3
Ngargoyoso,yaitu 35.845 jiwa 4,08 dan kecamatan Kerjo, yaitu 37.947 jiwa 4,32 . Penduduk Kabupaten Karanganyar mayoritas pencaharian adalah petani
sehingga banyak penduduk yang mencari pekerjaan atau mengadu nasib di kota- kota besar. Ada sekitar 10 dari jumlah penduduk yang ada saat ini bermata
perncaharian di kota lain. Arus migrasi yang dilakukan sebagian besar penduduk desa ke kota
menarik untuk diamati dan dikaji. Dengan demikian dari latar belakang yang telah
disebutkan di atas mendorong dilakukannya penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Migrasi Sirkuler Di Kabupaten
Karanganyar Studi Kasus di Kecamatan Jatiyoso, Karanganyar”.
B. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui faktor pengaruh upah, lama melakukan migrasi sirkuler, umur,
pekerjaan didesa, status perkawinan, dan jenis kelamin terhadap minat migrasi. 2.
Untuk mengetahui tingkat pengaruh kepemilikan lahan ditempat asal terhadap minat migrasi.
3. Untuk mengetahui tingkat pengaruh pendidikan terhadap minat migrasi.
TINJAUAN PUSTAKA A.
Migrasi Penduduk Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa : ”a migrant is a person who changes
his place of residence from one political or a administrative area to another.” pengertian ini dikaitkan dengan pindah tempat tinggal secara permanen sebab selain
itu dikenal pula ”mover” yaitu orang yang pindah dari satu alamat ke alamat lain dan dari satu rumah ke rumah lain dalam batas satu daerah kesatuan politik atau
administratif, misalnya pindah dalam satu Propinsi. Menurut Rozy Munir, migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan
menetap dari suatu tempat ke temapat lain melampaui batas politik atau negara atau batas administrative atau batas bagian dalam suatu negara. Migrasi sulit diukur karena
4
migrasi dapat didefinisikan dengan berbagai cara dan merupakan suatu peristiwa yang mungkin berulang beberapa kali sepanjang hidupnya. Hampir semua definisi
menggunakan kriteria waktu dan ruang, sehingga perpindahan yang termasuk dalam proses migrasi setidak tidaknya dianggap semi permanen dan melintasi batas-batas
geografis tertentu. Young, 1984. Keanekaragaman kegiatan ekonomi dalam sistem ekonomi kota dimungkinkan
oleh kepadatan penduduknya yang relatif lebih tinggi daripada di pedesaan, dan oleh kompleksnya struktur social di kota Suparlan, 1980. Dengan adanya berbagai
perbedaan antara desa dan kota, maka sebagai pendatang yang berasal dari daerah pedesaan, para pelaku migrasi sirkuler ketika tiba di kota tujuan dihadapkan pada
berbagai persoalan yang harus diatasi . Persoalan yang dihadapi tersebut tidak sekedar bagaimana para pelaku migrasi berusaha menyesuaikan diri dengan kehidupan kota
yang memiliki kompleksitas kebudayaan yang amat berbeda dengan kehidupan yang dialami para migran ketika mereka masih di desa, melainkan juga persoalan tentang
bagaimana para pelaku migrasi berusaha bisa bertahan hidup, memperoleh tempat tinggal serta dalam hal mencari nafkah di kota tujuan.
Berhubung pendidikan kaum migran sirkuler yang umumnya rendah, dan juga karena mereka tidak memiliki ketrampilan yang memadai, seringkali
mengakibatkan mereka mencari nafkah di kota dengan melakukan usaha mandiri kecil -kecilan, menggunakan peralatan dan ketrampilan sederhana yang dikuasainya.
Mereka bekerja sebagai pemulung, penjual keliling, pedagang asongan, tukang becak, tukang ojek, pedagang kaki lima, atau pekerjaan -pekerjaan lain yang umumnya
merupakan bagian dari sektor informal Hart, 1985.
B. Teori Migrasi