ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 1996-2010

PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 1996-2010 SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta OLEH : M. FATIHUL AMIN ZEIN NIM : F1107050 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN

KARANGANYAR TAHUN 1996-2010 ”. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Dr. Wisnu Untoro, M. S selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Kresno Saroso Pribadi, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia membagi waktu, pikiran, pengetahuan, nasehatnya dengan penuh kesabarannya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

3. Drs. Supriyono, M.Si selaku Kepala Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Dwi Prasetyani, SE, M.Si selaku pembimbing akademik.

5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak memberi bekal ilmu pengetahuan sehingga dapat menunjang selesainya penulisan skripsi ini.

6. Seluruh Staf Karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.

bantuannya dalam menyediakan data yang penulis butuhkan.

8. Bapak, Ibu, kakak dan adikku tercinta, terimakasih atas segala kasih sayang, doa dan pengorbanannya.

9. Teman-temanku EP Non Reguler 2007, 2008, mas Jenggot, mas Anton, mas Adi Grand, mas Cimpluk, mas Kampret, mas Kebo, mas Bogel, mas Lampung, mas Bekasi, mas Gondrong, mas Soni, mas Lendra, mas Acong, mas Simbah, mas Jhon, Bang Baron, mas Ajik, mas Putra, mas Pras, Mbak Janti, Mbak Suci, Mbak Lupita, Mbak Selly, Mbak Lia, Mbak Dian, Mbak Anjela, Mbak Tari, Mbak Ella, Mbak Nindya, Mbak Cesa, Mbak Fornia, Mbak Fani, Mbak Tania, Mbak Reni, Mbak Anisa terimakasih atas kebersamaan dan kekeluargaan yang telah tercipta.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas semua bantuannya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Akhir kata, semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Surakarta, Maret 2012 Penulis

M.Fatihul Amin Zein

B. Analisis Data dan Pembahasan ................................................... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................ 72

B. Saran .......................................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 76 LAMPIRAN ……………………………………………………………………. 77

Gambar 2.1 Perubahan Budget karena Adanya Pengeluaran Pemerintah .......

29

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran .....................................................................

33

Tabel 4.1 Penduduk Kabupaten Karanganyar Tahun 1996 – 2010 ............... 49 Tabel 4.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Karanganyar Tahun

1985 s/d 2006 ................................................................................

50

Tabel 4.3 Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga

Konstan di Kabupaten KaranganyarTahun 1996 s/d 2010 ............

52

Tabel 4.4 Perkembangan Realisasi Investasi Kabupaten Karanganyar

Tahun 1996 s/d 2010......................................................................

53

Tabel 4.5 Perkembangan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten

Karanganyar Tahun 1996 s/d 2010 ................................................

57

Tabel 4.6 Perkembangan Tenaga Kerja Kabupaten Karanganyar Tahun

1996 s/d 2010 .................................................................................

57

Tabel 4.7 Belanja Pengeluaran Pemerintah Kabupaten Karanganyar Tahun

1996 s/d 2010 .................................................................................

60

Tabel 4.8 Hasil Analisis Regresi ....................................................................

61

Tabel 4.9 Hasil Uji t .......................................................................................

62 Tabel 4.10 Hasil Uji Multikolinieritas .............................................................

66

Tabel 4.11 Hasil Uji Autokorelasi ...................................................................

68

commit to user

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN

1996-2010

M. FATIHUL AMIN ZEIN (NIM. F1107050)

PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Dimana Tingkat PDRB dapat menggambarkan pertumbuhan Ekonimi suatu wilayah. Tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan dengan tingginya nilai PDRB menunjukkan bahwa daerah tersebut mengalami kemajuan dalam perekonomian. PDRB Kabupaten Karanganyar dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu Investasi, PAD, Tenaga kerja, dan Pengeluaran Pemerintah maka dari itu Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Investasi, PAD, Tenaga kerja, dan Pengeluaran Pemerintah terhadap PDRB di Kabupaten Karanganyar pada tahun 1996- 2010.

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama variabel independen yaitu Investasi, PAD, Tenaga kerja, dan Pengeluaran Pemerintah berpengaruh secara signifikan terhadap PDRB pada taraf signifikansi 5%. Sedangkan Hasil uji asumsi klasik, menunjukkan bahwa tidak terjadi gangguan multikolinieritas, gangguan Autokorelasi dan gangguan Homoskedastisitas.

Dilihat dari hasil analisis data yang telah dilakukan disarankan kemajuan investasi memegang peranan penting, maka pemerintah daerah hendaknya menciptakan iklim investasi yang kondusif melalui optimalisasi pelayanan, pendapatan asli daerah supaya untuk meningkatkan pendapatan asli daerah pemerintah daerah Kabupaten Karanganyar perlu lagi menggali potensi-potensi yang ada, dan memaksimalkan potensi yang ada, meningkatkan kualitas angkatan kerja yang tumbuh setiap tahun dengan pembekalan pendidikan dan pelatihan, mengalokasikan belanja daerah secara proporsional antara belanja rutin yang konsumtif dengan belanja pembangunan yang lebih memihak kepentingan public atau masyarakat

Kata kunci : PDRB, Investasi, PAD, Tenaga kerja, dan Pengeluaran Pemerintah.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan ekonomi adalah proses mengubah struktur ekonomi yang belum berkembang dengan jalan capital investment dan human investment yang bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran penduduk atau income per capita naik (Hasibuan, 1987:12). Menurut Suparmoko, pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang seringkali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riil perkapita (2002:5). Tujuan pembangunan ekonomi disamping untuk meningkatkan pendapatan nasional riil juga untuk meningkatkan produktivitas. Pembangunan ekonomi dapat memberikan kepada manusia kemampuan yang lebih besar untuk menguasai alam sekitarnya dan mempertinggi tingkat kebebasannya dalam mengadakan suatu tindakan tertentu. Pembangunan ekonomi ini mempunyai tiga sifat penting, yaitu :

