Karakterisasi Morfologi Dan Pertumbuhan Vegetatif Bibit Tujuh Varietas Jeruk Keprok (Citrus Reticulata Blanco).

KARAKTERISASI MORFOLOGI DAN PERTUMBUHAN VEGETATIF
BIBIT TUJUH VARIETAS JERUK KEPROK
(Citrus reticulata Blanco)

IKA NANTI NUR HIDAYATI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakterisasi Morfologi
dan Pertumbuhan Vegetatif Bibit Tujuh Varietas Jeruk Keprok (Citrus reticulata
Blanco) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, 20 Februari 2015
Ika Nanti Nur Hidayati
NIM A24100124

ABSTRAK
IKA NANTI NUR HIDAYATI. Karakterisasi Morfologi dan Pertumbuhan
Vegetatif Bibit Tujuh Varietas Jeruk Keprok (Citrus reticulata Blanco). Dibimbing
oleh DARDA EFENDI dan ENDANG GUNAWAN.
Jeruk keprok (Citrus reticulata Blanco) merupakan salah satu jeruk yang
buahnya memiliki warna kulit kuning atau oranye. Jeruk keprok memiliki berbagai
macam varietas lokal berdasarkan daerah asal penanaman. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui keragaman karakter morfologi dan pertumbuhan 7
varietas jeruk keprok pada saat pembibitan. Penelitian ini menggunakan Rancangan
Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu faktor yakni varietas. Bibit jeruk
keprok yang diamati terdiri dari tujuh varietas yakni Berasitepu, Borneo Prima,
Garut, Kacang, Madura, Tejakula, dan Terigas. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa karakter antar varietas memiliki keragaman. Perbedaan pada karakter

kualitatif yaitu ujung daun, tepi daun, kepadatan duri, sudut percabangan, bentuk
petiole, intensitas warna daun, bentuk duri, duri, dan kepadatan percabangan.
Perbedaan pada karakter kuantitatif yaitu panjang duri, panjang daun, lebar daun,
dan tebal daun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju pertumbuhan bibit antar
varietas tidak berbeda nyata.
Kata kunci: berasitepu, borneo prima, garut, kacang, madura, tejakula, terigas.

ABSTRACT
IKA NANTI NUR HIDAYATI. Characterization of Morphology and Vegetative
Growth Seed Seven Varieties Mandarin Citrus (Citrus reticulata Blanco).
Supervised by Darda EFENDI and ENDANG GUNAWAN.
.
Mandarin Citrus (Citrus reticulata Blanco) is one of the citrus fruit that has
yellow or orange skin color. Mandarin Citrus have a wide range of local varieties.
The purpose of this research is to study about the diversity of morphological
characters and vegetative growth of seven varieties Mandarin Citrus at the nursery.
This study used Randomized Complete Design Group (RCDG) of one factor that is
varieties. There are seven varieties mandarin citrus namely Berasitepu, Borneo
Prima, Garut, Kacang, Madura, Tejakula, and Terigas. The results of the study
indicate that the characters between varieties have diversity. The difference in

qualitative parameters on leaf apex, leaf lamina margin, spine density, branch angle,
petiole wing shape, intensity of green colour of leaf blade, spine shape, spine, and
density of branches. The difference in quantitative parameters on spine lenght, leaf
lamina lenght, leaf lamina width, and leaf thicknees. The study indicate that the rate
of seedling growth between varieties not significant different.

Keywords: berasitepu, borneo prima, garut, kacang, madura, tejakula, terigas.

KARAKTERISASI MORFOLOGI DAN PERTUMBUHAN VEGETATIF
BIBIT TUJUH VARIETAS JERUK KEPROK
(Citrus reticulata Blanco)

IKA NANTI NUR HIDAYATI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura


DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa
memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta kelancaran kepada penulis sehingga
penelitian dan penulisan skripsi dengan judul ‘Karakterisasi Morfologi dan
Pertumbuhan Vegetatif Bibit Tujuh Varietas Jeruk Keprok (Citrus reticulata
Blanco)’ dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini merupakan bagian dari
tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
dari Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Darda Efendi, MSi dan
Bapak Endang Gunawan, SP, MSi selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing penulis dalam pemilihan ide dan memberikan arahan serta
bimbingan selama penelitian hingga penulisan skripsi ini selesai, kepada Bapak
Dr Ir Ahmad Junaedi, Msi selaku dosen penguji yang telah memberikan

pertanyaan, masukan, dan saran selama sidang, kepada Bapak Baisuni
sekeluarga dan Bapak Enjang dari Kebun Percobaan Pasir Kuda yang telah
membantu selama teknis penelitian, kepada Ibu Ina sekeluarga serta kepada
semua pihak terutama teman-teman Keluarga Edelweiss AGH 47 dan keluarga
Ponpes AL-IFFAH yang telah memberi banyak masukan dan bantuan selama
ini. Tak lupa, penghargaan dan ungkapan terima kasih penulis sampaikan
kepada kedua orang tua, adik, dan seluruh keluarga besar serta semua pihak
yang telah memberikan doa, semangat, dan dukungan selama pelaksanaan
penelitian dan karya ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan karya ilmiah ini
masih terdapat kesalahan dan kekeliruan. Oleh karena itu, penulis mohon maaf
atas segala kekurangan dan semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, 20 Februari 2015

Ika Nanti Nur Hidayati

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


viii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN

ix

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian


2

Hipotesis

3

TINJAUAN PUSTAKA

3

Syarat Tumbuh Jeruk

3

Pembibitan Jeruk

3

Deskripsi Varietas Jeruk Keprok


3

Keprok Berasitepu

4

Keprok Borneo Prima

4

Keprok Garut

4

Keprok Kacang

4

Keprok Madura


5

Keprok Tejakula

5

Keprok Terigas

5

Karakterisasi Morfologi

5

Pertumbuhan Vegetatif Jeruk Keprok

6

METODE PENELITIAN


6

Tempat dan Waktu

6

Bahan dan Alat

6

Rancangan Percobaan

6

Prosedur Penelitian

6

Pengamatan


7

Analisis Data

9

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Karakter Kualitatif dan Kuantitatif

9
9
10

Pertumbuhan Vegetatif

12

Jumlah Tunas

12

Panjang Daun

13

Lebar Daun

14

Jumlah Daun

15

Jumlah Cabang

16

Diameter Batang

17

Tinggi Tanaman

17

SIMPULAN DAN SARAN

18

Simpulan

18

Saran

19

DAFTAR PUSTAKA

19

LAMPIRAN

22

RIWAYAT HIDUP

35

DAFTAR TABEL
1

Rekapitulasi hasil pengamatan karakter kualitatif
7 varietas bibit jeruk keprok
Rekapitulasi hasil pengamatan karakter kuantitatif
7 varietas bibit jeruk keprok
Jumlah tunas dan persentase pertambahan jumlah tunas
7 varietas bibit jeruk keprok selama 4 bulan
Panjang daun dan persentase pertambahan panjang daun
7 varietas bibit jeruk keprok selama 4 bulan
Lebar daun dan persentase pertambahan lebar daun
7 varietas bibit jeruk keprok selama 4 bulan
Jumlah daun dan persentase pertambahan jumlah daun
7 varietas bibit jeruk keprok selama 4 bulan
Jumlah cabang dan persentase pertambahan jumlah cabang
7 varietas jeruk keprok selama 4 bulan
Diameter dan persentase pertambahan diameter
7 varietas bibit jeruk keprok selama 4 bulan
Tinggi dan persentase pertambahan tinggi
7 varietas bibit jeruk keprok selama 4 bulan

2
3
4
5
6
7
8
9

11
12
13
14
15
16
16
17
18

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8

Lokasi kebun
Screen house
Pengaturan baris
Kelengkapan daun
Bentuk petiole
Bentuk daun
Tepi daun
Ujung daun

