatan proses produksi perusahaan.

BAB III LANDASAN TEORI

Menampilkan konsep-konsep dan teori-teori yang dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan. Landasan teori dikumpulkan dan dipelajari dari berbagai literatur dan juga jurnal-jurnal ilmiah. Literatur dan jurnal-jurnal ilmiah diperoleh dari perpustakaan ataupun internet.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Mengemukakan langkah-langkah dan tahapan-tahapan dalam melakukan penelitian. Metodologi penelitian disusun sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti. Metodologi penelitian menjelaskan tentang tempat dan waktu penelitian, jenis penelitian, rancangan penelitian, metode pengumpulan data, teknik pengolahan data yang digunakan yang dijelaskan secara terperinci.

BAB V PENGUMPULAN DAN PEGOLAHAN DATA

Mengidentifikasi data yang diperoleh serta melakukan pengolahan data sesuai dengan tujuan penelitian.


(27)

BAB VI ANALISA DAN EVALUASI

Menganalisa hasil penelitian yang diperoleh dengan membandingkan data yang diperoleh dengan teori yang mendasari hal tersebut untuk selanjutnya dilakukan evaluasi agar mencapai tujuan penelitian.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab tujuh ditarik kesimpulan berupa implikasi dari pemecahan masalah terhadap permasalahan yang sedang dihadapi perusahaan. Laporan tugas akhir ini diakhiri dengan memberikan saran-saran yang berhubungan dengan penerapan penemuan penelitian untuk kegiatan-kegiatan yang relevan secara praktis dan juga saran untuk pengembangan penelitian lebih lanjut.


(28)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

Unit Kebun Pabatu berasal dari Hak Konsesi Pabatu Gunung Hataran dan Dolok Merawan milik Handless Vereninging Amsterdam yang diambil alih oleh Pemerintah Indonesia dari pahak asing (BOCM) pada tahun 1957 dengan luas areal keseluruhan saat itu 6.173,53 hektar. Pada awalnya sampai dengan tahun 1938, Unit Kebun Pabatu adalah perkebunan tembakau yang dikonversi oleh BOCM menjadi perkebunan sawit.

Beracukan pada ketetapan No: 110/-PPT/B, Menteri Dalam Negeri Cq. Direktorat Jendral Agraria dengan Surat Keputusan No: 19/HGU/DA/-1976 tanggal 26 Juni 1976, memberikan Hak Guna Usaha kepada PNP-VI atas areal seluas 5.770,07 hektar yang terdiri atas pemeriksaan yang dilakukan oleh Panitia B yang menetapkan bahwa areal tersebut bebas dari penduduk rakyat. Pada tahun 2005 dan 2007 berdasar Keputusan Kepala BPN Nasional dalam SK No : 40/HGU/BPN/2005 tanggal 15 April 2005 dan No : 20-HGU-BPN RI-2007 tanggal 29 Mei 2007 luas areal Kebun Pabatu menjadi 5.754,04 Ha. Unit Kebun Pabatu ditopang oleh Sumber Daya Manusia yang berjumlah ; Karyawan Pimpinan 20 orang, Tenaga Pendidik 6 orang, Karyawan Pelaksana 1.470 orang dan Pengamanan 1 orang.


(29)

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT Perkebunan Nusantara IV (persero) Unit Kebun Pabatu Tebing Tinggi adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang pengolahan kelapa sawit menjadi CPO (Crude

Palm Oil) dan inti sawit menjadi PKO (Palm Kernel Oil). Kemudian CPO dan PKO

tersebut akan dijual kepada perusahaan yang membutuhkan seperti: PT MUSIM MAS, PT. SAN – Belawan, dan PT. PACIFIC PALMINDO sebagai bahan baku yang akan diolah lebih lanjut.

PT. Perkebunan Nusantara IV (persero) Unit Kebun Pabatu melaksanakan proses produksi dengan jaminan produksi yang memuaskan yang merupakan misi utama dari perusahaan tersebut serta memperhatikan keselamatan dan kesejahteraan para karyawannya dan keharmonisan perusahaan dengan lingkungan sekitarnya.

2.3. Organisasi dan Manajemen Perusahaan 2.3.1. Struktur Organisasi

Organisasi adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan tertentu dan dikalukan pembagian tugas untuk pencapaian suatu tujuan. Struktur dengan bagian-bagian yang diintegrasikan sedemikian rupa sehingga satu sama lain saling berhubungan dan saling mempengaruhi dengan adanya hubungan secara keseluruhan. Dipandang dari fungsinya, organisasi adalah pengelompokan atau pengaturan, penyediaan lingkungan kerja dan fasilitas yang sesuai serta penempatan kepada masing-masing orang yang ditugaskan.

PTP Nusantara IV (Persero) Unit Kebun Pabatu mempunyai pembagian tugas yang memunculkan struktur organisasi yang berbentuk fungsional, setiap personil


(30)

diberikan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan dasar kualifikasinya. Jadi setiap bawahan menerima perintah baik secara lisan maupun tulisan dari seorang atasan yang terkait didalamnya. Struktur organisasi PTP Nusantara IV (Persero) Unit Kebun Pabatu dapat dilihat pada Gambar 2.1

MANAGER UNIT KD. PENGOLAHAN CPO KD. PENGOLAHAN PKO KD. TEKNIK KA.DINAS ADMINISTRASI KD. TANAMAN ASISTEN AFDELING ASISTEN GUDANG ASISTEN PENGOLAHAN CPO ASISTEN PENGOLAHAN PKO ASISTEN TEKNIK MANDOR LAPANGAN MANDOR HARIAN LABORAN ANALISIS (SUPERVISOR) MANDOR HARIAN

- MANDOR LISTRIK - MANDOR REPARASI - MANDOR BENGKEL

KRANI LAPANGAN KRANI PRODUKSI KRANI TEKNIK - OPERATOR - ST PENERIMAAN - ST.KEMPA - ST.PEMURNIAN - ST.PENYIMPANAN - PEMBANTU - BOILER KRANI-KRANI HANSIP LABORAN PEMBANTU - OPERATOR

- ST PENERIMAAN - ST.KEMPA - ST.PEMURNIAN - ST.PENYIMPANAN - PEMBANTU - BOILER

PA.PAM ASISTEN.SDM dan Umum


(31)

2.3.2. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab

Berikut ini akan diuraikan tugas dan tanggung jawab dari masing-masing jabatan di PTP Nusantara IV Unit Pabatu secara garis besar:

1. Manajer

Adapun tugas-tugas Manajer yaitu :

a. Bertanggung jawab atas kelancaran kegiatan perusahaan sesuai dengan anggaran yang ditetapkan

b. Menyusun dan melaksanakan kebijakan umum perkebunan sesuai dengan norma/pedoman dan instruksi dari pimpinan umum.

c. Menandatangani surat-surat keluar, laporan-laporan dan kontrak.

d. Menelaah dan mendisposisikan surat-surat masuk untuk penyelesaian selanjutnya.

e. Mengajukan permintaan barang dan uang kepada kantor Direksi. 2. Kepada Dinas Tanaman

Adapun tugas-tugas Kepala Dinas Tanaman Sawit (KD.Tan Sawit)

a. Meneliti, memberikan petunjuk, dan mengawasi pelaksanaan administrasi dan laporan afdeling.

b. Mengkoordinir dan memberi petunjuk dan mengawasi pelaksanaan norma- norma dan instruksi atasan.

c. Menkoordinir, meneliti dan mengajukan permintaan bahan-bahan dan kebutuhan tanaman.

d. Mengkoordinir pelaksanaan penyusunan anggaran belanja afdeling dan meneliti serta mengajukannya.


(32)

e. Mengajukan saran dan usulan dan peningkatan efesiensi guna penekanan biaya di bidang tanaman sawit.

f. Mempertanggung jawabkan hasil kerja semua afdeling kepada manajer. 3. Kepala Dinas Teknik

Adapun Tugas-tugas Kepala Dinas Teknik (KDT)

a. Mengkoordinir, memberikan petunjuk dan mengawasi penyusunan rancangan anggaran belanja di bidang teknik atau pengajuan permintaan kebutuhan bahan-bahan dan alat-alat keperluan teknik.

b. Bertanggung jawab atas pemeliharaan prasarana dan alat-alat produksi lainnya.

c. Meningkatkan efesiensi dan mengawasi biaya di bidang teknik.

d. Meneliti, memberikan petunjuk dan mengajukan rencana serta perhitungan guna memelihara, rehabilitas dan pembangunan.

e. Mempertanggung jawabkan semua hasil kerja kepada manajer. 4. Kepala Dinas Pengolahan PKO

Adapun Tugas-tugas Kepala Dinas Pengolahan PPIS yaitu :

a. Mengkoordinir, memberikan petunjuk dan mengawasi penyusunan rancangan anggaran belanja di bidang pengolahan PPIS yang meneliti dan mengawasi pembuatan laporan-laporan atau pengajuan permintaan kebutuhan bahan baku dan alat-alat keperluan pengolahan kelapa sawit.

b. Bertanggung jawab atas pemeliharaan dan kebutuhan bahan baku untuk proses produksi.


