Islamophobia di Amerika Serikat Tinjauan

ISLAMOPHOBIA DI AMERIKA SERIKAT: Tinjauan dari Segi Sosial
dan Politik

NAMA KELOMPOK 10
Anja Litani Ariella 14/364359/SP/26093
Brian Patrianoki 14/363157/SP/26049
Chandra Wulan 12/328760/SP/25135
Energiana Benefitasari 14/367509/SP/26403
Gde Aditya Widyatama 14/368472/SP/26431
Tunggul Wicaksono 14/364260/SP/26069

BAB I: Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Amerika Serikat adalah negara yang menganut prinsip liberalisme yang berprinsip
pada kebebasan individu. Dengan dalil tersebut, Amerika Serikat adalah negara yang
menghargai hak-hak individu yang didalamnya terdapat pluralisme. Baru-baru ini kita
mendengar kasus diskriminasi terhadap seorang warga Amerika yang beragama islam,
yaitu Ahmed Mohammed. Ahmed merupakan warga Texas, ia menciptakan jam untuk
tugas sekolah, tetapi dia ditangkap karena diduga teroris. Hal ini mencerminkan
perlakuan tidak adil terhadap orang islam di AS.
Islamophobia atau sentimen anti muslim adalah prasangka buruk terhadap penganut

umat islam yang biasanya terjadi di negara-negara sekuler seperti di daerah Eropa,
Amerika Serikat dan lain-lain. Penyebab islamophobia ini berkembang menurut beberapa
pihak adalah indikasi dari tindakan rasisme dan ada beberapa pihak yang menganggap hal
ini terjadi karena tragedi 11/9 pada tahun 2001. Berawal dari peristiwa itu, Amerika
Serikat menggencarkan kampanye war on terrorism oleh George W. Bush yang secara
implisit menyatakan musuh Amerika Serikat adalah penganut islam radikal seperti Al
Qaeda dan Boko Haram.
Pada akhir tahun 2015 ini, Amerika Serikat juga dihadapkan dengan proses
pemilihan presiden untuk menggantikan Barrack Obama yang sudah tidak bisa
mencalonkan dirinya lagi. Muncul-lah calon-calon kuat yang diindikasi dapat menduduki
kursi kepresidenan negara adidaya tersebut. Hal menarik yang menyangkut tentang topik
islamophobia adalah pernyataan Ben Carson. Calon presiden dari Partai Republik ini
mengatakan bahwa ia tidak percaya seorang Muslim bisa terpilih sebagai presiden di
Amerika Serikat. Menurutnya, ia tidak setuju jika AS dikelola dan dipimpin seorang
Muslim. Ada juga kasus dimana pendukung Donald Trump, salah satu kandidat dari
Partai Republik, mengatakan bahwa dalam beberapa tahun kebelakang, Muslim sudah
menjadi “masalah” di Amerika Serikat. Hal ini tentu menjadi topik hangat di kalangan
media, dan mengangkat lagi sentimen islamophobia di kalangan sipil dan politik Amerika
Serikat.


1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kasus islamophobia mempengaruhi opini publik di Amerika Serikat?
2. Bagaimana implikasi islamophobia terhadap politik di Amerika Serikat?
1.3 Hipotesis
1. Islamophobia membuat pandangan dan opini masyarakat sipil Amerika Serikat

kepada masyarakat beragama Islam menjadi buruk. Salah satu sebab umumnya
adalah kejadian 9/11 yang diperkirakan dilakukan oleh teroris yang identtik
dengan warga muslim. Masyarakat sipil Amerika Serikat menjadi lebih waswas
akan keberadaan masyarakat muslim di sekitar mereka. Salah satu contohnya
yakni disaat salah satu pendukung Donald Trump mengatakan bahwa dalam
beberapa tahun terakhir, Muslim telah menjadi “masalah” bagi Amerika Serikat
sendiri.
2. Peristiwa 9/11 pada akhirnya mempengaruhi kebijakan politik Amerika Serikat
dan berimplikasi terhadap cara pandang masyarakat terhadap penganut
Islam.Peristiwa ini juga memulai kebijakan war on terrorism oleh pemerintah
Amerika Serikat. Media sebagai kacamata masyarakat seolah mengarahkan bahwa
tragedi ini terjadi diakibatkan ulah teroris, dan membuat perspektif bahwa Islam
harus diwaspadai. Hal ini yang kemudian membuat pandangan islamophobik
menjadi sangat serius di Amerika Serikat. Belum lagi pada masa election yang

akan segera dilaksanakan di Amerika Serikat, para kandidat kuat juga mengangkat
tentang topik-topik yang menyangkut keberadaan Islam di Amerika Serikat.
Contohnya Ben Carson yang menyatakan bahwa Islam tidak akan bisa menjadi
Presiden Amerika Serikat. Sementara kandidat lainnya, yaitu Hillary Clinton dari
Partai Demokrat, mengatakan bahwa pemeluk Islam juga bisa menjadi Presiden
Amerika Serikat.

BAB 2: Pembahasan
2.1 Pengertian Islamophobia
Sebelum merujuk kepada pembahasan mengenai kasus yang dibahas dalam tulisan ini,
penulis ingin menyamakan persepsi terhadap pengertian dari islamophobia. Istilah

islamophobia sendiri memiliki arti akan prasangka/diskriminasi/kesalahpahaman
terhadap agama islam baik kepada pemeluknya maupun ideologi dari agama islam.
Islamophobia menjadi istilah yang mulai diperkenalkan secara luas sebagai sebuah
konsep pada tahun 1991 didalam Runnymede Trust Report sebagai “unfounded hostility
towards Muslims, and therefore fear or dislike of all or most Muslims.”1 Prasangka
tersebut akhirnya berakibat pada ketakutan-ketakutan akan islam dan juga kebenciankebencian terhadap agama islam. Kasus phobia terhadap islam itu kemudian banyak
mengakibatkan kerugian bagi pemeluk agama islam dan bahkan negara-negara islam.
Diskriminasi ini turut menjadi penyebab terjadinya fragmentasi masyarakat antara

