4. Sinematografi
Dalam pembuatan film terdapat beberapa elemen yang harus diperhatikan, antara lain :
a. Alur cerita Plot
Alur cerita sama dengan jalan cerita, atau sering kita sebut plot. Tidak ada cerita tanpa jalan cerita atau plot. Jadi plot adalah
hal yang wajib dalam membuat sebuah cerita, termasuk cerita untuk skenario film dan sinetron.
Plot yang berkaitan dengan penulisan scenario dapat dibagi menjadi plot lurus dan bercagang.
1 Plot Lurus
Plot lurus biasa disebut juga plot linier. Plot ini banyak digunakan dalam membuat skenario untuk cerita-cerita lepas
semacam telesinema, FTV, film, atau juga serial lepas. Plot linier adalah plot yang alur ceritanya terfokus hanya pada
konflik seputar tokoh sentral. Jadi, semua konflik dalam sinetron ini selalu berkaitan dengan tokoh sentralnya, tidak
bisa lari ke tokoh lain yang tidak ada hubungannya dengan tokoh sentral. Misalnya, tokoh sentral berkonflik dengan
pacarnya, dengan orang tuanya, dengan dirinya sendiri, dan sebagainya.
Namun, semua konflik tetap harus berkesinambungan dengan benang merah cerita. Konfliknya tidak bisa terpisah-
pisah Lutters, 2004: 50. 2
Plot Bercabang Plot bercabang biasa disebut multiplot. Plot ini lebih
banyak dipakai untuk membuat skenario serial panjang, meskipun tidak sedikit serial panjang yang memakai plot
tunggal. Multiplot adalah plot yang jalan ceritanya sedikit melebar ke tokoh lain. Meski begitu, melebarnya tidak boleh
terlalu jauh, harus masih berhubungan dengan tokoh sentral. Misalnya dalam sebuah cerita, si tokoh sentral
dikisahkan memiliki seorang adik. Konfliknya bisa saja terjadi antara si adik dan pacarnya sendiri yang tidak ada hubungan
dengan tokoh sentral secara langsung, tapi nantinya bisa saja si tokoh sentral berperan menasehati adiknya. Jadi meski
bercabang, si tokoh sentral tetap dilibatkan meski mungkin tidak secara langsung.
Selain cabangnya jangan terlalu lebar, cabang multiplot juga jangan tarlalu banyak. Kalau diibaratkan pohon, jangan
sampai cerita menjadi seperti pohon yang lebar dengan cabang yang kemana-mana. Yang ideal, plot ini mestinya berbentuk
seperti pohon yang tidak memiliki banyak cabang dan tidak terlalu tinggi sehingga cabang akan menggumpal ke tengah,
dan cerita tetap terfokus. Dengan demikian, meskipun bercabang, akhirnya cerita akan kembali lagi pada inti
permasalahan utamanya Lutters, 2004: 51.
b. Penokohan