dari Trenggalek, dapat dilihat dari nilai kapasitas adsorpsinya yang lebih besar
meskipun ukuran partikelnya lebih kasar, yaitu lolos ayakan 60 mesh.
a
b
c Gambar 6 Pengaruh konsentrasi awal
larutan terhadap kapasitas adsorpsi CrIII dan CrVI
bentonit alam a, Na- bentonit
b, bentonit
termodifikasi oksida besi c.
Ada tiga pola isoterm yang digunakan, yaitu isoterm Langmuir, Freundlich, dan
Dubinin-Raduskevich. Isoterm Langmuir dan Freundlich digunakan untuk menentukan pola
isoterm adsorpsi berdasarkan nilai linearitas terbesar Tabel 3, sedangkan isoterm
Dubinin-Raduskevich
dipakai untuk
menentukan mekanisme adsorpsi berdasarkan nilai E
a
Tabel 4. Tabel 3 Nilai linearitas adsorpsi CrVI dan
CrIII Adsorben
Jenis isoterm
Linearitas CrVI CrIII
Bentonit alam Langmuir
93.20 87.85
Freundlich 83.87 75.03
Na-bentonit Langmuir
93.53 85.44
Freundlich 36.99 53.36
Bentonit termodifikasi
oksida besi Langmuir
95.39 96.60
Freundlich 6.66
3.76 Adsorpsi CrVI dan CrIII menggunakan
bentonit alam, Na-bentonit, dan bentonit termodifikasi oksida besi mengikuti pola
isoterm Langmuir.
Isoterm ini
menggambarkan pembatasan tapak aktif adsorpsi dengan asumsi bahwa tapak aktif
adsorben bersifat homogen dan memiliki energi yang sama dalam mengadsorpsi
adsorbat Atkins 1999. Tabel 4 Nilai E
a
adsorpsi CrIII dan CrVI Adsorben
Larutan E
a
kJmol Bentonit
alam CrIII
0.02 CrVI
0.02 Na-bentonit
CrIII 0.03
CrVI 0.03
Bentonit termodifikasi
oksida besi CrIII
0.05 CrVI
0.07 Nilai E
a
dari persamaan isoterm Dubinin- Raduskevich untuk adsorpsi CrVI dan
CrIII menggunakan bentonit alam dan Na- bentonit berturut-turut sebesar 0.02 dan 0.03
kJmol, sedangkan dengan menggunakan bentonit termodifikasi oksida besi berturut-
turut sebesar 0.07 dan 0.05 kJmol. Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 13.
Dapat
diasumsikan bahwa
mekanisme adsorpsi yang terjadi merupakan adsorpsi
secara fisika karena nilai E
a
yang diperoleh lebih kecil dari 8 kJmol Chen Chen 2009.
0,00 1,00
2,00 3,00
4,00 5,00
100 200 300 500 700
Qe m
g g
Konsentrasi awal larutan mgL
CrIII CrVI
0,0 2,0
4,0 6,0
8,0
100 200 300 500 700
Qe m
g g
Konsentrasi awal larutan mgL
CrIII CrVI
0,0 5,0
10,0
100 200 300 500 700
Qe m
g g
Konsentrasi awal larutan mgL
CrIII CrVI
Kolom Adsorpsi
Perbedaan waktu kontak optimum antara adsorpsi CrVI dan CrIII dengan cara batch
memungkinkan untuk dilakukan spesiasi menggunakan kolom lapik tetap. Dilakukan
pengaturan laju alir laju kontak influen adsorbat yang masuk ke dalam kolom
adsorben dengan efluen sisa adsorbat yang tidak terjerap yang keluar dari kolom
adsorben. Adsorpsi menggunakan kolom lapik tetap yang telah diujicobakan pada kolom
kaca dengan ukuran panjang 15 cm dan diameter 1 cm dengan bobot adsorben
sebanyak 5 g. Adsorben yang diisikan pada kolom adalah bentonit termodifikasi oksida
besi karena nilai kapasitas adsorpsinya paling tinggi dibandingkan dengan bentonit alam dan
Na-bentonit. Namun, pada pengujian terdapat kendala pada pengaturan laju alir yang
berpengaruh kepada laju adsorpsi.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk keluarnya 1
tetes air bebas ion dari kolom selama 11 menit 10 detik. Mengurangi bobot adsorben dari 5 g
menjadi 2.5 g mengurangi waktu yang dibutuhkan,tetapi masih cukup lama, yaitu 18
detik. Karena waktu yang dibutuhkan untuk mengalirkan air pada kolom sangat lama,
pembuktian
kemungkinan spesiasi
berdasarkan perbedaan waktu kontak tidak dapat dilakukan pada kolom kemas manual
ini.