pemeluk islam dengan non-islam, penduduk muslim akan dipisahkan secara sosial,
budaya, ekonomi dan kedudukannya didalam konstruksi sosial. Islamophobia telah
menjadi kontroversi diberbagai negara termasuk AS. Munculnya islamophobia sendiri
telah lama terjadi akibat dari banyaknya aksi-aksi terorisme yang mayoritas dianggap
disebabkan oleh organisasi-organisasi ekstrimis islam. Namun, istilah tersebut tidak
banyak digunakan hingga pasca kejadian yang menimpa Amerika Serikat pada tanggal 9
September 2001, ketika gedung World Trade Center berhasil dijatuhkan oleh salah satu
organisasi terorisme yaitu Al-Qaeda (dipimpin oleh Osama Bin Laden). Sebagai sebuah
negara super power AS kemudian secara sepihak mengimplementasikan kebijakan “War
on terrorism” dengan slogannya yang begitu terkenal, “Either you’re with us or with the
terrorist” berakibat kepada munculnya banyak persepsi-persepsi terhadap agama Islam.
Islamophobia di AS tidak dapat dipisahkan dari kejadian 9/11, hal ini karena pasca
kejadian runtuhnya bangunan yang sempat menjadi gedung tertinggi di dunia tersebut
dapat dilihat implikasinya kepada perubahan kebijakan-kebijakan AS. Tidak hanya
berimplikasi kepada kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh AS, namun persepsi
masyarakat AS terhadap agama islam turut berubah menjadi negatif. Ini dapat dibuktikan
dari berbagai bentuk penolakan oleh masyarakat AS mengenai isu pembangunan masjid
di area dekat kejadian 9/11 tahun 2010 terjadi. Beberapa warga bahkan menyatakan
secara eksplisit alasan yang melandasi penolakan pembangunan masjid adalah, islam
ditempatkan sebagai penyebab/pelaku peristiwa 9/11 sehingga menjadi sebuah

penghinaan dan bentuk degadrasi ketika tempat peribadatan islam dibangun dikawasan
1

Crg.berkeley.edu/content/islamophobia/defining-islamophobia

tersebut. Seorang warga New York Sally Regenhard yang anaknya meninggal akibat dari
9/11 mengatakan “extreme insensitivity to the feelings of 9/11 families. If you want to
grow understanding between faiths you do not hurt people who were victimized on that
site”.2
2.2 Islamophobia di Amerika Serikat
Amerika Serikat merupakan negara adidaya yang merdeka pada tahun 1776 tepatnya
pada tanggal 4 Bulan Juli. Negara super power ini dikenal dengan ideologinya yang
menitikberatkan kepada kebebasan individu dan hak-hak manusia. Hal ini dapat dianalisis
dalam The Four Freedoms yang dikemukakan oleh Presiden Franklin Delano Roosevelt
pada tanggal 6 Januari 1941 yang kemudian mendasari dibentuknya Universal
Declaration of Human Rights. Nilai-nilai yang dicakup pada The Four Freedoms adalah
kebebasan berbicara, kebebasan beragama, kebebasan dari segala bentuk ketakutan, dan
kebebasan untuk dapat hidup layak. Lebih lanjutnya AS kemudian dikenal sebagai Land
of Freedom, sehingga seharusnya nilai-nilai kebebasan seperti yang telah diutarakan di
awal diterapkan secara universal kepada seluruh rakyat AS. Akan tetapi konstitusi akan

kebebasan tersebut implikasinya tidak sesuai dengan apa yang dicantumkan. Bukti dari
pernyataan tersebut adalah bentuk-bentuk ketidakadilan yang masih banyak terjadi di AS,
mulai dari diskriminasi ras hingga diskriminasi agama yang khusunya menjadi fokus
pada tulisan ini adalah agama Islam akan dibahas secara terperinci. Sebagaimana telah
dijelaskan

pada

sub-bab

sebelumnya,

Islamophobia

merupakan

bentuk

penolakan/diskriminasi pada rakyat muslim. Meskipun mayoritas komponen masyarakat
AS menyatakan bahwa negaranya merupakan negara bebas, namun kasus islamophobia

masih kental terjadi. Secara konstitusi seharusnya setiap pemeluk agama dapat dengan
bebas melakukan ritual agamanya ketika hal tersebut tidak mengganggu kepentingan
banyak orang, termasuk dengan muslim di AS. Kontradiktif dengan apa yang telah
tercantum didalam konstitusi dan juga The Fourth Freedoms faktanya di AS sendiri,
islamophobia sudah terjadi sejak akhir abad ke-20. Islamophobia di AS ditandai dengan
munculnya sentimen-sentimen negatif terhadap keberadaan warga muslim di AS baik
pendatang maupun warga tetap. Beberapa kejadian kekerasan terhadap warga muslim
2

www.theguardian.com/world/2010/aug/03/mosque-9-11-site

terjadi sejak akhir abad ke-20, seperti kejadian yang dialami oleh Zohreh Assemi seorang
warga keturunan Arab-Amerika sekaligus pemilik sebuah salon kecantikan suatu hari
dirampok, dianiaya dan dipanggil sebagai seorang “teroris” pada Bulan September 2007
oleh oknum tidak bertanggung jawab. Sentimen kebecian terhadap islam semakin
memanas di AS kembali lagi pasca kejadian 9/11, sentimen ini meningkat secara masif
terlebih oleh karena pelaku dari 9/11 berasal dari salah satu organisasi radikal islam, AlQaeda. Semenjak itu menurut laporan FBI (Federal Bureau of Investigations) setelah
9/11 tingkat kriminal yang mencerminkan kebencian atas islam meningkat 5 kali lipat
dibanding masa sebelum 9/11. Setelah tahun 2010 pasca isu pembangunan masjid
(Park51) menyeruak, status kriminal akan warga muslim meningkat 3 kali daripada 3

