TEKNIK KOMUNIKASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENEGAKAN KAWASAN TERTIB DI KOTA SUMBAWA BESAR Studi Pada Satuan Polisi Pamong Praja Kota Sumbawa Besar

(1)

TEKNIK KOMUNIKASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENEGAKAN KAWASAN TERTIB DI KOTA SUMBAWA BESAR

Studi Pada Satuan Polisi Pamong Praja Kota Sumbawa Besar Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1) SKRIPSI

Disusun oleh ILAN MAHARANI

NIM. 08220069

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Ilan Maharani NIM : 08220069 Konsentrasi : Public Relations

Judul Skripsi : Teknik Komunikasi Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Penegakan Kawasan Tertib Di Kota Sumbawa Besar (Studi Pada Satuan Polisi Pamong Praja Kota Sumbawa Besar)

Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

dan dinyatakan LULUS Pada Hari : Sabtu

Tanggal : 3 November 2012 Tempat : Ruang Dosen 609 Mengesahkan, Dekan FISIP UMM

Dr. Wahyudi, M.Si Dewan Penguji :

1. Abdullah Masmuh, Drs. M.Si Penguji I ( ) 2. Roziana Febrianita, S.Sos Penguji II ( ) 3. Dr. Muslimin Machmud, M.Si Penguji III ( ) 4. M. Himawan Sutanto, S.Sos. M.Si Penguji IV ( )


(4)

(5)

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Ilan Maharani NIM : 08220069

Jurusan : Ilmu Komunikasi Konsentrasi : Public Relations

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Judul Skripsi :

TEKNIK KOMUNIKASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENEGAKAN KAWASAN TERTIB DI KOTA SUMBAWA BESAR

(Studi Pada Satuan Polisi Pamong Praja Kota Sumbawa Besar)

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Muslimin Machmud, M.Si M. Himawan Sutanto, S.Sos. M.Si

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi


(6)

(7)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ilan Maharani

Tempat, tanggal lahir : Sumbawa, 13 April 1990 Nomor Induk Mahasiswa : 08220069

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul:

TEKNIK KOMUNIKASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENEGAKAN KAWASAN TERTIB DI KOTA SUMBAWA BESAR

(Studi Pada Satuan Polisi Pamong Praja Kota Sumbawa)

Adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, Oktober 2012 Yang Menyatakan,


(8)

(9)

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI Nama : Ilan Maharani

NIM : 08220069

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan : Ilmu Komunikasi

Konsentrasi : Public Relation

Judul Skripsi :Teknik Komunikasi Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Penegakan Kawasan Tertib Di Kota Sumbawa Besar (Studi Pada Satuan Polisi Pamong Praja Kota Sumbawa Besar) Pembimbing : 1. Dr. Muslimin Machmud, Ph.D

2. Himawan Sutanto, M.Si Kronologi Bimbingan :

Tanggal Paraf Pembimbing Keterangan Pembimbing I Pembimbing II

28 November 2011 Acc Judul

8 Februari 2012 Acc Proposal

17 Februari 2012 Seminar Proposal

5 Maret 2012 Acc BAB I

16 Maret 2012 Acc Draft Wawancara

25 Juni 2012 Acc BAB II

18 Oktober 2012 Acc BAB III

18 Oktober 2012 Acc BAB VI

22 Oktober 2012 Acc Seluruh Naskah

Malang, Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Muslimin Machmud, M.Si Himawan Sutanto, M.Si

Mengetahui, Dekan FISIP – UMM


(10)

MOTTO

Perjuangan yang keras pasti akan mendapatkan


(11)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada :

Kedua orang tua yang sudah bersusah payah menyekolahkan

sampai sejauh ini. Terimakasih atas pelajaran berharga baik

dari dosen dan teman-teman selama kuliah “Dwink, Kokom,

Ditonk, Novi, Asep, dan Mumu” you’re my best friend fo

eva, terimakasih kepada Michio dan Mochi ku tersayang.

Kesuksesan dan Kebahagiaan akan salalu datang kepada


(12)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang dengan judul :

TEKNIK KOMUNIKASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENEGAKAN KAWASAN TERTIB DI KOTASUMBAWA BESAR

(Studi Pada Satuan Polisi Pamong Praja Kota Sumbawa Besar)

Tidak sedikit kesulitan dan rintangan yang penulis hadapi dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat terwujud tanpa bantuan dan dorongan dari bebagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih atas semua bantuan dan dorongan baik secara moral maupun materil sehingga terselesaikannya skripsi ini, kepada :

1. Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW

2. Kedua orang tuaku ayahanda A. Arief Usman S.Sos dan ibunda Sulastri serta kakakku Ayuning Atmasariyang telah senantiasa tidak ada henti untuk mendoakan, memotivasi dan memberikan kasih sayang yang melimpah sehingga terselesaikannya skripsi ini.

3. Bapak Dr. Muslimin Machmud, M.Si selaku dosen pembimbing I dan bapak Himawan Sutanto , S.Sos. M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah sabar dalam menyampaikan ilmu, memberikan pencerahan, bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat segera terselesaikan.

4. Seluruh dosen jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan saya ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat. 5. Seluruh penulis buku yang telah menjadi sumber inspirasi dan membantu


(13)

segala hal yang terkandung dalam penulisan skripsi ini.

6. Terkasih kepada teman-teman dan orang terdekat yang telah banyak memberikan bantuan serta selalu mendoakan dan memberikan semangat. Kepada sahabatku Dwink, Kokom, Ditong, Novi, Septong, dan Muba or Boby yang telah memberikan sumbangan pemikiran selama proses penyelesaian skripsi ini berlangsung.

Akhir kata dengan segala kekurangan dan keterbatasan kemampuan yang ada, sehingga apabila masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, maka penulis menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya.

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.

Malang,27 April2012

Penulis


(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iv

BERITA ACARA BIMBINGAN ... v

ABSTRAK ... vi

MOTO ... vii

LEMBAR PENGESAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Kajian Pustaka ... 6

E.1 Pengertian Komunikasi ... 6

E.1.1 Definisi Komunikasi ... 6

E.1.2 Proses Komunikasi ... 6

E.1.3 Teknik Komunikasi ... 11

E.1.4 Fungsi Komunikasi ... 15

F. Satuan Polisi Pamong Praja ... 16

F.1 Definisi Satuan Polisi Pamong Praja ... 16

F.2 Tujuan dan Sasaran Satuan Polisi Pamong Praja Kota Sumbawa Besar ... 17

G. Pengendalian Sosial ... 17


(15)

H.1 Pendekatan Penelitian ... 20

H.2 Tipe Penelitian... 20

H.3 Lokasi Penelitian ... 21

H.4 Subyek dan Informan Penelitian ... 21

H.5 Teknik Pengumpulan Data ... 24

H.6 Teknik Analisa Data ... 27

H.7 Teknik Keabsahan Data ... 28

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Sejarah Satuan Polisi Pamong Praja ... 30

B. Visi Misi Satuan Polisi Pamong Praja ... 31

C. Fungsi Polisi Pamong Praja ... 32

D. Wewenang Polisi Pamong Praja ... 32

E. Kewajiban Polisi Pamong Praja ... 33

F. Jumlah Pegawai Satuan Polisi Pamong Praja Sumbawa Besar ... 34

G. Struktur Organisasi ... 34

H. Pembagian Tugas Polisi Pamong Praja ... 36

BAB III PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA A. Identitas Subyek dan Informan... 38

