The Direction of Aquaculture Development for supporting Regional Development (A Case Study on Cianjur Regency)

(1)

ARAHAN PENGEMBANGAN PERIKANAN BUDIDAYA AIR

TAWAR UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN

WILAYAH (STUDI KASUS KABUPATEN CIANJUR)

WURI CAHYANINGRUM

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Arahan Pengembangan Perikanan Budidaya Air Tawar untuk mendukung Pengembangan Wilayah (Studi Kasus Kabupaten Cianjur) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2014

Wuri Cahyaningrum


(4)

(5)

RINGKASAN

WURI CAHYANINGRUM. Arahan Pengembangan Perikanan Budidaya Air Tawar untuk mendukung Pengembangan Wilayah (Studi Kasus Kabupaten Cianjur). Dibimbing oleh WIDIATMAKA dan KADARWAN SOEWARDI.

Kabupaten Cianjur merupakan salah satu wilayah yang potensial untuk pengembangan budidaya ikan air tawar. Sampai saat ini, produksi ikan terbesar Kabupaten Cianjur berasal dari Keramba Jaring Apung (KJA) Waduk Cirata. Kondisi Waduk Cirata sendiri saat ini sudah mengalami penurunan kualitas lingkungan sehingga dikhawatirkan dapat mengurangi produksi ikan di Kabupaten Cianjur. Oleh karena itu, diperlukan alternatif pemeliharaan selain KJA, yaitu kolam dan sawah (minapadi). Upaya pengembangan perikanan di kolam dan sawah hendaknya dilaksanakan dalam kerangka pengembangan wilayah. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan: (1) mengidentifikasi wilayah eksisting untuk kawasan perairan tawar dan sawah irigasi; (2) menganalisis kesesuaian dan ketersediaan lahan untuk kolam dan minapadi; (3) menganalisis komoditas unggulan perikanan di setiap kecamatan; (4) menganalisis keterkaitan sektor perikanan dengan sektor-sektor lainnya; dan (5) merumuskan arahan pengembangan perikanan budidaya ikan air tawar.

Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Cianjur dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari survey langsung melalui wawancara dan penyebaran kuesioner, pengamatan lapang dan pengambilan sampel air sungai. Data sekunder dikumpulkan dari instansi terkait. Analisis dalam penelitian terdiri atas analisis kesesuaian lahan untuk kolam dan minapadi, komoditas unggulan perikanan, Input Output (I-O) dan A’WOT (kombinasi AHP dan SWOT). Penentuan kesesuaian lahan untuk kolam dilakukan dengan aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Evaluasi Multi-kriteria (Multi Criteria Evaluation/MCE). MCE merupakan metode atau pendekatan evaluasi berdasarkan beberapa kriteria untuk memudahkan pengambilan keputusan. Metode MCE diawali dengan pembobotan kriteria, faktor dan sub-faktor menggunakan

Analytical Hierarchy Process (AHP). Bobot yang telah diperoleh akan dianalisis menggunakan metode SIG. Penentuan kesesuaian lahan untuk minapadi menggunakan metode matching pada aplikasi SIG. Minapadi pada penelitian ini berdasarkan kesesuaian lahan untuk padi sawah dan ketersediaan jaringan irigasi.

Hasil analisis kesesuaian dan ketersediaan lahan menunjukkan bahwa lahan yang sesuai untuk kolam sebesar 86.511 hektar (23,89% dari total luas wilayah). Diantara lahan yang sesuai, lahan yang sesuai dan tersedia sebesar 74.062 ha (20,46%) dan yang sesuai tetapi tidak tersedia sebesar 12.449 ha (3,44%). Potensi lahan untuk kolam pada kelas S1 terdapat di wilayah Cianjur utara (14 kecamatan), bagian tengah (3 kecamatan) dan bagian selatan (2 kecamatan). Selain pada lahan kelas S1, pengembangan dapat diarahkan pada lahan kelas S2 yang tersebar di wilayah Cianjur bagian utara dan bagian selatan. Lahan untuk kolam pada kelas S3 banyak terdapat di wilayah Cianjur bagian tengah dan selatan.

Hasil analisis kesesuaian dan ketersediaan lahan untuk minapadi menunjukkan lahan yang sesuai sebesar 13.004 hektar (3,59% dari luas total


(6)

lahan yang sesuai tetapi tidak tersedia sebesar 3.451 ha (0,95%). Lahan yang sesuai dan tersedia sebagian besar terdapat di wilayah Cianjur bagian utara, yaitu Kecamatan Bojongpicung, Ciranjang, Cikalongkulon, Haurwangi, Karangtengah, Mande dan Sukaluyu. Potensi lahan dapat ditingkatkan apabila ketersediaan jaringan irigasi meningkat, terutama di wilayah Cianjur bagian selatan. Hal ini karena luas lahan yang sesuai untuk padi sawah di wilayah tersebut cukup tinggi.

Potensi lahan untuk kolam dan minapadi yang telah dihasilkan perlu dimanfaatkan dengan baik agar dapat meningkatkan produksi ikan air tawar di Kabupaten Cianjur. Salah satunya melalui efisiensi usaha dengan menggunakan komoditas perikanan yang memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Komoditas unggulan perikanan yang dianalisis terdiri atas Ikan Mas, Lele, Nila dan Gurame. Jumlah kecamatan yang memiliki komoditas unggulan sebanyak 25 kecamatan. Analisis Input-Output menunjukkan bahwa keterkaitan langsung ke depan (direct forward linkage) sektor perikanan dengan sektor lain lebih kecil dibandingkan dengan keterkaitan langsung ke belakang (direct backward linkage). Pengembangan perikanan Kabupaten Cianjur dapat direncanakan dengan strategi utama S-T (Strenght-Threat), yaitu meminimalkan ancaman yang dihadapi dengan memanfaatkan seluruh kekuatan yang ada. Alternatif strategi utama (Strenght-Threat) yang dirumuskan untuk pengembangan perikanan Kabupaten Cianjur berdasarkan matriks SWOT, yaitu: (1) Menciptakan kerja sama pembudidaya dan kelompok serta membuka akses permodalan yang mudah; (2) Menerapkan kebijakan pemanfaatan pola ruang yang konsisten; 3) Melaksanakan pengelolaan kualitas air dan menggunakan ikan yang mempunyai toleransi tinggi terhadap penurunan kualitas air; dan (4) Meningkatkan koordinasi semua pihak untuk membuat pakan murah/ekonomis dan menyediakan benih/induk yang berkualitas serta mendorong perkembangan industri pengolahan.

Arahan perencanaan pengembangan perikanan budidaya air tawar dengan mempertimbangkan seluruh hasil analisis yang telah dilakukan dapat dikelompokkan menjadi 5 (lima) prioritas. Lahan yang difokuskan untuk perikanan adalah kelas S1 dan S2 karena memerlukan pengelolaan yang lebih kecil dan pada umumnya dapat diatasi oleh pembudidaya. Prioritas 1 terdiri atas Kecamatan Mande, Cikalongkulon, Bojongpicung, Ciranjang, Sukaluyu, Haurwangi dan Karangtengah. Prioritas 2 terdiri atas Kecamatan Sindangbarang, Agrabinta, Cidaun, Cibinong, Cikadu dan Naringgul. Prioritas 3 yaitu Kecamatan Takokak, Kadupandak, Pagelaran dan Tanggeung. Prioritas 4 terdiri atas Kecamatan Cipanas, Pacet dan Sukaresmi dan prioritas 5 adalah Kecamatan Campaka dan Campakamulya.

Kata kunci: kolam, minapadi, kesesuaian dan ketersediaan lahan, pengembangan wilayah.


(7)

SUMMARY

WURI CAHYANINGRUM. The Direction of Aquaculture Development for supporting Regional Development (A Case Study on Cianjur Regency). Supervised by WIDIATMAKA and KADARWAN SOEWARDI.

Cianjur Regency is one of the potential areas for developing aquaculture. The largest part of total fish production came from the floating net cages

(“Keramba Jaring Apung”-KJA) Cirata Dam. Recently, the condition of Cirata Dam is facing to degradation of its environment quality. Thus, the other alternative aquaculture developments required are freshwater ponds and paddy field (minapadi system). The efforts of fishery development in freshwater ponds and minapadi should be done in the context of regional development. Therefore, the objectives of this study were: (1) to identify existing region for aquaculture and irrigated paddy field; (2) to analyze land suitability and availability for freshwater ponds and minapadi; (3) to analyze superior commodities of freshwater fish in each district; (4) to analyze the fisheries linkages with other sectors; (5) to formulate a direction of aquaculture development.

This study was conducted in Cianjur regency using primary and secondary data. Primary data was from interviews, questionnaires, observation and water samples. Secondary data was obtained from institutions. The analysis used in this study were land suitability and availability for freshwater ponds and minapadi, the determination of main commodities of fisheries, Input Output (I-O) and A’WOT (AHP and SWOT combined analysis). Land suitability and availability for freshwater ponds were analyzed using Geographic Information System (GIS) and Multi-criteria Evaluation (MCE) methods. Multi-criteria is the approaches or methods that aid an evaluating according to several criteria which ultimately may lead to better decisions. It started with distribution of weight for criteria, factor and sub-factor using Analytical Hierarchy Process (AHP). Then, the weight will be analyzed using GIS. Land suitability and availability for minapadi was analyzed using matching methods. Land suitability for minapadi system in this research was built based on land suitability for paddy field and availability of irrigation area.

The analysis result of land suitability and availability showed that the suitable land for freshwater ponds was 86.511 hectares (23,89 % of total region). Of such suitable land, the suitable and available land was 74.062 ha (20,46%) and suitable but not available land was 12.449 ha (3,44%). The potential land in S1 (very suitable) class can be found at northern Cianjur (14 districts), central Cianjur (3 districts) and southern Cianjur (2 districts). The development of freshwater ponds also can be directed in suitable (S2) class which were potential at the northern and southern Cianjur. The marginally suitable (S3) class were potential at the central and southern Cianjur.

Analysis result of land suitability and availability for minapadi showed that suitable land was 13.004 hectares (3,59% of total region). Of such suitable land, the suitable and available land was 9.553 ha (2,64%), while suitable but not available land was 3.451 ha (0,95%). The suitable and available land mainly at


(8)

northern Cianjur, that is Bojongpicung, Ciranjang, Cikalongkulon, Haurwangi, Karangtengah, Mande and Sukaluyu. This potency can be raised if the irrigation network was developed mainly in southern Cianjur region, because of the high land availability of paddy field.

The potential lands for freshwater ponds and minapadi need to be used in order to increase fish production. One of ways is efficiency by using superior commodities of freshwater fishes both comparative and competitive advantages. A superior commodities of freshwater fishes in Cianjur consists of mas, lele, nila and gurame. The number of districts having such a superior commodities is 25 districts. Input Output analysis shows that direct forward linkages of fishery sector with other sectors was less than direct backward linkages. Fishery development strategy uses main strategy Strength-Threat that is to minimize threats and use all available strengths. Alternative main strategies formulated for fishery development in Cianjur Regency based on SWOT matrix are: (1) to create cooperation between fisheries and groups and to make essay a financial access; (2) to apply policy of land use pattern consistently; (3) to maintain water quality and to use fish types having high tolerance to decrease of water quality; and (4) to increase coordination among all parties in order to make cheaper feeding material, to provide good qualified fish and to support processing industry development.