22
22
22
23
23
23
23
23

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Denah dan lokasi penelitian
Descriptor for Citrus International Plant Genetic Resources
Institut (IPGRI)
Gambar daun dan bibit jeruk keprok hasil pengamatan
Deskripsi varietas berdasarkan SK Menteri Pertanian

22
23
24
25

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jeruk (Citrus sp) merupakan salah satu buah unggulan nasional. Jeruk
memiliki keunggulan antara lain mengandung vitamin C yang tinggi, cita rasa yang
enak dan menyegarkan, warna kulitnya beragam, mudah dikonsumsi, serta dapat
dibudidayakan dengan sebaran agroklimat yang luas baik di dataran tinggi maupun
dataran rendah.
Pada tahun 2006, produksi jeruk Indonesia telah masuk jajaran 10 besar
produsen jeruk dunia yakni tepatnya pada posisi ke 9 dengan jumlah produksi
sebesar 2 565 543 ton. Pada tahun 2007, produksi jeruk Indonesia mengalami
peningkatan kembali sehingga memposisikan Indonesia sebagai negara produsen
jeruk ke 6 di dunia dengan jumlah produksi sebesar 2 625 884 ton. Namun,
semenjak tahun 2008 produksi jeruk Indonesia mengalami penurunan menjadi
2 467 632 ton dan terus menurun hingga sebesar 1 411 229 ton pada tahun 2013
(BPS 2014). Provinsi yang memproduksi jeruk terbesar tahun 2013 adalah Jawa
Timur yakni sebanyak 376 646 ton, diikuti oleh provinsi Sumatera Utara sebanyak
334 019 ton (BPS 2013).
Perkembangan konsumsi jeruk dalam negeri selama tahun 2002-2012 pada
umumnya mengalami fluktuasi. Peningkatan konsumsi jeruk terbesar terjadi pada
tahun 2009 sebesar 4.64 kg per kapita per tahun dan terjadi penurunan hingga tahun
2012 sebesar 2.76 kg per kapita per tahun. Rata-rata konsumsi jeruk Indonesia
sebesar 3.21 kg per kapita per tahun dengan pertumbuhan sebesar 4.89%
(PUSDATIN 2013).
Permintaan akan komoditas bernilai ekonomi tinggi misalnya jeruk,
senantiasa meningkat setiap tahunnya. Hal ini sejalan dengan bertambahnya jumlah
penduduk, meningkatnya pendapatan, dan selera atau gaya hidup masyarakat yang
lebih mementingkan konsumsi buah-buahan bermutu, serta berkembangnya
industri pengolahan bahan makanan atau minuman dalam negeri. Namun,
peningkatan kebutuhan konsumsi jeruk dalam negeri belum dapat diimbangi
dengan produksi domestik. Hal ini menjadi salah satu penyebab masuknya jeruk
impor ke Indonesia. Buah jeruk impor memiliki kualitas yang lebih baik dan
berwarna kuning-jingga atau oranye, sehingga lebih disukai masyarakat. Selain itu,
harga jeruk impor juga lebih murah dibanding jeruk lokal.
Berbagai usaha telah dilakukan pemerintah untuk mengurangi impor jeruk.
Salah satunya dengan mengembangkan varietas jeruk lokal yang sesuai dengan
permintaan pasar. Balitjestro Malang telah mengumpulkan kurang lebih 160 jenis
jeruk yang dieksplorasi mulai Sabang sampai Merauke serta beberapa jenis jeruk
impor. Jenis jeruk yang dieksplorasi tersebut dapat tumbuh dan berproduksi di
Indonesia mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi, baik di lahan sawah
maupun tegalan. Jenis jeruk lokal yang paling banyak dibudidayakan adalah jeruk
Siam (60.6%), jeruk Keprok (36.7%), jeruk Pamelo (1.7%), jeruk Manis (1%), dan
Grapefruit (0.14%).
Jeruk berfungsi sebagai sumber gizi, sumber pendapatan, dan sumber devisa
negara. Besarnya kontribusi agroindustri jeruk dalam meningkatkan pendapatan

2
akan menumbuhkan sentra pengembangan jeruk baru. Ketersediaan varietas
unggul, baik mutu maupun produksi yang sesuai dengan kebutuhan konsumen,
menjadi mutlak harus dipenuhi (Karsinah 2002).
Program pengembangan jeruk tidak terlepas dari pengembangan luas areal
tanam jeruk yang terus-menerus ditingkatkan guna memenuhi pangsa pasar
domestik. Pengembangan agribisnis jeruk saat ini terkonsentrasi pada 25 propinsi
dengan 148 kabupaten antara lain NAD, Sumatera Utara, Riau, Kalimantan Barat,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Selatan. Potensi ini terus
dikembangkan mengingat hampir seluruh wilayah Indonesia memiliki agroklimat
yang cukup baik (Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 2003).
Namun, saat ini luas dataran tinggi telah banyak berkurang karena bersaing dengan
komoditas lain (misalnya sayuran), sehingga untuk perluasan areal komoditas buah
(utamanya jeruk), harus mencari lokasi lain yakni dataran rendah untuk tempat
budidayanya. Solusi dari permasalahan ini adalah dengan mencari jenis jeruk yang
sesuai untuk dibudidayakan di daerah dataran rendah, misalnya jeruk keprok.
Beberapa varietas jeruk keprok yang diharapkan mampu menggantikan pasar
jeruk impor atau sebagai subtitusi jeruk impor diantaranya varietas Grabag,
Tawangmangu, Batu 55, Garut, dan SoE, serta varietas introduksi seperti jeruk
Freemont dan Chokun (Adam 2013). Dengan demikian, apabila pengembangan
jeruk keprok ini berhasil dilaksanakan, diharapkan dapat menggantikan posisi jeruk
impor di pasar dalam negeri sehingga jeruk lokal mampu berjaya di negeri sendiri.
Program pengembangan jeruk dan perluasan areal jeruk membutuhkan benih
jeruk yang bermutu yakni benih yang sehat dan bebas penyakit. Peningkatan
permintaan benih jeruk terus bertambah semenjak tahun 2010. Menurut (BPPPDP
2005) bahwa sampai tahun 2010 dibutuhkan sekitar 15 juta bibit jeruk bebas
penyakit dari beberapa varietas atau spesies jeruk. Hal ini tentunya harus didukung
dengan adanya ketersediaan benih jeruk bermutu dalam jumlah besar.
Ketersediaaan benih bermutu harus didukung dengan kesiapan para
penangkar dalam memproduksi benih jeruk. Sebelum melakukan produksi benih
skala besar, petani dan penangkar harus memahami terlebih dahulu perbedaan antar
varietas jeruk yang akan dikembangkan. Oleh karena itu, perlu adanya studi lebih
lanjut mengenai karakterisasi morfologi dan pertumbuhan jeruk keprok pada fase
bibit, sehingga dapat memudahkan penangkar dan petani dalam melakukan proses
budidaya jeruk keprok. Penyebaran pohon induk jeruk di Indonesia didominasi oleh
jeruk Keprok semenjak tahun 2009 dan 2010. Hal ini dikarenakan adanya kebijakan
pemerintah untuk mengurangi dominansi terhadap jeruk Siam sekaligus dalam
rangka subtitusi impor jeruk (Adiyoga et al 2009; Kuntarsih 2011).
Pembibitan merupakan kegiatan pokok untuk menghasilkan dan
memproduksi bibit unggul dalam jumlah yang cukup dan waktu yang tepat (Sari
2013). Karakterisasi merupakan salah satu tahapan dalam kegiatan pemuliaan
tanaman yang bertujuan untuk mengidentifikasi karakter-karakter pada suatu
tanaman.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman karakter morfologi dan
pertumbuhan 7 varietas jeruk keprok pada saat pembibitan.

