Keadaan Umum Danau Ranau

12 Gambar 3 Perkembangan produksi perikanan di Kabupaten Lampung Barat tahun 2007 – 2012 Dinas KP Kab. Lampung Barat Hasil tangkapan nelayan didominasi oleh ikan pelagis Gambar 4. Ikan pelagis yang terdapat di Danau Ranau berasal dari famili Pristolepididae, Notopteridae, Cyprinidae, serta Cichlidae. Pristolepididae dan Cyprinidae merupakan family yang dominan. Jenis ikan yang berkembang di Danau Ranau terdiri atas ikan asli dan ikan hasil introduksi. Ikan asli yang terancam punah adalah semah Tor sp, sedangkan ikan mujaer, mas dan nila merupakan ikan hasil introduksi. Samuel et al. 2010 mencatat adanya 17 jenis ikan yang tertangkap di Danau Ranau. Sementara jenis yang jarang tertangkap yaitu meliputi gabus Channa striata, piluk Macrognathus sp, kalang Clarias sp, betok Anabas testudineus, bawal air tawar Colossoma macropomum, tawes Puntius javanicus dan ikan mas Cyprinus carpio. Cyprinidae tergolong jenis dominan selain Pristolepididae. Sebagaimana diketahui Cyprinidae merupakan famili dengan jumlah spesies terbesar di dunia 2010 spesies dan tersebar secara luas Berra 2001. Studi mengenai struktur komunitas penting untuk memahami akibat dari adanya kompetisi antar spesies dan sebarannya dalam suatu sistem ekologi Persson 2002. Dominansi jenis pelagis pada umumnya terjadi hampir di seluruh perairan baik laut maupun perairan umum daratan. Ikan pelagis adalah organisme yang mampu berenang melawan arus di perairan terbuka. Pada umumnya ikan ini hidup di zona kolom perairan dan bersifat bergerombol. Sebaran ikan pelagis dipengaruhi oleh lingkungan, ikan ini suka hidup di daerah yang masih mendapat sinar matahari daerah eufotik dengan kisaran suhu antara 28 o C – 30 o C. Jika intensitas cahaya tinggi siang hari, ikan turun sampai kedalaman 12 – 22 m. Namun pada malam hari ikan menyebar merata di kolom air Laevastu dan Hayes 1981. 13 Gambar 4 Proporsi ikan pelagis dan demersal di Danau Ranau Habitat pelagis meliputi frontal zone merupakan batas antara massa air yang memiliki perbedaan suhu dan salinitas, oksigen, nutrien, salinitas di laut dan gradien suhu Sharp 1987, Cushing, 1995 dalam Jones et al. 1999. Seperti kelimpahan Cyprinidae yang bervariasi terhadap kecepatan arus sementara keragamannya dipengaruhi oleh dinamika oksigen dan alkalinitas Beamish et al. 2006. Ikan-ikan yang banyak tertangkap di Danau Ranau merupakan jenis ikan yang hidup di habitat litoral atau tepi danau, misalnya putak Notopterus notopterus dan palaunilem Osteochilus hasselti Lampiran 2 dan 3. Pada umumnya ikan-ikan tersebut merupakan ikan sungai yang cenderung bermigrasi, demikian hal nya jenis harongan Hampala macrolepidota dan kepor Pristolepis fasciatus, yang merupakan ikan sungai, bermigrasi dan menyukai perairan berarus IUCN 2012 termasuk putak Notopterus notopterus MFNN 1999. Umumnya nelayan di Danau Ranau melakukan penangkapan ikan menggunakan jaring insang, sebagian kecil menggunakan bubu, panah, pancing dan jala. Jaring yang digunakan berbahan nylon no. 12-15, berukuran panjang 1- 5 pis 1 pis = 100cm, lebar 3m dengan lebar mata jaring 2.5 hingga 4 inci, jarak antar pelampung 0.5 hingga 1.5 m. Terdapat 7 unit keramba jaring apung KJA yang terletak di Way Wangi pada tahun 2013, khusus untuk budidaya ikan nila Oreochromis niloticus. Sementara 500 kepala keluarga KK mengelola keramba tancaphampang pen culture untuk budidaya ikan mas, patin, bawal, gurame, lele dan mujaer yang tersebar di Kota Batu, Tanjung Wangi dan Way Wangi. Ukuran ikan yang tertangkap bervariasi berdasarkan jenis. Jenis Kepor yang berasal dari Family Pristolepididae berukuran 11.3-37.9 cm FL Gambar 5a. Jenis dominan lain yang berasal dari Family