4.94 1.3 Evaluasi kinerja enzim pada bungkil kacang kedelai india dan argentina pada ayam pedaging
Tabel 10 Konsumsi pakan pada periode finisher 22-32 hari
Konsumsi Pakan 22-32 hari Penambahan
Bungkil Kacang Kedelai Enzim
India Argentina
Rataan Kontrol
1629.1 ± 25.0
ab
1600.8 ± 7.4
ab
1615.8 ± 12.9
ab
Proteinase 1679.7 ± 37.1
b
1625.2 ± 10.6
ab
1654.0 ± 25.8
b
Karbohidrase 1622.4 ± 17.6
ab
1636.2 ± 29.2
ab
1630.2 ± 23.5
ab
Proteinase + karbohidrase 1573.3 ± 16.0
a
1602.4 ±
24.7
ab
1588.8 ± 17.8
a
Rataan 1615.9 ± 23.4
a
1625.4 ±
18.9
a
ab
Superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata P0.05
Penampilan produksi ayam pada saat panen di umur 32 hari
Pada saat panen umur 32 hari, ayam yang diberi ransum dengan BKK India menunjukkan berat badan yang nyata lebih rendah P0.05 bila
dibandingkan dengan ayam yang diberikan ransum dengan BKK Argentina. FCR dari ayam yang diberi ransum BKK India nyata lebih tinggi P0.05 bila
dibandingkan dengan ayam yang diberikan ransum dengan BKK Argentina. Konsumsi pakan dari ayam yang diberi ransum dengan BKK Argentina tidak
berbeda nyata P0.05 bila dibandingkan dengan ayam yang diberikan ransum dengan BKK Argentina, sebagaimana disajikan pada Tabel 11, 12, 13.
Tabel 11 Berat badan pada saat panen umur 32 hari
Berat Badan 32 Hari Penambahan
Bungkil Kacang Kedelai Enzim
India g Argentina g
Rataan g Kontrol
2008 ± 25
a
2090 ± 20
b
2046 ± 23
ab
Proteinase 2030 ± 18
ab
2016 ± 23
ab
2024 ± 21
ab
Karbohidrase 1988 ± 31
a
2041 ± 19
ab
2018 ± 27
a
Proteinase + karbohidrase 2052 ±
15
ab
2080 ± 27
b
2066 ± 22
b
Rataan 2022 ± 19
a
2058 ± 23
b
ab
Superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata P0.05
Tabel 12 FCR pada saat panen umur 32 hari
FCR 32 hari Penambahan
Bungkil Kacang Kedelai Enzim
India Argentina
Rataan Kontrol
1.470 ± 0.015
abc
1.412 ± 0.013
a
1.442± 0.014
ab
Proteinase 1.494 ± 0.026
c
1.473 ± 0.019
abc
1.484 ± 0.022
c
Karbohidrase 1492 ± 0.014
bc
1.461 ± 0.022
abc
1.475 ± 0.018
bc
Proteinase + karbohidrase 1.434 ±0.013
ab
1.422 ± 0.018
a
1.428 ± 0.017
a
Rataan 1.470 ± 0.017
b
1.441± 0.015
a
abc
Superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata P0.05
Tabel 13 Konsumsi pakan pada saat panen umur 32 hari
Konsumsi Pakan 32 hari Penambahan
Bungkil Kacang Kedelai Enzim
India Argentina
Rataan Kontrol
2943 ± 31 2948 ± 19
2945 ±25 Proteinase
2989 ± 27 2966 ± 12
2979 ± 22 Karbohidrase
2955 ± 42 2975 ±
39
2966 ± 42 Proteinase + karbohidrase
2936 ±
12
2951 ± 18 2943± 15
Rataan 2955 ± 35
2960 ± 20
Kombinasi dari enzim karbohidrase dan proteinase menunjukkan perbedaan yang nyata P=0.028 dari sisi berat badan bila dibandingkan dengan
penggunaan enzim karbohidrase saja. Kombinasi kedua enzim ini menunjukan perbedaan yang nyata dalam hal FCR P=0.008 bila dibandingkan dengan
penggunaan enzim proteinase saja. Tidak dijumpai adanya interaksi antara BKK dengan enzim dalam hal berat badan dan FCR Gambar 3 dan 4
P= Proteinase, C= Karbohidrase, P+C= Proteinase+Karbohidrase
abc
Superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata P0.05
Gambar 3 Berat badan pada umur 32 hari
P= Proteinase, C= Karbohidrase, P+C= Proteinase+Karbohidrase
abc
Superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata P0.05
Gambar 4 FCR pada umur 32 hari
Kandungan air pada ekskreta
Kandungan air ekskreta pada umur 28, 29, 30 dan 31 hari serta rata-rata kandungan air ekskreta pada 4 hari berturut-turut tidak berbeda nyata antara ayam
yang diberi ransum yang mengandung BKK India dan BKK Argentina. Penambahan enzim tidak memberikan perbedaan nyata diantara ayam yang diberi
ransum yang mengandung BKK India dan BKK Argentina dalam hal kadungan air eksreta. Tidak dijumpai adanya interaksi antara BKK dan enzim Tabel 14.
Konsumsi Air Minum
Konsumsi air minum pada hari ke 28, 29, 30 dan 31 serta rata-rata dari 4 hari berturut-turut menunjukan tidak ada perbedaan nyata antara ayam yang diberi
ransum dengan BKK India dan BKK Argentina. Penambahan enzim tidak menunjukan adanya perbedaan nyata antara ayam yang diberi ransum dengan
BKK India dan BKK Argentina. Tidak dijumpai interaksi antara BKK dan enzim Tabel 15.
Konsumsi air minum dan kandungan air ekskreta menunjukan korelasi yang nyata P0.05. Analisa regresi menunjukan korelasi positif yang berbanding
lurus R
2
= 0.61 antara kedua parameter.
