ANALISIS DISTRIBUSI SPASIAL SEKTOR UNGGULAN DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI DI PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS DISTRIBUSI SPASIAL SEKTOR UNGGULAN DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI DI PROVINSI SUMATERA UTARA

Akhmad Ignase Hariman S.*, Badaruddin** dan Kasyful Mahalli**
*Alumni PWD SPs USU **Dosen FISIP/FE/PWD SPs USU

Abstract: The objective of the research was to find out the economic description and to identify high-ranking sectors in districts/towns of North Sumatera Province. The research was descriptive analytic which described how the rate of growth and the economic structure were. Shift-share analysis was used to determine the change and the shift of sectors or industry, and location quotient (LQ) was used to determine high-ranking sectors. The result of the identification would be mapped through spatial analysis. The result of the analysis showed that high-ranking sector in North Sumatera Province was agricultural sector. The districts in North Sumatera Province which had the biggest contribution to the high-ranking sector in agriculture were Nias Barat District, Samosir District, Nias Utara District, Dairi District, Pakpak Bharat District, Padang Lawas Utara District, Langkat District, Karo District, Simalungun District, Humbang Hasundutan District, Tapanuli Utara District, Nias District, Tapanuli Tengah District, Mandailing Natal District, Nias Selatan District, Serdang Bedagai District, Toba Samosir District, Asahan District, Labuhan Batu Utara District, Tapanuli Selatan District, and Sibolga.

Abstrak: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran perekonomian dan mengidentifikasi sektor-sektor unggulan di kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif yang akan menggambarkan bagaimana laju pertumbuhan dan struktur perekonomian, analisis Shift-share digunakan untuk menentukan perubahan dan pergeseran sektor atau industri dan location quotient (LQ) digunakan untuk menentukan sektor unggulan. Hasil dari identifikasi akan dipetakan melalui analisis spasial. Dari hasil analisis diketahui bahwa sektor unggulan di Provinsi Sumatera Utara adalah sektor pertanian. Kabupaten Nias Barat, Samosir, Nias Utara, Dairi, Pakpak Bharat, Padang Lawas Utara, Padang Lawas, Langkat, Karo, Simalungun, Humbang Hasundutan, Tapanuli Utara, Nias, Tapanuli Tengah, Mandailing Natal, Nias Selatan, Serdang Bedagai, Toba Samosir, Asahan, Labuhan Batu Utara, Tapanuli Selatan dan Kota Sibolga merupakan daerah yang menjadi penyumbang terbesar terhadap sektor unggulan di Provinsi Sumatera Utara yaitu sektor pertanian.

Keywords: Sektor unggulan, analisis spasial, location question dan shift-share.

PENDAHULUAN Salah satu upaya untuk mencapai
kesejahteraan bagi seluruh masyarakat dalam masa otonomi daerah adalah dengan cara pembangunan. Pembangunan ekonomi khususnya, seringkali dikaitkan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi. Menurut Sjafrizal (2008) tolak ukur keberhasilan suatu pembangunan ekonomi daerah dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang menjadi petunjuk kinerja perekonomian secara umum sebagai ukuran kemajuan suatu daerah, tingkat

pertumbuhan, pendapatan perkapita dan pergeseran/perubahan struktur ekonomi. Selama satu dekade terakhir kondisi perekonomian di Provinsi Sumatera Utara terus mengalami fluktuatif dimana selama tahun 2001 hingga tahun 2004 terjadi peningkatan dari 4,33 persen menjadi 6 persen. Akan tetapi, tahun 2005 mengalami penurunan menjadi 5,52 persen. Dimana pada tahun 2006 dan 2007 mengalami trend peningkatan menjadi 6,26 persen dan 6,89 persen. Akan tetapi pada tahun 2008 dan 2009 kembali mengalami penurunan menjadi 6,40 persen dan 5,14 persen.