Cyprinidae terdiri atas palau dengan kisaran ukuran 15.8-28.2 cm FL dan harongan dengan kisaran ukuran 12.7-57.4 cm FL Gambar 5b dan c. Jenis yang relatif dominan berasal dari Family Notopteridae yaitu putak dengan kisaran ukuran 13.4-30.4 cm FL serta Family Channidae yaitu gabus dengan kisaran ukuran 20-30.3 cm FL dan baung dari Family Bagridae dengan kisaran ukuran 16.6-38.3 cm FL Gambar5d-f. 43 57 Demersal Pelagis n=296 ekor 14 Gambar 5 Sebaran ukuran ikan dominan di Danau Ranau a: kepor Pristolepis fasciatus; b: palau Osteochilus hasselti; c: harongan Hampala macrolepidota 2 4 6 8 10 Fre k. In d iv id u e ko r Interval kelas panjang cm FL 2 4 6 8 10 Fre k. In d iv id u e ko r Interval kelas panjang cm FL 2 4 6 8 10 Frek . In d iv id u e k o r Interval kelas panjang cm FL a c b 15 Gambar 5 lanjutan Sebaran ukuran ikan dominan di Danau Ranau d: putak Notopterus notopterus; e: gabus Channa striata; f: baung Hemibagrus nemurus 3.2 Karakteristik Lingkungan Danau tergolong perairan tenang atau lentik lentic ecosystems. Suhu air Danau Ranau berada pada kisaran 25.8-26.8 °C. Profil suhu secara menegak 2 4 6 8 10 Fre k. In d iv id u e ko r Interval kelas panjang cm FL 2 4 6 8 10 Fre k. In d iv id u e ko r Interval kelas panjang cm FL 2 4 6 8 10 Fre k. In d iv id u eko r Interval kelas panjang cm FL f e d 16 20 40 60 80 100 120 140 K e d a la m a n m Temperatur °C Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6 Stasiun 8 Stasiun 9 menunjukan bahwa lapisan epilimnion mixed layer berada pada kisaran kedalaman 0-60 m, lapisan hipolimnion ditemukan pada kedalaman 80m hingga kedalaman maksimum yang terdeteksi oleh alat Gambar 6. Tidak dijumpai lapisan metalimnion yang jelas. Lapisan metalimnion identik dengan termoklin merupakan lapisan di mana perubahan suhu secara vertikal relatif besar. Sulastri et al. 1999 menyatakan tentang tidak jelasnya keberadaan lapisan ini di Danau Ranau. Birge 1987 dalam Lampert dan Sommer 2007 menyatakan bahwa bagian atas dari lapisan metalimnion upper dan bagian bawahnya lower bisa terbentuk walaupun perbedaan suhu hanya 1°C. Namun dalam Anonim 2009 dikatakan bahwa walaupun terjadi stratifikasi suhu yang jelas, belum tentu ditemukan lapisan metalimnion yang jelas. Sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui tingkat kestabilan dari stratifikasi dan adanya lapisan metalimnion. Di danau-danau tropis, suhu permukaan tidak pernah mencapai 4°C dan suhu di kedalaman lebih tinggi Lampert dan Sommer 2007. Gambar 6 Profil menegak suhu hasil pengukuran pada Bulan Februari 2013 di Danau Ranau Oksigen terlarut Dissolved OxygenDO di Danau Ranau berada pada kisaran 2.9-5.6 mgL. Kisaran rata-rata DO di seluruh stasiun pengamatan sebesar 4.0± 0.5 mgL. Rata-rata per kedalaman berada dalam kisaran 3.5 ± 0.54 sampai dengan 4.9 ± 0.4mgL Gambar 7. Secara vertikal, DO menurun seiring bertambahnya kedalaman. Perubahan intensitas suhu karena adanya faktor atenuasi, yaitu 17 5 10 15 20 25 30 35 40 45 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 K e d a la m a n m DO mgl Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6 Stasiun 7 Stasiun 8 Stasiun 9 melemahnya intensitas radiasi matahari karena proses penyerapan dan pembauran selama radiasi melewati kolom air. Secara spasial ada kecendrungan penurunan DO di sekitar stasiun 5 hingga stasiun 9 Danau Ranau wilayah tengah hingga sisi barat. Stratifikasi suhu dan oksigen dalam penelitian ini tidak menunjukan terbentuknya lapisan massa air yang jelas, namun terjadi kecendrungan kedua parameter abiotik tersebut menurun seiring bertambahnya kedalaman. Gambar 7 Profil menegak oksigen terlarut hasil pengukuran pada Bulan Februari 2013 di Danau Ranau Selain