(33)

d. Meneliti dan menandatangani surat pengiriman hasil jadi. 5. Kepala Dinas Pengolahan CPO

Adapun Tugas-tugas Kepala Dinas Pengolahan PKS yaitu : a. Meneliti dan menandatangani surat pengiriman hasil jadi

b. Menilai dan mengendalikan mutu serta bertanggung jawab atas mutu hasil sepanjang masih dalam pabrik

c. Mengkoordinir, memberi petunjuk, dan mengawasi penyusunan rancangan anggaran belanja pengolahan.

d. Meneliti dan mengajukan permintaan kebutuhan bahan-bahan alat pengolahan.

e. Mengatur dan mengawasi penggunaan mesin-mesin pengolahan serta membina kerja sama yang baik dengan dinas yang lain.

f. Meneliti dan mengawasi pembuatan laporan pengolahan serta menigkatkan

efesiensi dan pengawasan pengeluaran biaya pengolahan.

6. Kepala Dinas Administrasi

Adapun tugas-tugas Kepala Tata Usaha yaitu :

a. Membuat dan mengadministrasi faktor-faktor penjualan lokal/ekspor hasil jadi.

b. Mengadministrasi surat-surat dan mempersiapkan surat-surat keluar.

c. Mengkoordinasi, membimbing dan mengawasi kelancaran dan mempersiapkan laporan manajemen dan laporan rugi-laba.

d. Bertanggung jawab mempersiapkan daftar barang-barang dan mengawasi kegiatan bidang kesejahteraan.


(34)

7. Asisten Sumber Daya Manusia dan Umum

Adapun Tugas-tugas Asisten Sumber Daya Manusia dan Umum yaitu :

a. Membina hubungan kekeluargaan antara satu karyawan atau perusahaan b. Memberikan informasi perusahaan kepada instansi pemerintahan/swasta. c. Bertanggung jawab kepada Manajer

8. Asisten Afdeling I, II, IV dan VI

Adapun Tugas-tugas Asisten Afdeling I,III,IV dan VI yaitu : a. Bertangung jawab kepada Kepala Dinas Tanaman Sawit. b. Mengawasi pelaksanaan kegiatan di afdeling

c. Bertanggung jawab atas pemeliharaan di afdeling

d. Membimbing bawahan dan menjalankan tugas masing-masing serta memberi petunjuk.

9. Asisten Afdeling I, V, VII dan VII

Adapun tugas asisten afdeling I,V,VII,VIII dan IX

a. Bertanggung jawab kepada kepala dinas tanaman sawit b. Mengawasi pelaksanaan kegiatan afdeling

c. Bertanggung jawab atas pemeliharaan perkebunan di afdeling 10. Asisten Bengkel Umum

Adapun Tugas-tugas Asisten Bengkel Umum yaitu : a. Bertanggung jawab kepada kepala dinas PKS

b. Memimpin serta melaksanakan pemeliharaan, perbaikan,penanaman, dan penggantian peralatan pabrik.


(35)

11. Asisten Teknik

Adapun tugas-tugas Asisten Bengkel Umum yaitu :

a. Memimpin dan mengawasi pengangkutan TBS (Tandan Buah Segar) b. Bertanggung jawab kepada kepala dinas Teknik

c. Membimbing bawahan dan menjalankan tugas masing-masing serta memberi petunjuk.

12. Asisten Dinas (CD)/Teknik Sipil (CD)

Adapun tugas-tugas Asisten Dinas Sipil/Teknik Sipil (CD) yaitu :

a. Memimpin dan mengawasi pembuatan bangunan atau merenovasi afdeling,. Jembatan,dan blok-blok perawatan jalan di kebun, bangunan pabrik dan kantor.

b. Bertanggung jawab kepada kepala dinas teknik. 13. Asisten Pengolahan PPIS

Adapun tuags-tugas asisten pengolahan PPIS yaitu :

a. Mengawasi proses dan mutu kelapa sawit dan inti sawit membuat laporan-laporan kepada kepala pengolahan PKS.

b. Membuat anggaran belanja pabrik dan meningkatkan efektivitas dan

efesiensi kerja perusahaan.

c. Bertanggung jawab kepada kepala dinas Pengolahan PKS. 14. Asisten Pengolahan PKS

Adapun Tugas-tugas Asisten Pengolahan PKS yaitu :

a. Mengawasi proses dan mutu kelapa sawit dan inti sawit membuat laporan-laporan kepada kepala dinas pengolahan PKS.


(36)

b. Membuat anggaran belanja pabrik dan meningkatkan efektivitas dan efesiensi kerja perusahaan.

c. Bertanggung jawab kepada kepala dinas Pengolahan PKS. 15. Pengamanan

Adapun Tugas-tugas Pengamanan yaitu :

a. Membantu pimpinan perkebunan dalam usaha memantapkan dan menciptakan kondisi keamanan agar PTPN IV (Persero) Kebun Pabatu dapat melaksanakan program peningkatan produksi yang diharapkan semaksimal mungkin.

b. Memelihara keamanan dan ketertiban lingkungan PTPN IV (Persero) Kebun Pabatu agar tercipta kondisi yang aman dan tertib, sehingga dapat melaksanakan program pemerintah dalam pembangunan perkebunan.

c. Melaksanakan pengamanan terhadap hambatan dan rintangan serta gangguan yang datang dari luar dan dalam perusahaan.

16. Kepala Seksi Perebusan

Adapun Tugas-tugas Kepala Seksi Perebusan yaitu :

a. Bertugas mengawasi semua kegiatan yang berlangsung pada bagian perebusan

b. Mengadakan pengendalian agar produksi perebusan yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi dan standar mutu yang ditentukan.

c. Mengevaluasi kegiatan perebusan untuk mengetahui penyimpangan yang terjadi agar dapat dilakukan perbaikan.


(37)

17. Kepala Seksi Penebah

Adapun Tugas-tugas Kepala Seksi Penebah yaitu :

a. Bertugas mengawasi semua kegiatan yang berlangsung pada bagian penebah

b. Mengadakan pengendalian agar produksi penebah yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi dan standar mutu yang ditentukan.

c. Mengevaluasi kegiatan penebah untuk mengetahui penyimpangan yang terjadi dan penyimpangan yang terjadi selama kegiatan penebahan.

18. Kepala Seksi Kempa

Adapun Tugas-tugas Kepala Seksi Kempa yaitu :

a. Bertugas mengawasi semua kegiatan yang berlangsung pada bagian kempa b. Mengadakan agar produksi kempa yang dihasilkan sesuai dengan

spesifikasi dan standar mutu yang ditentukan.

c. Mengevaluasi kegiatan kempa untuk mengetahui penyimpangan yang terjadi agar dapat dilakukan perbaikan.

19. Kepala Seksi Pemurnian Minyak Adapun Tugas-tugas Pemurnian minyak

a. Bertugas mengawasi semua kegiatan yang berlangsung pada bagian pemurnian minyak

b. Mengadakan pengendalian agar produksi pemurnian minyak yang dihasilkan semua dengan spesifikasi dan standart mutu yang ditentukan.

c. Mengevaluasi kegiatan pemurnian minyak untuk mengetahui penyimpangan yang terjadi agar dapat dilakukan perbaikan


(38)

d. Membuat laporan secara periodik kepada atasan mengenai hasil pemurnian minyak dan penyimpangan yang terjadi selama kegiatan pemurnian minyak. 20. Kepala Seksi Kualitas

Adapun Tugas-tugas Kepala Seksi Kualitas yaitu :

a. Mengadakan penelitian terhadap mutu produksi dan mengadakan pengembangan

b. Mengawasi standart mutu produksi

c. Memberikan petunjuk dan pengarahan kepada pekerja agar produksi berjalan dengan baik

21. Seksi Bahan Baku

Adapun Tugas-tugas Seksi Bahan Baku Yaitu :

a. Mengkoordinir dan mengawasi pengolahan persediaan

b. Membuat laporan penerimaan, persediaan dan pengeluaran bahan secara periodik kepada atasan.

c. Melakukan pengontrolan dan evaluasi terhadap persediaan bahan. 22. Seksi Bahan Jadi

Adapun Tugas-tugas Seksi Bahan Jadi yaitu :

a. Bertugas mengkoordinir dan mengawasi semua kegiatan bagian penimbunan. b. Mengkoordinir, mengawasi semua kegiatan bagian penyimpanan CPO untuk mengetahui penyimpangan dari produk CPO, sehingga dapat dilakukan perbaikan.

c. Membuat laporan bagian penyimpanan CPO secara periodik mengenai pengeluaran dan penerimaan produk CPO.