tahun sebelumnya.3 Tidak hanya angka tingkat kriminal terhadap muslim yang meningkat
pasca 9/11 akan tetapi juga diskriminasi yang dilakukan baik secara institusional maupun
secara sosial, contohnya adalah penolakan pembangunan tempat peribadatan muslim
hingga menimbulkan konflik (345% lebih tinggi dari masa sebelum runtuhnya gedung
WTC), kemudian pada masa pemilihan presiden dimana Newt Gingrich dalam
pernyataannya menyamakan muslim sebagai Nazi yang berusaha untuk mengambil alih
AS,4 belum lagi dengan pernyataan kontroversial dari Ben Carson mengenai presiden AS
yang tidak boleh diangkat dari warga muslim. Dari beberapa contoh diatas dapat dilihat
betapa isu islamophobia masih marak terjadi di AS hingga hari ini. Walaupun perlu diakui
intensitas konflik yang terjadi sudah tidak separah pasca 9/11 atau setelah proposal
pembangunan masjid di daerah pasca kejadian 9/11, bahkan sudah mulai diadakan
beberapa kampanye-kampanye penolakan pemberian stereotip kepada warga muslim AS
maupun dunia. Akan tetapi kejadian 11 September 2001 silam begitu membekas kepada
warga masyarakat AS sehingga sulit untuk menghapuskan sentimen-sentimen negatif
pada islam yang ada di AS, terlebih kepada lapisan masyarakat yang terkena dampak dari
serangan tersebut (korban, anggota pemerintahan, dan polisi/ PMK/ Paramedis, dll).
Secara singkat, sentimen islamophobia di AS telah dimulai sejak akhir abad ke-20, akan
tetapi sentimen tersebut tidak menjadi fokus hingga kejadian 9/11 terjadi.
2.3 Faktor Penyebab Islamophobia
3

4

Huffpost.com/us/entry/7658942
Huffpost.com/us/entry/7658942

Islamophobia tidak hanya menjadi masalah di AS akan tetapi juga menjadi masalah
yang sering menimbulkan konflik di berbagai negara Eropa. Penyebab dari islamophobia
sendiri tidak dapat dispesifikan kepada indikator-indikator tertentu, namun secara garis
besarnya dapat dianalisis dari berbagai tindakan merugikan yang dilakukan oleh
organisasi-organisasi islam radikal walaupun tidak menyangkal bahwa organisasi radikal
tidak berhenti pada agama islam saja. Untuk lebih fokus kepada tulisan ini, disini penulis
memaparkan analisisnya terhadap variable apa yang menyebabkan islamophobia terjadi
di AS. Secara umumnya, di bagian dunia Barat memang sudah terdapat sentimen negatif
terhadap muslim, karena dianggap bahwa nilai-nilai islam tidak sesuai dan tidak dapat
diaplikasikan kepada budaya-budaya barat yang sangat liberal.5 Nilai-nilai yang dianut
dalam agama islam dianggap membatasi hak-hak manusia dan terlalu konsevatif. Selain
itu, tindak terorisme yang mayoritas dianggap dilakukan oleh penganut agama islam
ekstrim tidak membantu menghilangkan berbagai sentimen negatif terhadap islam yang
ada. Pengaruh islamophobia yang berasal dari kawasan Eropa juga turut menyumbang
perspektif buruk kepada islam. Kembalil lagi pada sub-bab sebelumnya dimana dikatakan

bahwa penyebab utama islamophobia semakin marak terjadi adalah kejadian 9/11,
dimana warga AS sebagai dampak dari kemarahanya langsung menggeneralisasikan
warga muslim sebagai teroris bahkan yang telah menjadi warga negara AS sendiri.
Sayangnya, efek tersebut tidak luntur oleh waktu akan tetapi masih terus bertahan bahkan
hingga hari ini dimana seorang warga muda AS bernama Ahmed dituduh sebagai teroris
yang membawa bom oleh karena Ahmed adalah warga muslim.

BAB 3: Analisis
3.1 Analisis Kasus Ahmed Muhammed
Pada tanggal 14 September 2015, terdapat sebuah kejadian yang meningkatkan
kesadaran masyarakat Amerika Serikat terhadap masalah Islamophobia yang masih
melekat pada sebagian penduduk Amerika. Kejadian tersebut adalah penangkapan
seorang remaja berumur 14 tahun yang diduga membuat bom rakitan dan meningkatkan
rasa waspada di sekolahnya6. Remaja tersebut bernama Ahmed Muhammed dan sedang
5

Iiit.org/Portals/0/news%20text/Islamophobia-M.Nimer.pdf
CNN, Muslim teen Ahmed Mohamed creates clock, shows teachers, gets arrested (daring), 16 September 2015,

6


menimba ilmu di MacArthur High School, Irving, Texas. Hari itu, tepatnya hari Senin,
Ahmed membawa sebuah sirkuit persegi yang disambungkan dengan alarm dan baterai
sehingga menjadi sebuah jam. Dia membawa jam buatannya ke sekolah untuk
ditunjukkan kepada guru teknik pagi-pagi sebelum masuk sekolah. Namun reaksi yang
diterimanya tidak begitu bagus, dimana sang guru hanya berkata bahwa jamnya itu
lumayan. Anehnya, sang guru teknik menambahkan kepada Ahmed untuk tidak
menunjukkan karyanya kepada guru-guru yang lain. Mengikuti perkataan gurunya,
Ahmed memasukkan jam buatannya ke dalam tas dan menutupnya. Namun di tengahtengah pelajaran, secara tidak sengaja fitur alarm jam Ahmed berbunyi dan guru bahasa
inggris yang pada saat itu sedang mengajar melihat jam buatan Ahmed di dalam tasnya.
Setelah melihat jam milik Ahmed, guru tersebut langsung menelpon polisi untuk
menangkap Ahmed. Ahmed Muhammed tidak diperbolehkan masuk sekolah selama tiga
hari, dan dimasukan ke dalam tahanan remaja tanpa diawali oleh kedua orang tuanya.
Kejadian ini membawa banyak pertanyaan muncul ke atas. Salah satunya adalah apa
yang mendasari pihak sekolah bahwa menduga Ahmed membuat sebuah bom rakitan dan
membawanya ke sekolah. Salah satu alasan yang paling sering muncul dari opini
masyarakat dan keluarga Ahmed sendiri adalah karena Ahmed beragama Islam dan
memiliki nama Muhammed7. Hal ini memperlihatkan apabila sebagian masyarakat
Amerika Serikat masih beranggapan bahwa umat muslim merupakan teroris yang
berbahaya. Segala tindakan dan penemuan yang dilakukan oleh kaum muslim tidak jauh
dari perilaku terorisme. Asumsi seperti ini lah yang membuat kaum muslim
tergeneralisasi menjadi, tidak lain, sebagai kaum teroris. Padahal Ahmed hanyalah bocah
berumur 14 tahun yang berusaha mewujudkan impiannya menjadi insinyur lulusan MIT.
Pihak sekolah dan juga kepolisian kota Irving menjelaskan bahwa kejadian ini tidak ada
hubungannya dengan agama Ahmed. Pihak sekolah membela dirinya dengan mengatakan
mereka hanya melakukan prosedur keselematan dan keamanan di lingkungan sekolah.
Mengacu pada pembelaan pihak sekolah, terlepas dari benar atau salahnya Ahmed,
terdapat banyak skeptisme yang terjadi pada saat penangkapan remaja berdarah Sudan
, diakses pada 24 Oktober 2015.
7
DallasNews, Ahmed Mohamed swept up, 'hoax bomb' charges swept away as Irving teen's story floods social media
(daring), 15 September 2015, , diakses pada 24
Oktober 2015.