47

Jurnal Ekonom, Vol 16, No 2, April 2013
Sedangkan di tahun 2010 dan 2011 kembali meningkat menjadi 6,36 persen dan 6,59 persen. Jika dilihat dari pertumbuhan ekonomi di setiap kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara juga mengalami fluktuatif selama satu dekade terakhir. Hal ini berpengaruh terhadap karena tejadinya pemekaran daerah pada periode tersebut dimana pada tahun 2007 Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat dan Kota Gunung Sitoli menjadi daerah yang terakhir mekar di Provinsi Sumatera Utara. Terdapat 4 Kabupaten yang mengalami perlambatan pertumbuhan. Kabupaten Nias tahun 2005 dan 2006 mengalami perlambatan pertumbuhan sebesar minus 3,29 persen dan minus 74,78 persen. Kabupaten Tapanuli Selatan tahun 2006 mengalami perlambatan pertumbuhan sebesar minus 42,46 persen. Kabupaten Toba Samosir tahun 2004 mengalami perlambatan pertumbuhan sebesar minus 16,00 persen. Kabupaten Nias Selatan tahun 2005 mengalami perlambatan pertumbuhan sebesar 2,12 persen. Todaro (2000) mengungkapkan bahwa dengan adanya tingkat perubahan struktural dan sektoral yang tinggi, hal ini erat kaitannya dengan proses pertumbuhan ekonomi. Beberapa komponen utama perubahan struktural tersebut mencakup “pergeseran” yang berangsur-angsur dari aktifitas pertanian ke sektor non-petanian dan dari sektor industri ke jasa. Dampak pembangunan suatu daerah, seperti mengenai perubahan sektorsektor apa yang meningkat atau menurun, merupakan pengetahuan yang penting dalam pembangunan suatu daerah. Oleh karena itu, pelaksanaan pembangunan di Provinsi Sumatera Utara sangat diperlukan khususnya konsentrasi terhadap sektorsektor unggulan yang berada di masingmasing wilayah. Sehingga, diharapkan akan meningkatkan roda perekonomian di wilayah tersebut. Akan tetapi, seiring dengan adanya pelaksanan otonomi daerah serta kondisi sumber daya manusia yang terbatas serta kondisi geografis masingmasing daerah yang berbeda-beda akan memberikan dampak terhadap perencanaan pembangunan di Provinsi Sumatera Utara. Kontribusi sektor pertanian selama tahun 2001 hingga tahun 2002 menjadi sumbangan terbesar terhadap PDRB Provinsi yaitu masing-masing sebesar 27,26
48


persen dan 27,18 persen. Sementara itu, sektor industri pengolahan berada di posisi kedua sebagai penyumbang yaitu masingmasing sebesar 24,09 persen dan 23,92 persen. Akan tetapi, pada tahun 2003 hingga tahun tahun 2011 terjadi pergeseran pola dan struktur ekonomi di Provinsi Sumatera Utara. Dimana sektor industri pengolahan menjadi penyumbang terbesar terhadap PDRB di Provinsi Sumatera Utara menggantikan sektor pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi pergeseran pola dan struktur ekonomi dalam pembangunan ekonomi antar kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. Oleh karena itu, seiring adanya peraturan tentang otonomi daerah yang berdampak pada pergeseran pola dan struktur ekonomi dalam pembangunan ekonomi antar kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. Perlu adanya strategi kebijakan perencanaan pembangunan untuk masa yang akan datang utamanya dalam peningkatan sektor unggulan yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Sehingga akan memberikan dampak yang optimal bagi pertumbuhan ekonomi, peningkatan lapangan pekerjaan dan peningkatan kesejahteraan di Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan fenomena diatas peneliti tertarik untuk meneliti apakah terjadi distribusi spasial sektor unggulan dalam perencanaan pembangunan ekonomi terjadi di Provinsi Sumatera Utara.
METODE Data yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari berbagai publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) dengan cara studi literatur. Dalam penelitian ini, analisis yang digunakan adalah analisis Location Quotient (LQ) yaitu untuk menjawab permasalah pertama dimana dalam menentukan sektor-sektor unggulan daerah atau yang biasa dikenal dengan sektor basis dan non-basis sedangkan analisis Shiftshare digunakan untuk melihat perubahan dan pergeseran sektor atau industri pada perekonomian regional maupun lokal. Analisis lain yang juga digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis peta tematik atau data spasial yang berupa peta digital digunakan untuk melihat