3
Hipotesis
Terdapat keragaman karakter morfologi dan pertumbuhan 7 varietas jeruk
keprok pada saat pembibitan.

TINJAUAN PUSTAKA
Syarat Tumbuh Jeruk (Citrus sp)
Secara taksonomi jeruk keprok termasuk ke dalam famili Rutaceae, genus
Citrus, dan spesies Citrus reticulata Blanco. Menurut BPPPT (2000) syarat tumbuh
tanaman jeruk terdiri dari tiga faktor yakni iklim, media tanam, dan ketinggian
tempat. Faktor pertama adalah iklim: bulan basah yang diperlukan 5-6, 6-7, atau 9
bulan tergantung pada spesiesnya, temperatur optimal antara 20-35 ºC, kelembaban
optimum sekitar 70-80%, curah hujan rata-rata berkisar 1 900-2 400 mm per tahun,
dan tumbuh dengan baik pada kondisi pencahayaan penuh. Faktor kedua adalah
media tanam: jenis tanah andosol dan latosol sangat cocok untuk budidaya jeruk
dengan pH tanah sebesar 5.5-6.5, kedalaman air tanah optimal sebesar 150-200 cm
di bawah permukaan tanah, dan kemiringan lahan sekitar 30º. Faktor ketiga adalah
ketinggian tempat budidaya yang bervariasi yakni 100-1 200 mdpl, tergantung pada
varietas.

Pembibitan Jeruk
Perbanyakan benih jeruk dapat dilakukan melalui tiga cara yakni
perbanyakan secara generatif, vegetatif, serta gabungan (cara generatif dan
vegetatif). Perbanyakan generatif dilakukan dengan biji bertujuan mendapatkan
batang bawah, sedangkan perbanyakan vegetatif dilakukan dengan mencangkok
tanaman induk bertujuan mempercepat proses produksi tanaman, serta perbanyakan
gabungan dilakukan dengan okulasi, sambung pucuk, dan susuan (Adam 2013).
Pengadaaan bibit tanaman jeruk diperoleh dari pembelian bibit di
penangkaran bibit yang telah mendapat sertifikat untuk menghasilkan buah jeruk
bermutu tinggi. Pemilihan bibit menjadi kunci sukses dalam proses budidaya jeruk
sehingga perlu memperhatikan sumber bibit yang memiliki persyaratan tertentu.
Syarat sumber bibit yang baik adalah bibit dibeli dari penangkar yang jelas dan
dapat dipercaya, bibit harus berlabel atau bersertifikat, bibit berasal dari varietas
yang memiliki pasar jelas dan berpeluang di masa depan, bibit harus bebas hama
dan penyakit, serta bibit memiliki vigor yang baik (Adam 2013).

Deskripsi Varietas Jeruk Keprok
Tanaman jeruk terdiri dari berbagai kultivar dan setiap kultivar mempunyai
sifat tersendiri sehingga dapat ditanam baik di dataran rendah maupun dataran
tinggi. Beberapa varietas yang sesuai untuk dibudidayakan di dataran tinggi adalah

4
Keprok Batu 55, Tawangmangu, Pulung, Garut, dan Kacang. Sedangkan varietas
jeruk keprok yang sesuai untuk dibudidayakan di dataran rendah adalah Keprok
Tejakula dan Madura (Balitjestro 2013). Indonesia memiliki varietas jeruk keprok
yang sudah dikenal dan dibudidayakan sekitar 23 jenis, namun yang sudah dilepas
dan merupakan unggulan nasional baru berjumlah enam varietas, sedangkan 17
jenis lainnya merupakan non unggulan (Astuti 2013).
Produksi jeruk keprok di Indonesia berlokasi di berbagai daerah. Identifikasi
jeruk Keprok yang ada di pasar umumnya menggunakan label daerah. Setiap daerah
membudidayakan satu komoditi yang sesuai dengan kondisi iklim (angin, curah
hujan, dan suhu udara) serta kondisi daerah yang bersangkutan. Beberapa provinsi
daerah sentra pengembangan jeruk Keprok di Indonesia antara lain Madura, Batu,
Tawangmangu, Garut, Berastagi, Padang, Sulawesi Tengah, dan Nusa Tenggara
Timur.
Keprok Berasitepu
Jeruk keprok Berasitepu, berasal dari Kabupaten Karo Provinsi Sumatera
Utara. Bentuk tajuk menjulang, lebar tajuk 3-5 m, dan tulang daun menyirip.
Bentuk buah bulat sampai gepeng, ujung buah berputing, permukaan kulit buah
licin mengkilap, rasa daging buah manis segar, serta warna daging buah oranye
(Kementan 2008).
Keprok Borneo Prima
Tahun 2003 ditemukan komoditas hortikultura unggulan lain dengan nama
jeruk Keprok Borneo Prima (Citrus reticulata Blanco) yaitu jeruk keprok yang
berasal dari Kecamatan Rantau Pulung, Kabupaten Kutai Timur Provinsi
Kalimantan Timur. Kemudian pada tahun 2006 jeruk ini mulai dikembangkan
karena keunikannya sebagai jeruk keprok dataran rendah yang mempunyai warna
kulit oranye. Jeruk ini juga lebih menarik karena kulitnya lebih mudah dikupas dan
tidak terasa pahit (BPPMD 2009).
Tinggi tanaman 3.5 m, bentuk tajuk tanaman menjulang, lebar tajuk 1.9 m,
percabangan rapat mengarah ke atas, warna batang coklat kehijauan, serta mampu
beradaptasi dengan baik di dataran rendah dengan altitude 60-100 mdpl pada iklim
basah (Kementan 2007).
Keprok Garut
Jeruk keprok Garut merupakan jeruk unggulan nasional berdasarkan SK
Menteri Pertanian No.760 tahun 1999. Jeruk keprok Garut berasal dari daerah Paseh
Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Tinggi tanaman 3.5-4 m, lebar tajuk 2.5 m,
bentuk tajuk kerucut terbalik atau sapu, percabangan jorong ke atas, warna batang
coklat, bentuk batang bulat berlekuk, bentuk daun lonjong bergelombang dan
bergerigi, serta diperbanyak dengan cara okulasi (Kementan 1999).
Keprok Kacang
Jeruk keprok Kacang merupakan jeruk lokal andalan Kabupaten Solok
Provinsi Sumatera Barat. Jeruk ini memiliki rasa manis segar, ukuran buah sedang,

5
warna daging buah oranye, warna kulit buah hijau-kuning dan kadar gula 16% Brix
(Balitbangtan 2014).
Keprok Madura
Jeruk ini berasal dari Madura Provinsi Jawa Timur. Bentuk tanaman
menjulang dengan bentuk percabangan vertikal. Bentuk daun oval dengan ukuran
panjang daun 6.8 cm dan lebar daun 3.4 cm serta panjang tangkai daun 1.2 cm.
Warna daun bagian atas hijau tua dan warna daun bagian bawah hijau muda.
Produksi buah 19.8 kg per pohon serta buah tahan terhadap penyimpanan sampai
dengan 12 hari (Kementan 2002).
Keprok Tejakula
Keprok Tejakula berasal dari Buleleng, Bali. Bentuk buahnya pendek bulat
dengan warna daging buah kekuningan. Warna kulitnya hijau kekuningankemerahan. Rasa daging buahnya manis segar dan tekstur daging buah lunak
(Balitbangtan 2014).
Keprok Terigas
Jeruk keprok Terigas berasal dari Kabupaten Sambas Provinsi Kalimantan
Barat. Tinggi tanaman 3.3-4.3 m, bentuk tajuk tanaman perdu, bentuk penampang
batang bulat, percabangan menjulang ke atas, bentuk buah bulat, tebal kulit buah
1.5-2.5 mm, rasa daging buah manis asam segar, dan mampu beradaptasi dengan
baik di dataran rendah pada iklim basah (Kementan 2009).