Tabel 14 Kandungan air ekskreta
Kategori Kandungan air
Umur 28 hari
29 hari 30 hari
31 hari Rata-rata
India kontrol 80.67 ±
0.38
78.26 ± 1.06 78.81 ± 0.28
75.21 ±
1.91
78.23 ± 0.70 India + proteinase
80.67 ± 0.57 79.32 ± 0.55
79.91 ± 0.41 76.30 ± 1.06
79.05 ± 0.50 India + karbohidrase
81.26 ± 0.88 78.76 ± 0.67
80.69 ± 0.37 77.37 ± 1.25
79.46 ± 0.52 India + proteinase +
karbohidrase 80.21 ± 0.40
78.64 ± 0.37 79.28 ± 0.29
76.64 ± 1.16 78.69 ± 0.41
Arg kontrol 81.41 ± 0.71
80.25 ± 0.67 80.14 ± 0.35
76.10 ± 1.20 79.48 ± 0.56
Arg + proteinase 81.14 ± 0.69
80.04 ± 0.94 79.31 ± 0.32
76.28 ± 1.53 79.19 ±
0.59
Arg + karbohidrase 79.53 ± 0.68
78.27 ± 1.22 79.54 ± 0.42
75.80 ± 1.12 78.28 ± 0.58
Arg + proteinase + karbohidrase
81.14 ± 0.43 80.33 ± 0.99
80.95 ± 0.35 77.90 ± 1.40
80.07 ± 0.50 Perlakuan
BKK India
80.7 ± 0.27 78.75 ± 0.31
79.67 ± 0.43 76.38
78.86 ± 0.26 Arg
80.81 ± 0.32 79.72 ± 0.48
79.99 ± 0.42 76.52
79.26 ± 0.28 Enzim
Kontrol 81.04 ±
0.40
79.25 ±
0.65
79.48 ± 0.64 75.66
78.86 ± 0.45 Proteinase
80.90 ± 0.43 79.68 ± 0.53
79.61 ± 0.66 76.29
79.12 ± 0.38 Karbohidrase
80.39 ± 0.57 78.51 ± 0.67
80.12 ± 0.66 76.59
78.87 ± 0.39 Proteinase + karbohidrase
80.68 ± 0.30 79.48 ± 0.53
80.12 ± 0.88 77.27
79.38 ± 0.33 Sumber keragaman
Probabilitas BKK
0.807 0.105
0.617 0.885
0.309 Enzim
0.749 0.527
0.831 0.689
0.745 BKKEnzim
0.134 0.467
0.29 0.738
0.085
abc
Superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata P0.05
37
Tabel 15 Konsumsi Air Minum
Kategori Konsumsi air minum cchari
Umur 28 hari
29 hari 30 hari
31 hari Rata-rata
India kontrol 309.3 ±
45.6
297.1 ± 27.3 351.4 ± 21.3
370.7 ± 34.6 332.1 ± 26.0
India + proteinase 367.5 ± 50.0
316.3 ± 27.5 360.6 ± 42.4
365.6 ± 41.3 352.5 ± 31.8
India + karbohidrase 335.0 ± 54.5
357.9 ± 37.2 375.0 ± 30.1
397.9 ± 31.5 366.4 ± 31.2
India + proteinase + karbohidrase 334.4 ± 43.4
303.8 ± 25.7 360.0 ± 29.3
386.9 ± 23.9 346.3 ± 11.3
Arg kontrol 327.1 ± 37.5
350.7 ± 47.2 384.3 ± 39.4
390.0 ± 38.0 363.0 ± 33.3
Arg + proteinase 318.1 ± 33.0
315.0 ± 18.4 346.9 ± 17.1
346.9 ± 32.4 331.7 ± 20.0
Arg + karbohidrase 295.7 ± 41.0
284.3 ± 53.8 340.0 ± 40.2
354.3 ± 23.4 318.6 ± 34.7
Arg + proteinase + karbohidrase 315.6 ± 28.7
335.6 ± 26.8 366.9 ± 32.0
385.0 ± 23.9 350.8 ± 24.0
Perlakuan BKK
India 336.5 ± 17.3
318.8 ±
16.3
361.7 ± 15.7 380.0 ± 16.6
349.3 ± 13.1 Arg
314.1 ±
24.2
321.4 ±
19.8
359.5 ± 16.6 369.0 ± 15.7
341.0 ±14.6 Enzim
Kontrol 318.2 ± 28.8
323.9 ± 30.1 367.9 ± 23.87
380.4 ± 25.3 347.6 ± 22.4
Proteinase 342.8 ± 31.6
315.6 ± 15.9 353.8 ± 22.4
356.3 ± 26.0 342.1 ± 18.7
Karbohidrase 315.4 ± 34.5
321.1 ± 37.3 357.5 ± 26.0
376.1 ± 22.3 342.5 ± 26.1
Proteinase + karbohidrase 325.0 ± 25.6
319.7 ± 19.7 363.4 ± 21.0
385.9 ± 16.3 348.5 ± 12.8
Sumber keragaman Probabilitas
BKK 0.141
0.825 0.846
0.325 0.391
Enzim 0.559
0.968 0.830
0.258 0.946
BKKEnzim 0.419
0.003 0.227
0.282 0.042
a
Superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata P0.05
38
Kecernaan Asam Amino Ileum
Kecernaan asam amino esensial ileum dan bukan esensial ileum tidak berbeda nyata antara ayam yang diberi ransum BKK India dan BKK Argentina.
Penambahan enzim tidak menunjukkan perbedaan yang nyata diantara kecernaan asam amino ileum pada ayam yang mendapatkan ransum BKK India maupun
BKK Argentina. Berat badan dan FCR menunjukkan korelasi positif dengan kecernaan
asam amino Tabel 16. Analisa regresi menunjukkan bahwa berat badan menunjukkan korealsi positif dengan kecernaan ileal dari metionina R
2
=0.406, sedangkan FCR berkorelasi positf dengan kecernaan asam amino metionina
R
2
=0.625 dan glisina R
2
=0.412. Kecernaan asam amino esensial ileum dapat
dilihat pada Tabel 17 dan 18, sedangkan kecernaan asam amino esensial bukan ileum dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 16 R
2
dari korelasi kecernaan asam amino dengan berat badan dan FCR
Kecernaan Asam Amino Ileum Berat Badan
FCR R
2
PrF R
2
PrF Asam Amino Esensial
Lisina 0.314
0.15 0.178
0.31 Metionina
0.406 0.09
0.625 0.02
Sisteina 0.115
0.41 0.120
0.40 Treonina
0.011 0.81
0.092 0.47
Arginina 0.321
0.14 0.376
0.11 Leusina
0.189 0.28
0.184 0.29
Isoleusina 0.363
0.11 0.259
0.20 Valina
0.218 0.24
0.214 0.24
Fenilalanina 0.103
0.44 0.072
0.52
Asam Amino bukan Esensial
Serina 0.115
0.41 0.153
0.34 Glisina
0.333 0.13
0.412 0.09
Alanina 0.243
0.21 0.234
0.22 Prolina
0.103 0.44
0.263 0.19
Asam Aspartat 0.057
0.57 0.121
0.40 Asam Glutamat
0.009 0.82
0.071 0.52
Tabel 17 Kecernaan asam amino esensial ileum 1
Kecernaan Asam Amino Esensial Kategori
Lisina Metionina
Sisteina Treonina
Arginina India kontrol
81.12 ± 0.03 87.77 ± 0.01
76.21 ±
0.02
81.82 ± 0.02 85.98 ±
0.02
India +Proteinase 82.93 ±
0.03
85.77 ± 0.02 72.85 ± 0.04
76.68 ± 0.02 84.84 ± 0.02
India +Karbohidrase 82.65 ± 0.01
86.94 ± 0.01 76.31 ± 0.02
79.42 ± 0.02 86.65 ± 0.01
India+Protease+Karbohidrase 82.89 ± 0.01
87.26 ± 0.01 69.42 ± 0.04
78.32 ± 0.03 86.33 ± 0.01
Arg kontrol 84.54 ± 0.02
88.35 ± 0.01 70.05 ± 0.01
79.54 ± 0.02 87.45 ± 0.02
Arg+Proteinase 80.23 ± 0.02
86.18 ± 0.01 65.77 ± 0.05
77.10 ± 0.02 84.02 ± 0.02
