Strategy for Development of Aquaculture Area in Lampung Timur Regency

STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERIKANAN BUDIDAYA
DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

LIA AMBASARI
A.156110214

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Strategi Pengembangan
Kawasan Perikananan Budidaya di Kabupaten Lampung Timur adalah karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
ke perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013
Lia Ambasari
NIM A.156110214

RINGKASAN
LIA AMBASARI. Strategi Pengembangan Kawasan Perikanan Budidaya di
Kabupaten Lampung Timur. Dibimbing oleh KOMARSA GANDASASMITA
dan UNTUNG SUDADI.
Kabupaten Lampung Timur ditetapkan sebagai kawasan minapolitan pada
tahun 2010 sebagai implementasi dari rencana strategis Kementerian Kelautan dan
Perikanan untuk menjadikan Indonesia sebagai penghasil produk perikanan
terbesar di dunia tahun 2015. Oleh karenanya, merancang strategi pengembangan
perikanan budidaya menjadi hal yang penting agar sumberdaya perikanan yang
ada dapat termanfaatkan secara optimal dan efisien. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengidentifikasi komoditas unggulan perikanan budidaya,
mengevaluasi kesesuaian lahan untuk perikanan budidaya, memetakan arahan
pengembangan perikanan budidaya dan merancang strategi pengembangan
perikanan budidaya di Kabupaten Lampung Timur.
Hasil analisis nilai margin, tren produktivitas, tren luas panen, analisis
permintaan dan analisis preferensi masyarakat menunjukkan bahwa rumput laut

dan kerang hijau merupakan komoditas unggulan budidaya laut; udang vaname,
udang windu dan ikan bandeng merupakan komoditas unggulan budidaya air
payau dan ikan nila, ikan patin dan ikan gurame merupakan komoditas unggulan
budidaya air tawar di Kabupaten Lampung Timur.
Untuk budidaya laut, 50.71% luas laut memiliki kriteria sangat sesuai (S1),
23.53% sesuai (S2), 24.26% kurang sesuai (S3) dan 1.5% tidak sesuai (N). Untuk
budidaya air payau (tambak), 14.14% lahan memiliki kriteria sangat sesuai (S1),
46.21% sesuai (S2), 26.89 % kurang sesuai (S3) dan 12.77% tidak sesuai (N).
Untuk budidaya air tawar, 0.05% lahan memiliki kriteria sangat sesuai (S1),
72.45% sesuai (S1), 22.41% kurang sesuai (S3) dan 5.09% tidak sesuai (N).
Pengembangan budidaya laut diarahkan pada wilayah laut sepanjang pantai
Kabupaten Lampung Timur seluas 38 871 ha, sedangkan untuk pengembangan
budidaya air payau diarahkan di 2 kecamatan yaitu Labuhan Maringgai dan Pasir
Sakti dengan komoditas udang vaname seluas 2 966 ha, udang windu seluas 9 880
ha, ikan bandeng seluas 3 833 ha dan seluas 1 382 ha tambak yang berada di
kawasan sempadan pantai diarahkan untuk pengembangan mina wana ikan
bandeng atau udang windu. Pengembangan budidaya air tawar diarahkan pada
lahan seluas 53 304 ha yang tersebar di 7 kecamatan yaitu Kecamatan Bumi
Agung, Batanghari, Sekampung, Purbolinggo, Way Bungur, Way Jepara, Jabung,
dengan pola budidaya kolam pekarangan untuk pengembangan ikan patin, kolam

air tenang untuk ikan gurame dan mina padi untuk pengembangan ikan nila.
Sedangkan keramba bambu dan keramba jaring apung dikembangkan untuk
ketiganya.
Strategi yang bisa menjadi alternatif untuk ditempuh adalah meningkatkan
kualitas SDM berbasis pengetahuan, meningkatkan kelembagaan pembudidaya,
meningkatkan kelembagaan pemasaran dan meningkatkan penyediaan sarana dan
prasarana.
Kata kunci: komoditas unggulan perikanan budidaya, kesesuaian lahan, strategi
pengembangan perikanan budidaya

SUMMARY
LIA AMBASARI. Strategy for Development of Aquaculture Area in Lampung
Timur Regency. Under supervision of KOMARSA GANDASASMITA and
UNTUNG SUDADI.
Lampung Timur regency set to minapolitan area in 2010 as the
implementation of the strategic plan of The Marine and Fisheries Affairs Ministry
to make Indonesia as the largest producer of fishery products in the world in 2015.
Planning aquaculture development strategy becomes important so that the
existing fishery resources can be utilized optimally and efficiently. The objectives
of this study are to identify the prime aquaculture commodities, to evaluate land

suitability, mapping the direction of the aquaculture development and planning
strategies for developing aquaculture in Lampung Timur regency.
Margin value analysis results, productivity trends, harvested area trends,
demand analysis and preference analysis shows that the seaweed and green
mussel is the pre-eminent commodity in sea farming while vaname, tiger shrimp
and milkfish is the pre-eminent commodity in brackish water aquaculture and
tilapia, catfish and gurame is the pre-eminent comodities in freshwater
aquaculture at Lampung Timur regency..
Land suitability analysis for sea farming activity in East Lampung regency
explained that 50.71% of sea area have a very suitable criteria (S1), 23.53%
suitable (S2), 24.26% less suitable (S3) and 1.5% are not suitable (N). land
suitability analysis for brackish water aquaculture resulted of 14.14% have a very
appropriate criteria (S1), 46.21% suitable (S2), 26.89% less suitable (S3) and
12.77% were not suitable (N). While land suitability for the fresh water
aquaculture resulted only 0,05% has very suitable criteria (S1), suitable 72.45%
(S1), 22.41% less suitable (S3) and 5,09% are not suitable (N).
The development of sea farming is directed on marine areas along the coast
of Lampung Timur Regency area of 38 871 ha, while for brackish water
aquaculture development is directed at two districts namely Labuhan Maringgai
and Pasir Sakti with vaname commodity area of 2 966 ha, black tiger shrimp

covering 9 880 ha, milkfish area of 3 833 ha and 1 382 Ha of ponds located in
coastal border is directed for fishforetry of milkfish or shrimp. Freshwater
aquaculture development is directed at an area of 53 304 ha that spreading over
8 districts i.e. Bumi Agung, Batanghari, Sekampung, Raman Utara, Purbolinggo,
Way Bungur, Way Jepara, and Jabung, with backyard fishpond pattern for the
development of catfish aquaculture, serene ponds water for gurame and mina
padi for tilapia development. While bamboo cages and floating cages developed
for all three fishes.
Alternative strategy that could be pursued are to improve the quality of
knowledge-based human resources, improving institutional farmers, improving
marketing institutions and improve the provision of facilities and infrastructure.
Keywords : prime aquaculture commodities, land suitability, aquaculture
development. strategy