(39)

2.3.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja 2.3.3.1.Jumlah Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Adapun jumlah karyawan di PTP Nusantara IV Unit Pabatu diklarifikasikan berdasarkan karyawan pimpinan, karyawan pelaksana, dan tenaga pendidik. Data jumlah karyawan PTP Nusantara IV Unit Pabatu dapat dilihat pada Tabel 2.1

Tabel 2.1. Jumlah Tenaga Kerja Afdeling I-VII dan PPIS PT.Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu

AFD/BAG Karyawan Pimpinan Karyawan Pelaksana Total

Lk Pr Jlh Lk Pr Jlh

I 1 - 1 65 96 163 165

II 1 - 1 96 58 154 166

III 1 - 1 90 71 161 162

IV 1 - 1 38 32 70 71

V 1 - 1 93 32 125 126

VI 1 - 1 106 29 135 136

VII 1 - 1 72 41 113 114

PPIS 1 - 1 71 3 74 75

Sumber : PTPN IV Unit Kebun Pabatu

Jumlah tenaga kerja yang ada pada PT. Perkebunan Nusantara IV unit Kebun Pabatu dapat dilihat pada Tabel 2.2


(40)

Tabel 2.2. Jumlah tenaga kerja PT.Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu AFD/BAG Karyawan

Pimpinan

Karyawan

Pelaksana Total AFD/BAG

Karyawan Pimpinan

Karyawan

Pelaksana Total

KDP/KDT 2 - 2 - - - 2

PKS 2 - 2 100 6 106 108

Teknik 2 - 2 213 27 240 242

M. Unit 1 - 1 - - - 1

Dinas TU 1 - 1 19 6 25 26

SDM & U 1 - 1 16 17 33 34

Dinas Tan 2 - 2 5 3 8 10

C. Gudang 1 - 1 7 3 10 11

Pam. 1 - 1 41 - 41 42

Tabel 2.2. Jumlah tenaga kerja,...(lanjutan) AFD/BAG Karyawan

Pimpinan

Karyawan

Pelaksana Total AFD/BAG

Karyawan Pimpinan

Karyawan

Pelaksana Total

Guru SMP 2 3 5 - - - 5

Jumlah 22 3 25 1040 430 1470 `1497

Sumber : PTPN IV Unit Kebun Pabatu

2.3.3.2.Jam Kerja

Sesuai dengan peraturan DEPNAKER (Departemen Tenaga Kerja) bahwa jam kerja seseorang karyawan adalah 40 jam kerja per minggu, selebihnya diperkirakan jam lembur. Sedangkan pengaturan jam kerja karyawan di PTP Nusantara IV Unit Pabatu adalah sebagai berikut:

1. Semua karyawan kecuali bagian pengolahan dan pengamanan hari kerjanya adalah senin – sabtu, dengan ketentuan jam kerja sebagai berikut:

a. Senin – kamis

− Jam 06.30 – 09.30 WIB Waktu Kerja (dinas) − Jam 09.30 – 10.30 WIB Waktu Istirahat


(41)

− Jam 10.30 – 15.00 WIB Waktu Kerja (dinas) b. Jum’at

− Jam 06.30 – 09.30 WIB Waktu Kerja (dinas) − Jam 09.30 – 10.30 WIB Waktu Istirahat − Jam 10.30 – 12.00 WIB Waktu Kerja (dinas) c. Sabtu

− Jam 06.30 – 09.30 WIB Waktu Kerja (dinas) − Jam 09.30 – 10.30 WIB Waktu Istirahat − Jam 10.30 – 12.00 WIB Waktu Kerja (dinas)

2. Bagian pengolahan, jam kerja dibagi atas dua shift setiap harinya dan jam kerja ini melihat situasi buah (TBS) yang tersedia yaitu:

a. Jika buah banyak, diterapkan:

− Shift I : jam 06.30 – 16.00 WIB − Shift II : jam 16.00 – 06.30 WIB

3. Bagian pengamanan (security), jam kerja dibagi atas tiga shift setiap harinya yaitu: − Shift I : jam 06.00 – 14.00 WIB

− Shift II : jam 14.00 – 22.00 WIB − Shift III : jam 22.00 – 06.00 WIB

Untuk bagian security atau shift terdiri dari 13 atau atau 14 orang dengan pergantian seminggu sekali.


(42)

2.4. Proses Produksi

2.4.1. Bahan-bahan yang Digunakan 2.4.1.1.Bahan Baku

TBS yang diterima oleh pabrik sebaiknya telah memenuhi standar persyaratan bahan baku, yang tidak menimbulkan masalah dalam proses ekstraksi minyak dan inti sawit. Sebelum mengalami pengolahan, tandan yang telah tiba di pabrik perlu dilketahui mutunya dengan cara visual, yang dapat dilakukan di tempat penerimaan buah. Pengujian atau sortasi panen sebaiknya dilakukan pada setiap truk yang tiba di pabrik, akan tetapi hal ini dianggap tidak ekonomis. Oleh sebab itu sortasi panen dapat dilakukan secara acak, yaitu 10% terhadap truk yang diterima atau minimum satu truk untuk setiap afdeling. Jika jumlah 10% sampling dianggap terlalu besar dapat diatasi dengan mengambil 50% isi truk. Penilaian terhadap mutu TBS didasarkan pada standar fraksi tandan. Spesifikasi fraksi Tandan Buah Segar yang diolah oleh PT. Perkebunan Nusantara IV unit Kebun Pabatu dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Spesifikasi fraksi TBS

Parameter Standard (%)

Fraksi 00 Nihil

0 Nihil

Buah Normal : (F1,F2,F3,F4,F5) 100%

% Brondolan Pengutipan Maksimal

Tandan Kosong 0

Buah Busuk 0

Tandan Bertangkai Panjang 0

Sumber: PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu

Pengolahan yang diinginkan adalah tandan buah segar dengan kriteria fraksi buah 1, 2, dan 3. Hal ditetapkan karena fraksi ini memiliki mutu minyak yang baik dengan


(43)

tingkat ekstraksi minyak yang optimal. Standar kematangan buah dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4. Standar Kematangan Buah

Fraksi Persyaratan Sifat-sifat fraksi Jumlah Brondol Fraksi 00 (F-00) 0,00% Sangat Mentah Tidak ada warna Fraksi 0 (F-0) Maks.3,0% Mentah 1-12,5% buah luar Fraksi 1 (F-1) Kurang matang 12,5-25% buah luar Fraksi 2 (F-2) 85,00% Matang 25-50% buah luar

Fraksi 3 (F-3) Matang 50-75% buah luar

Fraksi 4 (F-4) Maks. 10,0% Lewat matang 75-100% buah luar Fraksi 5 (F-5) Maks.2,0% Terlalu matang Buah ikut

membrondol

% Brondolan 9,50%

Tandan kosong 0,00%

Panjang tangkai TBS

> 2,5 cm

Sumber: PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu

2.4.1.2.Bahan Tambahan

Bahan Tambahan adalah bahan yang ditambahkan pada proses produksi, dan keberadaannya dapat meningkatkan mutu produk dan merupakan baigan dalam produk akhir (yang dijual). Bahan tambahan yang digunakan untuk mengolah Tandan Buah Segar (TBS) menjadi produk adalah steam (uap) dan air panas. Steam ini disuplai dari

back-preasure vessel (bpv) yaitu suatu tangki penampung uap bekas turbin uap. Uap

dihasilkan dari panas air daripada boiler (ketel uap) yang digunakan untuk memutar turbin untuk menghasilkan tenaga listrik dan uap bekas ditampung pada bpv. Air panas


(44)

diperoleh dari hasil pemanasan air bersih oleh uap bekas pada suatu tangki yang disebut

hot water tank, dari tangki ini air panas disalurkan pada setiap unit yang memerlukan.

