PENGARUH GERAKAN REVIVALISME ISLAM AL-IKHWANUL AL-MUSLIMIN DALAM GERAKAN REVIVALISME ISLAM PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI INDONESIA

PENGARUH GERAKAN REVIVALISME ISLAM AL-IKHWANUL
AL-MUSLIMIN DALAM GERAKAN REVIVALISME ISLAM PARTAI
KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI INDONESIA

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik (S.IP) Strata-1
Jurusan Hubungan Internasional

Oleh:
ANHAR PUTRA ISWANTO
NIM: 08260023

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2013

KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Segala puji bagi Allah Subhanu Wata’ala, Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan sebagian rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat

menyelesaikan naskah skripsi ini dengan baik. Dengan Tangan dan kuasa-Nya
semua ini tuntas dengan menggembirakan. Shalawat dan salam tentu tetap
tersampaikan kepada Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasalam yang telah
mengantarkan kita kepada jalan yang benar melalui Al Qur’an dan Sunahsunahnya. Semoga kita mendapat syafa’atnya di hari akhir nanti. Amin.
Naskah skripsi ini hanya sempalan kecil dari lautan ilmu pengetahuan,
khususnya di Universitas Muhammadiyah Malang. Saya hanya mahasiswa yang
belajar untuk mengerti tetesan-tetesan kecil itu. Lebih dari itu, saya sangat
berbahagia, naskah ini dapat saya selesaikan dengan usaha yang makimal tanpa
keluhan dan putus asa. Untuk itu saya perlu mengucapkan terimakasih yang
sebesarnya kepada beberapa pihak yang turut mendukung, membantu, dan terusmenrus memperbaharui semangat saya dalam menulis naskah ini. Mohon maaf
jika ada nama yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.
 Kepada kedua orang tua saya, Ayahanda saya Medip dan Ibunda tercinta
Salmah, semoga selalu diberikan kesehatan dan kebahagiaan oleh Allah
SWT. Enam tahun lalu, ayah dan ibu saya sama-sama buta tentang tentang
pendidikan. Ibu saya buta huruf, syukur Ayah saya bisa sedikit membaca
lantaran pendidikan BBH (saya gak tau artinya, tapi bgitu ceritanya) awal

Orde Baru dulu. Dengan keterbatasan ekonomi, mereka tidak pernah
berfikir bagaimana saya bisa menjadi sarjana. Berusaha untuk makan
sehari-hari saja mereka susah payah. Tapi itulah kehidupan. Allah yang

mengatur semuanya dan menjaganya, dan kita menjalankannya dengan
khitmat. Akhirnya, dengan usaha dan kerja keras, sampailah saya di
Kampus Putih ini. Berkat doa dan ridho Ibu dan Ayah saya, Allah telah
mengantarkan saya pada tempat yang indah dan penuh wanita cantik ini.
Sampai saat ini, orang tua saya tidak mengerti gelar sarjana saya apa, dan
jurusan kuliah saya apa. Yang pasti, sekarang mereka tahu saya seorang
sarjana, itu saja, tidak lebih. Kondisi inilah yang mendorong saya untuk
belajar maksimal. Keterbatasan bukan beban dan masalah. Pada titik itulah
saya mulai mengerti hidup. Karena semua saya persembahkan untuk
mereka, agar kelak bisa hidup layak dan lebih baik....untuk kedua kakak
saya Ridoan dan Martiono, kedua kakak ipar saya. Terimkasih atas
doanya. Untuk Keponakan kembar saya Noor Aini Ridoan, Noor Annisa
Ridoan, dan Effendy Rahmat Hendiyono, semoga kelak kalian bisa
menjadi anak yang berbakti kepada orang tua, agama, dan bangsa. I Love
You!
 Mr. Michael Erley, M.BA, terimkasih atas dukungan dan bantuannya yang
besar. Semoga Tuhan mencacatatnya sebagai Amal Jariah mu.
 Tonny Dian Efendy, S.Sos, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Hubungan
Internasional, terimkasih atas nasehat, saran, maupun kritik-kritiknya.


 Ayusia Sabhita Kusuma, M.Soc. Sc, selaku Pembimbing I dan Dr.
Wahyudi Winarjo, M.Si, selaku pebimbing II, terimkasih atas waktu,
perhatian, dan diskusi-diskusinya yang hangat dalammembimbing
penulisan naskah skripsi saya.
 Senior dan guru-guru saya yang telah banyak memberikan nesehat dan
bimbingannya; Deddy Mujaddid Muhas, MA, aktivis yang tak pernah
kenal lelah melakukan perubahan, semoga cepat dikarunai momongan agar
mba’ Yanti tidak selalu sendiri kalo di tinggal di rumah. Muhammad Ali,
M.Si, terimkasih atas saran-saran spritualnya, semoga doktoralnya bisa
cepat selesai. NTB pasti menunggu Kanda. Astar Hadi, S.Sos, terimkasih
atas bimbingannya ketika awal saya di Malang. Semoga ikhtiar untuk
menjadi “Penghuni Udayana” (Caleg Provensi NTB) 2014 ini di ridhoi
Allah, dan bisa menang pastinya. Amin.
 Untuk teman, sahabat dan saudara saya “generasi baca tulis 2008” yang
budiman; Hasyim, otaknya selalu ngeres, dan “naik darah” kalo melihat
“pemandangan indah di seantero Tirto Utomo dan sekitarnya. Tapi inilah
teman terbaik saya di Malang. Zaman tidak akan menggerus kemesraan
kita. Oh ya, nanti kalo malam pertama, jangan bertanya ke gogle dan
sejenisnya. Lakukan ritualnya dengan mantra-mantra suci. Saya mengingat
mu tidak sekedar sebagai teman. Alfian Norrohman, teman setia saya.

Jangan sering ngelamun, kerena tidak baik untuk masa depan anak dan
istri. Lebih gesit biar tidak di “murkai” wanita terus. Jomblo itu pedih,
sakit, dan galau. Jangan jomblo lagi. Ahmad Burhan Hakim, pangeran

cinta dari pesisir utara (Lamongan). Bakat mu sebagai dewan penasehat
cinta bagi yang lain terus dikembangkan, terutama ilmu detektif mu. Oh
ya, “gadis Sidoarjo” mu jangan biarkan terlalu lama menunggu bung! M.
Hamim Arifin (Kid), pria berkacamata. Simpan rapi2 cerita “tragedi
belakang lemarimu”. Soto Tongkol buatan ibu mu enak sekali, kapan2
saya datang untuk menikmatinya lagi. Ahmad Mukrom (Cak Mat), pria
“autis” dan menikmati ilusi cinta. Sering2 mandi Mat. Biar tidak
mengganggu ketenangan orang lain. Kalo kita ketemu beberapa tahun lagi,
jangan lagi cerita-cerita tentang “gadis Balikpapan”. Kita cerita tentang
gadis-gadis dibalik kaca atau dibalik kerundung saja. Akis Jazuli (Ajaz),
semoga usaha-usaha mu untuk menjadi Calon Angggota Legislatif
Kabupaten Sumenep tercapai, dan bisa menang.Fatur, “anak ajaib”,
semoga Magister mu cepat selesai. Kamu selalu melangkah lebih awal dari
kami semua...untuk kalian semua, perkenalan kita bukan sekedar teman,
tetapi ada nilai dan norma yang sama kita bawa: iman,ilmu, amal.
 Kepada almamater iedologis saya HMI Komisariat FISIP UMM. Ditempat

inilah saya belajar arti mahasiswa, arti berfikir, arti perjuangan, arti
pergerakan. Bukan sekedar perdebatan, bukan sekedar diskusi, bukan
sekedar demonstrasi, bukan pula sekedar “berhimpun”. Disini saya saya
belajar tentang nilai, tentang agama, tentang Tuhan, tentang alam dan
cinta. Dedikasi besar telah diberikan kepada saya. Secara khusus saya
ucapkan terimkasih atas kesempatan saya untuk memimpin organisasi ini.
Pelajaran besar telah saya petik dari sana. Kepada kawan2 yang banyak

belajar bersama2 disisni, seperti Burhan, Hasyim, Kid, Alfian, Mukrom,
Akis, Agus (kacong), Any, Adam, Sari, Rara, Salim, Faruq, Idan, Didi,
Syifa, Ipul, Nawaf, Natan, Yus, Fadil, Acung, Faisol, Mecky yang suka
tidur, Jaya, I’im, Alwi, dan angkatan 2009, dan 2010 yang tidak dapat
saya sebut satu-satu. Fatimah, Cita, kalian “anak kesayangan” saya, terus
berkarya.