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

i

STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERIKANAN BUDIDAYA
DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

LIA AMBASARI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2013

ii

Penguji pada Ujian Tesis:

Dr. Ir. Kukuh Nirmala, MSc

iii

Judul Tesis : Strategi Pengembangan Kawasan Perikanan Budidaya
di Kabupaten Lampung Timur
Nama
: Lia Ambasari
NIM
: A 156110214

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing


Dr. Ir. Komarsa Gandasasmita, MSc
Ketua

Dr. Ir. Untung Sudadi, MSc
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Ilmu Perencanaan Wilayah

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Santun R.P. Sitorus

Dr. Ir. Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 18 Mei 2013

Tanggal Lulus:


iv

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala kuasa dan
rahmatNya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Adapun judul yang menjadi
pilihan penulis dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2012
adalah Strategi Pengembangan Kawasan Perikanan Budidaya di Kabupaten
Lampung Timur.
Terima kasih sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada komisi pembimbing
yaitu Dr. Ir. Komarsa Gandasasmita, MSc. dan Dr. Ir. Untung Sudadi, MSc. atas
segala bimbingan, arahan, pengkayaan wawasan, juga transfer ilmu selama ini.
Kepada Dr. Ir. Kukuh Nirmala, MSc. sebagai penguji luar komisi, terima kasih
atas segala masukan dan saran dalam penyempurnaan tesis ini dan Prof. Dr. Ir.
Santun R.P. Sitorus selaku Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah serta
Dr. Ir. Dwi Putro Tejo Baskoro, MSc. Selaku penguji wakil manajemen. Tak lupa
terima kasih pula kepada pihak Pusbindiklatren BAPPENAS sebagai pemberi
beasiswa sehingga studi ini terlaksana.
Penghargaan penulis sampaikan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten
Lampung Timur atas perkenannya dalam memberikan izin untuk tugas belajar

kepada penulis dan khususnya kepada seluruh jajaran Dinas Kelautan dan
Perikanan atas segala bantuan dan kerjasamanya sejak awal hingga selesainya
masa studi ini.
Kepada suamiku Alimuddin,SP., anakku Abdullah Yassir dan Luthfi Lathif,
Ibuku Sri Yatni dan keluarga besar Alm. Danu Ruswandy (Sukabumi) dan Alm.
Abu Hasan Darmawijaya (Sukadana), terima kasih atas segala kesabaran, doa,
limpahan cinta dan kasih sayangnya.
Kepada Ibu Tuti, Mbak Yuli, dan semua yang berada di manajemen program
studi, serta seluruh mahasiswa PS-PWL 2011 yang tak dapat disebutkan satu
persatu baik dari Kelas Khusus maupun reguler, terima kasih atas segala bantuan,
dukungan dan kerjasamanya.
Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi siapa pun yang
membacanya.
Bogor, Juli 2013
Lia Ambasari

v

DAFTAR ISI


DAFTAR TABEL .......................................................................................... VII
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................IX
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... X
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
LATAR BELAKANG ........................................................................................... 1
PERUMUSAN MASALAH .................................................................................... 2
TUJUAN PENELITIAN ......................................................................................... 4
MANFAAT PENELITIAN ..................................................................................... 4
RUANG LINGKUP PENELITIAN ........................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 5
PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN WILAYAH .............................................. 5
PERIKANAN BUDIDAYA .................................................................................... 5
EVALUASI SUMBERDAYA LAHAN ...................................................................... 6
KOMODITAS UNGGULAN DAERAH..................................................................... 7
PROSES HIRARKI ANALITIK .............................................................................. 7
TEKNOLOGI SISTEM INFORMSI GEOGRAFIS ........................................................ 9
METODE PENELITIAN ................................................................................ 11
LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN ................................................................... 11
PENGUMPULAN DATA ..................................................................................... 11
Jenis dan Sumber Data ............................................................................ 11
Survei Lapang .......................................................................................... 11
Wawancara .............................................................................................. 11
ANALISIS DATA .............................................................................................. 11
Penetapan Komoditas Unggulan .............................................................. 11
PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA ................................................................ 14
Penyusunan Basis Data dan Penyiapan Data Digital ............................... 14
ANALISIS KELAS KESESUAIAN LAHAN ............................................................ 15
ANALISIS HIRARKI PROSES (AHP) .................................................................. 16
ANALISIS DESKRIPTIF ..................................................................................... 17
GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN ........................................ 19
LETAK GEOGRAFI DAN WILAYAH ADMINISTRASI ............................................ 19
BENTUK LAHAN ............................................................................................. 19
KONDISI GEOLOGI .......................................................................................... 21
KONDISI IKLIM ............................................................................................... 23
KONDISI DEMOGRAFI ..................................................................................... 24
KONDISI HIDROLOGI ....................................................................................... 25
KONDISI PERIKANAN BUDIDAYA..................................................................... 26
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 29
ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN PERIKANAN BUDIDAYA ............................. 29

vi

Analisis Tren Luas Panen Komoditas Perikanan Budidaya ...................... 30
Analisis Tren Produktivitas Komoditas Perikanan Budidaya .................... 31
Analisis Nilai Margin ............................................................................... 32
Analisis Permintaan ................................................................................. 33
Analisis Preferensi Masyarakat................................................................ 35
Penetapan Komoditas Unggulan .............................................................. 37
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN ....................................................................... 39
Kesesuaian Lahan Untuk Budidaya Laut.................................................. 39
Kesesuaian Lahan Untuk Budidaya Air Payau ......................................... 48
Kesesuaian Lahan untuk Budidaya Air Tawar .......................................... 51
PEMETAAN ARAHAN PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN ...................... 54
Pengembangan Komoditas Unggulan Perikanan Budidaya Terhadap
RTRW ...................................................................................................... 54
Rencana Pemanfaatan Ruang .................................................................. 55
Penggunaan Lahan Terkini (Existing Land Use) ...................................... 55
Arahan Pengembangan Kawasan Budidaya Laut ..................................... 59
Arahan Pengembangan Kawasan Budidaya Air Payau ............................ 60
Arahan Pengembangan Kawasan Budidaya Air Tawar ............................ 64
RANCANGAN STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERIKANAN BUDIDAYA DI
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR ........................................................................ 67
SIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 71
SIMPULAN ...................................................................................................... 71
SARAN ........................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 72
LAMPIRAN ..................................................................................................... 75
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... 80

vii

DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4.
Tabel 5.
Tabel 6.
Tabel 7.
Tabel 8.