1. Suatu proses yang berarti merupakan perubahan yang terjadi terus menerus.

2. Suatu usaha untuk menaikkan pendapatan per jiwa/income per capita.

3. Kenaikan income per capita itu harus terus-menerus dan pembangunan itu dilakukan sepanjang masa (Hasibuan, 1987: 12). Pemberlakuan Undang- undang No. 32/ 2004 tentang “pelimpahan sebagian wewenang pemerintah daerah untuk mengatur dan menyelenggarakan

Republik Indonesia” dan pemberlakuan Undang-undang 33/2004 tentang “perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah”, diharapkan bisa memotifasi peningkatan kreatifitas dan inisiatif untuk lebih menggali dan mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki oleh tiap-tiap daerah, dan dilaksanakan secara terpadu, serasi, dan terarah agar pembangunan disetiap daerah dapat benar-benar sesuai dengan prioritas dan potensi daerah.

Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi daerah dan pengaturan sumber daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi dan kinerja daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat menuju masyarakat madani yang bebas kolusi, korupsi dan nepotisme. Penyelenggaraan pemerintah daerah sebagai sub sistem negara dimaksudkan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna peneyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat. Sebagai daerah otonomi, Kabupaten/Kota sangat penting bagi roda perekonomian dan koordinator yang mempunyai kewenangan dan tanggung jawab menyelenggarakan kepentingan masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip keterbukaan, partisipasi masyarakat dan pertanggung jawaban kepada masyarakat.

Pembangunan di Kabupaten Karanganyar yang berlangsung secara menyeluruh dan berkesinambungan telah meningkatkan perekonomian Pembangunan di Kabupaten Karanganyar yang berlangsung secara menyeluruh dan berkesinambungan telah meningkatkan perekonomian

Dalam teori ekonomi makro, dari sisi pengeluaran, pendapatan regional bruto adalah penjumlahan dari berbagai variabel termasuk di dalamnya adalah investasi. Ada beberapa hal yang sebenarnya berpengaruh dalam soal investasi ini. Investasi sendiri dipengaruhi oleh investasi asing dan domestik. Investasi yang terjadi di daerah terdiri dari investasi pemerintah dan investasi swasta dapat berasal dari investasi pemerintah dan investasi swasta. Investasi dari sektor swasta dapat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri (asing). Investasi pemerintah dilakukan guna menyediakan barang publik. Besarnya investasi pemerintah dapat dihitung dari selisih antara total anggaran pemerintah dengan belanja rutinnya.

Selain investasi, maka tenaga kerja merupakan suatu faktor yang mempengaruhi output suatu daerah. Angkatan kerja yang besar akan terbentuk dari jumlah penduduk yang besar. Namun pertumbuhan penduduk dikhawatirkan akan menimbulkan efek yang buruk terhadap pertumbuhan ekonomi. Menurut Todaro (2000) pertumbuhan penduduk yang cepat mendorong timbulnya masalah keterbelakangan dan membuat prospek pembangunan menjadi semakin jauh. Selanjutnya dikatakan bahwa masalah Selain investasi, maka tenaga kerja merupakan suatu faktor yang mempengaruhi output suatu daerah. Angkatan kerja yang besar akan terbentuk dari jumlah penduduk yang besar. Namun pertumbuhan penduduk dikhawatirkan akan menimbulkan efek yang buruk terhadap pertumbuhan ekonomi. Menurut Todaro (2000) pertumbuhan penduduk yang cepat mendorong timbulnya masalah keterbelakangan dan membuat prospek pembangunan menjadi semakin jauh. Selanjutnya dikatakan bahwa masalah

Pertumbuhan PDRB, sebagai tolok ukur pertumbuhan suatu ekonomi regional juga tidak bisa lepas dari peran pengeluaran pemerintah di sektor layanan publik. Pengeluaran pemerintah daerah diukur dari total belanja rutin dan belanja pembangunan yang dialokasikan dalam anggaran daerah. Semakin besar pengeluaran pemerintah daerah yang produktif maka semakin memperbesar tingkat perekonomian suatu daerah (Wibisono,2003).

Anaman (2004) menyatakan bahwa pengeluaran konsumsi pemerintah yang terlalu kecil akan merugikan pertumbuhan ekonomi, pengeluaran pemerintah yang proporsional akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran konsumsi pemerintah yang boros akan menghambat pertumbuhan ekonomi. Pada umumnya pengeluaran pemerintah membawa dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi. pemerintah daerah sebagai sub sistem negara dimaksudkan untuk meningkatkan.

Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa tingkat investasi, pendapatan asli daerah, tenaga kerja, pengeluaran pemerintah mempunyai pengaruh Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa tingkat investasi, pendapatan asli daerah, tenaga kerja, pengeluaran pemerintah mempunyai pengaruh

Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Karanganyar Tahun 1996-2010 ”.

B. Rumusan Masalah

Pelaksanaan otonomi daerah dengan fokus pembangunan lebih diletakkan pada daerah Kabupaten/Kota maka sangat menarik untuk mengkaji faktor-faktor apa yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Salah satu indikator yang digunakan adalah PDRB. Oleh karena itu untuk mengkaji pertumbuhan ekonomi Kabupaten Karanganyar dapat diamati dari faktor- faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Karanganyar. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka pertanyaan penelitian yang dikemukakan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh realisasi investasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Karanganyar?

2. Bagaimana pengaruh realisasi pendapatan asli daerah terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Karanganyar?

3. Bagaimana pengaruh tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di 3. Bagaimana pengaruh tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Menganalisis pengaruh realisasi investasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Karanganyar.

