Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia dilahirkan dalam keadaan membawa fitrah. Fitrah adalah agama yang lurus, maksudnya potensi untuk mengenal dan mentauhidkan Allah, cenderung kepada kebenaran, dan tidak mengalami penyimpangan. Dalam Shahih Bukhari Juz 7 Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: ناسجمي أ نارص ي أ ناد ي ا بأف ،ةرطفلا ىلع دل ي َّإ د ل م نم ام Tidaklah setiap anak yang lahir kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orangtuanyalah yang akan menjadikannya sebagai Yahudi, Nasrani, atau Majusi Lidwa Pustaka, HR. Bukhari No. 3177. Fitrah tersebut perlu dipupuk dan dikembangkan melalui proses pendidikan dan pengajaran. Terkadang anak kecil yang tumbuh berkembang ke jenjang remaja dihadapkan pada beberapa pengaruh lingkungan yang negatif dan menyebabkannya menyimpang dari fitrahnya Najati, 2008: 296. Masa adolesen adalah masa remaja dalam usia 13-21 tahun yang merupakan masa pancaroba, penuh dengan kegelisahan dan kebingungan. Pada masa ini, remaja juga mengalami permasalahan-permasalahan yang khas, seperti dorongan seksual, pekerjaan, hubungan dengan orang tua, pergaulan sosial, interaksi kebudayaan, emosi, pertumbuhan pribadi dan sosial, problem sosial, penggunaan waktu luang, keuangan, kesehatan serta agama Sururin, 2004: 65. Mengenai problem terakhir, yakni agama, pada dasarnya remaja telah membawa potensi beragama sejak dilahirkan, dan itu merupakan fitrahnya. Ide-ide, dasar-dasar dan pokok-pokok dari agama pada umumnya diterima oleh seseorang pada masa kecilnya. Apa yang diterima anak sejak kecil, akan berkembang dan tumbuh subur, apabila anak remaja dalam menganut kepercayaan tersebut tanpa ada kritikan dari dirinya sendiri. Dan apa yang tumbuh dari masa kecil itulah menjadi keyakinan yang dipegangnya melalui pengalaman-pengalaman yang dirasakannya Daradjat, dalam Sururin, 2004: 65-66. Universitas Muhammadiyah Surakarta UMS merupakan salah satu bentuk amal usaha persyarikatan Muhammadiyah yang bergerak dalam bidang pengajaran dan pendidikan. Sebelum menjadi UMS, secara kelembagaan UMS berasal dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Muhammadiyah Jakarta Cabang Surakarta yang didirikan pada tahun 1957. Pada tahun 1965 FKIP Muhammadiyah Cabang Surakarta mendapatkan ijin untuk berdiri sendiri dan menjadi dua lembaga Pendidikan Tinggi, yaitu Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan IKIP Muhammadiyah Surakarta, di bawah koordinasi Departemen Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan dan Institut Agama Islam Muhammadiyah IAIM di bawah koordinasi Departemen Agama. Selanjutnya, pada tahun 1979, Drs. H. Mohamad Djazman, Rektor IKIP Muhammadiyah Surakarta saat itu, memprakarsai berdirinya Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan menggabungkan IKIP Muhammadiyah Surakarta dan IAIM Surakarta. Prakarsa tersebut kemudian terwujud berdasarkan turunnya Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 0330O1981 tanggal 24 Oktober 1981 tentang berubahnya status IKIP Muhammadiyah Surakarta menjadi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Sejalan dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat, UMS membuka beberapa fakultas di samping membuka beberapa jurusan baru, salah satunya adalah Fakultas Farmasi. Fakultas Farmasi ini didirikan pada tanggal 15 Maret 1999 berdasarkan SK No. 54DIKTIKep1999. Pendirian fakultas ini dilandasi oleh adanya tuntutan pelayanan pengobatan yang berkualitas, dengan harapan akan mampu meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat, baik secara formal maupun non formal di masa mendatang. Sebagai Perguruan Tinggi Muhamadiyah yang bertekad menjadikan “Wacana Keilmuan dan KeIslaman” sebagai filosofi penyelenggaraan dan pengembangan institusi Pendidikan Tinggi, UMS tentu harus memberi sentuhan pada sisi keagamaan. Sebagaimana visi UMS yaitu menjadi kiblat pengembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Sain IPTEKS yang Islami dan memberi arah perubahan. Namun demikian, tampak tidak mudah mengimplementasikan wacana ke-Islaman dalam keseharian mahasiswa sehingga menjadi suatu landasan tata nilai dalam kehidupan di kampus maupun di luar kampus. Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat implementasi nilai ke-Islaman dalam keseharian mahasiswa. Di antara faktor tersebut adalah tingkat pemahaman mahasiswa terhadap nilai-nilai Islam, latar belakang keluarga mahasiswa, lingkungan tempat tinggal atau bergaul mahasiswa, dan sebagainya. Upaya-upaya tersebut harus diwujudkan dalam rangka menghantarkan para mahasiswa untuk menjadi sarjana-sarjana muslim yang sarat dengan nilai-nilai ke-Islaman dalam setiap gerak, sikap dan tutur kata sehingga akan terlahir generasi pemimpin bangsa baru yang memiliki sifat-sifat mulia yang berdasar pada nilai-nilai Islam http:lpid.ums.ac.id?page_id=30919:353-1- 2012. Salah satu upaya yang dilakukan UMS agar tidak sekedar menjadi wacana, tetapi benar-benar dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari- hari, yaitu melalui lembaga intern yang berada di bawah naungannya dan bertindak langsung sebagai penanggung jawab untuk menginternalisasi nilai- nilai ke-Islaman pada mahasiswa dalam kaitannya dengan aspek kehidupan budaya politik, ekonomi, pendidikan, aktualisasi