Jay, Taufik Gondrong, Taufik Madura, Dafi, Andi, Ma’ruf,

sampai angkatan 2012 yang nama2nya tidak semua saya hafal. Terimkasih
kalian semua semua telah membantu dan menjadi teman saya yang baik.
Kemaren kita berlayar dengan kapal yang sama, sekarang kira berlayar

dengan kapal yang berbeda, dengan tujuan yang sama. Saya merindukan
kalian semua, rindu diskusi kalian, rindu memarahi kalian kalo asal bicara,
rindu dialektika kalian. Sayooonara, semoga ditempat indah kita
dipertemukan kembali, dalam dialektika yang berbeda.Kita pernah
tertawa, bercerita dan bahagia bersama, jangan lupakan itu kawan! Yakin
Usaha Sampai.
Semoga skripsi yang sederhana ini memberi manfaat bagi refrensi
Studi Hubungan Internasional. Tentu saja banyak kelemahan dan
kekurangannya, saran dan kritik atas naskah skripsi ini baik dari sisi
tulisan maupun isinya selalu saya nantikan.
Bilahitaufiq Walhidayah
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Malang, 19 Juli 2013
Anhar Putra Iswanto

DAFTAR ISI
Lembar Cover/Sampul Dalam. …………………………………………... i
Lembar Persetujuan Skripsi. ……………………………………………... ii
Lembar Pengesahan. ……………………………………………………... iii
Lembar Orisinalitas. ……………………………………………………… iv

Berita Acara Bimbingan Skripsi. ………………………………………… v
Abstraksi. ………………………………………………………………… vi
Abstract. …………………………………………………………………. vii
Kata Pengantar. ………………………………………………………….. viii
Ruang Hati……………………………………………………………….. ix
Daftar Isi. ………………………………………………………………… x
Daftar Skema. ……………………………………………………………. xi
BAB I
PENDAHULUAN. ……………………………………… 1
1.1
Latar Belakang Masalah. ………………………………… 1
1.2
Rumusan Masalah. ………………………………………. 9
1.3
Tujuan Penelitian………………………………………….. 9
1.4
Manfaat Penelitian. ……………………………………..... 10
1.5
Penelitian Terdahulu ..…………………....…...................... 11
1.6

Landasan Konsep dan Teori.....………………………........ 15
1.6.1. Revivalisme Islam ...................................................... 15
1.6.2. Islamisme …………………………………………... 16
1.6.3. Fundamentalisme …………………………………… 18
1.6.4. Gerakan Transnasional ……………………………... 19
1.6.5. Teori Gerakan Sosial ……………………………….. 21
1.7
Metode Penelitian. ……………………………………….. 26
1.7.1 Jenis Penelitian …………………………………… 26
1.7.2 Tipe Penelitian ........………………………………. 27
1.7.3 Level Analisa ..........................…………………..... 27
1.7.4 Teknik Pengumpulan Data….....………………….. 28
1.7.5 Teknik Analisis Data..............…………………….. 28
1.7.6 Batasan Waktu Penelitian.......................................... 28
1.7.7 Batasan Masalah Penelitian ……………………….. 29
1.8
Hipotesa ...…..………....................………………………. 29
1.9
Sistematika Penulisan .......................................................... 30
1.10 Alur Penelitian ……………………………………………. 32


BAB II

AL-IKHWANUL AL-MUSLIMIN: TRANSFORMASI
GERAKAN REVIVALISME ISLAM MESIR MENUJU
GERAKAN TRANSNASIONAL ……………………… 35

2.1

Sejarah Singkat Al-Ikhwanul al-Muslimin ………………. 35

2.2

Fase-Fase Gerakan Al-Ikhwanul al-Muslimin ..........……… 37
2.2.1. Fase Awal: Pengaruh Hassan Al-Banna ……………. 38
2.2.2. Fase Kedua: Pengaruh Pemikiran Sayyid Qutb ……. 42
2.2.3. Fase Ketiga: Generasi Kedua Perubahan Menuju
Reformasi Organisasi ……………………………... 48
Jaringan Al-Ikhwanul al-Muslimin dan Beberapa
Contoh Kasus Penyebarannya................................................54

2.3.1. Al-Ikhwanul al-Muslimin di Syria ………………….. 60
2.3.2. Al-Ikhwanul al-Muslimin di Sudan ……………….... 62
2.3.3. Al-Ikhwanul al-Muslimin di Tunisia ……………….. 64
Al-Ikhwanul al-Muslimin: Jejaring Gerakan
Sosial Islaam ………………………………………………. 65
Perangkat-Perangkat Tarbiyah Sebagai Gearakan
Al-Ikhwanul al-Musimin...................................................... 73
2.5.1. Usroh ……………………………………………………… 73
2.5.2. Katibah …………………………………………………… 76
2.5.3. Rihlah ……………………………………………………... 78
2.5.4. Mukhayam atau Mu’asykar ……………………………. 79
Pemikiran Revivalisme Al-Ikhwanul al-Muslimin ……….. 80
2.6.1. Hakimiyah………………………………………………… 82
2.6.2. Manhaj ……………………………………………………. 84
2.6.3. Negara Islam ……………………………………….. 85
PENGARUH GERAKAN REVIVALISME ISLAM ALIKHWANUL AL-MUSLIMIN DALAM GERAKAN
REVIVALISME ISLAM PARTAI KEADILAN SEJAHTERA
(PKS) DI INDONESIA …………………………………. 88

2.3


2.4
2.5

2.6

BAB III

3.1
3.2

3.3

Geneologi Gerakan Revivalisme Islam di Indonesia.…….
Kelahiran PKS; Bangkitnya Revivalisme Islam
Indonesia dan Formalisme Islam Politik………………….
3.2.1. Gerakan Tarbiyah ………………………………….
3.2.2. Pelembagaan Gerakan Mahasiswa ………………...
3.2.3. Pelembagaan Gerakan Politik: Geneologi PK/PKS...
PKS: Pengaruh Dunia Internasional
(Al-Ikhwanul al-Muslimin) dan Isu-Isu Global:

88
92
97
103
106

Tinjauan Teori Struktur Kesempatan Politik
(Political Opportunity Structure) ………………………..
3.4.

Dari Kampus Menuju Panggung Politik:
Analisis Kekuatan Revivalisme PKS dalam Tinjauan
Teori Mobilisasi Sumber Daya
(Resource Mobilisation Theory) …………………………..
3.4.1. Bermula dari Gerakan Tarbiyah: Jejaring Formal
dan Informal PKS…………………………………..
3.4.2.Jejaring dan Pengembangan Organisasi PKS……...
3.4.2. Pola Rekrutmen dan Sistem Kaderisasi PKS……….