A.1 Identitas Subyek Penelitian ... 38

A.2 Identitas Subyek dan Informan Penelitian ... 39

B. Teknik Komunikasi Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Penegakan Kawasan Tertib Di Kota Sumbawa Besar ... 41

B.1 Teknik Komunikasi Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Tahap Perencanaan Penegakan Kawasan Tertib di Kota Sumbawa Besar ... 41

B.2 Teknik Komunikasi Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Tahap Pelaksanaan Penegakan Kawasan Tertib di Kota Sumbawa Besar ... 47


(16)

C. Hambatan-hambatan Yang Ditemui Satuan Polisi Pamong Praja

Dalam Pelaksanaan Tugasnya ... 70

BAB IV PENUNTUP

A. Kesimpulan ... ... 76 A.1 Penggunaan Teknik Komunikasi ... ... 76 A.2 Hambatan Satuan Polisi Pamong Praja

Dalam Pelaksanaan Tugasnya ... ... 76 B. Saran ... 79 DAFTAR PUSTAKA


(17)

DAFTAR TABEL

1. Tabel I Identitas Informan Penelitian ... 24 2. Tabel II Jumlah Pegawai Satuan Polisi Pamong Praja ... 34 3. Tabel III Identitas Subyek ... 38


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

4. Lampiran A ... 81

5. Lampiran B... 115

6. Lampiran C... 118


(19)

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Abdillah Hanafi, (Penyunting). Memahami Komunikasi Antar Manusia. Surabaya:Usaha Nasional, 1984.

Adam I. Indrawijaya, Prilaku Organisasi, Bandung, Sinar Baru, 1999.

Affendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek. Bandung : Remaja Rosdakarya, 1997

Anwar Arifin, 2002. Ilmu Komunikasi Sebuah Pengntar Ringkas. Jakarta: Raja Gafindo Persada

Arifin, Anwar. 1988. Ilmu Komunikasi : Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta : Rajawali Pers

Arni Muhammad, Kominikasi organisasi. Jakarta:Bumi Aksara,1995.

Astrid S. Susanto, Komunikasi dalam Teori dan Praktik Jilid 1, Bandung, Binacipta, 1977.

Blake, Reed H., and Haroldsen, Edwin O. Taksonomi Konsep Komunikasi.

Cetakan Ke-1. Terj. Hasan Bahanan. Surabaya: Papyrus, 2003.

Dedy Jamaluddin Malik, Yosai Iriantara. 1994. Komunikasi Persuasif.

Bandung:Roksdakarya.

Deddy Mulyana. 2001. ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung:Rosda. Devito, Joseph A. Komunikasi Antar Manusia : Kuliah Dasar Edisi ke-5. Penerj.

Agus Maulana. Jakarta : Profesional Books, 1997

Effendy, Onong Uchjana, Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta:Grasindo.Rosdakarya

Faisal, Sanapiah; Penelitian Kualitatif, Dasar dan Aplikasi; YA3 Malang, 1990 Hadari Nawawi, M. Martini Handari, Kepemimpinan yang Efektif, Yogyakarta,

Gajah Mada University Press, 1993.

Hamidi. 2010. Metode Penelitian Kualitatif, Pendekatan praktis Penulisan Proposal dan Laporan Penelitian. Malang : UMM Press

Hamidi. 2010. Komunikasi Organisasi dalam Perspektif Teori dan Praktek. Malang : UMM Press


(20)

Herdiansyah, Haris, 2010, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Salemba Humanika

Husein Umar, Metode Riset Prilaku Individu Organisasi, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2003.

Kriyantono, Rachmad. (2006). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : PT. Kharisma Putra Utama

Moleong, J. L. (2007). Metodologi penelitian kualitatif edisi revisi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Rosda. Nazir, Mohammad. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Graha Indonesia

Pawito, dan C Sardjono. Teori-Teori Komunikasi. Buku Pegangan Kuliah Fisipol Komunikasi Massa S1 Semester IV. Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 1994.

Ruben, Brent D,Stewart, Lea P, 2005, Communication and Human Behaviour,

USA : Alyn and Bacon

Ruslan, Rosady. 2010. Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi.

Jakarta : Raja Grafindo Persada

Sendjaja, Sasa Djuarsa, 1994, Pengantar Komunikasi, Jakarta : Universitas Terbuka.

Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Sugiyono. (2011). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung : ALFABETA

Suprapto, Tommy. Pengantar Teori Komunikasi. Cetakan Ke-1. Yogyakarta: Media Pressindo, 2006.

Susanto S. Astrid, Dr. Phil. Komunikasi dalam Teori dan Praktik, Jilid I dan II, Binacipta. Bandung Maret 1974

Teguh Meinanda, Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung: Armico, 1981

Zuriah, N. (2007). Metodologi penelitian sosial dan pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksara


(21)

Non Buku :

Riswandi. “Definisi Komunikasi dan Tingkatan ProsesKomunikasi.”

WordPress.com 17 Oktober 2006. 7 Desember 2011 (20.00). <http://meiliemma.wordpress.com/2006/10/17/definisi-komunikasi-dan-tingkatan-proses-komunikasi/>.

Zubair, Agustina. “Definisi Komunikasi.” WordPress.com 17 Oktober 2006. 7

Desember 2011 (20.00).

<http://meiliemma.wordpress.com/2006/10/17/definisi-komunikasi>. ______http://guruhmuamarkhadafi.blogspot.com/ 20.00

______http://tulisendw.blogspot.com/2010/05/teknik-ilmu-komunikasi.html. 10 Desember 2011 (20.00)

______http://www.pulausumbawanews.com/berita/tiga-psk-digrebek-satpol-pp. 23 Februari 2012 (14.00)


(22)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi adalah salah satu fungsi dasar dari manajemen dalam berorganisasi dan pentingnya hampir tidak bisa terlalu ditekankan. Ini adalah proses transmisi informasi, gagasan, pikiran, pendapat dan rencana antara berbagai bagian organisasi. Komunikasi menurut Hovland (1973) bahwa komunikasi sebagai suatu proses penyampaian pikiran, prasaan dari seseorang kepada orang lain.

Pendapat lain juga menyatakan bahwa komunikasi sebagai pengoperan ide dan gagasan untuk menyatukan kekuatan sehingga terjadi interaksi antara orang-orang yang berkomunikasi, menuju pencapain tujuan bersama (kesamaan makna). Hal ini tidak mungkin untuk memiliki hubungan manusia tanpa komunikasi. Namun, komunikasi yang baik dan efektif diperlukan tidak hanya untuk hubungan manusia yang baik tetapi juga untuk bisnis yang baik dan sukses. Komunikasi yang efektif diperlukan di berbagai tingkat dan untuk berbagai aspek dalam organisasi. Sehingga dalam upaya penertiban kepada masyarakat oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) perlu adanya sebuah teknik komunikasi yang harus dilakukan.