ini. Skeptisme ini terlihat jelas saat Ahmed ditangkap oleh kepolisian Irving tanpa pihak
sekolah memberitahukan peristiwa ini kepada kedua orang tuanya terlebih dahulu dan
beberapa hak Ahmed yang dilanggar oleh pihak kepolisian8. Saat ditangkap dan berada
pada tahanan remaja, Ahmed memiliki hak untuk menelpon atau berbicara dengan kedua
orang tuanya, namun pihak kepolisian tidak memperbolehkannya. Hal ini jelas melanggar
hak Ahmed sebagai warga negara Amerika. Selain itu, hak Ahmed untuk didampingi
seorang pengacara pun diabaikan, dimana hingga dilepasnya Ahmed, tidak ada pengacara
yang mendampinginya selama interogasi berlangsung. Kejadian ini mungkin tidak akan
sebesar apabila pelakunya bukan orang muslim, meski pihak kepolisian menjamin tidak
akan ada bedanya. Hal ini menandakan apabila di tengah-tengah masyarakat,
Islamophobia masih menyelimuti kehidupan sebagian masyarakat Amerika Serikat.
3.2 Analisis Kasus Ben Carson
Terdapat satu fenomena lagi yang memperlihatkan adanya islamophobia di
masyarakat Amerika Serikat, lebih tepatnya diantara kandidat presiden dari Partai
Republik. Ben Carson, mantan spesialis bedah otak, mengatakan hal yang kontroversial
di tengah-tengah wawancara dengan NBC pada tanggal 20 September 2015. Dalam
wawancara tersebut, Carson diberi pertanyaan mengenai posisinya terhadap isu Suriah
dan Iraq, dan bagaimana Amerika seharusnya bertindak. Terdapat satu kalimat yang
mengejutkan keluar dari mulut Carson, kalimat tersebut adalah “I would not advocate
that we put a Muslim in charge of this nation. I absolutely would not agree with that. 9”
Perkataan Carson ini menjadi perbincangan beberapa pakar dan juga anggota kongres
Amerika yang beragama Islam. Carson menjelaskan perkataannya bahwa agama seorang
presiden di Amerika Serikat tidak begitu berpengaruh terhadap pemilihnya. Apapun
agamanya, jika nilai dan ajarannya sejalan dan cocok dengan realita konstitusi Amerika,
maka tidak akan ada masalah. Saat Carson ditanya apakah Islam sejalan dan cocok
dengan konstitusi Amerika, dia menjawab tidak.
Apa yang dikatakan oleh Carson memunculkan adanya dugaan Islamophobia
diantara kandidat presiden dari Partai Republik. Donald Trump, kandidat presiden dari
Partai Republik lainnya, mengaku dirinya memiliki banyak teman muslim, namun salah
8

Ibid.
CNN, Ben Carson: U.S. shouldn't elect a Muslim president (daring), 21 September 2015,
, diakses pada 24 Oktober 2015.
9

satu pendukungnya mengatakan bahwa Amerika memiliki masalah, yang disebut dengan
Muslim. Trump tidak benar-benar setuju, dia mengoreksi perkataan pendukungnya
menjadi muslim radikal-lah yang menjadi masalah bagi Amerika. Kedua kandidat ini
secara implisit memperlihatkan adanya Islamophobia, dimana kaum muslim harus
dikucilkan. Keith Ellison, anggota kongres dari Partai Demokrat yang beragama islam,
merasa tersinggung dengan perkataan Carson. Menurutnya, asumsi bahwa seseorang dari
agama tertentu tidak cocok untuk bekerja kantoran telah mengabaikan mereka sebagai
masyarakat negaranya10. Bernie Sanders merasa kecewa dengan apa yang dikatakan oleh
Carson. Dia mengatakan apabila Amerika Serikat membutuhkan waktu yang cukup lama
untuk menghilangkan prasangka buruk dalam memilih presiden Katolik maupun presiden
African-American. Masyarakat seharusnya memilih berdasarkan ide-idenya, bukan
karena agamanya maupun warna kulitnya11.
Meskipun Carson merupakan kandidat yang selalu membangga-banggakan konstitusi
Amerika Serikat, namun pada kenyataanya, perkataan kontroversialnya justru tidak sesuai
dengan konstitusi Amerika. Artikel VI Konstitusi Amerika mengatakan: “No religious
Test shall ever be required as a Qualification to any Office or public Trust under the
United States”. Selain itu, amandemen pertama konstitusi dimulai dengan larangan
kongres membuat hukum yang mencakup masalah keberadaan sebuah agama12. Dengan
dasar konstitusi ini, perkataan Carson tidak lagi dapat dikaitkan dengan cocok atau
tidaknya sebuah agama dengan konstitusi Amerika. Carson jelas memiliki masalah
tersendiri dalam melihat kaum muslim di negaranya. Apabila Carson terpilih menjadi
presiden, sangat memungkinkan dia akan menyebarkan Islamophobia di Amerika Serikat
dan membatasi semua pergerakan kaum Muslim di Amerika.
3.3 Pandangan masyarakat AS terhadap kedua kasus tersebut dan signifikasi kasus
islamophobia mempengaruhi pola pikir masyarakat AS
Berbagai respon muncul atas kasus Ahmed Mohamed, seorang siswa yang membawa jam
buatannya sendiri untuk dikumpulkan sebagai tugas sekolah, yang kemudian disangka
10