Akhmad Ignase Hariman S., Badaruddin, Kasyful Mahalli: Analisis Distribusi…

distribusi spasial sektor unggulan yang terjadi di Provinsi Sumatera Utara
HASIL Analisis LQ
Sektor pertanian yang menjadi unggulan pada tahun 2011 berada pada Kabupaten Nias Barat, Samosir, Nias Utara, Dairi, Pakpak Bharat, Padang Lawas Utara, Padang Lawas, Langkat, Karo, Simalungun, Humbang Hasundutan, Tapanuli Utara, Nias, Tapanuli Tengah, Mandailing Natal, Nias Selatan, Serdang Bedagai, Toba Samosir, Asahan, Labuhan Batu Utara, Tapanuli Selatan dan Kota Sibolga. Dimana masing-masing kabupaten tersebut mempunyai nilai LQ lebih dari satu. Hal ini disebabkan karena sebagian besar pada daerah tersebut merupakan sentral produksi seperti padi, karet, kopi, cokelat, kelapa sawit, dan lain sebagainya. Kabupaten Nias Barat, Nias Utara, Nias, Kota Tanjung Balai, Kabupaten Labuhan Batu, Mandailing Natal, Serdang Bedagai, Nias Selatan, Labuhan Batu Utara, Deli Serdang, Langkat, Tapanuli Tengah dan Labuhan Batu Selatan pada tahun 2011 sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor unggulan karena mempunyai nilai LQ lebih dari satu. Karena di daerah tersebut merupakan daerah sentra pertambangan seperti gas alam di daerah pangkalan brandan Kabupaten Langkat, daerah lepas pantai Selat Malaka Kabupaten Nias merupakan daerah penghasil minyak bumi, PT Madina Mas Mining banyak mengeksplorasi barang tambang emas yang terdapat di Kecamatan Hutabargot, Larutambangan, Kotanopan, Natal, Simpang Gambir dan Sinunukan, adapun untuk jenis barang tambang seperti batu bara yang tersebar di empat kecamatan, masing-masing Kotanopan, Siabu, Linggabayu, dan Muara Batang Gadis semuanya berada di Kabupaten Mandailing Natal. Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Batu Bara, Labuhan Batu, Deli Serdang, Tapanuli Selatan, Labuhan Batu Utara, Toba Samosir, Asahan dan Kota Binjai pada tahun 2011 sektor industri pengolahan merupakan sektor unggulan karena mempunyai nilai LQ lebih dari satu. Hal ini dikarenakan pada daerah tersebut merupakan daerah sentra industri

pengolahan seperti PT Sogami Indonesia yang akan berinvestasi pada industri barang logam dan PT Nippon Indosari dari Jepang yang bergerak di bidang industri makanan di Kabupaten Deliserdang, PT. Bakrie Sumatera Plantations yang memiliki industri pengolahan latex menjadi benang karet di Kabupaten Asahan. Kota Binjai, Medan, Kabupaten Asahan, Kota Pematang Siantar, Kabupaten Toba Samosir dan Tapanuli Utara pada tahun 2011 sektor listrik, gas dan air bersih merupakan sektor unggulan karena mempunyai nilai LQ lebih dari satu. Hal ini menunjukkan bahwa di daerah tersebut merupakan sentra untuk sektor listrik, gas dan air bersih seperti PT Navigat Energy di bidang jasa pembangkit listrik yang berada di Kota Medan, pusat listrik tenaga gas (PLTG) Medan dengan kapasitas 3 x 100 megawatt, PLTA Asahan III yang berada di Kabupaten Asahan. Kota Gunung Sitoli, Kabupaten Mandailing Natal, Nias Selatan, Pakpak Bharat, Kota Medan, Binjai, Kabupaten Serdang Bedagai, Padang Lawas, Padang Lawas Utara, Kota Tebing Tinggi, Tanjung Balai, Pematang Siantar dan Kabupaten Nias pada tahun 2011 sektor bangunan merupakan sektor unggulan karena mempunyai nilai LQ lebih dari satu. Hal ini menunjukkan bahwa daerah tersebut merupakan sentra sektor bangunan seperti pengembangan kawasan Central Business District (CDB) di Medan, peningkatan ruas jalan Gunung Sitoli-Teluk Dalam, Tebing TinggiKampung Binjai, pembangunan ruas jalan Natal-Batu Mundom, pembangunan jalan sejajar Medan-Binjai, rehabilitasi dan pemeliharaan jalan ruas batas Tebing Tinggi-Pematang Siantar, Medan-Belawan, pembangunan bandar udara di Pulau Batu, peningkatan fasilitas bandar udara di Nias, pembangunan fasilitas Pelabuhan Belawan, Teluk Dalam, Pulau Serok, Hinako, dan Sirombu dan lain sebagainya. Kota Gunung Sitoli, Pematang Siantar, Medan, Tebing Tinggi, Kabupaten Nias Selatan, Kota Padang Sidimpuan, Kabupaten Batu Bara, Kota Tanjung Balai, Kabupaten Deli Serdang dan Kota Sibolga pada tahun 2011 sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor unggulan karena mempunyai nilai LQ lebih dari satu. Hal ini menunjukkan bahwa daerah tersebut