Teknik komunikasi itu sendiri merupakan suatu proses atau upaya komunikasi dalam membangun atau membuat suatu rencana yang akan dilakukan nantinya, guna menciptakan sebuah kinerja yang baik. Hal inilah yang akan menjadi suatu ajuan bagi


(23)

Satpol PP dalam penegakan kawasan tertib di kota Sumbawa Besar, yang nantinya akan berguna untuk menjalin suatu komunikasi yang baik dengan masyarakat.

Di kota Sumbawa Besar khususnya di wilayah Badan Koordinasi Wilayah Pemerintahan dan Pembangunan kota sumbawa dihuni oleh warga yang terstratifikasi (perbedaan pola hidup masyarakat), serta terbagi – bagi ke dalam berbagai kelompok, baik atas dasar suku, ideologi, kepentingan, politik, agama, gaya hidup, kelas sosial dan sebagainya, memungkinkan terjadinya kerawanan dibidang Keamanan dan Ketertiban Masyarakat, sosial, hukum, maupun bidang ekonomi. Kondisi demikian ini berpotensi tinggi terhadap ganguan ketentraman dan ketertiban umum.

Upaya untuk mewujudkan kondisi daerah yang tertib, tentram dan aman merupakan suatu hal yang tidak mudah bagi pemerintah daerah, menyadari kesulitan yang mungkin timbul terutama dalam penyatuan persepsi, mengatasi kendala situasi dan kondisi di lapangan, kecepatan dalam penanganannya, maka diperlukan koordinasi yang bersifat internal maupun lintas batas untuk melakukan kerjasama antara Satuan Polisi Pamong Praja yang kondusif bagi pemerintahan daerah.

Bayaknya tindakan kasar yang sering dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja saat melaksanakan tugasnya membuat citra dari Satpol PP menjadi negatif oleh pandangan masyarakat, padahal masih banyak tindakan yang positif yang sering dilakukan oleh Satpol PP sendiri. Seperti kasus yang masih sangat jelas diingatan tentang pertikaian berdarah antara Satpol PP dengan warga di daerah Jakarta Utara. Kekerasan yang memakan korban aparat dan warga kembali jadi pilihan saat sekitar 2.000 polisi pamong praja mencoba menggusur kompleks makam Mbah Priok, di


(24)

Jakarta Utara. Permasalahan ini seharusnya bisa diselesaikan dengan “kepala dingin”. Tetapi yang terjadi justru sebaliknya, tindakan represif ditunjukan oleh kedua belah pihak ini mengakibatkan jatuhnya tiga orang korban jiwa di pihak Satpol PP.

Sehari sebelumnya kerusuhan juga pecah saat Satpol PP Kota Tangerang menggusur pemukiman warga Cina Benteng, Kelurahan Mekarsari, Kecamatan Neglasari (TEMPO Interaktif,15/4/2010).

Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) di Kabupaten Sumbawa sendiri melakukan patroli rutin terhadap kasus prostitusi, pelajar yang bolos sekolah serta penyakit masyarakat lainnya. Dalam operasi yang digelar Senin (28/1) itu, diamankan tiga orang Pekerja Seks Komersiel (PSK) di wilayah Bukit Kapur, Kelurahan Uma Sima. Wilayah bukit kapur merupakan tempat yang tidak asing lagi sebagian besar masyarakat Sumbawa, yang dikenal sebagai lokalisasi terselubung.

Saat digrebek, ketiga PSK tersebut tidak bisa berkutik karena lokasi pondok yang sering digunakan sebagai tempat bermain atau melakukan perbuatan zinah di wilayah Bukit Kapur telah dikepung oleh personil Satpol PP. Mereka langsung digiring ke Markas Satpol PP Sumbawa untuk dimintai keterangannya. (Sumbawa News, 28/11/2011)

Untuk tidak timbulnya kekerasan yang terjadi di lapangan saat penertiban, perlu adanya upaya – upaya yang harus dilakukan sebelum melakukan penertiban, adanya komunikasi yang efektif antara anggota Satpol PP dengan petingginya, serta adanya komunikasi terlebih dahulu kepada masyarakat guna menciptakan kawasan tata tertib yang tidak menimbulkan tindak kekerasan. Jadi, apa upaya atau teknik


(25)

komunikasi dari Satpol PP dalam menertibkan masyarakat setempat ?. Hal inilah yang mendasari adanya penelitian ini.

B. Perumusan Masalah

Untuk lebih memperjelas agar permasalahan yang ada nantinya dapat dibahas dengan lebih terarah dan sesuai dengan sasaran yang diharapkan, maka penting sekali untuk merumuskan permasalah yang akan dibahas. Adapun perumusan masalah dalam penelitian yang dirumuskan adalah sebagai berikut:

1. Apa teknik komunikasi Satuan Polisi Pamong Praja dalam penegakan kawasan tertib di Kota Sumbawa Besar?

2. Hambatan-hambatan apa sajakah yang ditemui Satuan Polisi Pamong Praja dalam pelaksanaan tugasnya?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Objektif

a. Untuk mengetahui teknik komunikasi Satuan Polisi Pamong Praja dalam penegakan kawasan tertib di Kota Sumbawa Besar.

b. Untuk mengetahui hambatan – hambatan yang ditemui Satuan Polisi Pamong Praja dalam pelaksanaan tugasnya.

2. Tujuan subjektif

a. Untuk menambah wawasan, pengetahuan dan wacana, serta pemahaman tentang bagaimana teknik komunikasi Satuan Polisi Pamong Praja dalam penegakan kawasan tertib di Kota Sumbawa Besar.


(26)

b. Untuk menambah pengetahuan mengenai apa saja hambatan yang dialami Satuan Polisi Pamong Praja dalam pelaksanaan tugasnya.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

a. Untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam tata negara terutama yang berhubungan dengan pelaksanaan pemerintahan daerah.

b. Untuk memberikan gambaran yang lebih nyata mengenai teknik komunikasi Satuan Polisi Pamong Praja Kota Sumbawa Besar dalam penegakan kawasan tertib di Kota Sumbawa sehingga dapat digunakan sebagai bahan pengetahuan tambahan untuk dapat dibaca dan dipelajari khususnya oleh mahasiswa fakultas ilmu social dan ilmu politik.

2. Manfaat praktis

a. Untuk lebih mengembangkan penalaran dan membentuk pola pikir dinamis, sekaligus untuk mengetahui kemampuan dalam menerapkan ilmu yang telah diperoleh.


(27)

E. Kajian Pustaka

E.1 Pengertian Komunikasi E.1.1 Definisi Komunikasi

Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas komunikasi karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem dan tatanan kehidupan sosial manusia dan masyarakat. Aktivitas komunikasi dapat dilihat pada setiap aspek kehidupan sehari-hari manusia yaitu sejak dari bangun tidur sampai manusia beranjak tidur pada malam hari. Bisa dipastikan sebagian besar dari kegiatan kehidupan kita mengunakan komunikasi baik komunikasi verbal maupun nonverbal.

Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Karena itu merujuk pada pengertian Ruben dan Steward (1998:16) mengenai komunikasi manusia yaitu:

Human communication is the process through which individuals – in relationships, group, organizations and societies respond to and create messages to adapt to the environment and one another. Bahwa komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu – individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain.