The Guardian, Ben Carson says no Muslim should ever become US president (daring), 20 September 2015,
, diakses pada
24 Oktober 2015.
11
New York Post, Ben Carson: American’s President Cannot Be A Muslim (daring), 20 September 2015,
, diakses ada 24 Oktober 2015.
12
The Guardian, Ibid.

bom oleh gurunya dan membuatnya ditahan beberapa jam di kepolisian Irving, Texas.
Bukan hanya itu, Ahmed juga mendapat hukuman discourse selama tiga hari sejak
kejadian itu. Gerakan #IstandWithAhmed langsung terbentuk di twitter sebagai
tanggapan atas kejadian ini. Salah satu pengguna twitter yang menginisiasi
#IstandWithAhmed adalah akun @anildash13. Setelah menulis dan mengunggah beberapa
informasi tentang Ahmed dan jam buatannya, termasuk foto Ahmed memakai kaos
NASA dengan kedua tangan diborgol, ribuan reply dari pengguna akun twitter lainya
bermunculan.

Sebagian

komentar

menunjukkan

dukungan

untuk Ahmed

dan

keluarganya, sementara sebagian lainnya merespon dengan negatif. Contohnya akun
@jonygitar. Tweet yang lebih lengkap dapat dilihat di link yang tercantum di footnote.

Dukungan
datang

dari

lain
Keith

Ellison, satu dari dua anggota Kongres yang beragama Islam. Ellison membawa jam
buatan Ahmed seharian ketika bekerja dan termasuk ketika sedang berpidato mengenai
perubahan iklim di konferensi Congressional Black Caucus. Seperti dikutip dari
Huffington Post,14
"Discriminatory profiling doesn’t have a place in our country. Ahmed is working
13

https://twitter.com/anildash/status/644020453724585984/photo/1, diakses 30 Oktober 2015.
M. McLaughlin,’Keith Ellison, First Muslim Congressman, Carries Clock in Solidarity with Ahmed.’, HUFFPOST
POLITICS (online), 16 September 2015, , diakses tanggal 30 Oktober 2015.
14

hard and being creative. It’s a shame that a boy is faced with such injustice in
America," Ellison said in a statement to The Huffington Post. "I’m proud to stand
with him and carry a clock around with me today."
Ahmed menjadi terkenal setelah namanya muncul di media sosial atas tuduhan
guru sekolah menengahnya bahwa jam yang dibawanya adalah bom dan melaporkan
Ahmed ke kepolisian setempat. Kehidupan muslim di kota tempat tinggalnya, Irving,
Texas memang seringkali terancam. Bulan Maret lalu, Mayor Beth Van Duyne menuduh
masjid lokal sedang mencoba menerapkan hukum syariah. Sedangkan imam masjid
tersebut, mengatakan bahwa ia dan komunitas muslim lokal hanya sedang berupaya
mendamaikan perselisihan kecil di antara jemaahnya. Mayor Van Duyne juga bahkan
menunjukkan dukungannya kepada guru sekolah Ahmed dan kepolisian Irving atas
penangkapan Ahmed. Keluarga Ahmed yang merupakan imigran dari Sudan, ternyata
berbeda sikap dalam menanggapi hal ini. Orangtuanya menyatakan bahwa perlakuan
yang mereka terima selama ini di Irving baik-baik saja, sedangkan kakak perempuan
Ahmed mengatakan bahwa sebagai seorang muslim, ia masih sering menghadapi
kecurigaan dan penghinaan dari orang-orang non-Muslim di sekitarnya, misalnya ketika
ia dipaksa oleh atasannya untuk melepas hijab dan diancam akan dipecat jika tidak mau
melakukannya.15
Kasus yang menyangkut Islamophobia selanjutnya, baru saja terjadi, adalah
pernyataan salah satu kandidat Presiden AS 2016, -yang juga seorang pensiunan dokter
bedah saraf,- Ben Carson, Republican, yang mengatakan bahwa ia tidak akan mendukung
atau membiarkan begitu saja jika ada seorang Muslim mencalonkan diri untuk menjadi
Presiden AS. Tentu saja hal ini memicu bermacam-macam respon dari berbagai kalangan
masyarakat AS. Respon pertama datang dari Hillary Clinton, lawan politiknya dari Partai
Demokrat.Menanggapi statement Carson, Clinton membuat satu tweet, “Can a Muslim be
President of the United States of America? In a word: Yes. Now let's move on. –H”.
Begitu juga Senator Lindsey Graham yang mengatakan bahwa dengan mengatakan
kalimat itu, Carson menunjukkan dirinya belum siap memimpin Amerika. Karena
Amerika bukan sebuah negara yang diatur oleh penganut agama tertentu, melainkan
15

M. Teague, ‘Ahmed Mohamed is tired, excited to meet Obama, -and wants his clock back.’, theguardian (online), 18
September 2015, , diakses tanggal 30 Oktober 2015.

sebuah ide.” Senator Bernie Sanders juga menambahkan bahwa tidak seharusnya
siapapun menilai calon kandidat Presiden AS dari agama, warna kulit, ras, dan
sebagainya, melainkan dari idenya, cara berpikirnya.16
Respon mengejutkan datang dari Yusuf, seorang anak berusia 12 tahun yang
mengunggah video sebagai tanggapan atas pernyataan Ben Carson. Dalam video yang
berdurasi 2 menit 20 detik itu, Yusuf menjelaskan berbagai isu, mulai dari Iran dan
kebijakan politik AS yang berkaitan, hingga program Michelle Obama tentang makan
siang di sekolah yang menunya dibuat lebih sehat. Yusuf juga mengatakan bahwa kalimat
yang diucapkan oleh Ben Carson tidak pantas untuk keluar dari seorang politisi. Yusuf
sudah bercita-cita menjadi Presiden AS sejak umurnya 3 tahun. Dan dengan adanya
pernyataan Ben Carson, sebagai seorang Muslim, ia merasa cita-citanya dibunuh. Meski
begitu, Yusuf tetap optimis akan cita-cita tersebut. Ia bahkan menutup speech-nya dengan
kalimat “My name is Yusuf Dayur. And guess what? I don’t care what you say because
I’ll become president.”17
Perdebatan juga terjadi di antara akademisi dan penulis serta politisi lainnya,
karena pernyataan Ben Carson yang menganggap bahwa Islam tidak sesuai dengan
Konstitusi AS, justru dianggap salah kaprah oleh sebagian orang lainnya. Dalam
Konstitusi, jelas disebutkan bahwa negara tidak mengijinkan adanya “national beliefs”
yang artinya setiap warga negara berhak memilih atau tidak memilih keyakinan, dan
Amerika tidak akan menjadi negara dengan keyakinan tunggal. Kemudian, Konstitusi
juga secara eksplisit telah menerangkan bahwa setiap orang yang mengajukan diri untuk
masuk ke dalam pemerintahan AS, atau institusi apapun yang ada di AS, tidak boleh
dinilai berdasarkan keyakinan maupun ras dan warna kulitnya. Dalam komentarnya
terhadap kalimat pertamanya sendiri, Ben Carson menyatakan bahwa Muslim yang dia
maksudkan adalah yang “fanatik atau radikal”. Sedangkan menurutnya, ia akan membuka
jalan bagi Muslim yang bersedia menjunjung nilai-nilai Konstitusi AS di atas nilai-nilai
Islam dan bersedia meninggalkan hukum syariah. Pernyataan tersebut sebenarnya cukup
ganjil, coba kita pikirkan sejenak, penganut agama apapun, jika ia taat, maka ia tidak
16