Arg +Karbohidrase 87.61 ± 0.04
87.68 ± 0.03 76.95 ± 0.07
81.07 ± 0.05 88.07 ± 0.03
Arg+Protease+Karbohidrase 85.28 ± 0.02
89.08 ± 0.02 72.13 ± 0.05
80.62 ± 0.02 88.68 ± 0.02
Perlakuan BKK
India 82.40 ± 0.01
86.94 ± 0.01 73.70 ± 0.02
79.06 ± 0.01 85.95 ± 0.01
Arg 84.41 ± 0.01
87.83 ± 0.01 71.23 ± 0.01
79.58 ± 0.01 87.05 ± 0.01
Enzim Kontrol
82.83 ± 0.01 88.06 ± 0.01
73.13 ± 0.01 80.68 ± 0.01
86.72 ± 0.01 Proteinase
81.58 ± 0.01 85.98 ± 0.01
69.31 ± 0.03 76.89 ± 0.01
84.43 ± 0.01 Karbohidrase
85.13 ± 0.02 87.31 ± 0.01
76.63 ± 0.03 80.24 ± 0.02
87.36 ± 0.01 Protease+Karbohidrase
84.08 ± 0.01 88.17 ± 0.01
70.78 ± 0.02 79.47 ± 0.01
87.50 ± 0.01 Sumber keragaman
Probabilitas BKK
0.155 0.439
0.344 0.741
0.323 Enzim
0.345 0.528
0.251 0.371
0.266 BKKEnzim
0.294 0.968
0.445 0.709
0.783
40
Tabel 18 Kecernaan asam amino esensial ileum 2
Kecernaan Asam Amino Esensial Kategori
Leusina Isoleusina
Valina Fenilalanina
India kontrol 85.43± 0.02
82.79 ± 0.02 81.60 ± 0.02
84.38 ± 0.02 India +Proteinase
84.12 ± 0.02 82.67 ± 0.02
80.08 ± 0.02 83.95 ± 0.02
India +Karbohidrase 84.86 ± 0.01
82.89 ± 0.01 80.95 ± 0.02
84.86 ± 0.01 India+Protease+Karbohidrase
84.28 ± 0.02 82.10 ± 0.02
79.99 ± 0.02 83.78 ± 0.01
Arg kontrol 85.61 ± 0.02
84.63 ± 0.01 81.84 ± 0.02
84.68 ± 0.02 Arg+Proteinase
82.33 ± 0.02 80.46 ± 0.02
79.49 ± 0.02 80.98 ± 0.02
Arg +Karbohidrase 86.67 ± 0.04
85.25 ± 0.04 83.14 ± 0.04
86.43 ± 0.03 Arg+Protease+Karbohidrase
86.55 ± 0.02 85.49 ± 0.02
83.64 ± 0.02 85.84 ± 0.02
Perlakuan BKK
India 84.67 ± 0.01
82.61 ± 0.01 80.65 ± 0.01
84.24 ± 0.01 Arg
85.29 ± 0.01 83.96 ± 0.01
82.03 ± 0.01 84.48 ± 0.01
Enzim Kontrol
85.52 ± 0.01 83.71 ± 0.01
81.72 ± 0.01 84.53 ± 0.01
Proteinase 83.23 ± 0.01
81.57 ± 0.01 79.78 ± 0.01
82.47 ± 0.01 Karbohidrase
85.77 ± 0.01 84.07 ± 0.01
82.04 ± 0.01 85.64 ± 0.01
Protease+Karbohidrase 85.42 ± 0.01
83.79 ± 0.01 81.81 ± 0.01
84.81 ± 0.01 Sumber keragaman
Probabilitas BKK
0.594 0.294
0.347 0.836
Enzim 0.429
0.524 0.700
0.324 BKKEnzim
0.617 0.459
0.716 0.463
41
Tabel 19 Kecernaan asam amino bukan esensial ileum
Kecernaan Asam Amino bukan Esensial Kategori
Serina Glisina
Alanina Prolina
Asam Aspartat Glutamina
India kontrol 80.46 ± 0.02
79.82 ± 0.02 82.97 ± 0.02
83.51 ± 0.02 86.08 ± 0.02
87.81 ± 0.01 India +Proteinase
77.74 ± 0.03 77.62 ± 0.03
81.58 ± 0.03 79.65 ± 0.03
85.66 ± 0.02 83.06 ± 0.01
India +Karbohidrase 79.60 ± 0.02
79.92 ± 0.01 82.45 ± 0.03
82.23 ± 0.02 84.31 ± 0.01
83.47 ± 0.01 India+Protease+Karbohidrase
78.29 ± 0.02 78.99 ± 0.02
81.92 ± 0.02 81.42 ± 0.02
84.46 ± 0.02 85.11 ± 0.02
Arg kontrol 79.75 ± 0.02
81.91 ± 0.02 83.86 ± 0.02
82.80 ± 0.02 82.45 ± 0.01
84.41 ± 0.02 Arg+Proteinase
76.20 ± 0.02 78.18 ± 0.02
81.73 ± 0.02 81.27 ± 0.02
83.93 ± 0.02 82.14 ± 0.02
Arg +Karbohidrase 81.45 ± 0.04
82.33 ± 0.04 85.78 ± 0.04
83.72 ± 0.04 88.65 ± 0.03
86.06 ± 0.03 Arg+Protease+Karbohidrase
82.06 ± 0.02 82.67 ± 0.02
84.99 ± 0.02 84.59 ± 0.02
85.00 ± 0.02 84.97 ± 0.03
Perlakuan BKK
India 79.02 ± 0.01
79.09 ± 0.01 82.23 ± 0.01
81.70 ± 0.01 85.13 ± 0.01
84.86 ± 0.01 Arg
79.86 ± 0.01 81.27 ± 0.01
84.09 ± 0.01 83.10 ± 0.01
85.01 ± 0.01 84.40 ± 0.01
Enzim Kontrol
80.10 ± 0.01 80.86 ± 0.01
83.42 ±
0.01
83.15 ± 0.01 84.27 ± 0.01
86.11 ± 0.01 Proteinase
76.97 ± 0.01 77.90 ± 0.01
81.65 ± 0.01 80.46 ± 0.01
84.80 ± 0.01 82.60 ± 0.01
Karbohidrase 80.53 ± 0.01
81.12 ± 0.01 84.11 ± 0.02
82.98 ±
0.01
86.48 ± 0.01 84.77 ± 0.01
Protease+Karbohidrase 80.18 ± 0.01
80.83 ± 0.01 83.45 ± 0.01
83.01 ± 0.01 84.73 ± 0.01
85.04 ± 0.01 Sumber keragaman
Probabilitas BKK
0.575 0.135
0.241 0.295
0.930
0.750
Enzim 0.355
0.388 0.745
0.455 0.681
0.417
BKKEnzim 0.568
0.896 0.860
0.74 0.212
0.535
42
Kecernaan Serat Kasar
Kecernaan ileal dan ekskreta dihitung dengan metoda penanda yang tidak tercerna indigestible marker dan menggunakan rumus yang telah disampaikan
pada bagian materi dan metoda. Kecernaan serat kasar ileal dan ekskreta pada
ransum yang menggunakan BKK Arg secara numerik lebih tinggi daripada ransum yang menggunakan BKK India. Selisih kecernaan serat kasar ekskreta
dengan serat kasar ileal pada ransum yang menggunakan BKK India lebih tinggi dibandingkan dengan ransum yang menggunakan BKK Argentina.
Penambahan enzim tidak dapat meningkatkan kecernaan serat kasar ileal pada ayam yang diberikan ransum BKK India, akan tetapi pemberian enzim
proteinase pada ransum yang menggunakan BKK Argentina secara nyata P0.05 dapat meningkatkan kecernaan serat kasar ekskreta 11.26 vs 31.91. Meskipun
penambahan enzim pada ransum yang menggunakan BKK India tidak dapat meningkatkan kecernaan serat kasar secara nyata, akan tetapi data menunjukkan
bahwa kombinasi enzim proteinase dan karbohidrase dapat memberikan peningkatan selisih kecernaan ekskreta dan ileal yang tertinggi bila dibandingkan
penggunaan enzim proteinase atau karbohidrase saja. Analisa regresi menunjukkan bahwa berat badan dan FCR tidak
berkorelasi positif dengan kecernaan serat kasar ileal dan ekskreta Tabel 20.
Tabel 20 R
2
dari korelasi antara kecernaan serat kasar dan penampilan produksi yaitu berat badan dan FCR.