Tabel 9.
Tabel 10.

Tabel 11.
Tabel 12.
Tabel 13.
Tabel 14.
Tabel 15.
Tabel 16.
Tabel 17.
Tabel 18.
Tabel 19.
Tabel 20.

Tabel 21.
Tabel 22.
Tabel 23.
Tabel 24.

Nilai RI .......................................................................................... 8
Jenis dan Sumber data yang digunakan dalam penelitian .............. 14
Luas wilayah Kabupaten Lampung Timur menurut kecamatan ..... 21
Nama pulau kecil dan posisinya di wilayah Kabupaten
Lampung Timur ........................................................................... 22
Nama gunung, tinggi dan letaknya di wilayah Kabupaten
Lampung Timur ........................................................................... 22
Rata-rata curah hujan Kabupaten Lampung Timur Tahun
2005-2010 .................................................................................... 24
Perkembangan jumlah penduduk menurut jenis kelamin di
Kabupaten Lampung Timur tahun 2007-2010 (jiwa) .................... 25
Sebaran jumlah penduduk menurut jenis kelamin di setiap
kecamatan wilayah Kabupaten Lampung Timur tahun 2010
(jiwa)............................................................................................ 26
Perkembangan produksi perikanan budidaya perjenis kegiatan
budidaya di Kabupaten Lampung Timur tahun 2006 - 2011.......... 27
Jumlah rumah tangga perikanan (RTP) yang terlibat dalam
usaha pembudidayaan ikan perjenis kegiatan budidaya di
Kabupaten Lampung Timur tahun 2007-2011............................... 28
Jumlah produksi dan produksi rata-rata komoditas perikanan
budidaya tahun 2007-2011 Kabupaten Lampung Timur ................ 30
Luas panen dan luas panen rata-rata komoditas perikanan
budidaya tahun 2007-2011 Kabupaten Lampung Timur ................ 31
Produktivitas dan produktivitas rata-rata komoditas perikanan
budidaya tahun 2007-2011 Kabupaten Lampung Timur ................ 32
Nilai keuntungan (margin) usaha budidaya ikan di Kabupaten
Lampung Timur tahun 2011. ........................................................ 33
Ketersediaan dan konsumsi ikan tahun 2011 ................................. 34
Daftar Responden untuk preferensi masyarakat ............................ 35
Daftar responden untuk menentukan bobot alat analisis
melalui AHP untuk menetapkan komoditas unggulan ................... 37
Urutan peringkat penentuan komoditas unggulan perikanan
budidaya ....................................................................................... 39
Tingkat kesesuaian lingkungan perairan untuk budidaya laut
(kerang hijau dan rumput laut) di Kabupaten Lampung Timur ...... 43
Matrik Pair wise comparison untuk menentukan bobot dari
masing-masing peubah lingkungan perairan untuk analisis
kesesuaian lahan budidaya kerang hijau di Kabupaten
Lampung Timur ........................................................................... 43
Kemiringan lahan Kabupaten Lampung Timur ............................. 49
Kisaran nilai parameter kesesuaian lahan untuk budidaya air
payau di Kabupaten Lampung Timur ........................................... 50
Hasil penilaian kesesuaian lahan untuk budidaya air payau di
Kabupaten Lampung Timur .......................................................... 51
Kisaran nilai parameter kesesuaian lahan untuk budidaya air
tawar di Kabupaten Lampung Timur ........................................... 51

viii

Tabel 25. Hasil penilaian kesesuaian lahan untuk budidaya air tawar di
Kabupaten Lampung Timur .......................................................... 54
Tabel 26. Rencana alokasi pemanfaatan ruang Kabupaten Lampung
Timur tahun 2011 – 2031 ............................................................. 56
Tabel 27. Penggunaan lahan per kelas kesesuaian lahan untuk budidaya
air payau di Kabupaten Lampung Timur ....................................... 61
Tabel 28. Penggunaan lahan per kelas kesesuaian lahan untuk budidaya
air payau setelah penerapan faktor pembatas (sempadan
pantai, sempadan sungai, kawasan konservasi mangrove dan
kawasan pemukiman) di Kabupaten Lampung Timur ................... 62
Tabel 29. Tahapan produksi, permasalahan dan strategi penyelesaian
masalah dalam pengembangan kawasan perikanan budidaya
berbasis komoditas unggulan di Kabupaten Lampung Timur ........ 67

ix

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Gambar 2.
Gambar 3.
Gambar 4.