2.4.1.3.Bahan Penolong

Bahan Penolong adalah bahan-bahan yang digunakan untuk membantu memperlancar proses produsi (ikut dalam proses), tetapi bukan menjadi bagian dalam produk akhir. Bahan penolong yang digunakan di PT. Perkebunan Nusantara IV unit Kebun Pabatu. Bahan penolong adalah BWT digunakan untuk menetralkan PH air untuk pabrik. BWT yang digunakan adalah BWT 3273 berfungsi sebagai anti karat pada internal boiler, anti foam (pembusaan) dan mengutamakan kualitas team. BWT 2811 berfungsi sebagai gerakan cepat secara kimia menghilangkan oksigen yang digunakan dan sistem air industri lainnya (oxyigen scavenger) BWT 2556 berfungsi sebagai inhibitor korosif, efektif menetralkan gas acid (asam) boiler corrosion inhibitor. BWT 8173 pulv berfungsi sebagai flocculant untuk proses pemisahan liquid-solid dan alat penyaring (filter aid),

BWT 8507 berfungsi untuk mengatur tingkat alkalinitas pada air boiler. BWT 7203

berfungsi sebagai anti karat pada internal boiler untuk membantu mengutamakan kualitas steam, membantu menghilangi pembetukan karat dalam dinding sisi air. Caustik soda, berfungsi sebagai bahan regenerasi resin pada tangki katoda, asam sulfat berfungsi sebagai bahan regenerasi regin pada tangki anoda, tawas berfungsi sebagai penjernihan awal air.


(45)

2.4.2. Uraian Proses Produksi

2.4.2.1.Proses Pengolahan Minyak Sawit

Proses produksi yang terjadi pada PT. Perkebunan Nusantara IV (persero) unit Kebun Pabatu memakai bahan baku utama adalah buah sawit yang masih segar. Proses CPO adalah sebagai berikut :

1. Stasiun penerimaan buah ( Fruit Reception Station)

Stasiun ini berfungsi untuk menerima Tandan Buah Segar yang berasal dari kebun petani sekitar dan kebun milik sendiri.

2. Penimbangan Buah (Fruit Weighting)

Tandan Buah Segar yang baru dipanen dari kebun petani sekitar dan kebun milik sendiri diangkut dengan menggunakan truk ke pabrik. Setelah sampai lalu ditimbang pada jembatan timbang (Weighting Bridge). Penimbangan dilakukan dua kali. Pertama, untuk mengetahui berat kendaraan pada saat berisi muatan tandan buah segar (bruto). Kedua, untuk mengetahui berat kendaraan pada keadaan kosong atau tanpa muatan (tarra).

3. Penumpukan dan pemindahan buah (transfer and loading ramp)

Setelah melalui jembatan timbang kemudian truk langsung ke loading ramp guna melakukan bongkar muatan berupa TBS. Buah sawit yang sudah di sortasi kemudian dituang ke penampungan buah (fruit hoppers) yang dibuat kemiringan 1350 terhadap dasar alas kisi-kisi. Fruit hoppers dilengkapi dengan pintu-pintu yang dapat digerakkan secara vertikal (turun naik) oleh tenaga elektris. Fungsi loading ramp adalah sebagai berikut :


(46)

b. Tempat melakukan sortasi terhadap TBS yang masuk ke pabrik c. Memudahkan pengisian TBS Ke dalam lory

d. Menjamin penyediaan bahan baku untuk kontinitas proses 4. Stasiun Perebusan

Tandan buah segar yang berada dalam lory rebusan diangkut dari Stasiun Penerimaan Buah dengan bantuan transfer carier yang bergerak pada jaringan rel. Lory rebusan ini selain sebagai alat angkut juga sebagai wadah untuk merebus buah. Badan

lory tersebut terbuat dari plat baja berlubang kecil dengan diameter 2 cm dan jarak antar

luang 5 cm. Dengan adanya lubang pada lory, uap (steam) lebih mudah masuk dan dapat memasak secara merata. Lory rebusan ini berisi penuh dan merata dengan kapasitas rata 2,5 ton/lory. Tujuan perebusan ini adalah sebagai berikut :

a. Menghentikan aktivitas enzim

Tandan buah segar yang dipanen terdapat enzim oksidase dan lipase yang bersifat merugikan dan akan tetap bekerja dalam buah sebelum enzim itu dihentikan, enzim tersebut dapat dihentikan dengan cara fisika dan kimia. Cara fisika yaitu dengan cara pemanasana pada suhu yang dapat mendegradasi protein. Enzim lipase bertindak sebagai katalisator dalam pembentukan trigliserida dan kemudian memecahkan kembali menjadi asam lemak bebas (ALB) Aktivitas enzim semakin tinggia apabila buah mengalami kememaran (luka). Untuk mengurangi aktivitas enzim sampai di PKS diusahakan agar kememaran buah dalam persentase yang relatif kecil. Enzim pada umumnya tidak aktif lagi pada suhu 500C, oleh sebab itu perebusan pada suhu 1200C akan menghentikan kegiatan enzim.


(47)

Minyak dan inti sawit terdapat dalam buah maka untuk mempermudah proses ekstraksi pengutipan minyan dan inti sawit, buah perlu dilepaskan dari spiklet. Buah dapat terlepas dari Spiklet melalui cara hidrolisa hemiselulosa dan pektin yang terdapat pangkal buah. Hidrolisa dengan reaksi biokimia telah terjadi sebagian di lapangan yaitu pada proses pemasakan buah yang ditandai dengan buah yang berondol. Reaksi hidrolisis dan hemiselulosa dan pektin terdapat dalam ketel rebusan yang dipercepat oleh pemanasan. Panas uap tersebut dapat meresap ke dalam buah karena adanya tekanan c. Menurunkan Kadar Air

Sterilisasi buah dapat menyebabkan penurunan kadar air buah dan inti, yaitu

dengan cara penguapan baik pada saat perebusan maupun saat sebelum pemipilan. Penurunan kandungan air buah menyebabkan penyusutan buah sehingga terbentuk rongga-rongga kosong yang mempermudah proses pengempaan. Interaksi penurunan kadar air dan panas dalam buah akan menyebabkan minyak sawit antara sel dapat bersatu dan mempunyai viskositas yang rendah sehingga mudah keluar dari dalam sel sewaktu proses pengempaan berlangsung.

d. Pemecahan emulsi

Minyak dalam perichartp berbentuk emulsi dapat lebih mudah keluar dari sel jika berubah dari fase emulsi menjadi minyak. Perubahan ini terjadi dengan bantuan pemanasan, yang mengakibatkan pengabungan fraksi yang memiliki polaritas yang sama dan berdekatan, sehingga minyak dan air masing-masing terpisah. Peristiwa ini akan mempermudah minyak keluar dari perikart. Penetrasi uap yang sempurna pada perikart, terutama pada buah yang paling dalam, akan mempertinggi efisiensi ekstraksi minyak. e. Membantu proses pelepasan inti dari cangkang


(48)

Perebusan yang sempurna akan menurunkan kadar air biji hingga 15%. Kadar air biji yang turun hingga 15% akan menyebabkan inti susut sedangkan tempurung biji tetap, maka inti terjadi inti yang lekang dari cangkang. Hal ini akan membantu permentase di dalam Nut Silo, sehingga pemecahan biji dapat berlangsung dengan baik,demikian juga pemisahan inti dan cangkang dalam proses pemisahan kering atau basah dapat menghasilkan inti yang mengandung kotoran lebih kecil.

5. Stasiun Penebah

Pada stasiun penebah, buah dituang dari lori ke rebusan ke automatic feeder dengan menggunakan hosting crane, automatic fider ini berfungsi untuk menampung serta mengatur pemasakan buah ke dalam alat penebah (threser/stripper drum) dalam

threser, buah yang masih melekat pada tandan akan lepas dan dipisahkan dengan

menggunakan prinsip bantingan.Alat penebah ini berupa drum yang terpasang secara horizontal dan berputar dengan kecepatan ± 23 rpm. Akibat perputaran drum, tandan bergerak ke atas searah dengan perputarannya. Kemudian tandan akan jatuh terbanting sehingga buah atau brondolan terlepas dari tandannya. Keberhasilan perebusan jika tidak didukung pemipilan yang baik maka kehilangan minyak akan tinggi. Oleh sebab itu perlu dilakukan pemipilan yang lebih sempurna dan keberhasilan pemipilan juga tergantung pada proses perebusan.

