Karakterisasi Beberapa Varietas Jeruk Keprok Dataran Rendah
KARAKTERISASI BEBERAPA VARIETAS JERUK KEPROK
DATARAN RENDAH
SULEYMAN
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakterisasi Beberapa
Varietas Jeruk Keprok Dataran Rendah adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2013
Suleyman
NIM A24080069
ABSTRAK
SULEYMAN. Karakterisasi Beberapa Varietas Jeruk Keprok Dataran Rendah.
Dibimbing oleh ROEDHY POERWANTO.
Penelitian ini dilakukan untuk mengkarakterisasi plasma nutfah jeruk
berwarna kulit kuning ataupun jingga yang sesuai untuk dataran rendah.
Karakterisasi dilakukan terhadap jeruk yang terdapat di Desa Padang Pangrapat
dan Desa Rantau Panjang, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, serta Desa
Linggamanik, Kecamatan Cikelet, dan Desa Mekardaya, Kecamatan Bayongbong,
Kabupaten Garut pada bulan Mei-Agustus 2012. Pengamatan merujuk pada buku
Descriptors for Citrus (International Plant Genetic Resources Institute, 1999).
Karakter jeruk yang diamati selanjutnya dibandingkan dengan karakter varietas
yang telah dirilis oleh Departemen Pertanian, yaitu Keprok Borneo Prima
(Kalimantan Timur), dan Keprok Garut (Garut). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa jeruk yang diperoleh di Desa Padang Pangrapat dan Rantau Panjang tidak
berbeda satu sama lain, namun berbeda dengan Keprok Borneo Prima. Jeruk yang
diperoleh di Desa Linggamanik berbeda dengan Keprok Garut, sedangkan Jeruk
yang diperoleh di Desa Mekardaya adalah Keprok Garut.
Kata kunci: dataran rendah, karakterisasi, Keprok Borneo Prima, Keprok Garut
ABSTRACT
SULEYMAN. Characterization of Some Lowland Mandarin Varieties. Supervised
by ROEDHY POERWANTO.
The research was conducted to characterize germplasms of Mandarins
which have orange or orange-yellow epicarp color that is well-adapted in
lowlands. Characterization was conducted on citrus in Padang Pangrapat and
Rantau Panjang Village, Paser Regency, East Kalimantan, and Linggamanik
Village, Cikelet District and Mekardaya Village, Bayongbong District, Garut in
May-August 2012. The observations were referring to Descriptors for Citrus
(International Plant Genetic Resources Institute, 1999). The character of observed
citrus were compared with the similar variety that have been released by the
Ministry of Agriculture; namely Keprok Borneo Prima (East Kalimantan), and
Keprok Garut (Garut). The results showed that the citrus obtained in Padang
Pangrapat and Rantau Panjang Village were not different each other, but different
from Keprok Borneo Prima. The citrus obtained at Linggamanik Village was
different from Keprok Garut. The citrus obtained at Mekardaya Village was
similar to Keprok Garut. .
Keywords: characterization, Keprok Borneo Prima, Keprok Garut, lowland
KARAKTERISASI BEBERAPA VARIETAS JERUK KEPROK
DATARAN RENDAH
SULEYMAN
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Karakterisasi Beberapa Varietas Jeruk Keprok Dataran Rendah
Nama
: Suleyman
NIM
: A24080069
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Roedhy Poerwanto, MSc
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Agus Purwito, MSc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2012 ini ialah
karakterisasi, dengan judul Karakterisasi Beberapa Varietas Jeruk Keprok Dataran
Rendah.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Kementerian Riset dan
Teknologi yang mendanai penelitian ini melalui hibah Program Insentif Riset
Sistem Inovasi Nasional (SINas) yang dihibahkan kepada Bapak Prof Dr Ir
Roedhy Poerwanto (Kontrak Kerjasama No. 1.28/SEK/IRS/PPK/I/2012, Judul
Penelitian: Pengembangan Jeruk Unggulan Indonesia Guna Pemenuhan
Kebutuhan Gizi Masyarakat dan Penghematan Devisa Negara). Terima kasih
penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Roedhy Poerwanto selaku pembimbing
yang telah memberikan bimbingan dan pengarahannya selama ini serta kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penyusunan karya ilmiah
ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang
berkepentingan.
Bogor, Juli 2013
Suleyman
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
3
Taksonomi Jeruk (Citrus spp.)
3
Deskripsi
4
Karakter
4
METODE
6
Tempat dan Waktu
6
Bahan dan Alat
6
Prosedur Analisis Data
6
Pengamatan Karakter Tanaman
7
HASIL DAN PEMBAHASAN
Aspek Budidaya Jeruk Keprok
8
8
Komponen Utama Karakter Tanaman
10
Profil Klaster
12
Standar Kualitas OECD
13
SIMPULAN DAN SARAN
14
Simpulan
14
Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
15
RIWAYAT HIDUP
22
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Variabel pembentuk komponen utama
Tabel 2 Keanggotaan klaster berdasarkan Klaster Hierarki dan K-Means
Klaster
Tabel 3 Perbandingan kualitas jeruk keprok yang diamati dengan standar
OECD
10
11
14
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Perkembangan impor jeruk di Indonesia (BPS 2012)
Gambar 2 Dendogram Klaster Hierarki
Gambar 3 Profil klaster menggunakan analisis K-Means Klaster
1
11
13
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Deskripsi varietas jeruk keprok yang diamati
Lampiran 2 Gambar varietas jeruk keprok yang diamati
16
20
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ton
Pada tahun 2011 Indonesia mengimpor buah segar sebanyak 620 466 ton,
dan diantaranya sebanyak 182 345 ton adalah buah jeruk (BPS 2012). Impor buah
jeruk dari tahun 1999 hingga 2011 cenderung meningkat (Gambar 1). Salah satu
kualitas jeruk yang belum bisa dipenuhi oleh produsen dalam negeri adalah warna
kulit jeruk. Sebagian besar konsumen menyukai jeruk yang berwarna jingga,
seperti jeruk mandarin dan jeruk impor lainnya. Riyanti (2005) menyatakan
bahwa semakin jingga warna kulit buah jeruk, maka permintaan terhadap buah
jeruk tersebut semakin meningkat. Untuk memenuhi keinginan konsumen
terhadap warna kulit jeruk yang lebih menarik, maka perlu dikembangkan jeruk
lokal dengan warna kulit jingga.
200 000
180 000
160 000
140 000
120 000
100 000
80 000
60 000
40 000
20 000
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Tahun
Gambar 1 Perkembangan impor jeruk di Indonesia (BPS 2012)
Beberapa varietas jeruk lokal ada yang berwarna kulit kuning mendekati
jingga, terutama jeruk keprok, seperti Keprok Garut (Garut, Jawa Barat), Keprok
Batu 55 (Malang, Jawa Timur), Keprok Brastepu (Karo, Sumatra Utara), Keprok
Gayo (Aceh), dan Keprok Soe (NTT). Varietas-varietas jeruk keprok tersebut
merupakan varietas yang sesuai untuk dibudidayakan di dataran tinggi, yaitu pada
ketinggian di atas 700 mdpl. Varietas jeruk keprok yang sesuai untuk
dibudidayakan di dataran rendah masih sangat terbatas jumlahnya. Misalnya
Keprok Terigas (Sambas, Kalimantan Barat), Keprok Kacang (Solok, Sumatra
Barat), dan Keprok Siompu (Siompu, Sulawesi Utara). Namun jeruk keprok yang
sesuai untuk dataran rendah tersebut memiliki karakter warna kulit hijau
(Balitjestro 2012).
Dari segi penampilan dan rasa, jeruk keprok merupakan jenis yang sesuai
untuk menyaingi kriteria kualitas yang dimiliki oleh jeruk impor. Karakter khas
jeruk keprok antara lain berkulit tebal, mudah dikupas, beraroma segar, serta
memiliki rasa manis barcampur asam. Berbeda dengan jeruk siam yang berkulit
tipis, sulit dikupas, serta meninggalkan rasa pahit setelah dimakan. Sebagian besar
varietas jeruk keprok hanya sesuai untuk dibudidayakan di dataran tinggi. Namun,
2
sekarang terdapat beberapa varietas jeruk keprok dataran rendah yang dapat
menghasilkan buah dengan warna kulit kuning mendekati jingga. Misalnya
Keprok Madura (Pamekasan, Jawa Timur), Keprok Borneo Prima (Kutai Timur,
Kalimantan Timur), Keprok Selayar (Pulau Selayar, Sulawesi Selatan), dan
Keprok Tejakula (Buleleng, Bali) (Balitjestro 2012).
Indonesia memiliki banyak plasma nutfah. Banyak daerah yang memiliki
jenis-jenis jeruk yang tidak diketahui asal-usulnya sehingga dianggap sebagai
kultivar lokal (Sugiyarto dan Supriyanto 1992). Jenis-jenis jeruk yang tidak
diketahui asal-usulnya tersebut perlu dideskripsikan. Terutama jeruk berwarna
kulit kuning maupun jingga yang potensial untuk dikembangkan di dataran rendah.
Selain itu, juga perlu dilakukan pengkoleksian varietas jeruk lokal dengan warna
kulit kuning maupun jingga. Pendeskripsian jeruk tersebut perlu dilakukan untuk
mengetahui karakter jeruk yang akan dibudidayakan. Karakterisasi dilakukan
untuk mengetahui sifat-sifat agronomi, karakter morfologi, serta karakter-karakter
penting lainnya yang bernilai ekonomi atau merupakan penciri dari suatu varietas.
Karakterisasi merupakan kegiatan penting dalam pengelolaan plasma nutfah yang
digunakan untuk menyusun deskripsi suatu varietas dalam rangka seleksi pada
program pemuliaan.
Karakterisasi perlu dilakukan pada jeruk yang tumbuh pada dataran rendah.
Kemampuan tumbuh dan berbuah pada dataran rendah merupakan potensi besar
dalam pengembangan jeruk di Indonesia. Luas area dataran rendah di Indonesia
lebih dominan daripada dataran tinggi. Selain itu, dataran tinggi lebih banyak
dialokasikan untuk kawasan konservasi dan kawasan penanaman komoditas
lainnya. Kemampuan tumbuh dan berbuah pada dataran rendah akan
memudahkan pengembangan varietas jeruk lokal pada area yang lebih luas,
sehingga dapat menghasilkan produksi yang tinggi.
Jumlah produksi yang besar harus diimbangi dengan kualitas buah yang
baik sehingga dapat diterima oleh pasar dan mampu bersaing dengan jeruk impor.
Karakter buah yang diamati selanjutnya dibandingkan dengan standar kualitas
buah jeruk yang ditetapkan oleh Organisation for Economic Co-operation and
Development (OECD). Jika varietas jeruk yang diamati memenuhi standar
kualitas OECD, maka varietas tersebut berpotensi untuk bersaing di pasar
internasional.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tanaman jeruk yang berada
di lahan pertanian dengan menggunakan deskriptor jeruk yang dirumuskan oleh
International Plant Genetic Resources Institute (IPGRI), serta membandingkan
kualitas jeruk lokal yang diamati dengan standar kualitas yang ditetapkan oleh
OECD.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Taksonomi Jeruk (Citrus spp.)
Jeruk (Citrus spp.) merupakan anggota famili Rutaceae yang terdiri dari
banyak spesies dan varietas yang tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia.
Jeruk keprok yang terdapat di Indonesia antara lain; Keprok Kacang (Sumatra
Barat), Keprok Batu 55 (Jawa Timur), Keprok Selayar (Sulawesi Selatan), Keprok
Pulung (Jawa Timur), Keprok Keling (Sumatra Utara), Keprok Tawangmangu
(Jawa Tengah), Keprok Tejakula (Bali), dan Keprok Madura (Jawa Timur)
(Karsinah et al. 2002). Jeruk siam yang terdapat di Indonesia antara lain; Siam
Pontianak, Siam Medan, Siam Banjar, Siam Kintamani, Siam Ponorogo, Siam
Jember, dan Siam Mamuju (Martasari et al. 2012).
Menurut Reuther et al. (1967), taksonomi dari tanaman jeruk adalah
sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Divisi
: Embryophyta Siphonogama
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Sub Kelas
: Archichlamydeae
Ordo
: Geraniales
Subordo
: Geraniineae
Famili
: Rutaceae (suku jeruk-jerukan)
Genus
: Citrus
Para ahli taksonomi menyatakan bahwa Citrus termasuk pada Ordo
Geraniales, famili Rutaceae, dan subfamili Aurantioideae. Rutaceae merupakan
satu dari 12 famili pada subordo Geraniineae, dan Aurantioideae merupakan satu
dari tujuh subfamili pada famili Rutaceae, yang meliputi spesies jeruk komersial
dan beberapa genus penting lainnya (Nicolosi 2007).
Swingle dalam buku The Citrus Industry membagi subfamili Aurantioideae
menjadi dua suku: Clauseneae dengan lima genus, dan Citreae dengan 28 genus
termasuk Citrus dan beberapa genus terkait seperti Fortunella, Poncirus,
Eremocitrus, Microcitrus dan Clymenia. Kondisi taksonomi pada famili,
subfamili, genus, dan spesies dalam Aurantioideae cukup kontroversial, kompleks,
dan terkadang membingungkan. Citrus dan beberapa genus terkait, berhibridisasi
dengan mudah, dan hal ini telah terjadi di alam liar selama berabad-abad (Reuther
et al. 1967).
Subgenus Citrus memiliki 10 spesies dan 7 diantaranya menjadi jeruk
komersial yang banyak dibudidayakan saat ini, yaitu: 1) Citrus sinensis Osbeck
(jeruk manis), 2) Citrus reticulata Blanco (jeruk keprok), 3) Citrus maxima Merr
4
(jeruk besar), 4) Citrus limon (jeruk lemon), 5) Citrus aurantifolia (jeruk nipis), 6)
Citrus medica (sitrun), dan 7) Citrus paradisi (grapefruit) (Martasari 2008).