Karakterisasi Morfologi
Karakterisasi bertujuan untuk mengetahui sifat agronomi, karakter morfologi,
dan karakter lain yang memiliki nilai ekonomi serta sebagai ciri khas dari suatu
varietas. Morfologi berasal dari kata morphus yang artinya wujud atau bentuk dan
logos yang artinya ilmu, sehingga dengan itu dapat digambarkan bagaimana wujud
atau bentuk tumbuhan yang diberi nama itu.
Besar keragaman tanaman dapat diidentifikasi secara morfologi dan
molekuler, namun untuk membedakan pada tahap awal dapat dilakukan secara
morfologi, sedangkan untuk lebih memastikan keragaman yang dihasilkan dapat
melalui analisis molekuler. Deteksi morfologi dilakukan melalui pengamatan
secara visual terhadap perkembangan yang dihasilkan. Pengamatan morfologi
dilakukan pada karakter-karakter kualitatif dan kuantitatif (Karyanti 2013).
Bentuk daun dapat digunakan juga sebagai tanda spesifik pada jeruk yang
berbeda (tercampur) di pembibitan, hanya saja perlu pengamatan yang mendalam
serta perlu berlatih secara teliti dalam waktu cukup lama. Pembeda tersebut antara
lain: panjang/pendek petiole dan adanya aroma spesifik daun dari masing-masing
jenis jeruk (Martasari dan Mulyanto 2006). Dalam pengamatan secara morfologi
diperlukan kejelian dan kecermatan untuk dapat membedakan karakter yang
diamati.

6
Pertumbuhan Vegetatif Jeruk Keprok
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman terdiri dari dua fase yang berbeda
yakni fase vegetatif dan fase generatif. Fase vegetatif terutama terjadi pada
perkembangan akar, daun, dan batang. Masa perkembangan vegetatif tanaman
ditandai dengan munculnya tunas, daun, dan cabang baru. Indikator pertumbuhan
vegetatif lainnya adalah bertambahnya tinggi tanaman, ukuran daun, diameter
batang, dan ketebalan daun serta perubahan warna pada batang dan daun
(Zulkarnain 2010).

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di University Farm-IPB Kebun Pasirkuda, unit
kegiatan Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) Institut Pertanian Bogor pada
bulan Januari hingga Mei 2014.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah bibit jeruk keprok (Citrus
reticulata Blanco) hasil persambungan dari batang bawah Japansche Citroen (JC)
dan batang atas jeruk keprok lokal dari ketujuh varietas yang diamati. Umur bibit
saat diamati adalah 14 bulan. Bahan lainnya yakni tanah dan pupuk kandang dengan
perbandingan 2:1, pupuk NPK (15-15-15), pupuk daun (1 gr l-1), insektisida (1 ml
l-1), herbisida (1 ml l-1), dan polybag ukuran 30 x 30 cm.
Alat yang digunakan adalah penggaris (meteran), jangka sorong manual dan
jangka sorong digital, kamera, label, busur, alat tulis, alat pengukur suhu dan
kelembaban udara, serta alat-alat pertanian pada umumnya.

Rancangan Percobaan
Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap
Teracak (RKLT) faktor tunggal yakni varietas. Varietas jeruk keprok yang diamati
adalah Berasitepu, Borneo Prima, Garut, Kacang, Madura, Tejakula, dan Terigas.
Percobaan dilakukan sebanyak 10 kali pengulangan. Setiap ulangan terdiri dari 7
varietas yang ditempatkan secara acak sesuai dengan denah penelitian, sehingga
terdapat 70 satuan percobaan dengan total bibit jeruk yang diamati sebanyak 70
bibit. Denah penelitian terdapat pada lampiran 1. Model rancangan yang digunakan
untuk menganalisis data adalah:
Yij = μ + αi + βj + εij
Keterangan:
Yij = Pengamatan pada ulangan ke-i dan varietas ke-j

7
μ
αi
βj
εij

= Rataan umum
= Pengaruh ulangan ke-i, dengan i = ulangan (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10)
= Pengaruh varietas ke-j, dengan j = varietas (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7)
= Pengaruh galat pada ulangan ke-i, dan varietas ke-j
Prosedur Percobaan

Kegiatan penelitian ini dimulai pada tahap bibit, yakni bibit hasil
perbanyakan tanaman jeruk keprok yang sudah dikoleksi dari tiap lokasi, ditanam
di polybag dan diletakkan dalam screen house Kebun Percobaan Pasir Kuda. Bibit
tersebut telah berumur 14 bulan dan dipilih bibit yang seragam dari segi ukuran
tanaman, media tanam, dan tinggi tanaman dengan rentang 40-60 cm. Persiapan
media yang dilakukan yakni menyiapkan polybag ukuran 30 x 30 cm dan media
tanam yaitu campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1 (v/v).
Setelah bibit dipilih, bibit dipindahkan dari polybag lama ke polybag baru
dengan media tanam baru yang telah disiapkan. Langkah selanjutnya adalah
pelabelan bibit yang dilakukan pada semua bibit dengan cara menempelkan label
pada polybag berdasarkan varietas dan ulangan masing-masing. Kemudian bibit
diacak dan ditempatkan sesuai dengan denah yang sudah dibuat dan label yang telah
dipasang.
Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiraman, penyiangan, pemupukan,
dan pengendalian organisme pengganggu tanaman. Penyiraman dilakukan setiap
sore hari untuk menjaga kelembaban media. Penyiangan gulma dilakukan secara
manual setiap seminggu sekali sebab munculnya gulma dapat mengganggu
pertumbuhan tanaman.
Pengendalian gulma dan hama dilakukan apabila telah timbul gejala serangan.
Pengendalian gulma menggunakan herbisida sistemik untuk mengendalikan gulma
alang-alang dan rumput liar dan insektisida sistemik 18.4 g l-1 dan 16.9 g l-1
digunakan untuk mengendalikan hama kutu daun dan ulat. Sedangkan untuk jenis
hama lain yakni siput dan serangga pengendaliannya secara manual. Pemberian
pupuk NPK dan pupuk daun dilakukan sebulan sekali. Pupuk NPK diberikan
dengan cara disebar dengan dosis sebanyak 20 g per tanaman sedangkan pupuk
daun diberikan dengan cara disemprot dengan dosis sebanyak 1 g l-1 tiap pokok
tanaman.
Pengamatan
Pengamatan karakterisasi dilakukan untuk mendapatkan data kualitatif dan
kuantitatif. Pengamatan mengacu kepada buku descriptors for citrus IPGRI 1999.
Hal ini dilakukan untuk pendeskripsian ciri morfologi bibit jeruk keprok pada fase
vegetatif dan mengetahui perbedaan ciri morfologi pada setiap varietas.
Pengamatan terdiri dari pengamatan karakterisasi dan pengamatan mingguan
selama 4 bulan. Parameter yang diamati meliputi:

8
I. Pengamatan kualitatif:
(1) Permukaan batang atas [Halus, Beralur dan Bergerigi]
(2) Kepadatan percabangan [Jarang, Sedang, Padat]
(3) Sudut percabangan [Sempit, Sedang, Lebar]
(4) Duri [Ada, Tidak Ada]
(5) Kepadatan duri [Tidak Ada, Rendah, Sedang, Tinggi]
(6) Bentuk duri [Bengkok, Lurus]
(7) Warna ujung tunas [Hijau, Ungu]
(8) Intensitas warna hijau daun [Cerah, Sedang, Gelap]
(9) Keragaman warna daun [Ada, Tidak]
(10) Kelengkapan daun lamina [Sessile, Brevipetiolate, Longipetiolate]
(Gambar 4)
(11) Bentuk daun [Elliptic, Ovate, Obovate, Lanceolate, Orbicular,
Obcordate] (Gambar 6)
(12) Tepi daun [Keriting, Bergerigi, Lurus, Bergelombang] (Gambar 7)
(13) Ujung daun [Attenuate, Acuminate, Acute, Obtuse, Rounded, Emarginate]
(Gambar 8)
(14) Petiol [Ada, Tidak]
(15) Lebar petiol [Sempit, Sedang, Luas]
(16) Bentuk petiol [Obcordate,Obdeltate,Obovate,Linear,Other] (Gambar 5)
(17) Jarak antara petiol dan lamina [Fused, Articulate]

(1)
(2)

(3)

(4)

(5)

II. Pengamatan kuantitatif:
Panjang duri (mm)
Pengukuran pada rata-rata panjang duri dari masing-masing varietas.
Ketebalan daun (mm)
Pengukuran pada titik yang paling tebal pada daun yang sudah membuka
sempurna pada akhir pengamatan
Panjang daun (cm)
Pengamatan pada daun contoh yang sudah membuka sempurna dan
diukur memanjang dari pangkal daun ke ujung daun.
Lebar daun (cm)
Pengamatan pada daun contoh yang sudah membuka sempurna dan
diukur melintang pada permukaan daun terlebar.
Rasio panjang dan lebar daun.
Penghitungan pada perbandingan panjang dan lebar daun contoh yang
telah diamati.

