Latar Belakang Variability of water mass surface from satellite data at makasar strait

Australia Regional Ocean Dynamics Expeditions 1993 –1995 Indo-Pacific Throughflow and Its Seasonal Variations Cresswell 1998. Penelitian-penelitian tersebut dilakukan dengan berbagai macam pendekatan seperti pengukuran langsung maupun pemodelan, yang hasilnya saling melengkapi dan menambah informasi tentang variabilitas oseanografi di Perairan Indonesia. Oleh karena itu diperlukan pendekatan lain untuk mempelajari variabilitas parameter oseanografi di perairan Indonesia yakni melalui data penginderaan jauh satelit. Dalam penelitian ini dilakukan pendekatan wavelet transform untuk mengamati variabilitas oseanografi tersebut dengan menggunakan data Inderaja satelit di Perairan Selat Makasar. Dengan pendekatan wavelet transform ini dapat diketahui periodesitas dan kapan waktu terjadinya variabilitas oseanografi tersebut. Perairan Selat Makasar merupakan perairan yang cukup unik karena merupakan lintasan utama dari Arlindo. Selain Arlindo, massa air dari Laut Jawa dan Delta Mahakam juga mengalir ke Selat Makasar. Terjadinya proses penaikan massa air upwelling di perairan selatan Selat Makasar juga mempengaruhi kondisi perairan di Selat Makasar. Adanya berbagai proses dan fenomena yang mempengaruhi perairan Selat Makasar akan berpengaruh terhadap kesuburan perairan dan secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak terhadap kelimpahan sumberdaya perikanan. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian lebih mendalam terhadap variabilitas parameter oseanografi dari satelit di Selat Makasar.

1.2 Perumusan Masalah

Posisi geografis perairan Selat Makasar di antara Laut Sulawesi dan Laut Jawa serta perairan ini juga merupakan lintasan primer bagi Arus Lintas Indonesia Arlindo menyebabkan kondisi oseanografi perairan Selat Makasar mempunyai variabilitas yang tinggi, selain dipengaruhi oleh massa air dalam selat, juga dipengaruhi oleh variabilitas oseanografi di luar selat dan keadaan iklim Illahude 1970; Susanto and Gordon 2005; Ffield et al. 2000 Pengaruh muson dan fenomena global seperti El Niño Southern Oscillation ENSO mengakibatkan variabilitas massa air Selat Makasar mengalami perbedaan intensitasnya pada musim barat dan musim timur. Hal yang sama juga terjadi pada lapisan termoklin yang akan mengalami fluktuasi sebagai akibat dari variabilitas Arlindo Susanto and Gordon 2005. Fenomena upwelling, masuknya limpasan massa air dari sungai-sungai di sekitar Kalimatan dan massa air dari Laut Jawa ke Perairan Selat Makasar serta perubahan lapisan termoklin akibat ENSO, berpengaruh terhadap tingkat kesuburan perairan dalam hal ini digunakan sebagai indikator adalah tinggi rendahnya konsentrasi klorofil di perairan tersebut. Fakta menunjukkan bahwa di Perairan Selat Makasar terjadi penangkapan ikan sepanjang tahun, dengan perkataan lain perairan ini secara terus-menerus mengalami penyuburan. Untuk itu perlu dikaji proses dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesuburan Perairan Selat Makasar. Pendekatan yang dilakukan untuk mengkaji hal tersebut adalah dengan menganalisis variabilitas parameter oseanografi dari inderaan sensor satelit yakni data tinggi muka, suhu permukaan laut, dan konsentrasi klorofil sebagai indikator kesuburan perairan.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah: 1. Menganalisis variabilitas tinggi muka laut, suhu permukaan laut dan konsentrasi klorofil dari data penginderaan jauh secara spasial dan temporal di perairan Selat Makasar. 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesuburan perairan di Selat Makasar.

1.4 Hipotesa

Konsentrasi klorofil sebagai indikator kesuburan perairan tinggi sepanjang waktu yang berakibat pada kelimpahan ikan di Perairan Selat Makasar. 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Massa Air Samudera

Tiga samudera di dunia memiliki hubungan satu dengan lainnya membentuk suatu sistem sirkulasi unik yang ditampilkan pada Gambar 1. Sistem ini mengedarkan massa air samudera yang dikenal dengan sirkulasi massa air dunia the great conveyor belt. Sirkulasi dimulai dari Samudera Atlantik Utara bagian utara. Adanya proses pendinginan cooling dan penguapan evaporation menyebabkan densitas massa air ini tinggi sehingga tenggelam ke lapisan lebih dalam membentuk North Atlantic Deep Water NADW yang mengalir ke Samudera Atlantik Selatan pada kedalaman 3000 – 4000 m. Sampai di ujung selatan Samudera Atlantik Selatan, aliran massa air berbelok ke arah timur bergabung dengan Arus Antartika. Sumber : Broecker 1991 Gambar 1. Sirkulasi massa air dunia the great conveyor belt Massa air ini terus bergerak memasuki selatan Samudera Hindia kemudian ke timur memasuki selatan Samudera Pasifik Selatan. Massa air di bagian selatan Samudera Hindia sebagian aliran berbelok ke utara sampai sekitar katulistiwa dan naik ke permukaan. Demikian pula dengan aliran yang sampai ke ujung selatan Samudera Pasifik Selatan juga berbelok ke utara masuk ke Samudera Pasifik, melewati katulistiwa dan naik ke permukaan Broecker 1991; Gordon 1986.