arah angin, tingkat kestabilan stratifikasi bergantung pada kedalaman danau, bentuk dan ukurannya Anonim 2009. Danau dengan masa tinggal air water retention time yang singkat pada umumnya tidak memiliki bentuk stratifikasi yang jelas dan stabil. Sebaliknya, Danau Ranau memiliki masa tinggal air yang lama sehingga memungkinkan terjadinya stratifikasi. Pada penelitian ini lapisan hipolimnion cenderung lebih tebal sebagaimana ciri danau dalam. Faktor-faktor penyebab tingginya pola dinamika tahunan fitoplankton kelimpahan, keanekaragaman diperlukan dalam memahami hubungannya dengan parameter-parameter lingkungan, yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan plankton Odum 1971. Dalam dunia perikanan, keberadaan fitoplankton atau secara umum plankton, terkait dengan food web jejaring makanan dari suatu ekosistem. Karena dalam penggolongannya, fitoplankton tergolong produsen primer yang mampu menghasilkan bahan organik, zooplankton 18 5 10 15 20 25 30 35 40 45 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 K e d a la m a n m Kelimpahan selm3 Sta 1 Sta 2 Sta 3 Sta 4 Sta 5 Sta 6 Sta 7 Sta 8 Sta 9 tergolong hewani, yang mana jika bersifat karnivora maka akan memangsa zooplankton herbivora, dan yang bersifat herbivora akan memangsa fitoplankton Mann dan lazier 1996. Hasil pengamatan di 9 stasiun pengamatan menunjukan adanya 49 jenis fitoplankton dari 5 kelas Bacillariophyceae, Clorophyceae, Cyanophyceae, Dinophyceae, Euglenophyceae. Jenis dominan berasal dari Kelas Clorophyceae 21 jenis disusul oleh Bacillariophyceae 15 jenis, Cyanophyceae 10 jenis, Euglenophyceae 2 jenis, Dinophyceae 1 jenis. Jenis Synedra sp, Cosmarium sp, Staurastrum sp, Ulothrix sp serta Peridinium sp merupakan yang paling sering ditemukan di semua stasiun pengamatan Gambar 8. Gambar 8 Profil menegak fitoplankton hasil pengamatan pada Bulan Februari 2013 di Danau Ranau Kelimpahan fitoplankton berdasarkan kedalaman di masing-masing stasiun pengamatan berkisar 0-146.9 selm 3 . Dilihat dari kelimpahan, Danau Ranau tergolong perairan mesotrofik status trofik menengah. Kelimpahan Fitoplankton tertinggi ditemukan di kedalaman 2m dan terendah di kedalaman 30 dan 40m. secara spasial, kelimpahan tertinggi dan terendah terjadi di Stasiun 2 146.9 selm 3 namun pada kedalaman yang berbeda. Secara spasial, kelimpahan fitoplankton cenderung rendah di sisi timur danau Stasiun 1 hingga 3 dan bagian tengah danau Stasiun 4 hingga 7, cenderung tinggi di sisi barat danau Stasiun 8 hingga 9. 19 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 -90 -80 -70 -60 -50 -40 -30 F r e k u e n s i Sv dB Secara vertikal profil fitoplankton menunjukan penurunan kelimpahan seiring bertambahnya kedalaman. Hal tersebut disebabkan oleh intensitas matahari yang semakin berkurang dengan bertambahnya kedalaman. 3.3 Sebaran Volume Backscattering Strength Sv Sv merupakan nilai hambur dari target atau suatu kelompok ikan yang terdeteksi oleh suatu echosounder atau perangkat akustik. Semakin besar nilai Sv maka pengelompokan target semakin besar. Semakin kecil nilai Sv yang diperoleh maka pengelompokan target yang terdeteksi akan semakin sedikit. Gambar 9 menunjukan bahwa secara spasial, Sv terlihat tidak menyebar rata pada seluruh danau. Pada kedalaman 5-25m dijumpai ukuran Sv yang bervariasi -90 sd -36 dB dengan ukuran dominan -80 dB. Gambar 9 Sebaran Sv dB pada kedalaman 5-25 m Hampir semua ukuran ditemukan di sepanjang jalur survey, namun Sv berukuran relatif besar berjumlah lebih banyak di sisi tepi danau terutama di sisi timur. Sementara ukuran kecil tersebar di bagian barat danau. Terdapat beberapa bagian dari jalur survey yang tidak dilakukan dianalisis lebih lanjut