Analisis X-ray Diffractometer
Pencirian bentonit dilakukan dengan cara analisis XRD atau difraktometer sinar-X.
Analisis kualitatif dan nilai kristalinitas bentonit alam, Na-bentonit, dan bentonit
termodifikasi oksida besi dapat lihat pada Lampiran 14 a, b, dan c. Inti dari analisis
kualitatif
adalah mencocokkan
hasil difraktogram sampel dengan difraktogram
yang terdapat pada data PCPDFWIN versi 1.30 JCPDS-ICDD 1997 Lampiran 15.
Difraktogram sinar-X ketiga sampel ini dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Difraktogram sinar-X bentonit
alam biru,
Na-bentonit merah,
dan bentonit
termodifikasi oksida
besi hijau.
Difraktogram ketiga jenis bentonit tersebut teridentifikasi sebagai kuarsa. Jumlah puncak
yang muncul pada difraktogram sinar-X bentonit alam, Na-bentonit, dan bentonit
termodifikasi oksida besi berturut-turut sebanyak 32, 24, dan 47 puncak Lampiran
16. Kristalinitas berturut-turut sebesar 80.51, 72.77, dan 84.44 dengan 3 puncak tertinggi
ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5 Tiga puncak tertinggi difraktogram
sinar-X bentonit alam, Na-bentonit, dan bentonit termodifikasi oksida
besi
Sampel Puncak
2θ d
Å Bentonit alam
26.8174 3.3217 26.6034
3.348 20.0161 4.4324
Na-bentonit 26.7102 3.3348
20.9072 4.2455 26.46.36 3.3653
Bentonit termodifikasi
oksida besi 26.7313 3.3323
20.9280 4.2413 20.0361 4.4281
Karakteristik monmorilonit terdapat pada salah satu dari ketiga puncak tertinggi
difraktogram sinar-X bentonit alam, yaitu pada 2θ = 20.0161 d = 4.4324 Å. Dua
puncak tertinggi
difraktogram sinar-X
bentonit alam yang lain menunjukkan karakteristik mineral. Puncak yang lain pada
Gambar 7
yang mendukung
bahwa
difraktogram sinar-X
bentonit alam
mengandung monmorilonit ialah 2θ = 5.8373
d = 15.1282 Å. Difraktogram sinar-X yang mempunyai puncak 2θ = 19.92 d
001
= 4.45 Å dan 2θ = 5.91 d
001
= 14.95 Å merupakan karakteristik mineral monmorilonit Wijaya et
al . 2005. Wijaya Fatimah 2006 juga
menyebutkan bahwa puncak yang mencirikan montmorilonit adalah
pada 2θ = 5.93 dan didukung dengan puncak lain pada 2θ =
20.18, 23.57, dan 26.57. Puncak 2θ = 26.6034 pada difraktogram sinar-X bentonit alam
selain mencirikan mineral kuarsa juga menjadi puncak pendukung untuk montmorilonit.
Puncak-puncak lain
yang mencirikan
monmorilonit pada difraktogram sinar-X bentonit alam adalah
2θ = 6.2438 d = 14.14.42 Å
, 2θ = 20.2158 d = 4.3891 Å, 2θ = 35.0141 d = 2.5606 Å,
2θ = 35.2340 d = 2.5452 Å
, 2θ = 62.1815 d = 1.417 Å, sesuai dengan monmorilonit-15A PCPDF nomor
29-1498. Monmorilonit merupakan mineral utama penyusun bentonit.