6. Stasiun Pengempaan (screw press)

Stasiun pengempaan adalah stasiun pertama dimulainnya pengambilan minyak dari buah dengan jalan melumat dan mengempal. Pada stasiun ini dilakukan 2 tahap pengolahan yaitu :


(49)

b. Pengempaan (pressing) 2. Pengadukan (digesting)

Brondolan yang dihasilkan pada proses penebah,dialirkan ke dalam digester peralatan ini digunakan untuk melumatkan brondolan sehingga daging buah (pericrape) terpisah dari biji (noten) dan menghancurkan sel-sel yang mengandung minyak. Dalam waktu cepat agar minyak dapat diperas sebanyak-banyaknya pada saat pegempaan.

Alat ini sering disebut ketel aduk yag terdiri dari bejana yang dilengkapi dengan alat perajang,dan pemanas untuk mempersiapkan bahan agar lebih mudah dikempa dalam

screw press. Digester dilengkapi dengan alat pengaduk yang berfungsi untuk merajang

buah sehingga terjadi pelepasan daging buah dan biji sambil pemecahan kantong-kantong minyak. Volume digester berpengaruh terhadap kehilangan minyak.

Digester yang penuh akan memperlama proses pengadukan dengan tekanan lawan yang kuat sehingga perajangan sempurna karena ketinggian buah dalam digester akan menimbulkan tekanan di dasar digester semakin tinggi dan tahanan lawan terhadap pisau semakin tinggi, dan pemecahan kantong minyak dan pemisahan serat dengan serat lain semakin sempurna. Pengadukan dilakukan dengan kondisi proses sebagai berikut:

a. Ketel adukan selalu dalam keadaan penuh minimal ¾ dari volumenya. b. Temperatur pemanasan (uap) 90-950

c. Waktu pengadukan 15-20 menit d. Tekanan uap (steam) 2-3 kg/cm2

e. Jika kondisi ini tidak terpenuhi, masa adukan akan sulit diproses pada saat pengempaan,akibatnya kehilangan minyak dalam ampas akan meningkat.


(50)

Masa adukan yang berasal dari alat pengaduk (digester) dialirkan ke dalam alat pengempa (screo press) yang berfungsi untuk mengempa massa adukan sehingga terjadi pemisahan antara massa padat (biji, serat dan kotoran) dengan cairan minyak kasar. Tujuan dari proses pengempaan ini adalah untuk mengambil minyak yang ada dalam massa adukan semaksimal mungkin dengan cara memompa pada tekanan tertentu, tekanan kempa yang dibutuhkan 50-60 kg/cm2.

Alat pengempa yang digunakan adalah jenis kempa ulir ganda (double screw

press) alat ini terdiri dari sebuah silinder (press cylinder) yang berlubang-lubang yang

didalamnya terdapat 2 buah ulir (feet screw dan main screw) yang berputar yang berlawan arah dengan kecepatan yang sama. Mekanisme pengempaan adalah masukya adonan ke dalam cylinder press dan mengisi worm, volume setiap space worm berbeda, semakin mengarah ke ujung as screw volume semakin kecil, sehingga pepindahan massa akan menyebabkan minyak terperas. Hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain: a. Kapasitas olah alat yang tinggi, dan dapat menghemat tempat jika dibandigkan

dengan hidrolic press.

b. Karena kapasitas yang tinggi maka biaya operasi per ton TBS sangat rendah.

c. Kebutuhan operator untuk mengoperasikan lebih sedikit dibandingkan dengan hidrolic press.

d. Kebutuhan tenaga (power) yang rendah untuk memeras buah. 7. Stasiun Pemurnian Minyak

Stasiun ini berfungsi untuk mendapatkan minyak sawit mentah (crude palm

oil/CPO) yang sudah dimurnikan dari impurities atau kotoran lainnya. Stasiun pemurnian


(51)

Pemurnian minyak bertujuan agar tidak terjadi penurunan mutu akibat adanya reaksi hidrolisis dan oksidasi. Hidrolisis dapat terjadi karena cairan bersuhu panas dan cukup banyak air demikian juga oksidasi akan terjadi dengan adanya Nos yang berupa bahan organik dan anorganik seperti Fe dan Cu berperan sebagai katalisator yang mempercepat terjadinya reaksi yang cepat.

Pada stasiun pemurnian/klarifikasi minyak, terjadi beberapa tahapan proses: a. Pengenceran

Pengenceran bertujuan untuk pengenceran minyak sehingga pemisahan pasir dan serat-serat yang terdapat dalam minyak dapat berjalan dengan baik. Pengenceran berlangsung dengan baik bila suhu air pengenceran 80-900C. Suhu ini kadang-kadang tidak mendapat perhatian yang serius karena tangki air panas berada di tempat yang lebih tinggi dari digester sehingga pengamatannya lebih sulit. Jumlah air pengencer yang digunakan sangat bervariasi sehingga sulit diketahui jika tidak menggunakan flow meter. Jumlah air pengencer yang dihancurkan yaitu sebanding dengan crude oil yang keluar dari screw press, pemakaian air yang terlalu banyak akan menyebabkan penurunan kualitas unit pengolahan PKS terutama pada alat klarifikasi. Hal ini diatasi dengan memperpendek retention time pada setiap alat pengolahan yang dapat berakibatkan penurunan efisiensi ekstraksi. Air pengencer yang diberikan bermanfaat untuk:

− Untuk menurunkan viskositas cairan sehingga zat yang memiliki BC > 1,0 akan mudah mengendap sedangkan zat yang memiliki dari 1,0 akan mengapung.

− Untuk mempermudah pemisahan fraksi yang terdapat dalam cairan minyak berdasarkan folaritas.


(52)

b. Sand Trap Tank

Keberhasilan proses pengendapan tergantung pada retention time bentuk sand

trap tank adalah silinder sedangkan mekanisme kerjanya adalah memberikan aliran

sirkulasi yang dapat mempercepat proses pengendapan pasir atau padatan yang BC nya lebih besar dari minyak.

c. Ayakan Getar

Pemakaian ayakan getar bertujuan untuk memisahkan non oil solid yang berukuran besar, sehingga pada proses selanjutnya di dapatkan minyak yang memenuhi standar. Ayakan getar dikenal dengan tipe vibro yang mempunyai mekanisme pemisahan yang bekerja dengan cara getaran melingkar dan atas bawah, yang terdiri dari 2 tingkat ayakan dengan ukuran 30 dan 40 mesh.

d. Crude Oil tank

Crude oil tank (COT) Berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel yang tidak

larut dan lolos dari ayakan getar. Karena tangki ini ukuran kecil dapat dikatakan bahwa

retention time nya relatif singkat sehingga lebih berfungsi untuk mengendapakan pasir

atau lumpur partikel besar.

Fungsi utama oil tank adalah menampung minyak dan ayakan sebelum dipompakan pada oil settling tank,yang ditempatkan tepat di bawah ayakan getar sehingga minyak dan ayakan getar langsung ditampung.

e. Oil Setling Tank

Minyak yang berada di lapisan atas crude oil tank dipompakan ke oil setling tank untuk diendapkan. Fungsi dari setling tank adalah mengendapkan kotoran-kotoran yang terdapat dalam minyak. Proses pegendapan ini dapat berlangsung secara sempurna


(53)

apabila suhu minyak dapat dipertahantakan pada suhu 800C. Pada suhu ini kekentalan lebih rendah sehingga fraksi-fraksi yang BC > atau = 1 akan berada di bagian bawah tangki dan mengendap.

Campuran minyak yang terdapat dalam oil setling tank terdiri dari 3 lapisan dimana: lapisan minyak,lapisan sludge, dan lapisan lumpur. Makin lama cairan minyak berada dalam oil setling tank maka pemisahan akan semakin sempurna dan lumpur pun akan mengendap di bagian dasar tangki. Kemudian diteruskan ke continious setling tank yaitu tipe bak bersambung yang dapat memisahkan lumpur sambil mengalir dari satu bak ke bak lain. Pemisahan dapat berlangsung baik jika kecepatan alir lebih lambat dari kecepatan mengendap. Pemisahan sludge berjalan dengan baik yaitu pada bak pertama cairan memisah menjadi dua fase yaitu fase ringan dan fase berat. Fase berat mengalir dari bak yang satu ke bak lainnya melalui dasar tangki sedangkan fase ringan mengalir dari bagian atas.

8. Pemisahan pasir

Pemisahan pasir dilakukan melalui 3 tahap yaitu:

a. Sand cyclone

Alat ini ditempatkan pada pipa aliran antara setling tank dengan sludge separator yang berperan untuk mengurangi jumlah pasir dan peralatan kasar. Alat ini terbuat dari logam atau porselin yang dapat memisahkan lumpur atau pasir secara gravitasi dengan bantuan pompa.