The direction of fisheries development by concideration all of the analysis in this study divided into 5 priority. The land used to aquaculture is S1 class and S2 class because need a smaller management than S3 class. Priority 1 consisting Mande, Cikalongkulon, Bojongpicung, Ciranjang, Sukaluyu, Haurwangi and Karangtengah. Priority 2 consisting Sindangbarang, Agrabinta, Cidaun, Cibinong, Cikadu and Naringgul. Priority 3 that is Takokak, Kadupandak, Pagelaran and Tanggeung. Priority 4 consisting Cipanas, Pa cet and Sukaresmi and Priority 5 that is Campaka and Campakamulya.

Key words : freshwater pond, minapadi, land suitability and availability, regional development


(9)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.


(10)

(11)

olyantha, flavonoids, sains, lorem, ipsu

ARAHAN PENGEMBANGAN PERIKANAN BUDIDAYA AIR

TAWAR UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN

WILAYAH (STUDI KASUS KABUPATEN CIANJUR)

WURI CAHYANINGRUM

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014


(12)

(13)

Judul Tesis : Arahan Pengembangan Perikanan Budidaya Air Tawar untuk mendukung Pengembangan Wilayah (Studi Kasus Kabupaten Cianjur)

Nama : Wuri Cahyaningrum NIM : A156120274

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Widiatmaka, DAA Ketua

Prof. Dr. Ir. Kadarwan Soewardi Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

Prof. Dr. Ir. Santun R.P. Sitorus

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr.


(14)

(15)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tesis yang berjudul Arahan Pengembangan Perikanan Budidaya Air Tawar untuk mendukung Pengembangan Wilayah (Studi Kasus Kabupaten Cianjur) diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelas Magister Sains pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah (PWL). Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Widiatmaka, DAA dan Bapak Prof. Dr. Ir. Kadarwan Soewardi sebagai Dosen Pembimbing yang telah memberikan motivasi, membuka wawasan, menyumbang pikiran dan membimbing penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

2. Bapak Dr. Ir. Komarsa Gandasasmita, M.Sc selaku dosen penguji luar komisi yang telah memberikan masukan dan koreksi bagi penyempurnaan tesis. 3. Bapak Prof. Dr. Ir. Santun R. P. Sitorus selaku Ketua Program Studi Ilmu

Perencanaan Wilayah IPB dan pimpinan sidang ujian tesis yang telah memberikan masukan dan koreksi bagi penyempurnaan tesis.

4. Pimpinan dan staf Pusbindiklatren Bappenas atas kesempatan beasiswa yang diberikan bagi penulis.

5. Bupati Kabupaten Cianjur, Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Cianjur dan Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cianjur yang telah memberikan ijin untuk mengikuti tugas belajar pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah IPB.

6. Segenap staf pengajar dan manajemen Program Studi PWL IPB.

7. Suami tercinta, anak-anak tersayang, orang tua, mertua dan seluruh keluarga yang selalu mendoakan, mendukung dan memberikan kekuatan.

8. Rekan-rekan PWL kelas Bappenas angkatan 2012 yang senantiasa ceria, bersama dan kompak.

9. Semua pihak yang telah banyak membantu yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2014


(16)

(17)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR GAMBAR v

DAFTAR LAMPIRAN vi

1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 2

1.3 Tujuan Penelitian 3

1.4 Manfaat Penelitian 4

1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian 4

1.6 Kerangka Pemikiran 4

2 TINJAUAN PUSTAKA 6

2.1 Pengembangan Wilayah 6

2.2 Perikanan Budidaya Air Tawar 6

2.2.1 Budidaya Ikan di Kolam 7

2.2.2 Budidaya Ikan di Sawah 8

2.3 Evaluasi Sumberdaya Lahan 9

2.4 Keterkaitan Sektor Perekonomian 10

2.5 Sistem Informasi Geografis (SIG) 10

2.6 Analisis Multi-Criteria Evaluation (MCE) 11

3 METODE PENELITIAN 12

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 12

3.2 Jenis Data dan Alat 12

3.3 Metode Pengumpulan Data 13

3.4 Metode Analisis Data 14

3.4.1 Identifikasi Wilayah Eksisting untuk Kawasan Perairan Tawar

dan Sawah Irigasi 14

3.4.2 Analisis Kesesuaian Lahan untuk Kolam dan Minapadi 14 3.4.2.1 Analisis Kesesuaian Lahan untuk Kolam 17 3.4.2.2 Analisis Kesesuaian Lahan untuk Minapadi 18 3.4.2.3 Analisis Kesesuaian dan Ketersediaan Lahan untuk

Kolam dan Minapadi 20

3.4.3 Analisis Komoditas Unggulan Perikanan Air Tawar setiap

Kecamatan 20

3.4.3.1 Analisis Keunggulan Komparatif (Analisis Location

Quotient/LQ) 20

3.4.3.2 Analisis Keunggulan Kompetitif (Analisis Shift

Share/SS) 21

3.4.4 Analisis Input-Output (I-O) 22

3.4.4.1 Struktur Tabel I-O 23

3.4.4.2 Analisis yang Berkaitan dengan I-O 24

3.4.5 Analisis A’WOT 25


(18)

3.4.5.2 Analisis Faktor Strategi Eksternal 27 3.4.5.3 Analisis Matriks Internal Eksternal (IE) 27

3.4.5.4 Analisis Matriks Space 28

3.4.5.5 Analisis SWOT 29

3.4.5.6 Arahan Perencanaan Pengembangan Perikanan Budidaya Ikan Air Tawar dalam Kerangka Pengembangan Wilayah di Kabupaten Cianjur 30

4 Kondisi Umum Wilayah 31

4.1 Kondisi Geografis dan Administratif 31

4.2 Kondisi Demografi 33

4.3 Kondisi Perekonomian Wilayah 35

4.4 Kondisi Fisik Lokasi Penelitian 36

4.4.1 Topografi 36

4.4.2 Hidrologi 37

4.4.3 Tanah 38

4.4.4 Iklim 39

4.4.5 Penggunaan Lahan 40

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 41

5.1 Kondisi Eksisting Penggunaan Lahan untuk Kawasan Perairan

Tawar dan Sawah Irigasi 41

5.1.1 Kondisi Eksisting Penggunaan Lahan untuk Kawasan

Perairan Tawar 41

5.1.2 Kondisi Eksisting Penggunaan Lahan untuk Sawah Irigasi 45 5.2 Analisis Kesesuaian Lahan untuk Kolam dan Minapadi 48

5.2.1 Analisis Kesesuaian Lahan untuk Kolam dengan

menggunakan Metode MCE 48

5.2.1.1 Hasil AHP untuk Penentuan Bobot Kriteria dan Faktor 48

5.2.1.2 Kendala (Constraint) 49

5.2.1.3 Kesesuaian Lahan untuk Kolam berdasarkan Kriteria

Ekologis dan Sosial-Ekonomi 50

5.2.1.4 Kesesuaian Lahan untuk Kolam 52

5.2.1.5 Kesesuaian dan Ketersediaan Lahan untuk Kolam 54

5.2.1.6 Pengamatan Lapang 58

5.2.1.7 Kualitas Air 60

5.2.2 Analisis Kesesuaian Lahan untuk Minapadi 62 5.2.2.1 Kesesuaian Lahan untuk Padi Sawah 62

5.2.2.2 Kesesuaian Lahan untuk Minapadi 65

5.2.2.3 Kesesuaian dan Ketersediaaan Lahan untuk Minapadi 66 5.3 Analisis Komoditas Unggulan Perikanan Air Tawar setiap

Kecamatan 69

5.3.1 Analisis Keunggulan Komparatif di Setiap Kecamatan 69 5.3.2 Analisis Keunggulan Kompetitif di Setiap Kecamatan 71 5.3.3 Alternatif Komoditas Unggulan Perikanan di Setiap


(19)

5.4 Analisis Input-Output (I-O) 74 5.4.1 Struktur Perekonomian Kabupaten Cianjur 74

5.4.2 Keterkaitan Sektoral 76

5.5 Analisis A’WOT 86

5.5.1 Analisis Evaluasi Faktor Internal 87

5.5.2 Analisis Evaluasi Faktor Eksternal 87

5.5.3 Analisis Matriks Internal Eksternal (IE) 88

5.5.4 Analisis Matriks Space 88

5.5.5 Hasil Analisis SWOT 89

5.5.6 Arahan Pengembangan Perikanan Budidaya Air Tawar dalam

Kerangka Pengembangan Wilayah di Kabupaten Cianjur 91 5.5.6.1 Potensi Pengembangan Kolam dan Minapadi di

Kabupaten Cianjur 91

5.5.6.2 Pengelolaan Pengembangan Perikanan Budidaya Air

Tawar di Kabupaten Cianjur 95

5.5.6.3 Relevansi Pengembangan Perikanan Budidaya Air Tawar dan Pengembangan Wilayah di Kabupaten

Cianjur 96

6 SIMPULAN DAN SARAN 99

6.1 Simpulan 99

6.2 Saran 100

DAFTAR PUSTAKA 101

LAMPIRAN 104


(20)

DAFTAR TABEL

1 Matrik analisis penelitian 16

2 Kriteria kesesuaian lahan untuk kolam 17

3 Kriteria kesesuaian dan ketersediaan lahan berdasarkan RTRW di

Kabupaten Cianjur 20

4 Struktur dasar tabel transaksi input-output wilayah 23

5 Internal Factor Analysis Strategic (IFAS) 26

6 External Factor Analysis Strategic (EFAS) 27

7 Kriteria penyusunan perencanaan pengembangan perikanan budidaya air tawar dalam kerangka pengembangan wilayah di Kabupaten

Cianjur 30

8 Jumlah desa/kelurahan dan luas wilayah di Kabupaten Cianjur 32 9 Jumlah dan kepadatan penduduk tahun 2011 di Kabupaten Cianjur 34

10 Luas kelas lereng di Kabupaten Cianjur 37

11 Nama dan luas daerah irigasi teknis di Kabupaten Cianjur 37 12 Luas penggunaan lahan tahun 2011 di Kabupaten Cianjur 41 13 Luas lahan eksisting kawasan perairan tawar (kolam dan KJA) di

Kabupaten Cianjur 42

14 Luas lahan Keramba Jaring Apung (KJA) di 5 kecamatan 43 15 Produktivitas perikanan tahun 2011 di Kabupaten Cianjur 44 16 Nilai produksi budidaya ikan air tawar kabupaten/kota di

Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 45

17 Luas lahan sawah irigasi di Kabupaten Cianjur 47 18 Nilai bobot kriteria dan faktor berdasarkan AHP 49 19 Derajat kesesuaian untuk kolam berdasar kriteria ekologis dan

sosial-ekonomi di Kabupaten Cianjur 50

20 Luas lahan sesuai dan tidak sesuai untuk kolam berdasarkan kriteria ekologis dan sosial-ekonomi di Kabupaten Cianjur 52 21 Luas lahan sesuai dan tidak sesuai untuk kolam di Kabupaten Cianjur 52 22 Luas lahan tersedia dan tidak tersedia untuk kolam di Kabupaten

Cianjur 55

23 Luas kesesuaian dan ketersediaan lahan untuk kolam di Kabupaten

Cianjur 56

24 Perbandingan luas lahan eksisting dan luas lahan sesuai dan tersedia pada lahan kelas S1 (sangat sesuai) di Kabupaten Cianjur 57 25 Titik pengamatan lapang selang kelas kesesuaian lahan untuk kolam 59

26 Hasil pengujian kualitas air 61

27 Hasil penilaian kesesuaian padi sawah di Kabupaten Cianjur 63 28 Luas lahan untuk pengembangan padi sawah di Kabupaten Cianjur 63 29 Luas lahan sesuai dan tidak sesuai untuk minapadi di Kabupaten