Puncak yang
mencirikan adanya
monmorilonit tidak terdapat pada ketiga puncak tertinggi difraktogram sinar-X Na-
bentonit Tabel 5, karena terjadi pergeseran atau pelebaran puncak. Namun, terdapat
puncak-puncak lain yang mendukung adanya montmorilonit. Puncak ketiga tertinggi
26.46.36 d = 3.3653Å merupakan puncak pendukung adanya mineral monmorilonit
selain
mencirikan mineral
kuarsa. Karakteristik monmorilonit pada difraktogram
sinar-X Na-bentonit muncul pada 2θ =
19.9362 d = 4.4500 Å, puncak ini mengalami pergeseran ke kiri dan nilai d-nya
meningkat dari puncak ketiga tertinggi difraktogram sinar-X bentonit alam, yang
terdapat pada
2θ = 20.0161 d = 4.4324 Å. Modifikasi bentonit alam dengan natrium
menyebabkan pelebaran atau pergeseran puncak pada difraktogram sinar-X Na-
bentonit. Hal ini terlihat dari tidak munculnya puncak
yang mencirikan
adanya montmorilonit yang terdapat dibawah 10°
karena puncak
mengalami pelebaran,
meningkatnya jarak antarlapis basal spacing dan berkurangnya jumlah puncak yang
muncul pada difraktogram sinar-X Na- bentonit.
Namun, nilai
kristalinitas difraktogram sinar-X Na-bentonit lebih kecil
dibandingkan difraktogram bentonit alam. Hal ini menunjukkan bahwa bentonit alam belum
jenuh oleh natrium. Karakteristik puncak oksida besi hematit
tidak terlihat pada ketiga puncak tertinggi difraktogram sinar-X bentonit termodifikasi
oksida besi, namun terdapat pada puncak- puncak lainnya. Dua puncak tertinggi
difraktogram sinar-X bentonit termodifikasi oksida besi menunjukkan karakteristik
mineral kuarsa dan satu puncak tertinggi yang lain menunjukkan karakteristik monmorilonit.
Karakteristik puncak oksida besi hematit pada
difraktogram sinar-X
bentonit termodifikasi oksida besi muncul dengan
intensitas puncak yang kecil pada 2θ =
35.5537 d = 2.5230 Å dan munculnya puncak baru pada
2θ = 33.2257 d = 2.6943Å.
Puncak-puncak pendukung
terpilarnya oksida besi pada bentonit ter
modifikasi oksida besi terdapat pada 2θ = 35.7601 d = 2.5089 Å,
2θ = 39.5492 d = 2.2768 Å,
2θ = 43.7734 d = 2.0664 Å, 2θ = 56.0200 d = 1.6402 Å,
2θ = 57.6129 d = 1.5986 Å,
2θ = 62.5414 d = 1.4840 Å, 2θ = 64.1160 d = 1.4513 Å. Bentonit alam
sebelum dimodifikasi dengan besi telah mengandung besi hematit yang dicirikan
pada difraktogram sinar-X bentonit alam pada
2θ = 35.6103 d = 2.5191 Å. Peningkatan jumlah besi pada difraktogram sinar-X
bentonit termodifikasi oksida dapat dilihat dari peningkatan nilai d dari puncak yang
mencirikan adanya besi hematit yang
terdapat pada 2θ = 35.5537 d = 2.5230 Å Modifikasi bentonit alam dengan oksida
besi menyebabkan pelebaran dan peningkatan jumlah puncak yang mucul pada difraktogram
sinar-X bentonit termodifikasi oksida besi. Pelebaran puncak disebabkan oleh puncak
yang mencirikan adanya monmorilonit, yang terdapat di bawah 10° tidak terlihat lagi,
sedangkan peningkatan jumlah puncak disebabkan oleh adanya penambahan puncak
karena munculnya puncak baru yang mencirikan
oksida besi.