Deskripsi
Deskripsi morfologi jeruk keprok berdasarkan PROSEA (1992) yaitu:
tanaman kecil (belum dewasa) biasanya berduri, cabang muda angular, sedangkan
cabang yang lebih tua tidak berduri. Semua bagian memiliki kelenjar yang
mengandung cairan aromatik. Daun sederhana, tidak majemuk, tipis. Petiol
umumnya bersayap, menyatu atau terpisah dengan lembar daun. Lembar daun
bergerigi atau halus, dengan sedikit hidatoda. Bunga tunggal, umumnya
hermaprodit. Kelopak bunga berbentuk mangkuk, terdiri dari 4-5 bagian. Mahkota
bunga terdiri atas 4-8 petal, namun pada umumnya hanya terdiri dari lima petal.
Stamen berjumlah 4-10 kali lipat jumlah petal, namun pada umumnya empat kali
jumlah petal. Buah hesperidium, kulit buah (epikarp) banyak mengandung
kelenjar minyak. Bagian mesokarp kering dan berwarna putih. Endokarp terdiri
dari beberapa juring yang mengandung vesikel. Vesikel mengandung banyak
cairan yang manis, asam, atau pahit. Biji berwarna pucat, dan pada umumnya
poliembrioni.
Jeruk keprok dalam dunia perdagangan dikenal sebagai Mandarin.
Menurut klasifikasi secara hortikultura (Reuther et al. 1967), Mandarin terbagi ke
dalam empat spesies:
1. “Common Mandarins” (Citrus reticulata Blanco). Pohon kecil berduri
dengan ranting yang ramping. Daun lanset atau elips dengan ujung dan
pangkal yang berbentuk meruncing. Bunga timbul secara tunggal atau
bersamaan pada aksilar daun. Buah berbentuk membulat atau agak bulat
dengan kulit yang tipis, mudah dikupas dan dipisahkan dari juring, serta
berwarna oranye terang atau merah-oranye ketika sudah masak. Biji kecil
dengan salah satu ujung yang melancip serta embryo berwarna hijau.
2. “King Mandarins” (Citrus nobilis Loureiro). Pohon tegak berduri atau
tanpa duri. Daun lebar berbentuk lanset. Tangkai daun agak panjang
dengan sayap petiol yang sempit. Buah cukup besar. Kulit buah agak
tebal dan agak sulit dikupas atau dipisahkan dari juring. Jumlah biji
sedikit atau banyak. Jumlah juring antara 12-14.
3. “Satsuma Mandarins” (Citrus unshiu Marcovitch). Pohon biasanya
memiliki cabang yang menyebar dengan ranting terkulai. Hampir tidak
berduri. Daun lanset dengan tangkai yang panjang dan bersayap. Bunga
memiliki serbuk sari yang steril.buah berwarna oranye, berukuran sedang,
dan tanpa biji. Jumlah juring 10-12.
4. “Mediterranean Mandarins” (Citrus deliciosa Tenore). Pohon memiliki
cabang yang terkulai, hampir tidak berduri. Daun berbentuk lanset. Buah
berukuran sedang dan berbiji. Jumlah juring 10-12.
Karakter
Karakter suatu tanaman dapat ditinjau dari dua sisi, dari sisi konsumen dan
dari sisi produsen. Dari sisi konsumen, karakter yang dikehendaki terutama pada
5
karakter buah. Hal ini terkait erat dengan kualitas buah. Dari sisi produsen,
karakter tanaman lebih banyak ditekankan pada adaptasi lingkungan tumbuh.
OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) menerapkan
standar kualitas jeruk untuk memenuhi permintaan konsumen terhadap jeruk yang
berkualitas.
Standar kualitas yang diterapkan oleh OECD antara lain; batas minimal
kandungan jus (33%), batas minimal warna oranye (sepertiga bagian kulit buah),
batas minimal diameter buah (45 mm), dan batas minimal rasio gula/asam (6.5/1).
Standar kualitas lainnya meliputi batas minimal kerusakan fisik buah (OECD,
2008).
Beberapa varietas jeruk lokal yang berpotensi untuk memenuhi standar
kualitas yang ditetapkan oleh OECD, antara lain Keprok Batu 55, Keprok Garut,
dan Keprok Borneo Prima, dengan karakter sebagai berikut:
Keprok Batu 55 (dataran tinggi). Buah berbentuk bulat pendek atau agak
bulat dengan ukuran rata-rata tinggi 5.7 cm, diameter 6.3 cm. Kulit buah matang
berwarna kuning dan permukaannya halus. Ujung buah berlekuk dalam. Buah
jeruk ini tidak berpusar buah. Ketebalan kulit rata-rata 2.3 mm. Daging buah
bertekstur lunak dengan rasa manis. Buah mengandung banyak air. Berat buah
rata-rata 123.3 g per buah. Biji berwarna krem dan berbentuk oval. Tiap buah
memiliki kira-kira enam belas biji dengan ukuran rata-rata tinggi 10 mm, diameter
5 mm. Tanaman tumbuh berupa pohon berbatang rendah dengan tinggi antara 2-8
m. Umumnya tanaman ini tidak berduri. Batang bulat atau setengah bulat dan
memiliki percabangan yang banyak dengan tajuk sangat rindang. Dahan kecil dan
letaknya berpencar tidak beraturan. Daun berbentuk bulat telur memanjang, elips,
atau lanset dengan pangkal tumpul dan ujung meruncing seperti tombak.
Permukaan atas daun berwarna hijau tua mengilat, sedangkan permukaan bawah
hijau muda. Panjang daun 4-8 cm dan lebar 1.5-4 cm. Tangkai daun bersayap
sangat sempit sehingga bisa dikatakan tidak bersayap (Direktorat Budidaya
Tanaman Buah 2010).
Keprok Garut (dataran tinggi). Buah berbentuk bulat dengan permukaan
yang halus. Ukuran buah rata-rata tinggi 5.6 cm, diameter 5.9 cm. Ujung buah
bulat dan tidak memiliki pusar buah. Tangkai buah pendek. Kulit buah matang
berwarna kuning dengan ketebalan 3 mm. Daging buah bertekstur lunak dan
berair banyak dengan rasa yang manis. Setiap buah rata-rata berbobot 62.5-70 g.
Jumlah biji sekitar tujuh per buah dengan ukuran rata-rata tinggi 8 mm, diameter 4
mm. Permukaan biji halus dengan urat biji yang hampir tidak tampak. Biji
berwarna krem dan berbentuk oval. Tanaman tumbuh berupa pohon berbatang
rendah dengan tinggi antara 2-8 m. Umumnya tanaman ini tidak berduri. Batang
bulat atau setengah bulat dan memiliki percabangan yang banyak dengan tajuk
sangat rindang. Dahan kecil dan letaknya berpencar tidak beraturan. Daun
berbentuk bulat telur memanjang, elips, atau lanset dengan pangkal tumpul dan
ujung meruncing seperti tombak. Permukaan atas daun berwarna hijau tua
mengilat, sedangkan permukaan bawah hijau muda. Panjang daun 4-8 cm dan
lebar 1.5-4 cm. Tangkai daunnya bersayap sangat sempit sehingga bisa dikatakan
tidak bersayap (Direktorat Budidaya Tanaman Buah 2010).
Keprok Borneo Prima (dataran rendah). Buah berbentuk bulat pendek atau
agak bulat dengan ukuran rata-rata tinggi 5.6-6.4 cm, diameter 6.1-7.6 cm. Kulit
buah matang berwarna kuning dan permukaannya halus. Ujung buah berlekuk
6
dalam. Pangkal buah berkonde. Buah jeruk ini tidak berpusar buah. Ketebalan
kulit rata-rata 3.5 mm. Daging buah bertekstur lunak dengan rasa manis. Buah
mengandung jus 19.79-26.24%. Berat buah antara 60-290 gram per buah. Biji
berwarna krem dan berbentuk oval. Tiap buah memiliki 7-22 biji dengan ukuran
panjang 11-12 mm, diameter 6-7 mm. Tanaman tumbuh berupa pohon berbatang
rendah dengan tinggi rata-rata 3.5 m. Umumnya tanaman ini tidak berduri. Batang
bulat atau setengah bulat dan memiliki tajuk menjulang dengan percabangan yang
rapat mengarah ke atas. Daun berbentuk jorong dengan tepi beringgit dan ujung
meruncing. Permukaan atas daun berwarna hijau tua mengilat, sedangkan
permukaan bawah hijau muda. Panjang daun 8.2-9.6 cm dan lebar 3.5-5.0 cm.
Panjang tangkai daun 1.2-2.5 cm bersayap sangat sempit sehingga bisa dikatakan
tidak bersayap (Direktorat Budidaya Tanaman Buah 2010).
METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2012 sampai dengan Februari 2013,
di laboratorium Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) Baranangsiang. Buah
jeruk diperoleh dari tanaman jeruk yang ditanam oleh petani jeruk di Garut, dan
Kalimantan Timur.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh bagian tanaman
jeruk yang langsung diamati di lahan, serta buah jeruk untuk diamati di
laboratorium. Alat yang digunakan adalah GPS (Global Positioning System untuk
menentukan posisi serta ketinggian tempat), jangka sorong, penetrometer,
refractometer, colormeter, satu set alat titrasi asam dan titrasi vitamin C,
timbangan, kamera, Munsell Color Charts for Plant Tissues, serta mikroskop.
Prosedur Analisis Data
Data primer diperoleh dengan pengamatan secara langsung, baik di lapang
maupun di laboratorium. Data sekunder (aspek budidaya yang dilakukan oleh
petani) diperoleh melalui wawancara dengan petani. Data yang diperoleh
selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif dengan perhitungan rataan,
persentase, dan perhitungan matematika sederhana lainnya. Selanjutnya,
dilakukan analisis data dengan Analisis Komponen Utama dan Analisis Klaster
dengan menggunakan software SPSS.
7
Pengamatan Karakter Tanaman
Pengamatan merujuk pada buku Descriptors for Citrus (International Plant
Genetic Resources Institute, 1999). Karakter yang diamati adalah :
A. Karakter tajuk, meliputi diameter batang utama, permukaan batang, serta
bentuk kanopi.
1. Diameter batang utama diukur pada 20cm ke atas dan 20cm ke bawah
dari garis okulasi.
2. Permukaan batang diamati secara visual serta diraba dengan tangan.
3. Bentuk kanopi diamati secara visual.
B. Karakter daun, meliputi warna daun (adaksial dan abaksial), bentuk lamina,
panjang daun, lebar daun, ketebalan daun, serta bentuk petiol.
1. Warna daun diamati pada bagian adaksial dan abaksial dengan Munsell
Color Charts for Plant Tissues.
2. Bentuk lamina diamati secara visual.
3. Panjang daun diamati pada pangkal petiol sampai ujung lamina dengan
jangka sorong.
4. Lebar daun diamati pada bagian terlebar dari daun dengan jangka
sorong.
5. Ketebalan daun diamati pada bagian tertebal dari daun, tetapi bukan
pada tulang daun. Pengamatan dengan menggunakan jangka sorong.
6. Bentuk petiol diamati secara visual.
C. Karakter bunga, meliputi panjang tangkai bunga, diameter kelopak, tipe
bunga, warna bunga, warna anther, jumlah petal, panjang petal, lebar petal,
jumlah stamen, dan viabilitas polen.
1. Panjang tangkai bunga diamati pada pangkal tangkai bunga sampai
pangkal kelopak diukur menggunakan jangka sorong.
2. Diameter kelopak diamati pada bagian terlebar dari kelopak dengan
menggunakan jangka sorong.
3. Tipe bunga diamati secara visual (jantan, betina, atau hermaprodit).
4. Warna bunga diamati dengan menggunakan Munsell Color Charts for
Plant Tissues.
5. Warna anther diamati secara visual.
6. Jumlah petal diamati secara visual.
7. Panjang petal diukur dengan menggunakan jangka sorong.
8. Lebar petal diukur pada bagian terlebar dari petal. Pengamatan dengan
menggunakan jangka sorong.
9. Jumlah stamen diamati secara visual.
10. Viabilitas polen dengan mengecambahkan polen terlebih dahulu,
kemudian diamati secara visual dengan mikroskop.
D. Karakter buah, meliputi berat buah, berat kulit buah, berat bagian buah
yang dapat dimakan, diameter buah, panjang buah, bentuk buah, bentuk
pangkal buah, bentuk ujung buah, indeks warna epikarp, ketebalan epikarp,
tekstur permukaan buah, kekerasan buah, ketebalan mesokarp, warna
albedo, diameter areola, jumlah juring, bentuk juring, diameter axis,
indeks warna daging buah, kekerasan daging buah, tekstur daging buah,
panjang vesikel, ketebalan vesikel, kandungan jus, PTT, TAT, kadar
vitamin C, dan indeks warna jus.
8
1. Buah dipanen dengan menggunakan gunting kemudian diberi label
sesuai dengan nomor tanaman yang diamati.
2. Berat buah dan berat kulit buah diukur dengan timbangan digital.
3. Berat bagian buah yang dapat dimakan (edible portion) diperoleh
dengan perhitungan : berat buah – (berat kulit + berat biji).
4. Diameter buah diukur pada bagian ekuator terlebar dari buah dengan
menggunakan jangka sorong.
5. Panjang buah diukur pada bagian membujur dari buah. Pengamatan
dengan menggunakan jangka sorong.
6. Bentuk buah, bentuk pangkal buah, bentuk ujung buah, dan bentuk
juring diamati secara visual.
7. Indeks warna epikarp, indeks warna daging buah, dan indeks warna jus
diukur dengan menggunakan colormeter.
8. Ketebalan epikarp diukur pada bagian tertebal dari epikarp dengan
menggunakan jangka sorong.
9. Ketebalan mesokarp diukur pada bagian tertebal dari mesokarp dengan
menggunakan jangka sorong.
10. Warna albedo diamati secara visual.
11. Kekerasan buah dan kekerasan daging buah diukur dengan
menggunakan penetrometer.
12. Tekstur permukaan buah dan tekstur daging buah diamati secara visual
dan rabaan.
13. Panjang dan ketebalan vesikel diukur dengan menggunakan jangka
sorong.
14. Kandungan jus diamati dengan memeras buah dan mengukurnya
dengan gelas ukur.
15. TSS diamati dengan menggunakan refractometer.
16. TAT diamati dengan titrasi jus menggunakan NaOH 0.1 M.
17. Kadar vitamin C diamati dengan titrasi jus menggunakan Iodin 0.01 N.
E. Karakter biji, meliputi jumlah biji, berat biji, bentuk biji, tekstur
permukaan biji, warna biji, warna kotiledon, dan embrioni biji.
