Laptop yang digunakanan telah dilengkapi dengan software QPST dan QXDM yang akan digunakan dalam pengukuran perolehan sinyal.
e. Tempat Peletakan Antena dan Busur
Tempat peletakan antena dibutuhkan agar antena dapat diputar sebesar sudut yang diinginkan pada pengukuran perolehan sinyal. Gambar 4.2
menunjukkan tempat peletakan yang telah dilengkapi dengan busur.
Gambar 4.2 Alat Peletakan Antena
4.3 Pengukuran Pola Radiasi
Sebelum melakukan pengukuran pola radiasi, hal yang harus dilakukan adalah menanyakan kepada pihak provider EXELINDO yang memiliki layanan
WCDMA polarisasi antena pemancar. Dalam pengukuran harus memperhatikan jarak pada proses pengukuran. Pengukuran pola radisi antena dilakukan pada 2
lokasi yang berbeda. Pengukuran pertama dilakukan di lantai 4 gedung laboratorium teknik tegangan tinggi departemen teknik elektro USU dengan BTS
3G EXELINDO yang akan dituju berada di jalan Jamin Ginting. Pada pengukuran ini posisi antena BTS 3G EXELINDO yang akan dituju berada pada
jarak ± 913,83 meter. Gambar 4.3 menunjukkan perakiraan jarak pengukuran pertama dengan menggunakan Google Earth. Sedangkan pengukuran kedua
dilakukan di lantai 4 jalan Mesjid dengan BTS 3G EXELINDO yang akan dituju berada di jalan Palang Merah. Pada pengukuran ini posisi antena BTS 3G
EXELINDO yang akan dituju berada pada jarak ± 340,03 meter. Gambar 4.4 menunjukkan perakiraan jarak pengukuran kedua dengan menggunakan Google
Earth
Gambar 4.3 Perakiraan Jarak Pengukuran Pertama ke BTS Dengan
Menggunakan Google Earth
Gambar 4.4 Perakiraan Jarak Pengukuran Kedua ke BTS Dengan Menggunakan
Google Earth Peralatan yang digunakan pada pengukuran pola radiasi ini diantaranya
adalah: a.
Antena Helical yang telah dibuat b.
Laptop c.
USB Modem Huawei E160 d.
Pigtail e.
Tempat peletakan antena f.
Penggaris busur derajat 360
Langkah-langkah pengukuran pola radiasi yaitu dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Rangkai semua peralatan seperti pada Gambar 4.5.
Gambar 4.5 Rangkaian Pengukuran
2. Nyalakan laptop dan pasangkan pigtail pada wireless USB modem.
3. Prakirakan jarak antara Antena Helical dan BTS 3G EXELINDO dan
pastikan bahwa pengukuran berada pada line of sight LOS agar pengukuran lebih optimal.
4. Jalankan program QPST dan QXDM yang ada pada laptop.
5. Setelah terlihat grafik sinyal, putar antena setiap 10
searah jarum jam. 6.
Setelah selesai, ulangi pengukuran sebanyak tiga kali untuk mendapatkan ketepatan pembacaan.
7. Simpan hasilnya.
Dari hasil pengukuran pertama diperoleh sinyal yang diterima ditunjukkan pada Tabel 4.1 dan 4.2.