49

Jurnal Ekonom, Vol 16, No 2, April 2013
merupakan sentra sektor perdagangan, hotel dan restoran seperti JW. Marriot, Swiss Bell, Santika Dyandra dan hotel ternama lainnya berada di Kota Medan. Begitu juga untuk restoran sebagian besar berada di Kota Medan dan Kota Medan merupakan sentra perdagangan di Provinsi Sumatera Utara. Kota Medan, Tebing Tinggi, Pematang Siantar, Gunung Sitoli dan Sibolga pada tahun 2011 sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor unggulan karena mempunyai nilai LQ lebih dari satu. Hal ini menunjukkan bahwa daerah tersebut merupakan sentra pengangkutan dan komunikasi seperti bandara udara yang ada seperti Polonia di Kota Medan, Pinangsori di Kota Sibolga dan Binaka di Kota Gunung Sitoli, pelabuhan belawan yang ada di Kota Medan dan Pelabuhan yang ada di Kota Sibolga serta jalur kereta api yang berada di Kota Medan, Tebing Tinggi dan Pematang Siantar. Kota Binjai, Medan, Padang Sidimpuan, Pematang Siantar, Tebing Tinggi dan Sibolga pada tahun 2011 sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan merupakan sektor unggulan mempunyai nilai LQ lebih dari satu. Hal ini menunjukkan bahwa daerah tersebut merupakan sentra keuangan, persewaan dan jasa perusahaan seperti Bank Indonesia yang di Kota Medan, Padang Sidimpuan, Pematang Siantar dan Sibolga. Kabupaten Nias, Kota Tebing Tinggi, Padang Sidimpuan, Binjai, Kabupaten Tapanuli Tengah, Samosir, Kota Sibolga, Kabupaten Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Mandailing Natal, Deli Serdang, Kota Tanjung Balai, Pematang Siantar, Kabupaten Karo, Padang Lawas Utara, Simalungun, Padang Lawas, Pakpak Bharat dan Kota Medan pada tahun 2011 sektor jasa-jasa merupakan sektor unggulan karena mempunyai nilai LQ lebih dari satu. Hal ini menunjukkan bahwa daerah tersebut merupakan sentra sektor jasa-jasa dalam hal pengembangan objek dan daya tarik wisata alam maupun bahari, agrowisata, dan peninggalan sejarah dan budaya seperti Danau Toba, Gunung Sibolangit, Taman Nasional Gunung Leuser serta Taman Hutan Raya Bukit Barisan yang berada di Kabupaten Samosir, Karo, Simalungun dan sekitarnya.
50