Agenda Revivalisme Islam PKS di Indonesia; Transmisi
Agenda Revivalisme Global: Analisis Pembingkaian
Aksi Kolektif PKS dalam Mewujudkan Revivalisme
Sebagai “Hiden Agenda” ………………………………….
1. Tegaknya Syari’at Islam dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia ……………………………………
2. Berdirinya Negara Islam ………………………………
3. Terciptanya Global Ummah (umat gobal) dan
Penolakan Terhadap Dominasi Barat …………………
BAB V
PENUTUP………………………………………………
4.1. Kesimpulan. ……………………………………………..
4.2. Saran ……………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA. …………………………………………………..

110

116
118
120
126

3.5.

130
141
142
143
144
145
146
147

DAFTAR PUSTAKA
Buku
Al-Banna, Hassan, 2010, Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin 1, Solo: Era
Intermedia.
----------------------,2010,
Intermedia.

Risalah pergerakan Ikhwanul Muslimin 2,Solo: Era

Assayukanie, Luthfi, 2011, Ideologi Islam dan Utopia, Tiga Model Negara
Demokrasi Indonesia, Jakarta: Freedom Institute.
Arifin, Syamsul, 2005, Ideologi dan Praksis Gerakan Sosial Kaum
Fundamentalis: Pengalaman Hiztb al-Tahrir Indonesia, Malang: UMM
Press.
Abuza, Zachary, 2007, Political Islam and Violence in Indonesia, New York:
Routledge.
Asrudin, dan Suryana, Jaka Mirza (peny), 2009, Refleksi Teori Hubungan
Internasional dari Tradisional ke Kontemporer, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Anshori, Yani Ahmad, 2008, Tafsir Negara Islam Dalam Dialog Kebangsaan Di
Indonesia, Yogyakarta: Siyasat Press.
--------------------------, 2008, Menuju Khilafah Islamiyah: Perjuangan Ikhwanul
Muslimin, Yogyakarta: Siyasat Press.
Aziz, Abdul, 2011, Chiefdom Madinah: Salah Tafsir Negara Madinah, Jakarta
Timur: Pustaka Alvabet.
Aiz, Abdul, 2006, Politik Islam Politik, Yogyakarta: Tiara Wacana.
Ahmad, S. Akbar, 2004, Posmodernisme: Bahaya dan Harapan Bagi Islam,
Bandung: Mizan.
Azra, Azyumardi, 1996, Pergolakan Politik Islam: Dari Fundamentalisme,
Modernisme, Hingga Post-Modernimse, Jakarta: Paramadina.
Ali, Tariq, 2001, The Stone Women: Sang Perempuan Batu, Jakarta: PT. SErambi
Ilmu Semesta.
Asy-Syamari, Ayyid, 2003, Hasan Al-Banna Seorang Teroris?, Tanggerang:
Pustaka Al-Bashirah.

Ar-Raziq, Ali Abd, 2002, Islam, Dasar-Dasar Pemrintahan: Kajian Khilafah an
Pemrintahan dalam Islam, Yogyakarta: Jendela.
Bayat, Asef, 2007, Islam and Democracy: What Is the Realm Question?,
Amsterdam: Amsterdam University Press.
Bufalo, Antony, Fealy, Greg, Mason, Whit, 2012, PKS dan Kembarannya:
Bergiat Jadi Demokrat di Indonesia, Mesir dan Turki, Jakarta: Komunitas
Bambu.
Burchill, Scott, and Linklater, Andrew, Theories of Internationla RelationsNew
York: ST. Martin’s Press, Inc.
Della, Porta Donatella, and Mario, Dini, 1999, Social Movement: An Introductio,
Malden: Blackwell Publishing.
Budiman, Hikmat. Subianto, Landry H (Ed), Komunalisme dan Demokrasi:
Negoisasi Rakyat dan Negara (Volume I), (Jakarta: The Japan Fonudation
Asia Center bekerja sama dengan Interaksi, 2003).
Dougherty, James E. and Pfaltsgraff, JR Robert L, 2001, Contending Theories of
International Relations: A Comprehensive Survey, New York: Addision
Wesley Longman, Inc.
Dzakarin, Ahmad, 2012, Kebangkitan Pos-Islamisme: Analisis Strategi dan
Kebijaan AKP Turki Memenangkan Pemilu, Solo: Era Adicitra Intermedia.
Enayat, Hamid, 2001, Modern Islamic Thought: The Respons of The Shi’I and
Sunni Muslims to The Twentieth Century, Kuala Lumpur: Islaic Book
Trust.
Esposto, L,John , 1986, Identisas Islam pada Perubahan Sosial-Politik, Jakarta:
PT. Bulan Bintang.
--------------------, 1996, Agama Islam Mitos atau Realitas (edisi Revisi:
Menggugat Tesis Huntington, Bandung: MIZAN
--------------------, 2010, Islam The Straight Path: Ragam Ekspresi Menuju Jalan
Lurus, Jakarta: PARAMADINA
--------------------, John, Voll O. John, 1999, Demokrasi di Negera-Negara
Muslim: Problem dan Prospek, Bandung: Mizan.
Euben, L. Roxanne, 2002, Musuh dalam Selimut: Fundamentalisme Islam dan
Batas Rasionalitas Modern, Jakarta: Serambi.

Fukuyama, Francis, 1992, The End Of History and The Last Man:Kemenangan
Kapitalisme dan Demokrasi Liberal,Yogyakarta: QALAM.
-----------------------, 2005, Memperkuat Negara; Tata Pemerintahan dan Tata
Dunia Abad 21, Jakarta: Kedutaan Besar Amerika Serikat, Fredoom
Institute, PT. Gramedia Pustaka Utama.
Giddens, Anthony (Terj), 2000, The Third Way: Jalan Ketiga Pembaruan
Demokrasi Sosial, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Hermawan, P Yulius , 2007, Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional,
Aktor, Isu, dan Metodelogi, Bandung: GRAHA ILMU.
Hendropriyono, A.M, 2009, Terorisme: Fundamentalis Kristen, Yahudi dan
Islam, Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara.
Hadi, Astar, dan Dharmawan, Awang, 2011, Quo Vadis VS Pragmatisme,
Yogyakarta: Buku Litera.
Hastedt, Glenn, and Knickrehm, Kay M, 2003, International Politics in A
Changing World, New York: Pearson Education.
Hashemi, Nader, 2011, Islam, Sekularisme, dan Demokrasi Liberal, Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Held, David, 2004, Demokrasi & Tatanan Global: Dari Negara Modern Hingga
Pemerintahan Kosmopolitan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hermawan, P. Yulius (Ed), 2007, Transformasi dalam Studi Hubungan
Internasional, Aktor, Isu, dan Metodelogi, Bandung: Graha Ilmu.
Huntington, P. Samuel (Terj), 2005, Benturan Antar Peradaban dan Masa Depan
Politik Dunia, Yogyakarta: QALAM.
Jursy, Shalahuddin, 2004, Membumuikan Islam Progresif, Jakarta: Paramadina.
Jemadu, Aleksius, 2008, Politik Global dalam Teori dan Praktik,Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Komarudin, R. Ujang, 2010, Strategi PKS Putihkan Jakarta, Yogyakarta: Buku
Litera.
Kumar, Deepa, 2012, Islam Politik: Sebuah Analisis Marxis, Yogyakarta: Resist
Book.

