2 Dibentuk  komite  sekolah  dari  unsur  tokoh  masyarakat  dan
orang tua peserta didik. 3
Menjalin  kemitraan  dengan  lembaga  lain  yang  relevan, berkaitan  dengan  input,  proses,  output,  pembiayaan,  dan
pemanfaatan lulusan.
3. Sekolah Standar Nasional SSN
PP  No.  19  tahun  2005  Pasal  11  ayat  2,  bahwa  ciri  Sekolah Kategori MandiriSekolah Standar Nasional adalah terpenuhinya standar
nasional  pendidikan  dan  mampu  menjalankan  sistem  kredit  semester. Dari  ciri  tersebut  Sekolah  Kategori  MandiriSSN  memiliki  profil  sebagai
persyaratan minimal, meliputi: a.
Dukungan Internal Kinerja  sekolah  indikator  terakreditasi  A,  rerata  nilai  UN  tiga
tahun  terakhir  minimum  7,00,  persentase  kelulusan  UN  ≥  90 untuk  tiga  tahun  terakhir,  animo  tiga  tahun  terakhir    daya
tampung,  prestasi  akademik  dan  non  akademik  yang  diraih, melaksanakan manajemen berbasis sekolah, jumlah siswa per kelas
maksimal  32  orang,  ada  pertemuan  rutin  pimpinan  dengan  guru, ada pertemuan rutin sekolah dengan orang tua siswa.
Sumber  daya  manusia,  dengan  indikator  persentase  guru memiliki  kualifikasi  akademik  ≥  75,  relevansi  guru  setiap  mata
pelajaran  dengan  latar  belakang  pendidikan  90 ,  rasio  guru  dan
siswa, jumlah tenaga administrasi akademik memadai, tersedia guru bimbingan konselingkarir.
Fasilitas  sekolah,  dengan  indikator  memiliki  ruang  kepala sekolah,  ruang  wakil  kepala  sekolah,  ruang  guru,  ruang  bimbingan,
ruang  unit  kesehatan,  tempat  olah  raga,  tempat  ibadah,  lapangan bermain,  komputer  dan  administrasi,  memiliki  laboratorium:
bahasa,  teknologi  informasikomputer,  fisika,  kimia,  biologi, multimedia,  IPS,  perpustakaan  yang  memiliki  koleksi  buku  setiap
mata pelajaran, memberikan layanan bimbingan konseling. b.
Dukungan Eksternal Untuk  menyelenggarakan  SKMSSN,  perlu  adanya  dukungan
dari  berbagai  pihak  di  luar  sekolah,  antara  lain  komite  sekolah, orang  tua  peserta  didik,  dukungan  dari  Dinas  Pendidikan
KabupatenKota,  dukungan  dari  tenaga  pendamping  pelaksanaan SKS.
Model  pembelajaran  pada  SKMSSN  menekankan  pada  pada potensi  dan  kebutuhan  peserta  didik  agar  mampu  belajar  mandiri
yang  dibangun  melalui  komunitas  belajar  di  kelas.  Strategi  untuk memotivasi  peserta  didik  membangun  komunitas  belajar  tersebut
meliputi:  1  meyakini  potensi  peserta  didik,  2  membangun motivasi  instrinsik,  3  menggunakan  perasaan  positif,  4
membangun  minat  belajar  peserta  didik,  5  membangun  belajar
menyenangkan,  6  memenuhi  kebutuhan  peserta  didik,  7 mencapai
tujuan pembelajaran,
dan 8
memfasilitasi pengembangan kelompok.
Program  Sekolah  Standar  Nasional  yang  diluncurkan pemerintah  sejak  tahun  2006,  sesungguhnya  merupakan  program
yang  sangat  didambakan  oleh  para  pelaksana  pendidikan,  yaitu untuk membantu meningkatkan kualitasmutu pendidikan nasional.