karena noise yang diduga disebabkan oleh beberapa hal seperti kurang tepatnya penentuan durasi pulsa, kecepatan kapal yang tidak stabil dan noise yang berasal dari perangkat listrik yang digunakan. Pada kedalaman 25 – 50m Sv berukuran kecil -90 sd -80 dB tersebar di sisi 20 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 -90 -80 -70 -60 -50 -40 -30 F r e k u e n s i Sv dB 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 -90 -80 -70 -60 -50 -40 -30 F r e k u e n s i Sv dB barat danau sementara kelompok ukuran besar -50 dB tersebar di sepanjang jalur survey di danau sebelah timur dan utara Gambar 10a. Pada kedalaman ini ukuran Sv masih bervariasi dari -90 sd -34dB dan didominasi oleh ukuran -70 dB. Gambar 10 Sebaran Sv dB pada kedalaman 26-50 m a dan kedalaman 51-75mb a b 21 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 -80 -70 -60 -50 -40 -30 F re k u e n s i Sv dB Pada kedalaman 51-75 m terjadi penurunan jumlah target yang terdeteksi Gambar 10b. Ukuran Sv mengalami peningkatan jika dibandingkan pada kedalaman sebelumnya, Sv maksimum berada pada kisaran ukuran yang relatif lebih besar yaitu -60 dB, dari kisaran ukuran Sv -90 n=1 hingga -36 dB. Jumlah Sv di jalur 5 -7 tidak sebanyak pada kedalaman sebelumnya. Beberapa studi mengenai sebaran ikan menunjukan kondisi yang sama dimana ukuran target yang relatif besar pada umumnya ditemukan melimpah seiring bertambahnya kedalaman Jurevics et al. 2012. Secara horisontal, Sv ukuran relatif besar terkonsentrasi di tepi timur dan utara danau. Pada kedalaman 76-100 m terjadi peningkatan jumlah target yang terdeteksi, hal ini ditandai dengan padatnya sebaran Sv Gambar 11. Ukuran Sv berada dalam kisaran -76 sd -35 dB. Kisaran ukuran -70 dB mendominasi dan menyebar rata di seluruh tepi danau baik di bagian barat, timur dan utara. Sementara ukuran yang relatif besar terkonsentrasi di sisi timur danau. Tingginya kepadatan Sv pada lapisan ini diduga disebabkan oleh adanya lapisan termoklin yang terdeteksi di sekitar kedalaman 60-80m, sehingga beberapa target diduga terjebak di lapisan tersebut. Kisaran ukuran Sv pada kedalaman 101-125m hampir sama dengan yang dijumpai pada kedalaman sebelumnya 76-100m. Terlihat perbedaan nyata sebaran Sv besar dan kecil. Sv besar konsisten dijumpai di tepi danau sementara Sv ukuran kecil dijumpai di bagian tengah danau Gambar 12. Pada kedalaman ini ditemukan Sv besar -40 dB yang diduga merupakan target dari famili tertentu yang memiliki toleransi lebar terhadap kondisi oksigen di lapisan hipolimnion. Gambar 11 Sebaran Sv dB kedalaman 76-100 m 22 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 -80 -70 -60 -50 -40 -30 F r e k u e n s i Sv dB Gambar 12 Sebaran Sv dB kedalaman 100-125 m Berdasarkan sebaran Sv, terlihat bahwa jumlah sampel n meningkat seiring bertambahnya kedalaman dan semakin bertambah kedalaman semakin besar ukuran Sv yang ditemukan. Beberapa studi mengenai sebaran ikan menunjukan kondisi yang sama dimana ukuran target yang relatif besar pada umumnya ditemukan melimpah seiring bertambahnya kedalaman Jurevics et al. 2012. Kecendrungan terkonsentrasinya Sv yang relatif besar di tepi atau bagian litoral danau diduga terkait dengan pola pemijahan dan keberadaan makanan. Dinamika nutrien di litoral danau cukup tinggi karena adanya pasokan dari luar allochthonous dan dari dalam perairan sendiri autochthonous Peters dan Lodge 2009; Strayer 2009. Selain nutrien, alasan pemijahan menjadi sifat beberapa ikan yang membutuhkan vegetasi atau substrat tertentu. Jenis harongan Hampala macrolepidota dan palau Osteochilus hasselti dikenal berasosiasi dengan tanaman air, yang pada umumnya banyak ditemukan di bagian tepi fishbase2012.

