Alat tangkap yang dipergunakan nelayan Sibolga untuk menangkap ikan demersal antara lain: pukat ikan, pancing ulur dan bubu. Penurunan alat tangkap
pukat ikan dari tahun ke tahun disebabkan banyaknya nelayan yang berpindah daerah fishing ground sehingga nelayan berpindah daerah pendaratan ikan.
Penurunan jumlah alat tangkap bubu disebabkan oleh nelayan beralih pada alat tangkap pancing.
4.2.3 Nelayan
Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan usaha penangkapan ikan. Keberhasilan kegiatan operasi penangkapan ikan ditentukan
oleh sumberdaya nelayan dalam menggunakan dan mengoperasikan unit penangkapan ikan yang dimiliki.
Berdasarkan kepemilikan unit penangkapan ikan yang digunakan untuk usaha penangkapan ikan, nelayan dikelompokkan berdasarkan nelayan pemilik
dan nelayan buruh. Nelayan pemilik adalah orang yang memiliki armada penangkapan ikan sedangkan nelayan buruh adalah orang yang bertugas untuk
mengoperasikan armada penangkapan ikan. Umumnya nelayan ini memperoleh biaya operasional penangkapan ikan dari nelayan pemilik armada penangkapan.
Dalam pembagian hasil tangkapan, para nelayan buruh ini mendapatkan bagian yang sudah ditentukan. Untuk lebih jelasnya nelayan berdasarkan kepemilikan
armada terdapat pada Tabel 5. Tabel 5 Jumlah nelayan pemilik armada perikanan di Sibolga tahun 2006-2010
Tahun Perahu tanpa motor
Motor tempel Kapal 0-30GT Kapal 30GT 2006 20
98 233 116 2007 25
136 229 67 2008 11
68 197 45 2009 53
77 197 45 2010 53
77 197 45
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Tahun 2010
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Potensi Lestari Sumberdaya Ikan Demersal
Potensi lestari sumberdaya ikan demersal dalam penelitian ini dikaji dengan menduga stok ikan dan menentukan jumlah trip dari armada penangkapan yang
optimal. Fishing Power Indeks FPI digunakan untuk melakukan standarisasi alat tangkap Gulland, 1983, model surplus produksi digunakan untuk menduga
tingkat upaya penangkapan optimal ƒ
opt
yaitu upaya untuk memperoleh tangkapan maksimum lestari MSY.
Model surplus produksi pada perairan pantai Barat Sumatera dihitung dengan menggunakan data hasil tangkapan catch per upaya penangkapan effort
dengan menggunakan data time series lima tahun. 5.1.1 Ikan kakap merah
Lutjanus malabaricus
Hasil tangkapan per unit upaya penangkapan atau catch per unit effort CPUE membutuhkan data hasil tangkapan dan effort. Kontribusi dari alat
tangkap bubu, pancing dan pukat ikan, terhadap hasil tangkapan ikan kakap merah yang didaratkan dari tahun 2006 sampai dengan 2010 adalah: 22,2, 17,7,
20,2, 19,1 dan 20,8. Hasil tangkapan ini dihasilkan oleh alat tangkap bubu 39,96, pancing ulur 30,42 dan pukat ikan 29,62.
Alat tangkap standar untuk menangkap ikan kakap merah yang sesuai berdasarkan nilai FPI nilai terbesar adalah bubu. Hasil tangkapan bubu tertinggi
berada pada tahun 2008 48,3 dan pada tahun 2009 sampai 2010 mengalami penurunan 43,5 dan 33,3. Penurunan hasil tangkapan bubu diiringi oleh
penurunan jumlah alat tangkap yang dipergunakan oleh nelayan. Hal ini terjadi karena tingginya biaya operasional yang dibutuhkan untuk mengoperasikan alat
tangkap bubu. Khususnya biaya yang dibutuhkan nelayan dalam pembuatan alat tangkap yang memiliki umur teknis selama ± 3 bulan dengan harga
Rp.280.000unit. Nelayan bubu banyak mengalihkan usaha penangkapannya pada alat tangkap pancing. Hal ini ditempuh karena biaya operasional khususnya dari
segi biaya alat tangkap lebih murah jika dibandingkan dengan alat tangkap bubu
sementara hasil tangkapan pancing juga tergolong bagus karena ikan juga tertangkap dalam kondisi hidup.
Hasil tangkapan pancing dari tahun 2008 sampai dengan 2010 berbanding terbalik dari hasil tangkapan bubu. Hasil tangkapan mengalami kenaikan dari
26,6 pada tahun 2008 menjadi 40,3 pada tahun 2010 Gambar 5.
Gambar 5 Produksi hasil tangkapan ikan kakap merah yang di daratkan di Sibolga.
Dari kelima model yang telah diujikan Schnute, Walter-Hilborn, Equilibrium Schaefer, Dis-Equilibrium Schaefer dan Clark Yoshimato Pooley
maka model Walter-Hilborn merupakan model yang paling sesuai digunakan untuk menghitung maximum sustainable yield MSY untuk ikan kakap merah
Tabel 6. Tabel 6 Perbandingan antara lima model untuk menghitung stok ikan
kakap merah
Model Kesesuaian
tanda R
2
Rata-rata validasi
C
MSY
E
MSY
Schnute Sesuai 0,92506
0,06108 1418,28
2044
Walter-Hilborn Sesuai 0,95511
0,03763 1494,41
2350
Equilibrium Schaefer Sesuai
0,89088 0,58652
0,00014 0,00021 Dis-equilibrium Schaefer
Tidak sesuai -
- -
- Clark Yoshimato Pooley
Tidak sesuai -
- -
- 200
400 600
800
2006 2007
2008 2009
2010 Produksi ton
Tahun Pancing ulur
Bubu Pukat ikan