2. Menganalisis pengaruh realisasi pendapatan asli daerah terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Karanganyar

3. Menganalisis pengaruh tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Karanganyar.

4. Menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Karanganyar.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti, Sebagai sarana untuk mempraktekkan teori yang sudah didapat pada masa kuliah terhadap masalah yang sesungguhnya terjadi di Kabupaten Karanganyar.

2. Bagi pihak yang terkait, penelitian ini diharapkan sebagai informasi dalam menentukan kebijaksanaannya yang berkaitan dengan dengan pertumbuhan ekonomi daerah.

3. Bagi akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan tambahan pengetahuan tentang masalah yang sama dan sebagai bahan pustaka penelitian dalam bidang yang sama.

LANDASAN TEORI

A. Pertumbuhan Ekonomi

1. Pengertian

Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat (Sukirno, 1994: 10). Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan GDP (Gross Domestic Product) tanpa memandang bahwa kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari pertumbuhan penduduk dan tanpa memandang apakah ada perubahan dalam struktur ekonominya (Suryana, 2000: 5). Menurut Zaris, (1987: 82) pertumbuhan ekonomi adalah sebagian dari perkembangan kesejahteraan masyarakat yang diukur dengan besarnya pertumbuhan domestik regional bruto per kapita (PDRB per kapita). Samuelson (1995: 436) mendefinisikan bahwa pertumbuhan ekonomi menunjukkan adanya perluasan atau peningkatan dari Gross Domestic Product potensial/output dari suatu negara. Ada 4 faktor yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi :

a. Sumber daya manusia. Kualitas input tenaga kerja, atau sumber daya manusia merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan ekonomi. Hampir semua faktor produksi yang lainnya, yakni barang modal, bahan mentah serta a. Sumber daya manusia. Kualitas input tenaga kerja, atau sumber daya manusia merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan ekonomi. Hampir semua faktor produksi yang lainnya, yakni barang modal, bahan mentah serta

b. Sumber daya alam. Faktor produksi kedua adalah tanah. Tanah yang dapat ditanami merupakan faktor yang paling berharga. Selain tanah, sumber daya alam yang penting antara lain minyak-minyak gas, hutan air dan bahan- bahan mineral lainnya.

c. Pembentukan modal. Untuk pembentukan modal, diperlukan pengorbanan berupa pengurangan konsumsi, yang mungkin berlangsung selama beberapa puluh tahun. Pembentukan modal modal dan investasi ini sebenarnya sangat dibutuhklan untuk kemajuan cepat di bidang ekonomi.

d. Perubahan teknologi dan inovasi. Salah satu tugas kunci pembangunan ekonomi adalah memacu semangat kewiraswastaan. Perokonomian akan sulit untuk maju apabila tidak memiliki para wiraswastawan yang bersedia menanggung resiko usaha dengan mendirikan berbagai pabrik atau fasilitas produksi, menerapkan teknologi baru, mengadapi berbagai hambatan usaha, hingga mengimpor berbagai cara dan teknik usaha yang lebih maju (Samuelson, 1995: 436-439).

menerangkan atau mengukur prestasi dari perkembangan dari suatu perekonomian, sedangkan dalam analisis makro ekonomi tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara diukur dari perkembangan pendapatan nasional riil yang dicapai suatu negara. Menurut Boediono, (1992: 9) pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses dari kenaikan output perkapita dalam jangka waktu yang panjang. Pertumbuhan ekonomi disini meliputi 3 aspek yaitu :

a. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses (aspek ekonomis) suatu perekonomian berkembang, berubah dari waktu ke waktu.

b. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan adanya kenaikan output perkapita, dalam hal ini ada 2 aspek penting yaitu output total dan jumlah penduduk.Output perkapita adalah output total dibagi jumlah penduduk.

c. Pertumbuhan ekonomi dikaitkan dengan perspektif waktu jangka panjang. Dikatakan tumbuh bila dalam jangka panjang waktu yang cukup lama (5 tahun) mengalami kenaikan output.

Para ahli ekonomi menyatakan bahwa istilah pertumbuhan ekonomi berbeda dengan istilah pembangunan ekonomi. Menurut Suryana, (2000: 3) menerangkan bahwa pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Dari definisi ini mengandung tiga unsur yaitu : Para ahli ekonomi menyatakan bahwa istilah pertumbuhan ekonomi berbeda dengan istilah pembangunan ekonomi. Menurut Suryana, (2000: 3) menerangkan bahwa pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Dari definisi ini mengandung tiga unsur yaitu :

b. Usaha meningkatkan pendapatan perkapita. Kenaikan pendapatan perkapita harus berlangsung dalam jangka panjang.

2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik

Menurut ekonom Klasik, Smith, pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk (lihat Arsyad,1999). Unsur pokok dari sistem produksi suatu negara ada tiga :

a. Sumber daya alam yang tersedia merupakan wadah paling mendasar dari kegiatan produksi suatu masyarakat dimana jumlah sumber daya alam yang tersedia mempunyai batas maksimum bagi pertumbuhan suatu perekonomian.

b. Sumber daya insani (jumlah penduduk) merupakan peran pasif dalam proses pertumbuhan output, maksudnya jumlah penduduk akan menyesuaikan dengan kebutuhan akan tenaga kerja.

c. Stok modal merupakan unsur produksi yang sangat menentukan tingkat pertumbuhan output. Laju pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh produktivitas sektor-sektor dalam menggunakan factor-faktor produksinya.Produktivitas dapat ditingkatkan melalui berbagai sarana pendidikan, pelatihan dan manajemen yang lebih baik.

ekonomi bergantung pada faktor-faktor produksi (Sukirno, 1994). Persamaannya adalah :

Δ Y = f (ΔK, ΔL, ΔT) Keterangan :

Δ Y = tingkat pertumbuhan ekonomi Δ K = tingkat pertambahan barang modal Δ L = tingkat pertambahan tenaga kerja Δ T = tingkat pertambahan teknologi

3. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

Dalam l pertumbuhan ekonomi Neo Klasik Solow (Solow Neo Classical Growth Model) maka fungsi produksi agregat standar adalah sama seperti yang digunakan dalam persamaan sektor modern Lewis yakni:

     1 . Y . L K Ae t Keterangan :

Y = Produk Domestik Bruto K = stok modal fisik dan modal manusia L = tenaga kerja non terampil

A = konstanta yang merefleksikan tingkat teknologi dasar eμt = melambangkan tingkat kemajuan teknologi

α = melambangkan elastisitas output terhadap model, yakni persentase kenaikan PDB yang bersumber dari 1%

penambahan modal fisik dan modal manusia. Menurut teori pertumbuhan Neo Klasik Tradisional, pertumbuhan output selalu bersumber dari satu atau lebih dari 3 (tiga) faktor yakni kenaikan kualitas dan kuantitas tenaga kerja, penambahan modal (tabungan dan investasi) dan penyempurnaan teknologi (Todaro, 2000).

4. Model Pertumbuhan Agregat

Glasson (1997) menyatakan bahwa teori pertumbuhan regional jangka panjang harus memperhitungkan faktor-faktor yang dianalisis jangka pendek diasumsikan konstan, yakni seperti penduduk, upah, harga, eknologi dan distribusi pendapatan. Mobilitas faktor-faktor terutama tenaga kerja dan modal harus menjadi pertimbangan yang sangat penting. Pada umunya orang sependapat bahwa pertumbuhan regional dapat terjadi sebagai akibat dari penentu-penentu endogen maupun eksogen yakni faktor-faktor yang terdapat pada daerah yang bersangkutan ataupun faktorfaktor di luar daerah atau kombinasi dari keduanya. Faktor-faktor penentu penting penting dari dalam daerah meliputi distribusi faktor-faktor seperti tanah, tenaga kerja dan modal, sedangkan salah satu faktor penentu dari luar daerah yang penting adalah tingkat permintaan dari daerah lain terhadap komoditas yang dihasilkan oleh daerah tersebut.

Suatu pendekatan yang lebih baru untuk menjelaskan faktor penentu endogen dari pertumbuhan ekonomi regional adalah melalui Suatu pendekatan yang lebih baru untuk menjelaskan faktor penentu endogen dari pertumbuhan ekonomi regional adalah melalui

On = fn (K, L, Q, Tr, T, So) Keterangan: On = Output potensial dari daerah n K = Modal (Capital) L = Tenaga Kerja (Labor) Q = Tanah (SDA) Tr = Sumberdaya pengangkutan T = Teknologi So = Sistem Sosial Politik

5. Teori Pertumbuhan Baru (New Growth Theory)

Teori ini memberikan kerangka teoritis untuk menganalisis pertumbuhan yang bersifat endogen, Pertumbuhan ekonomi merupakan hasil dari dalam sistem ekonomi. Teori ini menganggap bahwa pertumbuhan ekonomi lebih ditentukan oleh sistem produksi, bukan berasal dari luar sistem. Kemajuan teknologi merupakan hal yang endogen, pertumbuhan merupakan bagian dari keputusan pelaku-pelaku ekonomi untuk berinvestasi dalam pengetahuan. Peran modal lebih besar dari sekedar bagian dari pendapatan apabila modal yang tumbuh bukan hanya modal fisik saja tapi menyangkut modal manusia (Romer, 1994).

ekonomi. Definisi modal/kapital diperluas dengan memesukkan model ilmu pengetahuan dan modal sumber daya manusia. Perubahan teknologi bukan sesuatu yang berasal dari luar model atau eksogen tapi teknologi merupakan bagian dari proses pertumbuhan ekonomi.

Dalam teori pertumbuhan endogen, peran investasi dalam modal fisik dan modal manusia turut menentukan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Tabungan dan investasi dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan ( Mankiw, 2000).

6. Teori Pertumbuhan Ekonomi Regional

Pertumbuhan ekonomi daerah merupakan suatu proses pemerintah daerah dan masyarakatnya dalam mengelola sumberdaya yang ada untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang pekembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut (Lincoln Arsyad,1999). Pada saat ini tidak ada satupun teori yang mampu menjelaskan pembangunan ekonomi daerah secara komprehensif, namun beberapa teori secara parsial dapat membantu untuk memahami arti penting pembangunan ekonomi daerah dan teori-teori yang membahas tentang faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi daerah.

B. Investasi

Teori ekonomi mengartikan atau mendefinisikan investasi sebagai ”pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan

peralatan-peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama peralatan-peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama

yang digunakan atau untuk perluasan pabrik. Dornbusch & Fischer berpendapat bahwa investasi adalah permintaan barang dan jasa untuk menciptakan atau menambah kapasitas produksi atau pendapatan di masa mendatang. Persyaratan umum pembangunan ekonomi suatu negara menurut Todaro (1981) adalah:

1. Akumulasi modal, termasuk akumulasi baru dalam bentuk tanah, peralatan fisik dan sumber daya manusia.

2. Perkembangan penduduk yang dibarengi dengan pertumbuhan tenaga kerja dan keahliannya.

3. Kemajuan teknologi. Akumulasi modal akan berhasil apabila beberapa bagian atau proporsi pendapatan yang ada ditabung dan diinvestasikan untuk memperbesar produk (output) dan pendapatan di kemudian hari. Untuk mengalihkan sumber-sumber dari arus konsumsi dan kemudian mengalihkannya untuk investasi dalam bentuk ”capital formation” untuk mencapai tingkat produksi yang lebih besar. Investasi dibidang pengembangan sumber daya manusia akan meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia, sehingga menjadi tenaga ahli yang terampil yang dapat memperlancar kegiatan produktif.

suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat. Peranan ini bersumber dari tiga fungsi penting dari kegiatan investasi, yakni

1. investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat, sehingga kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat, pendapatan nasional serta kesempatan kerja

2. pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan menambah kapasitas produksi

3. investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi. Suryana (2000) menyatakan bahwa kekurangan modal dalam negara berkembang dapat dilihat dari beberapa sudut:

1. Kecilnya jumlah mutlak kapita material

2. Terbatasnya kapasitas dan keahlian penduduk

3. Rendahnya investasi netto. Akibat keterbatasan tersebut, negara-negara berkembang mempunyai sumber alam yang belum dikembangkan dan sumber daya manusia yang masih potensial. Oleh karena itu untuk meningkatkan produktivitas maka perlu mempercepat investasi baru dalam barang-barang modal fisik dan pengembangan sumberdaya manusia melalui investasi di bidang pendidikan dan pelatihan. Hal ini sejalan dengan teori perangkap kemiskinan (vicious circle) yang berpendapat bahwa:

2. Kurangnya perangsang untuk melakukan penanaman modal.

3. Taraf pendidikan, pengetahuan dan kemahiran yang relative rendah merupakan tiga factor utama yang menghambat terciptanya pembentukan modal di negara berkembang.

Teori Harrod-Domar mengemukakan bahwa model pertumbuhan ekonomi yang merupakan pengembangan dari teori Keynes. Teori tersebut menitikberatkan pada peranan tabungan dan industri sangat menentukan dalam pertumbuhan ekonomi daerah (Lincoln Arsyad, 1997). Beberapa asumsi yang digunakan dalam teori ini adalah bahwa:

1. Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment) dan barang-barang modal yang ada di masyarakat digunakan secara penuh.

2. Dalam perekonomian dua sektor (Rumah Tangga dan Perusahaan) berarti sektor pemerintah dan perdagangan tidak ada.

3. Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya pendapatan nasional, berarti fungsi tabungan dimulai dari titik original (nol).

4. Kecenderungan untuk menabung (Marginal Propensity to Save = MPS) besarnya tetap, demikian juga ratio antar modal dan output (Capital Output Ratio = COR) dan rasio penambahan modal-output (Incremental Capital Output Ratio).

Teori ini memiliki kelemahan yakni kecendrungan menabung dan ratio pertambahan modal-output dalam kenyataannya selalu berubah dalam Teori ini memiliki kelemahan yakni kecendrungan menabung dan ratio pertambahan modal-output dalam kenyataannya selalu berubah dalam

Dalam model pertumbuhan endogen dikatakan bahwa hasil investasi akan semakin tinggi bila produksi agregat di suatu negara semakin besar. Dengan diasumsikan bahwa investasi swasta dan publik di bidang sumberdaya atau modal manusia dapat menciptakan ekonomi eksternal (eksternalitas positif) dan memacu produktivitas yang mampu mengimbangi kecenderungan ilmiah penurunan skala hasil. Meskipun teknologi tetap diakui memainkan peranan yang sangat penting, namun model pertumbuhan endogen menyatakan bahwa teknologi tersebut tidak perlu ditonjolkan untuk menjelaskan proses terciptanya pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

Implikasi yang menarik dari teori ini adalah mampu menjelaskan potensi keuntungan dari investasi komplementer (complementary investment) dalam modal atau sumberdaya manusia, sarana prasarana infrastruktur atau kegiatan penelitian. Mengingat investasi komplementer akan menghasilkan manfaat personal maupun sosial, maka pemerintah berpeluang untuk memperbaiki efisiensi alokasi sumberdaya domestik dengan cara menyediakan berbagai macam barang publik (sarana infrastruktur) atau aktif mendorong investasi swasta dalam industri padat teknologi dimana sumberdaya manusia diakumulasikannya. Dengan demikian model ini menganjurkan keikutsertaan pemerintah secara aktif dalam pengelolaan investasi baik langsung maupun tidak langsung.

maka diharapkan akan mendorong pertumbuhan sektor pertumbuhan sektor swasta dan rumah tangga dalam mengalokasikan sumberdaya yang ada di suatu daerah. Hal ini pada akhirnya akan menyebabkan makin meningkatnya PDRB.

C. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan asli daerah adalah penerimaan daerah dari berbagai usaha pemerintah daerah untuk mengumpulkan dana guna keperluan daerah yang bersangkutan dalam membiayai kegiatan rutin maupun pembangunannya, yang terdiri atas pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba usaha milik daerah, dan lain-lain penerimaan asli daerah yang sah (NN, 2003). Sutrisno (1984: 200) pendapatan asli daerah adalah suatu pendapatan yang menunjukkan kemampuan suatu daerah untuk menghimpun sumber-sumber dana untuk membiayai kegiatan daerah. Jadi pengertian pendapatan asli daerah dapat dikatakan sebagai pendapatan rutin dari usaha- usaha pemerintah daerah dalam memanfaatkan potensi-potensi sumber- sumber keuangan untuk membiayai tugas-tugas dan tanggungjawabnya. Menurut pasal 6 Undang-undang No. 32 tahun 2004 pendapatan asli daerah berasal dari :

1. Hasil pajak daerah.

2. Hasil retribusi daerah.

3. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.

Pasal 6 Undang-undang tahun 2004 tentang pendapatan asli daerah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Pajak Daerah Pajak merupakan iuran yang dapat dipaksakan kepada wajib pajak oleh pemerintah dengan balas jasa yang tidak langsung dapat ditunjuk. Pada pokoknya pajak memiliki dua peranan utama yaitu sebagai sumber penerimaan negara (fungsi budget) dan sebagai alat untuk mengatur (fungsi regulator) (Suparmoko, 2002: 135). Mardiasm (1997:

51) mendefinisikan pajak daerah adalah pajak yang dipungut daerah berdasarkan peraturan pajak yang ditetapkan oleh daerah untuk kepentingan pembiayaan rumah tangga daerah tersebut.