A. Alman, ‘Hillary Clinton Shuts Down Ben Carson Comments On Muslim President Eligibility’, HUFFINGTON
POLITICS (online), 21 September 2015, , diakses 31 Oktober 2015.
17
M. Ibrahim, ‘Never a Muslim President? Minessota Boy, 12, tells Ben Carson He’s Wrong’, MPRnews (online), 23
September 2015, , diakses 30 Oktober
2015.

akan meletakkan apapun di atas keyakinannya sendiri. Apa yang diucapkan Ben Carson
terdengar tidak masuk akal. Lagipula, berkebalikan dengan pendapatnya sendiri,
Konstitusi justru tidak mempersoalkan keyakinan dalam pencalonan kandidat institusi
apapun.18
Dari banyaknya respon terhadap kasus Ahmed dan Carson, dapat dilihat bahwa
masyarakat Amerika terbagi menjadi dua kelompok besar. Satu kelompok yang masih
terbayang-bayang oleh kejadian 9/11 sehingga masih tetap menganggap bahwa apapun
atau siapapun yang berkaitan dengan Islam adalah “musuh”,”berbahaya’, “ekstrem”, dan
sebagainya. Kelompok ini adalah orang-orang yang mendukung penangkapan Ahmed,
just in case he really is a terrorist and the clock he built is really a bomb. Selain itu,
kelompok ini juga barangkali sependapat dengan Carson (meskipun hanya sedikit respon
positif atas pernyataan Carson). Kelompok kedua, yang terdiri dari sebagian besar warga
Muslim di negara-negara bagian di seluruh Amerika, pelajar dan mahasiswa, politisi, dan
akademisi serta kalangan terpelajar, akan lebih mudah membuka mata atas kedua
kejadian tersebut dan mempelajari sendiri pelajaran apa yang dapat diambil dari kedua
kasus tersebut, serta bagaimana kemudian menyikapi warga Muslim di Amerika. Salah
satu opini datanng dari Douglas Murray. Ia menulis di blognya, bahwa kasus-kasus
Islamophobia semacam itu sebenarnya justru akan membantu orang-orang dalam
memahami Islamophobia sendiri, tanpa harus “dibimbing” oleh politisi untuk berpikir.
Dalam beberapa survey pemilih untuk pemilu 2016, terlihat bahwa angka pemilihan
untuk Capres yang beragama Islam cukup tinggi. Jadi, kasus Islamophobia tersebut
sebenarnya justru menguatkan dukungan atas kehidupan Muslim di Amerika Serikat,
terlepas dari sikap sebagian politisi dan kelompok-kelompok kepentingan lainnya.
3.4 Islamophobia dan Politik AS
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa kasus Park51 menyeruak di
lingkungan sosial, maka penting untuk mengajukan pertanyaan apakah sekarang ini
Amerika Serikat masih mengalami islamophobia? Dan apakah pemerintah sudah
melakukan usaha-usaha untuk setidaknya mengurangi sentimen terhadap kaum Muslim?
Todd Green memberikan beberapa indikator untuk menganalisis seberapa tinggi angka
18

C. Farias, ‘Ben Carson Is Dead Wrong About Muslim President And The Constitution: The Founders said no to a
national faith and no to religious tests for public office.’, HUFFPOST POLITICS (online), 27 September 2015,
, diakses 30
Oktober 2015.

sentimen tersebut19. Pertama, data FBI Reports menyebutkan bahwa angka kebencian
terhadap umat Muslim lima kali lebih tinggi dibandingkan setelah kejadian 9/11. Kedua,
organisasi Pew Center's Forum on Religion and Public Life menyebutkan bahwa konflik
yang terjadi karena pembangunan masjid meningkat sejak peristiwa Park51. Ketiga,
prinsip pengawasan dan profiling FBI yang terlalu berlebihan menunjukkan
ketidakselektifan dalam hal mengungkap jaringan terorisme. Kasus tertangkapnya tiga
pria dari Brooklyn yang diduga terkait dalam jaringan ISIS akhirnya tidak ditemukan
bukti kuat yang mendukung kecurigaan FBI. Keempat, mengenai politik yang
dilancarkan beberapa calon presiden cenderung memojokkan kaum Muslim. Dalam salah
satu debat Grand Old Party(GOP),Newt Gingrich bahkan membandingkan kaum Muslim
dengan NAZI. Menurut Gingrich, kaum Muslim berusaha menginfiltrasi wilayah
Amerika Serikat untuk menerapkan hukum syariah dan menganggapnya sebagai sebuah
ancaman mematikan terhadap prinsip kebebasan Amerika Serikat. Pendapat ini juga
didukung oleh Ted Cruz yang menyebutkan bahwa hukum syariah membawa Amerika
Serikat ke persoalan yang lebih besar. Gerakan untuk menentang hukum syariah ini
bahkan sudah meluas ke beberapa negara bagian. David Yerushalmi adalah orang yang
menginisiasi gerakan ini pada tahun 2010 di Oklahoma. Setidaknya, telah ada delapan
negara bagian yang mengumumkan larangan hukum syariah. Kekhawatiran anti-Muslim
ini kami anggap sebagai sesuatu yang terlewat batas karena tidak ada bentuk nyata bahwa
nantinya hukum syariah akan menggantikan Konstitusi Amerika Serikat. Terlebih lagi,
populasi kaum Muslim yang hanya 1% dari jumlah penduduk tidak memiliki cukup
kekuatan untuk menggeser hukum bahkan ideologi Amerika Serikat yang sekarang
berlaku. Kelima, provokasi melalui beberapa event seperti "Draw Muhammad" untuk
menarik perhatian media terus dilakukan. Melalui dalih kebebasan berekspresi, mereka
justru memantik emosi kaum Muslim. Tindakan serupa juga terjadi di industri perfilman
Hollywood. Film seperti Argo, Zero Dark Thirty, dan American Sniper diduga telah
menyebarkan islamophobia secara viral.Berdasarkan lima indikator di atas, terbukti
bahwa islamophobia masih ada di Amerika Serikat. Namun sayangnya, negara sebagai
pemegang otoritas tertinggi belum mampu mengambil langkah efektif untuk mengurangi
sentimen terhadap kaum Muslim.
19