Kecernaan Serat Kasar Berat Badan
FCR R
2
PrF R
2
PrF
Kecernaan Serat Kasar Ileum 0.015
0.91 0.013
0.59 Kecernaan Serat Kasar Ekskreta
0.002 0.77
0.052 0.79
Selisih Kecernaan 0.082
0.49 0.038
0.64
Tabel 21 Kecernaan Serat Kasar
Kecernaan Serat Kasar Kategori
Ileum Ekskreta
Selisih India kontrol
20.5 ± 0.01
ab
29.1 ± 0.05
ab
8.6 ±
0.05
India +Proteinase 5.6 ± 0.02
b
20.2 ± 0.02
b
14.6 ± 0.01 India +Karbohidrase
5.2 ± 0.01
b
26.6 ± 0.01
ab
21.5 ± 0.01 India+Prot+Karb
18.0 ± 0.05
ab
39.3 ± 0.02
ab
21.3 ± 0.02 Arg kontrol
11.3 ± 0.03
b
23.0 ± 0.01
ab
11.8 ± 0.02 Arg+Proteinase
31.9 ± 0.05
a
45.3 ± 0.01
a
13.3 ± 0.05 Arg +Karbohidrase
15.2 ± 0.03
ab
23.1 ± 0.01
ab
7.9 ± 0.03 Arg+Proteinase+Karbohidrase
20.2 ± 0.04
ab
31.2 ± 0.05
ab
11.0 ± 0.02 Perlakuan
BKK India
12.3 ± 0.02
a
28.8 ± 0.02
a
16.5 ± 0.01 Arg
19.6 ± 0.02
a
30.6 ± 0.02
a
11.0 ± 0.01 Enzim
Kontrol 15.9 ± 0.03
ab
26.1 ± 0.02
a
10.2 ± 0.02 Proteinase
18.8 ± 0.06
a
32.7 ± 0.06
a
14.0 ± 0.03 Karbohidrase
10.2 ± 0.03
b
24.9 ± 0.01
a
14.7 ± 0.03 Proteinase+Karbohidrase
19.1 ± 0.03
a
35.3 ± 0.03
a
16.2 ± 0.01 Sumber keragaman
Probabilitas BKK
0.0081 0.6116
0.1641 Enzim
0.0734 0.1393
0.7257 BKKEnzim
0.0005 0.0096
0.4012
ab
Superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata P0.05
Bedah Bangkai
Bedah bangkai ditujukan untuk membantu mengamati efikasi dari enzim protease dan enzim karbohidrase. Enzim protease diharapkan dapat memecah
trypsin inhibitor. Level trypsin inhibitor yang tinggi dapat menyebabkan perbesaran dan kemerahan pada pancreas Swick 2012. Enzim karbohidrase
diharapkan dapat memecah serat kasar yang dapat meningkatkan tegangan permukaan. Pada tegangan permukaan yang tinggi, bakteri yang bersifat patogen
seperti Clostridium perfringens akan meningkat dan menyebabkan terjadinya kasus nekrotik enteritis pada bagian usus Choct 2011.
Pengamatan bedah bangkai difokuskan pada bagian pankreas dan bagian usus halus. Hasil pengamatan secara kualitatif menunjukkan bahwa ayam yang
diberi ransum dengan BKK India mempunyai pankreas dengan ukuran yang lebih besar dan warna yang lebih merah bila dibandingkan dengan ayam yang diberi
ransum dengan BKK Argentina. Pemberian enzim kombinasi proteinase dan kombinasi enzim proteinase + karbohidrase pada ransum yang menggunakan
BKK India memberikan perubahan visual yang nyata bila dibandingkan dengan kontrol. Sedangkan pemberian enzim pada ayam yang diberi ransum dengan BKK
Argentina tidak menunjukan perubahan visual yang nyata. Kombinasi enzim proteinase dan kombinasi proteinase + karbohidrase pada ayam yang diberi
ransum dengan BKK India menyebabkan ukuran dan warna pankreas yang mendekati normal, sebagaimana terlihat pada Gambar 5 dan Gambar 6.
Penggunaan enzim karbohidrase dan kombinasi proteinase + karbohidrase pada ayam yang diberikan ransum dengan BKK India menunjukkan kondisi usus yang
lebih baik bila dibandingkan dengan kontrol, sebagaimana terlihat pada gambaran bedah bangkai usus halus di bagian jejenum pada Gambar 7 dan Gambar 8
dihalaman berikut.
Gambar 5 Perubahan bedah bangkai pada pankreas ayam yang menggunakan bungkil kacang kedelai India
Gambar 6 Perubahan bedah bangkai pada pankreas ayam yang menggunakan
bungkil kacang kedelai Argentina
Gambar 7 Perubahan bedah bangkai pada bagian usus halus ayam yang menggunakan bungkil kacang kedelai India
Gambar 8 Perubahan bedah bangkai pada bagian usus halus ayam yang menggunakan bungkil kacang kedelai Argentina
Biaya pakan
Biaya pakan dihitung berdasarkan least-cost formulation dengan perbedaan harga antara BKK India dan Argentina pada bulan Februari 2011
sebesar U 30kg. Enzim diberikan dengan metoda top up tanpa mengurangi spesifikasi kandungan nutrisi pada formula. Dengan harga BKK India yang lebih
murah, maka harga ransum pakan yang mengandung BKK India lebih rendah Rp 100,-kg ransum bila dibandingkan dengan ransum yang menggunakan BKK
Argentina Tabel 22. Akan tetapi biaya pakan per kilogram berat badan dari BKK
India tidak berbeda nyata dengan biaya pakan per kilogram berat badan dari BKK Argentina. Biaya pakan per kilogram berat badan dari ransum yang menggunakan
BKK India dan kombinasi enzim karbohidrase+protease lebih rendah dari pada BKK India kontrol. Biaya pakan per kilogram berat badan dari ransum yang
ditambahkan kombinasi enzim karbohidrase dan proteinase berbeda nyata P0.05 dari pada biaya pakan per kilogram berat badan dari ransum yang hanya
ditambahkan enzim proteinase. Kombinasi enzim menunjukan biaya pakan per kilogram berat badan yang lebih rendah bila dibandingkan dengan enzim
proteinase saja 7319.6 vs 7570.5. Biaya pakan perkilogram berat badan dari ransum yang menggunakan kombinasi enzim karbohidrase dan proteinase tidak
berbeda nyata dengan kontrol. Keuntungan perkilogram berat badan dihitung berdasarkan harga anak
ayam Rp 4000,- ekor, biaya operasional sebesar Rp 2000’- dan harga
ayam sebesar Rp 13000,-kg berat badan. Penambahan kombinasi enzim proteinase dan karbohidrase pada ransum ayam yang menggunakan BKK India
dapat memberikan keuntungan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan BKK India kontrol dan penambahan enzim tunggal. Penambahan kombinasi enzim pada
ransum ayam yang menggunakan BKK Argentina menunjukkan keuntungan yang lebih rendah dari BKK Argentina kontrol, tetapi lebih tinggi dari penambahan
enzim tunggal proteinase atau karbohidrase.
Tabel 22 Biaya pakan dan keuntungan perkilogram berat badan ayam
Kategori Berat
FCR Harga
Biaya Pakan Total Biaya
Keuntungan Badan
g Pakan
Rpkg Rpkg BB
Rpkg BB Rpkg BB
India kontrol 2008
1.470 5000
7349
a
10338
a
2662
a
India + proteinase 2030
1.494 5050
7544
a
10500
a
2500
a
India + karbohidrase 1988
1.492 5024
7498
a
10514
a
2486
a
India + proteinase + karbohidrase 2052
1.434 5074
7277
a
10200
a
2800
a
Arg kontrol 2090
1.412 5103
7203
a
10076
a
2924
a
Arg + proteinase 2016
1.473 5153
7589
a
10567
a
2433
a
Arg + karbohidrase 2041
1.461 5127
7490
a
10430
a
2570
a
Arg + proteinase + karbohidrase 2080
1.422 5177
7360
a
10246
a
2754
a
Perlakuan BKK
India 2022
1.470 5037
7406
a
10372
a
2628
a
Arg 2058
1.441 5140
7407
a
10322
a
2678
a
Enzim Kontrol
2046 1.442
5052 7286
a
10218
a
2782
a
Proteinase 2024
1.484 5102
7570
c
10536
c
2464
c
Karbohidrase 2018
1.475 5076
7484
bc
10460
bc
2540
bc
Proteinase + karbohidrase 2066
1.428 5126
7319
ab
10224
ab
2776
ab
Dihitung berdasarkan harga anak ayam Rp 4000 ,-ekor , biaya operasional sebesar Rp 2000,- dan harga ayam Rp 13000,- kg
abc
Superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata P0.05
49
PEMBAHASAN
Kandungan Nutrien dari BKK India dan Argentina
Ayam yang diberi ransum BKK India menunjukkan penampilan produksi yang lebih rendah bila dibandingkan dengan ayam yang diberi ransum dengan
BKK Argentina dalam hal berat badan dan FCR pada minggu pertama, kedua, ketiga dan saat panen di umur 32 hari. Fenomena ini sesuai dengan pengamatan
pada produksi ayam pedaging komersial dimana penampilan produksi dari ayam yang diberi ransum BKK India tidak dapat memenuhi standard produksi yang
diharapkan. Hal ini dapat dihubungkan dengan kandungan serat kasar pada BKK India
yang lebih tinggi dan relatif lebih rendah kandungan lemaknya. Kandungan serat kasar yang lebih tinggi berhubungan dengan polisakarida bukan pati dimana
polisakarida bukan pati yang dapat larut dapat meningkatkan daya ikat air sehingga akan meningkatkan tegangan permukaan isi usus dan merubah ekosistem
di dalam saluran pencernaan. Polisakarida bukan pati dengan molekul yang besar dapat mengikat nutrisi yang lain seperti asam amino, mineral dan vitamin,
sehingga mengurangi pencernaan dan penyerapan sehingga akan menekan FCR dan penggunaan nutrisi.