III. Pengamatan pertumbuhan vegetatif:
Tinggi tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang sampai ujung titik tumbuh
tunas tertinggi. Tinggi diukur menggunakan meteran setiap seminggu
sekali.
(2) Diameter batang (cm)
Pengukuran pada lingkar batang 2 cm dari atas mata tempel. Pengukuran
diameter dilakukan sebulan sekali.
(1)

9

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Panjang daun (cm)
Pengamatan pada daun ketiga yang sudah membuka sempurna dan diukur
memanjang dari pangkal daun ke ujung daun. Panjang daun diukur
seminggu sekali.
Lebar daun (cm)
Pengamatan pada daun ketiga yang sudah membuka sempurna dan diukur
melintang pada permukaan daun terlebar. Lebar daun diukur seminggu
sekali.
Jumlah tunas
Penghitungan jumlah tunas dilakukan pada semua tunas yang muncul
pada setiap tanaman. Jumlah tunas dihitung setiap seminggu sekali
selama satu periode pertumbuhan tunas-tunas baru.
Jumlah daun
Penghitungan jumlah daun dilakukan pada semua daun yang telah
terbuka sempurna pada setiap tanaman. Jumlah daun dihitung setiap
seminggu sekali.
Jumlah cabang.
Penghitungan jumlah cabang yang muncul setiap minggu sekali.

Analisis Data
Analisis data terdiri dari pengamatan mingguan selama 4 bulan dan
pengamatan karakterisasi yang dilakukan pada minggu ke-1 dan ke-16. Pengolahan
data kuantitatif dianalisis menggunakan uji F pada program komputer SAS 6.12
(Statistical Analysis System). Jika hasil yang diperoleh berpengaruh nyata, maka
dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test)
pada taraf 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga Mei 2014. Lokasi
penelitian ini terletak pada dataran rendah dengan ketinggian 250 mdpl. Curah
hujan selama penelitian yaitu 702 mm, 337 mm, 281 mm, dan 511 mm (BMKG
2104). Suhu rata-rata pada saat penelitian adalah 20-30 ºC dan kelembaban ratarata 29-30%. Bahan organik yang digunakan yakni tanah dan pupuk kandang.
Komposisi media tanam yang digunakan adalah campuran tanah dan pupuk
kandang dengan perbandingan 2:1 (v/v).
Bibit jeruk keprok yang diamati ditempatkan pada screen house dan
penempatannya disesuaikan dengan denah yang telah dibuat. Kondisi tempat
pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 1. Organisme Pengganggu
Tanaman (OPT) yang menyerang selama penelitian antara lain kutu daun, belalang,

10
kupu-kupu, semut, siput dan ulat daun. Keberadaan OPT disebabkan karena kondisi
media dan lingkungan sekitar yang terlalu lembab saat curah hujan cukup tinggi.
Pengendalian hama dilakukan dengan menggunakan insektisida sistemik
untuk mengendalikan hama kutu daun dan ulat. Sedangkan untuk jenis hama lain
yakni siput dan serangga pengendaliannya secara manual. Serangan hama tidak
mempengaruhi pertumbuhan tanaman contoh. Pengendalian hama dilakukan setiap
2 minggu sekali apabila telah timbul gejala serangan. Gulma yang ditemui di area
penelitian antara lain alang-alang dan rumput liar. Pengendalian gulma dilakukan
rutin setiap minggu secara manual dan menggunakan herbisida sistemik.
Pengamatan pertama dilakukan terhadap karakter kualitatif tanaman
berdasarkan descriptors for citrus IPGRI 1999 dengan tujuan untuk
mendiskripsikan perbedaan karakter tiap bibit varietas yang diamati. Hasil
pengamatan untuk semua parameter yang telah diamati dapat dilihat pada tabel 1.
Pengamatan kedua dilakukan terhadap karakter kuantitatif tanaman dapat
dilihat pada tabel 2. Sedangkan untuk mengetahui pertumbuhan bibit antar varietas
dilakukan pengamatan terhadap beberapa parameter vegetatif selama empat bulan
dapat dilihat pada tabel 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9.

Karakter Kualitatif dan Kuantitatif
Tabel 1 menunjukkan adanya keragaman karakter kualitatif antar varietas.
Keanekaragaman morfologi pada fase vegetatif jeruk dapat dilihat dari organ
batang dan daun. Pada organ batang jeruk dapat dilihat dari bentuk permukaan
batang atas, percabangan, duri, dan warna ujung tunas. Pada organ daun jeruk,
variasi morfologinya dapat dilihat dari warna daun, bentuk daun, dan petiole daun.
Tabel 1 menjelaskan bahwa permukaan batang atas setiap varietas adalah
sama yaitu halus. Warna ujung tunas pada semua varietas sama yakni hijau dan
antar varietas memiliki keragaman warna daun. Panjang petiole bila dibandingkan
dengan lamina untuk semua varietas termasuk ke dalam kelompok Brevipetiolate
artinya ukuran petiole lebih pendek dibanding daun lamina. Bentuk daun untuk
semua varietas berbentuk Ovate. Semua varietas memiliki petiole dan ukuran
petiole yang sama yakni sempit dan jarak petiole dengan lamina adalah tergabung
(Fused).
Varietas Berasitepu, Borneo Prima, Kacang, Madura, Tejakula, dan Terigas
memiliki percabangan padat, sedangkan varietas Garut memiliki percabangan
jarang. Varietas Berasitepu, Garut, Kacang, Madura, Tejakula, dan Terigas
memiliki duri, sedangkan varietas Borneo Prima tidak memiliki duri. Bentuk duri
varietas Berasitepu, Garut, Kacang, Madura, Tejakula, dan Terigas adalah sama
yakni lurus, kecuali varietas Borneo Prima yang tidak memiliki duri.
Varietas Berasitepu, Garut, Kacang, Madura, dan Tejakula memiliki
intensitas warna hijau daun gelap sedangkan varietas Borneo Prima dan Terigas
memiliki intensitas warna hijau daun sedang. Variasi bentuk petiole memiliki
keragaman yakni varietas Garut dan Terigas berbentuk linear dan varietas
Berasitepu, Borneo Prima, Kacang, Madura, dan Tejakula berbentuk obovate.
Sudut percabangan pada varietas Berasitepu, Borneo prima, Madura, dan Terigas

11
adalah sedang (45-60°). Varietas Garut dan Tejakula memiliki sudut percabangan
lebar (≥ 60°) dan varietas Kacang memiliki sudut percabangan sempit (≤ 45°).
Varietas Berasitepu, Madura, Tejakula, dan Terigas memiliki kepadatan duri yang
tinggi. Varietas Garut dan Kacang memiliki kepadatan duri sedang, dan varietas
Borneo Prima tidak memiliki duri.
Tabel 1 Rekapitulasi hasil pengamatan karakter kualitatif 7 varietas jeruk keprok
Karakter
Berasitepu Borneo Garut Kacang Madura Tejakula Terigas
prima
Permukaan
Halus
Halus Halus Halus Halus
Halus
Halus
batang atas
Warna ujung
Hijau
Hijau
Hijau Hijau
Hijau
Hijau
Hijau
tunas
Keragaman
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
warna daun
BreviBreviBrevi- BreviBreviBreviBreviKelengkapan
petiolate
petiolate
petiolate
petiolate
petiolate
petiolate
petiolate
daun lamina
Bentuk daun
Ovate
Ovate Ovate Ovate Ovate
Ovate
Ovate
Petiole