Selain itu,
peningkatan jumlah puncak juga disebabkan difraktogram sinar-X bentonit termodifikasi
oksida besi di atas 68° masih muncul puncak, namun tidak demikian dengan difraktogram
sinar-X bentonit alam dan Na-bentonit. Nilai kristalinitas pada difraktogram bentonit
termodifikasi oksida besi paling besar dibandingkan bentonit alam dan Na-bentonit,
sedangkan puncak-puncak yang mencirikan oksida besi memiliki intensitas yang kecil.
Dengan demikian, oksida besi belum terpilar dengan baik pada bentonit.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Bentonit alam daerah Cigudeg, Bogor mengalami peningkatan kapasitas adsorpsi
terhadap CrVI
dan CrIII
setelah dimodifikasi dengan natrium dan dipilarisasi
dengan oksida besi. Kapasitas maksimum untuk adsorpsi CrVI pada bentonit alam, Na-
bentonit, dan bentonit termodifikasi oksida besi berturut-turut sebesar 4.41, 4.97, dan 5.85
mgg adsorben, sementara untuk adsorpsi CrIII berturut-turut sebesar 4.49, 6.08, dan
8.17 mgg adsorben. Pola isoterm adsorpsi CrIII dan CrVI mengikuti pola isoterm
Langmuir dan mekanisme adsorpsinya terjadi secara fisisorpsi. Karakterisasi menggunakan
difraktometer
sinar-X menunjukkan
pergeseran, pelebaran, dan perubahan jumlah puncak pada difraktogram Na-bentonit dan
bentonit termodifikasi oksida besi
.
Spesiasi CrVI dan CrIII menggunakan kolom
adsorpsi terkendala pada rendahnya laju alir.
Saran
Spesiasi yang dilakukan pada kolom adsorpsi sebaiknya menggunakan adsorben
dengan ukuran yang lebih besar atau mencari pengektrak fase padat yang lain. Analisis lebih
lanjut terhadap bentonit menggunakan SEM Scanning Electron Microscopy sebelum dan
setelah modifikasi dengan oksida besi untuk mengamati morfologi permukaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Jabri M. 2008. Kajian metode penetapan kapasitas tukar kation zeolit sebagai
pembenah tanah untuk lahan pertanian terdegradasi. Jurnal Standardisasi 10 2:
56−59. [AOAC]. 1984. Determination of water
content. USA: AOAC 1984. Atkins PW. 1999. Kimia Fisik. Edisi ke-4.
Irma IK, penerjemah, Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Physical Chemistry.
Chen AH, Chen SM. 2009. Biosorption of azo dyes
from aqueous
solution by
glutaraldehyde-crosslinked chitosans. J Hazard Mater
172: 1111 –1121.
Clesceri LS, Arnold EG, Andrew DE. 1989. Standard Methods for the Examination of
Water and Wastewater . 20
th
Edition. Washington DC: Alpha Awwa wes.
Clesceri LS, Greenberg AE, Eaton AD, Rice EW. 2005. Standard Methods for the
Examination of Water and Wastewater .
21
th
Edition. Washington DC: American
Public Health Association Correa GF, Becerril JJ. 2007. ChromiumVI
adsorption on boehmite. J Hazard Mater 162: 1178
−1184. Diantarani NP et al. 2008. Proses biosorpsi
dan desorpsi ion CrVI pada biosorben rumput laut Eucheuma spinosum. Jurnal
Kimia 2: 45
–52. Ferreira SLC et al. 2007. Review of
procedures involving separation and preconcentration for the determination of
cadmium using spectrometric techniques. J Hazard Mater
145 : 358 –367.
Gode F, Moral E. 2008. Column study on the adsorption of CrIII and CrVI using
Pumice, Yarikkaya brown coal, Chelex –
100, and Lewatit MP 62. Bioresour Technol
99: 1981 –1991.