Analisis Shift-Share a. Efek Pertumbuhan Provinsi

Sumatera Utara (National Share) Pertumbuhan Kota Medan
berpengaruh terhadap pertumbuhan absolut Provinsi Sumatera Utara paling tinggi. Besarnya pertumbuhan tersebut diciptakan oleh pengaruh positif dari efek pertumbuhan PDRB Kota Medan sebesar 7,87 milyar rupiah, efek bauran industri (proportional shift) sebesar 1,62 milyar rupiah sebagai penyumbang terbesar. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi Kota Medan lebih tinggi daripada tingkat pertumbuhan ekonomi propinsi di Sumatera. Hal ini menandakan bahwa selama kurun waktu 2007-2011 pertumbuhan regional Kota Medan memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara.
b. Efek Bauran Industri (Proportional Shift) Nilai dari efek bauran industri Kota
Medan adalah sebesar 7,87 milyar rupiah. Besaran nilai ini menunjukkan bahwa distribusi industri atau sektoral di Kota Medan menyebabkan naiknya nilai PDRB Provinsi Sumatera Utara sebesar 7,87 milyar rupiah. Apabila dilihat menurut sektor, terlihat sektor pertanian dan industri pengolahan yang bernilai negatif. Hal ini menunjukkan bahwa laju pertumbuhan sektor tersebut lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan sektor yang sama di Kota Medan. Sektor yang mengalami pertumbuhan paling rendah adalah sektor industri pengolahan sebesar negatif 623,98 juta rupiah. Ini berarti distribusi industri atau sektoral di Kota Medan untuk sektor tersebut menyebabkan turunnya nilai PDRB Provinsi Sumatera Utara sebesar 623,98 juta rupiah. Sektor lainnya yang bernilai positif berarti laju pertumbuhan sektor tersebut lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan sektor yang sama di Kota Medan. Sektor yang mengalami pertumbuhan paling tinggi adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa persewaan sebesar 908,79 juta rupiah. Ini berarti distribusi industri atau sektoral di Kota Medan memberikan tambahan nilai PDRB Provinsi Sumatera Utara sebesar 908,79 juta rupiah.

Akhmad Ignase Hariman S., Badaruddin, Kasyful Mahalli: Analisis Distribusi…

c. Regional Shift (Differential Shift) Jika dilihat secara keseluruhan nilai
efek persaingan Kabupaten Deli Serdang dengan perekonomian Provinsi Sumatera Utara bernilai sebesar 318,50 juta rupiah. Hal ini menandakan perekonomian Kabupaten Deli Serdang memiliki daya saing yang lebih baik daripada perekonomian di Provinsi Sumatera Utara. Jika dilihat per sektor, ada sektor yang bernilai positif dan bernilai negatif. Sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, perdagangan hotel dan restoran serta pengangkutan dan komunikasi memiliki nilai negatif. Sedangkan sektor industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih, bangunan, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta jasa-jasa memiliki nilai positif. Bila bernilai positif, menandakan sektor tersebut di Kabupaten Deli Serdang memiliki daya saing yang lebih tinggi daripada sektor yang sama di Provinsi Sumatera Utara.
PEMBAHASAN Analisis Distribusi Sektor Unggulan Dalam Perencanaan Pembangunan Ekonomi di Provinsi Sumatera Utara di Masa Yang Akan Datang.
RPJMD sebagai dokumen perencanaan 5 tahunan merupakan penjabaran RPJP Daerah yang memiliki kurun waktu 20 tahun. RPJMD selanjutnya dijabarkan dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) yang merupakan perencanaan tahunan dan menjadi pedoman dalam penyusunan rencana strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Beberapa kebijakan penting lain yang perlu menjadi prioritas pembangunan dalam tahap ini ialah pengembangan infrastruktur ekonomi pusat-pusat pertumbuhan wilayah, pengembangan pelabuhan laut, sumberdaya air bersih, pemanfaatan potensi sumber tenaga listrik dan infrastruktur pendukung lainnya secara maksimal. Rencana pembangunan sektor pertanian perlu adanya dukungan di dalam sarana dan prasarana seperti pembangunan dan perbaikan irigasi, pengadaan bibit unggul (menciptakan varietas baru) serta perkembangan teknologi di bidang pertanian. Peningkatan kualitas maupun kuantitas sarana dan

