Rancang Bangun Sistem Informasi Model Pondok Pesantren Agribisnis Mina 90

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI MODEL
PONDOK PESANTREN AGRIBISNIS MINA 90

NUR NUDHAR AZIZAH

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Rancang Bangun
Sistem Informasi Model Pondok Pesantren Agribisnis Mina 90 adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
yang dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013
Nur Nudhar Azizah
NIM H34090095

ABSTRAK
NUR NUDHAR AZIZAH. Rancang Bangun Sistem Informasi Model Pondok
Pesantren Agribisnis Mina 90. Dibimbing oleh BURHANUDDIN.
Pondok Pesantren Mina 90 merupakan salah satu pondok pesantren yang
berencana menggabungkan kurikulum pendidikan umum dan agama dengan
kurikulum muatan lokal di bidang agribisnis. Untuk menyeimbangkan dan
menyelaraskan 2 kegiatan pendidikan tersebut dibutuhkan sebuah sistem
informasi model pondok pesantren agribisnis. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi komponen-komponen sistem informasi dan merancang sistem
informasi model pondok pesantren agribisnis Mina 90. Metode pengumpulan data
yang digunakan melalui wawancara dengan stakeholder yang berkaitan dengan
Pondok Pesantren Mina 90. Perancangan sistem menggunakan metode system
development life cycle (SDLC) dengan pemodelan proses menggunakan data flow
diagram (DFD). Penelitian ini menghasilkan sebuah rancangan sistem informasi
model pondok pesantren agribisnis Mina 90 dengan 2 proses utama, pendidikan
pondok pesantren dan usaha pembenihan lele. Sistem informasi ini diharapkan

mampu meningkatkan efektifitas dan efisiensi dari seluruh kegiatan yang
dilaksanakan di Pondok Pesantren Mina 90.
Kata kunci: DFD, pondok pesantren, sistem informasi

ABSTRACT
NUR NUDHAR AZIZAH. Design of Information Systems Model Mina 90
Agribusiness Boarding School. Supervised by BURHANUDDIN.
Mina 90 Boarding School is one of the boarding school which planning to
merge general and religious education curriculum with local curriculum in
agribusiness. To balance and harmonize the educational activities is required an
information system model of agribusiness boarding school. This study aims to
identify the components of information systems and design of information
systems model of Mina 90 agribusiness boarding school. Used data collection
methods was stakeholder interviews related to the Pondok Pesantren Mina 90.
System design methods used system development life cycle (SDLC) methods with
process modeling using data flow diagram (DFD). The study produced adesign
model of information system of Mina 90 agribusiness boarding school with 2
major processes, boarding school educational, and catfish hatchery operations.
This information system is expected to improve the effectiveness and efficiency of
all activities carried out in Pondok Pesantren Mina 90.

Keyword: boarding school, DFD, information system

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI MODEL
PONDOK PESANTREN AGRIBISNIS MINA 90

NUR NUDHAR AZIZAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Rancang Bangun Sistem Informasi Model Pondok Pesantren

Agribisnis Mina 90
Nama
: Nur Nudhar Azizah
NIM
: H34090095

Disetujui oleh

Ir Burhanuddin, MM
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA


Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Rancang bangun
sistem informasi model pondok pesantren agribisnis Mina 90”. Shalawat dan
salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin dan
suri teladan terbaik bagi umat manusia.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir Burhanuddin, MM
sebagai pembimbing yang telah memberikan banyak ide dalam pembuatan skripsi
ini. Terima kasih juga disampaikan kepada Ibu Febriantina Dewi, SE, MM, M.Sc
yang senantiasa mengarahkan dan membantu dalam menjalani masa-masa
perkuliahan sebagai wali akademik. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada ibu, bapak, dan seluruh keluarga atas dukungan, doa, dan kasih sayangnya.
Tidak lupa, penghargaan penulis sampaikan kepada keluarga besar Pondok
Pesantren Mina 90 dan petani pembenihan lele yang sudah bersedia menjadi
responden dalam penelitian ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada
Kementerian Agama yang telah memberikan beasiswa full studi melalui jalur
PBSB. Penulis mengucapkan terima kasih dan sukses untuk teman-teman
Agribisnis 46 khususnya teman sebimbingan, keluarga besar KMNU IPB serta
penghuni setia Wisma Ash-Shohwah atas dukungan motivasinya.
Semoga skripsi ini bermanfaat.


Bogor, Juli 2013
Nur Nudhar Azizah

DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Pondok Pesantren
Sistem Informasi
Analisis dan Perancangan Sistem
System Development Life Cycle (SDLC)
Data Flow Diagram (DFD)
Kerangka Pemikiran Operasional

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Pengolahan dan Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Pondok Pesantren Mina 90
Letak, Luas, dan Kondisi Geografis
Visi dan Misi Pondok Pesantren
Program Utama Pondok Pesantren
Sejarah Pondok Pesantren
Investigasi dan Analisis Sistem
Potensi Sumberdaya Alam dan Sumberdaya Manusia Pondok
Pesantren Mina 90
Sistem Pondok Pesantren Mina 90
Komponen Sistem Informasi Model Pondok Pesantren Agribisnis Mina
90
Rancang Bangun Sistem Informasi Model Agribisnis Pondok Pesantren
Mina 90
Sistem Pendidikan Pondok Pesantren

Sistem Usaha Pembenihan Lele
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

x
1
1
3
4
5
5
5
7
7
7
8
9

9
10
11
13
13
13
13
14
14
16
16
16
16
17
18
18
19
19
25
27

31
39
39
39
39
41

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
 
 

Kerangka pemikiran operasional
Hierarki diagram DFD
Peta lokasi Pondok Pesantren Mina 90
Data pribadi santri
Data pribadi pengajar
Daftar inventaris barang Pondok Pesantren Mina 90
Daftar mata pelajaran Mts Mina 90
Jadwal pelajaran Mts Mina 90
Buku harian divisi keuangan
Buku kas harian
Laporan arus kas
Laporan laba/rugi
Daftar kebutuhan bahan baku
Buku harian divisi produksi
Jadwal produksi
Buku harian divisi pemasaran
Daftar pemesanan benih lele
Daftar organisasi usaha pembenihan lele
Diagram konteks sistem informasi model pondok pesantren agribisnis
Mina 90
Diagram level 1 sistem informasi model pondok pesantren agribisnis
Mina 90
Diagram level 2 sistem informasi model pondok pesantren agribisnis
Mina 90
Diagram level 3 dari sistem pendidikan Pondok Pesantren Mina 90
Diagram level 3 dari sistem usaha pembenihan lele

12 
15 
17 
20 
21 
21 
22
22 
23 
23 
24 
24 
25 
25
25
26
26
26 
29
30
33
34
38