BKK India juga mempunyai rasio asam amino terhadap protein yang lebih rendah bila dibandingkan dengan rasio asam amino terhadap protein dari BKK
Argentina. Rasio dari asam amino pada BKK India kurang seimbang bila dibandingkan dengan rasio asam amino ideal untuk ayam, oleh karena itu pada
penggunaan BKK India umumnya menggunakan tambahan asam amino sintestis untuk meningkatkan keseimbangan yang dibutuhkan. Dalam Tabel 4 jelas bahwa
mayoritas rasio asam amino esensial terhadap protein, kecuali triptofan, pada BKK India lebih rendah bila dibandingkan dengan BKK Argentina, terutama
untuk lisina, methoinine, sisteina, treonina, valina.
Penampilan Produksi Ayam
Berat badan ayam yang menggunakan ransum dengan BKK India pada umur 7, 14, 21 dan 32 hari berbeda nyata P0.05 dengan ayam yang
menggunakan ransum dengan BKK Argentina. Berat badan yang lebih tinggi dari ayam yang menggunakan BKK Argentina berhubungan erat dengan peningkatan
konsumsi pakan. Kandungan serat kasar yang lebih tinggi dan lemak yang lebih rendah pada BKK India dapat menyebabkan nafsu makan yang lebih rendah dan
tingkat kecernaan protein dan asam amino yang lebih rendah pula. Disisi lain, rasio asam amino terhadap protein dari asam amino utama pada
BKK Argentina lebih tinggi dibandingkan dengan BKK India, terutama pada lisina, metionina, sisteina, treonina, valina and triptofan oleh karena itu ayam yang
mempunyai level konsumsi pakan yang lebih tinggi akan mendapatkan asam amino yang lebih tinggi untuk mendukung peningkatan berat badannya. Sehingga
akhirnya FCR dari ayam yang menggunakan BKK Argentina pada umur 7, 14, 21 dan 32 hari secara nyata lebih rendah bila dibandingkan dengan BKK India.
Konsumsi Air Minum dan Kandungan Air Ekskreta
Tidak dijumpai perbedaan nyata pada BKK India dan Argentina, dan penambahan enzim baik tunggal maupun kombinasi terhadap konsumsi air minum
dan kandungan air ekskreta pada umur 28-32 hari. Meskipun secara visual dijumpai adanya perbedaan, dimana ekskreta ayam yang menggunakan BKK
India lebih basah dan banyak dijumpai pakan yang belum tercerna sempurna. Hal ini diduga berhubungan dengan kandungan polisarida bukan pati pada BKK
India yang dapat meningkatkan daya ikat air dan tegangan permukaan isi usus sehingga dapat mengganggu proses pencernaan dan meningkatkan kandungan air
ekskreta.
Enzim Proteinase
Enzim proteinase yang ditambahkan tidak dapat memberikan peningkatan yang nyata terhadap kecernaan asam amino ileum. Hal ini dapat disebabkan
karena jumlah substrat yang terdapat di dalam ransum melebihi dari kapasitas hidrolisis dari enzim, mengingat dalam penelitian ini prosentase dari bungkil
kacang kedelai India dan Argentina sangat tinggi dari prosentase bungkil kacang kedelai yang normal dipergunakan pada ransum komersial ayam pedaging, yakni
sebesar 36-37. Substrat yang berlebihan akan memungkinkan terjadinya ikatan yang tidak sempurna antara enzim dan substrat akibat dari kompetisi pusat
keaktifan Mc Donald et al. 2002. Faktor lain yang menyebabkan peningkatan kecernaan asam aminoa ileum
yang tidak nyata adalah peningkatan kecernaan asam amino tidak dapat terjadi secara seragam pada setiap asam amino. Peningkatan tergantung dari asal asam
amino dan sekresi endogenus enzim pencernaan. Zanella et.al 1999 melaporkan bahwa dalam penelitiannya enzim proteinase hanya dapat
meningkatkan secara nyata level asam amino treonina dan valina dari bungkil kacang kedelai. Sedangkan pada penelitian ini, hanya asam amino metionina dan
glisina yang mempunyai korelasi positif dengan penampilan produksi. Hal lain yang diduga berhubungan dengan peningkatan kecernaan asam
amino yang tidak nyata adalah struktur protein di dalam BKK. Protein yang tersimpan di dalam matriks dinding sel masih terperangkap oleh serat kasar
sehingga tidak dapat dihidrolisa oleh enzim proteinase Gambar 9. Mayoritas dari polisakarida bukan pati yang ada pada dinding sel dari BKK adalah substansi
pektik yang berinteraksi dengan polisakarida lain. Polisakarida bukan pati didalam BKK ini dapat memerangkap kurang lebih 10 protein DM basis di dalam
matriks dinding sel Tahir et al 2008. Oleh sebab itu untuk daya kerja proteinase yang optimal diperlukan kombinasi dengan enzim karbohidrase, enzim
karbohidrase akan membuka akses bagi enzim proteinase untuk menghidrolisa protein yang terperangkap sehingga dapat meningkatkan kecernaan dari protein.
Gambar 9 Protein yang terperangkap dalam matriks serat kasar dinding sel
Enzim Karbohidrase
Efektifitas dari enzim karbohidrase dapat diamati dengan metoda peningkatan kecernaan serat kasar, yang dihitung dengan menggunakan selisih
kecernaan serat kasar ekskreta dengan kecernaan serat kasar ileum Brenes et al. 2003. Secara alamiah di dalam tubuh unggas, mayoritas serat kasar tidak dapat
dicerna karena ayam tidak mempunyai enzim untuk menghidrolisa serat kasar ini. Serat kasar yang terdapat di dalam ransum akan masuk ke dalam usus halus dan
selanjutnya bergerak lambat menuju usus buntu. Serat kasar dengan ukuran molekul yang besar tidak dapat dipergunakan oleh bakteri usus buntu dalam
proses fermentasi, oleh karena itu serat kasar akan keluar kembali di dalam ekskreta.