prasarana ini diharapkan sebagai salah satu parameter yang dapat memacu pertumbuhan perekonomian di Sumatera Utara. Kegiatan ekonomi dan sosial di Provinsi Sumatera Utara secara garis besar terkonsentrasi di wilayah pantai timur, sedang bagian tengah, pantai barat, dan kepulauan di sekitar provinsi ini, tingkat perkembangan wilayah serta kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya relatif tertinggal. Dalam urusan peningkatan infrastruktur dan pengembangan wilayah dilaksanakan untuk mewujudkan Sumatera Utara yang maju, mandiri dan sejahtera melalui penataan ruang Provinsi Sumatera Utara yang lebih baik lagi. Baik pembangunan infrastruktur seperti jalan, rel kereta api, jalan tol, jalan antara provinsi, bandar udara, transportasi darat, air, energi kelistrikan, saluran irigasi, dll.
KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang diperoleh
dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Sektor unggulan yang masih dikuasai
oleh sektor pertanian dimana terdapat pada Kabupaten Nias Barat, Samosir, Nias Utara, Dairi, Pakpak Bharat, Padang Lawas Utara, Padang Lawas, Langkat, Karo, Simalungun, Humbang Hasundutan, Tapanuli Utara, Nias, Tapanuli Tengah, Mandailing Natal, Nias Selatan, Serdang Bedagai, Toba Samosir, Asahan, Labuhan Batu Utara, Tapanuli Selatan dan Kota Sibolga. Hal ini disebabkan karena sebagian besar pada daerah tersebut merupakan sentral produksi seperti padi, karet, kopi, cokelat, kelapa sawit, dan lain sebagainya. 2. Pertumbuhan Kota Medan berpengaruh terhadap pertumbuhan absolut Provinsi Sumatera Utara paling tinggi. Hal ini menandakan bahwa selama kurun waktu 2007-2011 pertumbuhan regional Kota Medan memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara. 3. Jika dilihat secara keseluruhan nilai efek persaingan Kabupaten Deli Serdang memiliki daya saing yang lebih baik daripada perekonomian di Provinsi Sumatera Utara.

51

Jurnal Ekonom, Vol 16, No 2, April 2013


SARAN Berdasarkan kesimpulan yang
didapatkan dan analisis yang telah dilakukan, maka beberapa saran yang perlu dipertimbangkan adalah sebagai berikut: 1. Dalam rencana pembangunan sektor
pertanian perlu adanya dukungan di dalam sarana dan prasarana seperti pembangunan dan perbaikan irigasi, pengadaan bibit unggul (menciptakan varietas baru) serta perkembangan teknologi di bidang pertanian. 2. Peningkatan kualitas maupun kuantitas sarana dan prasarana diharapkan sebagai salah satu parameter yang dapat memacu pertumbuhan perekonomian di Sumatera Utara. 3. Dalam hal urusan peningkatan infrastruktur dan pengembangan wilayah perlu dilaksanakan untuk mewujudkan Sumatera Utara yang maju, mandiri dan sejahtera melalui penataan ruang Provinsi Sumatera Utara yang lebih baik lagi.

DAFTAR RUJUKAN

Abdul Mukhyi, Mohammad. 2007. Analisis

Peranan Subsektor Pertanian dan

Sektor Unggulan Terhadap

Pembangunan Kawasan Ekonomi

Provinsi Jawa Barat : Pendekatan

Analisis IRIO. Jurnal. Universitas

Gunadarma. Jakarta.


Adisasmita,

H.Rahardjo.

2005.

Pembangunan Ekonomi Perkotaan.

Graha Ilmu. Yogjakarta.

________. 2005. Dasar-dasar Ekonomi

Wilayah. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Arsyad, Lincolin. 1999. Pengantar

Perencanaan dan Pembangunan

Ekonomi


Daerah.

BPFE.

Yogyakarta.

________. 2004. Ekonomi Pembangunan.

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi

YKPN. Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik [BPS]. Sumatera

Utara dalam Angka (berbagai

tahun). BPS Provinsi Sumatera

Utara.


Bratakusumah, Deddy dan Riyadi. 2003.

Perencanaan Pembangunan Daerah.

Gramedia Press. Jakarta.