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pondok pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan Islam yang telah
lama berdiri di Indonesia. Peranan pondok pesantren tidak hanya sebagai lembaga
pendidikan, melainkan juga sebagai lembaga sosial dalam pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat. Pada hakikatnya pesantren memiliki akar budaya yang
sangat kuat dalam kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Islam.
Pesantren tidak hanya identik dengan makna keislaman, terutama dalam
kedudukannya sebagai lembaga pendidikan agama yang berfungsi sebagai wahana
sosial nilai-nilai ajaran agama Islam, tetapi juga dalam makna keaslian Indonesia
yakni sebagai lembaga sosial.
Ketersediaan sumberdaya manusia adalah potensi utama yang dimiliki
oleh pondok pesantren. Data Kementerian Agama tahun 2011 tercatat bahwa
jumlah pondok pesantren di Indonesia 27 218 pesantren. Berdasarkan tipologi
pesantren terdapat sebanyak 13 446 (49.4%) pesantren salafiyah, 3 064 (11.3%)
khalafiyah, dan 10 708 (39.3%) pesantren kombinasi. Jumlah santri secara
keseluruhan adalah 3 642 738 orang santri, terdiri dari 1 985 580 orang (52%)
santri laki-laki dan 1 747 158 orang (48%) santri perempuan. Berdasarkan sebaran
geografisnya, sebanyak 22 092 (81.17%) pondok pesantren yang terletak di
pedesaan, 3 168 (11.64%) pondok pesantren terletak di perkotaan, dan 1 957
(7.19%) pondok pesantren terletak di daerah transisi pedesaan-perkotaan1. Selain
potensi sumberdaya manusia (santri), pesantren memiliki potensi sumberdaya
alam yang mendukung kegiatan pertanian karena sebagian besar pondok pesantren
terletak di pedesaan. Jika kedua potensi sumberdaya tersebut dikembangkan dan
diberdayakan dengan baik melalui kegiatan yang produktif maka mampu
meningkatkan kesejahteraan bagi santri dan lingkungan pondok pesantren serta
kemandirian ekonomi pondok pesantren tersebut.
Saat ini, pesantren kurang mendapatkan perhatian dari berbagai kalangan.
Paradigma masyarakat tentang pesantren masih sangat sempit yaitu pesantren
hanya sebagai lembaga pendidikan Islam yang dipergunakan sebagai tempat untuk
menyebarkan agama Islam dan mendalami ajaran-ajarannya dengan menggunakan
sistem asrama. Murtadho (tahun tidak diketahui) mengatakan paradigma yang
menghinggapi pandangan kalangan keluarga pesantren yaitu pondok pesantren
sebagai lembaga keulamaan. Pondok pesantren dipahami hanya sebagai tempat
pengajaran dan pembelajaran agama untuk mencetak para calon ulama yang
nantinya diterjunkan ke tengah masyarakat. Oleh karena itu, dipandang naif
mengembangkan pesantren untuk keperluan di luar kerangka pendidikan agama
dan keulamaan seperti pondok pesantren untuk pendidikan usaha pertanian,
peternakan, dan lain sebagainya 2 . Adanya paradigma tersebut, menyebabkan
pesantren jarang sekali hadir dalam pembahasan peningkatan ekonomi, misalnya
untuk menciptakan kemandirian ekonomi pesantren itu sendiri. Selama ini
kemandirian pondok pesantren masih terbatas pada sikap sosial, politik, dan
1

http://pendis.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id2-bukustat20102011 [diakses 2013 Feb 6]
http://balitbangdiklat.go.id/indek/jurnal-penelitian/131-pesantren-dan-pemberdayaanekonomi.html [diakse 2013 Juli 01]

2

2

budaya, namun belum mandiri di bidang ekonomi (Zain 2007). Selain itu, santri
masih minim dalam keterampilan dan keahlian khusus. Bekal dan kemampuan
yang dimiliki santri hanya terbatas pada pemahaman agama dengan sedikit bekal
praktis dalam keahlian dan keterampilan khusus. Pondok pesantren mendapatkan
tantangan besar dalam pemberdayaan sumberdaya manusia dan perekonomian
pesantren.
Salah satu cara pemanfaatan sumberdaya alam dan pemberdayaan
sumberdaya manusia yang dimiliki pondok pesantren yaitu dengan mengadakan
kegiatan kewirausahan. Kewirausahaan merupakan sebuah kemampuan untuk
mengelola sesuatu yang ada untuk dimanfaatkan dan ditingkatkan agar lebih
optimal sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan di masa yang akan datang
(Hendro 2011). Keberadaan pendidikan kewirausahan dalam kurikulum
pendidikan sangat diperlukan dalam proses pengembangan sumberdaya manusia
pondok pesantren sesuai dengan potensi, bakat, dan minat yang dimiliki.
Kuswantoro (2012) menyebutkan bahwa pendidikan kewirausahaan mampu
meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah, mencoba
keterampilan-keterampilan baru, dan menemukan gagasan-gagasan baru. Selain
itu, pendidikan kewirausahaan dapat meningkatkan softskill peserta didik seperti
percaya diri, kerjasama, toleransi, dan kepemimpinan.
Sektor agribisnis merupakan salah satu bidang kewirausahaan yang potensi
untuk dikembangkan. Sektor agribisnis memiliki peranan penting dalam
perekonomian negara. Peranan sektor agribisnis dalam ekonomi Indonesia dapat
digambarkan dalam pembentukan PDB, penyerapan tenaga kerja, perolehan
devisa, penyediaan bahan pangan, mewujudkan pemerataan hasil pembangunan,
dan pelestarian lingkungan (Saragih 2000). Data Departemen Pertanian tahun
2012 tercatat bahwa nilai ekspor komoditas pertanian mencapai US$ 34.3 miliar
yang didapatkan dari subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan
peternakan 3 , sedangkan nilai ekspor pada subsektor perikanan tahun 2012
mencapai US$ 4.2 miliar4.
Kegiatan kewirausahaan di sektor agribisnis sudah mulai digalakkan di
pondok pesantren. Salah satu contoh pondok pesantren yang menjalankan
kegiatan agribisnis yaitu Pondok Pesantren Raudhatul Ulum Sakatiga yang
terletak di Kabupaten Ogan Ilir, Provinsi Sumatera Selatan. Pondok Pesantren
Raudhatul Ulum Sakatiga menjadikan pendidikan agribisnis sebagai salah satu
kegiatan ekstrakulikuler yang diberikan kepada santri. Kegiatan agribisnis yang
dilakukan meliputi budidaya itik, tanaman sayuran, budidaya ikan air tawar,
perkebunan karet, jati, kelapa sawit, dan pengolahan pupuk organik yang berasal
dari limbah perkebunan dan dapur. Kegiatan agribisnis tersebut mampu
menyediakan pendanaan bagi Pondok Pesantren Raudhatul Ulum sehingga dapat
menggerakkan seluruh aktivitas pondok pesantren dan menyediakan bahan pangan
bagi pondok pesantren5.
Selain itu, kegiatan dan pendidikan agribisnis dapat meningkatkan hardskill
dan softskill santri sehingga dapat tercipta santri yang mandiri, modern, dan
kompetitif. Hal tersebut yang telah dilakukan oleh Pondok Pesantren Baitun Nur,
3

http://aplikasi.deptan.go.id/eksim2012/hasileksporSubsek.asp[diakses 2013 Jul 04]
http://kkp.go.id/index.php/arsip/c/8497/2013-KKP-TARGETKAN-EKSPOR-TUMBUH-19PERSEN/[diakses 2013 Jul 04]
5
http://lm3.bppsdmp.deptan.go.id/pdf/24_ogan_ilir_ulum_sumsel.pdf [diakses 2013 Jul 01]