1. Jumlah biji, bentuk biji, dan warna biji diamati secara visual.
2. Tektur permukaan biji diamati secara visual dan rabaan.
3. Warna kotiledon diamati secara visual.
4. Embrioni biji diamati dengan mengecambahkan biji dan menghitung
jumlah kecambah pada tiap biji.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Aspek Budidaya Jeruk Keprok
Aspek budidaya berikut ini adalah teknis budidaya yang dilakukan oleh
petani jeruk. Keterangan tentang aspek budidaya ini diperoleh dengan wawancara
bersama petani jeruk.
9
Jeruk Keprok Garut Dataran Rendah (GR)
Bibit jeruk yang digunakan adalah bibit okulasi. Pohon jeruk keprok
ditanam bersama dengan jeruk siam dan pohon cengkeh. Pohon cengkeh dan jeruk
ditanam berseling dengan jarak 4.5m x 4.5m, sehingga jarak antar jeruk 9m x 9m.
Pemangkasan hanya dilakukan saat pembentukan tajuk. Saat tajuk sudah
terbentuk dengan pola 1-3-9, tidak dilakukan pemangkasan pemeliharaan
sehingga banyak terdapat tunas air. Pupuk kandang hanya digunakan saat awal
penanaman, selanjutnya jarang dilakukan pemupukan. Pengairan tanaman
tergantung pada hujan. Pengendalian terhadap hama dan penyakit tanaman tidak
dilakukan, meskipun hama lalat buah sangat merugikan. Panen dilakukan dengan
memetik buah secara langsung, tidak menggunakan gunting. Buah yang telah
dipanen tidak dibersihkan, hanya disortir secara manual berdasarkan jenis buah
(siam dan keprok) dan berdasarkan ukuran buah. Buah dikemas dalam peti kayu
yang pada bagian dalamnya dilapisi dengan daun pisang yang telah kering.
Jeruk Keprok Garut Dataran Tinggi (GT)
Bibit jeruk yang digunakan adalah bibit okulasi. Pohon jeruk keprok
ditanam bersama dengan jeruk siam. Jarak tanam 5m x 4m. Pemangkasan
dilakukan untuk membentuk tajuk dengan pola 1-3-9, serta dilakukan
pemangkasan pemeliharaan untuk menghilangkan tunas air. Pupuk kandang
digunakan saat awal penanaman, selanjutnya dilakukan pemupukan dengan
mengkombinasikan pupuk kandang dan pupuk anorganik. Pupuk kandang
diaplikasikan setelah panen bersama dengan pupuk NPK dan kapur. Pada saat
mulai berbunga, diaplikasikan pupuk NPK dengan dosis P dan K yang lebih tinggi.
Pengairan tanaman tergantung pada hujan. Pengendalian hama dan penyakit
dilakukan hanya ketika gangguan tersebut sangat merugikan. Panen dilakukan
dengan memetik buah secara langsung, tidak menggunakan gunting. Buah yang
telah dipanen tidak dibersihkan, hanya disortir secara manual berdasarkan jenis
buah (siam dan keprok) dan berdasarkan ukuran buah. Buah dikemas di dalam
kardus.
Jeruk Keprok Paser, Desa Padang Pangrapat (PP)
Bibit jeruk yang digunakan adalah bibit okulasi. Pohon jeruk keprok
ditanam bersama dengan jeruk siam. Jarak tanam 4.5m x 4.5m. Tidak dilakukan
pemangkasan baik untuk pembentukan tajuk maupun untuk menghilangkan tunas
air. Pemupukan hanya menggunakan pupuk anorganik, NPK. Pupuk NPK
diaplikasikan setelah panen. Pengairan tanaman tergantung pada hujan, namun
tanaman sering terendam banjir. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan
ketika terjadi gangguan. Panen dilakukan dengan memetik buah secara langsung,
tidak menggunakan gunting. Buah yang telah dipanen tidak dibersihkan, hanya
disortir secara manual berdasarkan jenis buah (siam dan keprok) dan berdasarkan
ukuran buah. Buah dikemas di dalam keranjang.
Jeruk Keprok Paser, Desa Rantau Panjang (RP)
Bibit jeruk yang digunakan adalah bibit okulasi. Pohon jeruk keprok
ditanam bersama dengan jeruk siam. Jarak tanam 5m x 4m. Pemangkasan
dilakukan untuk membentuk tajuk dengan pola 1-3-9, serta dilakukan
pemangkasan pemeliharaan untuk menghilangkan tunas air. Pemupukan hanya
10
menggunakan pupuk NPK yang diaplikasikan saat berbunga dan setelah panen.
Pengairan tanaman tergantung pada hujan, namun tanaman sering terendam banjir.
Pengendalian hama dan penyakit tidak dilakukan karena selama ini gangguan
hanya berasal dari thrips dan jamur, hal tersebut tidak merugikan. Panen
dilakukan dengan memetik buah secara langsung, tidak menggunakan gunting.
Buah yang telah dipanen tidak dibersihkan, hanya disortir secara manual
berdasarkan jenis buah (siam dan keprok), namun tidak disortir berdasarkan
ukuran buah. Buah dikemas di dalam keranjang.
Komponen Utama Karakter Tanaman
Karakter yang menentukan pengelompokan pada analisis klaster ditentukan
dengan menggunakan analisis faktor. Analisis faktor dengan metode Analisis
Komponen Utama (AKU) digunakan untuk (1) identifikasi variabel baru yang
mendasari data variabel ganda, (2) mengurangi banyaknya dimensi variabel yang
banyak dan saling berkorelasi menjadi variabel baru yang tidak berkorelasi
dengan mempertahankan keragaman pada himpunan data, dan (3) menghilangkan
variabel asal yang mempunyai sumbangan informasi yang relatif kecil (Supranto
2004). Pada SPSS, banyaknya komponen utama yang dipilih yaitu apabila nilai
KMO (Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy) lebih dari 0.5
(Santoso 2010).
Jumlah variabel kuantitatif yang diamati yaitu sebanyak 25 variabel.
Analisis faktor yang digunakan dapat mereduksi jumlah variabel yang diamati
menjadi hanya 14 variabel yang dikelompokkan ke dalam tiga faktor yang
terbentuk. Rata-rata nilai komunalitas variabel terhadap faktor yang terbentuk
yaitu 0.808 yang berarti 80.8% varian dari tiap variabel bisa dijelaskan oleh faktor
yang terbentuk. Faktor yang terbentuk yaitu Faktor 1, Faktor 2, dan Faktor 3
(Tabel 1). Ketiga faktor yang terbentuk selanjutnya dianalisis dengan metode
Klaster Hierarki dan K-Means Klaster.
Tabel 1 Variabel pembentuk komponen utama
Faktor 1
Diameter buah (0.738)
Panjang buah (0.734)
Tebal mesokarp (0.686)
Kandungan jus (0.850)
Jumlah biji (0.827)
Edible portion (0.714)
Faktor 2
Panjang daun (0.645)
Indeks warna daging buah (0.888)
Kekerasan daging buah (-0.961)
Diameter axis (0.792)
Total asam tertitrasi (-0.974)
Faktor 3
Berat buah (0.679)
Jumlah juring (0.878)
Berat kulit (0.809)
Nilai yang tertera pada tabel diatas adalah factor loading yang telah dirotasi. Nilai factor loading
tersebut menunjukkan korelasi antara variabel dengan faktor yang terbentuk.
Metode Klaster Hierarki membagi data menjadi 2, 3, 4, 5 dan 6 klaster
(Tabel 2). Klaster Hierarki mengelompokkan objek yang mirip dalam klaster yang
sama berdasarkan kemiripan yang dinyatakan dalam jarak antara pasangan objek.
Berdasarkan tahap penggabungan antar objek pada dendogram (Gambar 2),
klaster digabung pada jarak yang tinggi pada tiga tahap akhir penggabungan
11
(klaster digabung pada skala 14%). Berdasarkan jarak penggabungan tersebut,
maka pengklasteran dengan empat klaster adalah pemecahan yang tepat.
Gambar 2 Dendogram Klaster Hierarki. Dissimilarity 14%. Jeruk Keprok dari
Desa Rantau Panjang (RP), Jeruk Keprok dari Desa Padang Pangrapat
(PP), Borneo Prima (BP), Jeruk Keprok dari Desa Linggamanik Garut
dataran rendah (GR), Jeruk Keprok dari Desa Mekardaya Garut
dataran tinggi (GT).
Tabel 2 Keanggotaan klaster berdasarkan Klaster Hierarki dan K-Means Klaster
Keanggotaan klaster (Klaster Hierarki)
Tanamana
1: PP_1
2: PP_2
3: PP_3
4: PP_4
5: PP_5
6: RP_1
7: RP_2
8: RP_3
9: RP_4
10: RP_5
Jumlah klaster
6
1
2
1
1
1
1
3
1
2
2
5
1
2
1
1
1
1
2
1
2
2
4
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Keanggotaan
klaster (K-Means
Klaster)
Tanamana Klaster
PP_1
1
PP_2
1
PP_3
1
PP_4
1
PP_5
1
RP_1
1
RP_2
1
RP_3
1
RP_4
1
RP_5
1
12
11: RP_6
12: RP_7
13: RP_8
14: RP_9
15: RP_10
16: GR_1
17: GR_2
18: GR_3
19: GT_1
20: GT_2
21: GT_3
22: BP_1
23: BP_2
24: BP_3
2
2
1
1
3
4
4
4
5
5
5
2
3
6
2
2
1
1
2
3
3
3
4
4
4
2
2
5
1
1
1
1
1
2
2
2
3
3
3
1
1
4
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
1
1
3
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
1
1
1
RP_6
RP_7
RP_8
RP_9
RP_10
GR_1
GR_2
GR_3
GT_1
GT_2
GT_3
BP_1
BP_2
BP_3
1
1
1
1
1
2
2
2
3
3
3
1
4
4
a
Jeruk Keprok dari Desa Rantau Panjang (RP), Jeruk Keprok dari Desa Padang Pangrapat (PP),
Borneo Prima (BP), Jeruk Keprok dari Desa Linggamanik Garut dataran rendah (GR), Jeruk
Keprok dari Desa Mekardaya Garut dataran tinggi (GT).
Pengklasteran dengan metode K-Means Klaster menggunakan empat klaster
menunjukkan hasil yang sedikit berbeda dengan metode Klaster Hierarki. Pada
Klaster Hierarki, 60% anggota BP (Jeruk Keprok Borneo Prima) tergabung dalam
klaster yang sama dengan PP (jeruk keprok dari Padang Pangrapat) dan RP (jeruk
keprok dari Rantau Panjang), sedangkan pada K-Means Klaster, hanya 30%
anggota Jeruk Keprok Borneo Prima tergabung dalam klaster yang sama dengan
jeruk keprok dari Padang Pangrapat dan Rantau Panjang (Tabel 2).
Berdasarkan dua metode analisis klaster, jeruk keprok dari Padang
Pangrapat dan Rantau Panjang tergabung dalam satu klaster, sehingga jeruk
keprok dari dua lahan tersebut adalah sama. Jika dibandingkan dengan varietas
Borneo Prima, jeruk keprok dari Padang Pangrapat dan Rantau Panjang berbeda
dengan varietas Borneo Prima meskipun terdapat kemiripan karena sebagian
anggota Jeruk Keprok Borneo Prima termasuk dalam klaster yang sama dengan
jeruk keprok dari Padang Pangrapat dan Rantau Panjang.
Profil Klaster
Gambar 3 menunjukkan profil klaster dengan metode K-Means klaster.
Berdasarkan gambar tersebut, profil Klaster 1 (jeruk keprok dari Padang
Pangrapat dan Rantau Panjang) yaitu memiliki kekerasan daging buah dan total
asam tertitrasi di atas rata-rata klaster lainnya. Akan tetapi, variabel kekerasan
daging buah dan total asam tertitrasi memiliki korelasi negatif terhadap Faktor 2,
sehingga variabel tersebut bukan merupakan suatu keunggulan. Jeruk keprok dari
Padang Pangrapat dan Rantau Panjang memiliki diameter axis lebih sempit serta
jumlah biji yang lebih sedikit dari klaster lain. Klaster 2 (Jeruk Keprok Garut
dataran rendah, GR) memiliki panjang daun dan indeks warna daging buah di
bawah rata-rata klaster lain. Pada variabel lainnya, Jeruk Keprok Garut dataran
14
Tabel 3 Perbandingan kualitas jeruk keprok yang diamati dengan standar OECD
Karakter
Kandungan
jus (%)
PTT (⁰Brix)
TAT (%)
Rasio PTT :
TAT
Warna
kuning
Tekstur
kulit
Bentuk buah
Diameter
buah (mm)
OECD
(minimum)
Garut
dataran
tinggi
Garut
dataran
rendah
Padang
Pangrapat
Rantau
Panjang
Borneo
Prima
33%
43.8
44.3
37.8
38.2
28.9
8
0.40%
10.6
1.02%
12.9
1.04%
10.4
0.34%
9.7
0.31%
10.0
0.26%
7.5 : 1
10.4 : 1
12.4 : 1
29.9 : 1
31.3 : 1
37.9 : 1
1/3 bagian
kulit
5.6
(C.C.I)
5.6
(C.C.I)
8.4
(C.C.I)
5.1
(C.C.I)
6.2
(C.C.I)
halus
halus
halus
halus
halus
halus
tidak
berlekuk
45
tidak
tidak
berlekuk berlekuk
59.8
67.6
tidak
berlekuk
64.6
tidak
tidak
berlekuk berlekuk
67.8
68.5
Angka dengan warna kuning berarti belum memenuhi standar minimum OECD.
Pada Tabel 3, Warna kulit menggunakan satuan C.C.I (Citrus Colour Index).
Nilai index warna 3-7 berarti epikarp berwarna kuning. Nilai index warna lebih
dari 7 berarti epikarp berwarna jingga (Jiménez et al. 1981). Kelima jeruk tersebut
memiliki potensi untuk memenuhi standar kualitas OECD.