Cesaratto, Sergio. 1999. Savings and

Economic Growth in Neoclassical

52

Theory. Cambridge Journal of Economics, 23. pp 771-793. Chazireni, Evans. 2003. The Spatial Dimension of Socio-Economic Development in Zimbabwe. Tesis. University of South Africa. South Africa. David, Dan Ben dan Loewy Michael B. 2002. Trade and Neoclassical Growth Model. Journal of Economic Integration, 18. (1 - 16 March 2003). Friedmann, J. 1966. Regional Development Policy : A Case Study of Venezuela. MIT Press. Cambridge MA. London. Glasson, John. 1977. An Introduction to Regional Planning. Terjemahan Paul Sihotang. 1990. Pengantar Perencanaan Regional. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Hendayana, Rachmat. 2003. Aplikasi Metode Location Quotient (LQ) Dalam Penentuan Komoditas Unggulan Nasional. Informatika Pertanian Volume 12. (Desember 2003). Kaldor, Nicholas. 1970. The Case for Regional Policies. Scottish Journal of Political Economy, 18. pp. 337 – 348. Kilkenny, Maureen dan Partridge. 2008. Eksport Sectors and Rural Development. Journal AED Economics University of Ohio State. (17 April 2008). Kiser, Don. 1992. A Location Quotient and Shift Share Analysis of Regional Economies in Texas. Southwest Texas State University. Texas. Kuncoro, Mudrajad. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah : Reformasi, Perencanaan, Strategi dan Peluang. Erlangga. Jakarta. ________. 2002. Analisis Spasial dan Regional. Yogyakarta : UPP AMP YKPN. Kwan Koo, Kim, David W. Marcouiller dan Steven C, Deller. 2005. Natural Amenities and Rural Development : Understanding Spatial and Distributional Attributes. Jurnal. Growth and Change. Vol. 36 No. 2 (Spring 2005), pp. 273-297. Malmberg, A. dan P. Maskell. 2001. The Exclusive Concept of Localization

Akhmad Ignase Hariman S., Badaruddin, Kasyful Mahalli: Analisis Distribusi…

Economies : Towards a Knowledgebased Theory of Spatial Clustering. Environment dan Planning a. Forthcoming. Mangiri, Komet. 2000. Perencanaan Terpadu Pembangunan Ekonomi Daerah. BPS. Edisi Kedua. Jakarta. Martin, Ron dan Sunley, Peter. 1996. Slow Convergence ? Post-Neoclassical Endogenous Groeth Theory and Regional Development. ESCR Centre for Business Research University of Cambridge. Working Paper No. 44. (Desember 1996). Mercado, Ruben G. 2002. Regional Development in The Philippines : a Review of Experience, State of The Art and Agenda for Research and Action. Philippine Institute for Development Studies. Discussion Paper Series No. 2002-03. (Februari 2002). Miller, M., J.L. Gibson, dan G.N. Wright. 1991. Location Quotient Basic Tool for Economic Development Analysis. Economic Development Review, 9 (2) ; 65. North, Douglas C. 1955. Location Theory and Economic Growth. Journal of Political Economy 63 : 243-258. Ossietzky, Carl Von. 2003. The Causes of German Unemployment – a Structural VAR Approach. Desertasi. University of Oldenburg. Germany.

Ron Hood, 1988. Economic Analysis : A


Location Quotient. Primer principal

sun regional economic impact. AIP.

Journal.

Siebert, Horst. 1997. Labor market

rigidities: at the root of

unemployment in Europe. Journal of

Economic Perspectives, Vol. 11, No.

3: 37-54.

Sirojuzilam. 2011. Problematika Wilayah

Kota dan Daerah, USU Press,


Cetakan Pertama, Medan.

Sirojuzilam dan Mahalli, K. 2011. Regional

: Pembangunan, Perencanaan dan

Ekonomi. USU Press. Cetakan

Kedua. Medan.

Steindl, J. 1952. Maturity and Stagnation in

American Capitalism. Basil

Blackwell. Oxford.

Syafrizal. 1997. Pertumbuhan Ekonomi dan

Ketimpangan Regional Wilayah


Indonesia Bagian Barat. Prisma, No.

3, Tahun XXVI : 27-38. LP3ES.

Jakarta.

________. 2008. Ekonomi Regional, Teori

dan Aplikasi. Baduose Media.

Cetakan Pertama. Padang.

Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi

Regional : Teori dan Aplikasi. Edisi

Revisi. Bumi Aksara. Jakarta.

________.


2011.

Perencanaan

Pembangunan Wilayah. Bumi

Aksara. Cetakan Kedua. Medan.

53