Khumaini, Imam, 2010, Pemikiran Politik Islam dalam Pemerintahan: Konsep
Wilayah Faqih Sebagai Epistimologi Pemerintahan Islam, Jakarta: Shadra
Press.
Latif, Yudi, 2005, Intelegensia Muslim dan Kuasa: Geneologi Intelegensia
Muslim Indonesia Abad ke-21, Bandung: Mizan.
-------------, 2011, Negara Paripurna: Historitas, Rasionalitas, dan Akuntabilitas
Pacasila. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Lahoud,Nelly and H. Johns Anthony, 2006, Islam in World Politics, New York:
Routledge.
Lewis, Bernard, et.al, (Terj), 2002, Islam, Liberalisme, Demokrasi: Membangun
Sinergi Warisan Sejarah Doktrin dan Konteks Global, Jakarta:
Paramadina.
Lebor, Adam, 2009, Pergulatan Mulim di Barat: Antara Identitas dan Integrasi,
Bandung: Mizan.

Mahendra, Yusril Ihza, 1999, Modernisme dan Fundamentalisme dalam Politik
Islam: Perbandinagn Partai Masyumi (Indonesia) dan Partai Jama’at-iIslami (Pakistan),Jakarta: PARAMADINA.
Madaville, Peter, 2007, Global Political Islam, New York: Routledge.
Mas’oed, Muhtar, 2003, Negara, Kapital dan Demokrasi, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
--------------------, 1989, Studi Hubungan Internasional: Tingkat Analisis dan
Teorisasi, Yogyakarta: Pusat Antar Universitas - Studi Sosial Universitas
Gajah Mada.
-------------------, 1990, Ilmu Hubungan Internsional, Disiplin dan Metodelogi,
Yogyakarta: LP3ES.
Mahbubani, Kishore (terj), 2011, Asia Hemisfer Baru Dunia, Jakarta: PT. Media
Kompas Nusantara.
Mulia, Musdah, 2010, Negara Islam, Depok: KataKita.
Morgenthau,Hans J (Edisi Revisi), 2010, Politik Atar Bangsa, Jakarta: Buku
Obor.
Maududi, Abul A’la, 1995, Al-Hijab, Bandung: Gema Risalah Press.

-----------------------, 1996, Khilafah dan Kerajaan, Bandung: Mizan.
Matta, M. Anis, 2010, Menikmati Demokrasi, Bandung: Fitrah Rabbani.
Mammud, Halim, Ali Abdul, 2011, Perangkat-Perangkat Tarbiyah Ikhwanul
Muslimin, Solo: Era Intermedia.
Mansbach, W. Richard, & Rafferty L. Kristen, 2012, Pengantar Politik Global,
Bandung: Nusa Media.
Muhatadi, Burhanuddin, 2012, Dilema PKS: Suara dan Syariah, Jakarta, KPG
(Kepustakaan Populer Gramedia.
Qadir, Zuly, 2012, Sosiologi Politik Islam: Kontestasi Islam Politik dan
Demokrasi di Indonesia, Yogyakarta; Pustaka Pelajar.
--------------,
2009, Gerakan Sosial Islam, Manifesto Kaum Beriman,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rahmat,M. Imadadun , 2008, Ideologi Politik PKS: Dari Masjid Kampus ke
Gedung Parlemen,Yogyakarta: LkiS.

----------------------------, 2005, Arus Baru Islam Radikal:
Revivalisme Islam Timur Tengah ke Indonesia, Jakarta:
ERLANGGA.

Transmisi

Runciman, David, 2012, Politik Muka Dua, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rosenau, James N (Ed), 1969, International Politics and Foreign Policy: A
Reader In Research and Theory, New York: The Free Press.
Ruttenberg, J. Harold, 1960, Self-Developing America, New York: Harper &
Brothers, Publishers.
Silalhi, Ulber , 2009, Metode Penelitian Sosial, Bandung: Rafika Aditama.
Sidel, T. John, 2007, The Islamist Threat in Southeast Asia: A Reassessment, NW:
East-West Center Whasington.
Sabet, G.E. Amr, 2008. Islam and the Political: Theory, Governance and
International Relations, London: Pluto Press.
Sukma, Rizal, 2003, Islam in Indonesian Foreign Policy, New York: Routledge.

Singh, Rajendra, 2010, Gerakan Sosial Baru, Yogyakarta: Resist Book.
Tibi, Bassam, 2000, Ancaman Fundamentalisme; Rajutan Islam Politik dan
Kekacauan Dunia Baru, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya.
Tilly, Charles, 1978, From Mobilization to Revolution, New York: AddisionWesley Publishing Company, Inc.
Wahid, Abdurrahman (Ed), 2009, Ilusi Negara Islam: Ekpansi Gerakan Islam
Transnasional di Indonesia, Jakarta: Gerakan Bhineka Tunggal Ika,The
wahid Istutue, Maarif Institute.
Wiktorowicz, Quintan (Ed), 2007, Aktivisme Islam: Pendekatan Teori Gerakan
Sosial, Jakarta: Balai Penelitian dan pengembangan Agama Jakarta.
---------------------------------, 2012, Gerakan Sosial Islam: Teori Pendekatan dan
Studi Kasus, Jakarta: Paramadina.
Zada, Khamami, 2002, Islam Radikal: Pergulatan Ormas-Ormas Islam garis
Keras di Indonesia, Jakarta Selatan: Teraju.

Jurnal dan Artikel
DIRASAT (Jurnal Studi Islam dan Peradaban), vol. 02, No. 01,Tahun 2007.
Global dan Strategis, Tahun 4, Nomor 2, Juli-Desember 2010.
Novriatoni, “Jalan Terjal Demokrasi Mesir”, Kompas, 6 Juli 2012
Sumber Online dan Internet, dan Website
http://www.pk-sejahtera.org
www.unhas.ac.id/rhiza/arsip/org trans/gerakan%20Islam%20transnasional.pdf,
diakses pada tanggal 25 November 2012

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Asef Bayat dalam Islam and Democracy: What Is the Realm
Question?, berusaha memberikan penjelasan atas rivalitas Islam dan Barat
yang semakin memanas pasca peristiwa 11 Sepetember 2001. Peristiwa
yang paling berpengaruh terhadap kebijakan luar negeri Amerika Serikat itu
secara langsung mengarahkan perhatian warga dunia terhadap gerakangerakan Islam kontemporer. Menurut Asef Bayat peristiwa ini telah
mendorong sarjana ilmu sosial khususnya penstudi agama untuk
mempelajari ajaran-ajaran dan nilai-nilai tertentu dalam Islam. peristiwa ini
paling tidak memunculkan kajian-kajian seperti terorisme, fundamentalisme,
islamisme, post-Islamisme, radikalisme, fanatisme atau ekstremisme, dan
revivalisme Islam.1
Respon dan argumentasi akademisi baik yang berlatarbelakang
Barat atau Islam terhadap gerakan-gerakan Islam sangat beragam. Misalnya
Daniel Pepes, Martin Kremer, dan Berry Rubin. Dalam pandanganya,
Revivalisme Islam sering disebut sebagai ancaman bagi keragaman,
pluralisme, dan demokrasi. Sedangkan akademisi lain seperti Vali Nasr,
Peter Mandaville, Asef Bayat, dan Jhon L. Esposito memberikan respon
lebih positif bahwa Islam adalah agama yang memiliki seperangkat norma
dan nilai yang selaras dengan modernitas dan demokrasi. Diantara itu,
1

Asef Bayat, Islam and Democracy: What Is the Realm Question?, (Amsterdam:
Amsterdam University Press, 2007).