(54)

b.strainer

Alat ini ditempatkan sebelum cairan diolah dalam sludge operator. Alat ini memisahkan pasir dengan sistem saring. Alat penyaring terdiri dari fibre yang jarang-jarang sehingga pasir dan lumpur akan tersaring.

9. Sludge Tank

Sludge yang berasal dari oil setling tank dipompakan pada sludge tank dengan melalui desander, untuk membuang pasir-pasir halus yang terdapat pada sludge. Keberhasilan cairan minyak dalam sludge tank dipengaruhi pengoperasian desander, karena alat ini dapat berfungsi apabila pembuangan pasir dilaksanakan secara kontinu

sludge yang berasal dalam sludge tank mendapatkan pemanasan dengan mengguanakan

pipa uap tertutup agar minyak tidak goncang. Untuk mempercepat pemecahan gumpalan minyak dengan sludge dapat dilengkapi dengan alat stirrer dengan catatan tidak boleh terjadi pembentukan emulsi kembali.

10. Sludge Sparator

Sludge yang masuk ke dalam sludge centifuge terdiri dari bahan mudah menguap. Tujuan dari proses ini adalah memisahkan minyak dari air dan kotoran, dengan kata lain memisahkan minyak dari fraksi yang berat jenis nya 1. Air dan kotoran yang dipisahkan disebut dengan air drab dengan kadar minyak 7 - 10%. Fraksi ringan dikembalikan ke oil

setling tank. Suhu minyak dalam sludge sparator dipertahankan diatas 900C yang dapat dibantu dengan pemberian uap gas. Cairan yang telah dibebaskan dari pasir-pasir halus dipompakan lagi ke oil setling tank.


(55)

Cairan yang berada di permukaan tangki CST dialirkan ke dalam oil tank. Minyak ini masih mengandung air dan kotoran-kotoran ringan. Alat COT dilengkapi dengan pipa

coil pemanas, yang digunakan untuk menaikkan suhu minyak hingga 900C. Tujuan pemanasan minyak adalah untuk mempermudah pemisahan minyak dengan air dan kotoran ringan dengan cara pengendapan, yaitu zat yang memiliki berat jenis lebih berat dari minyak akan mengendap pada dasar tangki. Suhu minyak dalam oil tank sangat berpengaruh pada perlakuan selanjutnya karena tidak terjadi lagi pemanasan, sehingga dianggap suhu pada oil tank adalah sumber panas untuk pengolahan lanjutan seperti pada

oil purifier dan vacum dryer.

12. Oil Purifier

Alat purifier ini sering disebut oli centrifuge, yang berfungsi memurnikan minyak dari kotoran-kotoran. Prinsip kerja dari alat ini memisahkan fraksi yang BJ > atau = 1 artinya FM dan minyak berada dalam ng1 fraksi sedangkan kotoran tergolong dalam fraksi berat. Semakin besar dibuat ukuran kapasitas olah alat itu sendiri, maka semakin menurun kemampuan untuk memurnikan minyak.

13. Sludge sparator

Kesulitan yang dialami dalam pengolahan sludge terutama dalam mekanisme peroperasian sludge sparator dan pengantian nozzle maka dipikirkan cara pemisahan lumpur. Keberhasilan dalam pengoperasian sludge sparator dipengaruhi oleh :

− Komposisi umpan yang akan diolah, karena ratio antara minyak antara air dan lumpur mempengaruhi terhadap daya pisah terhadap alat tersebut

Fungsi alat sludge sparator tersebut


(56)

14. Pengeringan Minyak

Minyak yang masih mengandung air 0,6 - 1,0% perlu dikeringkan agar air tersebut tidak lagi berfungsi sebagai bahan pereaksi dalam reaksi hidrolisis. Maka untuk menghilangkan air tersebut perlu dilakukan pengeringan khusus. Pengeringan ini dapat dilakukan dengan panas dalam udara terbuka, pemanasan dalam ruangan tertutup dan dalam ruangan hampa. Mekanisme pemanasan minyak dapat mempengaruhi mutu minyak dan dapat diketahui dari hasil pengeringan.

2.4.2.2.Proses Pengolahan Inti Sawit 1. Cake Breaker Conveyor (CBC)

Ampas press yang keluar dari screw press terdiri dari serat dan biji yang masih mengandung air yang tinggi dan berbentuk gumpalan, oleh sebab itu perlu dipecah dengan alat pemecah ampas yang disebut dengan cake breaker Conveyor (CBC). Alat ini berperan memecah gumpalan ampas dan mengangkutnya ke kolom fibre cyclone. Untuk mempermudah pemecahan gumpalan dan mempersiapkan ampas yang sesuai dengan persyaratan bahan bakar maka dilakukan pemanasan CBC sehingga kadar air ampas menurun dan mudah diproses lebih lanjut.

Pemecahan gumpalan ampas pres yang sempurna dapat mendukung proses pemisahan serat dengan biji dalam depericarper yang merupakan penentu dalam efisiensi pemecahan biji dalam alat pemecah biji. Untuk mempercepat penguapan air pada CBC dilakukan pemanasan ampas di sepanjang mantel CBC, akan tetapi pengeringan ini kurang sempurna karena panjang CBC terlalu pendek dan hisapan fibre cyclone kurang kuat sehingga kelembaban udara di atas permukaan ampas tetap tinggi yang tidak


(57)

mendukung terhadap proses evaporasi uap, dan akan menghasilkan serap basah yang dapat menurunkan kalor bakar serat.

2. Polishing Drum

Ampas presan yang terdiri dari serat, biji dan inti dipecah oleh cekbreaker sehingga lebih mudah blower untuk memisahakan fraksi ringan dan fraksi berat. Fraksi ringan terdiri dari serat, inti pecah halus, pecahan tempurung tipis dan debu. Fraksi berat adalah biji utuh,biji pecah, inti utuh dan inti pecah. Pemisahan fraksi ini bergantung dari efesiensi penggunaan blower.

Fraksi berat diolah oleh dalam depericarper, yang bertujuan untuk menghilangkan serat-serat yang masih melekat pada biji dan menggangu jalannya proses pemecahan biji pada nut cracker, yaitu daya pentalnya (collsion) berkurang yang berakibat pada proses pemecahan biji lebih lama, yang sekaligus mengurangi kapasitas olah unit.

3. Fermentasi Biji

Biji mengandung pektin, yang terdapat antara tempurung dengan inti. Untuk mempermudah pemecahan biji dalam cracker, maka pektin yang berfungsi sebagai perekat inti pada tempurung perlu dirombak dengan proses kimia seperti fermentasi. Fermentasi adalah salah satu proses biokimia yang dikembangkan pada pegolahan biji sawit. Pemeraman biji sering dialiri dengan udara panas hingga suhu silo berkisar antara 40-600C. Pemanasan dengan suhu rendah bertujuan untuk membantu proses hidrolisa, bila suhu terlalu tinggi dapat menyebabkan pektin mengering dan sulit dihidrolisa, sehingga pemecahan biji di cracker kurang berhasil yaitu meningkatnya inti pecah, inti lekat dalam tempurung yang dapat menurunkan kualitas.


(58)

4. Nut Grading

Alat pemecah biji disebut dengan Nut cracker. Biji yang telah diperam dalam Nut

silo akan dipecahakan dalam Nut cracker. Sebelum pemecahan biji terlebih dahulu

dilakukan seleksi berdasarkan ukuran biji dengan menggunakan alat Nut grading yaitu drum berputar terdiri dari ukuran lobang yang berbeda- beda. Biji yang telah diseleksi terdiri dari 3 fraksi kecil yaitu kecil (8 - 14 mm), sedang (15 - 17 mm), dan besar (18 mm).

5. Pemecahan biji

Ripple Mil

Mekanisme pemecahan biji adalah dengan menggunakan Ripple Mil, yaitu dengan cara menekan biji dengan rotor pada dinding bergerigi dan menyebabkan pecahnya biji. Ripple Mil terdiri dari 2 unit yaitu Pengolahan Fraksi Tenera dan Fraksi Dura, Fraksi Dura merupakan fraksi yang memiliki tempurung yang tebal sedangkan tenera merupakan hasil persilangan Dura deengan Psifera menghasilkan buah bertumpurung tipis dan inti yang besar. Efesiensi pemecahan biji dipengaruhi kecepatan putaran rotor sebagai resultan gaya, jarak antara rotor dengan pilar bergerigi dan ketajaman gerigi plat disusun sedemikian rupa sehingga berperan sebagai penahan dan pemecah.