Tabel 4.1 Data Rata-Rata Hasil Pengukuran Pertama Antena Helical 10 lilitan
Sudut Sinyal Diterima dBm
-3,78 10
-7,74 20
-11,48 30
-15,28 40
-10,06 50
-13,52 60
-12,04 70
-10.44 80
-13,99 90
-18,57 100
-15,83 110
-13,59 120
-10,25 130
-11,05 140
-13,53 150
-16.50 160
-17,47 170
-17,80 180
-18,86 190
-13,25 200
-9,64 210
-10,06 220
-6,01 230
-5,50 240
-6,00 250
-6,10 260
-5,94 270
-4,88 280
-9,64 290
-8,56 300
-8,04 310
-8,55 320
-7,76 330
-6,60 340
-4,08 350
-3,17
Tabel 4.2 Data Rata-Rata Hasil Pengukuran Pertama Antena Helical 20 lilitan
Sudut Sinyal Diterima dBm
-3,39 10
-6,52 20
-7,17 30
-10,58 40
-13,36 50
-11,11 60
-10,20 70
-10,41 80
-8,12 90
-7,06 100
-13,54 110
-14,50 120
-14,13 130
-13,33 140
-11,99 150
-15,10 160
-16,60 170
-17,84 180
-18,45 190
-18,89 200
-17,94 210
-16,79 220
-14,56 230
-12,08 240
-10,52 250
-10,98 260
-8,10 270
-7,45 280
-6,66 290
-9,71 300
-8,18 310
-6,66 320
-7,73 330
-6,15 340
-6,66 350
-4,51 Dengan cara yang sama diakukan pengukuran di jalan Mesjid sehingga
diperoleh hasil pengukuran kedua yang ditunjukkan oleh Tabel 4.3 dan Tabel 4.4.
Tabel 4.3 Data Rata-Rata Hasil Pengukuran Kedua Antena Helical 10 lilitan
Sudut Sinyal Diterima dBm
-4,41 10
-5,41 20
-7,70 30
-9,13 40
-8,45 50
-7,30 60
-6,30 70
-9,36 80
-7,22 90
-8,57 100
-7,97 110
-7,18 120
-9,27 130
-9,90 140
-10,75 150
-15,74 160
-10,75 170
-16,74 180
-17,75 190
-12,61 200
-10,64 210
-12,10 220
-15,94 230
-10,26 240
-13,07 250
-7,43 260
-8,78 270
-7,13 280
-6,95 290
-11,95 300
-13,04 310
-9,51 320
-13,90 330
-6,90 340
-7,60 350
-3,35
Tabel 4.4 Data Rata-Rata Hasil Pengukuran Kedua Antena Helical 20 lilitan
Sudut Sinyal Diterima dBm
-3,41 10
-6,97 20
-9,22 30
-7,97 40
-10,97 50
-11,22 60
-11,14 70
-10,63 80
-8,04 90
-8,84 100
-9,99 110
-7,04 120
-7,17 130
-10,73 140
-12,08 150
-12,75 160
-13,03 170
-14,71 180
-16,61 190
-15,60 200
-15,54 210
-10,91 220
-12,37 230
-10,04 240
-9,53 250
-7,81 260
-6,69 270
-11,08 280
-7,80 290
-7,46 300
-9,72 310
-10,76 320
-7,61 330
-8,01 340
-6,06 350
-4,09 Dari data yang diperoleh baik dari pengukuran pertama maupun
pengukuran kedua dapat dilihat bahwa pola radiasi Antena Helical mengarah ke satu arah tertentu. Ini disebabkan karena level sinyal terbesar ada pada saat posisi
antena 0 . Pada posisi tersebut antena menerima sinyal secara maksimal. Karena
pada posisi 0 antena tepat diarahan menghadap BTS yang dituju. Kemudian
ketika antena diputar level sinyal yang ditangkap akan terus berkurang. Ini karena posisi antena tidak tepat mengarah pada pemancar dalam hal ini adalah BTS.
Pada posisi antena sekitar 180 , level sinyal yang terekam sangatlah minim. Dari
percobaan yang telah dilakukan, antena masih menangkap sinyal yang dipancarkan BTS hanya saja levelnya rendah.
Kedua antena tersebut sama-sama memiliki pola radiasi yang terarah. Yaitu menerima sinyal dengan baik pada posisi 0
dan menerima sinyal dengan lemah pada posisi sekitar 180
. Sehingga dari data yang didapat dari hasil pengukuran dapat dikatakan bahwa antena yang dibuat telah sesuai dengan
harapan karena memiliki pancaran daya yang terarah.
4.4 Penghitungan Beamwidth