E.1.2 Proses Komunikasi

Dalam berkomunikasi perlu adanya suatu proses komunikasi agar suatu komunikasi dapat berjalan dengan efektif, begitu pula dengan proses komunikasi


(28)

pihak Satpol PP dengan masyarakat saat penegakan kawasan tertib berlangsung. Dalam model komunikasi David K.Berlo, diketahui bahwa komunikasi terdiri dari empat Proses Utama yaitu SMRC (Source, Message, Channel, dan Receiver) lalu ditambah tiga Proses sekunder, yaitu Feedback, Efek, dan Lingkungan.

1. Source (Sumber), Sumber adalah seseorang yang memberikan pesan atau dalam komunikasi dapat disebut sebagai komunikator. Walaupun sumber biasanya melibatkan individu, namun dalam hal ini sumber juga melibatkan banyak individu. Misalnya, dalam organisasi, Partai, atau lembaga tertentu. Sumber juga sering dikatakan sebagai source, sender, atau encoder. Dalam penelitian ini sumber dalam proses komunikasi yaitu pihak Satuan Polisi Pamong Praja yang berperan penting dalam menyampaikan informasi dan pesan kepada seseorang yang menjadi pendengar atau penerima pesan.

2. Message (Pesan), pesan adalah isi dari komunikasi yang memiliki nilai dan disampaikan oleh seseorang (komunikator). Pesan bersifat menghibur, informatif, edukatif, persuasif, dan juga bisa bersifat propaganda. Pesan disampaikan melalui dua cara, yaitu Verbal dan Nonverbal. Bisa melalui tatap muka atau melalui sebuah media komunikasi. Pesan bisa dikatakan sebagai Message, Content, atau Information. Pesan dalam penelitian ini berupa penyampaian informasi ataupun penyampaian pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat saat penegakan berlangsung.

3. Channel (Media dan saluran komunikasi), Sebuah saluran komunikasi terdiri atas 3 bagian. Lisan, Tertulis, dan Elektronik. Media disini adalah sebuah alat


(29)

untuk mengirimkan pesan tersebut. Misal secara personal (komunikasi interpersonal), maka media komunikasi yang digunakan adalah panca indra atau bisa memakai media telepon, telegram, handphone, yang bersifat pribadi. Sedangkan komunikasi yang bersifat massa (komunikasi massa), dapat menggunakan media cetak (koran, suratkabar, majalah, dll) , dan media elektornik (TV, Radio). Untuk Internet, termasuk media yang fleksibel, karena bisa bersifat pribadi dan bisa bersifat massa. Saluran komunikasi yang digunakan oleh Satuan polisi Pamong Praja diantaranya, tertulis (proses penyampaian pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat berupa surat pelanggaran yang berisi kesediaan dari masyarakat untuk memohon maaf serta mengakui perbuatan mereka bahwa telah melakukan pelanggaran atas PERDA), lisan (proses penyampaian informasi ataupun penyampaian peraturan-peraturan daerah saat penegakan kawasan tertib sebelum ataupun sesudah kawasan tertib berlangsung).

4. Receiver (Penerima Pesan), Penerima adalah orang yang mendapatkan pesan dari komunikator melalui media. Penerima adalah elemen yang penting dalam menjalankan sebuah proses komunikasi. Karena, penerima menjadi sasaran dari komunikasi tersebut. Penerima dapat juga disebut sebagai public, khalayak, masyarakat, dll. Receiver meliputi aspek keterampilan dalam berkomunikasi, sikap, pengetahuan, sistem sosial dan kebudayaan. Dalam penelitian ini penerima pesan adalah masyarakat atau target operasi dalam penegakan kawasan tertib.


(30)

Adapun 3 elemen tambahan dari pendapat David K.Berlo yaitu proses skunder diantaranya Feedback, Efek, dan Lingkungan.

1. Feedback (Umpan Balik), Umpan balik adalah suatu respon yang diberikan oleh penerima. Misal, saat Satpol PP menyampaikan informasi ataupun saat penegakan berlangsung maka masyarakat mau merespon apa yang disampaikan oleh Satpol PP.

2. Efek, sebuah komunikasi dapat menyebabkan efek tertentu. Efek komunikasi adalah sebuah respon pada diri sendiri yang bisa dirasakan ketika kita mengalami perubahan (baik itu negatif atau positif) setelah menerima pesan. Efek ini adalah sebuah pengaruh yang dapat mengubah pengetahuan, perasaan, dan perilaku (Kognitif, afektif, dan konatif). Misal, adanya kemauan dari masyarakat ataupun target operasi untuk mau melakukan atau mengikuti apa yang disampaikan oleh Satuan Polisi pamong Praja.

3. Lingkungan, adalah sebuah situasi yang dapat mempengaruhi terjadinya suatu komunikasi. Situasi Lingkungan terjadi karena adanya 4 faktor :

 Lingkungan Fisik (Letak Geografis dan Jarak)

Adanya jarak yang jauh antara target operasi dengan Satpol PP yang menyebabkan proses komunikasi tidak lancar dan masyarakat yang menjadi target dengan mudahnya melakukan pelanggaran.


(31)

Pada saat Satpol PP melakukan komunikasi dengan masyarakat, maka terlebih dahulu Satpol PP harus mengerti bagaimana cara menyampaikan informasi kepada masyarakat, apakah harus menggunakan bahasa yang kasar atau bahasa yang halus, guna untuk adanya kemauan dari masyarakat untuk ikut apa yang disampaikan oleh Satpol PP.

 Lingkungan Psikologis (Pertimbangan Kejiwaan seseorang ketika menerima pesan)

Saat proses penegakan kawasan tertib berlangsung, perlu adanya pendekatan ataupun simpati yang dilakukan oleh Satpol PP kepada masyarakat yang terlibat dalam penertiban, jika target merasa tertekan ataupun merasa terkucilkan.

 Dimensi Waktu (Musim, Pagi, Siang, dan Malam)

Dalam melakukan suatu komunikasi perlu adanya penyesuaian waktu agar komunikasi bisa berjalan dengan lancar. Dalam proses penegakan kawasan tertib pihak Satpol PP juga harus pandai memilih-milih waktu yang tepat agar proses penegakan kawasan tertib berjalan dengan lancar.

Lingkungan

Sumber Pesan Media Penerima Efek


(32)

E.1.3 Teknik Komunikasi

Teknik komunikasi adalah suatu upaya komunikasi yang disengaja serta mempunyai tujuan. Definisi Gode, memberi penekanan pada proses penularan pemilikan, yaitu dari yang semula (sebelum komunikasi) hanya dimiliki oleh satu orang kemudian setelah komunikasi menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih. Definisi Barnlund, menekankan pada tujuan komunikasi, yaitu untuk mengurangi ketidakpastian, sebagai dasar bertindak efektif, dan untuk mempertahankan atau memperkuat ego.

Teknik komunikasi sama halnya dengan komunikasi sebagai suatu proses artinya bahwa komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan (ada tahapan) serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu. Komunikasi yang disampaikan merupakan suatu upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan dengan kegiatan yang dilakukan secara sadar, disengaja, serta sesuai dengan tujuan atau keinginan dari pelakunya.

Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku yang terlibat kegiatan komunikasi akan berlangsung baik apabila pihak-pihak yang berkomunikasi (dua orang atau lebih) sama – sama ikut terlibat dan sama – sama mempunyai perhatian yang sama terhadap topik pesan yang disampaikan.

Ada beberapa jenis – jenis dari teknik komunikasi yang dapat digunakan peneliti untuk mengetahui teknik komunikasi apa yang digunakan oleh Satpol PP yaitu diantaranya, komunikasi persuasif (persuasive communikation), komunikasi


(33)

Hubungan Manusiawi (human relation communication), komunikasi instruktif dan komunikasi koersif (coersive communication) :

a. Teknik Komunikasi persuasif

Persuasif, yakni agar orang lain yang diajak berkomunikasi bersedia menerima sesuatu faham atau keyakinan, dan mau melakukan sesuatu perbuatan atau kegiatan dan lain – lain. Jadi persuasif merupakan suatu teknik komunikasi secara pesikologis manusiawi yang sifatnya halus, luwes berupa ajakan, bujukan atau rayuan. Tetapi komunikasi ini hanya digunakan kepada komunikan yang potensial saja, artinya tokoh yang mempunyai jajaran dengan pangkatnya atau anak buahnya dalam jumlah yang sangat banyak sehingga apabila ia berhasil diubah sifatnya atau ideologinya, maka seluruh jajaran mengikutinya.

Komunikasi persuasif akan sangat efektif. Hal itu akan terjadi apabila adanya pengurangan disonansi. Tetapi sebaliknya apabila disonansi itu ditingkatkan maka komunikasi persuasif kemungkinan akan tidak efektif. Dan komunikasi persuasif itu sangat memerlukan pemahaman dari seorang komunikator. Persuasif juga merupakan sesuatu atau semacam tipuan yang sangat meyakinkan.

Dalam kamus besar persuasif diartikan komunikasi yang bersifat membujuk secara halus (supaya menjadi yakin) hanya dengan cara pendekatan itu dilakukan. Sedangkan arti persuasi adalah bujukan halus, ajakan seseorang dengan cara memberikan alasan dan prospek yang meyakinkannya.


(34)

Koersif dapat diartikan suatu pemaksan yang nantinya kebanyakan pada hasilnya menampakkan suatu hasil yang negatif, yang sifatnya berkenaan dengan koersi. Koersi adalah suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilakukan atau dilaksanakan dengan mempergunakkan tekanan sehingga salah satu pihak yang berinteraksi berada dikeadaan lemah dibandingkan dengan pihak lawan. Dan merupakan sistem komunikasi yang menggunakan paksaan atau kekerasan.

Hal ini sering dilakukan oleh Satpol PP jika ada pihak yang melanggar aturan atau norma – norma dalam masyarakat, maka tindakkan kekerasan akan di lakukan kepada masyarakat yang telah melanggarnya. Kekerasan tersebut dilakukan hanya untuk memberi tindakan tegas kepada masyarakat agar tidak melanggar aturan – aturan yang berlaku dalam masyarakat atupun pemerintahan. Tindak koersif tidak hanya berupa pemukulan ataupun kekerasan sejenisnya akan tetapi koersif bisa berupa sanksi-sanksi yang diberikan oleh Satpol PP kepada masyarakat yang telah melanggar aturan Pemerintah.

c. Teknik Komunikasi instruktif

Instruktif adalah suatu perintah yang bersifat mengancam. Tetapi ancamannya itu mengandung suatu yang dapat menjadikan seseorang itu untuk melakukan perintahnya. Instruktif bersifat memerintah, nasihat-nasihatnya bergaya. Sedangka yang dimaksud dengan instruksi adalah perintah atau arahan (untuk melakukan suatu pekerjaan atau melakukan suatu tugas, dan merupakan pelajaran dan petunjuk).

Teknik komunikasi instruktif bisa digunakan dalam suatu organisasi yaitu antara atasan dan bawahan, serta bisa digunakan oleh suatu organisasi pemerintahan


(35)

kepada masyarakat guna mencapai suatu tujuan yang baik terutama dalam penegakkan kawasan yang tertib.

d. Teknik Komunikasi Hubungan Manusiawi

Hubungan manusiawi merupakan terjemahan dari human relation. Adapula yang mengartikan hubungan manusia dan hubungan antar manusia, namun dalam kaitannya hubungan manusia tidak hanya dalam hal berkomunikasi saja, namun didalam pelaksanaannya terkandung nilai-nilai kemanusiaan serta unsur-unsur kejiwaan yang mendalam. Seperti halnya mengubah sifat, pendapat, atau perilau seseorang. Jika ditinjau dari sisi ilmu komunikasi hubungan manusia ini termasuk kedalam komunikasi interpersonal, pasalnya komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih dan bersifat dialogis.

Hubungan manusia pada umumnya dilakukan untuk menghilangkan hambatan-hambatan komunikasi, meniadakan salah pengertian dan mengembangkan tabiat manusia. Untuk melakukan hubungan manusia biasanya digunakan beberapa teknik pendekatan yaitu pendekatan emosional (emosional approach) dan pendekatan sosial budaya (sosio-cultur approach):

1. Pendekatan Emosional

Teknik pendekatan yang biasanya digunakan dalam pendekatan ini biasanya bersifat icing, yaitu seni menata pesan dengan emotional approach (pendekatan emosional) yang sedemikian rupa, sehingga komunikan menjadi tertarik perhatiannya. Dalam hubungan ini komunikator mempertaruhkan kepercayaan komunikan terhadap fakta pesan yang disampaikan, maka teknik ini berujung pay off


(36)

atau reward, yaitu bujukan atau rayuan dengan cara “mengiming-imingi” komunikan dengan hal yang menguntungkan atau menjanjikan harapan. Pada umumnya emotional approach ini menggunakan konseling sebagai senjata yang ampuh, baik secara langsung maupun tidak langsung, hal ini bertujuan agar pesan bisa secara langsung menyentuh perasaan komunikan.

2. Pendekatan Sosial Budaya

Salah satu tujuan komunikasi adalah tersampaikannya pesan dari komunikator kepada komunikan, maka dianjurkan bagi komunikator terlebih dahulu memahami perilaku social serta budaya masyarakat setempat yang akan menjadi komunikan. hal ini bertujuan agar komunikan, lebih memahami serta tidak merasa tersinggung oleh pesan yang disampaikan oleh komunikator, selain hal tersebut masyarakat yang menjadi komunikan tidak dapat terlepas dari budaya. oleh karena itu pesan akan lebih mudah diterima jika tidak menghilangkan aspek–aspek seni budaya yang berada di sekitar komunikan berada.

Dalam kaitannya dengan penegakan kawasan tertib, Satuan Polisi Pamong Praja sangat membutuhkan teknik komunikasi hubungan manusiawi ini. Dikarenakan karena dalam pelaksanaan penegakan kawasan tertib perlu adanya pendekatan secara psikologis antara aparatur Satpol PP dengan masyarakat yang terlibat dalam kegiatan penegakan kawasan tertib.