Ada

Ada

Ada

Ada

Ada

Ada

Ada

Lebar petiole

Sempit

Sempit Sempit Sempit Sempit

Sempit

Sempit

Jarak petiole
dan lamina
Kepadatan
percabangan
Duri

Tergabung

Tergabung

TerTergabung gabung

Tergabung

Tergabung

TerGabung

Padat

Padat

Jarang

Padat

Padat

Padat

Padat

Ada

Ada

Ada

Ada

Ada

Ada

Bentuk duri

Lurus

Lurus

Lurus

Lurus

Lurus

Lurus

Intensitas
warna hijau
daun
Bentuk
petiole
Sudut
percabangan
Kepadatan
duri
Tepi daun

Gelap

Tidak
ada
Tidak
ada
Sedang

Gelap

Gelap

Gelap

Gelap

Sedang

Obovate

Obovate

Linear Obovate Obovate

Obovate

Linear

Sedang

Sedang

Lebar Sempit Sedang

Lebar

Sedang

Tinggi

Tidak
ada

Sedang Sedang Tinggi

Tinggi

Tinggi

Bergelombang

Keriting

Acuminate

Acute

Ujung daun

Keriting

Acuminate

Berge- BergeBerlombang lombang gerigi

Acute

Bergerigi

Acute Acumi- Obtuse
nate

Variasi bentuk tepi daun antar varietas terlihat pada varietas Berasitepu dan
Terigas yang memiliki bentuk keriting sedangkan varietas Borneo Prima, Garut,
dan Tejakula memiliki bentuk bergelombang, selain itu varietas Kacang dan
Madura tepi daunnya bergerigi. Variasi pada pucuk daun antar varietas yakni
varietas Berasitepu, Kacang, dan Tejakula berbentuk Acuminate; varietas Borneo

12
Prima, Garut, dan Terigas berbentuk Acute; sedangkan varietas Madura berbentuk
Obtuse. Pada varietas Borneo Prima tidak dijumpai adanya duri, hal ini sesuai
dengan deskripsi menurut Direktorat Budidaya Tanaman Buah (2010) umumnya
tanaman jeruk keprok Borneo Prima tidak berduri dan sayap daun (petiole) pada
jeruk keprok sangat sempit, hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa lebar
petiole pada varietas Borneo Prima tergolong sempit.
Menurut hasil penelitian Suleyman 2013, menjelaskan bahwa jeruk keprok
Garut memiliki permukaan batang atas yang halus, warna ujung tunas daun hijau,
dan lebar sayap petiole yang sempit. Pada varietas Borneo Prima jumlah cabangnya
rapat, tidak memiliki duri, tunas daun berwarna hijau, lebar petiole sempit, dan
perbandingan antara panjang dan lebar daun sebesar 2:1.
Tabel 2 Rekapitulasi hasil pengamatan karakter kuantitatif 7 varietas jeruk keprok
Karakter

Berasitepu

Borneo
Garut Kacang Madura Tejakula Terigas
prima

Panjang duri
(mm)

16-40

Tidak 16-40
ada

6-15

16-40

> 40

6-15

Panjang daun
(cm)

5.63

5.76

7.12

5.25

5.79

5.63

6.01

Lebar daun (cm)

2.65

2.67

3.33

2.50

2.62

2.79

2.79

Rasio panjang dan
lebar

2:1

2:1

2:1

2:1

2:1

2:1

2:1

Tebal daun (mm)

0.64

0.72

0.69

0.62

0.61

0.60

0.61

Tabel 2 menunjukkan karakter kuantitatif pada 7 varietas jeruk keprok yang
diamati. Panjang duri antar varietas berbeda-beda yakni varietas Berasitepu, Garut,
dan Madura memiliki duri yang panjangnya berkisar 16-40 mm. Varietas Kacang
dan Terigas memiliki panjang duri 6-15 mm dan varietas Tejakula memiliki
panjang duri > 40 mm. Sedangkan untuk varietas Borneo Prima tidak memiliki duri.
Panjang dan lebar daun antar varietas bervariasi yakni panjang daun berkisar 5.257.12 cm dan lebar daun berkisar 2.50-3.33 cm. Selain itu, rasio panjang:lebar daun
sebesar 2:1. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Eni (2013) bahwa nilai rata-rata
panjang daun jeruk 10 cm dan rata-rata lebarnya 4.5 cm, sehingga diperoleh rasio
panjang:lebar sebesar 2:1. Menurut Eni (2013) tipe ukuran daun dibagi menjadi tiga
yakni daun besar, sedang, dan kecil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketebalan
daun antar varietas bervariasi antara 0.60-0.72 mm.

Pertumbuhan Vegetatif
Jumlah Tunas
Waktu munculnya tunas-tunas baru berbeda pada setiap pohon. Tabel 3
menunjukkan bahwa varietas berpengaruh nyata pada jumlah tunas yang muncul

13
pada bulan pertama. Pada bulan pertama jumlah tunas terbanyak pada Berasitepu,
diikuti oleh Kacang dan Tejakula, selanjutnya Madura dan Terigas, dan jumlah
tunas paling sedikit pada Garut dan Borneo Prima. Selain itu, Tabel 3 juga
menunjukkan bahwa varietas tidak berbeda nyata pada jumlah tunas pada bulan
kedua, ketiga, dan keempat, serta persentase pertambahan jumlah tunas selama 4
bulan.
Nilai persentase pertambahan jumlah tunas antar varietas selama 4 bulan dari
terbesar hingga terkecil berturut-turut adalah varietas Borneo Prima 51.4%, Garut
29.2%, Terigas 21.2%, Berasitepu 14.7%, Madura 14.6%, Tejakula 6.7%, dan
Kacang 2.9%. Hal ini dikarenakan pada saat pengamatan yakni bulan pertama
hingga bulan keempat, jumlah ketersediaan air tinggi karena curah hujan pada
bulan-bulan tersebut cukup tinggi. Data BMKG (2014) menunjukkan bahwa curah
hujan dari bulan Januari sampai April 2014 secara berturut-turut sebesar 702 mm,
337 mm, 281 mm, dan 511 mm.
Tabel 3 Jumlah tunas dan persentase pertambahan jumlah tunas 7 varietas jeruk
keprok selama 4 bulan
Nama varietas
Berasitepu
Borneo Prima
Garut
Kacang
Madura
Tejakula
Terigas
Uji F
KK

B1
17.7a
7.1c
7.3c
14ab
12.4bc
13.4ab
9.9bc
*
26.1

B2
20.3
10.5
9
14.2
13.5
13.6
11.3
tn
23.2

B3
20.3
10.7
9.4
14.4
14.2
14.3
12
tn
20.1

B4
20.3
10.7
9.4
14.4
14.2
14.3
12
tn
20.1

ΔB 1-4 (%)
14.7
51.4
29.2
2.9
14.6
6.7
21.2
tn
34.2

tn: Tidak berbeda nyata pada taraf 5%; B: Jumlah tunas bulan ke-; Δ B: Pertambahan Jumlah tunas
bulan ke-; KK: Hasil transformasi (√x+0.5); ªAngka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada
kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT α=5%.

Panjang Daun
Tabel 4 menunjukkan bahwa varietas tidak berbeda nyata pada panjang daun
dan persentase pertambahan panjang daun selama 4 bulan. Panjang daun awal
berukuran antara 5-6.8 cm dan ukuran panjang daun setelah 4 bulan bertambah
menjadi 5.2-7.1 cm, dengan ukuran daun terpanjang pada varietas Garut dan ukuran
daun terpendek pada varietas Kacang.
Nilai persentase pertambahan panjang daun antar varietas selama 4 bulan dari
terbesar hingga terkecil berturut-turut adalah varietas Borneo Prima 3.97%,
Berasitepu 3.68%, Madura 3.58%, Tejakula 3.49%, Kacang 3.35%, Garut 3.34%,
dan Terigas 3.26%. Hal ini menunjukkan bahwa pertambahan ukuran panjang daun
pada masing-masing varietas adalah sama yakni antara 3-4%. Seperti halnya yang
terjadi pada lebar daun, panjang daun juga mengalami pertambahan namun tidak
terlalu signifikan. Hal ini dikarenakan aktivitas pertambahan panjang daun sudah
lama berhenti sebelum daun mencapai dewasa (Salisbury et al 1995).