Jeruk keprok yang diperoleh di Kabupaten Garut dan di Kabupaten Paser
tersebut sangat berpotensi untuk dikembangkan. Praktik budidaya yang tidak
memperhatikan kualitas buah pun mampu menghasilkan buah yang dapat
memenuhi standar kualitas OECD dari segi kadar jus, PTT, warna kulit (Lampiran
2), tekstur kulit, bentuk buah, dan diameter buah. Jika praktik budidaya dilakukan
dengan baik, tentu akan menghasilkan buah yang lebih berkualitas.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Jeruk Keprok Garut dataran rendah berbeda dengan Jeruk Keprok Garut
dataran tinggi. Jeruk keprok dari Padang Pangrapat dan Rantau Panjang
merupakan aksesi yang sama. Jeruk keprok dari Padang Pangrapat dan Rantau
Panjang berbeda dengan varietas Borneo Prima. Jeruk Keprok Garut dataran
rendah serta Jeruk keprok dari Padang Pangrapat dan Rantau Panjang sesuai untuk
ditanam di dataran rendah. Jeruk Keprok Garut dataran tinggi dan dataran rendah
memiliki karakter buah yang dapat memenuhi standar kualitas OECD.
15
Saran
Jeruk Keprok Garut dataran rendah, Jeruk keprok dari Padang Pangrapat
dan Rantau Panjang, serta Borneo Prima perlu dikembangkan untuk area dataran
rendah. Jeruk Keprok Garut dataran rendah, serta Jeruk keprok dari Padang
Pangrapat dan Rantau Panjang berpotensi untuk didaftarkan sebagai varietas baru.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kekerabatan antara Jeruk Keprok
Garut dataran tinggi dan Jeruk Keprok Garut dataran rendah, serta kekerabatan
antara jeruk keprok dari Padang Pangrapat, jeruk keprok dari Rantau Panjang, dan
Jeruk Keprok Borneo Prima dengan menggunakan penanda molekuler DNA.
DAFTAR PUSTAKA
[Balitjestro] Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika. 2012. Varietas
Jeruk Unggulan Nasional. Batu. Jawa Timur [ID]: Balitjestro.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Data Ekspor Impor. http://www.bps.go.id.
[dinduh 6 Juli 2012].
Direktorat Budidaya Tanaman Buah. 2010. Profil Jeruk Keprok. Jakarta [ID]:
Direktorat Budidaya Tanaman Buah.
[IPGRI] International Plant Genetic Resources Institute. 1999. Descriptors for
Citrus. Italy [IT]: IPGRI.
Jiménez CMJ, Cuquerella J, Martínez JJM. 1981. Determination of a color index
for citrus fruit degreening. Di dalam: Matsumoto K, editor. Proceedings of the
International Society of Citriculture. Volume 2. International Citrus Congress;
1981 November 9-12; Tokyo, Japan. Tokyo [JP]: International Society of
Citriculture. hlm 750-753.
Karsinah, Sudarsono, Setyobudi L, Aswidinnoor H. 2002. Keragaman Genetik
Plasma Nutfah Jeruk Berdasarkan Ananlisis Penanda RAPD. Di dalam: Jurnal
Bioteknologi Pertanian. Volume 7 No. 1 2002. hlm 8-16.
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 464/Kpts/SR.120/9/2007. Pelepasan Jeruk
Keprok Borneo Prima Sebagai Varietas Unggul.
Martasari C, Mulyanto H. 2008. Teknik Identifikasi Varietas Jeruk. Di dalam:
Jurnal Iptek Hortikultura No. 4 Agustus 2008. Jakarta [ID]: Badan Litbang
Hortikultura.
Martasari C, Supriyanto A, Hardiyanto, Agisimanto D. 2012. Keragaman Jeruk
Siam Indonesia. [Diunduh 19 April 2012]. Tersedia pada: http://citrusbreeding.
wordpress.com/2012/04/19/keragaman-jeruk-siam-indonesia.
Nicolosi E. 2007. Origin and Taxonomy. Di dalam: Citrus; Genetics, Breeding,
and Biotechnology. Iqrar AK, editor. UK: Biddles Ltd. Kings Lynn.
[OECD] Organisation for Economic Co-operation and Development. 2008.
International Standards for Fruits and Vegetables; Citrus Fruits. Paris [FR]:
OECD.
Reuther W, Webber HJ, Batchelor LD. 1967. The Citrus Industry. Volume 1.
History, World Distribution, Botany and Varieties. California [US]: University
of California.
16
Riyanti. 2005. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Konsumen
Terhadap Buah Jeruk [Skripsi]. Jakarta [ID]: Universitas Mercu Buana.
Santoso S. 2010. Statistik Multivariat: Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Jakarta
[ID]: PT Elex Media Komputindo.
Sugiyarto M, Supriyanto A. 1992. Pemuliaan Tanaman Jeruk. Di dalam: Kasno A,
Dahlan M, Hasnam, editor. Prosiding Simposium Pemuliaan Tanaman IPPTI
Komisariat Daerah Jawa Timur; 1992 Agustus 27-28; Malang, Indonesia.
Malang [ID]: Balai Penelitian Tanaman Pangan. hlm 92-106.
Supranto J. 2004. Analisis Multivariat: Arti dan Interpretasi. Jakarta [ID]: PT
Rineka Cipta.
Suryana A, Suyamto, Supriyanto A, Agustian A, Triwiratno A, Winarno M. 2005.
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jeruk. Jakarta [ID]: Badan
Litbang Pertanian.
Verheij EWM, Coronel RE. 1992. Plant Resources of South-East Asia (PROSEA).
Volume 2. Edible Fruits and Nuts. Bogor [ID]: Prosea Foundation.
Lampiran 1 Deskripsi jeruk keprok yang diamati
Garut
dataran
tinggi
Deskripsi
Kondisi
lahan
Elevasi
[mdpl]
Latitude
922
7˚ 14’ 19.6”
S
107˚ 50’
36.6” E
Garut
dataran
rendah
Padang
Pangrapat
Rantau
Panjang
Borneo
Primaa
470
54
50
60 - 100
7⁰ 33’ 50.8” S
1⁰ 52’ 14.8” S
1⁰ 53’ 21.1” S
-
116⁰ 14’ 29.7”
E
116⁰ 14’ 41.3”
E
-
Datar (0-1%)
Datar (0-1%)
-
Datar
5
Tadah hujan
Baik
Datar
5-6
Tadah hujan
Kurang Baik
-
Topografi
Datar (0-1%)
Bentuk lahan
pH tanah
Pengairan
Drainase
Luas lahan
[ha]
Jarak tanam
[m² ]
Berbukit
6
Tadah hujan
Kurang baik
107⁰ 44’ 21.7”
E
Berbukit (1630%)
Berbukit
5-6
Tadah hujan
Baik
0,3
3
1,3
1
-
5x4
9x9
4,5 x 4,5
5x4
-
Jeruk Siam
Jeruk Siam,
Cengkeh (9 x
9)
Jeruk Siam
Jeruk Siam
-
8
12
12
5
9
Rough
Lemon
Japanese
Citroen
Japanese
Citroen
Japanese
Citroen
-
Longitude
Tumpang
sari
Tanaman
Umur
tanaman
[tahun]
Batang
bawah
17
Pengaruh
stress
Permukaan
batang atas
Bentuk
pohon
Percabangan
Kerapatan
jumlah
cabang
Duri
Daun
Warna tunas
daun
Belahan
daun
Warna
adaksial
Warna
abaksial
Variegata
Bentuk daun
Panjang
[mm]
Lebar [mm]
Rasio
panjang/lebar
[mm]
Tebal [mm]
Tepi daun
Bentuk sayap
petiol
Lebar sayap
petiol
Buah
Bulan mulai
berbunga
Bulan selesai
berbunga
Tanggal
mulai
berbuah
Tanggal
selesai
berbuah
Stress air
(kemarau),
jamur akar,
embun
tepung
(musim
hujan)
Tanah masam,
lalat buah
Lalat buah,
tanah masam,
akar terendam
air
(penghujan),
kekeringan
(kemarau)
Lalat buah
-
Halus
Halus
Halus
Halus
-
Ellipsoid
Ellipsoid
Spreading
Spreading
Ellipsoid
Erect
Erect
Erect
Erect
Erect
Rapat
Rapat
Rapat
Rapat
Rapat
Tidak
berduri
Tidak berduri
Tidak berduri
Tidak berduri
Tidak
berduri
Hijau
Hijau
Hijau
Hijau
Hijau
Tunggal
Tunggal
(monofoliate) (monofoliate)
Tunggal
(monofoliate)
Tunggal
(monofoliate)
Tunggal
(monofoliate)
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Tidak
Elliptic
Tidak
Elliptic
Tidak
Elliptic
Tidak
Elliptic
Tidak
Elliptic
60.600
73.467
74.020
78.620
89.000
30.467
33.533
33.760
35.880
42.500
2.001
2.197
2.227
2.220
2.119
0.3633
Entire
0.3320
Entire
0.3096
Entire
0.3792
Entire
0.3560
Ondulate
Obdeltate
Obdeltate
Obdeltate
Obdeltate
Obdeltate
Sempit
Sempit
Sempit
Sempit
Sempit
Desember
November
Oktober
Januari & Juli
Mei &
November
Januari
Desember
November
Februari &
Agustus
-
April
Januari
Desember
Februari &
Agustus
-
Agustus
Juni-Juli
Juni
Juni &
Desember
Oktober &
April
18
Diameter
[mm]
Panjang
[mm]
Berat [g]
Indeks warna
epikarp
Kekerasan
epikarp
[kg/s]
Lebar
epikarp
[mm]
Jumlah
juring per
buah
Indeks warna
daging buah
Kekerasan
daging buah
[kg/cm]
Tebal
mesokarp
[mm]
Diameter
axis [mm]
Kandungan
jus [ml]
Indeks warna
jus
Jumlah biji
Berat total
biji [g]
Berat kulit
[g]
Edible
portion [g]
Edible
portion [%
w/w]
PTT [⁰Brix]
TAT
[mg/100ml]
Vit. C
[mg/100ml]
Bentuk buah
Bentuk
pangkal buah
Bentuk ujung
buah
Tekstur
permukaan
59.864
67.667
64.667
67.800
68.500
51.663
57.033
52.133
54.850
60.000
98.778
132.533
111.333
121.000
175.000
5.685
5.685
8.410
5.102
6.205
0.239
0.381
0.242
0.331
0.301
2.500
2.607
2.091
2.147
4.750
10.333
10.566
9.667
10.250
11.000
5.337
5.337
6.603
6.820
6.748
0.662
0.662
0.357
0.313
0.328
43.833
56.283
50.863
53.575
64.250
4.077
15.550
15.897
18.400
20.500
43.342
58.798
42.133
46.250
50.632
4.748
4.748
3.657
4.203
4.021
7.000
23.641
14.133
11.450
14.500
0.821
2.784
1.803
1.638
2.644
25.383
26.645
23.828
25.523
55.245
72.573
103.265
85.702
93.838
123.375
71.504
77.885
76.860
77.672
70.500
10.667
12.912
10.453
9.780
10.050
10.200
10.400
3.493
3.120
2.650
53.000
31.621
19.976
16.706
86.960
Spheroid
Spheroid
Spheroid
Spheroid
Spheroid
Convex
Truncate
Truncate
Truncate
Convex
Rounded
Truncate
Truncate
Truncate
Depressed
Halus
Halus
Halus
Halus
-
19
buah
Kerekatan
albedo
terhadap
endokarp
Warna
albedo
Areola
Juring
Jumlah
juring per
buah
Kerekatan
antar juring
Keseragaman
bentuk juring
Ketebalan
dinding
juring
Axis
Bentuk
melintang
axis
Daging
buah
Warna
Keseragaman
warna daging
buah
Tekstur
daging buah
Panjang
vesikel [mm]
Ketebalan
vesikel
Biji
Bentuk biji
Tekstur
permukaan
biji
Lemah
Lemah
Lemah
Lemah
-
Putih
Putih
Putih
Putih
-
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
-
10 - 14
10 - 14
8 - 10
9 - 12
10 - 12
Lemah
Lemah
Lemah
Lemah
-
Tidak
Seragam
Tidak Seragam
Tidak Seragam Tidak Seragam
-
Tipis
Tipis
Tipis
Tipis
-
Semi-hollow
Semi-hollow
Semi-hollow
Semi-hollow
-
Tidak
beraturan
Tidak
beraturan
Tidak
beraturan
Tidak
beraturan
-
Oranye
Oranye
Oranye
Oranye
Oranye
Seragam
Seragam
Seragam
Seragam
-
Fleshy
Fleshy
Fleshy
Fleshy
Fleshy
8.850
9.590
11.880
11.750
-
2.660
3.700
3.850
4.030
-
Clavate
Clavate
Clavate
Clavate
Clavate
Berkerut
Halus
Halus
Halus
-
Warna biji
Krem
Krem
Krem
Krem
Putih
kehijauan
Warna
kotiledon
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
-
Embrioni biji
-
Monoembryoni Monoembryoni Monoembryoni
dan
dan
dan
Polyemberioni Polyemberioni Polyemberioni
a
Sumber: Lampiran Keputusan Menteri Pertanian Nomor 464/Kpts/SR.120/9/2007
20
Lampiran 2 Gambar varietas jeruk keprok yang diamati
21
Lampiran 2 Gambar varietas jeruk keprok yang diamati (lanjutan)
Keterangan : Jeruk Keprok dari Desa Rantau Panjang (RP), Jeruk Keprok dari
Desa Padang Pangrapat (PP), Jeruk Keprok dari Desa Linggamanik
Garut dataran rendah (GR), Jeruk Keprok dari Desa Mekardaya
Garut dataran tinggi (GT).
22
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pekalongan tanggal 13 Desember 1989 dari ayah
Syakib Arsalan dan ibu Fahimah. Penulis adalah putra keempat dari empat
bersaudara. Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Pekalongan dan pada
tahun yang sama penulis melanjutkan studi program sarjana di Institut Pertanian
Bogor, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.
Selama masa perkuliahan, penulis pernah aktif sebagai anggota EcoAgrifarma IPB dan mengikuti serangkaian kegiatan yang diselenggarakan oleh
lembaga beasiswa PPSDMS Nurul Fikri. Pada bulan Oktober 2010, penulis
berpartisipasi dalam program pertukaran pelajar di Kochi University, Jepang,
selama empat bulan. Saat ini penulis aktif di komunitas Madani Violin dan
komunitas Bogor Berkebun.