Cianjur 66

30 Luas lahan tersedia dan tidak tersedia untuk minapadi di Kabupaten

Cianjur 67

31 Luas kesesuaian dan ketersediaan lahan untuk minapadi di Kabupaten

Cianjur 68


(21)

33 Hasil analisis SS per komoditas ikan di setiap kecamatan 71

34 Indeks LQ dan SSA 72

35 Alternatif komoditas unggulan perikanan di setiap

kecamatan 73

36 PDRB rata-rata Kabupaten Cianjur atas dasar harga konstan 2010

menurut lapangan usaha (%) Tahun 2007-2011 75

37 Laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Cianjur atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha (%) Tahun 2007-2011 76 38 Faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal

(peluang dan ancaman) pengembangan budidaya ikan air tawar di

Kabupaten Cianjur 86

39 Evaluasi faktor strategi internal 87

40 Evaluasi faktor strategi eksternal 88

41 Matrik SWOT 90

42 Potensi pengembangan wilayah untuk kolam dan minapadi berdasarkan hasil analisis kesesuaian dan ketersediaan lahan dan

komoditas unggulan perikanan 92

43 Matriks arahan pengembangan perikanan budidaya air tawar di

Kabupaten Cianjur 97

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran penelitian 5

2 Bagan alir penelitian 15

3 Kerangka analisis MCE 17

4 Bagan alir analisis kesesuaian dan ketersediaan lahan untuk minapadi 19

5 Matriks Internal-Eksternal 28

6 Matriks Space 28

7 Matriks SWOT 29

8 Peta lokasi penelitian 31

9 Penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan usaha 33

10 Jumlah RTP tahun 2011 di Kabupaten Cianjur 35

11 Peta kelas lereng di Kabupaten Cianjur 36

12 Peta Daerah Irigasi (DI) di Kabupaten Cianjur 38

13 Peta jenis tanah di Kabupaten Cianjur 39

14 Peta penggunaan lahan tahun 2011 di Kabupaten Cianjur 40 15 Peta eksisting lahan untuk kawasan perairan tawar di Kabupaten

Cianjur 43

16 Peta eksisting lahan untuk sawah irigasi di Kabupaten Cianjur 46 17 Peta kesesuaian lahan untuk kolam berdasarkan kriteria ekologis (a)

dan sosial-ekonomi (b) 51

18 Peta kesesuaian lahan untuk kolam di Kabupaten Cianjur 53 19 Peta ketersediaan lahan untuk kolam di Kabupaten Cianjur 54


(22)

20 Titik pengamatan lapang penentuan selang kelas analisis kesesuaian

lahan untuk kolam 59

21 Peta kesesuaian lahan untuk padi sawah di Kabupaten Cianjur 62 22 Peta potensi pengembangan lahan untuk padi sawah di Kabupaten

Cianjur 64

23 Peta kesesuaian lahan untuk minapadi di Kabupaten Cianjur 65 24 Peta kesesuaian dan ketersediaan lahan untuk minapadi di Kabupaten

Cianjur 67

25 Keterkaitan langsung ke belakang sektor-sektor perekonomian 77 26 Keterkaitan langsung ke depan sektor-sektor perekonomian 78 27 Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang 79 28 Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sektor-sektor

perekonomian 80

29 Keterkaitan ke belakang sektor perikanan dengan sektor lainnya 81 30 Keterkaitan ke depan sektor perikanan dengan sektor lainnya 81 31 Multiplier effectoutput sektor ekonomi di Kabupaten Cianjur 83 32 Multiplier effect pendapatan sektor ekonomi di Kabupaten Cianjur 84 33 Multiplier effect nilai tambah bruto sektor ekonomi di Kabupaten

Cianjur 85

34 Posisi perikanan Kabupaten Cianjur 89

35 Hasil analisis matriks internal eksternal 93

36 Potensi pengembangan kolam di Kabupaten Cianjur 93 37 Potensi pengembangan minapadi di Kabupaten Cianjur 94 38 Peta arahan pengembangan perikanan budidaya air tawar di kolam dan

sawah (minapadi) di Kabupaten Cianjur 98

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kriteria kesesuaian lahan untuk padi sawah 105

2 Contoh perhitungan bobot sub-faktor kelerengan 106 3 Rataan geometrik bobot kriteria faktor dan sub-faktor hasil AHP pada

penentuan kesesuaian lahan untuk kolam 107

4 Kerangka dasar dan hasil pembobotan kriteria, faktor dan sub-faktor 109

5 Nilai koefisien teknis (Matriks A) 110

6 Matrik kebalikan Leontief (I-A)-1 112


(23)

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan yang telah dilakukan selama ini seringkali didominasi oleh pendekatan sektoral, sehingga mengakibatkan kegagalan dalam pencapaian tujuan yang diinginkan. Hal ini karena dengan pendekatan sektoral, penanganan permasalahan dan pengembangan potensi suatu sektor hanya menjadi tanggung jawab institusi yang berkaitan langsung dengan sektor tersebut dan tidak dilakukan melalui pendekatan yang terintegrasi dengan sektor lainnya.

Riyadi (2002) menjelaskan bahwa seharusnya konsep pengembangan wilayah dan pembangunan sektoral dapat saling melengkapi. Pengembangan wilayah tidak mungkin terwujud tanpa adanya pengembangan sektoral, sedangkan pengembangan sektoral tanpa berorientasi pada pengembangan wilayah akan berujung pada tidak optimalnya sektor itu sendiri, bahkan dapat menciptakan konflik bagi kepentingan antar sektor, yang pada akhirnya akan menjadi kontra produktif bagi pengembangan wilayah. Selanjutnya, Tarigan (2010) mengatakan bahwa pendekatan sektoral saja tidak akan mampu melihat adanya kemungkinan tumpang tindih dalam penggunaan lahan, perubahan struktur ruang, perubahan pergerakan arus orang dan barang. Sebaliknya, pendekatan regional (kewilayahan) saja juga tidak cukup karena analisanya akan bersifat makro wilayah sehingga tidak cukup detail untuk membahas sektor per sektor apalagi komoditi per komoditi, misalnya komoditi apa yang dikembangkan.

Salah satu sektor yang berpotensi untuk dikembangkan adalah perikanan. Rustiadi et al. (2011) menggolongkan sumberdaya perikanan sebagai sumberdaya terbarukan (renewable resources) yang ketersediaannya dapat mengalami regenerasi secara terus menerus secara biologi. Produk Domestik Bruto (PDB) sub-sektor perikanan memang masih relatif kecil kontribusinya, namun menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat. Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), PDB sektor perikanan pada tahun 2011 mengalami kenaikan tertinggi pada kelompok pertanian, yakni mencapai 14,23% (KKP 2013).

Prospek pengembangan perikanan sangat terkait dengan peningkatan konsumsi ikan per kapita per tahun penduduk yang meningkat, disamping peningkatan laju pertumbuhan penduduk. Kedua hal tersebut memerlukan ketersediaan ikan yang lebih banyak pada masa mendatang. Upaya penyediaan ikan dapat dilakukan melalui perikanan budidaya. Kondisi sumberdaya alam berupa iklim, lahan dan air di Kabupaten Cianjur sangat mendukung kegiatan budidaya ikan air tawar. Selain itu, budaya masyarakat yang sudah turun temurun dalam budidaya ikan air tawar menjadikan Kabupaten Cianjur sebagai salah satu sentra kegiatan budidaya ikan air tawar di Provinsi Jawa Barat.

Produksi perikanan di Kabupaten Cianjur tahun 2011 mencapai 81.010,84 ton, terdiri atas perikanan budidaya sebesar 80.900,54 ton (99,86% dari total

produksi ikan) dan perikanan tangkap sebesar 110,30 ton (0,14%). Berdasarkan tempat pemeliharaannya, produksi perikanan di Keramba Jaring Apung (KJA) Waduk Cirata pada tahun yang sama menyumbang 42.815,95 ton (52,85%). Budidaya ikan di kolam mempunyai produksi yang lebih kecil dari KJA yaitu


(24)

sebesar 29.847,00 ton (36,84%) dan sawah sebesar 7.703,00 (9,51%). Sisanya adalah budidaya ikan di tambak dan karamba (BPS 2012).

Berdasarkan data produksi tersebut, tampak bahwa sampai saat ini, produksi ikan di Kabupaten Cianjur masih mengandalkan hasil dari KJA Waduk Cirata. Padahal, Waduk Cirata sendiri saat ini sudah mengalami penurunan kualitas lingkungan akibat pesatnya pertumbuhan jaring apung yang beroperasi. Berdasarkan data dari Badan Pengelola Waduk Cirata (BPWC), jumlah KJA pada tahun 2011 adalah 53.031 petak dengan jumlah keramba yang aktif sebanyak 48.591 petak atau 91,63% dari seluruh jumlah KJA. Padahal, menurut Surat Keputusan Gubernur Provinsi Jawa Barat No. 41 tahun 2002, batas maksimal KJA yang diperbolehkan hanya 12.000 petak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan di Waduk Cirata sudah berada pada tahapan yang melebihi daya dukung lingkungan (Tjahjo dan Suman 2009) dan mengalami pencemaran berat (Widiyati dan Bengen 2012).

Oleh karena itu, upaya pengembangan budidaya ikan air tawar perlu dilakukan melalui pengembangan alternatif lain di luar KJA Waduk Cirata. Berdasarkan data hasil produksi ikan, alternatif pengembangan dapat diarahkan kepada pengembangan budidaya ikan air tawar di kolam dan sawah (minapadi). Kolam merupakan media pemeliharaan yang cukup banyak pemilihnya bahkan cenderung paling populer di kalangan pembudidaya ikan. Ketersediaan sumber air berupa sungai di Kabupaten Cianjur sangat mendukung kegiatan budidaya ikan di kolam. Minapadi adalah pengusahaan atau pembudidayaan ikan dan padi dalam satu hamparan sawah, sehingga dapat meningkatkan performa sawah melalui peningkatan produksi padi dan ikan/udang. Selain itu, minapadi juga dapat mengurangi konflik penggunaan lahan dan air dengan sekaligus penggunaan lahan dan air untuk 2 (dua) jenis budidaya. Sawah yang dapat digunakan untuk minapadi adalah sawah irigasi karena memiliki jaminan ketersediaan air yang kontinyu.

Upaya pengembangan budidaya ikan perlu dilakukan berdasarkan informasi mengenai potensi kawasan-kawasan untuk budidaya tersebut. Ketersediaan data dan informasi mengenai kawasan yang berpotensi untuk budidaya dirasakan masih sangat sedikit. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan informasi mengenai wilayah potensial pengembangan budidaya ikan air tawar, khususnya di kolam dan sawah. Hal ini bertujuan agar peran dan potensi perikanan di Kabupaten Cianjur mampu mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan serta menciptakan ketahanan pangan masyarakat. 1.2 Perumusan Masalah

Produksi ikan di Kabupaten Cianjur bergantung pada produksi ikan di KJA Waduk Cirata. Kualitas lingkungan Waduk Cirata yang menurun dikhawatirkan dapat mengurangi produksi ikan di Kabupaten Cianjur. Pemilihan kolam dan sawah (minapadi) sebagai alternatif budidaya ikan di KJA Waduk Cirata didasarkan pada produksi kedua media pemeliharaan tersebut yang cukup tinggi. Jumlah produksi ikan sistem minapadi pada tahun 2011 di Kabupaten Cianjur bahkan menjadi yang paling besar dibandingkan dengan kabupaten lain di Provinsi Jawa Barat.