Bagan Alir Kerangka Pikir Penelitian ................................................ 3
Alur tahapan penelitian ................................................................... 18
Peta administrasi Kabupaten Lampung Timur. ................................ 20
Persentase preferensi masyarakat dalam memilih komoditas
unggulan perikanan budidaya laut ................................................... 36
Gambar 5. Persentase preferensi masyarakat dalam memilih komoditas
unggulan perikanan budidaya air payau ........................................... 36
Gambar 6. Persentase preferensi masyarakat dalam memilih komoditas
unggulan perikanan budidaya air tawar............................................ 37
Gambar 7. Skema hirarki penetapan urutan prioritas alat analisis penentuan
komoditas unggulan perikanan budidaya ......................................... 38
Gambar 8. Peta kesesuaian lahan untuk budidaya laut di Kabupaten
Lampung Timur pada musim timur (Mei – Agustus), (b) pada
musim barat (November – Februari) dan (c) pada musim
peralihan (Maret – April dan September – November)..................... 42
Gambar 9. Kesesuaian lahan untuk budidaya laut pada musim timur (Mei –
Agustus) .......................................................................................... 44
Gambar 10. Kesesuaian lahan untuk budidaya laut pada musim barat
(November – Februari) .................................................................... 44
Gambar 11. Kesesuaian lahan untuk budidaya laut pada musim peralihan
(Maret –April dan September - November) ..................................... 45
Gambar 12. Peta kesesuaian lahan untuk budidaya laut di Kabupaten
Lampung Timur pada musim barat (November – Februari) ............ 46
Gambar 13. Peta kesesuaian lahan untuk budidaya laut di Kabupaten
Lampung Timur pada musim peralihan (Maret – April dan
September – November) .................................................................. 47
Gambar 14. Peta kesesuaian lahan untuk budidaya air payau Kabupaten
Lampung Timur .............................................................................. 52
Gambar 15. Peta kesesuaian lahan untuk budidaya air tawar Kabupaten
Lampung Timur. ............................................................................. 53
Gambar 16. Peta arahan pengembangan kawasan budidaya laut untuk
komoditas rumput laut dan kerang hijau di Kabupaten Lampung
Timur .............................................................................................. 60
Gambar 17. Peta kesesuaian lahan untuk budidaya air payau dan arahan
pengembangannya perkelas kesesuaian Kabupaten Lampung
Timur setelah penerapan faktor pembatas ........................................ 63
Gambar 18. Peta arahan pengembangan komoditas unggulan budidaya air
payau (udang vaname, ikan bandeng dan udang windu) di
Kabupaten Lampung Timur ............................................................. 65
Gambar 19. Peta arahan pengembangan komoditas unggulan budidaya air
tawar (ikan patin, ikan nila, ikan gurame) di Kabupaten
Lampung Timur .............................................................................. 66

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Sungai yang melintasi Kabupaten Lampung Timur .................. 75
Lampiran 2. Peta RTRW tahun 2011 – 2031 Kabupaten Lampung Timur .............. 77
Lampiran 3. Peta penggunaan lahan terkini (existing land use) Kabupaten
Lampung Timur ................................................................................. 78
Lampiran 4. Hasil analisis preferensi masyarakat terhadap pengembangan
kawasan perikanan budidaya air tawar ................................................ 79

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
PER.06/MEN/2010, tentang Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan
Perikanan Tahun 2010 – 2014 memuat Visi pembangunan perikanan yang
berbunyi “Indonesia Sebagai Penghasil Produk Kelautan dan Perikanan Terbesar
2015”. Untuk mewujudkan visi tersebut tahun 2010 Menteri Kelautan dan
Perikanan menargetkan peningkatan produksi perikanan sebesar 353 % yang
kemudian direvisi pada tahun 2012 menjadi 200% dan difokuskan untuk 4
komoditas unggulan (udang, rumput laut, bandeng dan patin) dengan konsep
industrialisasi perikanan.
Industrialisasi perikanan merupakan konsep
pembangunan perikanan yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah,
produktivitas, dan skala produksi sumber daya kelautan dan perikanan pada sistem
produksi hulu dan hilir. Peningkatan ini diharapkan dapat dicapai seluruhnya
pada tahun 2014 dan perikanan budidaya sebagai salah satu sektor hulu yang
dipercaya dapat menjawab tantangan besar tersebut
Harapan besar ini tidak terlepas dari banyaknya potensi perikanan budidaya
di Indonesia yang belum tergali dan dimanfaatkan secara optimal. Dari data
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tahun 2010, Indonesia memiliki
potensi produksi akuakultur sebanyak 57,7 juta ton/tahun, sedangkan jumlah
realisasi produksinya hanya mencapai 9% (5,4 juta ton) saja. Dengan jumlah
produksi sebesar itu baru mampu menempatkan Indonesia sebagai produsen
produk perikanan terbesar dunia pada urutan ke 3 setelah China dan India.
Tugas berat yang dibebankan pada perikanan budidaya ini dipicu juga oleh
semakin berkurangnya stock alami di beberapa perairan Indonesia sebagai akibat
dari kegiatan penangkapan yang diduga telah mencapai titik jenuh bahkan
cenderung berlebihan (overfishing). Hal ini dilihat dari semakin kecilnya ukuran
ikan yang tertangkap, semakin berkurangnya hasil tangkapan, semakin jauhnya
daerah tangkapan, dan semakin berubahnya komposisi hasil tangkapan. Dengan
alasan seperti itu pemberian target peningkatan produksi perikanan yang terlalu
besar tidak dapat dibebankan pada kegiatan perikanan tangkap.
Langkah yang diambil oleh pemerintah pusat dalam mewujudkan visi
menjadikan Indonesia sebagai produsen perikanan terbesar di dunia salah satunya
adalah dengan kebijakan pengembangan perikanan melalui pendekatan
pengembangan kawasan, pengembangan komoditas unggulan dan pengembangan
usaha.
Kabupaten Lampung Timur adalah salah satu kabupaten di Propinsi
Lampung yang terbentuk melalui Undang-undang Nomor 12 tahun 1999 tanggal
27 April tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Lampung
Timur dan Kotamadya Metro. Pada awalnya Kabupaten Lampung Timur
merupakan bagian dari Kabupaten Lampung Tengah. Kemudian sebagai
implementasi dari Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, Pemerintah Propinsi Lampung melakukan pemekaran Kabupaten
Lampung Tengah dengan tujuan untuk lebih meningkatkan daya dan hasil guna