Biji yang berada dalam alat mengalami frekuensi benturan yang cukup tinggi baik dengan plat bergerigi maupun antar rotor. Sehingga frekuensi pukulan ini dapat menembakkan biji lebih mudah lekang. Untuk mempermudah kontiniutas biji yang masuk dan tetap seimbang dengan kapasitas olah maka alat ini dilengkapi dengan penangkap logam. Alat ini dapat memecah biji tanpa melalui pemeramam dengan nut silo


(59)

asalkan dalam proses perebusan dilakukan dengan sempurna yaitu tekanan rebusan 3 kg/cm2 dengan sistem 3 puncak selama 90 menit, yang setara dengan kadar air 15%. Efesiensi pemecahan biji dipengaruhi oleh :

a. Kondisi Ripple Mil. Keadaan Plat yang bergerigi tumpul dam rop yang bengkok akan menyebabkan pemecahan tidak efektif.

b. Jarak rotor dengan plat. Jarak yang terlalu rapat akan menyebabkan persentase biji yang remuk cukup tinggi dan bila jarak terlalu renggang, maka pemecahan biji tidak sempurna.

c. Putaran rotor. Putaran yang terlalu cepat akan menghasilkan biji yang hancur dan terlalu rendah menyebabkan banyak biji yang tidak pecah.

6. Pemisahan inti dengan tempurung

Hasil olahan cracker sebelum memasuki hidrosiklon mengalami pemisahan fraksi halus oleh winnowing. Sampah halus akan terpisah dan fraksi berat akan dicampur dengan air yang kemudian inti dipisahkan dari tempurung berdasarkan berat jenis. Untuk memperbesar selisih berat jenis inti dengan tempurung maka campuran dilewatkan melalui siklon, sehingga inti akan keluar dari atas permukaan cyclone dan tempurung dari bagian bawah yang kemudian masing-masing fraksi diangkut ke pengolahan yang lebih lanjut.

7. Pengeringan Inti

Air merupakan media untuk proses reaksi biokimia seperti pembentukan asam lemak bebas, pemecahan protein dan hidrolisa karbohidrat yang cukup banyak terkandung terutama dalam inti sawit yang dihasilkan dengan pemisah secara basah alat pengeringan inti yang dipakai adalah tipe rectangulair. Alat ini mengeringkan inti dengan


(60)

udara panas, yaitu mengalirkan udara melalui heater yang terdiri dari spiral berisi uap panas dengan suhu 1300C (heater panas), 850C (heater tengah), dan 600C heater bawah. Untuk memperoleh mutu inti yang sesuai dengan keinginan konsumen maka pemanasan pada ketiga tingkat tersebut dibuat suhu yang berbeda-beda yaitu suhu atas, tengah, dan bawah untuk pengeringan inti basah berturut-turut 70, 80, dan 600C dan untuk pengeringan inti kering berturut-turut 70, 70, dan 600C. Udara panas dihembuskan dan keluar dari lobang yang sudah ada, sehingga pengeringan inti setiap lapisan dapat terjadi dengan baik. Masa pengeringan tergantung dari kadar air dalam inti, yang dipengaruhi oleh sistem perebusan bua, fermentasi bijidan sistem pemisahan inti dengan cangkang. 8. Pola Pengolahan Inti

Efesiensi pengutipan inti ditijau dari segi teknis dan ekonomis pengutipan inti yang tinggi jika rendeman inti yang diperoleh mendekati rendeman teoritis umumnya lebih besar dari 90%. Oleh sebab itu, pengolahan biji sawit dilakukan dengan pola sistem basah. Pada pola ini pemeraman biji dengan silo biji yag dialiri dengan udara panas diatur suhu silo berkisar antara 50 – 700C. Suhu Nut Silo bagian atas 700C, bagian tengah 600C, dan bagian bawah 500C. Pemanasan dengan suhu rendah bertujuan untuk membantu proses hidrolisis, bila suhu terlalu tinggi dapat menyebabkan pektin mengering dan sulit dihidrolisa, sehingga pemecahan di cracker kurang berhasil, yaitu meningkatkan inti pecah, inti lekat dalam tempurung yag dapat menurunkan kualitas.

Flow Process Chart (FPC) pembuatan minyak kelapa sawit dan pengolahan inti sawit dapat dilihat pada lampiran, sedangkan blok diagram dapat dilihat pada Gambar 2.2.


(61)

Bahan baku

Ditimbang

Disortir

Direbus

Diputar

Diaduk

Ditekan (di press)

Disaring

Diendapkan

Dipisahkan minyak dengan lumpur melalui keran spui pada CST

Disimpan dalam tangki timbun

Dipisahkan dalam cake break conveyor

Dipisahkan ampas kering

Dipisahkan inti yang pecah

Dipisahkan biji kasar

Dipanaskan

Dipecah

Dipisahkan inti biji utuh

Dipisahkan campuran pecahan cangkang

Dipisahkan cangkang halus

Dikeringkan

Dipisahkan serat halus

Pengepakan

Disimpan dalam tangki timbun inti


(62)

2.4.3. Mesin dan Peralatan 2.4.3.1.Mesin Produksi

Mesin dan peralatan adalah salah satu faktor utama dalam proses produksi, pembelian peralatan yang tepat akan meningkatkan produktivitas dan meminimumkan biaya. Mesin dan peralatan dapat dibagi atas tiga kelompok yaitu: kelompok mesin produksi, peralatan produksi, dan peralatan pendukung dan yang dipergunakan dalam proses produksi pada umumnya pada kondisi yang baik, hal ini disebabkan karena pengawasan dan pemeliharaan yang baik selama pelaksanaan proses produksi.

Mesin-mesin yang digunakan oleh pabrik Kelapa Sawit PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Pabatu untuk setiap stasiun kerja seperti pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5. Mesin Pada Lantai Produksi

No Stasiun Kegunaan Merek Jumlah Kapasitas

1 Penimbangan Buah

Sebagai alat ukur berat yang berfungsi untuk mengetahui jumlah berat dari tandan yang diolah untuk menimbang hasil produksi atau barang-barang lainnya.

Berkel Avery 1 unit (12 pintu)

30.000 Kg

2 Loading Ramp Sebagai tempat penimbunan sementara TBS dari afdeling yang diangkut dengan truk ke PKS sebelum diolah

Berkel Avery 1 unit (12 pintu)

15 Ton/Pintu

3 Sterilizer Untuk mengukur kadar air yang berkembang dalam TBS inti, mempermudah lepasnya buah dari tandan, menguraikan zat-zat perekat di dalam buah

Berkel Avery 3 unit 60 Ton/Jam

4 Hoisting Crane Untuk mengangkat lori berisikan TBS matang untuk dicurahkan ke

auto feader

Demad monorail

1 unit 5 Ton

5 Penebah Untuk memisahakan brondolan

dari tandannya

Auto Feader 2 unit 35 Ton TBS/Jam


(63)

Tabel 2.5. Mesin Pada Lantai Produksi, ...(lanjutan)

No Stasiun Kegunaan Merek Jumlah Kapasitas

6 Screw Press Untuk mengangkat brondolan matang yang telah dipisahkan dari tandan kosong diangkat melalui conveyor selanjutnya

fruit convenyor diatur masuk ke

digester diaduk sedemikian rupa selanjutnya dengan screw press ditempa sehingga di dapat crude

oil dan press cake.