E.1.4 Fungsi Komunikasi

Bertolak dari pengertian dan pemaknaan komunikasi yang telah diuraikan maka dapat dinyatakan bahwa komunikasi merupakan dasar bagi semua interaksi


(37)

manusia, termasuk di dalamnya interaksi kelompok. Oleh sebab itu dikatakan memiliki peran dominan dalam kehidupan manusia, sehingga fungsi komunikasi adalah mencapai tujuan peran tersebut, yaitu antara lain:

1. Mencapai pengertian satu sama lain; 2. Membina kepercayaan;

3. Mengkoordinir tindakan; 4. Merencanakan strategi;

5. Melakukan pembagian pekerjaan; 6. Melakukan aktivitas kelompok; dan 7. Berbagi rasa

Dari beberapa fungsi komunikasi dalam kegiatan berkomunikasi tentu tidak semua fungsi tersebut secara paralel menjadi tujuan, namun akan dilihat berkomunikasi dalam konteks apa dan bagaimana, serta untuk apa. (Erlina Hasan ; 2005 ; 22). Dengan demikian, fungsi komunikasi setidaknya dapat berperan ketika kita juga mengetahui tujuan komunikasi.

F. Satuan Polisi Pamong Praja

F.1 Definisi Satuan Polisi Pamong Praja

Satuan Polisi Pamong Praja, disingkat Satpol PP, adalah perangkat Pemerintah Daerah dalam memelihara ketentraman dan ketertiban umum serta menegakkan Peraturan Daerah. Organisasi dan tata kerja Satuan Polisi Pamong Praja ditetapkan dengan Peraturan Daerah.


(38)

 Satpol PP dapat berkedudukan di Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten / Kota.

 Di Daerah Provinsi, Satuan Polisi Pamong Praja dipimpin oleh Kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah.

 Di Daerah Kabupaten / Kota, Satuan Polisi Pamong Praja dipimpin oleh Kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati / Walikota melalui Sekretaris Daerah.

F.2 Tujuan dan Sasaran Satuan Polisi Pamong Praja Kota Sumbawa Besar Adapun tujuan dari Satuan Polisi Pamong Praja Sendiri adalah;

1. Meningkatkan Ketentraman dan Ketertiban Umum Masyarakat dengan tujuan menciptakan kehidupan masyarakat yang damai, tentram, tertib dan teratur. 2. Meningkatkan Kesadaran Hukum Masyarakat dalam Pelaksanaan peraturan

Daerah dan Keputusan Kepala Daerah untuk terciptanya pelaksanaan peraturan perundang – undangan.

3. Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Sumber Daya Aparatur Satuan Polisi pamong Praja Sumbawa Besar untuk melaksanakan tugas yang lebih efektif dan professional.

4. Meningkatkan Sarana dan Prasarana Satuan Polisi Pamong Praja Sumbawa Besar demi kelancaran pelaksanaan tugas yang lebih baik.

Dengan adanya tujuan dari Satuan Polisi Pamong Praja diatas, maka sasarannya mencangkup sebagai berikut;


(39)

1. Terciptanya kehidupan masyarakat yang damai, tentram, tertib dan harmonis. 2. Terciptanya hubungan timbal balik dan saling mendukung antara aparatur dan

masyarakat sehingga memudahkan komunikasi dalam melaksanakan pengawasan, pemantauan situasi Daerah serta deteksi dini terhadap timbulnya gangguan ketertiban masyarakat serta penanggulangannya.

3. Terciptanya iklim yang kondusif di mana Pemerintah dan masyarakat dapat melaksanakan aktivitasnya dalam suasana aman, tentram, tertib dan teratur. 4. Terciptanya sumber daya aparatur yang mampu berprestasi, berdisiplin,

berakhlak mulia serta memiliki etos kerja.

5. Terwujudnya peningkatan dan pemahaman aparatur dan masyarakat tentang PERDA.

G. Pengendalian Sosial

Pengendalian sosial dalam kehidupan sehari – hari, sepanjang semua anggota masyarakat bersedia menaati aturan yang berlaku, hampir bisa dipastikan kehidupan bermasyarakat akan bisa berlangsung dengan lancar dan tertib. Tetapi, berharap semua anggota masyarakat bisa berperilaku selalu taat, tentu merupakan hal yang mahal. Di dalam kenyataan, tentu tidak semua orang akan selalu bersedia dan bisa memenuhi ketentuan atau aturan yang berlaku dan bahkan tidak jarang ada orang – orang tertentu yang sengaja melanggar aturan yang berlaku untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya. (Soerjono Soekanto, 181:45)


(40)

Secara rinci, beberapa faktor yang menyebabkan warga masyarakat berperilaku menyimpang dari norma – norma yang berlaku adalah sebagai berikut;

1) Karena kaidah – kaidah yang ada tidak memuaskan bagi pihak tertentu atau karena tidah memenuhi kebutuhan dasarnya.

2) Karena kaidah yang ada kurang jelas perumusannya sehingga menimbulkan aneka penafsiran dan penerapan.

3) Karena di dalam masyarakat terjadi konflik antara peranan – peranan yang dipegang warga masyarakat, dan

4) Karena memang tidak mungkin untuk mengatur semua kepentingan warga masyarakat secara merata.

Pada situasi di mana orang memperhitungkan bahwa dengan melanggar atau menyimpangi sesuatu norma maka mereka akan bisa memperoleh sesuatu reward atau sesuatu keuntungan lain yang lebih besar, dalam hal demikianlah demi tegaknya norma lalu terpaksa harus dijalankan dengan sarana suatu kekuatan dari luar. Norma tidak lagi self-enforcing (norma-norma sosial tidak lagi dapat terlaksana atas kekuatannya sendiri ), dan akan gantinya harus dipertahankan oleh petugas-petugas kontrol sosial dengan cara mengancam atau membebankan sanksi-sanksi kepada mereka yang terbukti melanggar atau menyimpangi norma.

Apabila ternyata norma-norma tidak lagi self-enforcement dan proses sosialisasi tidak cukup memberikan efek-efek yang positif, maka masyarakat atas dasar kekuatan otoritasnya mulai bergerak melaksanakan kontrol sosial (social control). Menurut Soerjono Soekanto, pengendalian sosial adalah suatu proses baik


(41)

yang direncanakan atau tidak direncanakan, yang bertujuan untuk mengajak, membimbing atau bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi nilai – nilai dan kaidah-kaidah yang berlaku. Obyek (sasaran) pengawasan sosial, adalah perilaku masyarakat itu sendiri.

H. Metode Penelitian H.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu suatu penelitian yang berupaya untuk membuat penggambaran, pemaparan, menggali secara utuh, menyeluruh dan mendalam tentang fenomena sosial yang dikaji, sehingga diperoleh penemuan-penemuan berupa pemahaman, penjelasan dan makna. Pada pendekatan kualitatif memiliki tujuan untuk membuat penjelasan data secara sistematis faktual dan akurat mengenai fenomena dan realitas sosial yang terjadi pada daerah yang menjadi objek peneliti (Muslimin,2011:16).

H.2 Tipe Penelitian

Tipe penelitian merujuk pada permasalahan yang akan dibahas yaitu bagaimana teknik komunikasi Satpol PP dalam penegakan kawasan tertib di kota Sumbawa Besar serta hambatannya. Peneliti membuat rancangan penelitian dengan menggunakan tipe penelitian kualitatif deskriptif. Dalam penelitian ini peneliti memaparkan situasi ataupun peristiwa yang bermaksud untuk memahami fenomena dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks kegiatan Satpol PP yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode komunikasi.