Dimana menurut UU  No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 3,
dinyatakan  bahwa  Pendidikan  nasional  berfungsi  mengembangkan kemampuan  dan  membentuk  watak  serta  peradaban  bangsa  yang
bermartabat  dalam  rangka  mencerdaskan  kehidupan  bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak  mulia,  sehat,  berilmu,  cakap,  kreatif,  mandiri,  dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Program  SSN  dilaksanakan  dalam  rangka  memenuhi  Standar Nasional  Pendidikan  SNP,  seperti  yang  termuat  dalam  Peraturan
Pemerintah  Nomor  19  Tahun  2005,  Standar  Nasional  Pendidikan
SNP adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh
wilayah  hukum  Negara  Kesatuan  Republik  Indonesia.  Hal  ini  sesuai amanat  Undang-undang  Nomor  20  Tahun  2003  Pasal  35  ayat  1,
menyebutkan  bahwa  :  Standar  nasional  pendidikan  terdiri  atas
standar  isi,  proses,  kompetensi  lulusan,  tenaga  kependidikan, sarana  dan  prasarana,  pengelolaan,  pembiayaan,  dan  penilaian
pendidikan  yang  harus  ditingkatkan  secara  berencana  dan  berkala. Ayat  2  Standar  nasional  pendidikan  digunakan  sebagai  acuan
pengembangan  kurikulum,  tenaga  kependidikan,  sarana  dan prasarana, pengelolaan, dan  pembiayaan.  Ayat  3   Pengembangan
standar  nasional  pendidikan  serta  pemantauan  dan  pelaporan pencapaiannya  secara  nasional,  dilaksanakan  oleh  suatu  badan
standardisasi,  penjaminan,  dan  pengendalian  mutu  pendidikan. Ketentuan  mengenai  standar  nasional  pendidikan  sebagaimana
dimaksud  pada  ayat  1,  ayat  2,  dan  ayat   3  diatur  lebih  lanjut dalam  Peraturan  Pemerintah  Nomor  19  Tahun  2005  tentang
Standar Nasional Pendidikan SNP. Sekolah  Standar  Nasional  SSN,  adalah  sekolah  yang  sudah
atau  hampir  memenuhi  SNP,  yaitu  standar  kompetensi  lulusan, standar  isi,  standar  proses,  standar  sarana  dan  prasarana,  standar
tenaga  pendidik  dan  kependidikan,  standar  manajemen,  standar pembiayaan, dan standar penilaian. Supranowo Sunardjo, 2009: 2.
Untuk  memudahkan bagi  sekolah  maupun masyarakat  dalam memahami  bagaimana  wujud  sekolah  yang  telah  memenuhi  SNP
diperlukan  contoh  nyata  berupa  keberadaan  Sekolah  Standar Nasional. Sekolah Standar Nasional untuk jenjang SMP, diharapkan
dapat  memberikan  wujud  nyata  tentang  SMP  yang  memenuhi Standar  Nasional  Pendidikan,  dan  menjadi  acuan  atau  rujukan
sekolah  lain  dalam  pengembangan  sekolah.  Sekolah  lain  sejenis diharapkan  bercermin  dan  memperbaiki  diri  serta  menjamin
terselenggaranya  proses  pendidikan  bermakna,  menyenangkan sekaligus  mencerdaskan,  serta  terpacu  mengembangkan  diri  dan
mencapai  prestasi  dalam  berbagai  bidang  sesuai  dengan  potensi yang dimiliki oleh masing-masing sekolah.
Menurut Hamid Hasan 2009: 243, Standar dalam pengertian ini  dapat  dikatakan  sebagai  patokan  yang  digunakan  sebagai  dasar
bagi pemberian pertimbangan. Tingkat  keberhasilan  program  SSN,  sangat  tergantung  pada
apakah  secara  teoritis  program  tersebut  sesuai  dengan  situasi kondisi  sekolah  bersangkutan,  serta  apakah pelaksanaannya  sesuai
dengan  panduan  yang  ada,  dan  apakah  pengawasannya  dilakukan secara  prosedural  atau  tidak.  Untuk  program  SSN,  secara  umum
indikator  keberhasilan  secara  komprehensif  ditetapkan  pada  akhir program  3  tahunan  sesuai  dengan  kontrak,  dimana  program  ini
ada  yang  langsung  dibiayai  dan  dimonev  oleh  pemerintah  pusat, ada  juga  yang  dibiayai  dan  dimonev  oleh  pemerintah  daerah
provinsi. Sesuai kontraknya, pembiayaan dan monev dilaksanakan dalam  jangka  waktu  3  tahun,  setelah  itu  diharapkan  sekolah
bersangkutan  bisa  menjadi  SSN  mandiri,  dan  sekaligus  menjadi sekolah unggulan di daerah bersangkutan.