4

3

Lampung, kegiatan dan pendidikan agribisnis telah menciptakan petani-petani
yang terampil dan progresif dalam pengembangan sistem teknologi dan
kelembagaan usaha. Tidak hanya untuk kemajuan pertanian pondok pesantrennya
saja, Pondok Pesantren Baitun Nur berperan dalam pengembangan pertanian di
Provinsi Lampung dengan mengadakan pelatihan-pelatihan pertanian di
masyarakat, baik yang disponsori oleh Kementerian Pertanian maupun
pemerintahan daerah 6 . Penjabaran tersebut menggambarkan bahwa kegiatan
kewirausahaan salah satunya di bidang agribisnis memiliki peranan yang penting
dalam menciptakan sumberdaya manusia (santri) yang mandiri dan kompetitif
serta kemandirian pondok pesatren dalam bidang ekonomi. Oleh karena itu,
kegiatan dan pendidikan kewirausahaan di sektor agribisnis merupakan kegiatan
yang layak untuk dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan pondok pesantren.
Pondok Pesantren Mina 90 merupakan salah satu pondok pesantren di
daerah Bogor yang berencana memasukkan kegiatan kewirausahaan di bidang
agribisnis sebagai kurikulum pendidikan pondok pesantren. Kegiatan agribisnis
yang akan dilaksankaan didukung dengan tersedianya sumberdaya alam berupa
lahan pertanian dan kolam perikanan. Selain itu, Pondok Pesantren Mina 90 pun
memiliki potensi sumberdaya manusia yang dapat dimanfaatkan sebagai pengelola
kegiatan agribisnisnya kelak.
Sebagai lembaga pendidikan, pendidikan agama dan pengetahuan umum
yang dilaksanakan Pondok Pesantren Mina 90 merupakan kegiatan utama pondok
pesantren sehingga pondok pesantren harus mampu menyeimbangkan dan
menyelaraskan, bahkan mampu meningkatkan efektifitas dan efisiensi seluruh
kegiatan yang dilaksanakan. Salah satu upaya untuk menyeimbangkan,
menyelaraskan, dan meningkatkan efektifitas dan efisiensi seluruh kegiatan
Pondok Pesantren Mina 90 yaitu dengan membuat sebuah rancangan sistem
informasi mengenai kegiatan-kegiatan pondok pesantren. Supriyanto (2004)
mengatakan bahwa pendayagunaan teknologi informasi mampu meningkat
dayasaing dari sebuah kegiatan usaha. Sistem informasi tidak hanya berperan
dalam kegiatan usaha saja, menurut Seminar (tahun tidak diketahui) bahwa cepat
atau lambat sistem informasi akan mempengaruhi setiap entreprise dalam
memenangkan kompetisi di era global saat ini 7 . Oleh karena itu, diperlukan
penelitian mengenai rancang bangun sistem informasi Pondok Pesantren Mina 90.

Perumusan Masalah
Lembaga pendidikan yang terbelakang dan kuno merupakan image yang
melekat pada pondok pesantren. Sistem pendidikan yang digunakan masih
tradisional, sistem pendidikan salafiyah, yakni metode sorongan dan bandongan
atau watonan dalam proses belajar mengajar (Tuanaya 2007). Keterbelakangan
pondok pesantren disebabkan karena pondok pesantren tidak mampu
mengimbangi perubahan dan perkembangan sistem pendidikan yang terjadi.
Tuanaya (2007) menyatakan bahwa salah satu faktor pondok pesantren tetap
menggunakan sistem pendidikan tradisonal yaitu belum memiliki tenaga sesuai
6

http://lm3.bppsdmp.deptan.go.id/pdf/27_nur.pdf [diakses 2013 Jul 01]
http://kseminar.staff.ipb.ac.id/files/2011/11/PardigmaUtilisasiTI-UtkPertanian.pdf [diakses 2012
Des 11]

7

4

dengan tuntutan perubahan. Besarnya tantangan pondok pesantren dalam
menghadapi perubahan tersebut, maka dibutuhkan sebuah rancangan sistem
pendidikan pondok pesantren yang mampu meningkatkan dayasaing dan
kompetitif pondok pesantren di dunia pendidikan.
Pondok Pesantren Mina 90 merupakan pondok pesantren khalafiyah, sistem
pendidikan telah menggunakan sistem madrasah dan berjenjang. Pondok
Pesantren Mina 90 sudah mulai melakukan perubahan dalam sistem pendidikan
yang diterapkannya. Kurikulum pendidikan yang ada sudah menggabungkan
antara kurikulum pendidikan agama dan umum dengan pendidikan kewirausahaan.
Namun, dalam pelaksanaan masih terdapat beberapa kendala sehingga kegiatankegiatan yang dilaksanakan masih bersifat kondisional. Proses belajar mengajar
dan mata pelajaran dilaksanakan sangat tergantung dengan adanya tenaga
pengajar pada saat itu. Tenaga pengajar di Pondok Pesantren Mina 90 mayoritas
memiliki basic di pendidikan agama sehingga terkadang kegiatan belajar
mengajar masih terpusat di pendidikan agama saja. Selain itu, kegiatan belajar
mengajar masih menyesuaikan dengan kegiatan isidental pondok pesantren.
Pendidikan kewirausahaan di bidang agribisnis dilaksanakan sebagai upaya
dalam pemanfaatan lahan pertanian yang dimiliki. Kegiatan bercocok tanam
sayuran dan budidaya ikan air tawar adalah kegiatan agribisnis di Pondok
Pesantren Mina 90. Kegiatan agribisnis yang dilakukan masih dilaksankan secara
uji coba, belum ada SOP baku yang diterapkan oleh Pondok Pesantren Mina 90.
Selain itu, kegiatan agribisnis masih pada taraf pemenuhan pangan pondok
pesantren dan masih terdapat lahan pertanian yang belum diolah.
Berdasarkan uraian hasil studi pendahuluan tersebut dapat disimpulkan
bahwa manajemen pondok pesantren masih belum tertata sehingga diperlukan
sebuah rancangan sistem informasi yang mampu mengintegrasikan dan
memanajemen seluruh kegiatan di Pondok Pesantren Mina 90. Untuk menunjang
perancangan sistem informasi di Pondok Pesantren Mina 90 terlebih dahulu harus
mengetahui komponen-komponen sistem informasi yang dibutuhkan oleh sistem.
Oleh karena itu, perlu dilakukan identifikasi awal terhadap komponen-komponen
sistem informasi Pondok Pesantren Mina 90.
Berdasarkan uraian di atas maka perumusan masalah yang akan dikaji dalam
penelitian ini adalah:
1)
Apa sajakah komponen-komponen sistem informasi model pondok
pesantren agribisnis Mina 90?
2)
Bagaimana rancang bangun sistem informasi model pondok pesantren
agribisnis Mina 90?