2

penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat
serta untuk lebih meningkatkan peran aktif masyarakat.
Sejak masih dalam bagian dari wilayah kerja Kabupaten Lampung Tengah,
kegiatan perikanan di Lampung Timur sudah sangat menonjol. Kabupaten
Lampung Timur memiliki potensi perikanan yang sangat lengkap, mulai dari
perikanan tangkap, budidaya, hingga pengolahan hasil. Dalam bidang perikanan
budidaya, Kabupaten Lampung Timur memiliki jenis kegiatan yang beragam
yaitu budidaya air tawar yang mencakup pembenihan dan pembesaran, budidaya
air payau dan yang beberapa tahun ini mulai berkembang yaitu budidaya laut
berupa budidaya kerang hijau dan rumput laut.
Sebagai salah satu kabupaten yang memiliki potensi perikanan yang cukup
lengkap, dengan ditandatanganinya kontrak produksi pada tahun 2010, Kabupaten
Lampung Timur juga dibebani tanggungjawab untuk turut serta dalam
mewujudkan visi KKP. Perikanan budidaya di Lampung Timur dipacu untuk
berkontribusi pada kenaikan produksi perikanan yang ditargetkan. Berbagai
program pengembangan diimplementasikan untuk meningkatkan produksi
perikanan budidaya. Salah satunya adalah pengembangan kawasan perikanan
budidaya dengan konsep pengembangan komoditas unggulan sebagai salah satu
bagian dari pengembangan minapolitan.
Perumusan Masalah
Kabupaten Lampung Timur memiliki potensi perikanan budidaya yang
cukup besar dengan kegiatan budidaya perikanan yang berkembang sangat
beragam. Namun pada kenyataannya potensi yang besar tersebut belum
teridentifikasi secara meyeluruh dan belum termanfaatkan secara optimal.
Permasalahan lainnya adalah para pelaku usaha budidaya perikanan pada
umumnya adalah pembudidaya miskin dengan lahan sempit dan skala usaha yang
kecil. Hasil yang didapat pembudidaya pun tidak maksimal karena rendahnya
produktivitas sementara komoditas yang diusahakan bukanlah komoditas yang
memiliki daya saing tinggi. Rendahnya tingkat kesejahteraan pembudidaya ikan
juga disebabkan oleh ketidakpastian harga komoditas dan tidak adanya jaminan
pasar. Seringkali hasil produksi tidak terjual dengan harga yang layak bahkan
tidak dapat dipasarkan, sehingga memaksa pembudidaya menjual hasil
produksinya kepada pengumpul dengan harga murah.
Langkah yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah
pengembangan perikanan budidaya melalui pendekatan pengembangan kawasan
dan pengembangan komoditas unggulan.
Menentukan suatu wilayah layak atau tidak untuk menjadi suatu kawasan
perikanan budidaya maka perlu adanya analisa potensi sumberdaya lahan. Dan
untuk menentukan komoditas unggulan perlu dilakukan analisa yang memadukan
antara potensi sumberdaya lahan, kemampuan berproduksi, memiliki daya saing
dan memiliki nilai tambah tinggi, sedangkan dari segi kebijakan harus sesuai
dengan rencana tata ruang wilayah yang ada sehingga konflik penggunaan lahan
dapat dihindari. Dari hal tersebut muncul pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

3



Komoditas apakah yang menjadi unggulan perikanan budidaya di Kabupaten
Lampung Timur ?
• Apakah komoditas unggulan yang telah ditetapkan memiliki kesesuaian lahan
yang tepat di Kabupaten Lampung Timur?
• Bagaimana arahan pengembangan kawasan perikanan budidaya dan status
kesesuaiannya dengan arahan rencana tata ruang di Kabupaten Lampung
Timur?
• Bagaimana strategi pengembangan kawasan perikanan budidaya di Kabupaten
Lampung Timur?
Berdasarkan pada pertanyaan di atas, perlu dilakukan kajian secara
komprehensif terhadap perencanaan pengembangan kawasan perikanan budidaya
di Kabupaten Lampung Timur sehingga perencanaan pembangunan daerah dapat
terwujud dengan efisien, efektif dan berkelanjutan. Bagan alir kerangka
pemikiran disajikan dalam Gambar 1.

Gambar . Bagan Alir Kerangka Pikir Penelitian

4

Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada uraian perumusan masalah, maka tujuan yang ingin
dicapai secara umum adalah menentukan strategi pengembangan kawasan
perikanan budidaya di Kabupaten Lampung Timur. Sedangkan secara khusus,
tujuan penelitian ini adalah untuk
Mengidentifikasi komoditas unggulan untuk budidaya perikanan di Kabupaten
Lampung Timur.
Mengevaluasi kesesuaian lahan untuk komoditas unggulan budidaya
perikanan di Kabupaten Lampung Timur.
Memetakan arahan pengembangan kawasan perikanan budidaya berbasis
komoditas unggulan dan mengevaluasi kesesuaiannya terhadap rencana tata
ruang di Kabupaten Lampung Timur.
Merumuskan strategi pengembangan komoditas perikanan untuk
pengembangan kawasan perikanan budidaya di Kabupaten Lampung Timur
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:
Sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah dalam mempertimbangkan
penyusunan kebijakan pengembangan perikanan budidaya berkelanjutan
menuju kemandirian pembudidaya dan nelayan.
Sebagai bahan pertimbangan bagi para investor yang akan menanamkan
modalnya di bidang perikanan budidaya di Kabupaten Lampung Timur.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mencakup analisis mengenai komoditas unggulan perikanan
budidaya, kesesuaian lahan untuk komoditas unggulan, pemetaan arahan
pengembangan kawasan perikanan budidaya dan strategi pengembangan
perikanan budidaya. Dilakukan juga tinjauan aspek kebijakan dan kelembagaan
untuk mempertajam kajian.