(25)

Upaya pengembangan budidaya ikan di kolam dan sawah hendaknya dilakukan pada lahan yang sesuai. Effendi (2009) menyatakan bahwa jenis media yang akan digunakan dalam pengembangan budidaya hendaknya disesuaikan dengan potensi suatu wilayah. Oleh karena itu, kawasan perikanan yang potensial yaitu berupa lahan yang sesuai untuk lokasi kolam dan sawah perlu diketahui. Lokasi yang layak akan menjamin keberlanjutan usaha budidaya, meminimalkan dampak terhadap lingkungan dan meningkatkan produktivitas.

Pemahaman terhadap karakteristik dan potensi yang ada di Kabupaten Cianjur merupakan hal yang penting dalam merumuskan arahan pengembangan wilayah. Selain potensi berupa lahan yang sesuai untuk kolam dan sawah, setiap kecamatan perlu mengembangkan komoditas perikanan yang unggul.

Pengembangan perikanan budidaya air tawar hendaknya dilakukan dalam kerangka pengembangan wilayah. Wilayah yang berkembang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan antara sektor ekonomi wilayah, dalam arti terjadi transfer input

dan output barang dan jasa antar sektor yang sangat dinamis (Rustiadi et al. 2011). Sektor perikanan memerlukan sektor lain, demikian juga sebaliknya. Oleh karena itu, pengembangan sektor perikanan perlu diarahkan agar tercipta keterkaitan dengan sektor lain. Informasi mengenai keterkaitan antara sektor perikanan dan sektor lainnya perlu diketahui sebagai bahan bagi perencanaan pengembangan perikanan.

Memperhatikan beberapa hal di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Wilayah mana yang saat ini digunakan untuk kawasan perairan tawar dan sawah irigasi?

2. Bagaimana penyebaran potensi wilayah untuk lokasi pengembangan budidaya ikan air tawar, berdasarkan kesesuaian dan ketersediaan lahan untuk:

a) Kolam;

b) Minapadi berbasis kesesuaian lahan untuk padi sawah dan berdasar daerah irigasi.

3. Komoditas perikanan apa yang menjadi unggulan dalam mendukung pengembangan budidaya ikan air tawar di setiap kecamatan?

4. Bagaimana keterkaitan antara sektor perikanan dan sektor lainnya dalam kaitannya dengan pengembangan wilayah?

5. Bagaimana arahan untuk mengembangkan budidaya ikan air tawar?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah:

1. Mengidentifikasi wilayah eksisting untuk kawasan perairan tawar dan sawah irigasi;

2. Menganalisis penyebaran potensi wilayah untuk lokasi pengembangan budidaya ikan air tawar, berdasarkan kesesuaian dan ketersediaan lahan untuk:

a. Kolam;

b. Minapadi berbasis kesesuaian lahan untuk padi sawah dan berdasar ketersediaan jaringan irigasi.


(26)

3. Menganalisis komoditas unggulan perikanan untuk mendukung pengembangan budidaya ikan air tawar di setiap kecamatan;

4. Menganalisis keterkaitan sektor perikanan dengan sektor-sektor lain dalam kaitannya dengan perkembangan wilayah;

5. Merumuskan arahan pengembangan perikanan budidaya ikan air tawar.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur dalam perencanaan pengembangan perikanan budidaya ikan air tawar maupun bagi pembudidaya yang akan melaksanakan kegiatan perikanan di Kabupaten Cianjur.

1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Penelitian ini mencakup pengembangan perikanan budidaya air tawar, yang diarahkan untuk budidaya ikan di kolam dan sawah (minapadi). Analisis dalam penelitian ini tidak memasukkan budidaya ikan di KJA Waduk Cirata. Analisis yang digunakan meliputi identifikasi wilayah eksisting untuk kawasan perairan tawar dan sawah irigasi, analisis kesesuaian lahan untuk kolam dan minapadi, analisis komoditas ikan unggulan setiap kecamatan, analisis keterkaitan antar sektor ekonomi dan analisis A’WOT untuk merumuskan arahan pembangunan perikanan budidaya air tawar di Kabupaten Cianjur. A’WOT merupakan metode yang menggunakan AHP (Analytical Hierarchy Process) dan SWOT (Strength – Weakness – Opportunity – Threat). Penentuan objek penelitian maupun responden ditentukan dengan metode purposive sampling berdasarkan pertimbangan efektivitas dan kemudahan dalam pencapaian tujuan penelitian.

1.6 Kerangka Pemikiran

Pemilihan lokasi merupakan faktor kunci dalam kegiatan perikanan budidaya karena mempengaruhi keberhasilan dan keberlanjutan usaha budidaya. Informasi mengenai lokasi yang berpotensi untuk budidaya merupakan faktor penting dalam pengembangan perikanan. Oleh karena itu, perlu diketahui kawasan perikanan yang potensial yaitu berupa lahan yang sesuai untuk lokasi budidaya ikan di kolam dan sawah (minapadi). Hossain dan Das (2010) menyatakan bahwa pemilihan lokasi merupakan kegiatan untuk memutuskan penggunaan yang rasional dari sebuah lahan. Rasional dalam penggunaan lahan berarti menempatkan sebidang lahan sesuai dengan potensinya. Lokasi yang sesuai untuk pengembangan budidaya akan meminimalkan dampak terhadap lingkungan sekitar dan meningkatkan perekonomian masyarakat (GESAMP 2001 dalam

Radiarta et al. 2010) serta mengurangi konflik penggunaan lahan dan air (Hossain

et al. 2009). Selain itu, pemilihan lokasi merupakan bentuk kontrol dan pengelolaan dalam pengembangan perikanan (Radiarta et al. 2008).


(27)

Pengembangan sektor perikanan budidaya air tawar

Wilayah eksisting kawasan perairan tawar (kolam) dan

sawah irigasi yang potensial untuk minapadi

komoditas unggulan perikanan setiap kecamatan

Keterkaitan antar sektor ekonomi

Kesesuaian dan ketersediaan lahan untuk lokasi: (a) Kolam dan (b) minapadi (berdasar kesesuaian lahan untuk padi sawah dan jaringan irigasi)

Analisis A’WOT

Arahan Pengembangan Perikanan Budidaya Ikan Air Tawar di Kabupaten Cianjur

Kolam dan sawah merupakan media pemeliharaan ikan yang banyak dipilih oleh pembudidaya di Kabupaten Cianjur, ditunjukkan oleh tingginya jumlah tenaga kerja yang membudidayakan ikan di kolam dan sawah (minapadi). Pemilihan lokasi dilakukan melalui analisis kesesuaian lahan agar mendapatkan lokasi yang sesuai untuk kolam dan minapadi. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam analisis kesesuaian lahan adalah melalui aplikasi Sistem Informasi Geografis (Nath et al. 2000).

Selain analisis terhadap kesesuaian lahan, dalam pengembangan budidaya diperlukan juga analisis terhadap komoditas unggulan perikanan. Analisis yang dapat digunakan antara lain adalah analisis LQ (Location Quotient) dan SS (Shift Share) untuk mendapatkan komoditas perikanan yang memiliki keunggulan, baik keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif. Komoditas yang unggul apabila dibudidayakan pada lahan yang sesuai akan memberikan keuntungan bagi pembudidaya.

Upaya pengembangan wilayah tidak terlepas dari keterkaitan antara input

-output sektor-sektor yang ada di Kabupaten Cianjur. Untuk itu, perlu pula dilihat keterkaitan antar sektor di Kabupaten Cianjur. Analisis ini menghasilkan sektor-sektor apa saja yang berkaitan dengan perikanan dan bagaimana keterkaitan tersebut. Secara rinci kerangka pemikiran penelitian disajikan pada Gambar 1.


(28)

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengembangan Wilayah

Wilayah menurut Undang-Undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang didefinisikan sebagai ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional. Rustiadi et al. (2011) berpandangan bahwa kerangka klasifikasi konsep wilayah yang mampu menjelaskan berbagai konsep wilayah yang dikenal selama ini adalah: (1) wilayah homogen (uniform); (2) wilayah sistem/fungsional; dan (3) wilayah perencanaan/pengelolaan (planning region atau programming region). Penetapan wilayah perencanaan/pengelolaan salah satunya adalah pewilayahan komoditas, berdasarkan faktor alamiah dan non alamiah. Konsep pewilayahan komoditas diawali oleh kegiatan evaluasi sumberdaya alam seperti evaluasi kesesuaian lahan (land suitability) atau kemampuan lahan (land capability). Adanya sistem pewilayahan komoditas diharapkan dapat meningkatkan efisiensi sistem produksi dan distribusi komoditas.

Pengembangan wilayah tidak terlepas dari penggunaan/pemanfaatan sumberdaya. Oleh karena itu, pengembangan wilayah memerlukan perencanaan penggunaan lahan yang strategis agar dapat memberikan keuntungan ekonomi wilayah (strategic land-use development planning). Perencanaan penggunaan lahan merupakan salah satu kegiatan dalam upaya mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lahan. Tujuannya untuk mengetahui potensi pengembangan wilayah dan daya dukung wilayah melalui proses inventarisasi dan penilaian keadaan/kondisi lahan, potensi dan pembatas-pembatas suatu daerah tertentu (Djakapermana 2010). Pemanfaatan sumberdaya alam dilakukan dengan memberdayakan masyarakat dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat (Zen 2001).

Selanjutnya, Tarigan (2010) mengungkapkan bahwa pendekatan sektoral dilaksanakan dengan memfokuskan perhatian pada sektor-sektor kegiatan di wilayah tersebut. Pendekatan ini mengelompokkan kegiatan ekonomi atas sektor-sektor yang seragam atau dianggap seragam. Pendekatan kewilayahan dilakukan bertujuan melihat pemanfaatan ruang serta interaksi berbagai kegiatan dalam ruang wilayah sehingga terlihat perbedaan fungsi ruang yang satu dengan ruang yang lainnya. Perbedaan fungsi tersebut terjadi karena perbedaan lokasi, perbedaan potensi, dan perbedaan aktivitas utama pada masing-masing ruang yang harus diarahkan untuk bersinergi agar saling mendukung penciptaan pertumbuhan yang serasi dan seimbang.

2.2 Perikanan Budidaya Air Tawar

Effendi (2009) menyatakan bahwa budidaya ikan adalah kegiatan untuk memproduksi biota (organisme) akuatik di lingkungan terkontrol dalam rangka mendapatkan keuntungan. Kegiatan budidaya dicirikan oleh adanya campur tangan manusia untuk menciptakan produktivitas perairan melalui kegiatan budidaya. Kegiatan budidaya meliputi pemeliharaan untuk reproduksi,


(29)

menumbuhkan (growth) dan meningkatkan mutu biota akuatik. Berbeda dengan kegiatan penangkapan ikan yang hanya memanen ikan dari alam, pemanenan ikan dalam budidaya dilakukan setelah kegiatan pemeliharaan ikan yang mencakup persiapan wadah pemeliharaan, penebaran benih, pemberian pakan, pengelolaan kualitas air serta penanganan hama dan penyakit.

Budidaya perikanan dicirikan oleh jenis media budidaya dan komoditas yang bervariasi. Beragamnya jenis media dan komoditas budidaya perikanan merupakan potensi yang besar dan diharapkan mampu menjadi pendukung ketersediaan pangan bagi masyarakat. Jenis media yang akan digunakan dalam pengembangan budidaya hendaknya disesuaikan dengan potensi suatu wilayah (Effendi 2009).