Penggunaan enzim karbohidrase diharapkan dapat memecah serat kasar menjadi pecahan fragment serat kasar. Pecahan serat kasar ini akan bergerak
dari usus halus untuk kemudian masuk ke dalam usus buntu. Pecahan serat kasar selanjutnya akan difermentasi oleh bakteri di dalam usus buntu. Hasil dari
fermentasi berupa asam lemak terbang yang dapat dipergunakan sebagai sumber metabolisme energi. Serat kasar yang tidak dapat difermentasi akan bergerak dari
usus buntu ke dalam usus belakang untuk kemudian dikeluarkan melalui ekskreta. Proses pencernaan pecahan serat kasar yang terjadi dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10 Proses pencernaan pecahan kecernaan serat kasar
Penelitian ini menggunakan enzim karbohidrase yakni -galaktosidase and
- mannanase. Penambahan enzim pada penelitian ini dapat meningkatkan kecernaan serat kasar secara numerik pada kedua BKK. Peningkatan kecernaan
serat kasar pada ayam yang menggunakan ransum dengan BKK India lebih tinggi dari BKK Argentina, hal ini diduga berhubungan dengan perbedaan substrat yang
tersedia diantara kedua BKK. BKK India mengandung serat kasar dengan level yang lebih tinggi 6.40 bila dibandingkan dengan level serat kasar dari BKK
Argentina yang kurang lebih hanya berkisar setengahnya saja 3.62. Ada beberapa faktor yang diharapkan dapat menjelaskan mengapa
penambahan enzim karbohidrase hanya meningkatkan kecernaan serat kasar
secara numerik. Pertama, enzim karbohidrase membantu menghidrolisa sejumlah polisakarida bukan pati agar menjadi partikel dengan ukuran yang lebih kecil
MW 500 kDa, akan tetapi ukuran dari fraksi polisakarida bukan pati setelah proses hidrolisa masih terlalu besar untuk mikroflora usus. Hal ini menyebabkan
fraksi polisakarida bukan pati tetap tidak dapat difermentasi oleh mikroflora usus. Polisakarida bukan pati akan tetap berakumulasi di dalam saluran pencernaan,
meningkatkan daya ikat air dan tegangan permukaan sehingga menurunkan aliran isi usus ke dalam usus buntu Marsman et al. 1997.
Kedua, BKK hanya mengandung 20-30 polisakarida bukan pati, dimana hanya 14 diantaranya merupakan polisakarida bukan pati terlarut atau
polisakarida bukan pati dapat larut Choct 2011. Fraksi dari polisakarida bukan pati apalagi polisakarida bukan pati terlarut relatif kecil, sehingga apabila
karbohidrase dapat menghidrolisa sebagian atau keseluruhan fraksi serat kasar di dalam dinding sel, dampak pada peningkatan penampilan produksi relatif kecil
yakni berkisar 1.9-2.2. Peningkatan ini menunjukkan bahwa enzim yang dapat mendegradasi polisakarida bukan pati dapat bekerja dengan baik untuk
meningkatkan penampilan produksi ayam pedaging, akan tetapi peningkatan yang ditunjukkan relatif kecil untuk dapat dideteksi pada skala penelitian Meng dan
Slominski 2005. Ketiga, enzim karbohidrase
- galaktosidase yang digunakan diduga hanya mampu menghidrolisa struktur galacturonan dengan ikatan 1-4
, sedangkan struktur lain seperti rhamnogalakturonan dan arabinogalaktan tidak dapat
dihidrolisa. Dilain pihak, enzim - mannanase yang diduga hanya dapat
menghidrolisa struktur galaktomannan, sebagaimana disajikan pada Gambar 11.
Arabinogalaktan
Galakturonan
Rhamnogalakturonan
Galaktomannan
Gambar 11 Struktur polisakarida pada bungkil kacang kedelai
Faktor berikutnya berhubungan dengan kompleksitas dari dinding sel BKK. Polisakarida di dalam dinding sel pada kedelai sangat sulit dihidrolisa
karena terdiri dari polimer yang merupakan kompleks matriks yang terdiri dari substansi pektik, hemi-selulosa, selulosa dan struktur protein. Oleh karena itu
untuk dapat mendegradasi komponen-komponen polisakarida bukan pati dengan sempurna, diperlukan tiga kelompok enzim utama. Ketiga kelompok ini akan
bekerjasama dalam mendegradasi dinding sel bungkil kacang kedelai yakni pektinases, hemiselulases dan cellulases Fischer 2006. Penambahan dari
α- galaktosidase dan β-mannanase belum dapat memberikan hasil yang nyata karena
masih dibutuhkan jenis-jenis enzim yang tergolong dalam enzim karbohidrase yang lainnya Waldroup et al. 2006.
Selanjutnya dalam pengujian kecernaan serat kasar menggunakan referensi metoda dan rumus dari Brenes et. al 2003, dimana rumus yang digunakan
menggunakan banyak parameter. Hal ini memungkinkan kontribusi kesalahan terhadap hasil akhir.
Kombinasi Karbohidrase dan Proteinase
Kombinasi dari enzim karbohidrase dan proteinase dapat menunjukkan peningkatan yang nyata dari sisi berat badan dan FCR dari ayam yang
menggunakan ransum dengan BKK India dan BKK Argentina. Akan tetapi dampak dari kombinasi enzim pada kecernaan asam amino ileal tidak dapat
menunjukkan perbedaan nyata sedangkan dampak pada kecernaan serat kasar hanya menunjukkan peningkatan secara numerik.
Kombinasi dari enzim karbohidrase dan proteinase dapat menunjukkan hasil yang lebih baik bila dibandingkan penambahan enzim karbohidrase atau
proteinase tunggal. Hal ini dapat disebabkan oleh mekanisme kerja sinergis dari kedua jenis enzim Gambar 12.
Mekanisme kerja dapat melalui beberapa tahapan. Pertama, enzim karbohidrase berfungsi untuk merusak struktur kompleks matriks dinding sel
yang merupakan barier dari proses enzimatis Choct 2011. Selanjutnya enzim polisakarida bukan pati akan menurunkan tegangan isi usus yang disebabkan oleh
polisakarida bukan pati yang dapat larut dan memberikan kesempatan kepada enzim proteinase dan enzim endogenous lain untuk masuk dan mendegradasi
protein, lemak dan pati. Sebagai hasil akhir, mekanisme kerja ini akan menstimulasi pencernaan protein dan selanjutnya akan meningkatkan penyerapan
pada induk semang Tahir et al. 2008. Pendapat ini diperkuat oleh Waldroup et al. 2006. Dalam penelitiannya
disampaikan bahwa respon BKK terhadap enzim tunggal seperti α-galaktosidase
tidak nyata. Untuk mendapatkan hasil yang optimal dari penggunaan enzim pada bungkil kadang kedelai diperlukan kombinasi dari beberapa enzim seperti
misalnya α-galaktosidase, α-amilase, β-glukanase, proteinase, xylanase, dan
selulase.
Gambar 12 Mekanisme kerja sinergis
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
BKK India menunjukkan penampilan produksi yang lebih rendah daripada BKK Argentina baik pada berat badan maupun pada FCR.
Enzim protease atau karbohidrase tunggal tidak dapat menunjukkan perbedaan nyata pada penampilan produksi, kecernaan asam amino esensial dan
bukan esensial ileum, kecernaan serat kasar dan kandungan air ekskreta. Penggunaan enzim kombinasi proteinase dan karbohidrase dapat memberikan
perbedaan nyata pada penampilan produksi. Kedua jenis enzim ini menunjukkan mekanisme kerja sinergis.
Biaya ransum perkilogram berat badan dari kombinasi enzim proteinase dan karbohidrase tidak berbeda nyata dengan kontrol. Pemberian kombinasi
enzim protease dan karbohidrase memberikan keuntungan tertinggi pada ransum yang menggunakan bungkil kacang kedelai India.
Saran
Penambahan kombinasi enzim proteinase dan karbohidrase dapat dipergunakan untuk meningkatkan penampilan produksi pada ransum yang
menggunakan bungkil kacang kedelai pada ayam pedaging.
DAFTAR PUSTAKA
Angel R, Ward NE, Brugger R. 2010. Proteinases: Potential for use in poultry nutrition. Department of Animal and Avian Sciences University of
Maryland College Park, MD 20742. DSM Nutritional Products Inc.Technical Symposium. Multi-State Poultry Meeting. May 25-27
2010.
Beal JD, Brooks PH, Schulze H. 1998. The effect of pre-treatment with different protease on the in vitro digestibility of nitrogen in raw soya bean and four
different full fat soyabean meals. Di dalam 49
th
Annual meeting of the European Association for Animal Production; Wageningen. Abstr no
PN 2.7 hlm 264. Bedford MR, Partridge GG. Enzymes in Farms Animal Nutrition. Ed ke-2.
