Teori Persepsi PERSEPSI DAN ELIT

13

BAB II PERSEPSI DAN ELIT

Pada bab dua ini penulis akan menjelaskan tentang teori persepsi dan teori elit. Dalam teori persepsi penulis menjelaskan pengertian persepsi, proses terbentuknya persepsi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi. Di teori elit penulis akan menjelaskan tentang pengertian elit, macam-macam elit, dan peran elit. Dua teori tersebut merupakan landasan teori dalam penelitian ini.

2.1. Teori Persepsi

Secara bahasa kata persepsi atau di dalam bahasa Inggris perseption yang berasal dari bahasa latin perceptio, dan percepire, yang artinya menerima atau mengambil. Menurut Kamus Lengkap Psikologi, persepsi adalah: 1 Proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera. 2 Kesadaran dari proses-proses organis. 3 Satu kelompok penginderaan dengan penambahan arti-arti yang berasal dari pengalaman di masa lalu. 4 Variabel yang mengalami atau ikut campur tangan, berasal dari kemampuan organisasi untuk melakukan pembedaan di antara rangsangan-rangsangan. 5 Kesadaran intuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan mengenai sesuatu Chaplin 2006, 358. Secara istilah beberapa pengertian persepsi yang dikemukakan para ahli, yakni oleh Robert Fieldman 1999, 126 dalam Understanding Psicology: Perception a contructive process by which we go beyond the stimuli that are presented to us and attempt to construct a meaningful situation. Artinya persepsi adalah proses konstruktif melalui rangsangan yang disajikan kepada kita dan mencoba untuk memaknai situasi. Menurut Branca, Woodworth, dan Marquis sebagaimana yang dikutip oleh Agus Abdul Rahman 2013, 4 bahwa persepsi merupakan proses penerimaan rangsangan oleh individu melalui alat indera; yaitu melalui mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit dari luar individu. Alat indera tersebut 13 14 merupakan alat penghubung antara individu dengan dunia luarnya. Dengan persepsi individu akan menyadari tentang keadaan sekitarnya dan juga keadaan dirinya sendiri. Persepsi merupakan aktivitas yang menyatukan rangsangan dengan alat indera dalam diri individu. Apa yang ada dalam diri individu akan aktif dalam persepsi. Berdasarkan hal tersebut persepsi dapat dikemukakan karena perasaan, kemampuan berpikir, dan pengalaman- pengalaman. Dalam mempersepsikan sesuatu rangsangan akan berbeda antara individu satu dengan individu lain Rahman 2013, 4 . Menurut Branca yang dikemukakan oleh Bimo Wallogi Umugito 2010, 99 bahwa persepsi adalah proses yang terpadu dalam diri individu terhadap rangsangan yang diterimanya. Dengan demikian dapat diartikan bahwa persepsi itu merupakan penyusunan dan penginterpretasian terhadap rangsangan yang diterima oleh alat indera sehingga merupakan sesuatu yang berarti. Dalam penginderaan orang akan mengaitkan dengan rangsangan, sedangkan dalam persepsi orang akan mengaitkannya dengan objek. Dalam persepsi rangsangan dapat datang dari luar, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu sendiri. Akan tetapi sebagian terbesar rangsangan datang dari luar individu yang bersangkutan. Persepsi dapat datang dari macam-macam alat indera yang ada pada diri manusia, tetapi sebagian besar persepsi datang melalui alat indera penglihatan. Karena itulah banyak penelitian mengenai persepsi adalah persepsi yang berkaitan dengan alat penglihatan Umugito 2010, 100. Ketika terjadi kontak sosial secara sadar ataupun tidak, kita biasanya berusaha untuk membangun pemahaman mengenai orang-orang yang ada di sekitar kita. Pada saat itu kita melakukan pemahaman terhadap aspek fisik, psikologis, sosial, dan spiritual orang lain. Pemahaman terhadap aspek-aspek tersebut kemudian membentuk pemahaman menyeluruh mengenai orang lain. Pada saat itu kita mempunyai kesimpulan mengenai karakteristik kunci dari orang lain Umugito 2010, 100. 