14
Tabel 4 Panjang daun dan persentase pertambahan panjang daun 7 varietas bibit
jeruk keprok selama 4 bulan
Nama
Varietas
Berasitepu
Borneo
Prima
Garut
Kacang
Madura
Tejakula
Terigas
Uji F
KK

Awal
(cm)
5.43

B1
(cm)
5.48

ΔB1
(%)
0.92

B2
(cm)
5.51

ΔB2
(%)
1.47

B3
(cm)
5.55

Δ B3
(%)
2.21

B4
(cm)
5.63

Δ B4
(%)
3.68

5.54 5.59
0.90 5.65
1.99 5.67 2.35 5.76 3.97
6.89 6.95
0.87 6.98 1.31 7.01 1.74 7.12 3.34
5.08 5.13
0.98 5.18 1.97 5.20 2.36 5.25 3.35
5.59 5.63
0.72 5.69 1.79 5.70 1.97 5.79 3.58
5.44 5.47
0.55 5.51 1.29 5.55 2.02 5.63 3.49
5.82 5.89
1.20 5.93 1.89 5.95 2.23 6.01 3.26
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
20.82 20.89 29.27 20.64 34.48 20.51 26.36 20.32 22.33

tn: Tidak berbeda nyata pada taraf 5%; B: Panjang daun bulan ke-; Δ B: Pertambahan Panjang daun
bulan ke-; KK: Hasil transformasi (√x+0.5).

Lebar Daun
Tabel 5 menunjukkan bahwa varietas tidak berbeda nyata pada lebar daun dan
persentase pertambahan lebar daun selama 4 bulan. Lebar daun awal berukuran
antara 2.4-3.18 cm dan ukuran lebar daun selama 4 bulan kemudian bertambah
menjadi 2.5-3.3 cm, dengan ukuran lebar daun terbesar pada varietas Garut dan
lebar daun terkecil pada varietas Kacang.
Tabel 5 Lebar daun dan persentase pertambahan lebar daun 7 varietas bibit jeruk
keprok selama 4 bulan
Nama
Varietas
Berasitepu
Borneo
Prima
Garut
Kacang
Madura
Tejakula
Terigas
Uji F
KK

Awal
(cm)

B1
(cm)

ΔB1
(%)

B2
(cm)

ΔB2
(%)

B3
(cm)

Δ B3
(%)

B4
(cm)

Δ B4
(%)

2.54

2.58

1.57

2.60

2.36

2.61

2.76

2.65

4.33

2.55
3.18
2.42
2.47
2.67
2.71
tn
26.85

2.57
3.24
2.43
2.50
2.70
2.73
tn
26.11

0.78
1.89
0.41
1.21
1.12
0.74
tn
38.98

2.59
3.28
2.44
2.55
2.74
2.76
tn
26.27

1.57
3.14
0.83
3.24
2.62
1.85
tn
37.77

2.63
3.31
2.46
2.58
2.76
2.76
tn
26.05

3.14
4.09
1.65
4.45
3.37
1.85
tn
39.49

2.67
3.33
2.50
2.62
2.79
2.79
tn
25.67

4.71
4.72
3.31
6.07
4.49
2.95
tn
36.79

tn: Tidak berbeda nyata pada taraf 5%; B: Lebar daun bulan ke-; Δ B: Pertambahan Lebar daun
bulan ke-; KK: Hasil transformasi (√x+0.5).

Nilai persentase pertambahan lebar daun antar varietas selama 4 bulan dari
terbesar hingga terkecil berturut-turut adalah Madura 6.07%, Garut 4.72%, Borneo
Prima 4.71%, Tejakula 4.49%, Berasitepu 4.33%, Kacang 3.31%, dan Terigas
2.95%. Secara umum, ukuran lebar daun setiap bulan mengalami pertambahan
meskipun tidak terlalu signifikan.

15
Jumlah Daun
Tabel 6 menunjukkan bahwa varietas berbeda sangat nyata pada jumlah daun,
namun varietas tidak berbeda nyata pada persentase pertambahan jumlah daun
selama 4 bulan. Jumlah daun awal paling banyak terdapat pada Tejakula, Kacang,
Berasitepu, dan Madura, diikuti oleh Terigas, Garut, dan Borneo Prima. Jumlah
daun bertambah pada bulan pertama dengan jumlah daun terbanyak pada Tejakula
dan Berasitepu, diikuti oleh Kacang dan Madura, selanjutnya Terigas, dan paling
sedikit jumlah daun pada Borneo Prima. Pada bulan kedua, jumlah daun terbanyak
pada Berasitepu dan Kacang, diikuti oleh Madura dan Tejakula, selanjutnya Terigas,
Garut, dan paling sedikit pada Borneo Prima.
Pada bulan ketiga, jumlah daun terbanyak pada Berasitepu, diikuti oleh
Kacang, selanjutnya Tejakula dan Madura, lalu Terigas, Garut, dan paling sedikit
pada Borneo Prima. Pada bulan keempat atau akhir pengamatan, jumlah daun
terbanyak pada Berasitepu dan Kacang, diikuti oleh Tejakula dan Madura,
selanjutnya Terigas, lalu Garut, dan paling sedikit jumlah daun pada Borneo Prima.
Nilai persentase pertambahan jumlah daun antar varietas selama 4 bulan dari
terbesar hingga terkecil berturut-turut adalah varietas Terigas (378%), Borneo
Prima (353.2%), Berasitepu (346.49%), Kacang (302.8%), Garut (285.9%),
Madura (283.7%), dan Tejakula (262.7%).
Tabel 6 Jumlah daun dan persentase pertambahan jumlah daun 7 varietas bibit jeruk
keprok selama 4 bulan
Nama
Awal
B1
ΔB1
B2
ΔB2
B3
ΔB3
B4
Δ B4
varietas
(helai) (helai) (%)
(helai)
(%)
(helai)
(%)
(helai)
(%)
a
a
a
a
a
Berasitepu
39.4
49.1
24.6 131.0
232.5 168.4
327.4 175.9
346.5
Borneo
Prima
18.6b
21.6c
16.1
58.7d
215.6
82.3e
342.5
84.3d
353.2
Garut
24.9b
26.8c
7.6
66.2cd
165.9
91.8de 268.7
96.1cd 285.9
Kacang
39.8a
46.4ab 16.6 121.3a
204.8 154.2ab 287.4 160.3a
302.8
a
ab
ab
Madura
37.4
45.3
21.1 111.0
196.8 136.5bc 265.0 143.5ab 283.7
Tejakula
39.9a
52.6a
31.8 105.1ab 163.4 136.7bc 242.6 144.7ab 262.7
b
bc
Terigas
25.5
34.1
33.7
87.3bc 242.4 117.3cd 360.0 121.9bc 378.0
Uji F
**
**
tn
**
tn
**
tn
**
tn
KK
35.1
35.9
34.1
30.6
31.4
25.1
26.9
27.0
27.2
tn: Tidak berbeda nyata pada taraf 5%; B: Jumlah daun bulan ke-; Δ B: Pertambahan jumlah daun
bulan ke-; KK: Hasil transformasi (√x+0.5); ªAngka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada
kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT α=5%.