Gong J, Wang B, Zeng G, Yang C, Niu C, Niu Q, Zhou W, dan Liang Y. 2009. Removal
of cationic dyes from aqueous solution using
magnetic multi-wall
carbon nanotube nanocomposite as adsorbent. J
Hazard Mater 164:1517-1522
Goswani S, Ghosh UC. 2005. Studies on adsorption behaviour of CrVI onto
synthetic hydrous stannic oxide. Water SA 314: 597−602.
Handayani G. 2007. Preparasi dan uji adsorpsi monmorilonit terpilar besi oksida
trehadap logam CrVI dalam media air dan limbah electroplating [skripsi]. Bogor:
Fakultas Matematika
dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Hassanien MM, Kenawy IM, El-Menshawy AM, El-Asmy AA. 2008. A novel method
for speciation of CrIII and CrVI and individual determination using Duolite
C20 modified with active hydrazone. J Hazard Mater
158 170 –176.
Jing Fan, Chunlai Wu, Yafang Wei, Chuanyun Peng, Pingan Peng. 2007.
Preparation of
xylanol orange
fungtionalized silica gel as a selective solid phase extractor and its application for
preconcentration-separation of mercury from waters. J Hazard Mater 145 : 323
– 330.
Kusnoputranto H.
1996. Toksikologi
Lingkungan Logam Toksik dan B3 .
Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Pusat Penelitian Sumber Daya
Manusia dan Lingkungan, UI.
Lach J et al. 2008. The adsorption of CrIII and CrVI on activated carbon in the
presence of phenol. Desalination 223: 2459
–2555. Las T. 2005. Potensi zeolit untuk mengolah
limbah industri dan radioaktif. [terhubung berkala].
http:www.batan.go.idptlrartikelzeolit.ht ml.
20 April 2012 Lumingkewas S. 2009. Konversi Ca-bentonit
menjadi Na-bentonit menggunakan teknik pertukaran ion. Jurnal Agritek 17: 935
– 955.
Martha F. 2004. Penetapan limit deteksi dan limit respon linear serta pengaruh oksidasi
terhadap pengukuran kromium dengan spektrofotometri sinar tampak [skripsi].
Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor.
[MENLH] Menteri Negara Lingkungan Hidup. 1995. Batas baku logam berat di
perairan. Jakarta:
KEP- 51MENLH101995.
Monasterio RP, Altamirano JC, Martinez LD, Wuilloud RG. 2009. A novel fiber-packed
column on-line preconcentration and speciation analysis of chromium in
drinking water with flame atomic absorption spectrometry. Talanta 77:
1290
–1294. Noroozifar M, Khorasani-Motlagh M. 2003.
Spesific extraction of chromium as tetrabutylammonium-chromate
and spectrophotometric
determination by
diphenylcarbazide: speciation
of chromium in effluent stream. Analytical
Science 19: 705
–708. Poole CF. 2003. New trends in solid phase
extraction. Trends in Analytical Chemistry 22 6: 362−373.
[PP] Peraturan
Pemerintah. 2001.
Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Jakarta: PP nomor 82
tahun 2001.
Prihatin MA. 2010. Adsorpsi ion CrVI dan CrIII dengan monmorilonit termodifikasi
oksida besi [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Pertanian Bogor.
Sukandarrumidi. 1999.
Bahan Galian
Industri . Yogyakarta: UGM Pr.
Syuhada, Rahmat W, Jayatin, Saeful R. 2009. Modifikasi bentonit clay menjadi
organoclay dengan penambahan surfaktan.
Jurnal Nanosains dan Nanoteknologi 2: 1.
Teja AS, Koh P. 2009. Synthesis, properties, and applications of magnetic iron oxide
nanoparticles. Prog Crystal Growth and Characterization of Mat
55:22-45. Trisunaryanti W, Triwahyuni E, Sudiono S.