1

Basam Tibi, dan Bernard Lewis memberikan argumentasi negatif bahwa
Islam tidak berkelindan dengan modernisasi dan demokrasi.2
Fenomena ini sekaligus memberikan tantangan kepada Studi
Hubungan Internasional (SHI) untuk memberikan analisis atas fenomena
sosial kontemporer yang memerlukan pendekatan secara sistematis untuk
mewujudkan dunia yang lebih aman dan damai.3 Dalam pandangan yang
sama, Aleksius Jemadu juga memberikan keterangan adanya peningkatan
kebutuhan perspektif baru bagi Ilmu Hubungan Internsional dalam
melakukan kajian-kajian kontemporer seperti fenomena fundamentalisme
Islam ataupun terorisme global.4 Dalam penelitian ini, peneliti mengambil
satu bidang persoalan diatas, yakni revivalisme Islam. peneliti menunjukkan
bahwa kajian revivalisme Islam adalah kajian penting terutama dalam
Hubungan Internasional yang banyak didominasi oleh terorisme global dan
fundamentalisme Islam.
Kebangkitan Islam (Islamic Revivalism)5, menurut R. Hair
Dekmejian , sebagaimana dikutip M. Imadadun Rahmat, adalah fenomena
munculnya gerakan keagamaan masyarakat Muslim Timur Tengah untuk
kembali mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang sempurna sebagai upaya

2

Lihat Greg Fealy (kata Pengantar) dalam Burhanuddin Muhtadi, Dilema PKS: Suara dan
Syariah, (Jakarta: KPG, 2012), Hlm. Xv-xvi
3
Yulius P Hermawan (Ed), Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional, Aktor, Isu,
dan Metodelogi, (Bandung: Graha Ilmu, 2007), Hal. 1
4
Lihat Aleksius Jemadu, Politik Global dalam Teori dan Praktik, (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2008). Lihat khusus Bab 4 Isu Keamanan, Terorisme Global, dan Indonesia, Hlm.
137-182
5
Untuk menghindari persoalan bahasa antara Revivalisme Islam atau istilah Inggrisnya
Islamic Revivalism dengan istilah Kebangkitan Islam, sebagaimana yang sering ditemukan
dalam literatur sarjana Barat, beberapa istilah ini sering digunakan secara bergantian. Oleh
karena itu, dalam penelitian ini penulis menggunakan istilah revivalisme Islam untuk
memberikan definisi secara keseluruhan tentang “kebangkitan Islam” di Indonesia. Dalam
hal ini, istilah revivalisme Islam atau kebangkitan Islam adalah sama.

2

melawan hegemonitas Barat.6 Yang menarik, dalam pandangan ini
menyatakan bahwa kemunduran Islam baik dalam politik, ekonomi dan
kebudayaan saat ini adalah disebabkan: pertama, nilai-nilai dan ajaran Islam
tidak dilaksanakan secara sungguh-sungguh dan sempurna oleh negaranegara Muslim, dan kedua, kemenangan demokrasi liberalisme-kapitalisme
yang

tidak

berkesesuaian

dengan

identitas

politik

Islam

telah

menghegemoni masyarakat Muslim global. Oleh karena itu, semangat
revivalisme Islam adalah untuk memperjuangkan diterapkan syariat Islam
dalam setiap dimensi kehidupan masyarakat Muslim baik individu,
keluarga, masyarakat, negara. Selain itu, revivalisme Islam berupaya untuk
menandingi hegemonitas Barat yang dinilai diskriminatif terhadap Islam
dan merebut sistem internasional yang destruktif terhadap negara-negara
Islam seperti Afganistan, Irak, dan Palestina.
Kebangkitan Islam ini ternyata tidak dirayakan sebagaimana
gerakan fundamentalisme yang banyak melakukan gerakan bawah tanah,
atau gerakan radikalisme seperti teror dan anarkisme, atau juga gerakan
sufistik yang mengekspresikan semangat Islam dengan ritual-ritual tertentu.
Revivalisme Islam adalah upaya untuk melakukan perubahan terhadap
negara-negara Islam melalui politik dan pemilihan umum (pemilu). Bagi
revivalis, untuk “menyelamatkan” Islam maka harus dilakukan melalui
media-media yang ada termasuk “menikamti” demokrasi yang dibawa oleh
Barat. Semangat inilah yang mendorong masyarakat Muslim dinegara
tertentu untuk mendirikan partai Islam untuk merebut kekuasaan politik
6

Lihat M. Imadadun Rahmat, Ideologi Politik PKS: Dari Masjid Kampus ke Gedung
Parlemen, Yogyakarta: LKiS, 2008), Hlm. 1315

3

yang dianggap tidak islami. Munculnya partai-partai Islam seperti AKP
(Adalet ve Kalkinma Partisi) di Turki, PAS (Partai Islam se-Malaysia) di
Malaysia, JAI (Jabhat al-Amal al-Islami) atau Front Gerakan Islam di
Yordania, Jemaate-Islami di Pakistan, PJD (Parti de La Juctice et tu
Developpment) atau Partai Keadilan dan Pembangunan di Maroko,dan
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Indonesia menunjukkan berkembangnya
revivalisme dinegara-negara Islam.
Salah satu gerakan Islamic Revivalism yang sukses memanfaatkan
demokrasi sebagai instrumen adalah kemenangan AKP di Turki pada
pemilu tahun 2001. Peristiwa kebangkitan Islam ini memberikan banyak
argumentasi dan penilaian yang beragam, baik oleh masyarakat Muslim
sendiri ataupun diluar itu. Salah satunya adalah Greg Fealy yang
mengajukan dua pertanyaan terhadap Islamisme ataupun revivalisme Islam
melalui instrumen demokrasi. Pertama, seberapa serius ancaman Islmisme
terhadap tatanan sosial politik baik tingkat domestik maupun internasional?
Kedua, apakah Islamisme bisa memperkuat reformasi sosial dan demokrasi
di dunia Muslim atau justru sebaliknya?7
Kemenangan Hamas dalam Pemilihan Umum Palestina, Januari
2006, telah mendorong kekhawatiran Amerika Serikat dengan memotong
bantuan dana kepada Palestina dan mendorong negara-negara Barat untuk
mengikuti langkahnya.8 Di Mesir, pemerintahan Husni Mubarak juga
melakukan ekploitasi dalam menekan gerakan-gerakan Al-Ikwanul alMuslimin

yang

gencar

melakukan

7

kritik

atas

pemerintahannya.

Anthony Bupalo, Greg Fealy, dan Whit Mason (Terj), PKS & Kembarannya: Bergiat Jadi
Demokrat di Indonesia, Mesir dan Turki, (Jakarta: Komunitas Bambu, 2012). Hlm. xiv
8
Ibid, Hlm. 3

4

Kekhawatiran ini disebabkan oleh kebangkitan Islamisme yang cenderung
bertolak belakang dengan demokrasi yang diagungkan oleh negara-negara
Barat. Kekhawatiran ini, sebagaimana disebutkan oleh Greg Fealy, ada tiga
alasan

utama

bahwa

revivalisme

dapat

berbahaya

dalam

proses

demokratisasi.9
Pertama, ideologi Islamisme yang non-demokratis (meskipun nirkekerasan) memberikan rintangan terhadap demokratisasi didunia Muslim
terutama Timur Tengah. Kedua, meskipun partispasi politik (termasuk
keikutsertaan pemilu) yang dilakukan oleh kelompok Islamisme seperti AlQaeda, tidak akan memberikan perubahan yang signifikan dalam
demokratisasi

negara-negara

Muslim.