Kegiatan perikanan budidaya dapat dilakukan di air laut, air payau maupun air tawar selama masih ditemukan sumber air yang memadai secara kualitas dan kuantitas. Pembagian menjadi air tawar, air payau dan air laut ditentukan berdasarkan kadar garamnya (salinitas). Air tawar memiliki salinitas 0-5 ppt (part per thousand), air payau 6-29 ppt dan air laut 30-35 ppt. Berdasarkan wadah produksinya, perikanan budidaya dapat dilakukan secara closed system maupun

open system. Kedua sistem tersebut dicirikan oleh ada tidaknya pembatas antara unit budidaya dengan perairan sebagai sumber air. Contoh pembudidayaan secara closed system adalah budidaya ikan di kolam air tenang, kolam air deras, tambak dan sawah. Contoh pembudidayaan secara open system adalah budidaya ikan di jaring apung, karamba dan kombongan.

Kegiatan budidaya ikan tidak terlepas dari ketersediaan air dan lahan. Budidaya ikan mempunyai nilai strategis dalam meningkatkan pendapatan petani mengingat budidaya perikanan air tawar lebih terkonsentrasi di daerah perdesaan yang memiliki sumber air yang cukup. Pemilihan wadah budidaya yang digunakan disesuaikan dengan potensi daerah. Beberapa wadah budidaya yang banyak di gunakan adalah budidaya ikan di kolam dan sawah (minapadi).

2.2.1 Budidaya Ikan di Kolam

Lahan yang cocok untuk budidaya ikan di kolam adalah lahan yang memiliki sumber air, baik dari sungai, air irigasi maupun sumber mata air. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam memilih lahan untuk kolam adalah:

- Sumber air. Lokasi harus memiliki sumber air yang memadai;

- Jenis tanah dan kemiringan. Tanah harus mampu menahan massa dan tidak mudah bocor. Akan tetapi, syarat ini tidak berlaku bila kolam dibuat permanen. Faktor kemiringan akan berpengaruh terhadap kemudahan dalam pengairan air secara gravitasi;

- Kualitas air. Air untuk budidaya ikan adalah air yang tidak tercemar. Kualitas air untuk kegiatan budidaya ditentukan oleh kualitas dari sumber air yang digunakan. Air selalu menjadi faktor pembatas dalam produksi ikan skala komersial. Oleh karena itu, kondisi kualitas perairan perlu diketahui secara baik guna memantau kemungkinan terjadinya pencemaran terhadap sumber air yang digunakan (Swann 1996 dalam Radiarta et al. 2010).

Budidaya ikan di kolam dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu kolam air tenang dan kolam air deras. Kolam air tenang merupakan media pemeliharaan ikan yang di dalamnya terdapat air yang bersifat menggenang (stagnant), berbeda


(30)

dengan kolam air deras dimana kolam didesain agar memungkinkan terjadinya aliran air (flowtrough) dalam pemeliharaan ikan dengan padat penebaran yang tinggi (Effendi 2009). Kolam juga bisa diklasifikasikan berdasarkan jenis dasar kolam, yaitu kolam tanah, kolam semen dan kolam terpal. Kolam tanah merupakan jenis kolam yang banyak digunakan untuk budidaya ikan di Kabupaten Cianjur. Kolam tersebut memiliki dinding dan dasar berupa tanah. Tipe kolam ini cukup banyak pemilihnya bahkan cenderung paling populer di kalangan petani ikan karena pembuatannya cukup mudah dan sederhana yaitu hanya menggali tanah dan mengisinya dengan air. Meskipun ada juga kolam tanah yang terjadi secara alami dan siap digunakan untuk memelihara ikan.

2.2.2 Budidaya Ikan di Sawah

Minapadi adalah sistem budidaya terpadu antara ikan dan padi di sawah. Minapadi dapat dilakukan secara tumpang sari (ikan bersama padi), penyelang (saat menunggu tanam padi) dan palawija (di sawah lahan kering yang sebagian digenangi air) (Koesoemadinata 2003 dalam Yamin dan Haryadi 2010). Sistem minapadi memungkinkan petani bisa mendapatkan beberapa keuntungan diantaranya meningkatnya produktifitas lahan dan bertambahnya pendapatan dari panen padi dan ikan.

Dalam sistem minapadi, setelah proses pengolahan tanah sambil menunggu waktu tanam, lahan ditanami benih ikan dan dipelihara selama 30-40 hari. Selanjutnya ikan dipanen dan dilakukan penanaman padi. Penanaman benih ikan selanjutnya baru dilakukan beberapa hari kemudian dan dilakukan pemeliharaan selama 30-40 hari. Dengan demikian dalam sekali siklus budidaya minapadi dapat dilakukan pemanenan ikan 2 (dua) kali dan pemanenan padi 1 (satu) kali. Penerapan sistem minapadi dapat menekan pertumbuhan gulma, mengurangi serangan hama dan penyakit serta meningkatkan jumlah musuh alami bagi hama tanaman (Lu dan Li 2006 dalam Yamin dan Haryadi 2010). Hal ini disebabkan karena benih ikan memakan plankton dan organisme kecil lain yang terdapat di air termasuk telur dan larva hama padi. Hal ini menguntungkan karena ikan yang dipelihara memperoleh makanan tambahan. Selain itu, berkurangnya aplikasi pestisida dalam budidaya minapadi memberi keuntungan lain karena mendorong berkembangnya musuh alami bagi hama padi. Dengan berkurangnya aplikasi pestisida selain memberi keuntungan bagi petani dengan berkurangnya biaya produksi, juga memberi keuntungan bagi kesehatan manusia dan pelestarian lingkungan.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah mengembangkan

program ”gerakan sejuta hektar mina padi” atau disingkat GENTANADI.

Program tersebut dapat meningkatkan produksi ikan nasional dan kesejahteraan masyarakat khususnya petani. Agar kondisi lahan sawah ideal bagi budidaya minapadi maka beberapa modifikasi perlu dilakukan. Pada dasarnya modifikasi yang dilakukan adalah untuk memperdalam area bagi budidaya ikan tanpa membuat tanaman padi tergenang lebih dalam serta meminimalkan akses ikan masuk lokasi budidaya padi. Paling tidak ada empat perbaikan fisik untuk budidaya minapadi yaitu: (1) meningkatkan tinggi pematang sehingga meningkatkan tinggi genangan dan meminimalkan kerusakan bila lokasi terendam air; (2) memasang jaring atau pembatas sehingga ikan tidak melarikan diri serta


(31)

melindungi dari masuknya predator; (3) melakukan pengeringan; dan (4) membuat daerah yang lebih dalam untuk perlindungan ikan.

2.3 Evaluasi Sumberdaya Lahan

Evaluasi lahan merupakan proses penilaian potensi suatu lahan untuk penggunaan–penggunaan tertentu. Hasil evaluasi lahan digambarkan dalam bentuk peta sebagai dasar perencanaan tataguna lahan sehingga dapat digunakan secara optimal dan lestari. Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya dapat menimbulkan terjadinya kerusakan lahan. Inti dari evaluasi lahan adalah membandingkan persyaratan yang diminta oleh tipe penggunaan lahan yang akan diterapkan, sesuai dengan sifat-sifat atau kualitas lahan yang dimiliki oleh lahan yang akan digunakan. Dengan demikian, akan diketahui potensi lahan atau kelas kesesuaian/kemampuan lahan untuk tipe penggunaan lahan tersebut (Hardjowigeno dan Widiatmaka 2011). Logika dilakukannya evaluasi lahan adalah:

1. Sifat lahan beragam, sehingga perlu dikelompokkan ke dalam satuan-satuan yang lebih seragam, yang memiliki potensi yang sama;

2. Keragaman ini mempengaruhi jenis-jenis penggunaan lahan yang sesuai untuk masing-masing satuan lahan;

3. Keragaman ini bersifat sistematik sehingga dapat dipetakan;

4. Kesesuaian lahan untuk penggunaan tertentu dapat dievaluasi dengan ketepatan tinggi bila data yang diperlukan untuk evaluasi cukup tersedia dan berkualitas baik;

5. Pengambil keputusan atau pengguna lahan dapat menggunakan peta kesesuaian lahan sebagai salah satu dasar untuk mengambil keputusan dalam perencanaan tataguna lahan.

Analisis kesesuaian lahan untuk pengembangan ikan air tawar telah dilakukan untuk beberapa jenis komoditas, diantaranya Ikan Mas (Hossain et al. 2009) dan Ikan Lele (Radiarta et al. 2012). Analisis kesesuaian lahan dapat dibangun dari kriteria yang spesifik untuk budidaya, meliputi karakteristik lingkungan (fisik dan biologi), sosial-ekonomi dan fasilitas pendukung (Radiarta

et al. 2010). Hossain et al. (2009) menyatakan bahwa prosedur penentuan pengembangan akuakultur seharusnya mencakup parameter-parameter kualitas air, kualitas tanah, dan faktor sosial-ekonomi. Nath et al. (2000) menyebutkan bahwa kesesuaian lahan untuk perikanan dapat disusun berdasarkan kriteria biofisik, sosial-infrastruktur dan constraint. Pengembangan akuakultur yang tidak sesuai dengan potensi lahan menyebabkan terjadinya over exploitation dan ketidakberlanjutan penggunaan sumberdaya tersebut (Radiarta et al. 2008).

Klasifikasi kesesuaian lahan menurut sistem FAO (1976) dibagi menjadi 4 (empat) kategori yaitu ordo, kelas, sub-kelas dan unit. Hasil analisis kesesuaian lahan pada tingkat kelas dikelompokan menjadi 5 (lima) kelas, yaitu:

1. S1: sangat sesuai (very suitable), lahan tidak mempunyai pembatas yang besar dan tidak menurunkan produktivitas secara nyata;

2. S2: cukup sesuai (suitable), lahan mempunyai faktor pembatas yang agak besar dan berpengaruh terhadap produktivitas serta meningkatkan input (masukan) yang diperlukan;


(32)

3. S3: sesuai marginal (marginally suitable), lahan mempunyai faktor pembatas yang berat dan berpengaruh terhadap produktivitas serta meningkatkan input

(masukan) yang diperlukan;

4. N1: tidak sesuai saat ini (currently not suitable), lahan mempunyai kesulitan yang dapat mencegah penggunaan lahan untuk budidaya. Lahan tidak sesuai karena faktor fisik (lereng sangat curam, dan lain sebagainya) dan secara ekonomi (keuntungan yang didapat lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan). 5. N2: tidak sesuai untuk selamanya (permanently not suitable), lahan

mempunyai pembatas permanen yang mencegah kemungkinan penggunaan lahan yang lestari dalam jangka panjang.

2.4 Keterkaitan Sektor Perekonomian

Wilayah yang berkembang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan antara sektor ekonomi wilayah, dalam arti terjadi tranfer input-output barang dan jasa antar sektor yang sangat dinamis. Secara institusional keterpaduan sektoral tidak hanya mencakup hubungan antar lembaga sektoral pemerintahan tetapi juga antara pelaku-pelaku ekonomi (swasta dan masyarakat) secara luas dengan latar sektoral yang berbeda (Rustiadi et al. 2011). Akibat keterbatasan sumberdaya yang tersedia, maka dalam suatu perencanaan pembangunan diperlukan adanya skala prioritas pembangunan. Dari sudut dimensi sektor pembangunan, suatu skala prioritas didasarkan atas pemahaman bahwa: (1) setiap sektor memiliki sumbangan langsung dan tidak langsung yang berbeda terhadap pencapaian sasaran-sasaran pembangunan (penyerapan tenaga kerja, pendapatan wilayah dan lain-lain); (2) setiap sektor memiliki keterkaitan dengan sektor-sektor lainnya dengan karakteristik yang berbeda-beda; dan (3) aktivitas sektoral tersebar secara tidak merata dan spesifik, beberapa sektor cenderung memiliki aktivitas yang terpusat dan terkait dengan sebaran sumberdaya alam, buatan (infrastruktur) dan sosial yang ada.