Tujuan Penelitian

1)
2)

Berdasarkan uraian permasalahan diatas, maka tujuan dari penelitian adalah:
Mengidentifikasi komponen-komponen sistem informasi model pondok
pesantren agribisnis Mina 90.
Merancang bangun sistem informasi model pondok pesantren agribisnis
Mina 90.

5

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dan
pedoman Pondok Pesantren Mina 90 dalam pengembangan pondok pesantren
agribisnis. Selain itu, penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi
penelitian-penelitian tentang sistem informasi pada masa yang akan datang.

Ruang Lingkup Penelitian
Pengkajian penelitian ini meliputi pengamatan terhadap komponenkomponen sistem informasi dan merancang sistem informasi model pondok
pesantren agribisnis. Kegiatan agribisnis yang menjadi fokus dalam penelitian ini
yaitu agribisnis on-farm aspek pembenihan ikan lele. Komponen sistem informasi
yang digunakan penelitian ini yaitu 3 komponen utama dalam sistem informasi
yaitu data, orang, dan prosedur. Perancangan sistem informasi yang dilakukan
hanya sampai pada tahap rancang sistem informasi dengan desain konseptual
(proses atau kegiatan) yang digambarkan oleh data flow diagram. Rancangan
sistem yang dibuat pada penelitian ini belum menggunakan komponen penunjang
dalam sistem informasi, yaitu komponen hardware dan software.

TINJAUAN PUSTAKA
Di era kemajuan teknologi saat ini, sistem informasi sudah menjadi sebuah
kebutuhan bagi kegiatan usaha. Sistem informasi memiliki peranan yang penting
dalam kegiatan usaha antara lain dapat mendukung operasi bisnis, pengambilan
keputusan manajerial, dan meningkatkan efektifitas dan efisiensi dari kegiatan
usaha yang dijalankan. Namun, tidak sedikit perusahaan-perusahaan yang belum
menyadari peran sistem informasi untuk mendukung proses bisnis yang dijalani.
Salah satu penelitian sistem informasi yang digunakan untuk aktivitas bisnis,
seperti yang terdapat dalam Wijayanto et al. (2011) yang dilakukan di U.D. Aneka
Jaya Surabaya. Wijayanto et al. (2011) menyatakan bahwa U.D. Aneka Jaya
Surabaya memiliki kendala dalam proses pencarian data pada divisi gudang,
pemesanan, dan penjualan. Proses pencarian daya yang dilakukan membutuhan
waktu yang lama sehingga kegiatan usahanya menjadi tidak efisien. Selain itu,
ketiga divisi tersebut melakukan aktivitas yang penting dalam kegiata usaha U.D
Aneka Jaya Surabaya. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah rancangan sistem
informasi pemesanan dan penjualan yang mampu meningkatkan efisiensi dan
efektifitas dari aktivitas yang dijalankan oleh 3 divisi tersebut.
Sistem informasi berperan di setiap kegiatan usaha mulai dari pengadaan
bahan baku sampai penjualan produk. Ketersediaan bahan baku dalam usaha yang
bergerak dalam bidang produksi merupakan unsur yang penting. Keterlambatan
jadwal pemenuhan produk yang dipesan konsumen salah satunya akibat kegagalan
dalam perencanaan dan pengendalian bahan baku sehingga proses produksi
menjadi terganggu. Maka itu, diperlukan sebuah perencanaan dan pengendalian

6

persediaan bahan baku yang ditunjang oleh sebuah sistem informasi. Menurut
hasil penelitian Yuliani dan Oktavia (2001) yang dilakukan di PT KPL
menjelaskan bahwa sistem informasi persediaan bahan baku terkomputerisasi PT
KPL mampu menyajikan informasi yang relevan, akurat, cepat, dan lengkap
sehingga memudahkan kepala bagian produksi untuk merencanakan dan
mengendalikan persediaan bahan baku.
Penelitian serupa mengenai sistem informasi bisnis juga dilakukan oleh
Hadinata (tahun tidak diketahui) pada Rudi Agency mengenai sistem informasi
pembelian, penjualan, dan persediaan. Rancangan sistem informasi yang dibuat
dapat membantu pemilik Rudi Agency dalam menentukan jumlah persediaan yang
harus dibeli dan yang dapat dijual, serta mengontrol dan mengawasi aset
persediaan.
Selain digunakan dalam membantu pengambilan keputusan di kegiatan
bisnis. Sistem informasi dapat digunakan dalam membantu pemesahan masalah
yang ada di masyarakat, seperti penelitian yang dilakukan oleh Aziz et al. (2011).
Aziz et al. (2011) melakukan penelitian mengenai perancangan sistem informasi
pendukung keputusan dalam menentukan pilihan program studi pada seleksi
nasional masuk perguruan tinggi. Sistem pendukung keputusan dalam menetukan
program studi mampu memecahkan masalah yang saat ini sering dihadapi oleh
siswa SMA yang akan melanjutkan belajar ke perguruan tinggi. Sistem informasi
ini akan menghasilkan saran berupa 2 pilihan program studi bagi siswa
berdasarkan analisis bakat, akademis, dan ekonomi.
Rancangan awal sistem informasi merupakan faktor penting dari
keberhasilan sebuah sistem. Fatta (2007) menjelaskan bahwa kesuksesan suatu
sistem tergantung pada analisis dan perancangan sistem yang baik. Selain itu,
tahap rancangan sistem akan menentukan fungsi dari sistem tersebut. Kesalahan
dalam merancang sistem akan mengakibatkan kegagalan dalam penyelesaian
masalah yang ada di lapangan.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam perancangan sistem
informasi. Metode perancangan sistem yang digunakan dapat disesuaikan dengan
kebutuhan sistem yang akan dirancang. System Development Life Cycle (SDLC)
merupakan salah satu metode dalam perancangan sistem informasi yang sering
digunakan, seperti penelitian Arief (2004) tentang pembangunan sistem informasi
akademik dengan menggunakan borland delphi. Tahap perancangan sistem pada
metode SDLC terdiri atas 5 tahap, yaitu: perencanaan (dilakukan observasi dan
investigasi sistem), analisis sistem (kebutuhan pengguna), perancangan sistem
(pemodelan logis maupun fisik), uji coba sistem, dan implementasi sistem.
Vidia et al. (2011) menggunakan metode berorientasi objek dalam
merancang sistem informasi rawat jalan di Rumah Sakit Hewan Universitas
Airlangga, Surabaya. Tahapan yang dilakukan terdiri atas 4 fase. Pengumpulan
data mengenai sistem rawat jalan di rumah sakit hewan merupakan langkah awal
yang dilakukan. Metode pengumpulan data dilakukan menggunakan wawancara,
studi berkas, dan observasi. Tahap kedua dilakukan analisis sistem berdasarkan
hasil pengumpulan data untuk mengetahui kebutuhan sistem, pengguna sistem,
data input yang dibutuhkan, data output yang dihasilkan (informasi), serta
prosedur baru dalam sistem. Tahap ketiga merupakan tahap perancangan sistem
dari hasil analisis sistem dengan menggambarkannya dalam bentuk diagramdiagram UML. Penggambaran menggunakan diagram-diagram UML yang terdiri