London: CAB International; 2003. Bisswanger H. Enzyme Kinetics. Principles and Methods. Ed ke-2. Weinheim:
Willey VCH Verlag GmbH, 2008. Brenes A, Slominski BA, Marquardt RR, Guenter W, Viveros A. 2003. Effect of
enzyme addition on the digestibilities of cell wall polysaccharides and oligosaccharides from whole, dehulled, and ethanol-extracted white
lupins in chickens. J Poultry Science 82:1716 –1725
Choct M, Dersjant LY, Leish J, Peisker M. Soy oligosakaridas and soluble non- starch polysaccharides: a review of digestion, nutritive and anti-nutritive
effects in pigs and poultry. Asian - Australasian Journal of Animal Sciences
Oct 2010: 1-18. Coon C. 2010. Maximizing energy utilization for poultry. Di dalam: ASA-Novus
Animal Science Seminar; Jakarta, 9 Mar 2010. Abst no 7. Cowieson AJ, Adeola O. 2005. Carbohydrase, protease, and phytase have an
additive beneficial effect in nutritionally marginal diets for broiler chicks. J Poultry Science
84:1860 –1867.
Danicke S, Vahjen W, Simon O, Jeroch H. 1999. Effects of dietary fat type and xylanase supplementation to rye-based broiler diets on selected bacterial
groups adhering to the intestinal epithelium, on transit time of feed, and on nutrient digestibility. J Poultry Science 78:1292
–1299. Donald PM, Edwards RA, Greenhalgh JFD, Morgan CA. Animal Nutrition. Ed
ke-6. London: Pearson Education Limited; 2002. Douglas MW, Parsons CM. 2000. Effect of presolvent extraction processing
method on the nutritional value of soybean meal for chicks. J Poultry Science
79:1623 –1626.
Douglas MW, Parsons CM, Bedford MR. 2000. Effect of various soybean meal source as an avizime on chick growth performance and ileal digestible
energy. J Appl. Poultry Res. 9:74-80. Douglas MW, Parsons CM, Hymowitz T. 1999. Nutritional evaluation of lectin-
free soybeans for poultry. J Poultry Science. 78:91 –95.
Feng J, Liu X, Xu R, Wang YZ, Liu JX. 2007. Effects of fermented soybean meal on digestive enzyme activities and intestinal morphology in broilers.
J Poultry Science. 86:1149
–1154.
Fischer M. 2006. Limiting factors for the enzymatic accessibility of soybean
protein
disertasi. Denmark: Wageningen University.
Francesh M, Geraert PA. 2009. Enzyme complex containing carbohydrases and phytase improves growth performance and bone mineralization of
broilers fed reduced nutrient corn-soybean-based diets. J Poultry Science 88 :1915
–1924.
Garcia AR, Batal AB, Dale NM. 2007. A Comparison of methods to determine amino acid digestibility of feed ingredients for chickens. J Poultry
Science 86:94
–101. Hedley CL. Carbohydrates in Grain Legume Seeds. Improving Nutritional
Quality and Agronomic Characteristics . London: CAB International;
2003. Hsiao HY, Anderson DM, Dale NM. 2006. Levels of
- mannan in soybean meal. J Poultry Science
. 85: 1430
–1432. Kidd MT, Morgan GW, Price CJ, Welch PA, Fontana EA. 2001. Enzyme
supplementation to corn and soybean meal diets for broilers. J Appl. Poultry Res
. 10:65 –70
Kidd MT, Morgan GW, Zumwalt CD, Welch PA, Brinkhaus FL, Fontana EA. 2001.
- Galactosidase enzyme supplementation to corn and soybean meal broiler diets. J Appl. Poult. Res. 10:186
–193. Kocher A, Choct M, Ross G, Broz J, Chung TK. 2003. Effects of enzyme
combinations on apparent metabolizable energy of corn –soybean meal-
based diets in broilers. J Appl. Poult. Res. 12:275 –283.
Labavitch JM, Freeman LE, Albersheim P. 1976. Structure of plant cell walls. Purification and characterization of a
-1,4-galactanase which degrades a structural component of the primary cell walls of dicots. J Biological
Chemistry 251: 5904-5910.
Lee HS. 2001. Economic of dehulled soybean meal for poultry and swine. American Soybean Association Bulletin
AN33-2001. Leslie MA, Moran ET, Bedford MR. 2007. The Effect of phytase and glucanase
on the ileal digestible energy of corn and soybean meal fed to broilers. J Poultry Science
86:2350 –2357.
Liu YG, Zhu ZY. 2011. Using NIRs and broiler performance tests to assess digestible amino acids and AME of soybean meals. Di dalam: 8
th
Asia Pasific Poultry Conference; Taipei, 20-23 Mar 2011. Abstr no 169.
Malathi V, Devegowda G. 2001. In vitro evaluation of nonstarch polysaccharide digestibility of feed ingredients by enzymes. J Poultry Science
80:302 –305.
Marsman G, Gruppen H, Van Der Poel A, Kwakkel R.P. 1997. The effect of thermal processing and enzyme treatments of soybean meal on growth
performance, ileal nutrient digestibilities, and chyme characteristics in Broiler chicks.
J Poultry Science. 76:864
–872. Meng X dan Slominski1 BA 2005.
Nutritive values of corn, soybean meal, canola meal, and peas for broiler chickens as affected by a
multicarbohydrase preparation of cell wall degrading enzymes. J Poultry Science.
84:1242 –1251
Nab JM, Boorman KN. Poultry Feedstuffs Supply, Composition and Nutritive Value.
London. CAB International; 2002. Parson CM, Zhang Y, Araba M. 2000. Nutritional evaluation of soybean meals
varying in oligosaccharides content. J Poultry Science. 79:1127
–1131. Scott TA, Boldaji F. 1997. Comparison of inert markers chromic oxide or
insoluble ash celiteä for determining apparent metabolizable energy of wheat or barley based broiler diets with or without enzymes. J Poultry
Science 76:594
–598 Sieo CC, Abdullah N, Tan WS, Ho YW. Influence of
β-glucanase-producing Lactobacillus
strains on intestinal characteristics and feed passage rate of broiler chickens. J Poultry Science 84:734
–741. Sinova AC, Valencia DG, Moreno EJ, Lazaro R, Matoes GG. 2008. Apparent
ileal digestibility of energy, nitrogen and amino acids of soybean meals of different origin in broilers. J Poultry Science. 87: 2613-2623.
Steel RGD and Torrie JH. 1995. Prinsip dan prosedur statistika: suatu pendekatan biometric. Gramedia. Jakarta.
Swick RA. 2007. Selecting soy protein for animal feed. Di dalam: Proceedings of Workshop 15
th
Annual ASAIM Southeast Asian Feed Technology and Nutrition Workshop; Bali, 27-30 May 2007. Abstr no 8.
Tahir M, Saleh F, Ohtsuka A, Hayashi K. 2008. An effective combination of carbohydrases that enables reduction of dietary protein in broilers:
Importance of Hemiselulase. J Poultry Science 87:713 –718.
Thakur M, Hurburgh CR 2005. Quality of U.S. soybean meal compared to the quality of soybean meal from other origins. Departement of Agricultural
Bio Biosystems Engineering Iowa State University, Ames, IA. http:www.abe.iastate.edusbm99progH8. html.
2 Feb 2011. USDA. United States Department of Agriculture. 2012. World Trade: Soybean
and Products. http:www.fas.usda.govpsdonlinepsdreport 11 Agustus
2012
Yu B dan Chung TK. 2004. Effects of multiple-enzyme mixtures on growth performance of broilers fed corn-soybean meal diet. J Appl. Poult. Res.
13:178 –182.
Yu B, Wu ST, Liu CC, Gauthier R, Chiou. Effects of enzyme inclusion in maize- soybean diet on broiler performance. J Animal Feed Science and
Technology . 2007; 134: 283-294.