DATARAN RENDAH
SULEYMAN
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakterisasi Beberapa
Varietas Jeruk Keprok Dataran Rendah adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2013
Suleyman
NIM A24080069
ABSTRAK
SULEYMAN. Karakterisasi Beberapa Varietas Jeruk Keprok Dataran Rendah.
Dibimbing oleh ROEDHY POERWANTO.
Penelitian ini dilakukan untuk mengkarakterisasi plasma nutfah jeruk
berwarna kulit kuning ataupun jingga yang sesuai untuk dataran rendah.
Karakterisasi dilakukan terhadap jeruk yang terdapat di Desa Padang Pangrapat
dan Desa Rantau Panjang, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, serta Desa
Linggamanik, Kecamatan Cikelet, dan Desa Mekardaya, Kecamatan Bayongbong,
Kabupaten Garut pada bulan Mei-Agustus 2012. Pengamatan merujuk pada buku
Descriptors for Citrus (International Plant Genetic Resources Institute, 1999).
Karakter jeruk yang diamati selanjutnya dibandingkan dengan karakter varietas
yang telah dirilis oleh Departemen Pertanian, yaitu Keprok Borneo Prima
(Kalimantan Timur), dan Keprok Garut (Garut). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa jeruk yang diperoleh di Desa Padang Pangrapat dan Rantau Panjang tidak
berbeda satu sama lain, namun berbeda dengan Keprok Borneo Prima. Jeruk yang
diperoleh di Desa Linggamanik berbeda dengan Keprok Garut, sedangkan Jeruk
yang diperoleh di Desa Mekardaya adalah Keprok Garut.
Kata kunci: dataran rendah, karakterisasi, Keprok Borneo Prima, Keprok Garut
ABSTRACT
SULEYMAN. Characterization of Some Lowland Mandarin Varieties. Supervised
by ROEDHY POERWANTO.
The research was conducted to characterize germplasms of Mandarins
which have orange or orange-yellow epicarp color that is well-adapted in
lowlands. Characterization was conducted on citrus in Padang Pangrapat and
Rantau Panjang Village, Paser Regency, East Kalimantan, and Linggamanik
Village, Cikelet District and Mekardaya Village, Bayongbong District, Garut in
May-August 2012. The observations were referring to Descriptors for Citrus
(International Plant Genetic Resources Institute, 1999). The character of observed
citrus were compared with the similar variety that have been released by the
Ministry of Agriculture; namely Keprok Borneo Prima (East Kalimantan), and
Keprok Garut (Garut). The results showed that the citrus obtained in Padang
Pangrapat and Rantau Panjang Village were not different each other, but different
from Keprok Borneo Prima. The citrus obtained at Linggamanik Village was
different from Keprok Garut. The citrus obtained at Mekardaya Village was
similar to Keprok Garut. .
Keywords: characterization, Keprok Borneo Prima, Keprok Garut, lowland
KARAKTERISASI BEBERAPA VARIETAS JERUK KEPROK
DATARAN RENDAH
SULEYMAN
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Karakterisasi Beberapa Varietas Jeruk Keprok Dataran Rendah
Nama
: Suleyman
NIM
: A24080069
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Roedhy Poerwanto, MSc
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Agus Purwito, MSc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2012 ini ialah
karakterisasi, dengan judul Karakterisasi Beberapa Varietas Jeruk Keprok Dataran
Rendah.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Kementerian Riset dan
Teknologi yang mendanai penelitian ini melalui hibah Program Insentif Riset
Sistem Inovasi Nasional (SINas) yang dihibahkan kepada Bapak Prof Dr Ir
Roedhy Poerwanto (Kontrak Kerjasama No. 1.28/SEK/IRS/PPK/I/2012, Judul
Penelitian: Pengembangan Jeruk Unggulan Indonesia Guna Pemenuhan
Kebutuhan Gizi Masyarakat dan Penghematan Devisa Negara). Terima kasih
penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Roedhy Poerwanto selaku pembimbing
yang telah memberikan bimbingan dan pengarahannya selama ini serta kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penyusunan karya ilmiah
ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang
berkepentingan.
Bogor, Juli 2013
Suleyman
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
3
Taksonomi Jeruk (Citrus spp.)
3
Deskripsi
4
Karakter
4
METODE
6
Tempat dan Waktu
6
Bahan dan Alat
6
Prosedur Analisis Data
6
Pengamatan Karakter Tanaman
7
HASIL DAN PEMBAHASAN
Aspek Budidaya Jeruk Keprok
8
8
Komponen Utama Karakter Tanaman
10
Profil Klaster
12
Standar Kualitas OECD
13
SIMPULAN DAN SARAN
14
Simpulan
14
Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
15
RIWAYAT HIDUP
22
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Variabel pembentuk komponen utama
Tabel 2 Keanggotaan klaster berdasarkan Klaster Hierarki dan K-Means
Klaster
Tabel 3 Perbandingan kualitas jeruk keprok yang diamati dengan standar
OECD
10
11
14
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Perkembangan impor jeruk di Indonesia (BPS 2012)
Gambar 2 Dendogram Klaster Hierarki
Gambar 3 Profil klaster menggunakan analisis K-Means Klaster
1
11
13
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Deskripsi varietas jeruk keprok yang diamati
Lampiran 2 Gambar varietas jeruk keprok yang diamati
16
20
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ton
Pada tahun 2011 Indonesia mengimpor buah segar sebanyak 620 466 ton,
dan diantaranya sebanyak 182 345 ton adalah buah jeruk (BPS 2012). Impor buah
jeruk dari tahun 1999 hingga 2011 cenderung meningkat (Gambar 1). Salah satu
kualitas jeruk yang belum bisa dipenuhi oleh produsen dalam negeri adalah warna
kulit jeruk. Sebagian besar konsumen menyukai jeruk yang berwarna jingga,
seperti jeruk mandarin dan jeruk impor lainnya. Riyanti (2005) menyatakan
bahwa semakin jingga warna kulit buah jeruk, maka permintaan terhadap buah
jeruk tersebut semakin meningkat. Untuk memenuhi keinginan konsumen
terhadap warna kulit jeruk yang lebih menarik, maka perlu dikembangkan jeruk
lokal dengan warna kulit jingga.
200 000
180 000
160 000
140 000
120 000
100 000
80 000
60 000
40 000
20 000
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Tahun
Gambar 1 Perkembangan impor jeruk di Indonesia (BPS 2012)
Beberapa varietas jeruk lokal ada yang berwarna kulit kuning mendekati
jingga, terutama jeruk keprok, seperti Keprok Garut (Garut, Jawa Barat), Keprok
Batu 55 (Malang, Jawa Timur), Keprok Brastepu (Karo, Sumatra Utara), Keprok
Gayo (Aceh), dan Keprok Soe (NTT). Varietas-varietas jeruk keprok tersebut
merupakan varietas yang sesuai untuk dibudidayakan di dataran tinggi, yaitu pada
ketinggian di atas 700 mdpl. Varietas jeruk keprok yang sesuai untuk
dibudidayakan di dataran rendah masih sangat terbatas jumlahnya. Misalnya
Keprok Terigas (Sambas, Kalimantan Barat), Keprok Kacang (Solok, Sumatra
Barat), dan Keprok Siompu (Siompu, Sulawesi Utara). Namun jeruk keprok yang
sesuai untuk dataran rendah tersebut memiliki karakter warna kulit hijau
(Balitjestro 2012).
Dari segi penampilan dan rasa, jeruk keprok merupakan jenis yang sesuai
untuk menyaingi kriteria kualitas yang dimiliki oleh jeruk impor. Karakter khas
jeruk keprok antara lain berkulit tebal, mudah dikupas, beraroma segar, serta
memiliki rasa manis barcampur asam. Berbeda dengan jeruk siam yang berkulit
tipis, sulit dikupas, serta meninggalkan rasa pahit setelah dimakan. Sebagian besar
varietas jeruk keprok hanya sesuai untuk dibudidayakan di dataran tinggi. Namun,
2
sekarang terdapat beberapa varietas jeruk keprok dataran rendah yang dapat
menghasilkan buah dengan warna kulit kuning mendekati jingga. Misalnya
Keprok Madura (Pamekasan, Jawa Timur), Keprok Borneo Prima (Kutai Timur,
Kalimantan Timur), Keprok Selayar (Pulau Selayar, Sulawesi Selatan), dan
Keprok Tejakula (Buleleng, Bali) (Balitjestro 2012).
Indonesia memiliki banyak plasma nutfah. Banyak daerah yang memiliki
jenis-jenis jeruk yang tidak diketahui asal-usulnya sehingga dianggap sebagai
kultivar lokal (Sugiyarto dan Supriyanto 1992). Jenis-jenis jeruk yang tidak
diketahui asal-usulnya tersebut perlu dideskripsikan. Terutama jeruk berwarna
kulit kuning maupun jingga yang potensial untuk dikembangkan di dataran rendah.
Selain itu, juga perlu dilakukan pengkoleksian varietas jeruk lokal dengan warna
kulit kuning maupun jingga. Pendeskripsian jeruk tersebut perlu dilakukan untuk
mengetahui karakter jeruk yang akan dibudidayakan. Karakterisasi dilakukan
untuk mengetahui sifat-sifat agronomi, karakter morfologi, serta karakter-karakter
penting lainnya yang bernilai ekonomi atau merupakan penciri dari suatu varietas.
Karakterisasi merupakan kegiatan penting dalam pengelolaan plasma nutfah yang
digunakan untuk menyusun deskripsi suatu varietas dalam rangka seleksi pada
program pemuliaan.
Karakterisasi perlu dilakukan pada jeruk yang tumbuh pada dataran rendah.
Kemampuan tumbuh dan berbuah pada dataran rendah merupakan potensi besar
dalam pengembangan jeruk di Indonesia. Luas area dataran rendah di Indonesia
lebih dominan daripada dataran tinggi. Selain itu, dataran tinggi lebih banyak
dialokasikan untuk kawasan konservasi dan kawasan penanaman komoditas
lainnya. Kemampuan tumbuh dan berbuah pada dataran rendah akan
memudahkan pengembangan varietas jeruk lokal pada area yang lebih luas,
sehingga dapat menghasilkan produksi yang tinggi.
Jumlah produksi yang besar harus diimbangi dengan kualitas buah yang
baik sehingga dapat diterima oleh pasar dan mampu bersaing dengan jeruk impor.
Karakter buah yang diamati selanjutnya dibandingkan dengan standar kualitas
buah jeruk yang ditetapkan oleh Organisation for Economic Co-operation and
Development (OECD). Jika varietas jeruk yang diamati memenuhi standar
kualitas OECD, maka varietas tersebut berpotensi untuk bersaing di pasar
internasional.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tanaman jeruk yang berada
di lahan pertanian dengan menggunakan deskriptor jeruk yang dirumuskan oleh
International Plant Genetic Resources Institute (IPGRI), serta membandingkan
kualitas jeruk lokal yang diamati dengan standar kualitas yang ditetapkan oleh
OECD.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Taksonomi Jeruk (Citrus spp.)
Jeruk (Citrus spp.) merupakan anggota famili Rutaceae yang terdiri dari
banyak spesies dan varietas yang tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia.
Jeruk keprok yang terdapat di Indonesia antara lain; Keprok Kacang (Sumatra
Barat), Keprok Batu 55 (Jawa Timur), Keprok Selayar (Sulawesi Selatan), Keprok
Pulung (Jawa Timur), Keprok Keling (Sumatra Utara), Keprok Tawangmangu
(Jawa Tengah), Keprok Tejakula (Bali), dan Keprok Madura (Jawa Timur)
(Karsinah et al. 2002). Jeruk siam yang terdapat di Indonesia antara lain; Siam
Pontianak, Siam Medan, Siam Banjar, Siam Kintamani, Siam Ponorogo, Siam
Jember, dan Siam Mamuju (Martasari et al. 2012).
Menurut Reuther et al. (1967), taksonomi dari tanaman jeruk adalah
sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Divisi
: Embryophyta Siphonogama
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Sub Kelas
: Archichlamydeae
Ordo
: Geraniales
Subordo
: Geraniineae
Famili
: Rutaceae (suku jeruk-jerukan)
Genus
: Citrus
Para ahli taksonomi menyatakan bahwa Citrus termasuk pada Ordo
Geraniales, famili Rutaceae, dan subfamili Aurantioideae. Rutaceae merupakan
satu dari 12 famili pada subordo Geraniineae, dan Aurantioideae merupakan satu
dari tujuh subfamili pada famili Rutaceae, yang meliputi spesies jeruk komersial
dan beberapa genus penting lainnya (Nicolosi 2007).
Swingle dalam buku The Citrus Industry membagi subfamili Aurantioideae
menjadi dua suku: Clauseneae dengan lima genus, dan Citreae dengan 28 genus
termasuk Citrus dan beberapa genus terkait seperti Fortunella, Poncirus,
Eremocitrus, Microcitrus dan Clymenia. Kondisi taksonomi pada famili,
subfamili, genus, dan spesies dalam Aurantioideae cukup kontroversial, kompleks,
dan terkadang membingungkan. Citrus dan beberapa genus terkait, berhibridisasi
dengan mudah, dan hal ini telah terjadi di alam liar selama berabad-abad (Reuther
et al. 1967).
Subgenus Citrus memiliki 10 spesies dan 7 diantaranya menjadi jeruk
komersial yang banyak dibudidayakan saat ini, yaitu: 1) Citrus sinensis Osbeck
(jeruk manis), 2) Citrus reticulata Blanco (jeruk keprok), 3) Citrus maxima Merr
4
(jeruk besar), 4) Citrus limon (jeruk lemon), 5) Citrus aurantifolia (jeruk nipis), 6)
Citrus medica (sitrun), dan 7) Citrus paradisi (grapefruit) (Martasari 2008).
Deskripsi
Deskripsi morfologi jeruk keprok berdasarkan PROSEA (1992) yaitu:
tanaman kecil (belum dewasa) biasanya berduri, cabang muda angular, sedangkan
cabang yang lebih tua tidak berduri. Semua bagian memiliki kelenjar yang
mengandung cairan aromatik. Daun sederhana, tidak majemuk, tipis. Petiol
umumnya bersayap, menyatu atau terpisah dengan lembar daun. Lembar daun
bergerigi atau halus, dengan sedikit hidatoda. Bunga tunggal, umumnya
hermaprodit. Kelopak bunga berbentuk mangkuk, terdiri dari 4-5 bagian. Mahkota
bunga terdiri atas 4-8 petal, namun pada umumnya hanya terdiri dari lima petal.