Karakteristik struktur ekonomi wilayah yang ditunjukkan dengan distribusi sumbangan sektoral serta keterkaitan sektoral perekonomian wilayah, secara teknis dapat dijelaskan dengan menggunakan Analisis Input-Output (I-O). Menurut Nugroho dan Dahuri (2012), kelebihan penerapan pendekatan model I-O antara lain:

a. Memberikan deskripsi detail mengenai pertumbuhan ekonomi dengan melihat ketergantungan antar sektor dan sumber dari ekspor maupun impor;

b. Mampu menghitung besaran output dari setiap sektor dan kebutuhan inputnya pada permintaan akhir tertentu;

c. Dapat menelusuri setiap perubahan permintaan akhir;

d. Mampu mengintegrasikan perubahan teknologi dan harga melalui perubahan koefisien teknologi.

2.5 Sistem Informasi Geografis (SIG)

Sistem Informasi Geografi (SIG) adalah suatu sistem informasi yang dirancang untuk bekerja menggunakan data terreferensi dengan


(33)

koordinat-koordinat spasial atau geografis. Pendekatan utama dalam pemanfaatan SIG adalah berpikir spasial dan bertindak spasial, sehingga seluruh data dan informasi hasil olahan SIG harus berbasis spasial dan disajikan dalam bentuk spasial. Sistem yang ada di dalam SIG terdiri atas 4 (empat) kategori, yaitu perangkat keras (seluruh peralatan yang digunakan mulai dari perencanaan sampai pencetakan peta), perangkat lunak (seluruh program komputer yang digunakan untuk mengolah dan menampilkan data spasial), data (seluruh kumpulan data berbentuk spasial maupun non-spasial) dan organisasi (organisasi atau instansi dimana SIG dibangun termasuk pengelola dan pengguna) (Baja 2012).

Teknologi SIG dapat mempermudah para perencana untuk mendukung pengambilan keputusan yang bersifat spasial karena memiliki kemampuan yang sangat baik untuk menangani masalah-masalah spasial yang sangat kompleks serta memberikan alternatif solusi terbaik terhadap permasalahan yang terjadi (Marquez dan Maheepala 1996). Perencanaan pengelolaan dan pengambilan keputusan harus berdasarkan data dan informasi yang akurat tentang kondisi lahan. Hossain

et al. (2009) menyatakan bahwa SIG dapat berfungsi untuk mengolah data spasial dan menggambarkan hasil analisis kesesuaian lahan. Analisis kesesuaian lahan digunakan untuk menentukan apakah lahan tersebut sesuai atau tidak untuk peruntukan lahan secara spesifik.

Aplikasi SIG dalam pengambilan keputusan berkriteria ganda sangat besar peranannya dalam pengelolaan basis data, analisis berbasis spasial, penampilan luaran hasil analisis, dan fungsi-fungsi SIG lainnya. Analisis MCE seringkali diintegrasikan dengan SIG karena merupakan teknik yang sangat baik dalam manajemen dan perencanaan ruang serta memiliki kemampuan dalam menangani masalah-masalah spasial (Lawal et al. 2011).

2.6 Analisis Multi-Criteria Evaluation (MCE)

Salah satu metode yang umum yang dapat digunakan untuk melakukan evaluasi lahan adalah evaluasi multi-kriteria (Multi-Criteria Evaluation/MCE), dimana kesesuaian lahan maupun alokasi penggunaan lahan untuk tujuan tertentu diuji berdasarkan pada pemikiran ataupun kriteria yang ditetapkan. Analisis MCE secara umum didefinisikan sebagai sebuah metode atau pendekatan evaluasi berdasarkan beberapa kriteria untuk memudahkan pengambilan keputusan. Tujuan utama metode MCE adalah untuk membandingkan berbagai alternatif berdasarkan banyak kriteria dan konflik (Voogd 1983 dalam Hossain et al. 2009).

Permasalahan yang berhubungan dengan penggunaan lahan memerlukan evaluasi berdasarkan beberapa kriteria. Prosedur yang paling umum untuk integrasi MCE dan GIS dalam analisis kesesuaian lahan adalah menggunakan

Weighted Linear Combination (WLC). Pada pendekatan ini, informasi lahan ditransformasikan ke dalam 1 (satu) set faktor pada area studi. Faktor-faktor ini digabungkan dengan menetapkan faktor bobot masing-masing, diikuti dengan penjumlahan overlay untuk mendapatkan peta kesesuaian. Peta dapat digunakan secara langsung atau melalui prosedur analisis obyektif dan diterapkan untuk mengalokasikan beberapa daerah sesuai dengan peringkat tertinggi, mencakup penilaian faktor dan bobot (Ismail 2009 dalam Ariani 2012). Prosedur evaluasi


(34)

multi-kriteria merupakan prosedur yang bersifat hibrid karena mengkombinasikan keahlian para ahli dan pengguna akhir.

Analisis MCE diawali dengan proses identifikasi dan persiapan terhadap kriteria yang akan digunakan. Tahap selanjutnya adalah menghitung dan mengkuantifikasi pengaruh relatif/signifikansi dari masing-masing kriteria. Seringkali masing-masing kriteria memiliki pengaruh yang berbeda terhadap hasil yang dikeluarkan. Untuk mengetahui besaran pengaruh kuantitatif dari masing-masing kriteria, setiap kriteria harus diurutkan berdasarkan tingkat pengaruhnya dengan menggunakan prosedur pengurutan/rangking dan pembobotan/weighting. Penetapan rangking dan bobot dalam analisis multikriteria ini merupakan bagian yang paling sulit sehingga memerlukan proses diskusi, verifikasi lapang dan modifikasi yang berulang untuk mendapatkan hasil yang baik (Luo 2009 dalam

Shiddiq 2011). Beberapa prosedur pengurutan dan pembobotan diantaranya adalah rating, rangking, dan pairwise comparison. Ketiga metode ini hanya menghasilkan perkiraan relatif dari nilai bobot sehingga semakin besar jumlah kriterianya semakin kecil kecocokan metodenya. Metode ini sebaiknya hanya digunakan pada kasus dimana jumlah kriterianya hanya sedikit.

3 METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat pada Bulan Juli sampai Oktober 2013. Kabupaten Cianjur memiliki luas 361.944 ha dengan 32 kecamatan. Secara geografis dan morfologi wilayah, Kabupaten Cianjur dibedakan dalam 3 (tiga) bagian yaitu wilayah Cianjur bagian utara, bagian tengah dan bagian selatan.

3.2 Jenis Data dan Alat

Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer berupa data yang diperoleh langsung dari responden melalui penyebaran kuesioner dan wawancara untuk analisis kesesuaian lahan untuk kolam dan analisis A’WOT, pengecekan lapang untuk analisis kesesuaian lahan (kolam dan minapadi) serta pengambilan sampel air sungai untuk pengujian kualitas air sungai. A’WOT merupakan kombinasi metode AHP (Analytical Hierarchy Process) dan SWOT (Strength – Weakness – Opportunity – Threat). Data sekunder yang digunakan dalam penelitian berupa peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) sebagai peta dasar, peta-peta tematik, laporan–laporan, literatur dan publikasi.

Alat-alat yang digunakan antara lain GPS (Global Positioning System), kamera digital, ArcGIS 9.3, Microsoft Office 2007 serta formulir wawancara dan kuesioner.


(35)

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data untuk menganalisis wilayah eksisting untuk kolam dan sawah irigasi yang potensial untuk minapadi diperoleh melalui pengumpulan data sekunder. Data sekunder berupa peta penggunaan lahan tahun 2011 yang bersumber dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Cianjur. Wilayah eksisting untuk kolam pada penelitian ini berupa kawasan perairan tawar sesuai data yang tersedia pada peta penggunaan lahan tahun 2011. Kawasan perairan tawar diasumsikan sebagai lokasi yang dapat digunakan untuk kolam.

Data untuk menganalisis lahan yang sesuai untuk kolam diperoleh melalui pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer berupa pendapat pakar untuk penyusunan kriteria lokasi yang sesuai untuk kolam, pengecekan lapang dan pengambilan sampel air sungai. Responden terdiri dari 4 (empat) orang akademisi dan 1 (satu) orang pembudidaya ikan yang berkompeten dalam bidang perikanan. Data sekunder berupa Peta RBI (Bakosurtanal 2001), peta-peta tematik, laporan, literatur dan publikasi. Peta-peta tematik yang digunakan antara lain Peta Penggunaan Lahan tahun 2011 (Bappeda 2011a), Peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Cianjur (Bappeda 2011b), Curah Hujan (Bappeda 2011c), Peta Sungai (Bappeda 2011d), Peta Jaringan Jalan (Bappeda 2011e), Peta Tanah (Bappeda 2011f) dan Peta Kelerengan (analisis dari peta kontur, Bakosurtanal 2001).

Analisis lokasi yang sesuai untuk minapadi dilakukan menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan adalah data hasil pengecekan lapang. Data sekunder yang digunakan meliputi Peta RBI, peta-peta tematik, laporan, literatur dan publikasi. Peta-peta tematik yang digunakan antara lain Satuan Peta Lahan (SPL) dari Peta Sumberdaya Tanah Pulau Jawa dan Madura (Puslittanak 2011), Peta Penggunaan Lahan tahun 2011 (Bappeda 2011a), Peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Cianjur (Bappeda 2011b), Peta Curah Hujan (Bappeda 2011c), Peta Daerah Irigasi (Bappeda 2011g) dan Peta Kelerengan (analisis dari peta kontur, Bakosurtanal 2001). Kesesuaian lahan untuk minapadi dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan analisis kesesuaian lahan untuk padi sawah dan ketersediaan daerah irigasi.

Analisis komoditas unggulan perikanan setiap kecamatan di Kabupaten Cianjur menggunakan data sekunder, yaitu nilai produksi perikanan selama 5 (lima) tahun dari tahun 2007-2011. Data bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Cianjur dan Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan (Disnakanla) Kabupaten Cianjur. Analisis yang digunakan untuk menentukan komoditas unggulan perikanan pada penelitian ini yaitu analisis Location Quotient

(LQ) dan Shift Share (SS). Analisis ini akan menghasilkan komoditas unggulan perikanan baik komparatif maupun kompetitif pada setiap kecamatan.

Data untuk menganalisis keterkaitan antar sektor perikanan dan sektor-sektor lain dikumpulkan melalui tabel Input-Output Kabupaten Cianjur tahun 2010 yang bersumber dari Bappeda Kabupaten Cianjur. Analisis tersebut dapat digunakan untuk melihat sektor-sektor apa saja yang yang berperan sebagai input

bagi sektor perikanan untuk mengembangkan sektor perikanan tersebut dan sektor apa saja yang menggunakan output dari sektor perikanan sebagai input bagi kegiatan usahanya.