Waldroup PW, Keen CA, Zhang K. 2006. The levels of - galactosidase enzyme
on performance of broilers fed diets based on corn and soybean meal. J Appl. Poult. Res
. 15:48 –57.
Wallace RJ, Cheeson A. Biotechnology in Animal Feeds and Animal Feeding. Weinheim Germany. VCH Verlagsgesellschaft mbH; 1995.
West ML, Corzo A, Dozier WA, Blair ME, Kidd MT. 2007. Assessment of dietary Rovabio excel in practical United States broiler diets. J Appl.
Poult. Res. 16:313
–321. Wang ZR, Qiao SY, Lu WQ, Li DF. 2005. Effects of enzyme supplementation on
performance, nutrient digestibility, gastrointestinal morphology, and volatile fatty acid profiles in the hindgut of broilers fed wheat-based
diets. J Poultry Science 84:875 –881.
Zanella I, Sakomura NK, Siversides FG, Fiqueirdo A, Pack M. 1999. Effect of enzyme supplementation of broiler diets based on corn and soybeans.
J Poultry Science 78:561
–568.
LAMPIRAN Lampiran 1 Penampilan produksi pada umur 7 hari hingga 32
hari
Penampilan Produksi pada Umur 7 Hari
7 Hari Kategori
Berat Konsumsi
FCR Badan g
Pakan g India kontrol
175.9
a
156.9
a
0.893
ab
India + proteinase 178.0
ab
157.5
a
0.885
ab
India + karbohidrase 173.8
a
156.7
a
0.906
b
India + proteinase + karbohidrase 179.8
abc
162.8
a
0.907
b
Arg kontrol 187.4
bcd
161.3
a
0.862
ab
Arg + proteinase 188.8
cd
164.4
a
0.872
ab
Arg + karbohidrase 191.7
d
161.9
a
0.845
a
Arg + proteinase + karbohidrase 190.5
d
161.2
a
0.847
a
Perlakuan BKK
India 177.2
a
158.7
a
0.897
b
Arg 189.6
b
162.1
a
0.856
a
Enzim Kontrol
181.7
a
159.1
a
0.877
a
Proteinase 182.8
a
160.6
a
0.880
a
Karbohidrase 183.9
a
159.6
a
0.872
a
Proteinase + karbohidrase 185.2
a
162.0
a
0.877
a
Sumber keragaman Probabilitas
BKK 0.0001
0.074 0.001
Enzim 0.756
0.692 0.998
BKKEnzim 0.699
0.449 0.419
abcd
Superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata P0.05
Penampilan Produksi pada Umur 14 Hari
14 Hari Kategori
Berat Konsumsi
FCR Badan g
Pakan g India kontrol
498.3
a
578.0
a
1.161
a
India + proteinase 501.5
ab
581.8
ab
1.160
a
India + karbohidrase 494.3
a
577.6
a
1.171
a
India + proteinase + karbohidrase 505.5
abc
594.8
ab
1.177
a
Arg kontrol 529.1
d
605.0
b
1.144
a
Arg + proteinase 523.1
bcd
602.9
ab
1.153
a
Arg + karbohidrase 527.4
cd
601.9
ab
1.141
a
Arg + proteinase + karbohidrase 523.5
bcd
600.0
ab
1.147
a
Perlakuan BKK
India 500.4
a
583.7
a
1.167
b
Arg 525.8
b
602.4
b
1.146
a
Enzim Kontrol
513.7
a
591.5
a
1.153
a
Proteinase 511.1
a
591.2
a
1.157
a
Karbohidrase 512.9
a
591.3
a
1.154
a
Proteinase + karbohidrase 514.5
a
597.4
a
1.162
a
Sumber keragaman Probabilitas
BKK 0.0001
0.001 0.017
Enzim 0.968
0.765 0.882
BKKEnzim 0.726
0.462 0.735
abcd
Superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata P0.05
Penampilan Produksi pada Umur 21 Hari
21 Hari Kategori
Berat Konsumsi
FCR Badan g
Pakan g India kontrol
1042.6
ab
1314.4
a
1.262
ab
India + proteinase 1052.2
ab
1317.0
a
1.269
ab
India + karbohidrase 1030.5
a
1332.9
a
1.294
bc
India + proteinase + karbohidrase 1046.2
ab
1360.7
a
1.301
c
Arg kontrol 1060.7
ab
1339.4
a
1.264
ab
Arg + proteinase 1064.2
ab
1341.7
a
1.262
ab
Arg + karbohidrase 1078.0
b
1339.0
a
1.253
a
Arg + proteinase + karbohidrase 1077.8
b
1349.2
a
1.252
a
Perlakuan BKK
India 1043.9
a
1331.6
a
1.281
b
Arg 1070.6
b
1342.5
a
1.257
a
Enzim Kontrol
1051.7
a
1326.9
a
1.263
a
Proteinase 1057.5
a
1328.0
a
1.266
a
Karbohidrase 1057.2
a
1336.3
a
1.271
a
Proteinase + karbohidrase 1062.0
a
1354.9
a
1.277
a
Sumber keragaman Probabilitas
BKK 0.004
0.316 0.004
Enzim 0.850
0.237 0.547
BKKEnzim 0.543
0.570 0.069
abcd
Superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata P0.05
Penampilan Produksi pada Umur 28 Hari
28 Hari Kategori
Berat Konsumsi
FCR Badan g
Pakan g India kontrol
1585 2307
1.456 India + proteinase
1658 2326
1.428 India + karbohidrase
1629 2374
1.482 India + proteinase + karbohidrase
1609 2384
1.481 Arg kontrol
1656 2361
1.425 Arg + proteinase
1627 2394
1.472 Arg + karbohidrase
1653 2450
1.483 Arg + proteinase + karbohidrase
1670 2420
1.450 Perlakuan
BKK India
1620 2348
1.462 Arg
1652 2406
1.457 Enzim
Kontrol 1621
2334 1.441
Proteinase 1643
2360 1.450
Karbohidrase 1641
2412 1.482
Proteinase + karbohidrase 1639
2402 1.465
Sumber keragaman Probabilitas
BKK 0.161
0.085 0.816
Enzim 0.877
0.310 0.447
BKKEnzim 0.355
0.974 0.465
abcd
Superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata P0.05
Penampilan Produksi pada Umur 32 Hari
32 Hari Kategori
Berat Konsumsi
FCR Badan g
Pakan g India kontrol
2008
a
2943
a
1.470
abc
India + proteinase 2030
ab
2989
a
1.494
c
India + karbohidrase 1988
a
2955
a
1.492
bc
India + proteinase + karbohidrase 2052
ab
2936
a
1.434
ab
Arg kontrol 2090
b
2948
a
1.412
a
Arg + proteinase 2016
ab
2966
a
1.473
abc
Arg + karbohidrase 2041
ab
2975
a
1.461
abc
Arg + proteinase + karbohidrase 2080
b
2951
a
1.422
a
Perlakuan BKK
India 2022
a
2955
a
1.470
b
Arg 2058
b
2960
a
1.441
a
Enzim Kontrol
2046
ab
2945
a
1.442
ab
Proteinase 2024
ab
2979
a
1.484
c
Karbohidrase 2018
a
2966
a
1.475
bc
Proteinase + karbohidrase 2066
b
2943
a
1.428
a
Sumber keragaman Probabilitas
BKK 0.020
0.770 0.023
Enzim 0.028
0.314 0.008
BKKEnzim 0.188
0.752 0.633
abcd
Superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata P0.05
Lampiran 2. Kurva Penampilan Produksi 1-32 Hari
Berat Badan 1-32 hari
500 1000
1500 2000
2500
1 7 hari
14 hari 21 hari
28 hari 32 hari
Umur hari Berat Badan
g India kontrol
India + P India + K
India + P + K Arg kontrol
Arg + P Arg + K
Arg + P + K
P= Proteinase, K= Karbohidrase, P+k= Proteinase+Karbohidrase
Kurva Berat badan pada umur 1 32 hari
FCR 7-32 hari