5

TINJAUAN PUSTAKA
Pembangunan dan Pengembangan Wilayah
Pembangunan merupakan proses untuk mewujudkan masyarakat makmur
sejahtera secara adil dan merata. Proses tersebut harus diciptakan dengan campur
tangan pemerintah melalui kebijakan yang akan mendorong partisipasi rakyat
secara penuh. Proses pembangunan yang berpihak pada rakyat merupakan upaya
pemberdayaan masyarakat. Dalam kerangka itu pembangunan harus dipandang
sebagai suatu rangkaian proses perubahan yang berjalan secara berkesinambungan
untuk mewujudkan pencapaian tujuan (Sumodiningrat, 1999).
Pembangunan wilayah merupakan bagian tak terpisahkan dari kepentingan
skala nasional bahkan global bukan hanya fenomena dalam dimensi lokal dan
regional (Rustiadi et al, 2006). Paradigma pembangunan pada saat ini
mengarahkan kepada terjadinya pemerataan (equity), pertumbuhan (growth), dan
keberlanjutan (sustainability). Menurut Anwar dan Setiahadi (1996) dalam
Rustiadi et al. (2006), Pembangunan wilayah memiliki tujuan yang saling terkait
antara sisi sosial ekonomi dan ekologis. Dari sudut pandang sosial ekonomi,
pengembangan wilayah adalah upaya meningkatkan kesejahteraan kualitas hidup
masyarakat. Secara ekologis, pengembangan wilayah bertujuan untuk menjaga
keseimbangan lingkungan sebagai akibat campur tangan manusia terhadap
lingkungan (Triutomo, 1999 dalam Al Kadri et al, 2001).
Konsep pembangunan daerah yang berbasis pada komoditas unggulan ada
beberapa kriteria komoditas sebagai motor penggerak pembangunan suatu daerah,
antara lain: mampu memberikan kontribusi yang signifikan pada peningkatan
produksi, pendapatan dan pengeluaran, mempunyai keterkaitan ke depan dan
belakang (forward dan backward linkage) yang kuat, mampu bersaing
(competitiveness), memiliki keterkaitan dengan daerah lain, mampu menyerap
tenaga kerja, bertahan dalam jangka waktu tertentu, berorientasi pada kelestarian
sumber daya alam dan lingkungan serta tidak rentan terhadap gejolak eksternal
dan internal.
Perikanan Budidaya
Undang-undang Perikanan No. 45 tahun 2009 menjelaskan bahwa
pengelolaan perikanan adalah semua proses yang terintegrasi dalam pengumpulan
informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi
sumber daya ikan, dan implementasi serta penegakan hukum dari peraturan di
bidang perikanan, yang dilakukan oleh semua pihak untuk mencapai produktivitas
sumber daya hayati perairan dan tujuan lain yang telah disepakati. Kemudian
dijelaskan juga bahwa budidaya ikan adalah kegiatan untuk memelihara ikan di
lingkungan terkontrol yang didalamnya merupakan proses yang terintegrasi mulai
dari persiapan hingga pascapanen.
Kegiatan perikanan budidaya dapat dilakukan dalam air laut, air payau
maupun air tawar dengan berbagai system pembudidayaan. Menurut Dahuri
(2003) kondisi biofisik perairan suatu wilayah berbeda satu dengan lainnya
sehingga mempengaruhi kesesuaian jenis budidaya perikanan yang dikembangkan
dan keberlanjutannya.
Keberlanjutan perikanan budidaya telah banyak

6

dipertanyakan oleh karena itu pemerintah telah menganjurkan pelaksanaan
budidaya ikan yang baik untuk meningkatkan produksi budidaya ikan
berkelanjutan (FAO, 1997). Tujuan dari pelaksanaan budidaya ikan yang baik
adalah untuk membuat pelaksanaan pembudidayan ikan yang ramah lingkungan,
juga mempertimbangkan keberlanjutan sosial dan ekonomi (Bosma R., Verdegem
M.C.J, 2011). Sistim produksi budidaya ikan yang berkelanjutan juga harus
berkontibusi pada penanggulangan kemiskinan dan kerentanan pada masyarakat.
Untuk itu keberhasilan pelaksanaan pembudidayaan ikan yang berkelanjutan
sangat tergantung pada penegakan hukum dan kesadaran semua pihak mulai dari
pemerintah, pembudidaya ikan, pedagang ikan hingga konsumen.
Evaluasi Sumberdaya Lahan
Evaluasi sumber daya lahan pada hakekatnya merupakan proses untuk
menduga potensi sumber daya lahan untuk berbagai penggunaannya. Adapun
kerangka dasar dari evaluasi sumber daya lahan adalah membandingkan
persyaratan yang diperlukan untuk suatu penggunaan lahan tertentu dengan sifat
sumber daya yang ada pada lahan tersebut (Sitorus, 2004).
Manfaat yang mendasar dari evaluasi sumber daya lahan adalah untuk
menilai kesesuaian lahan bagi suatu penggunaan tertentu serta memprediksi
konsekuensi-konsekuensi dari perubahan penggunaan lahan yang akan dilakukan.
Kegunaan terperinci dari evaluasi lahan sangat beragam ditinjau dari konteks
fisik, ekonomi, sosial dan dari segi intensitas skala dari studi itu sendiri serta
tujuannya.
Kesesuaian lahan adalah penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan
untuk suatu penggunaan tertentu. Evaluasi kesesuaian lahan pada hakekatnya
berhubungan dengan evaluasi untuk satu penggunaan tertentu, seperti untuk
budidaya padi, perikanan tambak dan sebagainya. Hal ini dapat dilakukan dengan
menginterpretasikan peta-peta yang dapat mengambarkan kondisi biofisik lahan
seperti peta tanah, peta topografi, peta geologi, peta iklim dan sebagainya dalam
kaitannya dengan kesesuaiannya untuk berbagai keperluan dan tindakan
pengelolaan yang diperlukan.
Lahan untuk usaha budidaya perikanan harus memenuhi persyaratan
biologis, teknis, sosial ekonomi dan higienis, karena kesesuaian lahan untuk
budidaya perikanan akan menentukan produktivitasnya. Menurut Hardjowigeno
dan Widiatmaka (2007)
faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam
pengembangan lahan untuk budidaya tambak adalah sumber air baik itu debit
maupun kualitasnya, amplitudo pasang surut, topografi, iklim dan sifat tanah.
Sedangkan untuk budidaya kolam faktor yang harus diperhatikan hampir sama
dengan pengembangan lahan untuk tambak, yang membedakan adalah lokasi.
Jika tambak berlokasi di wilayah pesisir sehingga amplitudo pasang surut air laut
sangat berpengaruh, sedangkan kolam air tawar terletak jauh dari laut sehingga
tidak ada pengaruh dari amplitudo pasang surut air laut. Untuk budidaya laut
faktor yang harus diperhatikan dalam pengembangan lahannya adalah kedalaman
laut, jenis substrat perairan, keterlindungan, kecepatan arus permukaan,
kecerahan, salinitas, suhu dan pH (DKP, 2001 dalam Hardjowigeno dan
Widiatmaka, 2007) .