15 Agus Abdul Rahman 2013, 74 mengemukakan pendapat Heider yang mengatakan bahwa persepsi sosial bersumber dari dua kebutuhan yaitu, untuk memahami dan untuk mengendalikan lingkungan. Kita mempunyai kebutuhan untuk memahami lingkungan, termasuk untuk memahami orang- orang yang ada di sekitar kita. Contohnya saja ada orang yang tidak nyaman jika berbicara dengan orang yang namanya tidak diketahui. Kebutuhan yang kedua adalah kebutuhan untuk mengendalikan lingkungan. Kebutuhan ini berkaitan dengan kebutuhan untuk memahami. Pemahaman mengenai karakteristik dan motivasi orang lain, akan membuat kita lebih mudah dalam memprediksi dan menentukan apa yang sebaiknya kita lakukan. Selanjutnya Bimo Wallogi Umugito 2010 mengemukakan pendapat ahli yaitu Baron dan Byrney bahwa persepsi adalah proses pemaknaan terhadap rangsangan. rangsangan yang berupa benda disebut objek persepsi, sedangkan berupa manusia disebut sosial persepsi. Persepsi sosial adalah suatu usaha untuk memahami orang lain dan diri kita sendiri. Manusia merupakan objek dalam persepsi, ada empat aspek dari manusia yang bisa dipersepsikan oleh manusia lainnya. Aspek-aspek tersebut berupa: 1. Aspek fisik. Seperti daya tahan fisik, daya tarik fisik, kecepatan, kekuatan, tinggi badan, berat badan, kesehatan, kebugaran, kelenturan, warna kulit, kualitas suara, warna rambut, bentuk muka, bentuk hidung, dan lain-lain. 2. Aspek psikologi. Seperti kepribadian, sikap, motivasi, stabilitas emosi, kecerdasan, minat, kesabaran, dan lain-lain. 3. Aspek sosial kultural. Seperti keterampilan sosial, keberanian, integritas sosial, kepekaan sosial, kemandirian, dan lain-lain. 4. Aspek spiritual seperti orientasi beragama, integritas moral, perilaku beribadah, dan lain-lain Umugito 2010, 103. Dari banyak aspek tersebut realitasnya hanya sebagian aspek saja yang menjadi pusat perhatian dan menjadi objek persepsi manusia. Persepsi 16 bersifat selektif, di sini hukum atensi berlalu, biasanya seseorang tertarik pada aspek-aspek yang dibutuhkan atau disukai motivasi, emosi, sikap, dan kepribadian, aspek-aspek yang sama dengan seseorang miliki kesamaan, aspek-aspek yang sama sekali beda dengan yang seseorang miliki, aspek- aspek yang karakter rangsangan mudah dipersepsikan kontras, frekuensi, ukuran, jumlah, dan aspek-aspek yang konteksnya menarik Umugito 2010, 79-81. Menurut Osgood, Suci dan Tannenbaum dalam penelitiannya yang dikemukakan oleh Agus Abdul Rahman 2013, 79-81, terdapat tiga dimensi dasar di dalam persepsi sosial; yaitu dimensi evaluasi baik-buruk, dimensi potensi lemah-kuat, dan dimensi aktivitas aktif-pasif. Jadi pemahaman kita mengenai diri kita sendiri atau orang lain tersebut bisa bersifat baik- buruk, kuat-lemah, atau aktif-pasif. Ada 3 faktor yang berperan dalam persepsi, faktor-faktor tersebut sebagai berikut: 1. Objek Objek menimbulkan rangsangan yang mengenai alat indera. rangsangan dapat datang dari luar individu yang mempersepsikan, tetapi juga datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf. Seperti otak sebagai pusat kesadaran dan sebagai alat untuk mengadakan respons. Objek persepsi yaitu; manusia dan lingkungan sekitar, kejadian, dan benda. 2. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf. Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima rangsangan. di samping itu juga ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan rangsangan yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu; otak sebagai pusat kesadaran dan sebagi alat untuk mengadakan respons. 3. Perhatian 17 Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian. Hal ini merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada suatu atau sekumpulan objek. Tanpa perhatian individu tidak akan mampu mempersepsikan rangsangan yang datang Umugito 2010, 101. Fattah Hanurahwan 2010, 37-41 mengemukakan pendapat Robbins, seorang ahli di dalam bukunya yang berjudul Psikologi Suatu Pengantar Sosial, terdapat tiga faktor utama yang memberi pengaruh terhadap pembentukan persepsi sosial seseorang. faktor-faktor itu adalah sebagai berikut: 1. Faktor penerima Seseorang yang mengamati orang lain sebagai objek sasaran persepsi, dan mencoba untuk memahaminya. Pemahaman proses kognitif akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik kepribadian utama, yaitu; konsep diri, nilai dan sikap, pengalaman di masa lalu dan harapan- harapan yang terdapat dalam dirinya. Seseorang yang memilik konsep diri tinggi dan selalu merasa diri secara mental dalam keadaan sehat, bisa saja melihat orang lain dari segi tinjuan yang bersifat positif dan optimistik, begitu sebaliknya. Selanjutnya nilai dan sikap seseorang memberikan pengaruh terhadap pendapatnya tentang orang lain. Orang yang memegang nilai dan sikap otoritarian tentu akan memiliki persepsi sosial yang berbeda dengan orang yang memegang nilai dan sikap liberal. Kemudian pengalaman di masa lalu sebagai bagian dasar informasi juga menentukan pembentukan persepsi seseorang. Selain itu harapan-harapan juga memberikan kerangka pemikiran dalam diri seseorang untuk melakukan penilaian terhadap orang lain ke arah tertentu. Jadi apa yang ada di dalam diri penerima rangsangan, itulah yang akan membentuk persepsi yang diungkapkan. 