2005. Preparasi,
modifikasi, dan
karakterisasi katalis Ni-Mo zeolit alam dan Mo-Nizeolit alam. Teknoin 10 4:
269−282. Vogel. 1990. Analisis Anorganik Kualitatif
Makro dan Semimikro. Setiono L dan Pudjaatmaka AH, penerjemah; Svehla G,
editor. Jakarta: Kalman media Pusaka. Terjemahan dari: Textbook of Macro and
Semimicro Qualitative Inorganic Analysis.
Wahyu T et al. 2004. Pengaruh ion CrVI terhadap hasil fotodegradasi klorofenol.
Indonesia Journal of Chemistry 4:
156 −160.
Widihati IAG. 2002. Sintesis lempung monmorilonit terpilar Fe
2
O
3
dan kajian sifat-sifat
kimia fisiknya
[tesis]. Yogyakarta: Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Gajah Mada.
Widyaningsih J. 2009. Adsorpsi dan desorpsi ion
CrVI pada
bentonit yang
dimodifikasi HDTMABr [skripsi]. Bogor: Fakultas
Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor. Wijaya et al. 2004. Sintesis komposit oksida-
besi monmorilonit dan uji stabilitas strukturnya
terhadap asam
sulfat. Indonesian Journal of Chemistry
4: 33−42. Wijaya et al. 2005. Sintesis Fe
2
O
3
- monmorilonit dan aplikasinya sebagai
fotokatalis untuk degradasi zat pewarna congo red. Indonesian Journal of
Chemistry 5: 41−47.
Wijayanti E. 2005. Ekstraksi kromium heksavalen sebagai tetrabutil ammonium
kromat dan
pengukuran secara
spektrofotometri sinar tampak [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Wijaya K, Fatimah I. 2006. Pengaruh metode preparasi terhadap karakter fisikokimiawi
montmorilonit termodifikasi ZrO
2
. Akta Kimindo
1: 87 −92.
[USEPA]. 1998. Toxicological Review of Hexavalent Chromium
. Washington DC: US Environmental Protecting Agency.
Yuliani HR, Prasetyo I, Prasetya A, Kartika U. 2010. Pembuatan dan karakterisasi
ampo terpilar besi oksida [kajian rasio hidrolisis
agen pemilar
OHFe] [penelitian]. Yogyakarta: Jurusan Teknik
Kimia, Universitas Gajah Mada.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Diagram alir penelitian
Preparasi Kadar air
Bentonit Cigudeg
Na-bentonit Bentonit termodifikasi
oksida Bentonit alam lolos
60 mesh
Keasaman
KTK pH optimum
CrIII dan CrVI
Waktu kontak optimum CrIII
dan CrVI
Kapasitas dan Isoterm
adsorpsi CrIII dan CrVI
Karakterisasi XRD
Keasaman
KTK pH optimum
CrIII dan CrVI
Waktu kontak optimum
CrIII dan CrVI
Kapasitas dan Isoterm
adsorpsi CrIII dan CrVI
Karakterisasi XRD
Kadar besi Keasaman
KTK pH optimum
CrIII dan CrVI
Waktu kontak optimum CrIII
dan CrVI