3.4 Analisa Komponen Utama Volume Backscattering Strength sv,

suhu, Oksigen Terlarut serta kelimpahan plankton Model Anova menunjukan bahwa model kurang tepat atau kurang bagus dalam menjelaskan data nilai p0.05 serta nilai R-sq yang relatif kecil 65.2. Koefisien penjelas tidak ada yang berpengaruh nyata terhadap respon. Nilai VIF Variance Inflace Factors dari masing-masing variabel juga sangat besar VIF10, yang berarti ada multikoliniearitas di dalam variabel-variabel bebasnya. 23

0.6 0.5

0.4 0.3

0.2 0.1

0.0 0.50 0.25 0.00 -0.25 -0.50 -0.75 First Component S e co n d C o m p o n e n t Suhu Plank ton DO sv Analisis komponen utama menghasilkan komponen utama dengan kontribusi 92.3. Kontribusi terbesar terdapat pada sumbu faktorial pertama F1 dengan nilai akar ciri eigenvalue sebesar 81 dan sumbu faktorial kedua F2 sebesar 11.3Gambar 13. Hubungan antara parameter lingkungan seperti suhu, DO dan kelimpahan plankton dilakukan dengan melihat besarnya sudut yang dibentuk oleh masing-masing parameter. Sv dengan DO lebih erat hubungannya dibandingkan dengan suhu dan kelimpahan plankton. Di danau yang dalam, faktor abiotik memegang peranan penting dalam penyebaran organisme di dalamnyaLaevastu dan Hayes 1981; Eiler dan Eiler 2004; Ward et al. 2010; Begon et al. 2006 dalam Muŝka 2013. Suhu dan oksigen terlarut merupakan dua faktor penting yang mempengaruhi distribusi ikan Sims et al. 2006; Kratochvíl et al. 2008; Dillon et al. 2003 dalam Berge 2009; Martin 2010. Perbandingan lain yang menggambarkan keterkaitan antar satu variabel dengan variabel lainnya dapat dilihat pada table matriks korelasi antar parameter lingkungan dengan nilai Sv Lampiran 4. Matrik korelasi menunjukan bahwa antar peubah penjelas terdapat korelasi yang cukup besar atau terdapat multikolinearitas pada peubah penjelas. Korelasi yang cukup erat terjadi antara Sv dengan DO 71, P0.05 dan Sv dengan suhu 74, P0.05. DO dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, pertukaran zat untuk menghasilkan energi bagi pertumbuhan dan perkembangbiakan. Laju kematian di danau pada umumnya disebabkan oleh penurunan konsentrasi oksigen, pH dan pemangsaan Persson 2002. Sementara suhu merupakan faktor yang mempengaruhi seluruh interaksi ekologis Brett dan Groves 1979 dalam Persson 2002. Keberadaannya diperlukan pada kondisi tertentu misalnya untuk kepentingan memijah dan pemilihan habitat. Gambar 13 Korelasi antar variabel pada sumbu F1 dan F2