(42)

H.3 Lokasi Penelitian

Lokasi yang menjadi tempat penelitian, lebih memilih di kota Sumbawa Besar. Dikarenakan di Sumbawa merupakan tempat yang efektif dan efisien, serta lokasi yang tidak asing untuk dapat mendukung peneliti untuk melakukan penelitian.

Dalam penelitian ini lebih memilih Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Sumbawa Besar karena dari hasil observasi yang didapatkan bahwa Satpol PP Sumbawa sangat tegas, cekatan ataupun cepat bertindak apabila ada kasus yang terjadi di kota Sumbawa dan sekitarnya, tidak bertindak sendiri ataupun semaunya melainkan bertindak sesuai dengan perintah dari pemimpin atau petinggi dari Satpol PP, serta sesuai dengan keputusan Bupati dan kebijakan Pemerintah Kabupaten Sumbawa Besar. Waktu pelaksanaan penelitian disesuaikan dengan waktu yang telah terjadwal.

H.4 Subyek dan Informan Penelitian

Penetapan informan dalam penelitian ini ditujukan untuk mendapatkan data primer yang bisa digunakan dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan teknik

snowball sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. (Sugiyono 2011:219). Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data atau subyek yang sedikit tersebut belum mampu memberikan data yang memuaskan, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data.

Adapun subyek yang didapatkan dari informan kunci selaku kepala Satuan Polisi Pamong Praja adalah Pengurus Satuan Polisi Pamong Praja yang telah


(43)

menduduki jabatan selama satu tahun dan berkompeten dibidangnya terutama dalam bidang penegakan kawasan tertib di kota Sumbawa Besar. Adanya data yang tidak terpenuhi menurut peneliti dari informan kunci, maka informan kunci menyarankan kembali kepada peneliti untuk memperoleh data yang lebih lengkap dari pengurus Satuan Polisi Pamong Praja yang terlibat secara langsung dalam penegakan kawasan tertib di kota Sumbawa Besar dan dapat terlibat dalam wawancara mendalam (depth interview) dengan penelitiyang membutuhkan waktu cukup lama.

Setelah mendapatkan data dan informasi yang didapatkan dari sumber data atau informan kunci, maka subyek inilah yang menjadi sasaran penelitian. Berikut ini adalah daftar nama informan yang ikut berpartisipasi dalam penelitian ini,

1. A. Arief Usman, S.Sos

Bapak A. Arief Usman, S.Sos adalah pimpinan/kasat Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) sejak tahun 2010 di kota Sumbawa. Tugasnya adalah sebagai pemimpin, yang memberi perintah kepada bawahan untuk melakukan penertiban dikawasan tertib atas dasar perintah dari kepala daerah, serta pengendali dan penanggung jawab dalam kegiatan penegakan kawasan tertib di kota Sumbawa. 2. Imron, SE

Imron, SE adalah sebagai Seksi Penyidikan mempuyai tugas Membantu kepala kantor Polisi Pamong Praja Kabupaten Sumbawa dalam melakukan peyidikan dan penuntutan terhadap setiap pelanggaran Peraturan daerah dan Keputusan Bupati. 3. Desire Jadi

Desire Jadi adalah sebagai Seksi Operasi, Ketentraman dan Ketertiban mempuyai tugas membantu Kepala Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten


(44)

Sumbawa dalam urusan Operasi, Ketentraman dan Ketertiban. Penertiban anggota Masyarakat yang melakukuan pelanggaran peraturan daerah serta menyanggkut ketentraman dan ketertiban umum sesuai dengan peraturan perundang- undangan. 4. Muhammad Ikhsan

Muhammad Ikhsan adalah selaku Wakil Komandan Provost mempunyai tugas membantu kepala operasi dan kesemaptaan dalam urusan operasi dan penertiban anggota Masyarakat yang melakukan pelanggaran peraturan daerah serta menyangkut ketentraman dan ketertiban umum sesuai dengan peraturan perundang – undangan serta penegak ketertiban dan etika anggota Satpol PP saat melaksanakan penegakan kawasan tertib di kota Sumbawa .

5. Muhammad Ali

Muhammad Ali adalah selaku komandan regu yang mempunyai tugas memantau anggota Satpol PP serta membantu kepala operasi dan kesemaptaan dalam pengurusan operasi dan penertiban anggota masyarakat yang melanggar peraturan daerah yang menyangkut ketentraman dan ketertiban umum sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Berkaitan dengan judul penelitian, maka peneliti menetapkan masyarakat di kota Sumbawa sebagai informan penelitian. Penetapan informan penelitian dalam penelitian ini untuk mendapatkan data skunder sebagai kroscek dari data yang didapatkan dari informan. Adapun informan sebagai berikut:

Tabel I


(45)

No Nama Umur Pendidikan Pekerjaan

1 TS 27 SMA Pedagang Kaki Lima (PKL) 2 SR 25 SMA Pekerja Seks Komersil (PSK)

3 MT 27 SMA Pengedar Narkoba

H.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Observasi

Teknik observasi merupakan metode pengumpulan data dengan mengamati langsung di lapangan. Dalam penelitian ini menggunakan observasi partisipasi pasif dalam hal ini peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, akan tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. (Sugiyono, 2011:227)

Merupakan teknik pengamatan dengan menggunakan indera terhadap gejala-gejala atau kejadian yang diangkat pada suatu waktu. Dengan mengamati teknik komunikasi yang dilakukan Satuan Polisi Pamong Praja dalam penegakan kawasan tertib di kota Sumbawa Besar yang memang menjadi objek penelitian. Alasan penelitian menggunakan metode observasi, yakni :

1. Peneliti datang dan melihat secara langsung sehingga peneliti dapat mengetahui dan merasakan secara lansung.

2. Untuk memastikan hasil data yang didapat dari wawancara dan dokumentasi.

3. Data yang didapat melengkapi data yang tidak didapat melalui metode lain.


(46)

Wawancara

Merupakan bentuk komunikasi dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengejukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu (Mulyana, 2008 :180). Peneliti memilih wawancara tidak struktur yakni wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematika dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan (Sugiyono, 2008: 140). Metode ini bertujuan untuk memperoleh bentuk-bentuk tertentu informasi dari semua responden. Wawancara tak struktur bersifat luwes, dengan sususnan pertanyaan dapat diubah sesuai dengan kebutuhan sesuai kondisi pada saat wawancara. Adapaun alasan peneliti menggunakan teknik wawancara diantaranya yaitu :

1. Peneliti dapat bertemu dan berhadapan langsung (face to face) dengan informan.

2. Data yang diperoleh adalah data primer karena diperoleh langsung dari subyek dan informan

3. Data yang diperoleh cenderung bersifat kualitatif dan cenderung subyektif 4. Informan tidak terpaku pada pilihan jawaban yang disediakan oleh peneliti.

Informan akan lebih bebas menjabarkan atau menjelaskan jawabannya.