Sebab,

negara

Barat

yang

mengkampanyekan demokrasi juga tidak jarang melakukan tindakan nondemokratis dan kekerasan terhadap negara-negara Muslim. Ketiga,
kesungguhan Barat dalam mendukung demokratisasi di negara-negara
Muslim masih mengundang pertanyaan besar bagi kelompok Islamisme:
Barat selalu berorientasi pada kepentingan jangka pendek terhadap
hegemonitas kekuasaannya.
Fenomena kebangkitan Islam (Islamic Revivalism) ini oleh Samuel
P. Huntington disebut sebagai ancaman eksistensi suprioritas Ameriaka
Serikat dan konstelasi politik dunia. Huntington menempatkan revivalisme
Islam sebagai bentuk kebangkitan politik Kaum Muslim yang menyerupai
marxisme-sosialisme. Dalam hal ini Huntington mengatakan:
“dalam manifestasi-manifestasi politisnya, kabangkitan Islam,
dalam beberapa hal menggantikan marxisme. Dengan didasarkan
9

Ibid, 4-5

5

pada ajaran-ajaran skriptual (wahyu), mengajukan sebuah
pandangan tentang “masyarakat sempurna” yang memiliki
komitmen terhadap perubahan fundamental, menolak kekuasaan
negara-bangsa, serta berbagai perbedaan doktrinal dikalangan
reformis moderat, begitu juga gerakan revolusi yang radikal”.10
Kesesuaian antara Islamisme dan demokrasi menjadi pertanyaan
yang menuai beragam jawaban dan perspektif. Penerapan proses demokrasi
yang baik membutuhkan kaum demokrat yang demokratis pula. Dengan
demikian, demokrasi pada negara-negara Muslim diragukan sebab
digandrungi oleh ideologi dan gerakan yang berseberangan dengan
demokrasi. Dalam banyak kasus keikutsertaan Islamis dalam proses
pemilihan umum di Aljazair, Mesir, Kuwait, Irak, Iran, Maroko, Pakistan,
Malaysia, Turki, dan Indonesia telah membawa gerakan Islamisme pada
demokrasi yang bersifat instrumental.11
Secara historis kebangkitan Islam ini telah ada sejak dekade
munculnya Al-Ikhwanul Muslimin di Mesir pada April 1928 atau Dzul
Qa’dah 1327 H yang didirikan oleh Hassan al-Bana. Pada saat pendirian
Ikhwanul Muslimin, Mesir dan Palestina tengah dijajah oleh Inggris,
wilayah Maghreb12 dan Syria dijajah oleh Perancis, sedangkan Libiya
dijajah oleh Italia13. Kondisi Mesir yang terkontaminasi oleh dua ideologi
besar ini menjadikan Al-Ikhwanul al-Muslimin cenderung radikal dalam
menjalankan aksi-aksinya. Tujuan Hasan Al-Bana mendirikan Al-Ikhwanul
Muslimin awalnya adalah untuk melawan penjajah dan menyelematkan
10

Samuel P. Huntington (Terj), Benturan Antar Peradaban dan Masa Depan Politik Dunia,
(Yogyakarta: QALAM, 2005), Hlm. 181
11
Anthony Bupalo, PKS dan Kembarannya… , Op, Cit, Hlm. 12
12
Yang disebut wilayah Maghreb adalah Libya, Aljazair, Maroko, dan Mauritania
13
Abdurrahman Wahid (Ed), 2009, Ilusi Negara Islam: Ekpansi Gerakan Islam
Transnasional di Indonesia, (Jakarta: Gerakan Bhineka Tunggal Ika, The wahid Istitute dan
Maarif Institute, 2009), Hlm. 79

6

serta mengembalikan umat Islam pada permurnian terhadap Al-Qur’an dan
Hadist.
Dalam

kasus Indonesia, Partai

Keadilan Sejahtera

(PKS)

merupakan salah satu partai yang banyak dikaitkan dengan Islamisme dan
Revivalisme Islam (Islamic Revivalism). Selain AKP, PKS merupakan
partai yang sukses menggunakan demokrasi dalam rangka mencapai tujuan
politik. PKS berhasil tampil sebagai kekuatan politik Indonesia dengan
memperoleh sekitar 1, 36 persen suara pada pemilu 1999 dengan tujuh
keterwakilan di Lembaga Legaislatif (DPR). Berikutnya pada pemilu 2004,
PKS berhasil melonjak mendapatkan suara sekitar 7,34 persen dari total
suara dan berhasil menempatkan 45 perwakilan di DPR 14. Sementara pada
pemilu 2009 PKS berhasil menjadi pemenang kedua setelah Partai
Demokrat dengan prolehan suara 696, 894 atau sekitar 18 persen dari total
jumlah pemilih.
Kesuksesan PKS dalam kancah politik nasional tidak terlepas dari
rahimnya yang bermula dari gerakan Tarbiyah yang memiliki hubungan
lekat dengan gerakan Revivalisme Islam Al-Ikhwanul al-Muslimin di Mesir.
Metamorfosis PKS yang berawal dari gerakan Tarbiyah, Gerakan Dakwan
Kampus (yang diilhami oleh Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII)
yang menjadi penerus ideologi politik Masyumi), Pelembagaan Gerakan
Mahasiswa (LDK-KAMMI) menunjukan PKS tidak hanya melakukan
gerakan politik dalam rangka mencapai kekuasaan politik, melainkan PKS
secara terus-menerus memperkuat basis gerakan dalam rangka menyuarakan
14

M. Imadadun Rahmat, Arus Balik Islam Radikal; Transmisi Revivalisme Islam Timur
Tengak Ke Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 2005), Hlm. 1

7

pentingnya Islamisme. PKS juga melakukan kegiatan-kegaiatan sebagai
organisasi gerakan sosial (OGS) melalui aksi kolektif dan struktur
mobilisasi yang dilakukannya. Dengan demikian, PKS sebagai gerakan
sosial muncul tidak terlepas dari munculnya revivalisme Islam di Indonesia.
Menurut Imadadun Rahmat, gerakan revivalisme Islam di
Indonesia tumbuh sejak awal 1980-an yang ditandai dengan meningkatnya
akifitas kesantrian dalam masyarakat. Kaum muslimin Indonesia tampak
gairah melaksanakan rutinitas keagamaan seperti kewajiaban-kewajiban
dalam rukun Islam yang lima, maraknya majlis-majlis taklim, dan berbagai
aktifitas

pengajian

dan

publikasi-publikasi

buku-buku,

majalah

keagamaan.15
Terkait dengan proses dan berkembangnya gerakan revivalisme
Islam di Indonesia, Imadadun mengatakan:
“sebagai sebuah gerakan, munculnya revivalisme Islam di Indonsia
ditandai oleh lahir dan berkembangnya gerakan dakwah kampus
pada awal 1980-an. Gerakan dakwah yang dimotori oleh kalangan
mahasiswa di berbagai perguruan tinggi umum dengan metode
“ushroh Ikhwanul Muslimin” ini merupakan cikal-bakal dari
lahirnya beberapa gerakan islam revivalis yang menonjol, seperti
Hibut Tahrir Indonesia (HTI), Dakwah Salafi,Majlis Mujahidin
Indonesia (MMI), dan Tarbiyah--yang kemudian menjadi Partai
Keadilan Sejahtera (PKS)”16.
PKS dan ideologi Islamic Revivalism Timur Tengah tidak dapat
dipisahkan. Dalam konteks politik, PKS merupakan anak ideologi dari AlIkhwanul al-Muslimin. Gairah politik PKS memiliki diilhami oleh gerakan
transnasional. Disamping itu PKS memiliki hubungan historis yang kental
dengan