Kapasitas dan Isoterm adsorpsi
CrIII dan CrVI Karakterisasi
XRD
Kolom adsorpsi CrIII dan CrVI
dan campurannya
Kadar air Kadar air
Kadar air
Kapasitas adsorpsi maksimum bentonit termodifikasi oksida besi
Lampiran 2 Perhitungan pembuatan larutan stok CrIII dan CrVI Bobot CrCl
3
.6H
2
O yang harus ditimbang untuk membuat larutan stok CrIII 1000 mgL sebanyak 100 mL
1000 mg CrIIIL = 1000 mg x 1 g x 1 mol = 0.0192 M L 10
3
mg 52 g mol CrIII
∼ mol CrCl
3
.6H
2
O Konsentrasi CrIII M = mol CrIII x 1000
volume mL 0.0192 = Bobot CrCl
3
.6H
2
O x 1000 BM CrCl
3
.6H
2
O volume mL 0.0192 = Bobot CrCl
3
.6H
2
O x 1000 266.5 gmol 100 mL
Bobot CrCl
3
.6H
2
O = 0.5117 g
Bobot K
2
Cr
2
O
7
yang harus ditimbang untuk membuat larutan stok CrVI 1000 mgL sebanyak 100 mL
1000 mg CrVIL = 1000 mg x 1 g x 1 mol = 0.0192 M L 10
3
mg 52 g
Konsentrasi CrVI M = mol CrVI x 1000 volume mL
0.0192 = mol CrVI x 1000
100 mL mol CrVI = 1.92 x 10
-3
mol mol CrVI
∼ 2 mol K
2
Cr
2
O
7
mol K
2
Cr
2
O
7
= 12 x mol CrVI = 12 x 1.92 x 10
-3
mol = 9.6 x 10
-4
mol Bobot K
2
Cr
2
O
7
= mol K
2
Cr
2
O
7
x BM K
2
Cr
2
O
7
= 9.6 x 10
-4
mol x 294 gmol
Bobot K
2
Cr
2
O
7
= 0.2822 g
Lampiran 3 Penentuan kadar air sampel sebelum dan setelah preparasi
Sampel Ulangan
Bobot cawan
kosong g Bobot sampel
yang ditimbang g
Bobot cawan + sampel setelah
dikeringkan g Bobot sampel
setelah dikeringkan
g Kadar
air Bentonit
awal sebelum
preparasi 1
2.0465 3.0082
4.2117 2.1652
28.02
2
1.9521 3.0057
4.136 2.1839
27.34
3
1.9799 3.0038
4.142 2.1621
28.02
Rerata 27.8
Bentonit alam setelah
dicuci 1
26.6203 3.0057
29.4152 2.7949
7.01 2
21.587 3.0053
24.3841 2.7971
6.93 3
25.9457 3.0066
28.7448 2.7991
6.9
Rerata 6.95
Na-bentonit 1
23.0474 3.0064
25.8391 2.7917
7.14 2
22.7061 3.0021
25.4981 2.792
7 3
24.5859 3.0061
27.3792 2.7933
7.08
Rerata 7.07
Bentonit termodifikasi
oksida besi 1
22.2134 3.0016
25.0925 2.8791
4.08 2
26.4372 3.0052
29.3168 2.8796
4.18 3
27.2118 3.0026
30.0902 2.8784
4.14
Rerata 4.13
Contoh perhitungan: Kadar air = A dan B bobot sebelum dan setelah pengeringan
= = 28.02
Lampiran 4 Pengukuran kadar besi bentonit termodifikasi oksida besi Larutan
V standar A sebelum
A sesudah Blangko
0.00 0.0000
0.0000 1
2.50 0.1752
0.0088 2
5.00 0.2366
0.0334 3
7.50 0.3028
0.0778 4
10.00 0.3686
0.1079 5
12.50 0.4341
0.1624 6
17.50 0.5346
0.2321 100
A B
A 100
3.0082 2.1652
3.0082
Gambar 1 Kurva hubungan antara volume standar Fe
3+
dengan absorbans.
