Menjawab Sikap Islamophobia

SOHIFAH

Menjawab
Sikap Islamophobia
DENI AL ASY’ARI
Anggota Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah

w.

pd

fsp

litm
erg
er.
co
m)

masyarakat Jerman terhadap Islam maupun Muslim.
Sikap kebencian negara-negara Barat ini terhadap Islam

maupun kaum Muslimin sampai pada puncaknya di
Amerika ketika sekelompok orang di Amerika Serikat
yang dipelopori oleh seorang pendeta Terry Jones untuk
membakar Al-Qur’an dalam rangka memperingati
peristiwa 11 September 2010.
Rangkaian sikap dan perilaku sebagian negara-negara
Eropa terhadap Islam maupun kaum Muslimin di atas,
menunjukkan kecenderungan Islamophobia yang semakin
meningkat di kawasan Eropa itu. Apalagi, berbagai
peristiwa kekerasan seperti terorisme, bom bunuh diri,
dan sebagainya, belakangan ini yang sering di cap oleh
Negara-negara Eropa pada komunitas Muslim, menjadi
argument dan landasan bagi mereka untuk bersikap
diskriminatif terhadap kelompok Muslim. Walaupun sikap
terorisme maupun kekerasan bukanlah ajaran Islam dan
bukan hanya terjadi di dalam lingkungan umat Muslim
semata. Tapi juga, pada kelompok-kelompok keagamaan
lainnya seperti Yahudi, Nasrani maupun kelompok
gerakan ekstrem lainnya, namun bagi Barat, cara yang
dilakukan banyak Muslim ini, sangat ampuh untuk

menanam sikap Islamophobia.
Sebab bagaimana pun jika ditelusuri lebih lanjut dalam
aspek sejarah, sikap prejudis dan bias masyarakat Eropa
terutamanya terhadap agama Islam bukanlah hal yang
baru, melainkan telah berlangsung agak lama. Setidaknya
hal ini merujuk pada ‘Perang Salib’ beberapa kurun lalu
yang kemudian sedikit banyaknya telah mempengaruhi
corak hubungan antara masyarakat Islam dan Eropa pada
masa kini. Bahkan konflik dan dendam sejarah tersebut
di era sekarang dibincangkan oleh seorang ahli teori politik
dari Amerika Serikat bernama Samuel Huntington dalam
sekitar tahun 1993 yang menggambarkan bahwa pola
hubungan atau relasi negara-negara di dunia pada masa
depan akan dipengaruhi oleh faktor peradaban. Di dalam
tanggapan ini, peradaban Islam adalah antara peradaban
yang berpotensi besar mencapai benturan dengan
peradaban lainnya pada masa akan datang. Terlepas dari
kebenaran teori ini, namun pasca munculnya teori
tersebut, banyak pandangan mengkritisi gagasan Samuel


De
mo
(

Vi
sit

htt
p:/
/w
w

Pasca terjadinya peristiwa serangan 11 September
2001 di Amerika Serikat, istilah maupun kecenderungan
sikap Islamphobia di negara-negara Barat terhadap Islam
maupun kaum Muslim semakin terbuka. Bahkan
European Monitoring Centre on Racism and Xenophobia
(EUMC) secara terbuka membenarkan kondisi tersebut
melalui laporannya yang berjudul “Summary report on
Islamophobia in the EU after 11 September 2001”. Dalam

laporannya dijelaskan, bahwa sejak terjadinya peristiwa
11 September di Amerika Serikat, sikap Islamophobia di
Eropa semakin meningkat. Hal ini setidaknya ditandai
dengan perlakuan diskriminasi negara-negara Barat
terhadap komunitas-komunitas Muslim di sana. Seperti
yang terjadi di Inggris, Perancis, Jerman maupun di
Amerika Serikat sendiri, banyak kalangan kaum Muslimin
yang hak-hak keberagamaannya didiskreditkan bahkan
tidak dapat dipenuhi.
Kasus di Inggris maupun di Perancis misalnya, para
siswa Muslim dilarang untuk menggunakan jilbab/marka
sebagai sebuah kewajiban seorang Muslimah dalam
ajaran agamanya. Hal yang serupa juga dialami oleh
komunitas Muslim di Spanyol, kebijakan larangan
penggunaan cadar di negara tersebut dijadikan dalam
bentuk undang-undang. Tindakan pelarangan ini disinyalir
sebagai simbol kekhawatiran pemerintah terhadap
berkembangnya Muslim di kota tersebut yang hingga
saat ini meningkat 3% atau 1 juta penduduk dari 47 juta
jumlah warga Spanyol.