Stamen berjumlah 4-10 kali lipat jumlah petal, namun pada umumnya empat kali
jumlah petal. Buah hesperidium, kulit buah (epikarp) banyak mengandung
kelenjar minyak. Bagian mesokarp kering dan berwarna putih. Endokarp terdiri
dari beberapa juring yang mengandung vesikel. Vesikel mengandung banyak
cairan yang manis, asam, atau pahit. Biji berwarna pucat, dan pada umumnya
poliembrioni.
Jeruk keprok dalam dunia perdagangan dikenal sebagai Mandarin.
Menurut klasifikasi secara hortikultura (Reuther et al. 1967), Mandarin terbagi ke
dalam empat spesies:
1. “Common Mandarins” (Citrus reticulata Blanco). Pohon kecil berduri
dengan ranting yang ramping. Daun lanset atau elips dengan ujung dan
pangkal yang berbentuk meruncing. Bunga timbul secara tunggal atau
bersamaan pada aksilar daun. Buah berbentuk membulat atau agak bulat
dengan kulit yang tipis, mudah dikupas dan dipisahkan dari juring, serta
berwarna oranye terang atau merah-oranye ketika sudah masak. Biji kecil
dengan salah satu ujung yang melancip serta embryo berwarna hijau.
2. “King Mandarins” (Citrus nobilis Loureiro). Pohon tegak berduri atau
tanpa duri. Daun lebar berbentuk lanset. Tangkai daun agak panjang
dengan sayap petiol yang sempit. Buah cukup besar. Kulit buah agak
tebal dan agak sulit dikupas atau dipisahkan dari juring. Jumlah biji
sedikit atau banyak. Jumlah juring antara 12-14.
3. “Satsuma Mandarins” (Citrus unshiu Marcovitch). Pohon biasanya
memiliki cabang yang menyebar dengan ranting terkulai. Hampir tidak
berduri. Daun lanset dengan tangkai yang panjang dan bersayap. Bunga
memiliki serbuk sari yang steril.buah berwarna oranye, berukuran sedang,
dan tanpa biji. Jumlah juring 10-12.
4. “Mediterranean Mandarins” (Citrus deliciosa Tenore). Pohon memiliki
cabang yang terkulai, hampir tidak berduri. Daun berbentuk lanset. Buah
berukuran sedang dan berbiji. Jumlah juring 10-12.
Karakter
Karakter suatu tanaman dapat ditinjau dari dua sisi, dari sisi konsumen dan
dari sisi produsen. Dari sisi konsumen, karakter yang dikehendaki terutama pada
5
karakter buah. Hal ini terkait erat dengan kualitas buah. Dari sisi produsen,
karakter tanaman lebih banyak ditekankan pada adaptasi lingkungan tumbuh.
OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) menerapkan
standar kualitas jeruk untuk memenuhi permintaan konsumen terhadap jeruk yang
berkualitas.
Standar kualitas yang diterapkan oleh OECD antara lain; batas minimal
kandungan jus (33%), batas minimal warna oranye (sepertiga bagian kulit buah),
batas minimal diameter buah (45 mm), dan batas minimal rasio gula/asam (6.5/1).
Standar kualitas lainnya meliputi batas minimal kerusakan fisik buah (OECD,
2008).
Beberapa varietas jeruk lokal yang berpotensi untuk memenuhi standar
kualitas yang ditetapkan oleh OECD, antara lain Keprok Batu 55, Keprok Garut,
dan Keprok Borneo Prima, dengan karakter sebagai berikut:
Keprok Batu 55 (dataran tinggi). Buah berbentuk bulat pendek atau agak
bulat dengan ukuran rata-rata tinggi 5.7 cm, diameter 6.3 cm. Kulit buah matang
berwarna kuning dan permukaannya halus. Ujung buah berlekuk dalam. Buah
jeruk ini tidak berpusar buah. Ketebalan kulit rata-rata 2.3 mm. Daging buah
bertekstur lunak dengan rasa manis. Buah mengandung banyak air. Berat buah
rata-rata 123.3 g per buah. Biji berwarna krem dan berbentuk oval. Tiap buah
memiliki kira-kira enam belas biji dengan ukuran rata-rata tinggi 10 mm, diameter
5 mm. Tanaman tumbuh berupa pohon berbatang rendah dengan tinggi antara 2-8
m. Umumnya tanaman ini tidak berduri. Batang bulat atau setengah bulat dan
memiliki percabangan yang banyak dengan tajuk sangat rindang. Dahan kecil dan
letaknya berpencar tidak beraturan. Daun berbentuk bulat telur memanjang, elips,
atau lanset dengan pangkal tumpul dan ujung meruncing seperti tombak.
Permukaan atas daun berwarna hijau tua mengilat, sedangkan permukaan bawah
hijau muda. Panjang daun 4-8 cm dan lebar 1.5-4 cm. Tangkai daun bersayap
sangat sempit sehingga bisa dikatakan tidak bersayap (Direktorat Budidaya
Tanaman Buah 2010).
Keprok Garut (dataran tinggi). Buah berbentuk bulat dengan permukaan
yang halus. Ukuran buah rata-rata tinggi 5.6 cm, diameter 5.9 cm. Ujung buah
bulat dan tidak memiliki pusar buah. Tangkai buah pendek. Kulit buah matang
berwarna kuning dengan ketebalan 3 mm. Daging buah bertekstur lunak dan
berair banyak dengan rasa yang manis. Setiap buah rata-rata berbobot 62.5-70 g.
Jumlah biji sekitar tujuh per buah dengan ukuran rata-rata tinggi 8 mm, diameter 4
mm. Permukaan biji halus dengan urat biji yang hampir tidak tampak. Biji
berwarna krem dan berbentuk oval. Tanaman tumbuh berupa pohon berbatang
rendah dengan tinggi antara 2-8 m. Umumnya tanaman ini tidak berduri. Batang
bulat atau setengah bulat dan memiliki percabangan yang banyak dengan tajuk
sangat rindang. Dahan kecil dan letaknya berpencar tidak beraturan. Daun
berbentuk bulat telur memanjang, elips, atau lanset dengan pangkal tumpul dan
ujung meruncing seperti tombak. Permukaan atas daun berwarna hijau tua
mengilat, sedangkan permukaan bawah hijau muda. Panjang daun 4-8 cm dan
lebar 1.5-4 cm. Tangkai daunnya bersayap sangat sempit sehingga bisa dikatakan
tidak bersayap (Direktorat Budidaya Tanaman Buah 2010).
Keprok Borneo Prima (dataran rendah). Buah berbentuk bulat pendek atau
agak bulat dengan ukuran rata-rata tinggi 5.6-6.4 cm, diameter 6.1-7.6 cm. Kulit
buah matang berwarna kuning dan permukaannya halus. Ujung buah berlekuk
6
dalam. Pangkal buah berkonde. Buah jeruk ini tidak berpusar buah. Ketebalan
kulit rata-rata 3.5 mm. Daging buah bertekstur lunak dengan rasa manis. Buah
mengandung jus 19.79-26.24%. Berat buah antara 60-290 gram per buah. Biji
berwarna krem dan berbentuk oval. Tiap buah memiliki 7-22 biji dengan ukuran
panjang 11-12 mm, diameter 6-7 mm. Tanaman tumbuh berupa pohon berbatang
rendah dengan tinggi rata-rata 3.5 m. Umumnya tanaman ini tidak berduri. Batang
bulat atau setengah bulat dan memiliki tajuk menjulang dengan percabangan yang
rapat mengarah ke atas. Daun berbentuk jorong dengan tepi beringgit dan ujung
meruncing. Permukaan atas daun berwarna hijau tua mengilat, sedangkan
permukaan bawah hijau muda. Panjang daun 8.2-9.6 cm dan lebar 3.5-5.0 cm.
Panjang tangkai daun 1.2-2.5 cm bersayap sangat sempit sehingga bisa dikatakan
tidak bersayap (Direktorat Budidaya Tanaman Buah 2010).
METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2012 sampai dengan Februari 2013,
di laboratorium Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) Baranangsiang. Buah
jeruk diperoleh dari tanaman jeruk yang ditanam oleh petani jeruk di Garut, dan
Kalimantan Timur.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh bagian tanaman
jeruk yang langsung diamati di lahan, serta buah jeruk untuk diamati di
laboratorium. Alat yang digunakan adalah GPS (Global Positioning System untuk
menentukan posisi serta ketinggian tempat), jangka sorong, penetrometer,
refractometer, colormeter, satu set alat titrasi asam dan titrasi vitamin C,
timbangan, kamera, Munsell Color Charts for Plant Tissues, serta mikroskop.
Prosedur Analisis Data
Data primer diperoleh dengan pengamatan secara langsung, baik di lapang
maupun di laboratorium. Data sekunder (aspek budidaya yang dilakukan oleh
petani) diperoleh melalui wawancara dengan petani. Data yang diperoleh
selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif dengan perhitungan rataan,
persentase, dan perhitungan matematika sederhana lainnya. Selanjutnya,
dilakukan analisis data dengan Analisis Komponen Utama dan Analisis Klaster
dengan menggunakan software SPSS.
7
Pengamatan Karakter Tanaman
Pengamatan merujuk pada buku Descriptors for Citrus (International Plant
Genetic Resources Institute, 1999). Karakter yang diamati adalah :
A. Karakter tajuk, meliputi diameter batang utama, permukaan batang, serta
bentuk kanopi.
1. Diameter batang utama diukur pada 20cm ke atas dan 20cm ke bawah
dari garis okulasi.
2. Permukaan batang diamati secara visual serta diraba dengan tangan.
3. Bentuk kanopi diamati secara visual.
B. Karakter daun, meliputi warna daun (adaksial dan abaksial), bentuk lamina,
panjang daun, lebar daun, ketebalan daun, serta bentuk petiol.
1. Warna daun diamati pada bagian adaksial dan abaksial dengan Munsell
Color Charts for Plant Tissues.
2. Bentuk lamina diamati secara visual.
3. Panjang daun diamati pada pangkal petiol sampai ujung lamina dengan
jangka sorong.
4. Lebar daun diamati pada bagian terlebar dari daun dengan jangka
sorong.
5. Ketebalan daun diamati pada bagian tertebal dari daun, tetapi bukan
pada tulang daun. Pengamatan dengan menggunakan jangka sorong.
6. Bentuk petiol diamati secara visual.
C. Karakter bunga, meliputi panjang tangkai bunga, diameter kelopak, tipe
bunga, warna bunga, warna anther, jumlah petal, panjang petal, lebar petal,
jumlah stamen, dan viabilitas polen.
1. Panjang tangkai bunga diamati pada pangkal tangkai bunga sampai
pangkal kelopak diukur menggunakan jangka sorong.
2. Diameter kelopak diamati pada bagian terlebar dari kelopak dengan
menggunakan jangka sorong.
3. Tipe bunga diamati secara visual (jantan, betina, atau hermaprodit).
4. Warna bunga diamati dengan menggunakan Munsell Color Charts for
Plant Tissues.
5. Warna anther diamati secara visual.
6. Jumlah petal diamati secara visual.
7. Panjang petal diukur dengan menggunakan jangka sorong.
8. Lebar petal diukur pada bagian terlebar dari petal. Pengamatan dengan
menggunakan jangka sorong.
9. Jumlah stamen diamati secara visual.
10. Viabilitas polen dengan mengecambahkan polen terlebih dahulu,
kemudian diamati secara visual dengan mikroskop.
D. Karakter buah, meliputi berat buah, berat kulit buah, berat bagian buah
yang dapat dimakan, diameter buah, panjang buah, bentuk buah, bentuk
pangkal buah, bentuk ujung buah, indeks warna epikarp, ketebalan epikarp,
tekstur permukaan buah, kekerasan buah, ketebalan mesokarp, warna
albedo, diameter areola, jumlah juring, bentuk juring, diameter axis,
indeks warna daging buah, kekerasan daging buah, tekstur daging buah,
panjang vesikel, ketebalan vesikel, kandungan jus, PTT, TAT, kadar
vitamin C, dan indeks warna jus.
8
1. Buah dipanen dengan menggunakan gunting kemudian diberi label
sesuai dengan nomor tanaman yang diamati.
2. Berat buah dan berat kulit buah diukur dengan timbangan digital.
3. Berat bagian buah yang dapat dimakan (edible portion) diperoleh
dengan perhitungan : berat buah – (berat kulit + berat biji).
4. Diameter buah diukur pada bagian ekuator terlebar dari buah dengan
menggunakan jangka sorong.
5. Panjang buah diukur pada bagian membujur dari buah. Pengamatan
dengan menggunakan jangka sorong.
6. Bentuk buah, bentuk pangkal buah, bentuk ujung buah, dan bentuk
juring diamati secara visual.
7. Indeks warna epikarp, indeks warna daging buah, dan indeks warna jus
diukur dengan menggunakan colormeter.
8. Ketebalan epikarp diukur pada bagian tertebal dari epikarp dengan
menggunakan jangka sorong.
9. Ketebalan mesokarp diukur pada bagian tertebal dari mesokarp dengan
menggunakan jangka sorong.
10. Warna albedo diamati secara visual.
11. Kekerasan buah dan kekerasan daging buah diukur dengan
menggunakan penetrometer.
12. Tekstur permukaan buah dan tekstur daging buah diamati secara visual
dan rabaan.
13. Panjang dan ketebalan vesikel diukur dengan menggunakan jangka
sorong.
14. Kandungan jus diamati dengan memeras buah dan mengukurnya
dengan gelas ukur.
15. TSS diamati dengan menggunakan refractometer.
16. TAT diamati dengan titrasi jus menggunakan NaOH 0.1 M.
17. Kadar vitamin C diamati dengan titrasi jus menggunakan Iodin 0.01 N.
E. Karakter biji, meliputi jumlah biji, berat biji, bentuk biji, tekstur
permukaan biji, warna biji, warna kotiledon, dan embrioni biji.
