- 16 -
Mengenal Hak-Hak Asasi Manusia dalam Undang-Undang HAM
1. Pemikiran Tentang Hak Asasi Manusia
9
HAM dapatlah dirumuskan sebagai hak yang sungguh mendasar, fundamantel dan tidak dapat dipisahkan dari manusia lantaran manusia itu
bermartabat. Bermartabat berarti mempunyai harga diri. Hak itu menjadi milik yang suci dari pihak manusia, karena dianugerahkan oleh Tuhan yang Maha Esa,
dan berurat akar dalam kodrat manusia. Hak yang sungguh dasariah dan fundamental ini tidak dapat dipisahkan atau diceraikan dari diri manusia.
Undang-Undang No. 39 tahun 1999 mengenai Hak-Hak Asasi manusia secara resmi merumuskan mengenai HAM sebagai berikut: “hak asasi manusia
merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia, bersifat universal dan langgeng, oleh karena itu harus dilindungi, dihomati,
dipertahankan, dan tidak boleh diabaikan, dikurangi, atau dirampas oleh siapapun”
10
, dan “Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia”
11
. Pengertian Hak Asasi Manusia tidaklah dapat dilepaskan dari manusia
sebagai sebagai dirinya. Suatu hak yang benar-benar menjadi bagian inti yang terdalam pada diri manusia, yakni dalam hakikat dan keberadaannya sebagai
manusia yang hidup di dunia ini. Kalau manusia itu mati, maka haknya yang asasi itu selesai. Hak Asasi manusia itu dibatasi oleh kematian. Dengan kematian itu
segala hak yang dimilikinya selagi dia itu hidup, berakhir. Hanya manusia yang hidup inilah yang dapat mempunyai hak-hak asasinya. Karena itu, kalau kita
berbicara mengenai hak-hak asasi, maka pengertian kita terarah pada suatu konsep yang jelas, yakni orang yang hidup.
9
Bagian ini saya ambil dari inti pembicaraan saya pada Seminar Nasional tentang “Perjuangan HAM di Era Globalisasi”, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 15 Juni 2002.
10
Dalam Konsiderans, menimbang nomor b.
11
Pasal 1 UU no. 39 tahun 1999 tentang Hak-Hak Asasi Manusia.
- 17 -
Negara Indonesia menaruh perhatian yang besar terhadap HAM, sekalipun dalam kenyataannya HAM tetap masih belum mendapat respeknya secara
yuridis. Undang-Undang no. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi manusia
12
, dilengkapi selanjutnya tanggal 18 Agustus 2000 dengan Perubahan Kedua UUD
Negera Republik Indonesia tahun 1945, bab XA mengenai Hak Asasi Manusia, dan ditambah dengan Undang-Undang no. 26 tahun 2000 mengenai Pengadilan
Hak Asasi manusia
13
, negara kita mempunyai suatu kerangka dasar untuk memperhatikan HAM. Hal ini nampak dalam pasal 2 Undang-Undang 39 tahun
1999 tentang Hak-Hak Asasi Manusia yang mengatakan: “Negara Republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kebebasan
dasar manusia sebagai yang secara kodrati melekat pada dan tidak terpisahkan diri manusia, yang harus dilindungi, dihormati, dan ditegakkan demi peningkatan
martabat kemanusiaan, kesejahteraan, dan kecerdasan serta keadilan”. Secara teoritis yang dirumuskan dalam bentuk Undang-Undang, bahwa
Negara Republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia. Hal ini merupakan suatu kemajuan yang sangat
berarti, namun bagaimanakah implementasi dan praksis respek akan hak-hak asasi manusia, rupanya masih jauh dari harapan. HAM “yang secara kodrati
melekat pada dan tidak terpisahkan diri manusia, yang harus dilindungi, dihormati, dan ditegakkan demi peningkatan martabat kemanusiaan,
kesejahteraan, dan kecerdasan serta keadilan” sungguh menjadi perjuangan tiada hentinya. Undang-Undang tentang HAM dan Pengadilan HAM sebagaimana ada
sekarang ini belumlah mencukupi, karena belum adanya suatu tempat untuk mengadukan pelanggaran-pelanggaran HAM yang tidak tergolong sebagai
pelanggaran-pelanggaran berat. Oleh karena itu kerangka dasar sebagaimana dirumuskan dalam Undang-
Undang HAM dan Pengadilan HAM itu masih harus dilengkapi dengan suatu instrumen yuridis yang mampu melindungi hak-hak warganya dari pelanggaran
HAM. Instrumen yuridis itu berupa hukum yang jelas, adil dan pasti. Seluruh rakyat sangat membutuhkan jaminan dari pemerintah untuk semakin
mengimplementasikan HAM dalam kehidupan nyata di Indonesia ini. Dengan demikian pelanggaran HAM tidak akan merajalela lagi.
12
Diundangkan pada tanggal 23 September 1999.
13
Diundangkan pada tanggal 23 November 2000.
- 18 -
2. Hak-Hak Asasi Manusia dalam Undang-Undang tentang HAM A.