7

dari use case diagram, activity diagram, class diagram, sequence diagram, dan
deployment diagram. Diagram UML digunakan untuk memudahakan pengembang
sistem memahami kebutuhan pengguna. Tahap akhir dari metode berorientasi
objek ini yaitu evaluasi rancangan dengan pembuatan prototype sistem informasi
rawat jalan pada Rumah Sakit Hewan Universitas Airlangga.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Wijayanto et al. (2011) dalam
perancangan sistem informasi pemesanan dan penjualan barang di U.D Aneka
Jaya. Namun, diagram UML yang digunakan pada tahap ketiga dalam metode
berorientasi objek ini terdapat perbedaan dengan diagram UML yang digunakan
oleh Vidia et al. (2011). UML yang digunakan tersebut disesuaikan kebutuhan
pengguna sistem. Wijayanto et al. (2011) menggunakan diagram component
diagram untuk menggambarkan pemetaan kelas-kelas sistem menjadi komponenkomponen implementasi.
Metode perancangan sistem yang lainnya yaitu metode protyping, seperti
penelitian yang dilakukan Iriani et al. (2010) untuk merancang sistem informasi
kepuasan pelanggang terhadap tabungan mutiara pada PT Bank Maluku.
Pengembang sistem menggunakan metode ini karena metode prototyping mampu
menggambarkan kebutuhan input, proses, atau output pelanggan tabungan mutiara.
Terdapat 5 tahap perancangan sistem informasi dalam metode prototyping, yaitu
tahap requirments gathering, quick design, evaluated and refinements, dan
engineer product. Tahapan yang ada dalam metode prototyping ini tidak jauh
berbeda dengan metode rancang sistem lainnya, namum pada tahap pengumpulan
data (requirments gathering) metode pengumpulannya dilakukan dengan
berdiskusi antar pengembang sistem dan pengguna sistem.

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Pondok Pesantren
Menurut Mastuhu (1994), pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional
Islam untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan
ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman
perilaku sehari-hari. Pesantren merupakan tempat atau pemondokan para santri
yang menimba ilmu pengetahuan agama kepada para kiai dan mengamalkan
dalam bentuk ritual sehari-hari (Departemen Agama 2009). Tujuan pendidikan
pesantren adalah menciptakan dan mengembangkan kepribadian muslim, yaitu
kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan, berakhlak mulia, dan
bermanfaat bagi masyarakat. Pesantren tidak hanya sebagai lembaga pendidikan,
tetapi juga berfungsi sebagai lembaga sosial dan penyiaran agama (Mastuhu 1994).
Berdasarkan proses dan substansi yang diajarkan, pesantren dapat
dikategorikan ke dalam 2 kategori yaitu:
1)
Pesantren Salafiyah
Pesantren salafiyah sering disebut sebagai pesantren tradisional. Pesantren
salafiyah adalah pesantren yang masih tetap mempertahankan sistem pendidikan

8

khas pondok pesantren, baik kurikulum maupun metode pendidikannya. Metode
yang digunakan adalah bandongan dan sorogan. Bahan ajaran meliputi ilmu-ilmu
agama Islam dengan menggunakan kitab-kitab klasik (kuning) berbahasa arab,
sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing santri.
2)
Pesantren Khalafiyah
Pesantren khalafiyah sering disebut sebagai pesantren modern. Pesantren
khalafiyah adalah pesantren yang telah mengadopsi sistem madrasah atau sekolah,
dengan kurikulum yang telah disesuaikan dengan pemerintah, baik dengan
Departemen Agama maupun Departemen Pendidikan Nasional. Kegiatan
pembelajaran pada pesantren khalafiyah ini memiliki kurikulum pesantren yang
klasikal dan berjenjang. Bahan ajarannya tidak hanya ilmu-ilmu agama Islam
dengan menggunakan kitab-kitab klasik (kuning), melainkan juga memasukkan
mata pelajaran umum dalam kurikulumnya.
Sistem Informasi
Pemahaman akan sistem terlebih dahulu harus dilakukan sebelum
pembahasan tentang perancangan sistem informasi. Menurut Fatta (2007), sistem
merupakan sekumpulan objek yang saling berelasi dan berinteraksi serta
hubungan antar objek bisa dilihat sebagai satu kesatuan yang dirancang untuk
mencapai satu tujuan. Sementara McLeod (1995) dalam Fatta (2007)
mendefinisikan sistem sebagai sekelompok elemen-elemen yang terintegrasi
dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan. Sumberdaya mengalir
dari elemen output dan untuk menjamin prosesnya berjalan dengan baik maka
dihubungkan dengan mekanisme kontrol.
Sistem informasi dibangun dan dibentuk oleh beberapa unsur. Fatta (2007)
membagi karakteristik sistem menjadi 4 yaitu batasan, lingkungan, masukan, dan
keluaran. Batasan merupakan penggambaran dari suatu elemen atau unsur mana
yang termasuk di dalam sistem dan mana yang di luar sistem. Lingkungan
merupakan segala sesuatu di luar sistem, lingkungan yang menyediakan asumsi,
kendala, dan input terhadap suatu sistem. Masukan merupakan sumberdaya (data,
bahan baku, peralatan, energi) dari lingkungan yang dikonsumsi dan dimanipulasi
oleh suatu sistem. Keluaran merupakan sumberdaya atau produk (informasi,
laporan, dokumen, tampilan layer komputer, barang jadi) yang disediakan untuk
lingkungan oleh kegiatan dalam suatu sistem. Empat karakteristik tersebut yang
menjadi pembeda antara sistem yang satu dengan sistem yang lainnya.
Sistem informasi mencakup sejumlah komponen (manusia, komputer,
teknologi informasi, dan prosedur kerja), ada sesuatu yang diproses (data menjadi
informasi), dan dimaksudkan untuk mencapai suatu sasaran atau tujuan (Kadir
2003). Data dan informasi yang saling berkaitan merupakan entitas penting dalam
pembentuk sistem informasi. Data merupakan nilai, keadaan, atau sifat yang
berdiri sendiri lepas dari konteks apapun, sedangkan informasi merupakan data
yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan
bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau mendatang (Fatta 2007).
Susanto (2009) menjelaskan bahwa sistem informasi terdiri dari 6 elemen,
yaitu: hardware (perangkat keras), software (perangkat lunak), brainware (SDM),
database dan sistem manajemen database, prosedur (prosedur, aktivitas, dan
fungsi), dan teknologi jaringan telekomunikasi. Hardware merupakan elemen
sistem informasi yang berbasis komputer. Hardware terbagi menjadi 4 bagian,