1. Jumlah biji, bentuk biji, dan warna biji diamati secara visual.
2. Tektur permukaan biji diamati secara visual dan rabaan.
3. Warna kotiledon diamati secara visual.
4. Embrioni biji diamati dengan mengecambahkan biji dan menghitung
jumlah kecambah pada tiap biji.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Aspek Budidaya Jeruk Keprok
Aspek budidaya berikut ini adalah teknis budidaya yang dilakukan oleh
petani jeruk. Keterangan tentang aspek budidaya ini diperoleh dengan wawancara
bersama petani jeruk.
9
Jeruk Keprok Garut Dataran Rendah (GR)
Bibit jeruk yang digunakan adalah bibit okulasi. Pohon jeruk keprok
ditanam bersama dengan jeruk siam dan pohon cengkeh. Pohon cengkeh dan jeruk
ditanam berseling dengan jarak 4.5m x 4.5m, sehingga jarak antar jeruk 9m x 9m.
Pemangkasan hanya dilakukan saat pembentukan tajuk. Saat tajuk sudah
terbentuk dengan pola 1-3-9, tidak dilakukan pemangkasan pemeliharaan
sehingga banyak terdapat tunas air. Pupuk kandang hanya digunakan saat awal
penanaman, selanjutnya jarang dilakukan pemupukan. Pengairan tanaman
tergantung pada hujan. Pengendalian terhadap hama dan penyakit tanaman tidak
dilakukan, meskipun hama lalat buah sangat merugikan. Panen dilakukan dengan
memetik buah secara langsung, tidak menggunakan gunting. Buah yang telah
dipanen tidak dibersihkan, hanya disortir secara manual berdasarkan jenis buah
(siam dan keprok) dan berdasarkan ukuran buah. Buah dikemas dalam peti kayu
yang pada bagian dalamnya dilapisi dengan daun pisang yang telah kering.
Jeruk Keprok Garut Dataran Tinggi (GT)
Bibit jeruk yang digunakan adalah bibit okulasi. Pohon jeruk keprok
ditanam bersama dengan jeruk siam. Jarak tanam 5m x 4m. Pemangkasan
dilakukan untuk membentuk tajuk dengan pola 1-3-9, serta dilakukan
pemangkasan pemeliharaan untuk menghilangkan tunas air. Pupuk kandang
digunakan saat awal penanaman, selanjutnya dilakukan pemupukan dengan
mengkombinasikan pupuk kandang dan pupuk anorganik. Pupuk kandang
diaplikasikan setelah panen bersama dengan pupuk NPK dan kapur. Pada saat
mulai berbunga, diaplikasikan pupuk NPK dengan dosis P dan K yang lebih tinggi.
Pengairan tanaman tergantung pada hujan. Pengendalian hama dan penyakit
dilakukan hanya ketika gangguan tersebut sangat merugikan. Panen dilakukan
dengan memetik buah secara langsung, tidak menggunakan gunting. Buah yang
telah dipanen tidak dibersihkan, hanya disortir secara manual berdasarkan jenis
buah (siam dan keprok) dan berdasarkan ukuran buah. Buah dikemas di dalam
kardus.
Jeruk Keprok Paser, Desa Padang Pangrapat (PP)
Bibit jeruk yang digunakan adalah bibit okulasi. Pohon jeruk keprok
ditanam bersama dengan jeruk siam. Jarak tanam 4.5m x 4.5m. Tidak dilakukan
pemangkasan baik untuk pembentukan tajuk maupun untuk menghilangkan tunas
air. Pemupukan hanya menggunakan pupuk anorganik, NPK. Pupuk NPK
diaplikasikan setelah panen. Pengairan tanaman tergantung pada hujan, namun
tanaman sering terendam banjir. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan
ketika terjadi gangguan. Panen dilakukan dengan memetik buah secara langsung,
tidak menggunakan gunting. Buah yang telah dipanen tidak dibersihkan, hanya
disortir secara manual berdasarkan jenis buah (siam dan keprok) dan berdasarkan
ukuran buah. Buah dikemas di dalam keranjang.
Jeruk Keprok Paser, Desa Rantau Panjang (RP)
Bibit jeruk yang digunakan adalah bibit okulasi. Pohon jeruk keprok
ditanam bersama dengan jeruk siam. Jarak tanam 5m x 4m. Pemangkasan
dilakukan untuk membentuk tajuk dengan pola 1-3-9, serta dilakukan
pemangkasan pemeliharaan untuk menghilangkan tunas air. Pemupukan hanya
10
menggunakan pupuk NPK yang diaplikasikan saat berbunga dan setelah panen.
Pengairan tanaman tergantung pada hujan, namun tanaman sering terendam banjir.
Pengendalian hama dan penyakit tidak dilakukan karena selama ini gangguan
hanya berasal dari thrips dan jamur, hal tersebut tidak merugikan. Panen
dilakukan dengan memetik buah secara langsung, tidak menggunakan gunting.
Buah yang telah dipanen tidak dibersihkan, hanya disortir secara manual
berdasarkan jenis buah (siam dan keprok), namun tidak disortir berdasarkan
ukuran buah. Buah dikemas di dalam keranjang.
Komponen Utama Karakter Tanaman
Karakter yang menentukan pengelompokan pada analisis klaster ditentukan
dengan menggunakan analisis faktor. Analisis faktor dengan metode Analisis
Komponen Utama (AKU) digunakan untuk (1) identifikasi variabel baru yang
mendasari data variabel ganda, (2) mengurangi banyaknya dimensi variabel yang
banyak dan saling berkorelasi menjadi variabel baru yang tidak berkorelasi
dengan mempertahankan keragaman pada himpunan data, dan (3) menghilangkan
variabel asal yang mempunyai sumbangan informasi yang relatif kecil (Supranto
2004). Pada SPSS, banyaknya komponen utama yang dipilih yaitu apabila nilai
KMO (Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy) lebih dari 0.5
(Santoso 2010).
Jumlah variabel kuantitatif yang diamati yaitu sebanyak 25 variabel.
Analisis faktor yang digunakan dapat mereduksi jumlah variabel yang diamati
menjadi hanya 14 variabel yang dikelompokkan ke dalam tiga faktor yang
terbentuk. Rata-rata nilai komunalitas variabel terhadap faktor yang terbentuk
yaitu 0.808 yang berarti 80.8% varian dari tiap variabel bisa dijelaskan oleh faktor
yang terbentuk. Faktor yang terbentuk yaitu Faktor 1, Faktor 2, dan Faktor 3
(Tabel 1). Ketiga faktor yang terbentuk selanjutnya dianalisis dengan metode
Klaster Hierarki dan K-Means Klaster.
Tabel 1 Variabel pembentuk komponen utama
Faktor 1
Diameter buah (0.738)
Panjang buah (0.734)
Tebal mesokarp (0.686)
Kandungan jus (0.850)
Jumlah biji (0.827)
Edible portion (0.714)
Faktor 2
Panjang daun (0.645)
Indeks warna daging buah (0.888)
Kekerasan daging buah (-0.961)
Diameter axis (0.792)
Total asam tertitrasi (-0.974)
Faktor 3
Berat buah (0.679)
Jumlah juring (0.878)
Berat kulit (0.809)
Nilai yang tertera pada tabel diatas adalah factor loading yang telah dirotasi. Nilai factor loading
tersebut menunjukkan korelasi antara variabel dengan faktor yang terbentuk.
Metode Klaster Hierarki membagi data menjadi 2, 3, 4, 5 dan 6 klaster
(Tabel 2). Klaster Hierarki mengelompokkan objek yang mirip dalam klaster yang
sama berdasarkan kemiripan yang dinyatakan dalam jarak antara pasangan objek.
Berdasarkan tahap penggabungan antar objek pada dendogram (Gambar 2),
klaster digabung pada jarak yang tinggi pada tiga tahap akhir penggabungan
11
(klaster digabung pada skala 14%). Berdasarkan jarak penggabungan tersebut,
maka pengklasteran dengan empat klaster adalah pemecahan yang tepat.
Gambar 2 Dendogram Klaster Hierarki. Dissimilarity 14%. Jeruk Keprok dari
Desa Rantau Panjang (RP), Jeruk Keprok dari Desa Padang Pangrapat
(PP), Borneo Prima (BP), Jeruk Keprok dari Desa Linggamanik Garut
dataran rendah (GR), Jeruk Keprok dari Desa Mekardaya Garut
dataran tinggi (GT).
Tabel 2 Keanggotaan klaster berdasarkan Klaster Hierarki dan K-Means Klaster
Keanggotaan klaster (Klaster Hierarki)
Tanamana
1: PP_1
2: PP_2
3: PP_3
4: PP_4
5: PP_5
6: RP_1
7: RP_2
8: RP_3
9: RP_4
10: RP_5
Jumlah klaster
6
1
2
1
1
1
1
3
1
2
2
5
1
2
1
1
1
1
2
1
2
2
4
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Keanggotaan
klaster (K-Means
Klaster)
Tanamana Klaster
PP_1
1
PP_2
1
PP_3
1
PP_4
1
PP_5
1
RP_1
1
RP_2
1
RP_3
1
RP_4
1
RP_5
1
12
11: RP_6
12: RP_7
13: RP_8
14: RP_9
15: RP_10
16: GR_1
17: GR_2
18: GR_3
19: GT_1
20: GT_2
21: GT_3
22: BP_1
23: BP_2
24: BP_3
2
2
1
1
3
4
4
4
5
5
5
2
3
6
2
2
1
1
2
3
3
3
4
4
4
2
2
5
1
1
1
1
1
2
2
2
3
3
3
1
1
4
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
1
1
3
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
1
1
1
RP_6
RP_7
RP_8
RP_9
RP_10
GR_1
GR_2
GR_3
GT_1
GT_2
GT_3
BP_1
BP_2
BP_3
1
1
1
1
1
2
2
2
3
3
3
1
4
4
a
Jeruk Keprok dari Desa Rantau Panjang (RP), Jeruk Keprok dari Desa Padang Pangrapat (PP),
Borneo Prima (BP), Jeruk Keprok dari Desa Linggamanik Garut dataran rendah (GR), Jeruk
Keprok dari Desa Mekardaya Garut dataran tinggi (GT).
Pengklasteran dengan metode K-Means Klaster menggunakan empat klaster
menunjukkan hasil yang sedikit berbeda dengan metode Klaster Hierarki. Pada
Klaster Hierarki, 60% anggota BP (Jeruk Keprok Borneo Prima) tergabung dalam
klaster yang sama dengan PP (jeruk keprok dari Padang Pangrapat) dan RP (jeruk
keprok dari Rantau Panjang), sedangkan pada K-Means Klaster, hanya 30%
anggota Jeruk Keprok Borneo Prima tergabung dalam klaster yang sama dengan
jeruk keprok dari Padang Pangrapat dan Rantau Panjang (Tabel 2).
Berdasarkan dua metode analisis klaster, jeruk keprok dari Padang
Pangrapat dan Rantau Panjang tergabung dalam satu klaster, sehingga jeruk
keprok dari dua lahan tersebut adalah sama. Jika dibandingkan dengan varietas
Borneo Prima, jeruk keprok dari Padang Pangrapat dan Rantau Panjang berbeda
dengan varietas Borneo Prima meskipun terdapat kemiripan karena sebagian
anggota Jeruk Keprok Borneo Prima termasuk dalam klaster yang sama dengan
jeruk keprok dari Padang Pangrapat dan Rantau Panjang.
Profil Klaster
Gambar 3 menunjukkan profil klaster dengan metode K-Means klaster.
Berdasarkan gambar tersebut, profil Klaster 1 (jeruk keprok dari Padang
Pangrapat dan Rantau Panjang) yaitu memiliki kekerasan daging buah dan total
asam tertitrasi di atas rata-rata klaster lainnya. Akan tetapi, variabel kekerasan
daging buah dan total asam tertitrasi memiliki korelasi negatif terhadap Faktor 2,
sehingga variabel tersebut bukan merupakan suatu keunggulan. Jeruk keprok dari
Padang Pangrapat dan Rantau Panjang memiliki diameter axis lebih sempit serta
jumlah biji yang lebih sedikit dari klaster lain. Klaster 2 (Jeruk Keprok Garut
dataran rendah, GR) memiliki panjang daun dan indeks warna daging buah di
bawah rata-rata klaster lain. Pada variabel lainnya, Jeruk Keprok Garut dataran
14
Tabel 3 Perbandingan kualitas jeruk keprok yang diamati dengan standar OECD
Karakter
Kandungan
jus (%)
PTT (⁰Brix)
TAT (%)
Rasio PTT :
TAT
Warna
kuning
Tekstur
kulit
Bentuk buah
Diameter
buah (mm)
OECD
(minimum)
Garut
dataran
tinggi
Garut
dataran
rendah
Padang
Pangrapat
Rantau
Panjang
Borneo
Prima
33%
43.8
44.3
37.8
38.2
28.9
8
0.40%
10.6
1.02%
12.9
1.04%
10.4
0.34%
9.7
0.31%
10.0
0.26%
7.5 : 1
10.4 : 1
12.4 : 1
29.9 : 1
31.3 : 1
37.9 : 1
1/3 bagian
kulit
5.6
(C.C.I)
5.6
(C.C.I)
8.4
(C.C.I)
5.1
(C.C.I)
6.2
(C.C.I)
halus
halus
halus
halus
halus
halus
tidak
berlekuk
45
tidak
tidak
berlekuk berlekuk
59.8
67.6
tidak
berlekuk
64.6
tidak
tidak
berlekuk berlekuk
67.8
68.5
Angka dengan warna kuning berarti belum memenuhi standar minimum OECD.
Pada Tabel 3, Warna kulit menggunakan satuan C.C.I (Citrus Colour Index).
Nilai index warna 3-7 berarti epikarp berwarna kuning. Nilai index warna lebih
dari 7 berarti epikarp berwarna jingga (Jiménez et al. 1981). Kelima jeruk tersebut
memiliki potensi untuk memenuhi standar kualitas OECD.