7

Dalam proses evaluasi lahan, kesesuaian lahan aktual (yang merupakan
kesesuaian lahan yang diperoleh saat penelitian) dapat diperbaiki menjadi kelas
kesesuaian lahan yang lebih tinggi atau disebut dengan kesesuaian lahan potensial
(kesesuaian lahan setelah dilakukan perbaikan atau input yang diperlukan).
Namun demikian tidak semua kualitas atau karakteristik lahan dapat diperbaiki
dengan teknologi yang ada saat ini atau diperlukan tingkat pengelolaan yang
tinggi untuk melakukan perbaikan.
Komoditas Unggulan Daerah
Penetapan komoditas unggulan nasional dan daerah merupakan langkah
awal menuju pembangunan perikanan yang berpijak pada konsep efisiensi untuk
meraih keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi era
perdagangan bebas.
Menurut Syafaat dan Supena (2000) dalam Hendayana (2003) langkah
menuju efisiensi pembangunan dapat ditempuh dengan mengembangkan
komoditas yang mempunyai keunggulan komparatif baik ditinjau dari sisi
penawaran maupun permintaan. Dari sisi penawaran komoditas unggulan
dicirikan oleh superioritas dalam pertumbuhannya pada kondisi biofisik, teknologi,
dan sosial ekonomi (penguasaan teknologi, kemampuan sumber daya manusia,
adat istiadat, dan infrastruktur) pembudidaya di suatu wilayah. Sedangkan dari sisi
permintaan komoditas unggulan dicirikan dari kuatnya permintaan di pasar baik
pasar domestik maupun internasional.
Pada lingkup kabupaten/kota, komoditas unggulan kabupaten diharapkan
memenuhi kriteria sebagai berikut: (1) mengacu kriteria komoditas unggulan
nasional; (2) memiliki nilai ekonomi yang tinggi di kabupaten; (3) mencukupi
kebutuhan sendiri dan mampu mensuplai daerah lain/ekspor; (4) memiliki pasar
yang prospektif dan merupakan komoditas yang berdaya saing tinggi; (5)
memiliki potensi untuk ditingkatkan nilai tambahnya dalam agroindustri; dan (6)
dapat dibudidayakan secara meluas di wilayah kabupaten.
Setiap daerah mempunyai karakteristik wilayah, penduduk, dan sumber
daya yang berbeda-beda. Hal ini membuat potensi masing-masing daerah akan
menjadi berbeda pula dan akan mempengaruhi arah kebijakan pengembangan
kegiatan ekonomi di wilayah tersebut. Penetapan komoditas unggulan di suatu
wilayah menjadi suatu keharusan dengan pertimbangan bahwa komoditas yang
mampu bersaing secara berkelanjutan dengan komoditas yang sama yang
dihasilkan oleh wilayah lain adalah komoditas yang secara efisien diusahakan dari
sisi teknologi dan sosial ekonomi serta memiliki keunggulan komparatif dan
kompetitif.
Proses Hirarki Analitik
Di dalam pengambilan suatu keputusan, banyak sekali kriteria yang harus
diperhitungkan baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Banyak diantara
kriteria-kriteria tersebut dapat bersifat conflicting (saling bertentangan) pada
suatu alternatif sehingga dalam pengambilan keputusan dengan melibatkan
criteria ganda (multi-criteria decision making) yang dihasilkan adalah solusi
kompromi (compromised solution) terhadap semua kriteria yang diperhitungkan.

8

Salah satu teknik analisis kriteria ganda adalah Proses Hirarki Analitik
(PHA/Analytical Hierarchy Process) yang dikembangkan oleh Thomas L.Saaty
pada awal 1970-an. Analisis kriteria ganda dengan PHA didasarkan atas konsep
dekomposisi dan sintetis dengan penyajian struktur kriteria secara hierarkis.
Untuk memperoleh bobot dari tiap-tiap kriteria, PHA menggunakan
perbandingan berpasangan (pairwise comparison) dengan skala 1 sampai 9
dimana: 1 = sama penting (equal importance); 3 = sedikit lebih penting
(moderate more importance); 5 = cukup lebih penting (essential, strong more
importance); 7 = jauh lebih penting (demonstrated importance); 9 = mutlak lebih
penting (absolutely more importance); 2, 4, 6, 8 = nilai-nilai antara yang
memberikan kompromi (grey area). Kuesioner perbandingan berpasangan
diberikan dalam bentuk sebagai berikut :
9

8

C1

7
X

6

5

4

3

2

1

2

3

4

5

6

7

8

9
C2

Artinya: kriteria C1 jauh lebih penting daripada C2. Jika terdapat n kriteria
maka akan terdapat (n(n-1))/2 perbandingan berpasangan. Di dalam analisa multi
kriteria ganda diperhitungkan juga kriteria kualitatif yang memungkinkan
terjadinya ketidakkonsistenan (inconsistency) dalam penilaian perbandingan
kriteria-kriteria atau alternatif-alternatif. Salah satu cara pengukuran konsistensi
diusulkan oleh Saaty melalui indeks konsistensi (Consistency Index/CI) yang
didefinisikan sebagai:
CI =
Dengan n menyatakan jumlah kriteria/alternatif yang dibandingkan dan
lmax adalah nilai eigen (eigen value) yang terbesar dari matriks perbandingan
berpasangan orde n. Jika CI bernilai 0 maka berarti keputusan penilaian tersebut
bersifat perfectly consistent dimana lmax sama dengan jumlah kriteria yang
diperbandingkan yaitu n. Semakin tinggi nilai CI semakin tinggi pula tingkat
ketidakkonsistenan dari keputusan perbandingan yang telah dilakukan.
Rasio konsistensi (CR/Consistency Ratio) dirumuskan sebagai
perbandingan antara Consistency Index (CI) dan Random Index (RI) dengan
rumus sebagai berikut:
CR =
Tabel nilai-nilai RI untuk beberapa nilai n diberikan dalam Tabel 1.
Tabel . Nilai RI
N

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

RI 0

0

0.58

0.90

0.12

0.24

0.32

0.41

0.45

0.49

0.51

0.48

0.56

0.57

0.59

Nilai CR yang lebih besar dari 0,1 perlu dilakukan peninjauan kembali
terhadap penilaian responden (Saaty, 1980).
Proses hirarki analitik merupakan salah satu metode analisis yang banyak
digunakan dalam pengambilan keputusan. Baja (2002) dalam makalahnya yang
berjudul Aplikasi Sistem Informasi Geografi dan Analytic Hierarchy Process
dalam Studi Alokasi dan Optimasi Penggunaan Lahan Pertanian memberikan dua