Al-Islam dan Kemuhammadiyahan AIK, penghayatan keagamaan di kalangan civitas akademika UMS, ialah Lembaga Pengembangan Ilmu-ilmu Dasar LPID UMS, 20112012: 13. Di bawah lembaga tersebut, mahasiswa baru mendapatkan materi AIK dengan program pendidikan yang disebut Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan. Mentoring AIK dilakukan dengan metode ḫ alaqah- ḫ alaqah kelompok-kelompok yang berlangsung selama satu tahun dan wajib bagi Mahasiswa UMS untuk mengikutinya setiap hari sabtu pukul 06.30-09.00 WIB Shobahiya dan Afianto, 2008: 3. Mentoring AIK pada awalnya merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan tingkat kualitas ibadah mahdah mahasiswa UMS melalui Departemen Pembinaan dan Pengembangan AIK DP2AK. Kemudian dilanjutkan oleh Lembaga Studi Islam LSI sejak tahun 19841985 dengan mengadakan program asistensi Al- Islam. Namun demikian, program tersebut dianggap belum efektif, maka mulai tahun akademik 20012002, program asistensi tersebut diganti dengan Program Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan PM_AIK yang dikembangkan oleh Kepala Seksi KASI PM_AIK di bawah tanggungjawab LPID Shobahiya dan Afianto, 2008: iii. Mentoring AIK tersebut diwajibkan bagi seluruh mahasiswa baru UMS di seluruh fakultas. Namun pada penelitian ini, penulis berinisiatif untuk melakukan penelitian di Fakultas Farmasi saja. Hal ini disebabkan input mahasiswa baru yang studi di Fakultas Farmasi berlatar belakang dari lulusan sekolah-sekolah umum, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta Sekolah Menengah Umum . Selain itu, ditinjau dari segi akademik, untuk mata kuliah yang berbasis agama Islam dan Kemuhammadiyahan dinilai minim. Ini terbukti dari kurikulum yang ada di Fakultas Farmasi tersebut. Di samping itu, sebagaimana diketahui bahwa dalam bidang farmasi pada umumnya sering ditemukan atau diungkap tentang pembuatan obat- obatan yang menggunakan bahan-bahan yang tidak halal. Oleh karena itu, keberadaan mentoring AIK dalam rangka memberikan pengetahuan tentang nilai-nilai keIslam dan Kemuhammadiyahan dengan prinsip-prinsip Al- Qur’an dan sunnah sangat dibutuhkan bagi mahasiswa Fakultas Farmasi. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang: Pengaruh Pendidikan Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan terhadap Tingkat Keberagamaan Mahasiswa Studi Kasus Mahasiswa Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta Tahun Akademik 20102011. B. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahpahaman pengertian dalam memahami penelitian yang berjudul “Pengaruh Pendidikan Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan Terhadap Tingkat Keberagamaan Mahasiswa Studi Kasus Mahasiswa Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta Tahun akademik 20102011 ”, maka penulis perlu memberikan penegasan terhadap istilah yang digunakan dalam judul tersebut: 1. Pengaruh Pengaruh adalah “daya yang ada dan timbul dari sesuatu orang atau benda yang ikut membantu watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang ” Departemen Pendidikan Nasional, 2005: 846. Pengaruh yang dimaksud di sini adalah pengaruh pendidikan Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan terhadap tingkat keberagamaan mahasiswa Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta tahun akademik 20102011. 2. Pendidikan Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan Pendidikan adalah “bimbingan atau pimpinan yang dilakukan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama ” Marimba, dalam Tafsir, 2008: 24. Sedangkan Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan AIK ini merupakan salah satu strategi pembinaan ke-Islaman bagi mahasiswa yang dilakukan melalui ḫ alaqah- ḫ alaqah kelompok-kelompok secara terencana, terarah, dan bertanggung jawab untuk mengembangkan potensi dan fitrah keagamaan Mahasiswa UMS, sebagai tanggung jawab moral dan komitmen untuk mewujudkan kampus yang berwacana ke-Ilmuan dan ke-Islaman Shobahiya dan Afianto, 2008: 3. Berdasarkan uraian di atas, maka yang dimaksud dengan pendidikan Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan adalah bimbingan atau pembinaan ke-Islaman yang dilakukan secara sadar untuk mengembangkan potensi dan fitrah keagamaan bagi mahasiswa UMS. 3. Tingkat Keberagamaan Tingkat keberagamaan merupakan pengukuran terhadap tinggi rendahnya intensitas keimanan dan keagamaan seseorang yang diukur dengan menggunakan konsep lima dimensi keberagamaan, yaitu sejauh mana penerimaan terhadap dogma ajaran agamanya dimensi idiologis , pelaksanaan ritual dimensi ritualistik , perasaan keberagamaan dimensi eksper e nsial , dimensi intelektual dan dimensi konsekuensial dapat luruh di dalam pribadi seseorang itu, sehingga dari konsep tersebut dapat diketahui bagaimana tingkat keberagamaan seseorang Glock dan Stark dalam Rakhmat, 2003: 43. Dari berbagai definisi yang telah dipaparkan di atas, maka yang dimaksud dengan Pengaruh Pendidikan Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan terhadap Tingkat Keberagamaan Mahasiswa adalah mengukur tinggi rendahnya intensitas keimanan dan keagamaan mahasiswa Farmasi serta ada atau tidak adanya pengaruh pendidikan Mentoring AIK yang diterapkan terhadap tingkat keberagamaan bagi mahasiswa Fakultas Farmasi UMS.

C. Rumusan Masalah