15
16

gerakan Islam politik ditanah air. Disinilah PKS memiliki

M. Imadadun Rahmat, Op,.Cit,. Hlm.59
M. Imadadun Rahmat, Op.,Ci,. Hlm. 60

8

persinggungan yang kental dengan Masyumi pada Orde Lama dan DDII
ataupun M. Natsir. Keterkaitan PKS dengan gerakan-gerakan Islam yang
bersumber dari gerakan revivalisme Islam Al-Ikhwanul al-Muslimin ini lah
alasan pertama peneliti tertarik untuk meneliti dinamika ideologi dan
gerakan politik PKS sebagai fenomena hubungan internasional. Ruang dan
gerak politik PKS tidak muncul dari akar bangsa Indonesia, namun lebih
sebagai manifesto dari gerakan transnasional Al-Ikhwanul al-Muslimin.
Alasan kedua adalah, PKS dalam gerakan politiknya memiliki
agenda yang membawa Muslim Indonesia pada gerakan untuk memperbaiki
dan mempengaruhi sistem kebijakan dan peraturan pemerintah menuju
sistem demokrasi Islam. Fenomena PKS ini dapat dikaji secara ilmiyah
melalui pendekatan sosiologi maupun Hubungan Internasional dengan Teori
Gerakan Sosial. Berangkat dari pemikiran dan dua alasan ini lah peneliti
merasa perlu untuk mengkaji dan meneliti ideologi dan gerakan politik PKS
baik sebagai gerakan

islam revivalisme di Indonesia maupun sebagai

gerakan sosial.
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, peneliti menarik rumusan masalah
penelitian, yakni: Bagaimana Pengaruh Gerakan Revivalisme Islam AlIkhwanul al-Muslimin di Mesir Terhadap Gerakan Revivalisme Islam
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Di Indonesia?

9

1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penlitian ini adalah untuk menjelaskan
bagaimana gerakan revivalisme Islam PKS tampil sebagai kekuatan politik
baru yang membawa semangat dan metode gerakan Revivalisme Islam AlIkhwnul-al- Muslimin Mesir berkembang di Indonesia. Selain itu, dengan
perangkat teori yang di pilih, peneliti ini berusaha untuk menelisik
bagaimana ideologi politik yang di bangun PKS menjadi “spirit” gerakan
politiknya yang mewarnai demokrasi Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Sebagai kajian Studi Hubungan Internasional (SHI), penelitian ini
berupaya untuk menunjukan fenomena Islamic Revivalism sebagai kajian
penting dalam Studi Hubungan Internasional yang tidak lagi didominasi
oleh persoalan hight politic. Mengangkat Al-Ikhwanul Al-Muslimin dan
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sebagai objek penelitian akan memberikan
perspektif luas dalam hubungan internasional terkait dengan intraksi aktoraktor hubungan internasional yang multilateral.
Menggunakan analisis Teori Gerakan Sosial dalam menganalisa
gerakan revivalis PKS, memberikan gagasan teori sosial dalam perspektif
lain dalam khasanah teori Hubungan Internasional. Selain itu, manfaat
teoritis penelitian ini adalah mengembangkan minat akademik mahasiswa
Hubungan Internasional khususnya Universitas Muhammadiyah Malang

10

dalam kajian Aktivisme Islam, Islam Politik, Politik Islam maupun Gerakan
Sosial Islam.
1.4.2. Manfaat Praktis
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan partai yang lahir dari
gelombang reformasi. Kelahiran PKS tidak diangkat dari rahim kekuatan
sosial dan budaya lokal. Akan tetapi PKS memiliki hubungan kuat dengan
gerakan-gerakan transnasional sebagai gerakan revivalis. Hal ini dapat
dilihat dari intensitas perhatian dan dukungan besar PKS terhadap berbagai
persoalan konflik Timur Tengah antara Palestina dan Israel yang tak
berkesudahan. Dari penelitian ini, secara parktis kita akan mendapatkan
pengetahuan tentang hubungan dan pengaruh organisasi transnasional
terhadap ideologi dan bentuk gerakan PKS.
1.5. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini mengambil beberapa rujukan penelitan sebelumnya
yang dapat menguatkan setiap argumen dari penelitian ini. Diantara hasil
peneltian tersebut sebagaimana dalam bagan dibawah ini. Namun dari setiap
penelitian belum ada yang melakukan secara komprehensif terkait dengan
gerakan Islamic Revivalism yang dibangun oleh PKS dalam hubungannya
dengan Islamic Revivalism Al-Ikhwanul Al-Muslimin dengan menggunkan
pendekatan teori gerakan sosial (TGS) sebagi alat analisis dalam upaya
gerakan revivalismenya.

11

Tabel 1. Penelitian Terdahulu
No.

Peneliti
1. M.Imadadun
Rahmat

2. Syamsul Arifin

17

Judul/Metodelogi
Penelitian
Idelogi Politik PKS:
Dari Kampus ke
Gedung Parlemen/
buku yang disusun
dari hasil penelitian
menggunakan
beberapa model: (1)
data
dan
argumentasinya
diajukan
dengan
menggunakan
pendekatan kulitatif,
(2)
model
penulisannya
dilakukan
secara
deskriptif-eksplanatifanalitis,
(3)
data
penelitiannya
diperoleh
dari
penelusuran
kepustakaan
dan
wawancara. (4) dan
sedangkan analisisnya
menggunakan metode
analisis
multidisipliner dengan
pendekatan
17
intertekstualis.
Ideologi dan Praksis
Gerakan
Kaum
Fundamentalis/
kajain yang secara
khusus
melakukan
penelitian
terhadap
ideologi
gerakan
Hizbut Tahrir ini
menggunakan
pendekatan
hermenutik
dengan
meteode
kualitatif
untuk
menjelaskan
pergerakan
yang
dilakukan
HTI.
Melalui pendekatan
ini peneliti melakukan
beberapa
teknik
wawancara
da
pengumpulan
data
secara akurat untuk
memberikan
penafsiran
atas

Hasil Penelitian
Penelitian ini terdapat beberapa kesimpulan
yang memiliki hubungan erat dengan penelitian
yang akan dilakukan peneliti, diantaranya:
(1)Partai Keadilan sejahtera (PKS) lahir dari
rahim gelombang kebangkitan Islam (Islamic
revivalism) Timur Tengah, Al-Ikhwanul
Muslimin. Corak pemikiran revivalisme yang
dikembangkan PKS adalah menyerukan
dijadikannya Islam sebagai ideologi Politik.
Ideologi dan gerakan politik yang dilakuakn
PKS adalah representasi dari gerakan Islamisme
di Indonesia. (2)Kelahiran PKS juga dilahirkan
dari rahim reformasi 1998. Dengan membawa
ideologi Islamisme, PKS tampil sebagai
kekuatan baru dalam politik Indonesia. Dalam
menyuarakan ideologi politik Islam, PKS
termasuk transformasi Masyumi. Keterkaitan
PKS dengan DDII yang menggagas LDK
membuat ideologi islamisme PKS sulit
dipisahkan
dari
Masyumi.
(3)Dalam
partispasinya dalam politik nasional, PKS telah
mengalami modernisasi sikap politik terkait
dengan konteks keidndonesiaan yang mengatur
konsep negara bangsa (nation state). Dalam
beberapa hal, PKS melegitimasikan dirinya
sebagai partai nasionalis pada asas-asas
kebangsaan termasuk ideologi Pancasila.
Hasil
penelitian
terhadap
organisasi
fundamentalisme Hizbut at-Tahir Indonesia
(HTI) ini memberikan penjelasan terkait dengan
gerakan sosial dalam tubuh gerkan kaum
fundamental. Sebagai bagian dari organisasi
transansional, HTI disebut tidak memiliki akar
budaya dan identitas yang kuat dalam Indonesia.
Namun dalam bangunan Ideologi, dalam
memperjuangkan agenda khilafah al Islamiyah
HTI dapat dilacak kepada pemikiran M.
Mustafa dan Abdurrahman Al-Baghdadi yang
merupakan peletak dasar gerakan Hizbut atTahrir di Indonesia. Perbedaannya dengan AlIkwanul Muslimin adalah penolakan Hizbut AtTahrir terhadap demokrasi dan penekanannya
terhadap kekhlifahan.
Menurut Syamsul, setelah dilakukan penelitian
baik secara hermeneutik atapun metode empirik
dapat di simpulkan bahwa HT di kelompokkan
sebagai gerakan yang memiliki orientasi
fundamentalistik. Walaupun HT pasca alNabani
menolak sebutan atau istilah
fundamentalisme terhadap HT. bagi kelompok

Lihat halaman 20-21 tentang metode penelitian

12

ideologi
HTI.