Sebagaimana Inggris, Perancis maupun Spanyol, hal
yang sama juga terjadi terhadap komunitas Muslim di
Jerman, sikap diskriminasi ini ditunjukkan oleh warga
Jerman dengan melakukan pelarangan pada kelompok
Muslim untuk membangun menara masjid kecil yang
tingginya 8 meter. Editorial koran Saarbrücker Zeitung
menyebutkan. “Menara ini tidak boleh didirikan, karena
menara menyimbolkan pencarian Islam akan kekuasaan.
Menara awalnya dipakai sebagai menara jaga, namun
kemudian menjadi simbol keagamaan. Lalu diikuti dengan
pencaplokan wilayah-wilayah dengan kekerasan, menara
dibangun sebagai manifestasi kekuasaan Muslim.”
Demikian, editorial menggambarkan sikap sebagian
56

25 MUHARAM - 9 SHAFAR 1432 H

SOHIFAH

Menjawab Islamophobia

Gelombang Islamophobia yang kini melanda sebagian
negara-negara Eropa, adalah sebuah perkerjaan rumah
yang mesti dijawab oleh seluruh umat Islam. Sebab
munculnya sikap Islamophobia ini bukan semata-mata
bersifat lokalitas, melainkan saat ini telah menjadi gejala
massif. Sebab apa yang terjadi ini menurut antropolog
dari Universitas Griffith Australia, Julia Day Howell
merupakan bagian dari perubahan iklim politik
pascaperang dingin yang mengakibatkan dunia tidak lagi
terpolarisasi dalam paham komunisme dan kapitalisme.
Hal itu membuat perbedaan agama, budaya dan
nasionalisme digunakan oleh pihak-pihak tertentu untuk
menciptakan ketakutan terhadap kelompok-kelompok
yang berseberangan.

w.

pd

fsp


Salah satu upaya Barat untuk menjauhkan keberadaan Islam
sebagai agama rahmat adalah melalui propaganda media dengan
membuat pencitraan negatif tentang Islam dan para pejuangnya,
melalui penjulukan-penjulukan terorisme, fundamentalisme yang
dipopulerkan media massa



htt
p:/
/w
w



membuat pencitraan negatif tentang Islam dan para
pejuangnya, melalui penjulukan-penjulukan terorisme,
fundamentalisme yang dipopulerkan media massa.
Dengan cara itu menurutnya, Barat berupaya

menenggelamkan citra Islam sebagai rahmatan lil
‘alamien dan sistem hidup (way of life) terbaik untuk
umat manusia, membuat masyarakat dunia memusuhi
dan memerangi Islam, dan menumbuhkembangkan
Islamophobia atau ketakutan terhadap Islam, sekaligus
mencegah dan menindas kebangkitan Islam. Penguasaan
dan penjajahan media massa oleh zionis inilah yang
memudahkan mereka melakukan demonologi Islam, atau
“penyetanan wajah Islam”, untuk membentuk pendapat
umum tentang Islam sebagai umat yang berbahaya,
ekstrimis, fundamentalis, dan teroris
Upaya menjawab opini penyesatan Barat terhadap
Islam ini, tentunya membutuhkan jawaban yang
komprehensif dengan menunjukkan sikap keberagamaan
Islam yang kaffah dengan menjunjung nilai-nilai

litm
erg
er.
co

m)

Huntington ini sebagai bentuk propaganda untuk
memperluas sikap Islamophobia terhadap Islam maupun
umat Muslim.

De
mo
(

Vi
sit

Dalam konteks ini menurutnya, orang-orang yang
memiliki persiapan terbatas untuk mengatasi globalisasi.
Baik dalam hal pendidikan atau pengalaman, akan
memiliki kemungkinan untuk merasa takut dengan
perubahan itu dan menjadikan keyakinannya sebagai
idiologi sehingga kemudian tidak mempercayai
lingkungannya. Dan kini ada kecenderungan orang

mempelajari isi Kitab Suci bukan semata-mata untuk
memperkaya spiritual namun untuk melakukan
interprestasi bebas dan memformulasikan ideologi demi
agenda tertentu.
Kondisi yang seperti ini dengan mudah dimanfaatkan
oleh negara-negara Barat untuk menyudutkan Islam
maupun mendiskreditkan Islam. Apalagi dengan
dukungan media yang sangat berkuasa, upaya
mengalihkan fungsi Islam sebagai agama rahmatan
lil’alamin menjadi agama kekerasan dengan mudah
dipropagandakan Barat. Asep Syamsul M. Romli, S.IP
dalam bukunya Demonologi Islam, Upaya Barat
Membasmi Kekuatan Islam, menjelaskan, salah satu
upaya Barat untuk menjauhkan keberadaan Islam sebagai
agama rahmat adalah melalui propaganda media dengan

rahmatan lil’alamin. Ketakutan-ketakutan negara-negara
Barat terhadap Islam bisa dengan menampilkan ajaran
Islam yang cinta akan kebaikan, kedamaian, kerjasama,
toleransi dan sebagainya. Hanya saja, sikap-sikap yang

demikian, juga membutuhkan dukungan propaganda
yang lebih massif melalui berbagai sarana seperti media
massa. Selama ini kita akui, bahwa Islam sering menjadi
korban dari propaganda media. Terus ditimpuki dan
digebuki. Akhir-akhir ini Islam kerap distigmatisasi dan
dilabeli julukan yang nista dan tak terpuji.
Maka agar kita tak terus tercekoki berbagai macam
informasi sampah, dengan secara terus menerus
melakukan proses tabayyun (check and recheck)
terhadap berbagai berita yang berseliweran di tengahtengah kita. Sudah saatnya pula bagi umat Islam untuk
menghadirkan media-media Islam yang berpengaruh
sebagai kekuatan umat Islam untuk menjelaskan Islam
dan menunjukkan perilaku rahmatan lil’alamin dalam
Islam.
Tanpa dukungan media yang progresif, upaya kaum
Muslimin untuk menjawab sikap Islamophobia akan
menempuh jalan panjang yang memakan waktu lama.l
SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 96 | 1 - 15 JANUARI 2011

57