Menurut Undang-undang No.34 tahun 2000 pajak daerah yang selanjutnya disebut pajak yaitu iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepala daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.

Terdapat banyak batasan tentang pajak yang dikemukakan para ahli, tetapi pada dasarnya isinya hampir sama yaitu pajak adalah pembayaran iuran oleh rakyat kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dengan tanpa imbalan jasa yang secara langsung dapat ditunjuk Terdapat banyak batasan tentang pajak yang dikemukakan para ahli, tetapi pada dasarnya isinya hampir sama yaitu pajak adalah pembayaran iuran oleh rakyat kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dengan tanpa imbalan jasa yang secara langsung dapat ditunjuk

a. Iuran masyarakat kepada negara

b. Berdasarkan undang-undang

c. Tanpa balas jasa secara langsung

d. Untuk membiayai pengeluaran pemerintah Berdasarkan kewenangan memungutnya pajak digolongkan menjadi dua yaitu pajak negara dan pajak daerah. Pengertian pajak daerah adalah sama dengan pajak negara, perbedaannya terletak pada :

a. Pajak negara ditetapkan dan dikelola oleh pemerintah pusat (dalam hal ini Direktorat Jendral Pajak)

b. Pajak daerah adalah pajak yang ditetapkan dengan peraturan daerah atau pajak negara yang pengelolaan dan penggunaannya diserahkan kepada daerah (Sutrisno, 1984: 203).

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pajak daerah adalah pajak negara yang diserahkan kepada daerah untuk dipungut berdasarkan peraturan perundangan yang dipergunakan untuk membiayai pengeluaran daerah sebagai badan hukum publik.

2. Retribusi Daerah Retribusi daerah adalah pungutan yang dilakukan oleh pemerintah pusat karena seseorang atau badan hukum menggunakan jasa dan barang pemerintah yang langsung dapat ditunjuk (Sutrisno, 1984: 202). Peraturan pemerintah No.66 tahun 2002 tentang retribusi daerah pasal satu 2. Retribusi Daerah Retribusi daerah adalah pungutan yang dilakukan oleh pemerintah pusat karena seseorang atau badan hukum menggunakan jasa dan barang pemerintah yang langsung dapat ditunjuk (Sutrisno, 1984: 202). Peraturan pemerintah No.66 tahun 2002 tentang retribusi daerah pasal satu

Pada dasarnya retribusi adalah pajak tetapi merupakan jenis pajak khusus karena ciri-ciri dan atau syarat-syarat tertentu masih dapat dipenuhi (Sutrisno, 1984:139). Syarat-syarat tertentu tersebut antara lain berdasarkan undang-undang atau peraturan yang sederajat harus disetor ke kas negara atau daerah dan tidak dapat dipaksakan. Batasan pengertian retribusi ini sendiri merupakan pungutan yang dilakukan pemerintah karena seseorang dan atau badan hukum menggunakan barang dan jasa pemerintah yang langsung dapat ditunjuk. Dari definisi di atas terlihat bahwa ciri-ciri mendasar dari retribusi daerah adalah :

a. Retribusi dipungut oleh daerah.

b. Dalam pungutan retribusi terdapat prestasi yang diberikan daerah yang langsung dapat di tunjuk.

c. Retribusi dikenakan kepada siapa saja yang memanfaatkan barang atau jasa yang disediakan oleh daerah.

diadakan untuk keperluan keuangan daerah sebagai pengganti jasa yang diberikan oleh daerah.

3. Laba Perusahaan Daerah Perusahaan daerah merupakan salah satu komponen yang diharapkan dalam memberikan kontribusinya bagi pendapatan daerah, tapi sifat utama dari perusahaan daerah bukanlah berorientasi pada keuntungan, akan tetapi justru dalam memberikan jasa dan menyelenggarakan kemanfaatan umum, dengan perkataan lain perusahaan daerah menjalankan fungsi ganda yang harus terjamin keseimbangannya yaitu fungsi ekonomi (Kaho, 1998: 169). Pemerintah daerah mendirikan perusahaan daerah atas dasar berbagai pertimbangan: menjalankan ideologi yang dianutnya bahwa sarana produksi milik masyarakat; untuk melindungi konsumen dalam hal ada monopoli alami, seperti angkutan umum atau telepon; dalam rangka mengambil alih perusahaan asing; untuk menciptakan lapangan kerja atau mendorong pembangunan ekonomi daerah; dianggap cara yang “efisien” unutk menyediakan layanan

masyarakat, dan untuk menghasilkan penerimaan untuk pemerintah daerah (Devas, 1989: 111).

Sumber pendapatan asli daerah yang ketiga yaitu adalah laba dari perusahaan daerah. Karena berbentuk perusahaan maka prinsip pengelolaannya berdasarkan atas asas-asas ekonomi perusahaan. Dengan demikian perusahaan harus mencari keuntungan dan selanjutnya Sumber pendapatan asli daerah yang ketiga yaitu adalah laba dari perusahaan daerah. Karena berbentuk perusahaan maka prinsip pengelolaannya berdasarkan atas asas-asas ekonomi perusahaan. Dengan demikian perusahaan harus mencari keuntungan dan selanjutnya

a. Sebagai dinamisator perekonomian daerah, yang berarti perusahaan daerah harus mampu memberikan rangsangan bagi berkembangnya perekonomian daerah.

b. Sebagai penghasil pendapatan daerah yang berarti harus mampu memberikan manfaat ekonomis sehingga terjadi keuntungan yang dapat diserahkan ke kas daerah.