Secara umum jumlah daun paling sedikit terdapat pada Borneo Prima dengan
nilai persentase pertambahan jumlah daun pada Borneo Prima sebesar 353.2%.
Pada saat sebelum dilakukan penelitian, dilakukan perlakuan pemangkasan pada
cabang yang sudah tumbuh untuk memudahkan dalam pengamatan, sehingga dari
awal pengamatan jumlah cabang pada semua varietas hanya tersisa 1-2 cabang per
tanaman. Selain itu, pada variabel jumlah tunas, varietas Borneo Prima juga
menghasilkan jumlah tunas yang paling sedikit, sehingga jumlah daun yang
dihasilkan juga sedikit.
Hasil penelitian Rahayu (2014) menunjukkan bahwa panjang tunas dan
jumlah daun berkorelasi positif, artinya semakin banyak tunas yang muncul dan
semakin panjang ruas tunas, maka daun yang dihasilkan juga semakin banyak.
Gardner et al. (2008) juga menyebutkan bahwa tunas-tunas yang panjang pada

16
tanaman muda akan menyebabkan tanaman lebih rimbun karena jumlah daunnya
banyak. Jumlah dan ukuran daun dipengaruhi oleh genotip dan lingkungan. Jumlah
daun ditentukan oleh banyaknya cabang atau tunas sehingga semakin banyak tunas,
jumlah daun juga semakin banyak.
Jumlah Cabang

Tabel 7 menunjukkan bahwa varietas berbeda nyata pada jumlah cabang
bulan pertama; varietas berbeda sangat nyata terhadap jumlah cabang bulan kedua,
ketiga, dan keempat; serta varietas tidak berbeda nyata pada awal pengamatan dan
persentase pertambahan jumlah cabang selama 4 bulan. Pada bulan pertama, jumlah
cabang paling banyak terdapat pada Berasitepu, diikuti oleh Kacang dan Madura,
selanjutnya Tejakula, Terigas, lalu Borneo Prima, dan paling sedikit pada Garut.
Selama 4 bulan kemudian, jumlah cabang paling banyak terdapat pada Berasitepu,
diikuti oleh Kacang, Madura, Tejakula, selanjutnya Borneo Prima dan Terigas, dan
paling sedikit pada Garut. Nilai persentase pertambahan jumlah cabang antar
varietas selama 4 bulan dari terbesar sampai terkecil berturut-turut adalah
Berasitepu dan Borneo Prima 858.3%, Madura 829.4%, Garut 730%, Tejakula
631.6%, Terigas 600%, dan Kacang 451.7%.
Tabel 7 Jumlah cabang dan persentase pertambahan jumlah cabang 7 varietas bibit
jeruk keprok selama 4 bulan
Awal
B1
Nama varietas (cabang) (cabang)
Berasitepu
2.4 8.3a
Borneo Prima
1.2 3.6cd
Garut
1.0 2.4d
Kacang
2.9 7.1ab
Madura
1.7 6.8ab
Tejakula
1.9 5.1bc
Terigas
1.6 4.7bcd
Uji F
KK

tn
*
20.7 25.9

ΔB1
(%)

B2
(cabang)

245.8 13.0a
200.0 5.4de
140.0 4.1e
144.8 10.6abc
300.0 10.8ab
168.4 8.6bc
193.8 7.5cd
tn
**
38.1 39.2

ΔB2
(%)

B3
(cabang)

441.7 21.2a
350.0 10.7cd
310.0
8.1d
265.5 15.4b
535.3 15.0bc
352.6 13.2bc
368.8 10.9cd
tn
**
34.2 33.2

ΔB3
(%)

B4
(cabang)

783.3 23.0a
791.7 11.5bc
710.0
8.3c
431.0 16.0b
782.4 15.8b
594.7 13.9b
581.3 11.2bc
tn
**
27.7 34.5

ΔB4
(%)

858.3
858.3
730.0
451.7
829.4
631.6
600.0
tn
26.9

tn: Tidak berbeda nyata pada taraf 5%; B: Jumlah cabang bulan ke-; Δ B: Pertambahan Jumlah cabang bulan
ke-; KK: Hasil ditransformasi (√x+0.5); ªAngka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang
sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT α=5%.

Varietas Berasitepu memiliki jumlah cabang yang lebih banyak dibanding
jumlah cabang pada varietas lain. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah tunas yang
dihasilkan pada bulan pertama yakni Berasitepu juga memiliki jumlah tunas paling
banyak dibanding varietas lain. Berdasarkan hasil penelitian pada jumlah daun,
varietas Berasitepu juga memiliki jumlah daun paling banyak dibanding varietas
lain. Hal ini dikarenakan jumlah potensial percabangan berhubungan langsung
dengan jumlah daun dan jumlah tunas. Hampir setiap daun menghasilkan bakal
tunas baru yang akan berkembang menjadi percabangan (Gardner et al. 2008). Oleh
karena itu, semakin banyak tunas yang muncul maka jumlah percabangan pohon
juga akan semakin banyak.

17
Diameter batang
Bagian yang diamati pada pertumbuhan tanaman yakni pada diameter batang
atas. Tabel 8 menunjukkan bahwa varietas berbeda sangat nyata pada diameter
batang, namun varietas tidak berbeda nyata pada persentase pertambahan diameter
batang selama 4 bulan. Pada bulan pertama ukuran diameter terbesar pada
Berasitepu, Tejakula, Kacang, dan Madura, serta ukuran diameter terkecil pada
Garut, Terigas, dan Borneo Prima. Pada bulan keempat, ukuran diameter terbesar
pada Berasitepu, Tejakula, Kacang, dan Madura, diikuti oleh Garut, selanjutnya
Terigas, dan terkecil pada Borneo Prima.
Varietas Garut memiliki persentase pertambahan diameter batang sebesar
12.9% dengan ukuran diameter awal 6.2 mm menjadi 7.0 mm. Varietas Terigas
memiliki persentase pertambahan diameter sebesar 11.3% dengan ukuran diameter
awal 6.2 mm menjadi 6.9 mm. Varietas Borneo Prima memiliki persentase
pertambahan diameter sebesar 9.1% dengan ukuran diameter awal 5.5 mm menjadi
6.0 mm. Varietas Berasitepu memiliki persentase pertambahan diameter sebesar
8.4% dengan ukuran diam

Dokumen yang terkait

Analisis Finansial Usahatani Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia) Studi Kasus Desa Marjanji, Kecamatan Sipispis, Kabupaten Serdang Bedagai

30 171 70

Kelayakan dan Analisis Usahatani Jeruk Siam (Citrus Nobilis Lour Var. Microcarpa Hassk)(Studi Kasus : Desa Kubu Simbelang, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo)

11 180 194

Pemanfaatan Limbah Kulit Jeruk Keprok (Citrus Reticulata Blanco syn) Sebagai Bahan Penguat Nanokertas Selulosa Bakteri Dari Air Kelapa

9 95 73

Studi Pemanfaatan Buah Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia Swingle) Sebagai Chelator Logam Pb Dan Cd Dalam Udang Windu (Penaeus Monodon)

5 85 89

Pengaruh Konsentrasi Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia) dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Streptococcus Pyogenes Secara in vitro

7 71 67

Uji Macam dan Volume Pemberian Hasil Fermentasi Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan Bibit Jeruk Keprok (Citrus reticulata) Varietas Batu 55

0 25 2

Pengaruh Zeollt Dan Beberapa Bahan Organik Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jeruk Keprok Siem (Citrus Reticulata B.)

0 10 53

Mempelajari Profil Sensori Jeruk Keprok Batu 55 (Citrus reticulata Blanco), Keprok Blinyu (Citrus reticulata Blanco), Manis Punten (Citrus sinensis Osbeck) serta Manis Valencia (Citrus sinensis Osbeck) dengan Analisis Sensori Deskriptif

2 25 130

Optimasi Pertumbuhan Vegetatif dan Keragaan Tanaman Jeruk Keprok Borneo Prima (Citrus reticulata cv. Borneo Prima)

0 5 47

View of PERSEBARAN DAN KARAKTERISASI INDUK JERUK KEPROK TAWANGMANGU ASLI (Citrus reticulata Blanco ssp Tawangmangu)

0 0 10