Berdasar subyek penelitian dan informan yang telah ditentukan, dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara kepada :


(47)

2. Seksi Penyidik Satuan Polisi Pamong Praja kota Sumbawa Besar

3. Seksi Operasi, Ketentraman dan Ketertiban Satuan Polisi Pamong Praja kota Sumbawa Besar

4. Wakil Komandan Provost Satuan Polisi Pamong Praja kota Sumbawa Besar 5. Ketua regu dalam bidang operasi, ketentraman dan ketertiban Satuan Polisi

Pamong Praja kota Sumbawa Besar

6. Tokoh masyarakan atau masyarakat di kota Sumbawa Besar.

Dokumentasi

Merupakan teknik pengumpulan meneliti catatan – catatan atau dokumen sebagai sumber data. Datanya berupa laporan- laporan resmi Satuan Polisi Pamong Praja Sumbawa Besar. Pada penelitian ini peneliti meyelidiki benda-benda tertulis seperti buku, dokumen-dokumen, peraturan-peraturan, arsip, dan lain sebagainya. Setelah melakukan penelitian, peneliti memperoleh buku ataupun arsip yang berkenaan dengan penegakan kawasan tertib, dokumentasi foto dan lain sebagainya.

Adapun alasan peneliti menggunakan teknik dokumentasi diantaranya yaitu : 1) Menguatkan data yang didapatkan dari teknik yang lain.

2) Membuktikan data dari hasil wawancara. H.6 Teknik Analisa Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2011:246), mengemukakan bahwa


(48)

aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.

Aktifitas dalam analisis data , yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification :

Skema analisis data (interactive model) 1. Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Semakin lama penelitian dilapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Maka perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.

2. Data Display (penyajian data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2011:249) menyatakan “the most frequent from of display data for

Data Collection

Conclusions:drawing/ verifying

Data Reduction


(49)

qualitative research data in the past has been narrative text”. Yang paling sering digunakan untuk penyajian data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

3. Conclusion Drawing/Verification (penarikan kesimpulan/verifikasi)

Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

H.7 Teknik Keabsahan Data

Adapun teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2007).

Triangulasi menurut Denzin (dalam Moleong, 2007) dapat dibedakan menjadi lima macam sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, waktu, metode, periset, dan teori. Penelitian ini sendiri menggunakan triangulasi sumber yaitu dilakukan dengan membandingkan dan mengecek derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan cara yang berbeda. Cara ini dapat dilakukan dengan (Paton,1987):


(50)

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara.

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang – orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.

4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada atau orang pemerintahan.

5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan (Burhan Bugin, Penelitian Kualitatif,Kencana,Jakarta).


(1)

24

No Nama Umur Pendidikan Pekerjaan

1 TS 27 SMA Pedagang Kaki Lima (PKL)

2 SR 25 SMA Pekerja Seks Komersil (PSK)

3 MT 27 SMA Pengedar Narkoba

H.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:  Observasi

Teknik observasi merupakan metode pengumpulan data dengan mengamati langsung di lapangan. Dalam penelitian ini menggunakan observasi partisipasi pasif dalam hal ini peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, akan tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. (Sugiyono, 2011:227)

Merupakan teknik pengamatan dengan menggunakan indera terhadap gejala-gejala atau kejadian yang diangkat pada suatu waktu. Dengan mengamati teknik komunikasi yang dilakukan Satuan Polisi Pamong Praja dalam penegakan kawasan tertib di kota Sumbawa Besar yang memang menjadi objek penelitian. Alasan penelitian menggunakan metode observasi, yakni :

1. Peneliti datang dan melihat secara langsung sehingga peneliti dapat mengetahui dan merasakan secara lansung.

2. Untuk memastikan hasil data yang didapat dari wawancara dan dokumentasi.

3. Data yang didapat melengkapi data yang tidak didapat melalui metode lain.


(2)

25  Wawancara

Merupakan bentuk komunikasi dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengejukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu (Mulyana, 2008 :180). Peneliti memilih wawancara tidak struktur yakni wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematika dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan (Sugiyono, 2008: 140). Metode ini bertujuan untuk memperoleh bentuk-bentuk tertentu informasi dari semua responden. Wawancara tak struktur bersifat luwes, dengan sususnan pertanyaan dapat diubah sesuai dengan kebutuhan sesuai kondisi pada saat wawancara. Adapaun alasan peneliti menggunakan teknik wawancara diantaranya yaitu :

1. Peneliti dapat bertemu dan berhadapan langsung (face to face) dengan informan.

2. Data yang diperoleh adalah data primer karena diperoleh langsung dari subyek dan informan

3. Data yang diperoleh cenderung bersifat kualitatif dan cenderung subyektif 4. Informan tidak terpaku pada pilihan jawaban yang disediakan oleh peneliti.

Informan akan lebih bebas menjabarkan atau menjelaskan jawabannya.

Berdasar subyek penelitian dan informan yang telah ditentukan, dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara kepada :


(3)

26

2. Seksi Penyidik Satuan Polisi Pamong Praja kota Sumbawa Besar

3. Seksi Operasi, Ketentraman dan Ketertiban Satuan Polisi Pamong Praja kota Sumbawa Besar

4. Wakil Komandan Provost Satuan Polisi Pamong Praja kota Sumbawa Besar 5. Ketua regu dalam bidang operasi, ketentraman dan ketertiban Satuan Polisi

Pamong Praja kota Sumbawa Besar

6. Tokoh masyarakan atau masyarakat di kota Sumbawa Besar.  Dokumentasi

Merupakan teknik pengumpulan meneliti catatan – catatan atau dokumen sebagai sumber data. Datanya berupa laporan- laporan resmi Satuan Polisi Pamong Praja Sumbawa Besar. Pada penelitian ini peneliti meyelidiki benda-benda tertulis seperti buku, dokumen-dokumen, peraturan-peraturan, arsip, dan lain sebagainya. Setelah melakukan penelitian, peneliti memperoleh buku ataupun arsip yang berkenaan dengan penegakan kawasan tertib, dokumentasi foto dan lain sebagainya.

Adapun alasan peneliti menggunakan teknik dokumentasi diantaranya yaitu : 1) Menguatkan data yang didapatkan dari teknik yang lain.

2) Membuktikan data dari hasil wawancara. H.6 Teknik Analisa Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2011:246), mengemukakan bahwa


(4)

27

aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.

Aktifitas dalam analisis data , yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification :

Skema analisis data (interactive model) 1. Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Semakin lama penelitian dilapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Maka perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.

2. Data Display (penyajian data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2011:249) menyatakan “the most frequent from of display data for

Data Collection

Conclusions:drawing/ verifying

Data Reduction


(5)

28

qualitative research data in the past has been narrative text”. Yang paling sering digunakan untuk penyajian data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

3. Conclusion Drawing/Verification (penarikan kesimpulan/verifikasi)

Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

H.7 Teknik Keabsahan Data

Adapun teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2007).

Triangulasi menurut Denzin (dalam Moleong, 2007) dapat dibedakan menjadi lima macam sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, waktu, metode, periset, dan teori. Penelitian ini sendiri menggunakan triangulasi sumber yaitu dilakukan dengan membandingkan dan mengecek derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan cara yang berbeda. Cara ini dapat dilakukan dengan (Paton,1987):


(6)

29

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara.

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang – orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.

4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada atau orang pemerintahan.

5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan (Burhan Bugin, Penelitian Kualitatif,Kencana,Jakarta).