Berdasarkan uraian di atas, maka perusahaan daerah merupakan salah satu komponen yang diharapkan mampu memberikan kontribusinya bagi pendapatan daerah. Sifat utama perusahaan daerah berorientasi pada keuntungan, dapat memberikan jasa dan menyelenggarakan kemanfaatan umum atau dengan kata lain perusahaan daerah menjalankan fungsi ganda yang harus terjamin keseimbangannya yaitu fungsi sosial dan fungsi ekonomi. Artinya pemenuhan fungsi sosial perusahaan daerah dapat berjalan seiring dengan pemenuhan fungsi ekonomi sebagai badan hukum yang bertujuan mendapatkan laba. Sedangkan lapangan hasil perusahaan daerah adalah sebagian dari perusahaan daerah yang bergerak di bidang produksi jasa dan perdagangan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

4. Penerimaan Dinas-dinas dan Pendapatan Lain-lain Penerimaan dinas-dinas merupakan penerimaan yang berasal dari usaha dinas-dinas daerah yang bersangkutan yang bukan merupakan

dari penerimaan dinas-dinas daerah (kecuali dinas pendapatan daerah) pada umumnya adalah bukan mencari pendapatan daerah, tetapi melaksanakan sebagian urusan pemerintah daerah yang bersifat pembinaan atau bimbingan kepada masyarakat. Penerimaan lain-lain, di lain pihak adalah penerimaan pemerintah daerah di luar penerimaan-penerimaan dinas, pajak, retribusi dan bagian laba perusahaan daerah. Penerimaan ini antara lain berasal dari sewa rumah dinas milik daerah, hasil penjualan barang-barang (bekas) milik daerah, penerimaan sewa kios milik daerah dan penerimaan uang langganan majalah daerah (Hirawan, 1987: 204).

Fungsi utama dari dinas-dinas daerah adalah memberikan pelayanan umum kepada masyarakat tanpa terlalu memperhitungkan untung dan ruginya, tetapi dalam batas-batas tertentu dapat didayagunakan untuk bertindak sebagai organisasi ekonomi yang memberikan pelayanan dengan imbalan jasa. Penerimaan lain-lain membuka kemungkinan bagi pemerintah daerah untuk melakukan berbagai kegiatan yang menghasilkan baik yang berupa materi dalam hal kegiatan bersifat bisnis, maupun non materi dalam hal kegiatan tersebut untuk menyediakan, melapangkan atau memantapkan suatu kebijakan pemerintah daerah dalam suatu bidang tertentu.

Jadi di satu pihak dapat menghimpun dana sebagai salah satu sumber penerimaan daerah dan tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku, di lain pihak lebih mengarah Jadi di satu pihak dapat menghimpun dana sebagai salah satu sumber penerimaan daerah dan tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku, di lain pihak lebih mengarah

D. Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah penduduk pada usia kerja yaitu antara 15-64 tahun. Penduduk dalam usia kerja ini dapat digolongkan menjadi dua yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. (Suparmoko, 2002: 114). Secara ringkas, tenaga kerja terdiri atas angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Yang dimaksud dengan angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang terlibat atau masih berusaha untuk terlibat dalam kegiatan produktif yang menghasilkan barang dan jasa. Menurut Suparmoko (2002: 114) angkatan kerja adalah penduduk yang belum bekerja namun siap untuk bekerja atau sedang mencari pekerjaan pada tingkat upah yang berlaku. Angkatan kerja terdiri atas golongan yang bekerja, dan golongan yang menganggur dan mencari pekerjaan (Simanjuntak, 1985: 3).

Sedangkan yang dimaksud dengan bukan angkatan kerja adalah mereka yang masih sekolah, golongan yang mengurus rumah tangga, dan golongan lain-lain atau penerima pendapatan (Simanjuntak, 1985: 3). Jika yang digunakan sebagai satuan hitung tenaga kerja adalah orang, maka disini dianggap bahwa semua orang mempunyai kemampuan dan produktifitas kerja yang sama dan lama waktu kerja yang dianggap sama. Penggunaan tenaga kerja hanya bisa diwujudkan kalau tersedia dua unsur pokok, yang pertama adalah adanya kesempatan kerja yang cukup banyak, yang produktif dan Sedangkan yang dimaksud dengan bukan angkatan kerja adalah mereka yang masih sekolah, golongan yang mengurus rumah tangga, dan golongan lain-lain atau penerima pendapatan (Simanjuntak, 1985: 3). Jika yang digunakan sebagai satuan hitung tenaga kerja adalah orang, maka disini dianggap bahwa semua orang mempunyai kemampuan dan produktifitas kerja yang sama dan lama waktu kerja yang dianggap sama. Penggunaan tenaga kerja hanya bisa diwujudkan kalau tersedia dua unsur pokok, yang pertama adalah adanya kesempatan kerja yang cukup banyak, yang produktif dan

Kesempatan kerja dapat tercipta jika terjadi permintaan akan tenaga kerja di pasar kerja. Besarnya tenaga kerja dalam jangka pendek tergantung dari besarnya efektifitas permintaan untuk tenaga kerja yang dipengaruhi oleh kemampuan-kemampuan substitusi antara tenaga kerja dan faktor produksi yang lain, elastisitas permintaan akan hasil produksi, dan elastisitas penyediaan faktor-faktor pelengkap lainnya. Dalam statistik ketenagakerjaan di Indonesia kesempatan kerja merupakan terjemahan bagi employment yang berarti sebagai jumlah orang yang bekerja tanpa memperhitungkan berapa banyak pekerjaan yang dimiliki tiap orang, pendapatan dan jam kerja mereka.

E. Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah merupakan seperangkat produk yang dihasilkan yang memuat pilihan atau keputusan yang dibuat oleh pemerintah untuk menyediakan barang-barang publik dan pelayanan kepada masyarakat Total pengeluaran pemerintah merupakan penjumlahan keseluruhan dari keputusan anggaran pada masing-masing tingkatan pemerintahan (pusat – propinsi – daerah).

Pada masing-masing tingkatan dalam pemerintahan ini dapat mempunyai keputusan akhir – proses pembuatan yang berbeda dan hanya beberapa hal pemerintah yang dibawahnya dapat dipengaruhi oleh pemerintah yang lebih tinggi (Lee Robert, Jr and Ronald W. Johnson, 1998). Oleh karena itu dalam memahami berbagai pengaturan pendanaan bagi Pada masing-masing tingkatan dalam pemerintahan ini dapat mempunyai keputusan akhir – proses pembuatan yang berbeda dan hanya beberapa hal pemerintah yang dibawahnya dapat dipengaruhi oleh pemerintah yang lebih tinggi (Lee Robert, Jr and Ronald W. Johnson, 1998). Oleh karena itu dalam memahami berbagai pengaturan pendanaan bagi

1. Fungsi penyediaan pelayanan yang berorientasi pada lingkungan dan kemasyarakatan.

2. Fungsi pengaturan, yakni merumuskan dan menegakkan pusat perundangan

3. Fungsi pembangunan, keterlibatan langsung maupun tidak langsung dalam bentuk-bentuk kegiatan ekonomi dan penyediaan prasarana

4. Fungsi perwakilan, yaitu menyatakan pendapat daerah di luar bidang tanggungjawab eksekutif

5. Fungsi koordinasi, yakni melaksanakan koordinasi dan perencanaan investasi dan tata guna tanah regional (daerah). Adanya pengeluaran publik disebabkan adanya kegagalan pasar. adapun menurut Rao (1998) kegagalan pasar tersebut disebabkan karena :

1. Tidak semua barang dan jasa diperdagangkan.

2. Barang-barang yang menyebabkan ekternalitas dalam produksi maupun konsumsi memaksa suatu pertentantangan antara harga pasar dengan penilaian sosial dan pasar, dan pasar tidak bisa memastikan untuk memenuhi kondisi yang diinginkan.

3. Beberapa barang mempunyai karakteristik increasing returs to scale. Dalam kondisi monopoli alami seperti itu masyarakat dapat memperoleh harga lebih rendah dan output lebih tinggi apabila pemerintah berperan sebagai produsen atau ada subsidi pada sektor swasta untuk menutup

4. Informasi asimetri antara produsen dan konsumen di bidang jasa seperti asuransi sosial dapat memberi peningkatan moral hazard dan pemilihan kurang baik Oleh karena itu intervensi negara diperlukan agar menjamin pendistribusian kembali pendapatan.

Pengeluaran pemerintah (goverment expenditure) adalah bagian dari kebijakan fiskal (Sadono Sukirno,2000) yakni suatu tindakan pemerintah untuk mengatur jalannya perekonomian dengan cara menentukan besarnya penerimaan dan pengeluaran pemerintah tiap tahunnya yang tercermin dalam dokumen APBN untuk nasional dan APBD untuk daerah/regional. Tujuan dari kebijakan fiskal ini adalah dalam rangka menstabilkan harga, tingkat output maupun kesempatan kerja dan memacu pertumbuhan ekonomi.

Secara teoritis efek pengeluaran pemerintah jika dihubungkan dengan konsep budget line dapat dijelaskan sebagai berikut:

A Barang lain

Barang sosial

Gambar 2.1 Perubahan Budget karena Adanya Pengeluaran Pemerintah

Semula dengan anggaran tertentu area konsumsi berada pada pilihan Semula dengan anggaran tertentu area konsumsi berada pada pilihan

F. Penelitian Terdahulu

Eva Ervani mengadakan penelitian dengan judul Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Periode Tahun 1980 – 2004. Analisis data yang dilakukan dengan Metode (ordinary least square), dengan menggunakan persamaan regresi adalah :

PDB riil = β0 + β1 INV riil + β2 HC + β3 FD riil + β4 RD riil + μ Keterangan: PDB riil = pendapatan perkapita riil dalam Juta US $ INV riil = tingkat efisiensi investasi

HC = investasi sumber daya manusia FD riil = rasio jumlah uang beredar dalam arti luas (%) RD riil = tingkat bunga deposito riil (%) μ

= residual

= Konstanta regresi/ intersep

β1, β2, β3 = Koefisien regresi Hasil pengujian secara individual menunjukkan bahwa variabel

tingkat efisiensi investasi, investasi sumber daya manusia, tingkat bunga deposito riil berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan tingkat efisiensi investasi, investasi sumber daya manusia, tingkat bunga deposito riil berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan

keterangan : Y = PDRB

A = Konstanta Xo =Tenaga kerja X1 =Pembentukan modal X2 = Kualitas sumber daya manusia X3 =Aglomerasi

μ =Variabel pengganggu Hasil penelitian yang dilakukan tentang pengaruh penggunaan

variable demografi dalam model pertumbuhan ekonomi daerah pada 25 propinsi di Indonesia adalah bahwa variabel pembentukan modal, tenaga kerja, mutu modal manusia dan aglomerasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap PDRB masing-masing daerah penelitian tersebut.

Deddy Rustiono mengadakan penelitian dengan judul analisis pengaruh investasi, tenaga kerja, dan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di propinsi jawa tengah dengan menggunkan persamaan :

Y= β0 a + β1 L_PMA + β2 L_PMDN + β3 L_AK + β4 L_EXP + e……

L_Y

= Logaritma pertumbuhan ekonomi

L_PMA = Logaritma realisasi nilai Penanaman Modal Asing(PMA) L_PMDN = Logaritma realisasi nilai Penanaman Modal Dalam

Negeri (PMDN)

L_AK

= Logaritma jumlah Angkatan Kerja

L_EXP = Logaritma jumlah Pengeluaran Pemerintah

e = error term

= Konstanta regresi/ intersep