Green, Todd. Is America Becoming More Islamophobic?. 26 Juni 2015. http://www.huffingtonpost.com/todd-greenphd/is-america-becoming-more-_b_7658942.html (diakses Oktober 26, 2015).

Merujuk pada kasus Ahmed Muhammed dan pidato Ben Carson, terlihat begitu
jelas sentimen terhadap umat Muslim yang ada di Amerika Serikat.Islamophobia atau
ketakutan tak mendasar atas kaum Muslim memang diakui melanda Amerika Serikat. Hal
ini dapat kita lihat dari data yang dirilis Council on American-Islamic Relations mengenai
pihak-pihak mana saja yang menyebarkan kampanye islamophobia. Pihak tersebut antara
lain Abstraction Fund yang pada tahun 2012 menghibahkan dana sebesar USD 1.982.930
kepada

kelompok

yang

konsisten

mempromosikan

islamophobia

di Amerika

Serikat20.American Public Policy Alliance (APPA) juga merupakan pihak yang secara
agresif menuntut diberlakukannya undang-undang anti-Islam. Meskipun gerakan untuk
menyerukan islamophobia terlihat begitu jelas, pemerintah Amerika Serikat tidak
melakukan langkah konkrit untuk menghentikannya.
Ahmed Muhammed yang ayahnya berasal dari Sudan harus merasakan ketakutan
masyarakat terhadap dirinya hanya karena namanya ada kata Mohammed-nya. Hal ini
dipertegas dengan komentar dari Dewan Hubungan Amerika-Islam, Alia Salem, yang
menganggap bahwa ketakutan ayah Ahmed mungkin tepat dan menganggap kasus
Ahmed tidak akan dipertanyakan bila namanya tidak mengandung unsur Islam21. Melihat
kasus Ahmed ini, Gedung Putih menunjukkan perhatiannya khususnya terhadap kaumkaum minoritas seperti Islam. Bahkan dalam satu kesempatan, Obama mengundang
Ahmed untuk bertemu dengannya.
Sedangkan dalam kasus Ben Carson, Gedung Putih pada hari Senin (21/09/2015)
menegur keras kandidat Partai Republik tersebut perihal komentar kontroversial tentang
Muslim yang memicu reaksi luas di kalangan masyarakat. Kekecewaan pemerintah
Amerika Serikat yang berada di bawah kekuasaan Partai Demokrat juga diperparah oleh
sikap Partai Republik yang tidak memberi sanksi nyata atas pernyataan Carson.Juru
bicara Gedung Putih, Josh Earnest, mengatakan bahwa pendapat yang disampaikan
Carson tidak sesuai dengan nilai-nilai mayoritas warga Amerika Serikat dan tidak relevan
dengan isi konstitusi yang menjamin kebebasan beragama. Padahal, Amandemen Pertama
Konstitusi AS menjamin kebebasan beragama sementara Pasal VI menyatakan "tidak
akan pernah diperlukan tes agama sebagai kualifikasi untuk setiap kantor atau wakil
20

CAIR. Islamophobic Organizations. 16 Juli 2015. http://www.islamophobia.org/islamophobic-organizations.html
(diakses Oktober 27, 2015).
21
Salem, Alia. Ahmed Mohamed dan Islamophobia di Amerika Serikat. 17 September 2015.
http://www.aktualita.co/ahmed-mohamed-dan-islamophobia-di-amerika-serikat/5267/ (diakses Oktober 25, 2015).

rakyat di Amerika Serikat"22.Bagaimanapun, Gedung Putih menganggap isu tersebut
sebagai isu yang sensitif dan apabila tersebar lebih jauh lagi akan merusak citra
pemerintahan Obama.
Tindakan pemerintah Amerika Serikat untuk tidak mencampuri lebih jauh urusan
kepercayaan atau setidaknya mengeluarkan undang-undang yang secara efektif
mengurangi sentimen kaum Muslim bisa dipahami melalui Konstitusi itu sendiri.
Amerika Serikat sebagai negara liberal memiliki prinsip bahwa kebebasan warga
negaranya harus dijunjung tinggi.Namun, pada prakteknya kebebasan tersebut tidak
dilakukan secara bertanggung jawab bahkan mengorbankan pihak lain. Hal inilah yang
menyebabkan isu islamophobia tidak terlalu membawa pengaruh ke level decisionmakers.Amandemen Pertama Konstitusi menyebutkan, “congress shall make no law
respecting an establishment of religion”, yang dipersepsikan Thomas Jefferson sebagai
upaya pemisahan antara agama dengan negara. Negara tidak boleh berpihak atau
mendukung kepada salah satu kaum pemeluk agama tertentu. Amerika Serikat
menganggap hal ini sebagai langkah untuk memberi toleransi antar umat beragama.
Selama praktik agama tidak mengganggu hak orang lain, hal itu masih bisa diterima.
Tetapi akan lain halnya apabila sikap toleransi ini disalahpahami sebagai sikap yang tidak
memberi akomodasi apapun demi kepentingan umat beragama. Posisi Amerika Serikat ini
bisa dikatakan penuh resiko. Alienasi kaum Muslim pada akhirnya hanya akan merugikan
usaha Amerika Serikat untuk memberantas gerakan-gerakan radikal. Jika Amerika Serikat
tidak melakukan aksi nyatanya untuk mengurangi islamophobia, maka prinsip
fundamental mengenai kebebasan beragama yang sejak awal berdirinya negara terus
menerus digaungkan hanya akan menjadi sesuatu yang normatif.
BAB 4: Kesimpulan
Jadi, dapat disimpulkan bahwa masyarakat Amerika Serikat masih memiliki sentimen
negatif yang kuat terhadap kaum muslim di Amerika Serikat, hal itu dibuktikan dengan
kasus Ahmed Muhammed yang dituduh membawa bom saat ke sekolah. Selain itu, salah
satu kandidat calon presiden AS 2016, Ben Carson dalam pidatonya mengungkapkan
bahwa seorang muslim tidak bisa menjadi presiden negara adidaya tersebut telah
22