(36)

Data untuk merumuskan strategi pengembangan perikanan budidaya air tawar dikumpulkan melalui metode A’WOT yang merupakan kombinasi antara metode AHP dan SWOT. Dengan metode ini, data dikumpulkan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah kegiatan pengumpulan faktor SWOT yang meliputi faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman). Data yang digunakan pada tahap pertama ini diperoleh dari studi literatur dan wawancara dengan stakeholder. Tahap kedua bertujuan untuk memperoleh bobot dan rating dari tiap-tiap faktor internal dan eksternal seperti metode AHP. Responden dipilih sebanyak 7 (tujuh) orang yang merupakan tokoh-tokoh kunci (key informan) meliputi petani ikan (2 orang), Bappeda (1 orang), Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan (2 orang), anggota legislatif (1 orang) dan akademisi (1 orang). Data untuk merumuskan arahan pengembangan perikanan budidaya air tawar disusun berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya.

3.4 Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri identifikasi wilayah eksisting kolam dan sawah irigasi, kesesuaian lahan untuk kolam dan minapadi, komoditas unggulan perikanan setiap kecamatan, inputoutput dan

A’WOT untuk merumuskan arahan pengembangan perikanan di Kabupaten

Cianjur. Matriks analisis penelitian dan bagan alir penelitian disajikan pada Gambar 2 dan Tabel 1.

3.4.1 Identifikasi Wilayah Eksisting untuk Kawasan Perairan Tawar dan Sawah Irigasi

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui wilayah eksisting penggunaan lahan untuk kawasan perairan tawar dan sawah irigasi. Sawah irigasi merupakan lahan yang dapat digunakan untuk budidaya ikan sistem minapadi. Identifikasi dilakukan dengan menggunakan data sekunder berupa peta penggunaan lahan tahun 2011 yang bersumber dari Bappeda Kabupaten Cianjur.

3.4.2 Analisis Kesesuaian Lahan untuk Kolam dan Minapadi

Analisis kesesuaian lahan untuk kolam dan minapadi merupakan proses penilaian kesesuaian tanah dan air yang akan digunakan untuk budidaya ikan. Analisis ini menghasilkan data atau informasi mengenai kelas-kelas kesesuaian lahan, kendala-kendala dan luasan lahan yang potensial sesuai untuk dikembangkan. Kelas kesesuaian lahan yang akan digunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi empat kelas yaitu S1 (sangat sesuai), S2 (cukup sesuai), S3 (sesuai marginal) dan N (tidak sesuai).


(37)

Peta kesesuaian lahan untuk minapadi Peta penggunaan lahan,

kelerengan, tekstur tanah, curah hujan, jaringan jalan dan

sungai

SPL

Peta kesesuaian dan ketersediaan lahan untuk kolam dan minapadi

Arahan Pengembangan Budidaya Ikan Air Tawar di Kabupaten Cianjur

Analisis

A’WOT

MCE

Peta kesesuaian lahan untuk

padi sawah

Analisis komoditas unggulan perikanan Analisis Input Output

Kriteria kesesuaian lahan untuk padi sawah

Peta jaringan

irigasi Peta sebaran lahan untuk sawah

irigasi Peta sebaran lahan untuk kawasan

perairan tawar

Peta kesesuaian lahan untuk kolam

Peta RTRW


(38)

Tabel 1. Matrik analisis penelitian

No Tujuan Jenis Data Sumber Data

Analisis

Data Output

1 Mengidentifikasi wilayah untuk kawasan perairan tawar dan sawah irigasi

- Peta penggunaan lahan

- Bappeda Kabupaten Cianjur

- SIG - Peta sebaran kawasan perairan tawar - Peta sebaran

sawah irigasi 2 Menganalisis

kesesuaian dan ketersediaan lahan untuk :

a.Kolam; b. Minapadi

berdasar kesesuaian lahan untuk padi sawah dan berdasar jaringan irigasi

- Hasil wawancara

-SPL Kabupaten Cianjur -Peta RBI -Peta kelerengan - Peta curah

hujan -Peta land

system - Peta tanah -Peta sungai -Peta jaringan

jalan -Peta daerah

irigasi -Peta RTRW -Peta hasil

analisis tujuan 1

- Akademisi dan

pembudidaya - Puslittanak - Bakosurtanal - Hasil analisis - Bappeda - Bappeda - Bappeda - Bappeda - Bappeda - Bappeda - Bappeda - Hasil analisis

sebelumnya

- MCE (Weighted Analysis & AHP) - Analisis kesesu- aian lahan - SIG

- Hasil pembobotan faktor dan sub-faktor

- Peta kekesuaian dan

ketersediaan lahan untuk kolam dan minapadi - Luas wilayah

yang sesuai dan tersedia untuk kolam dan minapadi

3 Menganalisis komoditas unggulan

perikanan setiap kecamatan

- Data produksi ikan

- Data nilai produksi ikan

BPS Disnakanla

LQ dan SSA Informasi komoditas unggulan

perikanan setiap kecamatan 4 Menganalisis

keterkaitan sektor perikanan dengan sektor lain dalam kaitannya dengan perkembangan wilayah

Tabel I – O Kabupaten Cianjur

Bappeda Input-Output

Informasi

keterkaitan sektor perikanan dengan sektor lainnya

5 Merumuskan arahan pengembangan perikanan di Kabupaten Cianjur

- Data hasil wawancara dan kuesioner - Data hasil

tujuan 1-5

- Responden

- Hasil analisis 1-5 A’WOT - SIG - Deskriptif - Strategi pengembangan budidaya ikan air tawar - Arahan

pengembangan budidaya ikan di kolam dan sawah


(39)

3.4.2.1 Analisis Kesesuaian Lahan untuk Kolam

Kesesuaian lahan untuk kolam dianalisis secara spasial menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan metode Multi Criteria Evaluation

(MCE). Analisis MCE seringkali diintegrasikan dengan SIG karena merupakan teknik yang sangat baik dalam manajemen dan perencanaan ruang serta memiliki kemampuan dalam menangani masalah-masalah spasial (Lawal et al. 2011). MCE merupakan suatu proses terstruktur untuk menentukan tujuan dan menetapkan kriteria. Kriteria terdiri atas faktor dan setiap faktor terdiri atas sub-faktor (Gambar 3). Penelitian ini menggunakan 2 (dua) kriteria, yaitu kriteria ekologis dan kriteria sosial-ekonomi. Kriteria ekologis yang digunakan terdiri atas 4 (empat) faktor yaitu kelerengan, tekstur tanah, curah hujan dan jarak dari sungai. Kriteria sosial-ekonomi yang digunakan terdiri atas 3 (tiga) faktor yaitu jarak dari jalan, jarak dari pemukiman dan penggunaan lahan saat ini. Masing-masing faktor terdiri atas 4 (empat) sub-faktor. Dalam penelitian ini, kesesuaian lahan untuk kolam diklasifikasikan dalam 4 kelas (Tabel 2).

Gambar 3. Kerangka analisis MCE Tabel 2. Kriteria kesesuaian lahan untuk kolam

Kriteria Faktor Kelas kesesuaian Lahan

1 2 3 4

Ekologis Kelerengan (%)a 0-3 >3-8 >3-8 >8 Tekstur tanahb Liat/liat berpasir Lempung Lempung

berpasir

Pasir Curah hujan

(mm/thn)b

<1.000 1.000-2.000 >2.000-2.500 >2.500 Jarak dari sungai

(m)c

<500 500-1.000 >1.000-1.500 >1.500 Sosial-

ekonomi

Jarak dari jalan (m)c

<500 500-1.000 >1.000-1.500 >1.500 Jarak dari

pemukiman (m)c

<400 400-800 >800-1.200 >1.200 Penggunaan

lahand

Kolam Ladang Kebun Semak belukar Sumber: aFAO (1976) dimodifikasi; bPoernomo (1989); cRadiarta et al. (2012) dimodifikasi; dFAO

(1976) dan Radiarta et al. (2012).

Metode MCE diawali dengan pembobotan kriteria, faktor dan sub-faktor menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) (Saaty 1980). Responden terdiri atas 4 (empat) orang akademisi perikanan dan 1 (satu) orang ahli pembudidaya. Setelah seluruh bobot ditentukan, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis spasial menggunakan teknik Weighted Linear Combination

Kesesuaian lahan untuk kolam Ekologis

Kelerengan Tekstur tanah Curah Hujan Jarak dari sungai

Sosial-ekonomi Jarak dari

jalan raya

Jarak dari pemukiman

Penggunaan lahan saat ini


(40)

(WLC) (Malczewski 2006). Bobot setiap sub-faktor hasil analisis AHP dimasukkan ke dalam peta setiap faktor. Peta jaringan jalan, sungai dan pemukiman perlu dianalisis proximity-nya untuk memperoleh jarak terhadap masing-masing sub-faktor. Bobot sub-faktor berperan sebagai derajat kesesuaian yang akan digunakan dalam persamaan WLC. Persamaan WLC secara umum adalah:

dimana: WLC : Weighted Linear Combination; Xij: Bobot sub-faktor ke-j di lokasi ke-i; Wij : Bobot faktor ke-j di lokasi ke-i; n : Jumlah faktor; Cj : konstrain.

Analisis kesesuaian lahan dilakukan secara bertahap, yaitu kesesuaian lahan berdasarkan kriteria ekologis, berdasarkan kriteria sosial-ekonomi dan kesesuaian kolam secara keseluruhan. Kesesuaian lahan berdasar kriteria ekologis diperoleh dengan fungsi overlay yaitu intersect pada empat faktor (kelerengan, tekstur tanah, curah hujan dan jarak dari sungai), sedangkan berdasar kriteria sosial-ekonomi diperoleh melalui overlay tiga faktor (jarak dari jalan, jarak dari pemukiman dan penggunaan lahan saat ini). Analisis kesesuaian lahan secara keseluruhan dilakukan dengan intersect peta kesesuaian lahan berdasar kriteria ekologis dan berdasar kriteria sosial-ekonomi. Lahan yang berfungsi sebagai pembatas (constraint) tidak dimasukkan dalam overlay. Constraint berasal dari faktor penggunaan lahan saat ini yang tidak dapat digunakan untuk budidaya perikanan, yaitu perkebunan, hutan, permukiman, bangunan, sawah dan waduk.

Langkah selanjutnya adalah menambahkan field dan melakukan perhitungan dengan menggunakan field calculator. Terhadap hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan di atas, dilakukan query yaitu SQL (Select By Attributes) untuk menentukan kelas. Penentuan batas selang kelas mengacu kepada bobot sub-faktor yang telah diperoleh. Review terhadap batas selang kelas S1, S2 dan S3 dilakukan dengan melakukan pengamatan di lapang. Produksi ikan di lapang ditanyakan kepada pembudidaya, ditentukan koordinatnya dan

di-match-kan lokasinya pada peta. Setiap kelas ditetapkan sebanyak 3 (tiga) pembudidaya. Pembudidaya yang dipilih diasumsikan mempunyai pola budidaya yang sama untuk mengurangi bias terhadap produksi ikan yang dihasilkan.

Selain kesesuaian lahan, perlu diketahui ketersediaan lahannya. Untuk itu, dilakukan tumpang susun (overlay) peta kesesuaian lahan dengan peta RTRW sehingga diperoleh lahan yang sesuai dan tersedia untuk kolam.

3.4.2.2 Analisis Kesesuaian Lahan untuk Minapadi

Analisis ini bertujuan untuk menghasilkan peta kesesuaian lahan untuk minapadi. Potensi pengembangan minapadi dapat diketahui dari kesesuaian lahan untuk padi sawah ditambah ketersediaan jaringan irigasi. Jaringan irigasi digunakan untuk mengakomodir keperluan air yang tersedia untuk minapadi.