4 Unit 10 - 15 Ton

TBS/Jam

7 Pemurnian Minyak Untuk mendapatkan produksi minyak sawit dengan mutu yang baik

2 Unit 18 Ton/Jam

8 Pemisah Biji Alat untuk memisahkan biji

dengan fibre

3 Unit 35 ton/Jam

9 Pemecah Biji Untuk memisahkan cangkang dan inti dengan menggunakan air sebagai medianya

Peltec 2 Unit 20 Ton

Biji/Jam

10 Boiler Untuk merubah air menjadi uap

dengan bantuan panas dari hasil pembakaran cangkang dan fibre, dimana uap dihasilkan mempunyai tekanan yang tinggi digunakan untuk pembangkit tenaga listrik

Takuma Boiler 2 Unit 15 - 18 Ton Uap/Jam

11 Water Treatment Sebagai proses pengolahan air untuk air umpan boiler serta air kondensat

1 Unit 20 m3/Jam

12 Penimbunan Minyak

Untuk menampung serta menimbun hasil produksi harian dari PKS Pabatu

3 Unit 40 Ton Minyak


(64)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Perancangan dan Pengendalian Produksi4

Perencanaan dan pengendalian adalah dua fungsi manajemen yang tidak dapat dipisahkan dalam setiap bidang kegiatan termasuk kegiatan produksi. Perencanaan adalah langkah pertama dalam proses manajemen yang meliputi penetapan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dan keputusan tentang bagaimana cara untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut. Perencanaan dan pengendalian dihubungkan oleh proses eksekusi yaitu proses implementasi rencana yang telah disusun. Proses implementasi dikendalikan yaitu dimonitor, diawasi, dievaluasi dan terhadap deviasi yang terjdi dilakukan tindakan perbaikan dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Perencanaan Eksekusi

Pengendalian Hasil

Gambar 3.1. Hubungan Perencanaan dan Pengendalian dalam Sistem Produksi

3.1.1. Kerangka Dasar

4


(1)

BAB VI

ANALISA DAN EVALUASI

6.1. Analisa

Perhitungan kapasitas olah pabrik dalam satu tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 6.1. Perhitungan Kapasitas Satu Tahun Terakhir

Kerja Jam x Kerja Hari x Stagnasi Jam Olah Jam Sawit Minyak Jumlah Olah Kapasitas ) ( − = 96 , 27 8 30 ) 0 254 ( 1704662 = − = x x Olah Kapasitas

Tabel 6.1. Perhitungan Kapasitas Satu Tahun Terakhir

No Bulan

Minyak Sawit

(Kg)

Jam Olah Jam Stagnasi

Kapasitas Olah (Ton/Jam) 1 Januari 2008 1704662 254 0 27,96 2 Februari 2008 1840046 268,5 0 28,55 3 Maret 2008 1982982 298 3,5 28,06 4 April 2008 1263886 193,5 1 27,36

5 Mei 2008 2503820 347 0 30,07

6 Juni 2008 2104924 318,5 3,5 27,84

7 Juli 2008 2788446 424 8 27,93

8 Agustus 2008 3376316 519,25 16 27,95 9 September 2008 3531491 538,25 23 28,56 10 Oktober 2008 3139549 450 21 30,49 11 November 2008 2664864 404,5 27 29,41 12 Deseber 2008 2738721 361,25 10,5 32,53 13 Januari 2009 2321902 331,5 2,25 29,38 14 Februari 2009 2906201 395 1 30,73 15 Maret 2009 3108512 458,5 5 28,56 16 April 2009 2746768 412 13 28,68 17 Mei 2009 3107502 443 7,5 29,73 18 Juni 2009 3134795 451,25 13,5 29,84


(2)

Pada Tabel 6.1. diatas dapat dilihat bahwa rata-rata kapasitas olah mesin berada pada 29,16 Ton/Jam. Kapasitas olah mesin setelah dilakukan optimisasi adalah untuk mesin sterilizer dengan kapasitas 34,70 Ton/Jam, meisn penebah denagn kapasitas 16,12 Ton/Jam, mesin screw press dengan kapasitas 51,25 Ton/Jam, mesin pemurnian minyak 19,32 Ton/jam. Dengan rata-rata :

sin min sin sin Me Jumlah yak pemurnian press screw penebah sterilizer me Kapasitas rata Rata Me Olah Kapasitas + + + = − 4 39 , 121 4 32 , 19 25 , 51 12 , 16 70 , 34

sin Ratarata= + + + = Me Olah Kapasitas Jam Ton rata Rata Me Olah

Kapasitas sin − =30,35 /

Optimisasi yang dilakukan adalah sebesar

Optimisasi Kapasitas Olah = Kapasitas Hitung – Kapasitas Pabrik = 30,35 Ton/Jam – 29,16 Ton/Jam = 1,19 Ton/Jam


(3)

6.2. Evaluasi

Jam stagnasi adalah waktu dimana mesin mengalami masalah atau berhenti beropersi pada saat proses opersi sedang berlangsung. Rata-rata jam stagnasi yang terjadi setiap bulan dapat dilihat pada Tabel 6.2.

Tabel 6.2. Rata-rata Jam Stagnasi

No Bulan

Jam Stagnasi

(Jam) 1 Januari 2008 0 2 Februari 2008 0 3 Maret 2008 3,5 4 April 2008 1

5 Mei 2008 0

6 Juni 2008 3,5

7 Juli 2008 8

8 Agustus 2008 16 9 September 2008 23 10 Oktober 2008 21 11 November 2008 27 12 Deseber 2008 10,5 13 Januari 2009 2,25 14 Februari 2009 1 15 Maret 2009 5 16 April 2009 13 17 Mei 2009 7,5 18 Juni 2009 13,5 19 Juli 2009 20

Rata-rata 9,25

Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa jam stagnasi yang terjadi masih tinggi dengan rata-rata 9,26 Jam/Bulan. Hal ini disebabkan oleh tidak dilakukannya perbaikan atau perawatan mesin secara berkala untuk mengurangi berhentinya operasi yang diakibatkan rusaknya mesin, sehingga menurunkan waktu olah dan mengakibatkannya


(4)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Setelah melakukan analisa, diperoleh beberapa kesimpulan :

1. Pekerjaan yang diukur waktunya adalah pada mesin Strilizer, mesin Penebah, mesin Screw Press, dan mesin Pemurnian Minyak.

2. Waktu siklus yang diperlukan untuk mengolah 10 Ton tandan buah sawit pada mesin sterilizer adalah 91,69 Menit, untuk mesin penebah 73,38 Menit, untuk mesin screw press 137,19 Menit, dan mesin pemurnian minyak 94,92 Menit. 3. Waktu standar yang diperlukan untuk mengolah 10 Ton tandan buah sawit pada

mesin sterilizer adalah 137,54 Menit/unit, untuk mesin penebah 110,09 Menit/unit, untuk mesin screw press 205,79 Menit/unit, dan mesin pemurnian minyak 142,38 Menit/unit.

4. Efisiensi mesin sterilizer adalah 105,11%, untuk mesin penebah adalah 81,32%, untuk mesin screw press adalah 71,56%, dan mesin pemurnian minyak adalah 81,73%.

5. Utilitas Mesin sterilizer adalah 80%, untuk mesin penebah adalah 90%, untuk mesin screw press adalah 87%, dan mesin pemurnian minyak adalah 83%.

6. Kapasitas olah mesin sterilizer adalah 34,70 Ton/Jam, untuk mesin penebah adalah 16,12 Ton/Jam, untuk mesin screw press adalah 51,25 Ton/Jam, dan mesin pemurnian minyak adalah 19,32 Ton/Jam.


(5)

7. Kapasitas olah rata-rata mesin produksi yang diambil selama satu tahun adalah 29,16 Ton/Jam. Sedangkan kapasitas olah yang didapat dengan perhitungan adalah 30,35 Ton/Jam. Maka optimisasi yang dihasilkan adalah sebesar 1,19 Ton/Jam.

7.2. Saran

Saran yang dapat diberikan kepada pihak perusahaan adalah :

1. Sebaiknya pihak perusahaan melakukan perbaikan atau perawatan mesin secara berkala dan taratur untuk mengurangi kerusakan pada mesin yang menimbulkan tingginya jam stagnasi mesin. Tingginya jam stagnasi meisn akan berpengaruh terhadap efisiensi mesin dan kapasitas olah mesin dan yang nantinya akan berpengaruh pada jam kerja operator.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Sukaria Sinulingga, Perencanaan & Pengendalian Produksi, Graha Ilmu, Medan, 2009. Rosnani Ginting, Sistem Produksi, Graga Ilmu, Medan, 2009

Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998.

Khawarita Siregar, Perencanaan Kapasitas KasarProduksi Dengan Pendekatan Rough Cut Capacity Planning (RCCP) Di PT. Central Windu Sejati, Universitas Sumatera Utara, 2009.

Tomi Z dan Arinal Hamni, Aplikasi Ergonomi Dalam Menentukan Waktu Baku dan Kapasitas Pencurahan Setiap Bahan Baku, Poseding Seminar Nasional Aplikasi Program K3 &Ergonomi di Tempat Kerja, Medan, 7 Februari 2009.

Monika Kussetya Captiani, Peningkatan Produktivitas dan Efisiensi Biaya Melalui Integrasi Time and Motion Study dan Activity Base Costing, Jurusan Ekonomi Akuntansi, Mei 2001.

Ralph M. Barnes, Motion and Time Study : Design and Measurement of Work, Sixth Edition, Wiley International Edition, 1968.

T. Hani Handoko, Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi, BPFE, Yogyakarta, 1984.

GrantLeavenworth, Statistical Quality Control, Seventh Edition, McGraw-Hill, 1996. Gasperz, Vincent, Production and Inventory Control, PT. Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta, 1998.