3. Burhanuddin
Muhtadi

geerakan

ini, istilah fundamentalisme adalah sebutan
Barat yang kemudian mendeskreditkan Islam —
apa lagi istilah fundamentalisme sering di
18
lekatkan pada terorisme.

Dilema PKS: Suara
dan
Syariah/
penelitian
ini
menggunakan
dua
sumber utama yakni
studi lapangan dan
pustaka. Studi pustaka
dilakukan
dengan
ekspolarasi elektronik
atau data-data yang
bersumber
dari
internet,
maupun
media cetak seperti
Surat Kabar, Majalah,
dan
media
yang
beerhubungan dengan
penelitian
ini.
Sedangkan
studi
lapangannya
(field
studi) dilakukan di
Jakarta dan sejumlah
sejumlah basis PKS di
Depok,
Padang,
Bandung, Bekasi, dan
Tanggerang.
Penelitian lapangan
ini dilakukan untuk
memperoleh data-data
primer
seperti
dokumen dan arsip
PKS.
Teknik
penelitian
ini
menggunkan
tiga
metode
utama
penelitian, yakni (1)
Besaran-N, Analisis
Level Nasional, (2)
Wawancara, dan (3)
Lansung, Observasi
Tertutup.

Dalam sebuah peneltian tesisnya di Australian
National University (ANU) tahun 2008,
Burhanuddin Muhtadi adalah satu-satunya
peneliti yang menggunakan teori gerakan sosial
untuk menjelaskan aksi dan gerakan politik
PKS. Dari judul aslinya “Thingking Globally,
Acting Locally: Analizying the Islamist Activism
of Movement Theory Perspective” dan tahun
2012 diterbit menjadi buku Dilema PKS: Suara
dan Syariah. Dalam buku yang terdiri dari
delapan bab ini Burhanudian melakukan
deskrispi
analisis
dalam
membingkai
PKS.Pertama, dengan teori gerakan sosial
sebagai pisau analisis menjawab pertanyaan
bagaimana gerakan Tarbiyah berelaborasi
menjadi gerakan sosial. Dengan pendekatan
struktur
kesempatan
politik
(political
opportunity structures), teori mobilisasi sumber
daya (resource mobilization theory), dan
pembingakaian aksi kolektif (collective action
19
frames).
Kedua, dari hasil penelitian
Burhanuddin, PKS dapat dilihat kedalam (1)
hadir dari kondisi sosial dan politik yang
bergejolak pada Orde Baru yang kemudian
memberikan struktur kesempatan politik bagi
gerakan Tarbiyah untuk bertransformasi
menjadi
gerakan
politik.
(2)
Dalam
menyongsong periode awal, PKS berhasil
memanfaat kesempatan politik dengan meraih
1,3 pesen suara pada pemilu 1999. Dengan
meningkatkan sumber daya manusia dari
gerakan Tarbiyah PKS terus berupaya
menopang keberlangsungan gerakan. (3)
berangkat dari pemikiran situasi nasional yang
terpuruk pasca Soeharto, PKS dengan jargon
sebagai partai bersih dan peduli menanamkan
metode gerakan dengan mengedepankan
gagasan, ideologi, dan pemahaman agama, PKS
berhasil menyulut massa pada 2004 dengan
mendulang suara 7,34 persen pada pemilu
20
2004. Ketiga, sebagai bagain dari Islamic
revivalism, PKS banyak dipengaruhi organisasi
transnasional Al-Ikwanul al-Muslimin. Selain
itu, sebagaimana diungkapkan Burhanuddin,
munculnya Gerakan Tarbiyah turut diilhami

18

Syamsul Arifin, 2005, Ideologi dan Praksis Gerakan Sosial Kaum Fundamentalis:
Pengalaman Hizbut al-Tahrir Indonesia, Malang: UMM PRESS. Hal. 341-342
19
Burhanuddin, Muhtadi, 2012, Dilema PKS: Suara dan Syariah, Jakarta, KPG
(Kepustakaan Populer Gramedia), hal. 255
20
Burhanuddin, Ibid, hal. 256-255

13

21

4. Anthony Bupalo,
Greg Fealy, dan
White Mason

5. Quintan
Wiktorowicz (ed)

21
22

PKS
dan
Kembarannya:
Bergiat
Jadi
Demokrat
Di
Indonesia,
Mesir,
dan Turki/buku yang
diterjemahkan
oleh
Symsul
Rijal
ini
bermula
dari
pengamatan
tiga
pengamat
gerakan
revivalisme
Islam
dengan judul Zealous
Democrats: Islamism
ad Democracy in
Egypt, Indonesia and
Turkey.
Tinjauan
ketiga akademisi ini
menggunakan metode
analisis-komparatif
terhadap tiga model
gerakan
aktivisme
Islam
dalam
komitmennya
terhadap demokrasi.
Aktivisme
Islam:
Pendekatan
Teori
Gerakan Sosial/ buku
ini adalah buan hasil
penelitian.
Penggunaan
buku
sebagai
bingaki
teoritis
yang
digunakan
dalam

Burhanuddin, Ibid, hal. 256
Buhanuddin, Ibid, hal. 260

14

oleh Revolusi Islam di Iran 1979. Kempat,
elaborasi PKS yang bermetamorfosis dari partai
islamis ke partai nasionalis pada 2002
meberikan dilema terhadap ideologi dasar PKS
yang berakar pada keyakinan Islam adalah addiin, kaffah, dengan konsep pemisahan agama
dan Syariah (aqidah wa syairah). Aksi politik
PKS yang pada awalnya sangat ideologis
dengan pemikiran al-Isla hawa al-hall (islam
adalah solusi), pergeseran politik yang semakin
pragmatis menyebabkan PKS terjebak pada
postulasi partai yang bersih dari korupsi.
Dengan demikian, pada akhirnya Burhanuddin
memberikan kesimpulan dilemma bagi PKS
antara menjadi partai yang idealis berdasarkan
nilai keagamaan Islam karena berorientasi pada
22
pragmatisme politik.
Ketiga akademisi ini melakukan penelitian
terhadap gerakan aktivisme islam. Penguatan
terhadap Islamisasi telah memberikan sinyal
baru bagi kehidupan demokrasi dinegara-negara
Muslim. Kekuatan politik yang dimainkan oleh
partai politik “non demokratis”, sebagaimana
disebut pada bagian awal, adalah ancaman yang
besar terhadap tumbuhnya proses demokratisasi
yang baik. Dengan mengambil objek peneltian
Al-Ikhwanul Muslimin di Mesir, Partai
Keadilan Sejahtera (PKS) di Indonesia, dan
Adalet ve Kalkinma Partisi (AKP) atau Partai
Keadilan dan Pembangunan Di Turki. Ketiga
peneliti ini memberikan tesis terhadap gerakan
politik Islamis yang menjadikan demokrasi
sebagai alat mencapai kekuasaan dengan tetap
berpegang teguh pada ideologi Islamis mereka.

Sejak lama teori gerakan sosial (TGS)
digunakan dalam menganilisa fenomena dan
kejadian diberbagai perlawanan (gerakan) yang
dilakukan oleh kelompok masyarakat yang
terorganisir. Pada masa awal berkembangnya,
teori gerakan sosial