Bardes, Barbara, Mack Shelley, dan Steffen Schmidt. American Government and Politics Today. Boston: Wadsworth
Political Science, 2012, hal.115

menimbulkan kontroversi, terlebih lagi Amerika Serikat sebagai negara liberal tidak
menggunakan agama sebagai persyaratan ataupun parameter seseorang untuk menjadi
presiden. Hal itu dikarenakan islamophobia yang semakin menguat di Amerika Serikat
sejak peristiwa 9/11. Orang-orang yang memeluk agama islam di Amerika dipandang dan
disamaratakan dengan para terorisme, hal ini merupakan dampak dari kampanye war on
terrorism yang dicetuskan oleh George W Bush. Meskipun masyarakat mempunyai
banyak prasangka negatif tentang islam, islamophobia ini tidak memengaruhi ke level
decision making yang dibuat oleh pemerintah. Namun begitu, sudah tugas pemerintah
untuk mengurangi islamophobia karena hal itu dapat meretakkan nasionalisme di negara
itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku
Duncan, Russell, dan Joseph Goddard. Contemporary America. New York: Palgrave
Macmillan, 2003.
Jung, Jong Hyun. “Islamophobia? Religion with Muslims, and the Respect for Islam.”
Religious Research Association, Inc., 2012: 122-124.
Kumar, Deepa. Islamophobia and the Politics of Empire. Chicago: Haymarket Books,
2012.
Miroff, Bruce, Raymond Seidelman, Todd Swanstrom, dan Tom De Luca. The
Democratic Debate: American Politics in An Age of Change. Wadsworth:
Wadsworth Cengage Learning, 2010.
Salaita, Steven George. “Beyond Orientalism and Islamophobia: 9/11, Anti-Arab Racism,
and the Mythos of National Pride.” Project Muse, 2006: 264.
Hermansen, Marcia. "Hybrid Identity Formations in Muslim America: The Case of
American Sufi Movements." The Muslim World, April 2007: 158–197.

Metcalf, Barbara Daly. Making Muslim Space in North America and Europe. California:
University of California Press, 1996.
Bardes, Barbara, Mack Shelley, dan Steffen Schmidt. American Government and Politics
Today. Boston: Wadsworth Political Science, 2012, hal.115
Sumber Jurnal
GhaneaBassiri, Kambiz. “The Journal of Religion.” Chicago Journals, 2001: 339.
Sirin, Selcuk R. "Exploring dual identification among Muslim-American emerging
adults: A mixed methods study." Journal of Adolescence, April 2008: 259–279.
Sumber Online
CNN, Muslim teen Ahmed Mohamed creates clock, shows teachers, gets arrested
(daring), 16 September 2015, , diakses pada 24 Oktober 2015.
DallasNews, Ahmed Mohamed swept up, 'hoax bomb' charges swept away as Irving
teen's

story

floods

social

media

(daring),

15

September

2015,

, diakses pada 24 Oktober 2015.
CNN, Ben Carson: U.S. shouldn't elect a Muslim president (daring), 21 September 2015,
,
diakses pada 24 Oktober 2015.
The Guardian, Ben Carson says no Muslim should ever become US president (daring), 20
September 2015, , diakses pada 24 Oktober 2015.
New York Post, Ben Carson: American’s President Cannot Be A Muslim (daring), 20
September

2015,

, diakses ada 24 Oktober 2015.
The Guardian, Ibid.
https://twitter.com/anildash/status/644020453724585984/photo/1, diakses 30 Oktober
2015.

M. McLaughlin,’Keith Ellison, First Muslim Congressman, Carries Clock in Solidarity
with Ahmed.’,

HUFFPOST

POLITICS

(online),

16

September

2015,

, diakses tanggal 30 Oktober 2015.
M. Teague, ‘Ahmed Mohamed is tired, excited to meet Obama, -and wants his clock
back.’,

theguardian

(online),

18

September

2015,

, diakses tanggal 30 Oktober
2015.
A. Alman, ‘Hillary Clinton Shuts Down Ben Carson Comments On Muslim President
Eligibility’,

HUFFINGTON

POLITICS

(online),

21

September

2015,

, diakses 31 Oktober 2015.
M. Ibrahim, ‘Never a Muslim President? Minessota Boy, 12, tells Ben Carson He’s
Wrong’,

MPRnews

(online),

23

September

2015,

,
diakses 30 Oktober 2015.
C. Farias, ‘Ben Carson Is Dead Wrong About Muslim President And The Constitution:
The Founders said no to a national faith and no to religious tests for public
office.’,

HUFFPOST

POLITICS

(online),

27

September

2015,

, diakses 30 Oktober 2015.
Green,

Todd.

Is

America

Becoming

More

Islamophobic?.

26

Juni

2015.

http://www.huffingtonpost.com/todd-green-phd/is-america-becoming-more_b_7658942.html (diakses Oktober 26, 2015).
CAIR.

Islamophobic

Organizations.

16

Juli

2015.

http://www.islamophobia.org/islamophobic-organizations.html (diakses Oktober
27, 2015).
Salem, Alia. Ahmed Mohamed dan Islamophobia di Amerika Serikat. 17 September 2015.
http://www.aktualita.co/ahmed-mohamed-dan-islamophobia-di-amerikaserikat/5267/ (diakses Oktober 25, 2015).