Persamaaan garis sebelum penjerapan, y = 0.024x + 0.118 Intersep x didapatkan saat y = 0
Maka untuk nilai x, didapatkan nilai mutlaknya = 4.9 Keterangan:
A
C
= Konsentrasi sampel Fe
3+
mgL
o
V
= Volume sampel mL
s
C
=
Konsentrasi standar Fe
3+
mgL x intersep
= 4.9 =
A
C
=
9.8 mgL Konsentrasi sebenarnya =
A
C
Fp = 9.8 mgL
500 = 4900 mgL
Persamaaan garis setelah penjerapan, y = 0.015x - 0.036 Maka untuk nilai x, didapatkan nilai mutlaknya = 2.4
2.4 =
A
C
=
4.8 mgL
s o
A
C V
C
L mg
mL C
A
10 5
Intersep b
a
L mg
mL C
A
10 5
y = 0,0243x + 0,1188 R² = 0,9965
y = 0,0153x - 0,0369 R² = 0,9935
0,00 0,10
0,20 0,30
0,40 0,50
0,60
5 10
15 20
ab sor
b an
s
Volume standar mL
Sebelum penjerapan Setelah penjerapan
Konsentrasi sebenarnya =
A
C
Fp = 4.8 mgL
500 = 2400 mgL
Kapasitas dan efesiensi adsorpsi Fe
3+
Q = E =
Q =
Q = 62.4625 mgg
Q = 0.0625 gg adsorben
Lampiran 5 Keasaman bentonit alam, Na-bentonit, dan bentonit termodifikasi oksida besi
Adsorben Ulangan
Meniskus awal mL
Meniskus akhir
mL V terpakai
mL Keasaman
meg
Bentonit alam Blangko
0.00 24.70
24.70 -
1 0.00
19.25 19.25
5.3320 2
0.00 19.30
19.30 5.3057
3 19.30
38.65 19.35
5.2535
Rerata 5.2971
Na-bentonit 1
0.00 20.60
20.60 4.0204
2 0.00
20.70 20.70
3.9310 3
20.70 41.40
20.70 3.9278
Rerata 3.9597
Bentonit termodifikasi oksida besi
1 4.50
26.80 22.30
2.3590 2
26.80 49.20
22.40 2.2464
3 0.00
22.30 22.30
2.3529
Rerata 2.3194
massa C
C V
akhir awal
g L
mg L
mg L
0060 .
10 2400
4900 25
.
awal
akhir awal
C C
C
100
4900 2400
4900
100
02 .
51
Contoh perhitungan: Bobot boraks yang ditimbang: 0.9556 g
N
boraks
= g x 1000 BE mL
= 0.9556 x 1000 191 gek 50 mL
= 0.1001 N V.N
HCl
= V.N
boraks
= 5.3320 meg
N
HCl
= 10 mL x 0.1001 N 1 mL
= 1.0010 N
Rerata N
HCl
= N1+N2+N3 3
= 1.0010 + 0.9533 + 1.0010 3
= 0.9851 N
Keasaman
= V
blangko
- V s
ampel
x N
HCl
massa Keasaman = 24.7
mL
– 19.25
mL
x 0.9851
N
1.0069 g
Lampiran 6 Kurva standar larutan CrIII dan CrVI Kurva standar CrIII
Konsentrasi Absorbans 0.00
0.0000 0.10
0.0360 0.20
0.1050 0.40
0.2110 0.60
0.3490 0.80
0.5120 Gambar 2 Kurva hubungan antara konsentrasi larutan standar CrIII dan absorbansnya.
Kurva standar CrVI
Konsentrasi Absorbans 0.00
0.0000 0.10
0.0701 0.20
0.1290 0.40
0.3110 0.60
0.4290 0.80
0.6320 Gambar 3 Kurva hubungan antara konsentrasi larutan standar CrVI dan absorbansnya.
y = 0,6388x - 0,0214 R² = 0,9913
-0,10 0,00
0,10 0,20
0,30 0,40
0,50 0,60
0,0 0,1
0,2 0,3
0,4 0,5
0,6 0,7
0,8 0,9
A b
sor b
an s
Konsentrasi larutan CrIII ppm
y = 0,7796x - 0,011 R² = 0,9944
0,00 0,10
0,20 0,30
0,40 0,50
0,60 0,70
0,0 0,2
0,4 0,6
0,8 1,0
A b
sor b
an s
Konsentrasi larutan standar CrVI ppm
Lampiran 7 Penentuan pH optimum bentonit alam Adsorpsi
pH Massa g Absorbans
C akhir mgL
Q mgg
E
CrIII 2
0.5038 0.293
196.86 1.56
1.57 3
0.5044 0.292
196.23 1.87
1.89 4
0.5037 0.290
194.98 2.49
2.51 5
0.5024 0.288
193.73 3.12
3.14
6 0.5076
0.285 191.85
4.01 4.08