Menurut  buku  Panduan  SSN  2009:  9,  mengingat  sekolah memiliki  skala  prioritas  program  yang  harus  dilaksanakan  pada
setiap  tahun,  indikator  keberhasilan  tiap  tahun  akan  dilihat  dari keberhasilan program tahunan, sedangkan indikator keberhasilan 3
tahunan ditetapkan sebagai berikut. 1.
Memiliki dokumen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP secara lengkap.
2. Memiliki  perangkat  pembelajaran  yang  lengkap,  dari  silabus
sampai dengan RPP untuk kelas VII-IX semua mata pelajaran. 3.
Memiliki  bahan  ajar  berbasis  sekolah,  minimal  mata  pelajaran yang di-UN-kan.
4. Menerapkan  pembelajaran  kontekstual  untuk  kelas  VII-IX
semua mata pelajaran 5.
Rata-rata  gain  score  minimal  0,6  dari  tahun  1  sampai  tahun  3 untuk semua mata pelajaran.
6. Rata-rata pencapaian ketuntasan kompetensi minimal 75.
7. Kondisi guru 90 minimal berpendidikan S-1 pada tahun ke-3.
8. Penguasaan  kompetensi,  20  guru  bersertifikat  kompetensi
melalui uji sertifikasi.
9. Rasio  jumlah  rombel  dan  jumlah  kelas  1:1  tidak  boleh  double
shift. 10.
Jumlah siswa per rombel maksimal 32 untuk semua kelas kelas VII, VIII, dan IX.
11. Rata-rata jam mengajar guru berkisar 22-26.
12. Jumlah  laboratorium  minimal  lab.  IPA,  dan  Lab.  Multi  Media
minimal sesuai dengan standar Sarana. 13.
Memiliki  akses  telepon  pada  lab.  Multimedia,  ruang  guru  dan kepala sekolah.
14. Memiliki  ruang  kepala  sekolah,  ruang  guru,  ruang  BP,  ruang
tata  usaha,  kamar  kecil  yang  cukup  dan  memadai  sesuai dengan standar sarana.
15. Memiliki  ruang  perpustakaan  termasuk  ruang  baca  sesuai
standar sarana prasarana. 16.
Sudah  melaksanakan  secara  konsisten  aspek-aspek  dalam manajemen
berbasis sekolah
otonomikemandirian, keterbukaan, kerjasama, akuntabilitas dan sustainabilitas.
17. Memiliki  perangkat  media  pembelajaran  untuk  semua  mata
pelajaran sesuai dengan Standar Pemenuhan Minimum SPM. 18.
Sudah  melaksanakan  sistem  penilaian  yang  komprehensif ulangan  harian,  UTS,  UAS,  ulangan  kenaikan  kelas  dengan
teknik  penilaian  yang  bervariasi  sesuai  PP  19  Tahun 2005 dan Permendiknas No. 20 Th. 2007 tentang Standar Penilaian.
Apabila  semua  indikator  tersebut  dapat  tercapai  pada  tahun terakhir  tahun  ke-3,  dari  program  yang  diluncurkan  oleh
pemerintah,  maka  program  tersebut  dikatakan  berhasil,  tetapi apabila  semua  atau  sebagian  indikator  tersebut  tidak  tercapai,
sekolah  tersebut  dianggap  belum  berhasil  mencapai  target program,  karena  ketercapaian  tersebut  hanya  untuk  mencapai
Standar Pemenuhan Minimal SPM.
4.   Sekolah unggulan