Evaluasi kesesuaian lahan untuk padi sawah dilakukan menggunakan kriteria kesesuaian lahan untuk padi sawah dari Hardjowigeno dan Widiatmaka


(1)

109

Lampiran 4. Kerangka dasar dan hasil pembobotan kriteria, faktor dan sub-faktor

Kesesuaian lahan untuk kolam Ekologis *0,4505 Kelerengan *0,3507

0 - 3 *0,3938

3 - 8 *0,3197

8 - 15 *0,1894 >15 *0,0971 Tekstur Tanah *0,1613 Liat/liat berpasir *0,3251 Lempung *0,2847 Lempung berpasir *0,2666 Berpasir *0,1236 Curah Hujan *0,2083 <1.000 *0,1603

1.000 - 2.000 *0,2782

2.000 - 2.500 *0,3296

>2.500 *0,2319

Jarak dari Sungai *0,2797

0 - 500 *0,3731

500 - 1.000 *0,2900

1.000 - 1.500 *0,1998 > 1.500 *0,1371 Sosial-ekonomi *0,5495 Jarak dari Pemukiman *0,2863

0 - 400 *0,3543

400 - 800 *0,3160

800 - 1.200 *0,2022

> 1200 *0,1275

Jarak dari Jalan *0,3265

0 - 500 *0,3649

500 - 1.000 *0,2950 1.000- 1.500 *0,2140 >1.500 *0,1261 Penggunaan Lahan *0,3872 Kolam/empang *0,3890 Ladang *0,2828 Kebun *0,2114 Semak belukar *0,1168 109


(2)

110

Lampiran 5. Nilai koefisien teknis (Matriks A) Kode

Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 0,0346 0,0000 0,0631 0,0000 0,0074 0,0000 0,0000 0,3195 0,0064 0,0000 2 0,0000 0,0137 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0047 0,0078 0,0000 3 0,0035 0,0127 0,0525 0,0000 0,0078 0,0000 0,0000 0,0502 0,0022 0,0000 4 0,0000 0,0001 0,0000 0,0030 0,0018 0,0000 0,0000 0,0000 0,0029 0,0000 5 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0502 0,0000 0,0000 0,0001 0,0010 0,0000 6 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 7 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0114 0,0000 0,0010 0,0137 8 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 9 0,0001 0,0013 0,0004 0,0003 0,0006 0,0024 0,0012 0,0001 0,0312 0,0176 10 0,0000 0,0000 0,0001 0,0001 0,0003 0,0018 0,0001 0,0000 0,0059 0,0617 11 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 12 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0000 13 0,0001 0,0232 0,0073 0,0248 0,0084 0,0456 0,0454 0,0004 0,0047 0,0001 14 0,0020 0,0103 0,1059 0,0023 0,0229 0,0160 0,0086 0,0184 0,1844 0,1669 15 0,0001 0,0017 0,0002 0,0097 0,0034 0,0455 0,0058 0,0007 0,0258 0,0057 16 0,0003 0,0039 0,0092 0,0027 0,0021 0,0091 0,0108 0,0019 0,0475 0,0237 17 0,0000 0,0001 0,0000 0,0001 0,0000 0,0008 0,0005 0,0001 0,0046 0,0045 18 0,0003 0,0012 0,0004 0,0006 0,0033 0,0041 0,0008 0,0003 0,0099 0,0054 19 0,0000 0,0003 0,0000 0,0023 0,0004 0,0083 0,0063 0,0003 0,0065 0,0072 20 0,0000 0,0019 0,0009 0,0002 0,0001 0,0007 0,0002 0,0002 0,0076 0,0181 21 0,0004 0,0028 0,0008 0,0058 0,0003 0,0185 0,0001 0,0004 0,0141 0,0612


(3)

111

Lampiran 5 (lanjutan) Kode

Sektor 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

1 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0272 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0065 0,0328 2 0,0000 0,0000 0,0001 0,0000 0,0004 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 3 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0344 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0008 0,0111 4 0,0000 0,0000 0,0151 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0005 5 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0175 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0003 0,0024 6 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 7 0,0000 0,0000 0,0002 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 8 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 9 0,0060 0,0026 0,0310 0,0003 0,0001 0,0059 0,0004 0,0003 0,0001 0,0011 0,0076 10 0,0024 0,0077 0,0001 0,0008 0,0002 0,0004 0,0012 0,0005 0,0001 0,0006 0,0010 11 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 12 0,0000 0,0060 0,0001 0,0001 0,0001 0,0001 0,0002 0,0000 0,0000 0,0001 0,0001 13 0,1295 0,0170 0,0043 0,0000 0,0014 0,0152 0,0003 0,0009 0,0382 0,0354 0,0052 14 0,0476 0,0165 0,1999 0,0020 0,0139 0,0435 0,0032 0,0021 0,0008 0,0084 0,0483 15 0,0026 0,0056 0,0612 0,0124 0,0005 0,0412 0,0088 0,0085 0,0028 0,0446 0,0243 16 0,0104 0,0074 0,0292 0,0041 0,0015 0,0535 0,0148 0,0093 0,0022 0,0095 0,0113 17 0,0030 0,0013 0,0040 0,0031 0,0008 0,0036 0,0326 0,0034 0,0012 0,0015 0,0028 18 0,0009 0,0029 0,0038 0,0015 0,0002 0,0101 0,0102 0,0167 0,0025 0,0013 0,0025 19 0,0284 0,0170 0,0117 0,0121 0,0015 0,0145 0,0228 0,0139 0,0045 0,0029 0,0235 20 0,0067 0,0000 0,0069 0,0006 0,0073 0,0818 0,0067 0,0629 0,0644 0,0259 0,0241 21 0,0126 0,0059 0,0157 0,0028 0,0012 0,1032 0,0169 0,0375 0,0051 0,0184 0,0139


(4)

112

Lampiran 6. Matrik kebalikan Leontief (I-A)-1 Kode

Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 0,9654 0,0000 -0,0631 0,0000 -0,0074 0,0000 0,0000 -0,3195 -0,0064 0,0000 2 0,0000 0,9863 -0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 -0,0047 -0,0078 0,0000 3 -0,0035 -0,0127 0,9475 0,0000 -0,0078 0,0000 0,0000 -0,0502 -0,0022 0,0000 4 0,0000 -0,0001 0,0000 0,9970 -0,0018 0,0000 0,0000 0,0000 -0,0029 0,0000 5 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,9498 0,0000 0,0000 -0,0164 -0,0010 0,0000 6 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 7 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,9886 0,0000 -0,0010 -0,0137 8 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 9 -0,0001 -0,0013 -0,0004 -0,0003 -0,0006 -0,0024 -0,0012 -0,0001 0,9688 -0,0176 10 0,0000 0,0000 -0,0001 -0,0001 -0,0003 -0,0018 -0,0001 0,0000 -0,0059 0,9383 11 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 12 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 -0,0001 0,0000 13 -0,0001 -0,0232 -0,0073 -0,0248 -0,0084 -0,0456 -0,0454 -0,0004 -0,0047 -0,0001 14 -0,0020 -0,0103 -0,1059 -0,0023 -0,0229 -0,0160 -0,0086 -0,0184 -0,1844 -0,1669 15 -0,0001 -0,0017 -0,0002 -0,0097 -0,0034 -0,0455 -0,0058 -0,0007 -0,0258 -0,0057 16 -0,0003 -0,0039 -0,0092 -0,0027 -0,0021 -0,0091 -0,0108 -0,0019 -0,0475 -0,0237 17 0,0000 -0,0001 0,0000 -0,0001 0,0000 -0,0008 -0,0005 -0,0001 -0,0046 -0,0045 18 -0,0003 -0,0012 -0,0004 -0,0006 -0,0033 -0,0041 -0,0008 -0,0003 -0,0099 -0,0054 19 0,0000 -0,0003 0,0000 -0,0023 -0,0004 -0,0083 -0,0063 -0,0003 -0,0065 -0,0072 20 0,0000 -0,0019 -0,0009 -0,0002 -0,0001 -0,0007 -0,0002 -0,0002 -0,0076 -0,0181 21 -0,0004 -0,0028 -0,0008 -0,0058 -0,0003 -0,0185 -0,0001 -0,0004 -0,0141 -0,0612


(5)

113

Lampiran 6 (lanjutan) Kode

Sektor 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

1 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 -0,0272 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 -0,0065 -0,0328 2 0,0000 0,0000 -0,0001 0,0000 -0,0004 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 -0,0001 3 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 -0,0344 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 -0,0008 -0,0111 4 0,0000 0,0000 -0,0151 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 -0,0005 5 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 -0,0175 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 -0,0003 -0,0024 6 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 7 0,0000 0,0000 -0,0002 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 8 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 9 -0,0060 -0,0026 -0,0310 -0,0003 -0,0001 -0,0059 -0,0004 -0,0003 -0,0001 -0,0011 -0,0076 10 -0,0024 -0,0077 -0,0001 -0,0008 -0,0002 -0,0004 -0,0012 -0,0005 -0,0001 -0,0006 -0,0010 11 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 12 0,0000 0,9940 -0,0001 -0,0001 -0,0001 -0,0001 -0,0002 0,0000 0,0000 -0,0001 -0,0001 13 -0,1295 -0,0170 0,9957 0,0000 -0,0014 -0,0152 -0,0003 -0,0009 -0,0382 -0,0354 -0,0052 14 -0,0476 -0,0165 -0,1999 0,9980 -0,0139 -0,0435 -0,0032 -0,0021 -0,0008 -0,0084 -0,0483 15 -0,0026 -0,0056 -0,0612 -0,0124 0,9995 -0,0412 -0,0088 -0,0085 -0,0028 -0,0446 -0,0243 16 -0,0104 -0,0074 -0,0292 -0,0041 -0,0015 0,9465 -0,0148 -0,0093 -0,0022 -0,0095 -0,0113 17 -0,0030 -0,0013 -0,0040 -0,0031 -0,0008 -0,0036 0,9674 -0,0034 -0,0012 -0,0015 -0,0028 18 -0,0009 -0,0029 -0,0038 -0,0015 -0,0002 -0,0101 -0,0102 0,9833 -0,0025 -0,0013 -0,0025 19 -0,0284 -0,0170 -0,0117 -0,0121 -0,0015 -0,0145 -0,0228 -0,0139 0,9955 -0,0029 -0,0235 20 -0,0067 0,0000 -0,0069 -0,0006 -0,0073 -0,0818 -0,0067 -0,0629 -0,0644 0,9741 -0,0241 21 -0,0126 -0,0059 -0,0157 -0,0028 -0,0012 -0,1032 -0,0169 -0,0375 -0,0051 -0,0184 0,9861


(6)

114

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Banjarnegara, Jawa Tengah pada tanggal 04 Februari 1980 sebagai anak bungsu dari empat bersaudara pasangan Bapak Nadi Siswomartono dan Ibu Chopiyah. Penulis menikah pada tahun 2006 dengan Cece Gunawan, ST, M.Eng dan dikaruniai 2 (dua) orang putra; Nabhan Hisyam Gunawan dan Lutfan Hakim Gunawan.

Tahun 1998 penulis lulus dari SMA Negeri I Banjarnegara. Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB lulus pada tahun 2003. Pada tahun 2012 penulis diterima pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah (PWL) IPB dengan bantuan pembiayaan dari Pusat Pembinaan, Pendidikan dan Pelatihan Perencana Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Pusbindiklatren Bappenas). Penulis diterima sebagai PNS pada tahun 2003 dan ditempatkan di Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan (Disnakanla) Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat.