Peranan komisi perlindungan anak Indonesia (KPAI) terhadap perlidungan hak asuh anak akibat perceraian

PERANAN KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA (KPAI)
TERHADAP PERLINDUNGAN HAK ASUH ANAi( Al(IBAT PERCERAIAN
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam
(SHI)

Oleh
TRISNA LAILA YUNITA
104044101416

KONSENTRASI PERADILAN AGAMA
PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSIYAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H/2008 M

?'ERANAN KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA (KPAJ)

TEfilJADAP PERLINDUNGAN HAK ASUH ANAK AKIBAT PERCEJRAIAN


Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Mencapai Gelar Sarjana hukum Islam (SFl.I)

Oleh:
TRISNA LAILA YUNITA

104044101416

Di Bawah Bimbingan

セ@

-

Sri Hidayati, M .Ag.

NIP. 150 282 403


KONSENTRASI PERADILAN AGAMA
PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSIYAH
FAKULTAS SYARI' AH DAN HUKUM
UNNERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA

1429 H/2008 M.

PEN GANTAR P ANITIA UJIAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul "Peranan Komisi Perlindungan Anak Indonesia
(KPAI) Terhadap Perlindungan Hak Asuh Anak Akibat Perceraian" telah
diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pada tanggal 27 Juni 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Strata Satu (SI) pada Jurusan Al-Ahwal
Al-Syakshiyyah, program studi Peradilan Agama.
Jakarta, 27 Juni 2008

NIP. 150 210 422


Panitia Sidang Muuaqasyah
Ketua

: Drs. H.A. Basiq Djalil, SH., MA.
NIP. 150 169 102

Sekretaris

: Kamarnsdiana, S.Ag.,MH.
NIP. 150 285 927

Pembimbing : Sri Hidayati, M.Ag.

( ........ Mセ@ .................... )

Oセ@

(.:: ........................... )

NIP. 150 282 403

Penguji I

: Zoebir Laini, SH.

Penguji II

: Drs,H.Masudi

セNLl@

(..............................)

(; . /. A
. . ;!:h:. . . .)

KATA PENGANTAR

セ|IZゥN^i⦅LM@

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan nikmat, hidayah dan rahmat-Nya, sehingga penulisan skripsi dengan
judul

"Peranan

Komisi

Perlindungan Anak Indonesia

(KPAJ)

Terhadap

Perlindungan Hak Asuh Anak Akibat Perceraian", dapat diselesaikan dengan baik.
Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasululllah SAW.
Beserta keluarga dan sahabatnya.
Munculnya berbagai hambatan dan kesulitan seakan terasa ringan berkat
bantuan dan dorongan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis berkenan
mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak tertentui, tanpa mengurangi
penghormatan penulis bagi pihak-pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu

dalam prngantar yang singkat ini.
Ucapan terima kasih dan penghargaau yang setinggi-tiugginya, penulis
sampaikan kepada:
I. Bapak Prof. Dr. H. Muhanunad Amin Suma, SH, MA, MM, se!aku Dekau
fakultas Syari'ah dan Hukun1

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.beserta para

pembantu Dekan.
2. Bapak Drs. H. A. Basiq Djalil, SH., MA selaku Ketua Jurusan Ahwal AlSyakhsiyah Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN SyarifHidayatullah Jakarta ..
3. Bapak Kamarusdiana, S.Ag., MH selaku Sekretaris Jurusan Ahwal Al-Syalchsiyah
Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN SyarifHidayatullah Jakarta.

4. Ibu Sri Hidayati, M.Ag selaku pembimbing penulisan skripsi. Terima kasih atas
bimbingan serta waktu luangnya yang telah diberikan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi.
5. Seluruh Dosen Fakultas Syari'ah dan Hukum Syarif Hidayatullah, pimpinan dan
seluruh karyawan perpustakaan di lingkungan UIN SyarifHidayatullah Jakarta.
6. Kepada Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Ibu Masnah Sari.
Beserta staf-stafuya yang telah memberikan waktu luangnyrn kepada pennlis.

7. Kepada Bapak Sander Diki Zulkamaen selaku sekretaris ketua Komisi
Perlindungan Anak Indonesia yang telah memberikan data dan waktu luang untuk
wawancara, serta bimbingan bagi penulis.
8. Kepada Pak Very, Pak Santani atas nasehat serta motivasinya, Pak Suroyo, mbak
Nanda, mbak Yuli atas sambutan hangatnya kepada penulis,
9. Ayah, Bunda tercinta serta adik-adikku ( Lilis dan Pindo ) yang telah berusaha
memberikan dorongan, nasehat, do'a, dan restunya.
IO. Kepada Keluarga besar bapak Dr. H. M. Arfah Shiddik M.A, Man1a, Kakak Niar,
Kakak Ami, Kakak Eli, Serta Jabal Arfah Shiddik dan kakak Yandie yang telah
memberikan motivasi yang sangat berharga imtuk penulis.
11. Rekan-rekan mahasiswa Peradilan Agama 2004. Ani, Eka, Tya, Lya, Uci, Lela ,
Ipul, Maman, Hiton, Aris, Fajar, Ambia, dan kawan-kawan.
12. Seluruh keluarga besar IKAPDH Jakarta, clan sahabat-sahabat terbaikku Ibed,

Rere, Lulu, Nita, Lili, Jefi, Kasih, Aryo, Roni, Acul, Sabar.

13. Teman-teman kosan annisa Lela, Maya, Ila, Dewi, Dinar, Lia, Elis, dan lainnya.
tセイオエ。ュ@

sahabat sekamarku sicantik Zubaidah.


14. Teman-teman kosan kakak Eli Ayu, Bety, Lina, Dika, Widi dan kakak triani
tentunya.
15. Teman-temanku Hendra dan Uci, mas Said dan kakak Rina atas bimbingam1ya.
Ipeh dan Cici, Jibhan dan Amel, Yoga dan soulmate, Ari, Yanie dan Omen, Ozi,
Ucil, Erna dan teman-teman semua yang secara langsung, maupun tidak langsung
ikut andil dalam memacu, memotivasi penulis agar dapat menyelesaikan skripsi
Ill.

Mudah-mudal1an jasa dan amal baik tersebut mendapatkan balasan yang
setimpal dari Allah SWT. Sebagai amal saleh dan senantiasa berada dalam
maghfirah-Nya.
Akhimya, semoga skripsi yang sederhana ini dapat memenuhi harapan dalam
ikut serta membantu ke arah kemajuan pendidikan, khususnya masalah hak asuh anak
akibat perceraian. Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat bagi orang banyak dan
membawa keberkahan di dunia dan akhirat. Semoga Allah SWT memberikan
petunjuk ke jalan yang benar dan mencurahkan taufik serta hidayah-Nya kepada kita
sekalian. Amin.
Jakarta, 18 Juni 2008


Penulis

DAFTARISI
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................ ii
DAFTAR ISi ................................................................................... v
Bab I.

Bab II

Bab III

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

I

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... .. . . .. ... ... . .. ...... ... ... ... ...

5


C. Tujuan dan Manfaat Penelitian. .. . . . . .. .. . . . . . .. . . . . . . .. . . . . . . . . . . .. . . . ..

6

D. Metode Penelitian.... .. . . . ... . . . . .. .. . . . . .. . . . . ... . . . . . . . .. . .. ... . . . . . . . . ...

7

E. Sistematika Penulisan.......................................................

8

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Komisi Perlindungan Anak Indonesia......................

10

B. Pengertian Pengasuhan Anak.... .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..


22

C. Hak-hak Anak. .. . . . . . . . . . . . . . .. . . . ... . . . . . . . . . . . ... . . . . .. . . . . . .. .. . .. . ... . . .

27

GAMBARAN UMUM KOMISI PERLJN][)UNGAN ANAK
INDONESIA

A. Sejarah Singkat Berdirinya . Komisi Perlindungan Anak Indonesia..

42

B. Tugas Komisi Perlindungan Anak Indonesia........ ... . . . . . . . . . . . . . . . .. 47

C. Visi dan Misi Komisi Perlindungan Anak Indonesia..................
Bab IV

48

PERANAN KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA
A. Perspektif Komisi Perlindungan Anak Indonesia Terhadap Hak Asuh

Anak Akibat Perceraian.................................................. ..

53

B. Peranan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Terhadap Pengasuhan
Anak Akibat Perceraian..................... .. . ... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..

62

C. Faktor-faktor Yang Menghambat Komisi Perlindungan Anak Indonesia
Dalam Menyelesaikan Masalah Hak Asuh Anak Akibat Perceraian.. 65
D. Upaya-upaya Komisi Perlindungan Anak Indonesia Dalam Pemenuhan
Hak-hak Anak akibat perceraian..........................................

67

E. Hambatan dan Tantangan Komisi Perlindungan Anak Indonesia..... 71
F. Analisis Penulis ............................................................... 74
Bab V

PENUTUP

A. Kesimpulan............... .. . . . . . . .. .. . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . .. ... 77
B. Saran-saran.................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 80

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran I

: Tentang Surat Keterangan Wawancara Dan Mencari Data Di
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) .......................... 82

Lampiran I

: Tentang Susunan Keanggotaan Komisi Perlindungan Anak
Indonesia (KPAI) Periode 2007-2010 .................................... 83

Lampiran II

: Tentang Hasil Wawancara Langsung dengan Sekretaris Ketua
Komisi Perlindungan Anak Indonesia .................................. 84

Lampiran III

: Tentang Kasus Penerimaan Pengaduan Perlindungan Anak KPAI
2005-2007.................................................................. 97

Lampiran IV

: Tentang Masalah Hak Kuasa Asuh Orang Tua Terhadap Anak Di
Indonesia (Seminar Sehari Tentang Perlindungan Anak).........

Lampiran VI

102

: Tentang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2002 Tentang Perlindungan Anak...... ... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 149

BABI

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Allah menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan. Hidup berpasangpasangan adalah naluri segala makhluk Allah temiasuk manusia. Maka setiap diri
akan cenderung untuk mencari pasangan hidup dari lawan jenisnya untuk menikah
dan melahirkan generasi baru yang akan memakmurkan kehidupan di muka bumi ini.
Langgengnya kehidupan perkawinan merupakan suatu tujuan yang sangat
diharapkan oleh Islam. Akad nikah diadakan adalah untuk selamanya dan seterusnya
hingga meninggal dunia. Agar suami istri bersama-sama dapat mewujudkan rumah
tangga tempat berlindung, menikmati naungan kasih sayang dan dapat memelihara
anaknya dalam pertumbuhan anaknya yang baik. Karena itu. maka dikatakan bahwa
ikatan antara suami istri adalah ilcatan paling suci dan paling kokoh. Dan tidak ada
sesuatu dalil yang lebih jelas menwljukkan tentang sifat kesuciannya yang demikian
agungnya itu. Selain dari pada Allah sendiri yang menaniakan ikatan perja:iljian
antara suami istri dengan mitsaqan ghalidzan (Perja:i1jian yang kokoh). 1
Tujuan perkawinan dalam Islam adalah untuk memenuhi petunjuk Allah dalam
rangka mendirikan keluarga yang ha:imonis sejahtera dan bahagia. Harmonis dalam
menggunakan hak dan kewajiban anggota keluarga, sejahtera. Artinya terciptanya
ketenanga:i1 lahir dan batinnya, sehingga timbu!lah kebahagiaan, kasih sayang m1tara
anggota keluarga.
1

Slamet Abidin dan H.Amiruddin , Fiqih munalrnhat, (Bandung:Pustaka Selia I 996) Cet.ke-2.

2

Namun tidak setiap pasangan yang terikat dalam sebuah perjanjian sesuai
tersebut dapat menyelesaikan misinya dengan sempurna. Kadang-kadang bahtera
rumah tangga yang mereka bangun bersama karam ditengah samudera kehidupan
yang mereka arungi dengan berbagai macam faktor penyebabnya, sehingga terjadilah
perceraiaan. Perceraiaan ini menimbulkan berbagai konsekwensi logis yang harus
diterima masing-masing pihak termasuk anak basil perkawinan mereka sebagai pihak:
yang dirugikan.
Salah satu hal penting yang mungkin kurang dipertimbangkan ketika terjadi
perceraian adalah tanggung jawab pemeliharaan anak. Pemel.iharaan anak merupakan
tanggung jawab kedua orang tua, baik ketika orang tuanya masih hidup rukun dalam
satu ikatan perkawinan maupun ketika mereka gaga! karerna terjadi perceraian.
Pemeliharaan ini meliputi berbagai ha!, diantaranya masalah ekonomi,pendidikan,
dan masalah-masalah lain yang meajadi kebutuhan pokok anak.
Dalam konteks kehidupan moderen yang ditandai dengan adanya globalisasi di
semua aspeK kehidupan manusia, terminologi pemeliharaan anak perlu di pahami
lebih luas dan menyeluruh agar orang tua tidak hanya mempriori1taskan kewajibannya
pada terpenuhinya kebutuhan material anak saja tetapi lebih dari itu kebutuhan
mereka akan cinta dan kasih sayang turut menjadi faktor penentu pembentukan
kepribadian anak2 , sehingga kualitas komunikasi antara anak dengan orang tua
mutlak perlu mendapatkan perhatian. Bila ha! ini tidak terpenuhi maka pada akhirnya

2

240

Ahmad Rofiq, Hul..-i1m Islam di Indonesia (Jakarta Raya Grafindo Persada 2000) cet ke4,hal

3

anak akan mencari kompensasi di luar, yang besar kemungkinan akan mendatangkan
pengaruh negatif dari pergaulan mereka.
Sebagai salah satu negara yang telah meratifikasi Konvensi Hak Anak (KHA)
sejak talmn

1990,

negara Indonesia mempunyai

kewajiban

melaksanakan

kesepakatan-kesepakatan tindak Ianjut dan memenuhi hak anak sesuai butir-butir
konvensi. Dengan telah diratifikasinya KHA, negara mempimyai tangg1mg jawab
untuk mengimplementasikan KHA kedalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Namun, terjadinya perceraian,percekcokan dan bentroknya kedua orang tua anak
telah menyebabkan kondisi sebagai anak Indonesia secara kualitas mengalami
penurunan, sehingga situasi anak Indonesia pun menjadi buram dan semakin
memprihatikan,di tambah lagi terjadinya krisis multidimensi yang melanda Indonesia
sejak pertengahan tahun 1997, karena korban terbesarnya adalah anak-anak.
Untuk mencapai tujuan penyelenggaraan perlindungan anak sebagaimana
dimaksud dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
diperlukan kerja sama antara pemerintah dan masyarakat secara melembaga
Komisi Perlindungan Anak Indonesia, disingkat KP AI, adalah lembaga
independen Indonesia yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002

tentang

Perlindungan

Anak

dalam

rangka

meningkatkan

efektifitas

penyelenggaraan perlindungan anak. Keputusan Presiden Nomor 36/1990, 77/2003
dan 95/M/2004 merupakan dasar hukum pembentukan lembaga ini.
Komisi

Perlindungan

Anak

Indonesia

(KPAI)

didesak

menunjukkan

eksistensinya sebagai lembaga pemerintah yang bertugas memberi advokasi kepada

4

anak-anak, namun selama ini Komisi Perlindungan Anak Indonesia yang dibentuk
tahun 2004 nyaris tidak dikenal publik dan kurang memutjukkan kinerjanya yang
baik.
Persepsi di publik, kalau sudab menyangkut persoalan anak, maka yang dikenal
hanya Komnas Perlindungan Anak (Komnas PA) yang dipimpin Kak Seto. Padabal
selain Komnas PA, kita juga punya Komisi Perlindungan Anak Indonesia.
Lemabnya kinerja Komisi Perlindungan Anak Indonesia itu antara lain
ditunjukan dali minimnya minat publik untuk menjadikan lembaga ini sebagai sarana
untuk menyelesaikan persoalan anak.
Artinya, popularitas Komisi Perlindungan Anak Indonesia san1a sekali tidak
dikenal publik. Semestinya, Komisi Perlindungan Anak Indonesia mempopulerkan
dilinya dan memberi perhatian serius kepada kasus-kasus yang menimpa anak agar
keberadaannya dikenal publik. Jika sudab dikenal, maka publik akan memberi respon
terhadap keberadaan Komisi Perlindungan Anak Indonesia.
Dengan demikian, Komisi Perlindungan Anak Indonesia akan bisa diharapkan
perannya dalam mendorong penyelesaian persoalan anak-a.nak di Indonesia yang
semakin beragam.
Semestinya Komisi Perlindungan Anak Indonesia bisa lebih berperan
melakukan tugas-tugasnya, termasuk melakukan advokasi dalam kasus anak-anak.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia harns proaktif melakukan tugasnya dengan
senantiasa hadir di tengah kasus-kasus besar yang menimpa anak·-anak.

5

Selain kurang pro-aktif, Komisi Perlindungan Anak Indonesia juga kurang
berperan dan tidak muncul pada kasus-kasus anak. Masyarakat kurang mengenal
Komisi Perlindungan Anak Indonesia karena memang kurang populer sehingga
masyarakat pun tidak merasakan kehadiranya.
Hal senada disampaikan anggota Komisi VIII Anwar Saleh. Menurutnya,
Komisi Perlindungan Anak Indonesia harus hadir di tengah kasus-kasus yag menimpa
anak. Anggota Komisi Perlindungan Anak Indonesia harus aktif ke Iapangan untuk
menelusuri kasus-kasus anak dan menjalin hubungan baik dengm1 media massa3 •
Dengan demikian, kinerjanya diharapkan bisa meningkat dan perannya semakin
dibutulikan masyarakat. Masyarakat juga akm1 bisa berharap banyak dari kehadiran
Komisi Perlindungan Anak Indonesia.
Keberadaan lembaga Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) harus
dirasakan manfaatnya dalam menyelesaikan permasalahan kejahatan kekerasan
kepada anak. Komisi Perlindungan Anak Indonesia tidak boleh hanya menjadi
aksesoris kelembagaan negara
Atas dasar pemikiran di atas, penulis mencoba mengm1gkat pembahasan yang
terangkum dalam skripsi yang berjudul: "PERANAN KOMISI PERLINDUNGAN
ANAK

INDONESIA

(KPAI)

TERHADAP

HAK

ASUH

ANAK

AKIBAT

PERCERAIAAN".
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

3 http://\V\VW.eramus1in1.co111/
Memuaskan. Jumat. 13 Juli 2007

Kinerja

Komisi

PerJindungan

Anak

Indonesia

Belum

6

Supaya pembahasan tentang masalah ini tidak terlalu luas penulis membatasi
hanya pada bagaimana peranan Komisi Perlindungan Anak Indonesia terhadap hak
asub anak akibat perceraiaan.
Adapun rumusan masalah yang akan dipaparkan adalah :
I. Peranan Komisi Perlindungan Anak Indonesia terhadap hak asub anak akibat
perceraian.
2. Faktor-faktor yang menghambat Komisi Perlindungan Anak Indonesia dalam
menyelesaikan masalah hak asuh anak akibat perceraian anak.
3. Upaya-upaya Komisi Perlindungan Anak Indonesia dalam pemenuhan hak-hak
anak akibat perceraian.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalal1 :
I. Mengetahui peranan Komisi Perlindungan Anak Indonesia terhadap hak asuh anak
akibat perceraian.
2. Mengetahui faktor-faktor yang menghambat Komisi Perlindungan Anak Indonesia
dalan1 menyelesaikan masalah hak asub anak akibat perceraian.
3. Mengetahui upaya-upaya Komisi Perlindungan Anak Indonesia dalam pemenuhan
hak-hak anak akibat perceraian.
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
I. Memperluas

wawasan

mengenai

Perlindungan Anak Indonesia.

usaha-usaha

yang

dilakukan

Komisi

7

2. Memberi informasi mengenai usaha-usaha yang dilakukan Komisi Perlindungan
Anak Indonesia demi penyelamatan anak bangsa.
3. Memberikan masukan kepada para pihak yang berkaitan dengan ini serta bagi
yang ingin mengkaji lebih dalam masalah ini.
D. Metode Penclitian

1. Lokasi Penelitian
Objek penelitian ini adala11

Komisi Perlindungan Anak Indonesia yang

berlokasi di JI. Teuku Umar No. 10-12 Menteng, Jakarta Pusat 10011 Telp : +6221
31901446 Fax: +6221 3900833.
2. Objek dan Subjek Penelitian
Adapun yang meajadi obyek dalam penelitian ini adalah Komisi Perlindugan
Anak Indonesia, sedangkan yang menjadi subjeknya adalah bagaimana Peranan
Komisi Perlindungan Anak Indonesia Terhadap Pemeliharaan Anak Akibat
Perceraiaan.
3. Tehnik Pengumpulau Data

Adapun telmik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dalam skripsi ini
adalah:
a. Observasi atau pengamatan langsung, yakni penulis mengadakan penelitian
secara langsung terhadap objek yang akan diteliti. Dalam hal ini adalah Komisi
Perlindungan Anak Indonesia.
b. Wawancara, yakni penulis memperoleh data dengan cara tanya jawab secara
tatap muka, dengan pengurus Komisi Perlindungan Anak Indonesia.

9

perceraian, peranan Komisi Perlindungan Anak Indonesia terhadap hak asuh
anak

akibat

perceraian,

factor-faktor

yang

menghambat

Komisi

Perlindungan Anak Indonesia dalam menyelesaikan masalah hak asuh anak
akibat perceraian, upaya-upaya Komisi Perlindungan Anak Indonesia dalam
pemenuhan hak-hak anak akibat perceraian,hambatan dan tantangan Komisi
Perlindungan Anak Indonesia serta analisis penulis.
BAB V Penutup: terdiri dari, kesimpulan dan saran-saran.

BABU
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Komisi Perlindungan Auak fodouesia
Komisi Perlindungan Anak Indonesia di bentuk berdasarkan amanat UU No 23
tahun 2002 tentang Perlindung Anak. Undang-undang tersebut disahkan oleh sidang
paripurna DPR pada tanggal 22 September 2002 dan ditandatangani Presiden
Megawati Soekarno Putri pada tanggal 20 Oktober 2002. Setahun kemudian sesuai
ketentuan Pasal 75 dari Undang-undang tersebut, presiden menerbitkan KEPPRES
nomor 77 Tahun 2003 tentang Komisi Perlindungan Analc Indonesia. Diperlukan
waktu sekitar 8 bulan untulc memilih dan mengangkat anggota Komisi Perlindungan
Anak Indonesia seperti yang diatur dalam Peraturan Perundang-undangan tersebut. 1
Nama Komisi Perlindungan Anak Indonesia dipilih karena nama Komnas
Perlindungan Anak yang setara dengan nama Komnas HAM dan Komnas Perempuan
karena sama-sama dibentulc berdasarkan Undang-undang atau Keputusan Presiden,
telah lebih dahulu dipakai oleh LSM yang pembetukannya dilakukan melalui akta
notaris. Ketika dalam pembahasan RUU perlindungan anak, a11tara PANSUS DPR
dan Wakil Pemerintah disepakati untuk mencari dan menggunakan nama Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), karena LSM tersebut tidak bersedia mengganti
nama itu dengan nama lain. Pada saat itu sudah diperkirakan bahwa untulc
memperkenalkan nama barn itu perlu pemikiran, waktu, strategi, usaha, tenaga dan

1

Komisi PeJTlindungan Anak Indonesia,Lembaga Negara Jndependen Untuk Perlindungan

Anak Cet:2 Jakarta 2006

11

biaya, ekstra agar dapat di kenal dan dipahami perbedaannya oleh masyarakat, yaitu
mana yang komisi Negara dan mana yang LSM.2
Komisi Perlindungan Anak Indonesia adalah Komisi Negara yang di bentuk
berdasarkan amanat Pasal 74, 75 dan 76 dari UU No. 23 Tahun 2002 tentang
perlindungan anak, yang disahkan pada tanggal 20 Oktober 2002. Pembentukan
Komisi Perlindungan Anak Indonesia, di lakukan melalui KEPPRES No. 77 Tahun
2003, dan pengangkatan anggota Komisi Perlindungan Anak Indonesia dengan
Keppres No. 95/M Tahun 2004. Anggota Komisi Perlindungan Anak Indonesia
berjumlah 9 orang dan tidak boleh lebih dan tidak bofoh kurang, yang dipilih
mewakili unsur yang tercantum dalam UU yang dipilih dan diangkat berdasarkan
persyaratan serta prosedur yang di atur dalam ketentuan Peraturan perudangundangan yang berlaku.
Berdasarkan ketentuan di atas, maka status Komisi Perlindungan Anak
Indonesia sejajar dengan komisi-komisi Negara Iainnya, seperti Komisi Pemilhan
Umum (KPU), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Komisii Nasional Hak Asasi
Manusia (Komnas HAM), Komisi Penyiara11 Indonesia (KPI), Komisi Yudisial dan
Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU). Ada sedikit perbedaan antara Komisi
Perlindungan Anak Indonesia dengan Komisi Ombusdmen dan Komisi Nasional
Perlindungan Perempuan (Komnas Perempuan). Komisi-komisi tersebnt hanya di
bentuk berdasarkan Keputusan Presiden atas tuntutan keadaan, tetapi belum

2

Ibid.

12

diamanatkan oleh suatu Undang-undang. Namun demikian, Komisi-komisi itupun
adalah Komisi Negara bukan LSM.
Sebagai komisi Negara, Komisi Perlindungan Anak Indonesia bertugas untuk
memberikan perlindungan anak dan bersifat independen agar terbebas dari pengaruh
atau intervensi kepentingan lain di luar kepentingan terbaik bagi anak. Ketentuan
dimaksud tercantum dengan jelas pada Pasal 74 dari UU perlindungan analc. Komisi
Perlindungan Anak Indonesia hanya berpikir, bekerja, dan bertindak dengan
mengntamakan pelaksanaan prinsip "kepentingan terbaik bagi anak" sejalan dengan
kesepakatan dalam CRC, 1989. Karena itu, dalam menjalankan tugas dan fungsinya,
Komisi Perlindungan Anak Indonesia dapat tidak seiring dan sejalan dengan berbagai
pihak termasuk kebijakan eksekutif, legislatif, atau yudikatif dalam membela
kepentingan dan melindungi hak-hak anak .
. Status sebagai komisi Negara yang independen, hams bebas dari intervensi
kekuasaan dalam rangka pemenuhan hak dasar dan perlindungan anak secara nasional
atau daerah. Dengan demikian setiap anggota Komisi Perlindungan Anak Indonesia
baik secara pribadi maupun kelompok memiliki resiko dalam melindungi hak-hak
anak. Apalagi dalam budaya masyarakat Indonesia yang masih beranggapan bahwa
urusan anak adalah bagian dari "pripasi" keluarga yang tidak perlu melibatkan orang
lain apalagi Komisi Perlindungan Anak Indonesia, namun UU Perlindungan Anak
menolak pendapat tersebut sehingga Komisi Perlindungan Anak Indonesia memiliki
kewenangan untuk melakukan perlindungan terhadap hak-·hak anak baik dalan1
lingkungan keluarga, masyarakat, maupun publik. Untuk melancarkan pelaksanaan

13

tugas tersebut, Komisi Perlinduugan Anak Indonesia hams intensif melakukan
sosialisasi, advokasi, dan penyadaran mesyarakat akan hak dan kewajiban anak yang
harus dipenuhi dan dilinduugi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan
Negara. Apabila di pandang perlu dalam menuujang pelaksanaan tugasnya, Komisi
Perlinduugan Anak Indonesia dapat membentuk pe1wakilan di daerah_.
Berdasarkan ketentuan-ketentuan di atas, maka Komisi Perlinduugan Anak
Indonesia dapat membentuk kelengkapan organisasi di pusat dan daerah.
Kelengkapan di tingkat pusat melalni pembentukan kelompok kerja (POKJA) dan di
daerah berupa Komisi Perlinduugan Anak Daerah (KPAID). Memperhatikan begitu
penting dan kompleksitas masalah anak dalam masyarakat, maka Komisi
Perlinduugan Anak Daerah diperlukan disetiap tingkat provinsi terutama di tingkat
kabupaten atau kota dalam system otonomi daerah sesuai UU No 32 Tahun 2002.
Dari uraian di atas, maka dapat di simpulkan bahwa Komisi Perlindungan Anak
Indonesia lebih banyak berperan di ranah (domain) pengemb:mgan konsep sistem,
kebijakan, dan pemantauan terhadap pelaksanaan peraturan peruudang-uudangan
daripada terlibat dalam teknis operasional. Meskipun demildan tidak berarti bahwa
Komisi Perlindungan Anak Indonesia tidak boleh melakukan tugas-tugas teknis
operasional dan penanganan kasus yang terjadi dalam masyarakat, namun dapat lebih
di arahkan untuk mendalami persoalan dan sekaligus mencari faktor penyebabnya
guua di carikan solusi pemecahannya bersama pihak terkait. Upaya pemecahan yang
dilakukan oleh Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga dan orang tua.

14

Untuk menangani berbagai kasus secara teknis lebih banyak dilakukan oleh
Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAID) terutama di tingkat kabupaten atau kota
sebagai wilayah terendah dalam pelaksanaan otonomi daerah. Oleh sebab itu,
pembentukan Komisi Perlindungan Anak Daerah kabupaten atau kota menjadi sangat
strategis dalam peningkatan penyelenggaraan perlindungan anak yang langsung
berhubungan dengan masyarakat sesuai jiwa UU No. 32 Tahun 2004 tentang
pemerintah daerah. Komisi Perlindungan Anak Indonesia telah memberikan arahan
bahwa:
1) Komisi Perlindungan Anak Indonesia lebih banyak bergeirak di tataran konsep
islam, kebijakan, dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2) Komisi Perlindungan Anak Daerah provinsi bergerak seimbang antara tataran
konsep kebijakan dan peraturan perundang-undangan dengan pelayanan teknis
operasional.
3) Komisi Perlindungan Anak Daerah kabupaten atau kota lebih banyak bergerak di
tataran pelayanan masyarakat dan perlindungan anak secara langsung.
1. Hubungan

Komisi

Perlindungan

Anak

Indonesia

Dengan

Komisi

Pcrlindungan Anak Dacrah
Dalam Keppres No. 77 Tahun 2003 tentang Komisi Perlindungan Anak
Indonesia di sebutkan bahwa dalam menunjang pelaksanaan tugasnya Komisi
Perlindungan Anak Indonesia dapat membentuk perwakilan daerah. Pada ayat (2) dari
pasal 9 telah di rumuskan bahwa ketentuan tentang pembentukan perwakilan di
maksud akan di atur tersendiri oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia. Untuk itu,

15

Komisi Perlindungan Anak Indonesia telah menerbitkan SK No. 02/KPAI/IX/2004
tentang pedoman pembentukan Komisi Perlindungan Anak Indonesia di daerah
dengan mempertimbangkan NN No. 22 Tahun 1999 jo. UU No. 32 Tahun 2004.
Kedudukan, tugas, dan fungsi Komisi Perlindungan Anak Daerah sama (identik)
dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia hanya ruang !ingkup wilayah kerjanya
terbatas pada daerahnya masing-masing. Agar Komisi Pedindungan Anak Daerah
tetap bisa memelihara sifat independensinya, maka hubungan organisatoris antara
Komisi Perlindungan Anak Indonesia dan Komisi Perlindungan Anak Daerah bersifat
fungsional, koordinatif, dan konsultatifbukan hierarkis struktural.
2. Hubungan Kerja Dalam Wadah Organisasi Komisi Perlindungan Anak
Indonesia

Pemilihan anggota Komisi Perlindungan Anak Indonenia, sejak awal telah
diatur dalam pasal 75, ayat(2) dari UU No. 23 Tahun 2002 bahwa keanggotaan
Komisi Perlindungan Anak Indonesia berdasarkan wakil dari berbagai unsur dalam
masyarakat agar dapat menggambarkan sifat independensinya. Karena itu tidak ada
wakil unsur yang dominan (memiliki wakil lebih dari 1 orang). Status kesetaraan itu
di formulasikan secara tegas dalam KEPPRES No 95/M Tahun 2004 tentang
pengangkatan anggota Komisi Perlindungan Anak Indonesia dengan menyebutkan
nama clan wakil unsur, tanpa disebutkan posisi atau jabatannya sebagai ketua, wakil
ketua atau sekretaris. Setiap orang hanya di sebutkan sebagai anggota.
Karena itu siapapun yang terpilih atau dipercaya oleh anggota sebagai ketua,
wakil ketua atau sekretaris maka kedudukan tersebut bukan pemimpin yang memiliki

16

otoritas lebih tinggi tetapi lebih berfungsi sebagai koordinator pengaturan pembagian
tugas di antara anggota. Dengan demikian jabatan atau posis:i tersebut tidak bersifat
struktural seperti dalam organisasi profesi yang dikenal selama ini. Kepemimpinan di
Komisi Perlindungan Anak Indonesia lebih bersifat kolektif kolegial bukan hierarkis
struktural dengan sistem organisasi disebut "flats organization model". Dalam
ketentuan tata tertib Komisi Perlindungan Anak Indonesia dikatakan bahwa setiap
anggota memiliki kewenangan untuk melakukan tindakan atau mengirim surat dan
lain sebagainya dalam memberikan perlindungan demi kepentingan terbaik bagi anak,
dengan tetap memberikan laporan dan infmmasi kepada anggota lain sesegera
mungkin.

3. Organisasi Komisi Perlindungan Anak Indonesia
a. Keanggotaan
Dalam

Pasal

4

disebutkan

bahwa:

"Susunan

keanggotaan Komisi

Perlindungan Anak terdiri dari: 1) 1 (satu) orang Ketua; 2) 2 (dua) orang Wakil
Ketua; 3) 1 (satu) orang Sekretaris; 4) 5 (Zima) orang Anggota;. 3
Adapun unsur-unsur yang mewakili keanggotaan Komisi Perlindungan Anak
Indonesia disebutkan dalam Pasal 5: "Keanggotaan Komisi Perlindung Anak

Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 terdiri dart unsur : 1) Pemerintah;
2) Tokoh agama; 3) Tokoh masyarakat; 4) Organisasi sosial; 5) Organisasi

3

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahon 2002 Tentang Perlindungan Anak.

17

kemasyarakatan; 6) Organisasi profesi; 7) Lembaga swadaya masyarakat; 8) Dunia
usaha; dan 9) Kelompok masyarakat yang peduli terhadap perlindungan anak. 4
Tentang Pengisian jabatan dalam susunan keanggotaan diatur dalam Pasal 6 :
ayat I dan 2 : "Pengisianjabatan dalam susunan keanggotaan Komisi Perlindungan

Anak Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, dipilih dan dilaksanakan
sendiri oleh para anggota Komisi Perlindungan Anak lndonesia. Ketentuan
mengenai tata cara pengisian jabatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur
dalam Peraturan Tata Tertib Komisi Perlindungan Anak Indonesia. 5

b. Kesekretariatan
Kesekretariatan Komisi Perlindungan Anak Indonesia diatur dalam PasaI 7
ayat 1,2, dan 3 sebagai berikut: Ayat I:" Dalam melaksanakan tugasnya, Komisi

Perlindungan Anak Indonesia dibantu oleh Sekretariatan. Sekretariat sebagaimana
dimaksud dalam ayat (I) dipimpin oleh Kepala Sekretariat, yang dalam
melaksanakan tugasnya secara fungsional bertanggungjawab kepada Komisi
Perlindungan Anak Indonesia. Sekretariat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dan ayat (2) dilaksanakan oleh satu unit kerja yang berada di lingkungan Kantor
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, yang ditetapkan oleh Menteri Negara
Pemberdayaan Perempuan setelah mendapat persetujuan dari Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara. 6

c. Kelompok Kerja
4

Ibid.
Ibid.
6
Ibid.

5

18

Dipandang dalarn sisi tugas-tugas yang diamanatkan kepada Komisi
Perlindungan Anak Indonesia. Maka diperlukan adanya kelompok kerja agar dapat
menurtjang pelaksanaan tugas Komisi Perlindungan Anak Indonesia yang telah diatur
dalarn Pasal 8 ayat 1 dan 2 : "Untuk menU1ifang pelaksanaan tugas, Komisi
Perlindungan Anak Indonesia dapat membentuk kelompok kerja. Ketentuan lebih
lanjul mengenai keanggotaan, tugas, dan tata kerja Kelompok Kerja sebagaimana
dimaksud dalam ayat (I) ditetapkan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia. 7
d. Perwakilan
Perwakilan disini diartikan apabila memang dipandang perlu dalam menunjang
pelaksanaan tugas-tugas Komisi Perlindungan Anak Indonesia. Perwakilan tersebut telah
diatur dalam Pasal 9 ayat I dan 2 : "Apabila dipandang perlu dalam menunjang

pelaksanaan tugasnya, Komisi Perlindungan Anak Indonesia dapat membentuk
Perwakilan di Daerah. Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan Perwakilan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (I) ditetapkan oleh Komisi Perlindungan Anak
Indonesia. 8
e. Pengangkatan Dan Pcmbcrhcntian

Mengenai

pengangkatan

dan

pemberhentian

keanggotaan

Komisi

Perlindungan Anak Indonesia telah di atur pada Pasal 10 ayat 1 : "Keanggotaan

7
8

Ibid.
Ibid.

19

Komisi Perlindungan Anak Indonesia diangkat dan diberhentikan oleh Presiden
setelah mendapat pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Republik lndonesia. 9
Adapun mengenai masa jabatan keanggotaan Komisi Perlindungan Anak
Indonesia di atur pada Pasal 11 ayat 2 : "Keanggotaan Komisi Perlindungan Anak
Indonesia diangkat untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali
untuk 1 (satu) kali masajabatan. 10
Tata cara pengangkatan keanggotaan Komisi

p・イャゥョ、オエセ。@

Anak Indonesia di

jelaskan pada Pasal 12 ayat 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 sebagai berikut: Ayat 1: "Untuk
pertama kali, keanggotaan Komisi Per/indungan Anak Indonesia diusulkan kepada
Presiden oleh Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Menteri Sosial; Ayat
2: "Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Menteri Sosial dalam memilih
keanggotaan yang diusulkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (I) dibantu oleh Tim
Seleksi; Ayat 3: "Pengusulan keanggotaan Komisi Perlindungan Anak Indonesia
kepada Presiden untuk se/anjutnya dilaksanakan oleh Komisi Perlindungan Anak
Indonesia; Ayat 4: "Ketentuan mengenai tata cara pemilihan calon keanggotaan
Komisi Perlindungan Anak Indonesia yang diusulkan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (3) diatur dalam Peraturan Tata Tertib Komisi Perlindungan Anak Indonesia
dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
Ayat 5: Jumlah calon keanggotaan Komisi Perlindungan Anak Indonesia yang
diusulkan sebanyak 18 (delapan belas) orang; Ayat 6: Presiden dapat menolak

9

Ibid.
Ibid.

IO

20

keanggotaan yang diusulkan apabila tidak memenuhi persyaratan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. I I
Keanggotaan Komisi Perlindungan Anak Indonesia yang berasal dari Pegawai
Negeri Sipil di atur pada Pasal 13 ayat I, 2, dan 3 sebagai be:rikut: Ayat I: "Dalam
ha/ Pegawai Negeri Sipil duduk da/am keanggotaan Komisi Perlindungan Anak
Indonesia sebagai unsur Pemerintah, Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan
diberhentikan dari jabatan organiknya tanpa kehilangan statusnya sebagai Pegawai
Negeri Sipil; Ayat 2: "Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam ayat (I}
dapat dinaikkan pangkatnya setiap kali setingkat /ebih tinggi tanpa terikat jerifang
pangkat, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
Ayat 3 : "Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam ayat (I) diberhentikan
dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil apabila telah mencapai batas usia
pensiun dan diberikan hak-hak kepegawaiannya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. I 2
Pemberhentian keanggotaan Komisi Perlindungan Anak Indonesia seblum
waktunya di atur pada Pasal 14 ayat 1 : Keanggotaan Komisi Perlindungan Anak
Indonesia yang berhenti sebelum berakhirnya masa jabatan diatur dalam Peraturan
Tata Tertib Komisi Per/indungan Anak Indonesia. IJ

f. Mekanisme Kerja

Ibid.
lbid.
13
Ibid.

II
12

21

Mekanisme kerja Komisi Perlindungan Anak Indonesia di atur pada Pasal 15
ayat 1 dan 2 : "Pelaksanaan tugas Komisi Perlindungan Anak Indonesia dilakukan

dengan mengutamakan musyawarah untuk mufakat . Laporan, saran, masukan, dan
pertimbangan kepada Presiden disampaikan atas dasar kesepakatan anggota Komisi
Perlindungan Anak Indonesia. 14
Komisi Perli:ndungan A:nak Indonesia dapat melakukan kerja sama dengan
instansi lai:nnya sebagaimana yang di atur dalam Pasal 16 ayat ll: "Apabila dipandang

perlu, Komisi Perlindungan Anak Indonesia dapat melakukan kerjasama dengan
instansi Pemerintah, baik Pusat maupun Daerah, organisasi masyarakat, para ahli,
dan pihak-pihak lain yang dipandang perlu. 15
Adapun pri:nsif mekanisme kerja Komisi Perli:ndungan Anak Indonesia di atur
pada Pasal 17 ayat 1 : "Mekanisme ke1ja Komisi Perlindungan Anak Indonesia

didasarkan pada prinsip pemberdayaan, kemitraan, akuntabilitas, kredibilitas,
efektifitas, dan efisiensi. 16
Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme kerja Komisi Perlindungan A:nak
Indonesia di atur dalam peraturan Tata Tertib Komisi Perlindungan Anak Jdonesia
sebagaimana di jelaskan pada Pasal 18 ayat I sebagai berikut : "Ketentuan lebih

lanjut mengenai mekanisme kerja Komisi Perlindungan Anak Indonesia diatur dalam
Peraturan Tata Tertib Komisi Perlindungan Anak Indonesia. 17

14

Ibid.
Ibid.
16
Ibid.
17
Ibid.
15

22

g. Pembiayaan
Guna menunjang terlaksananya seluruh program kerja Komisi Perlindungan
Anak Indonesia sehingga di perlnkan adanya pembiayaan yang diatur dalam Pasal 19
ayat I : "Segala biaya yang diperlukan bagi pelaksanaan tugas Komisi Perlindungan
Anak Indonesia dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. 18

B. Pengertian Pengasuhan Anak
1. Pengertian Dan Kedudukan Auak
Anak adalah seorang yang berusia 18 tahun, termasuk anak yang dalan1
kandungan. Hakekat kedudukan anak adalah tidak saja sebagai rahmat, tetapi juga
sebagai amanah dari allah SWT.
Dikatakan rahmat karena anak adalah pemberian allah S'WT yang tidak semua
orangtua mendapatkannya. Allah menganugrahi anak hanya bagi keluarga yang
dikehendakinya. Di sekelilng kita terkadang terlihat aa yang begitu ingin memiliki
anak sampai menghabiskan biaya banyak unhik mengupayakannya akan tetapi karena
allah beltllll berkehendak ia tetap belum dikaruniai anak. Sebagai amanah berart1 ada
kewajiban semua pihak untuk memberikan perlindungan pada anak, khususnya
pemerintah pada level komunal dan orang tua pada level individual.
Sebagai bagian tak terpisalikan dari rahmat itu, allah menananlkan perasaan
kasih sayang orang tua pada anaknya. Setiap orang tua didalam hatinya tertanam
perasaan mengasihi dan menyayangi anaknya. Perasaan tersebut allah tananlkan
dalam hati para orang tua sebagai bekal dan dorongan dalam mendidik, memelihara,
18

Ibid.

23

melindungi dan memperhatikan kemaslahatan anak-anak mereka sehingga semua hak
anak dapat terpenuhi dengan baik serta terhindar dari setiap tindak kekerasan dan
diskriminasi.
Bertitik tolak dari posisi anak sebagai rahmat dan amanah allah, maka anak
memiliki kedudukan, fungsi dan peran strategis bagi masa depan bangsa, yaitu bukan
saja sebagai penerus tetapi juga sebagai pemilik masa depan. Anak sebagai penerus
memiliki dua kemungkinan, yaitu meneruskan hal-hal yang positif dan meninggalkan
hal-hal yang negatif dari bangsa yang bersangkutan, atau Bebaliknya tergantung
sejauh mana generasi tua mempersiapkan masa depan anaknya. Anak sebagai pemilik
masa depan memiliki hak menentukan nasibnya sendiri berdasarkan bimbingan dan
pendidikan dan fasilitas yang dipersiapkan oleh orang 1ua, masyarakat dan
pemerintah.
Hakekat perlindungan anak dalam islam adalah penampakan kasih sayang, yang
di wujudkan kedalam pemenuhan hak dasar, dan pemberian perlindungan dari
tindakan kekerasan dan perbuatan diskriminasi. Jika demikian halnya, perlindungan
anak dalam islam berarti menampakkan apa yang di anugerahkan oleh allah SWT
didalan1 hati kedua orang tua yaitu berupa sentuhan cinta dan kasih sayang terhadap
anak dengan memenuhi semua kebutuhan hak-hak dsarnya sehingga anak dapat
hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal serta melindungi anak
dari setiap tindakan kekerasan dan ketidakadilan atas dasar menghormati dan
memelihara harkat dan martabat anak sebagai anugerah dan amanah ciptaan Allah.

24

Dalam diri orang tua, allah menanamkan perasaan cinta dan kasih sayang
terhadap anaknya. Perasaan cinta dan kasih sayang yang diwujudkan dalam bebtuk
pemenuban kebutuban anak baik jasmani maupun rohani, serta melindungi anak dari
setiap tindak kekerasan dan diskriminasi akan berpeugaruh baik pada tumbub
kembang anak sehingga anak memiliki mental yang kuat dan tanggub, dan modal
untuk meraih keberhasilan dan kesuksesan kelak dikemudian hari. Betapa pentingnya
peran kasih sayang orang tua pada tumbub kembang anak.
Perasaan cinta dan kasih sayang terhadap anak disamping sebagai kewajiban
ilahi bagi kepentingan anak, juga merupakan modal utama bagi para penyelenggara
perlindungan anak. Bagaimana orang dapat memberikan perlindungan terhadap anak
jika di dalam hati mereka tidak pernah ada perasaan mencintai dan menyayangi anak.
Kasih sayang terhadap anak tidak boleh disimpan saja di dalam hati, tetapi hams di
komunikasikan.
Penampakan kasih sayang dan pemenuhan hak dasar anak bisa tercapai apabila
anak berada dalam situasi normal. Namun ketika anak berada dalam situasi tidak
normal, misalnya menjadi anak yatim, anak terlantar karena kemiskinan, bencana
alan1, krisis politik, ekonomi dan sebagainya, maka anak tetap harus memperoleh
perlindungan. Itulah yang disebut hak perlindungan khusus bagi anak.
2. Pcngasuhan Anak Dalam Perspektif Hulmm Islam
Pemeliharaan anak dalam ihnu fiqih dikenal dengan istilal1 hadhanah dalam
istilah ilmu fiqih hadhanah adalah istilah bagi pemeliharaan anak diwaktu kecil baik
laki-laki maupun perempuan atau yang belum sempurna akalnya serta belum baligh

25

dan belum dapat bemsaha sendiri. Pemeliharaan anak ini mempakan kewajiban orang
tua baik dikala suami istri itu masih utuh atau telal1 bercerai. Termasuk dalan
hadhanali ini masalali pendidikan anak demi kebaikan serta. menjaganya dari sesuatu
yang menyakiti dan memsak moril maupun materil. Hadhanali penting pelaksanaanya
mengingat ia menyangkut kelangsungan generasi manusia dimasa mendatang karena
yang demikian itu hukumnya wajib. Dalam Islam, pemeliharaan anak dilakukan sejak
anak diraliim ibunya. Hadhanali yang konotasinya memelihara anak yang belum
dewasa (dibawali usia 20 taliun) atau tidak mampu adalali salali satu dari hak dan
kewajiban orang tua terhadap anak meskipun perkawinan orang tua itu telali terputus
(bercerai).
Adapun Syarat-syarat hadhanali :
- Berakal
Baligh
- Pandai mendidik
- Dipercaya dan berakhlak mulia
- Islam
Tujuan utama perkawinan adalali memperoleh anak guna mempertalianlrnn
keturunan agar dunia tidak kosong dari jenis manusia. Ana.k adalah hiasan kehidupan
dan penerus keturunan yang akan meramaikan dunia dalam misinya sebagai khalifali
di bumi Allali SWT. 19

19

Dedi Junaedi. Bimbingan Perkawinan "Membina Keluarga Sakinah Menurut al-Qur'an
dan as-Sunnah, Cet. I, Jakarta: Akademika Presindo, 2001.

26

Upaya memperoleh anak meliputi 4 aspek,yaitu :
- Mencari keridhoan Allah SWT dengan memperoleh anak demi mempertahankan
kelangsungan jenis manusia.
- Mencari keridhoan rasulullah dengan memperbanyak umat beliau yang kelak hari
kiamat akan menjadi kebanggaan di antara umat-umat yang lain.
- Mengharapkan berkah dari doa-doa anak-anaknya yang soleh sepeninggalnya.
- Mengharapkan syafaat dari anaknya apabila meninggal dmria sebelumnya yakni
ketika belum mencapai usia dewasa.

3. Menurut Undaug-undang Perlindungan Anak
Pengasuhan anak menurut Undangundang anak diatur dalam Pasal 37 ayat l, 2,
3, 4, 5, dan 6 sebagai berikut : Ayat 1: "Pengasuhan anak ditujukan kepada anak
yang orang tuanya tidak dapat menjamin tumbuh kembang anaknya secara wajar,
baikfisik, mental, spiritual, maupun social; Ayat 2: "Pengasuhan anak sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh lembaga yang rnempunyai kewenangan
untuk itu; Ayat 3: "Dalam ha! lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
berlandaskan agama, anak yang diasuh harus yang seagama dengan agama yang
menjadi landasan lembaga yang bersangkutan; Ayat 4: "Dalam ha! pengasuhan
anak dilakukan oleh lembaga yang tidak berlandaskan agama, maka pelaksanaan
pengasuhan anak harus memperhatikan agama yang dianul anak yang bersangkutan;
Ayat 5: "Pengasuhan anak oleh lembaga dapat dilakukan di dalam atau di luar Fanti

27

Sosial; Ayat 6: "Perseorangan yang ingin berpartisipasi dapat melalui lembagalembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), ayat (4), dan ayat (5).
Adapun ketentuan lanjutan mengenai pengasuhan anak d:ijelaskan pada Pasal 38
ayat 1, dan 2: "Pengasuhan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37,

dilaksanakan tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik,
budaya dan bahasa, status hukum anak, urutan kelahiran anak, dan kondisi fisik
danlatau mental. Pengasuhan anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
diselenggarakan melalui kegiatan bimbingan, pemeliharaan, perawatan, dan
pendidikan secara berkesinambungan, serta dengan memberikan bantuan biaya
danlatau fasilitas lain, untuk menjamin tumbuh kembang anak secara optimal, baik
fisik, mental, spiritual maupun sosial, tanpa mempengaruhi agama yang dianut
anak. 20
C. Hak-Hak Anak
1. Rak Anak Dalam Islam

Islam telah menetapkan hak asasi anak jauh ketika