9

yaitu: peralatan input, pengolah (prosesor), pengingat (memori), peralatan output,
dan peralatan komunikasi. Software merupakan kumpulan program-program yang
digunakan untuk menjalankan komputer. Brainware (SDM) merupakan
sumberdaya manusia yang terlibat dalam pembuatan sistem informasi,
pengumpulan dan pengolahan data, dan pendistribusian dan pemanfaatan
informasi yang dihasilkan. Prosedur merupakan rangkaian aktivitas atau kegiatan
yang dilakukan secara berulang-ulang dengan cara yang sama. Jaringan
telekomunikasi berfungsi untuk mengirim dan menerima data dari 1 lokasi ke
lokasi yang lainnya. Namun, sistem informasi yang dibangun minimal terdiri atas
3 elemen, yaitu: orang, data, dan prosedur (Kroenke 1992).
Analisis dan Perancangan Sistem
Analisis sistem didefinisikan sebagai sebuah istilah yang secara kolektif
mendeskripsikan fase-fase awal pengembangan sistem. Analisis sistem adalah
teknik pemecahan masalah yang menguraikan bagian-bagian komponen dalam
sistem informasi dengan mempelajari seberapa bagus bagian-bagian komponen
tersebut bekerja dan berinteraksi untuk mencapai tujuan. Analisis sistem
merupakan tahap awal dalam pengembangan sistem yang menjadi fondasi dalam
menentukan keberhasilan sistem informasi yang akan dihasilkan.
Sementara sistem desain diartikan sebagai penjelasan detail bagaimana
bagian-bagian dari sistem informasi diimplementasikan. Urutan tahap dalam
analisis dan perancangan sistem menjadi hal yang sangat penting dalam
perancangan sistem informasi. Ada beberapa alasan spesifik, yaitu kesuksesan
suatu sistem informasi tergantung pada analisis dan perencanaan yang baik.
Tahapan analisis akan menentukan masalah apa yang harus diselesaikan pada
organisasi atau perusahaan, sedangkan tahapan desain akan menentukan fungsi
dari sistem informasi tersebut (Fatta 2007).
Tahap desain atau perancangan dapat dilaksanakan setelah seluruh analisis
kebutuhan telah selesai dilaksanakan. Namun, tidak seluruh kebutuhan sistem
yang didefinisikan pada tahap analisis sistem layak untuk dikembangkan pada
sistem informasi. Oleh karena itu, dalam perancangan sistem informasi
dibutuhkan tahapan studi kelayakan untuk mengetahui apakah kebutuhan sistem
layak untuk dilanjutkan menjadi sistem atau tidak. Fatta (2007) menjelaskan
bahwa kelayakan suatu kebutuhan sistem terbagi ke dalam 4 aspek yaitu
kelayakan teknis, operasional, ekonomi, dan hukum.
System Development Life Cycle (SDLC)
SDLC merupakan salah satu metode dalam pengembangan sistem informasi
yang populer pada saat sistem informasi pertama kali berkembang sehingga
metode ini dikenal sebagai metode tradisional. Metode SDLC merupakan adalah
tahapan-tahapan pekerjaan yang dilakukan oleh analis dan programer dalam
membangun sistem informasi (Susanto 2009). Tahapan SDLC tradisional terdiri
atas 4 tahapan, yaitu analisis, desain, implementasi, dan pemeliharaan (Fatta 2007).
Namun sesuai dengan perkembangan metode dalam pengembangan sistem
informasi, tahapan SDLC tidak lagi dimulai dari tahap analisis melainkan dimulai
dari tahap perencanaan. SDLC yang memiliki 5 tahap tersebut dikenal dengan
SDLC modern. Susanto (2009) menjelaskan tahapan-tahapan dalam SDLC dalam
mengembangkan sebuah sistem informasi, yaitu:

10

1. Melakukan survei dan menilai kelayakan proyek pengembangan sistem
informasi
2. Mempelajari dan menganalisis sistem informasi yang sedang berjalan
3. Menentukan permintaan pemakai sistem informasi
4. Memilih solusi (sistem) yang paling baik
5. Menentukan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software)
komputer
6. Merancang sistem baru
7. Membangun sistem informasi baru
8. Mengkomunikasikan dan mengimplementasikan sistem informasi baru
Diagram Arus Data (DFD)
Pemodelan sistem merupakan langkah awal dalam merancang bangun
sistem informasi. Model digunakan untuk menyederhanakan cara
mengomunikasikan proses-proses kegiatan yang harus dilakukan dalam sistem
informasi. Pemodelan yang dilakukan biasanya mencakup 2 hal, yaitu pemodelan
proses dan pemodelan data.
Pemodelan proses adalah cara formal untuk menggambarkan bagaimana
kegiatan akan berjalan. Mengilustrasikan aktivitas-aktivitas yang dilakukan dan
bagaimana data berpindah di antara aktivitas-aktivitas itu. Ada banyak cara untuk
merepresentasikan proses model, salah satunya menggunakan data flow diagram
(DFD). Data flow diagram adalah representasi grafik dari sebuah sistem yang
menggambarkan komponen-komponen sebuah sistem dan aliran-aliran data di
antara komponen-komponen tersebut (Sidharta 1995).
Fatta (2007) menjelaskan bahwa simbol-simbol yang digunakan di DFD
adalah kesatuan luar (external entity), arus data (data flow), proses (process), dan
simpanan data (datastore). Kesatuan luar (eksternal entity) merupakan kesatuan di
lingkungan luar sistem yang dapat berupa orang, organisasi atau sistem lainnya
yang berada di lingkungan luarnya yang akan memberikan input atau menerima
output dari sistem. Arus data (data flow) menunjukkan arus dari data yang dapat
berupa masukan untuk sistem atau hasil dari proses sistem. Proses (process)
adalah kegiatan atau kerja yang dilakukan oleh orang, mesin atau komputer dari
hasil suatu arus data yang masuk ke dalam proses untuk dihasilkan arus data yang
akan keluar dari proses. Simpanan data (datastore) merupakan simpanan dari data.
Masing-masing elemen akan diberikan lambang tertentu sebagai pembeda.
Elemen DFD dan lambangnya dapat dilihat pada Tebel 1.
Terdapat 2 bentuk data flow diagram yaitu data flow diagram fisik (DFDF)
dan data flow diagram logis (DFDL). Data flow diagram fisik adalah representasi
grafik dari sebuah sistem yang menunjukkan entitas-entitas internal dan eksternal
dari sistem dan aliran-aliran data ke dalam dan ke luar dari entitas-entitas tersebut.
DFDF tidak menunjukkan apa yang dilakukan, tetapi menunjukkan dimana,
bagaimana, dan oleh siapa proses-proses dalam sebuah sistem dilakukan. Data
flow diagram logis adalah representasi grafik dari sebuah sistem yang
menunjukkan proses-proses dalam sistem dan aliran-aliran data ke dalam dan ke
luar dari proses-proses tersebut. DFDL menunjukkan apa yang dilakukan oleh
sebuah sistem, tetapi tidak menunjukkan dimana, bagaimana, dan oleh siapa
proses-proses dalam sistem.