Jeruk keprok yang diperoleh di Kabupaten Garut dan di Kabupaten Paser
tersebut sangat berpotensi untuk dikembangkan. Praktik budidaya yang tidak
memperhatikan kualitas buah pun mampu menghasilkan buah yang dapat
memenuhi standar kualitas OECD dari segi kadar jus, PTT, warna kulit (Lampiran
2), tekstur kulit, bentuk buah, dan diameter buah. Jika praktik budidaya dilakukan
dengan baik, tentu akan menghasilkan buah yang lebih berkualitas.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Jeruk Keprok Garut dataran rendah berbeda dengan Jeruk Keprok Garut
dataran tinggi. Jeruk keprok dari Padang Pangrapat dan Rantau Panjang
merupakan aksesi yang sama. Jeruk keprok dari Padang Pangrapat dan Rantau
Panjang berbeda dengan varietas Borneo Prima. Jeruk Keprok Garut dataran
rendah serta Jeruk keprok dari Padang Pangrapat dan Rantau Panjang sesuai untuk
ditanam di dataran rendah. Jeruk Keprok Garut dataran tinggi dan dataran rendah
memiliki karakter buah yang dapat memenuhi standar kualitas OECD.
15
Saran
Jeruk Keprok Garut dataran rendah, Jeruk keprok dari Padang Pangrapat
dan Rantau Panjang, serta Borneo Prima perlu dikembangkan untuk area dataran
rendah. Jeruk Keprok Garut dataran rendah, serta Jeruk keprok dari Padang
Pangrapat dan Rantau Panjang berpotensi untuk didaftarkan sebagai varietas baru.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kekerabatan antara Jeruk Keprok
Garut dataran tinggi dan Jeruk Keprok Garut dataran rendah, serta kekerabatan
antara jeruk keprok dari Padang Pangrapat, jeruk keprok dari Rantau Panjang, dan
Jeruk Keprok Borneo Prima dengan menggunakan penanda molekuler DNA.
DAFTAR PUSTAKA
[Balitjestro] Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika. 2012. Varietas
Jeruk Unggulan Nasional. Batu. Jawa Timur [ID]: Balitjestro.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Data Ekspor Impor. http://www.bps.go.id.
[dinduh 6 Juli 2012].
Direktorat Budidaya Tanaman Buah. 2010. Profil Jeruk Keprok. Jakarta [ID]:
Direktorat Budidaya Tanaman Buah.
[IPGRI] International Plant Genetic Resources Institute. 1999. Descriptors for
Citrus. Italy [IT]: IPGRI.
Jiménez CMJ, Cuquerella J, Martínez JJM. 1981. Determination of a color index
for citrus fruit degreening. Di dalam: Matsumoto K, editor. Proceedings of the
International Society of Citriculture. Volume 2. International Citrus Congress;
1981 November 9-12; Tokyo, Japan. Tokyo [JP]: International Society of
Citriculture. hlm 750-753.
Karsinah, Sudarsono, Setyobudi L, Aswidinnoor H. 2002. Keragaman Genetik
Plasma Nutfah Jeruk Berdasarkan Ananlisis Penanda RAPD. Di dalam: Jurnal
Bioteknologi Pertanian. Volume 7 No. 1 2002. hlm 8-16.
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 464/Kpts/SR.120/9/2007. Pelepasan Jeruk
Keprok Borneo Prima Sebagai Varietas Unggul.
Martasari C, Mulyanto H. 2008. Teknik Identifikasi Varietas Jeruk. Di dalam:
Jurnal Iptek Hortikultura No. 4 Agustus 2008. Jakarta [ID]: Badan Litbang
Hortikultura.
Martasari C, Supriyanto A, Hardiyanto, Agisimanto D. 2012. Keragaman Jeruk
Siam Indonesia. [Diunduh 19 April 2012]. Tersedia pada: http://citrusbreeding.
wordpress.com/2012/04/19/keragaman-jeruk-siam-indonesia.
Nicolosi E. 2007. Origin and Taxonomy. Di dalam: Citrus; Genetics, Breeding,
and Biotechnology. Iqrar AK, editor. UK: Biddles Ltd. Kings Lynn.
[OECD] Organisation for Economic Co-operation and Development. 2008.
International Standards for Fruits and Vegetables; Citrus Fruits. Paris [FR]:
OECD.
Reuther W, Webber HJ, Batchelor LD. 1967. The Citrus Industry. Volume 1.
History, World Distribution, Botany and Varieties. California [US]: University
of California.
16
Riyanti. 2005. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Konsumen
Terhadap Buah Jeruk [Skripsi]. Jakarta [ID]: Universitas Mercu Buana.
Santoso S. 2010. Statistik Multivariat: Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Jakarta
[ID]: PT Elex Media Komputindo.
Sugiyarto M, Supriyanto A. 1992. Pemuliaan Tanaman Jeruk. Di dalam: Kasno A,
Dahlan M, Hasnam, editor. Prosiding Simposium Pemuliaan Tanaman IPPTI
Komisariat Daerah Jawa Timur; 1992 Agustus 27-28; Malang, Indonesia.
Malang [ID]: Balai Penelitian Tanaman Pangan. hlm 92-106.
Supranto J. 2004. Analisis Multivariat: Arti dan Interpretasi. Jakarta [ID]: PT
Rineka Cipta.
Suryana A, Suyamto, Supriyanto A, Agustian A, Triwiratno A, Winarno M. 2005.
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jeruk. Jakarta [ID]: Badan
Litbang Pertanian.
Verheij EWM, Coronel RE. 1992. Plant Resources of South-East Asia (PROSEA).
Volume 2. Edible Fruits and Nuts. Bogor [ID]: Prosea Foundation.
Lampiran 1 Deskripsi jeruk keprok yang diamati
Garut
dataran
tinggi
Deskripsi
Kondisi
lahan
Elevasi
[mdpl]
Latitude
922
7˚ 14’ 19.6”
S
107˚ 50’
36.6” E
Garut
dataran
rendah
Padang
Pangrapat
Rantau
Panjang
Borneo
Primaa
470
54
50
60 - 100
7⁰ 33’ 50.8” S
1⁰ 52’ 14.8” S
1⁰ 53’ 21.1” S
-
116⁰ 14’ 29.7”
E
116⁰ 14’ 41.3”
E
-
Datar (0-1%)
Datar (0-1%)
-
Datar
5
Tadah hujan
Baik
Datar
5-6
Tadah hujan
Kurang Baik
-
Topografi
Datar (0-1%)
Bentuk lahan
pH tanah
Pengairan
Drainase
Luas lahan
[ha]
Jarak tanam
[m² ]
Berbukit
6
Tadah hujan
Kurang baik
107⁰ 44’ 21.7”
E
Berbukit (1630%)
Berbukit
5-6
Tadah hujan
Baik
0,3
3
1,3
1
-
5x4
9x9
4,5 x 4,5
5x4
-
Jeruk Siam
Jeruk Siam,
Cengkeh (9 x
9)
Jeruk Siam
Jeruk Siam
-
8
12
12
5
9
Rough
Lemon
Japanese
Citroen
Japanese
Citroen
Japanese
Citroen
-
Longitude
Tumpang
sari
Tanaman
Umur
tanaman
[tahun]
Batang
bawah
17
Pengaruh
stress
Permukaan
batang atas
Bentuk
pohon
Percabangan
Kerapatan
jumlah
cabang
Duri
Daun
Warna tunas
daun
Belahan
daun
Warna
adaksial
Warna
abaksial
Variegata
Bentuk daun
Panjang
[mm]
Lebar [mm]
Rasio
panjang/lebar
[mm]
Tebal [mm]
Tepi daun
Bentuk sayap
petiol
Lebar sayap
petiol
Buah
Bulan mulai
berbunga
Bulan selesai
berbunga
Tanggal
mulai
berbuah
Tanggal
selesai
berbuah
Stress air
(kemarau),
jamur akar,
embun
tepung
(musim
hujan)
Tanah masam,
lalat buah
Lalat buah,
tanah masam,
akar terendam
air
(penghujan),
kekeringan
(kemarau)
Lalat buah
-
Halus
Halus
Halus
Halus
-
Ellipsoid
Ellipsoid
Spreading
Spreading
Ellipsoid
Erect
Erect
Erect
Erect
Erect
Rapat
Rapat
Rapat
Rapat
Rapat
Tidak
berduri
Tidak berduri
Tidak berduri
Tidak berduri
Tidak
berduri
Hijau
Hijau
Hijau
Hijau
Hijau
Tunggal
Tunggal
(monofoliate) (monofoliate)
Tunggal
(monofoliate)
Tunggal
(monofoliate)
Tunggal
(monofoliate)
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Tidak
Elliptic
Tidak
Elliptic
Tidak
Elliptic
Tidak
Elliptic
Tidak
Elliptic
60.600
73.467
74.020
78.620
89.000
30.467
33.533
33.760
35.880
42.500
2.001
2.197
2.227
2.220
2.119
0.3633
Entire
0.3320
Entire
0.3096
Entire
0.3792
Entire
0.3560
Ondulate
Obdeltate
Obdeltate
Obdeltate
Obdeltate
Obdeltate
Sempit
Sempit
Sempit
Sempit
Sempit
Desember
November
Oktober
Januari & Juli
Mei &
November
Januari
Desember
November
Februari &
Agustus
-
April
Januari
Desember
Februari &
Agustus
-
Agustus
Juni-Juli
Juni
Juni &
Desember
Oktober &
April
18
Diameter
[mm]
Panjang
[mm]
Berat [g]
Indeks warna
epikarp
Kekerasan
epikarp
[kg/s]
Lebar
epikarp
[mm]
Jumlah
juring per
buah
Indeks warna
daging buah
Kekerasan
daging buah
[kg/cm]
Tebal
mesokarp
[mm]
Diameter
axis [mm]
Kandungan
jus [ml]
Indeks warna
jus
Jumlah biji
Berat total
biji [g]
Berat kulit
[g]
Edible
portion [g]
Edible
portion [%
w/w]
PTT [⁰Brix]
TAT
[mg/100ml]
Vit. C
[mg/100ml]
Bentuk buah
Bentuk
pangkal buah
Bentuk ujung
buah
Tekstur
permukaan
59.864
67.667
64.667
67.800
68.500
51.663
57.033
52.133
54.850
60.000
98.778
132.533
111.333
121.000
175.000
5.685
5.685
8.410
5.102
6.205
0.239
0.381
0.242
0.331
0.301
2.500
2.607
2.091
2.147
4.750
10.333
10.566
9.667
10.250
11.000
5.337
5.337
6.603
6.820
6.748
0.662
0.662
0.357
0.313
0.328
43.833
56.283
50.863
53.575
64.250
4.077
15.550
15.897
18.400
20.500
43.342
58.798
42.133
46.250
50.632
4.748
4.748
3.657
4.203
4.021
7.000
23.641
14.133
11.450
14.500
0.821
2.784
1.803
1.638
2.644
25.383
26.645
23.828
25.523
55.245
72.573
103.265
85.702
93.838
123.375
71.504
77.885
76.860
77.672
70.500
10.667
12.912
10.453
9.780
10.050
10.200
10.400
3.493
3.120
2.650
53.000
31.621
19.976
16.706
86.960
Spheroid
Spheroid
Spheroid
Spheroid
Spheroid
Convex
Truncate
Truncate
Truncate
Convex
Rounded
Truncate
Truncate
Truncate
Depressed
Halus
Halus
Halus
Halus
-
19
buah
Kerekatan
albedo
terhadap
endokarp
Warna
albedo
Areola
Juring
Jumlah
juring per
buah
Kerekatan
antar juring
Keseragaman
bentuk juring
Ketebalan
dinding
juring
Axis
Bentuk
melintang
axis
Daging
buah
Warna
Keseragaman
warna daging
buah
Tekstur
daging buah
Panjang
vesikel [mm]
Ketebalan
vesikel
Biji
Bentuk biji
Tekstur
permukaan
biji
Lemah
Lemah
Lemah
Lemah
-
Putih
Putih
Putih
Putih
-
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
-
10 - 14
10 - 14
8 - 10
9 - 12
10 - 12
Lemah
Lemah
Lemah
Lemah
-
Tidak
Seragam
Tidak Seragam
Tidak Seragam Tidak Seragam
-
Tipis
Tipis
Tipis
Tipis
-
Semi-hollow
Semi-hollow
Semi-hollow
Semi-hollow
-
Tidak
beraturan
Tidak
beraturan
Tidak
beraturan
Tidak
beraturan
-
Oranye
Oranye
Oranye
Oranye
Oranye
Seragam
Seragam
Seragam
Seragam
-
Fleshy
Fleshy
Fleshy
Fleshy
Fleshy
8.850
9.590
11.880
11.750
-
2.660
3.700
3.850
4.030
-
Clavate
Clavate
Clavate
Clavate
Clavate
Berkerut
Halus
Halus
Halus
-
Warna biji
Krem
Krem
Krem
Krem
Putih
kehijauan
Warna
kotiledon
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
-
Embrioni biji
-
Monoembryoni Monoembryoni Monoembryoni
dan
dan
dan
Polyemberioni Polyemberioni Polyemberioni
a
Sumber: Lampiran Keputusan Menteri Pertanian Nomor 464/Kpts/SR.120/9/2007
20
Lampiran 2 Gambar varietas jeruk keprok yang diamati
21
Lampiran 2 Gambar varietas jeruk keprok yang diamati (lanjutan)
Keterangan : Jeruk Keprok dari Desa Rantau Panjang (RP), Jeruk Keprok dari
Desa Padang Pangrapat (PP), Jeruk Keprok dari Desa Linggamanik
Garut dataran rendah (GR), Jeruk Keprok dari Desa Mekardaya
Garut dataran tinggi (GT).
22
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pekalongan tanggal 13 Desember 1989 dari ayah
Syakib Arsalan dan ibu Fahimah. Penulis adalah putra keempat dari empat
bersaudara. Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Pekalongan dan pada
tahun yang sama penulis melanjutkan studi program sarjana di Institut Pertanian
Bogor, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.
Selama masa perkuliahan, penulis pernah aktif sebagai anggota EcoAgrifarma IPB dan mengikuti serangkaian kegiatan yang diselenggarakan oleh
lembaga beasiswa PPSDMS Nurul Fikri. Pada bulan Oktober 2010, penulis
berpartisipasi dalam program pertukaran pelajar di Kochi University, Jepang,
selama empat bulan. Saat ini penulis aktif di komunitas Madani Violin dan
komunitas Bogor Berkebun.