18 Contohnya pengalaman masa lalu seseorang yang pernah dikecewakan oleh orang lain, biasanya akan berdampak dalam mempersepsikannya. 2. Faktor situasi Faktor situasi dalam proses persepsi sosial ada tiga, yaitu: a. Seleksi Secara alamiah seseorang akan lebih memusatkan perhatian pada objek-objek yang dianggap lebih disukai, ketimbang objek-objek yang tidak disukainya. Proses kognitif semacam ini lazim disebut dengan seleksi informasi tentang keberadaan suatu objek, baik yang bersifat fisik maupun sosial. Contohnya, Jika laki-laki dihadapkan dengan beberapa wanita, maka laki-laki itu akan memilih wanita yang lebih cantik. b. Kesamaan Kesamaan adalah kecenderungan dalam proses peresepsi sosial untuk mengklasifikasikan seseorang dalam suatu kategori yang kurang lebih sama. Dalam hal ini terdapat kecenderungan dalam diri manusia untuk menyesuaikan orang-orang lain atau objek-objek fisik ke dalam skema struktural yang telah ada dalam dirinya. Pada konteks relasi sosial dengan orang lain, sering kali individu mengelompokkan orang lain ke dalam stereotip tertentu, seperti berdasar pada latar belakang jenis kelamin, status sosial, dan etnik. c. Situasi Situasi adalah Organisasi perseptual. Dalam proses persepsi sosial, individu biasanya untuk memahami orang lain sebagai objek persepsi ke dalam sistem yang bersifat logis, teratur, dan runtut. Pemahaman sistematik semacam itu biasa disebut dengan organisasi perseptual. Apabila seseorang menerima informasi maka ia mencoba untuk menyesuaikan informasi itu ke dalam pola-pola yang telah ada. 19 3. Ciri-ciri objek Proses pembentukan persepsi sosial dapat dipengaruhi oleh faktor objek. Dalam persepsi sosial secara khusus objek yang diamati itu adalah orang lain. Ada empat ciri-ciri yang terdapat dalam diri objek sangat memungkinkan untuk dapat memberi pengaruh yang menentukan terhadap persepsi sosial, yaitu: a. Keunikan. Dalam hal ini ciri-ciri unik yang terdapat dalam diri seseorang adalah salah satu unsur penting yang menyebabkan orang lain merasa tertarik untuk memusatkan perhatiannya. Orang memilik ciri-ciri relatif berbeda dari orang lain pada umumnya lebih mudah dipersepsikan keberadaannya. b. Kekontrasan. Seseorang akan lebih mudah dipersepsikan oleh orang lain terutama apabila ia miliki karakteristik berbeda dibanding lingkungan sosialnya. c. Ukuran dan intensitas. Dalam konteks ini, seorang yang bertubuh besar dibandingkan dengan orang-orang pada umumnya akan lebih mudah menimbulkan kesan pada orang lain. d. Kedekatan. Orang-orang dalam suatu departemen tertentu akan cenderung untuk diklasifikasikan sebagai memilik ciri-ciri yang sama karena hubungan yang dekat di antara mereka Hanurahman 2010, 37-41. Bimo Walgito Umugito 2010, 101 mengutip pendapat Tagiuri dan Petrullo bahwa mempersepsikan individu yang dipersepsikan itu mempunyai kemampuan, perasaan, harapan, walaupun kadarnya berbeda seperti halnya pada individu yang mempersepsikan. Dalam mempersepsikan orang lain kadang-kadang atau justru sering persepsi itu tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, dan sebaliknya. Orang yang dipersepsikan dapat menjadi lawan dari individu yang mempersepsikan. Hal tersebut tidak akan 20 ditemukan bila objek yang dipersepsikan itu bukan manusia. Hal ini berarti bahwa orang yang dipersepsikan dapat memberikan pengaruh kepada orang yang mepersespikan Umugito 2003, 57. Dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah, pemahaman seseorang terhadap rangsangan yang datang, melalui proses penginderaan yang dipengaruhi oleh faktor luar dan dalam diri orang yang mempersepsikan. Setiap individu memiliki persepsi yang berbeda-beda. Perbedaan itu terkadang dipengaruhi oleh objek yang dipersepsikan. Ketika mempersepsikan suatu benda tentu akan berbeda dengan mempersepsikan manusia. Jika manusia yang menjadi objek persepsi, maka orang yang mempersepsikan itu harus menyeleksi persepsi yang akan diutarakan agar tidak terjadi kesalahpahaman.

2.2. Teori Elit