9

macam pendekatan analisis dengan PHA. Yang pertama adalah penentuan
proporsi optimal lahan untuk tiga jenis komoditas dan yang kedua adalah
penentuan peringkat bidang lahan untuk satu jenis penggunaan lahan. Pada
pendekatan ini data diproses dengan menggunakan pendekatan integrasi lepas
(loose coupling integration), dimana basis data dibangun dan dikelola dalam
sistem informasi geografi (SIG), kemudian analisis kriteria gandanya dilakukan
dalam sistem perangkat lunak PHA (Expert Choice 2000).
Metode analisis yang dipaparkan menunjukkan bahwa PHA dapat
digunakan untuk menganalisis kesesuaian lahan secara komprehensif, yang
mempertimbangkan aspek biofisik (kelas kesesuaian lahan dan lain-lain), ekonomi
(biaya produksi, peluang pasar, sarana prasarana, dan lain-lain), dan sosial
(preferensi masyarakat untuk komoditi tertentu, kemauan berpartisipasi, dan
sebagainya). PHA dapat menganalisis secara simultan parameter-parameter yang
bersifat kualitatif dan kuantitatif. Dengan demikian keluaran hasil pemodelan,
survei, pendugaan, atau analisis dengan GIS dapat sekaligus dipadukan dengan
parameter lain dalam suatu sistem/lingkup analisis yang sama.
Teknologi Sistem Informsi Geografis
Sistem Informasi Geografi (SIG) merupakan suatu cara baru yang
berkembang saat ini dalam menyajikan dan melakukan analisis data spasial
dengan komputer. Selain mempercepat proses analisis, SIG juga bisa membuat
model yang dengan manual sulit dilakukan (Barus dan Wiradisastra, 2000).
Konsep dasar SIG merupakan suatu sistem yang terpadu yang
mengorganisir perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software) dan data
yang selanjutnya dapat menggunakan sistem penyimpanan, pengolahan maupun
analisis data secara simultan sehingga dapat diperoleh informasi yang berkaitan
dengan aspek spasial. Elemen dasar SIG yang beroperasi pada sistem yang
terpadu tersebut meliputi hardware, software, pemasukan data, serta sumberdaya
manusia yang bertanggung jawab terhadap masalah desain, implementasi, dan
penggunaan dari SIG. Keluaran yang dihasilkan dari keempat elemen tersebut
berupa informasi keruangan yang jelas dalam bentuk peta, grafik, tabel ataupun
laporan ilmiah.
SIG dapat mendukung fungsi sebagai berikut: (1) menyediakan struktur
basis data untuk penyimpanan dan pengaturan data dalam area yang luas; (2)
mampu mengumpulkan atau memisahkan data regional, landsekap, dan skala plot;
(3) mampu membantu dalam pengalokasian plot studi dan atau secara ekologi area
yang sensitif; (4) meningkatkan kemampuan ekstraksi informasi penginderaan
jauh; (5) mendukung analisis statistik spasial pada distribusi ekologi; dan (6)
menyediakan input data/parameter untuk permodelan ekosistem.
Aronoff (1993) menguraikan SIG atas beberapa sub sistem yang saling
terkait yaitu: (1) data input, yang bertanggung jawab dalam mengkonversi atau
mentransformasikan format-format data ke dalam format yang digunakan oleh
SIG; (2) data output, sebagai sub sistem yang menampilkan atau menghasilkan
sebagian basis data baik dalam bentuk softcopy maupun hardcopy seperti tabel,
grafik, peta dan lain-lain; (3) data manajemen, yang mengorganisasikan baik data
spasial maupun atribut ke dalam sebuah basis data sedemikian rupa sehingga
mudah di-update dan diedit; dan (4) data manipulasi dan analisis, sebagai sub

10

sistem yang menentukan informasi-informasi yang dihasilkan oleh SIG. Selain itu
juga melakukan manipulasi dan permodelan data untuk menghasilkan informasi
yang diharapkan.
Penyajian data spasial dari fenomena geografis di dalam komputer dapat
dilakukan dalam dua bentuk yaitu raster (grid cell) dan vektor. Bentuk raster
adalah penyajian obyek dalam bentuk rangkaian elemen gambar (pixel) yang
menampilkan semua obyek dalam bentuk sel-sel. Sedangkan vektor disajikan
dalam bentuk titik atau segmen garis karena model data vektor lebih banyak
berkaitan dengan bentuk obyek pada peta.
Aplikasi SIG dalam pengambilan keputusan berkriteria ganda sangat besar
peranannya dalam pengelolaan basis data, analisis berbasis spasial, penampilan
luaran hasil analisis, dan fungsi-fungsi SIG lainnya (Baja, 2002). Seperti
dikemukakan juga oleh Miranda (2004) dalam tulisannya yang mengintegrasikan
kegunaan SIG untuk mengatasi masalah alokasi lahan melalui dua teknik: fuzzy
logic dan multicriteria analysis, bahwa SIG sangat berguna dalam analisis data
spasial dalam pengambilan keputusan dalam pengembangan wilayah.

11

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur mulai bulan Agustus
2012 sampai dengan Desember 2012.
Pengumpulan Data
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dari survei lapangan baik melalui
wawancara maupun pengamatan langsung di lapangan untuk memperoleh data
sosial ekonomi.
Data sekunder yang digunakan adalah luas lahan, produktivitas dan produksi
perikanan Kabupaten Lampung Timur tahun 2007 - 2011, pola dan jumlah
konsumsi ikan masyarakat tahun 2011, data analisis ekonomi usaha perikanan
tahun 2011, data curah hujan, peta digital land system Kabupaten Lampung Timur,
peta digital wilayah administrasi kabupaten, peta RTRW kabupaten, peta
penggunaan lahan, dan peta jaringan jalan dan sungai.
Survei Lapang
Survei lapang dilakukan untuk mengidentifikasi potensi biofisik lahan
perikanan yang terdapat di Kabupaten Lampung Timur dan melakukan verifikasi
data sekunder.
Wawancara
Untuk mengetahui kondisi masyarakat yang memiliki lapangan usaha di
sektor perikanan, dilakukan wawancara dengan Bappeda, Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Lampung Timur, Badan Penyuluhan, Dinas Perindustria