11

Tabel 1 Elemen-elemen DFD dan lambangnya (Fatta 2007)
Elemen Data Flow Field Tipikal yang
Simbol De Marco
Simbol Gene
biasa digunakan
and Jourdan
and Sarson
Diagram
Setiap
proses
memiliki:
nomor
Label (nama)
No
nama
Type (proses)
ProsesNama
deskripsi proses
Nama
Proses
Deskripsi
satu atau lebih
Nomor proses
output data flow
satu atau lebih
input data flow
Setiap data flow
memiliki:
Label
nama
Type
Deskripsi
dari
deskripsi
satu atau lebih elemen-elemen data
koneksi ke suatu
proses

Nama

Nama

Nama Entitas

Nama Entitas

Setiap
datastore
memiliki:
nomor
Label
nama
Type
deskripsi proses
Deskripsi
satu atau lebih komposisi catatan
output data flow
satu atau lebih
input data flow
Setiap
entitas
eksternal memiliki:
nama
deskripsi

Label
Type
Deskripsi entitas

Kerangka Pemikiran Operasional
Pondok pesantren merupakan lembaga yang strategis dalam pengembangan
sumberdaya manusia, khususnya sumberdaya manusia yang ada di internal
pondok dan umumnya sumberdaya manusia di sekitar lingkungannya. Kegiatan
kewirausahaan di bidang agribisnis merupakan salah satu upaya pemberdayaan
sumberdaya manusia yang ada. Selain itu, kegiatan kewirausahaan ini dapat
meningkatkan keterampilan santri, kesejahteraan pondok pesantren dan santri,
serta masyarakat sekitar pondok pesantren. Namun, pondok pesantren juga tidak
boleh terlena dengan kegiatan kewirausahaan yang dilaksankan hingga melupakan
peran utama sebagai lembaga pendidikan. Hal tersebut yang sedang dijalankan

12

oleh Pondok Pesantren Mina 90 dan kegiatan pendidikan dan kewirausahaan
masih terlaksana secara kondisional. Perancangan sistem informasi model Pondok
Pesantren Mina 90 menjadi relevan dan menarik untuk dilakukan sehingga dapat
memberikan saran sistem informasi kepada pondok pesantren.
Sistem informasi model pondok pesantren agribisnis ini dirancang dengan
menggunakan system development life cycle (SDLC). Tahapan perancangan
sistem informasi ini terbagi ke dalam 5 tahap, yaitu: tahapan investigasi sistem,
analisis sistem, desain sistem, implementasi, dan pemeliharaan. Namun, pada
penelitian ini rancang bangun sistem informasi hanya sampai tahap desain sistem
informasi. Pada tahapan investigasi dimulai dengan mengidentifikasi komponenkomponen sistem informasi model pondok pesantren agribisnis ini baik di internal
dan eksternal pesantren. Tahapan kedua yaitu tahap analisis sistem untuk
mengetahui kebutuhan dari sistem yang digambarkan melalui 3 komponen sistem
informasi yang membangun sistem informasi model pondok pesantren agribisnis
Mina 90. Hasil analisis sistem ini merupakan input untuk merancang bangun
sistem informasi model agribisnis Pondok Pesantren Mina 90.
Desain konseptual dari proses atau aktivitas sistem informasi model pondok
pesantren agribisnis ini menggunakan alat analisis merekayasa sistem, yaitu data
flow diagram (DFD). Elemen penting yang digambarkan oleh DFD ini yaitu
proses atau aktivitas dari sistem, alur data dan informasi yang ada pada sistem,
dan datastore yang menjadi tempat penyimpanan informasi. Gambar 1
menunjukkan alur pemikiran dari penelitian sistem informasi model pondok
pesantren agribisnis Mina 90.
Pondok pesantren memiliki potensi SDA dan SDM
untuk menciptakan kesejahteraan santri dan
lingkungan sekitarnya serta kemandirian ekonomi

Potensi Pondok Pesantren Mina 90 sebagai pondok
pesantren pertanian

Investigasi sistem
(keadaan sumberdaya alam dan manusia)

Analisis sistem
(kebutuhan sistem dilihat dari 3 komponen
sistem informasi, yaitu orang, data, prosedur)

METODE
PENELITIAN
Rancang
Sistem Informasi
Model Agribisnis Pondok
Pesantren Mina 90
Gambar 1 Kerangka pemikiran operasional

13

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian mengenai rancang bangun sistem informasi model pondok
pesantren agribisnis dilakukan di Pondok Pesantren Mina 90, Mulyaharja, Kota
Bogor. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
pertimbangan bahwa Pondok Pesantren Mina 90 merupakan salah satu pondok
pesantren yang telah melakukan perubahan kurikulum pendidikannya. Kurikulum
pendidikan di Pondok Pesantren Mina 90 merupakan gabungan dari kurikulum
pendidikan agama dan umum dengan kurikulum kewirausahan di bidang petanian.
Namun, pelaksanaan 2 kegiatan tersebut masih kondisional dan belum ada sistem
baku yang diterapkan oleh Pondok Pesantren Mina 90. Penelitian dilakukan pada
bulan April-Mei 2013.

Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder.
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber atau objek
penelitian. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung pada kegiatan di
lapangan dan melalui wawancara dengan pengasuh pondok pesantren,
pembudidaya ikan air tawar, dan perwakilan Dinas Perikanan dan Kelautan Kota
Bogor. Data sekunder merupakan jenis data yang sudah diterbitkan tidak untuk
tujuan penelitian peneliti. Data sekunder diantaranya diperoleh dalam bentuk data
historis dari instansi-instansi terkait seperti data jumlah pondok pesantren dan
jumlah santri dari Pusat Data dan Informasi Kementerian Agama Republik
Indonesia, data terkait komoditi unggulan perikanan air tawar Kota Bogor dari
Dinas Perikanan Kota Bogor, dan literatur penelitian terdahulu yang terkait.

Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan
dalam melakukan analisis dan perancangan sistem informasi model pondok
pesantren agribisnis Mina 90. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi:
1.
Wawancara
Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data yang
dilakukan untuk mengetahui keadaan objek penelitian. Responden pada
penelitian ini yaitu seluruh stakeholder Pondok Pesantren Mina 90
(pengelola pesantren dan yayasan Mina 90), staf pemerintahan Desa
Mulyaharja, dan petani pembenihan lele sangkuriang. Wawancara dilakukan
selama 45-60 menit ke setiap responden yang dipandu dengan menggunakan
interview guide. Interview guide digunakan agar proses wawancara dapat
menghasilkan data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini serta
pembicaraan tidak keluar dari konteks yang diharapkan.

14

2.

Observasi
Observasi atau pengamatan terhadap objek penelitian dilakukan untuk
mendapatkan data tentang situasi dan kondisi secara umum dari objek
penelitian. Selain itu, observasi dapat memperjelas data dan informasi yang
diperolah pada tahap wawancara.

Metode Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan secara bersamaan ketika
proses pengumpulan data dan informasi berlangsung dengan menggunakan
metodologi kualitatif deskriptif. Analisis data yang dilakukan terdiri atas 3 tahap,
yaitu:
1.
Reduksi data, yaitu proses pemilihan data yang diperoleh dengan tujuan
memberikan gambaran yang lebih jelas tentang hasil pengumpulan data.
Proses reduksi data dapat dilakukan dengan cara mengurangi data yang
tidak berhubungan dengan penelitian dan mengelompokkan data ke dalam
beberapa kategori, yaitu orang, data, dan prosedur.
2.
Penyajian data merupakan proses penampilan data secara sederhana dalam
bentuk kata-kata, kalimat naratif, tabel, dan grafik. Penyajian data dalam
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan grafik yang digambarkan oleh
data flow diagram. Data akan disajikan dalam 3 level data flow diagram.
Penggambaran data flow diagram menggunakan software Edraw.
3.
Verifikasi data merupakan tahap akhir dari analisis data yaitu
menyimpulkan hasil yang telah diperoleh.
Metode yang digunakan dalam merancang sistem informasi model pondok
pesantren agribisnis Mina 90 yaitu metode SDLC modern. Tahapan yang
dilakukan terdiri atas 3 tahapan.
Investigasi Sistem
Tahapan investigasi sistem dilakukan untuk melihat potensi dan peluang
dari sistem informasi model pondok pesantren agribisnis yang akan dijalankan.
Potensi dan peluang dilihat dari keadaan sumberdaya alam dan sumberdaya
manusia Pondok Pesantren Mina 90 serta lingkungan eksternal pondok pesantren,
seperti ketersediaan bahan baku, dukungan pemerintah (program-program
pengembangan usaha, penyuluhan, dan pelatihan), dan lembaga perhimpunan
pembudidaya lele sangkuriang.
Analisis Sistem
Tahapan analisis sistem adalah tahapan mempelajari sistem yang ada dan
hasil investigasi. Pada tahapan ini dideskripsikan masalah dan kesempatan yang
ada dengan menghasilkan sebuah kebutuhan bagi pengguna sistem. Kebutuhan
dari sistem diklasifikasikan ke dalam 3 komponen utama sistem, yaitu data, orang,
dan prosedur. Informasi yang didapatkan pada tahapan analisis sistem menjadi
input dalam tahapan perancangan sistem informasi.

15

Desain Sistem
Tahap desain sistem adalah tahapan mengubah kebutuhan yang masih
berupa konsep menjadi spesifikasi sistem yang riil. Penelitian ini merancang
sistem informasi hanya sampai desain logis atau konseptual. Alat pemodelan
sistem menggunakan data flow diagram. Data flow diagram menggambarkan
aliran data, proses atau aktivitas, dan datastore yang terdapat dalam sistem
informasi. Perancangan sistem informasi menggunakan DFD dilakukan secara
dekomposisi. Dekomposisi adalah proses untuk menggambarkan sistem dalam
hierarki dari diagram DFD. Gambar 2 adalah hierarki dari diagram DFD.

Gambar 2 Hierarki diagram DFD
Diagram konteks merupakan diagram pertama dalam rancangan sistem
informasi. Diagram konteks menunjukkan seluruh proses sistem dalam 1 proses
tunggal. Diagram konteks juga menunjukkan seluruh entitas eksternal yang
terlibat dalam sistem informasi.
Diagram level 1 menunjukkan semua proses utama yang menyusun
keseluruhan sistem. Level ini menggambarkan proses-proses utama direalisasikan

16

menggunakan data flow. Selain itu, level ini menggambarkan proses-proses utama
yang terhubung dengan entitas eksternal dan dilakukan penambahan datastore.
Diagram level 2 dibentuk dari setiap proses utama dari level 1. Level 2
menunjukkan proses-proses internal yang menyusun setiap proses-proses utama
dalam level 1 dan menunjukkan perpindahan informasi dari satu proses ke proses
yang lainnya.
Level 3 menunjukkan semua proses yang menyusun sebuah proses pada
level 2. Proses dekomposisi dari DFD tidak berhenti sampai pada level 3. Jika
rancangan sistem informasi dirasakan masih belum rinci dan jelas, maka
pemodelan DFD dapat dilanjutkan ke level berikutnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Pondok Pesantren Mina 90
Letak, Luas, dan Kondisi Geografis
Pondok Pesantren Mina 90 terletak di Jalan Raya Cibeureum, Mulyaharja.
Letak pesantren secara administratif pemerintahan termasuk ke dalam wilayah
Desa Mulyaharja, Kecamatan Mulyaharja, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Lokasi pesantren dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan umum selama 60
menit dari pusat Kota Bogor. Gambar 3 adalah peta lokasi Pondok Pesantren Mina
90.
Pesantren Mina 90 dibangun di atas lahan seluas 10 000 m2 dengan sebagian
besar lahan berbentuk petakan kolam. Letak geografis pesantren yang ada di
Kecamatan Mulyaharja terletak pada ketinggian 1 500 m dari permukaan laut
dengan suhu berkisar 25 0C sampai 37 0C dan curah hujan sebesar 4 000 mm per
tahun.
Visi dan Misi Pondok Pesantren
Visi Pondok Pesantren Mina 90 sebagai pusat gerakan perubahan dan
perkembangan peradaban yang gemilang. Misi Pondok Pesantren Mina 90 yaitu:
1. Mendidik santri sebagai kader ulama dan juru dakwah
2. Mendidik dan memberdayakan masyarakat secara multi dimensi
3. Membangun jaringan dakwah berdimensi ilmiah dan pemberdayaan
Program Utama Pondok Pesantren
Pesantren Mina 90 memiliki 3 program utama yaitu pendidikan terpadu,
pemberdayaan umat, dan jaringan dakwah. Pendidikan terpadu yaitu pendidikan
kepesantrenan yang memberikan pengayoman pada fitrah manusia sehingga
memiliki softskill, lifeskill, dan knowledge dengan landasan iman dan dalam
bingkai ketaqwaan. Pendidikan yang diterapkan di pondok pesantren adalah
pendidikan yang memadukan deng