Perbandingan Keragaan (Performance) Industri Manisan Pala Menurut Skala Usaha di Desa Dramaga, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

PERBANDINGAN KERAGAAN ( PERFORMANCE ) INDUSTRI
MANISAN PALA MENURUT SKALA USAHA Dl DESA
DRANIAGA. KEGAMATAN DWAMAGA, KABUPATEN
BOGOR, JAWA BARAT

Oleh

SONNY LlSTON PANGARIBUAN
A 22.0220

JURUSAN

ILMU

-

I L M U S O S I A L EKONOMI P E R T A N l A N

F A K U L T A S PERTANIAN
INSTITUT P E R T A N I A N EOFOR


1992

SONNY LISTON PANGARIBUAN. Perbandingan Keragaan (Per-

fonnance) Industri Manisan Pala Menurut Skala Usaha di Desa Dramaga, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Dibawah bimbingan MANGARA TAMBUNAN).
Industri manisan pala merupakan salah satu agroindustri yang mengolah hasil
pertanian sebagai bahan baku @uah pala masak) yang berlokasi di pedesaan (idustxialisasi pedesaan).
Untuk m e l h a k a n industrialisasi pedesaan, perlu diiakukan pernilihan skala usaha agroindustri yang sesuai untuk dikembangkan dengan membandingkan
ketiga skda usaha (rumahtangga, kecil, dan sedang dan besar) dalam hal keragaan
(efisiensi dan produktivitas) sehingga dapat diestimasi skala usaha yang mempunyai
potensi terbaik untuk diiembangkan.
Tujuan praktek lapangan adalah untuk melihat dan mengetahui secara langsung keadaan industri manisan pala, rnenganalisis dan membandingkan keragaan
(efisiensi dan produktivitas) industri manisan pala menurut skala usaha, dan menganalisis dan mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan
industri manisan pala di Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor.
Kegunaan praktek lapangan adalah memberikan informasi mengenai keragaan (efisiensi dan produktivitas) masiog-masing skala usaha dan kendala-kendala
yang dihadapi dalam pengembangan industri manisan pala, sebagai pertimbangan dalam pengembangan industri manisan pala bagi pihak-pihak yang berkepentingan, dan
sebagai keterangan awal atau pembandiig bagi penelitian-penelitian lain yang berhubungan dengan industri manisan pala.

Hipotesa yang diuji adalah : semakin besar skala usaha industri manisan pala
maka semakin tinggi keragaan atau pegomwlce (R-C rufio, efisiensi ekonomi, upah

rata-rata, produktivitas tenaga kerja dan modal tetap, dan intensitas faktor produksi),

clan skala usaha industri manisan pala yang mempunyai potensi terbaik untuk dikembangkan di Kabupaten Daerah Tigkat 11 Bogor adalah skala usaha sedang dan besai.
Responden yang dipilih sebagai contoh dengan metode sensus adalah 38
pengusaha industri manisan pala yang terdii dari 10 pengusaha industri rumahtangga, 24 pengusaha industri kecil, dan empat pengusaha industri sedang d m besar.
Industri manisan pala merupakan jenis sentra industri yang berdasarkan jumlah pekerja dikelompokkan menjadi skala usaha rumahtangga dengan tiga orang
pekerja, kecil dengan tujuh orang pekerja, dan sedang dan besar dengan 25 orang
pekerja.
R-C ratio industri manisan pala yang paling besar dirnililri skala usaha kecil,
kemudian berturut-turut adalah skala usaha sedang dan besar, dan ymg paling ren-

dah adalah skala usaha rumahtangga.
Semakin besar skala usaha industri manisan pala maka semakin rendah pemi-

likan efisiensi ekonomi dan intensitas faktor produksi.
Semakin besar skala usaha maka semakin tinggi pemilikan produktivitas dan

upah rata-rata tenaga kerja, dan produktivitas modal tetap.
Skala usaha industri manisan pala yang mempunyai potensi terbaik untuk dikembangkan di Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor tergantung pada tujuan yang
ingin dicapai, yaitu skala usaha rumahtangga untuk meningkatkan nilai tambah, kecil

untuk meningkatkan pendapatan, dan sedang dan besar untuk meningkatkan penyerapan dan produktivitas tenaga kerja.

Kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan industri manisan pala

adalah kemampuan manajemen dan penguasaan modal yang rendah, dan perbedaan
tujuan antara p e m e ~ t a hsetempat dengan pengusaha.
Melihat masing-masing skala usaha mempunyai potensi pengembangan terba-

ik, maka pengembangan industri manisan pala di Kabupaten Daerab Tingkat II Bogor disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai.
Dibutuhkan peningkatan peranan koperasi sebagai lemhaga pemerintah yang
terdapat di desa, terutarna dalam penyediaan gula dan pemasaran produk (menggantikan peranan pdagang perantara).

Agar tujuan pemerintah setempat dan pengusaha dapat sejalan, maka diperlu-

kan penyampaian informasi yang lebih baik dan lebih jelas dari pihak pemerintah
setempat kepada para pengusaha industri manisan pala.

a

PERBANDINGAN KERAGAAN (PERFORMWC INDUSTRI

MANEAN PALA MENURUT SKALA USAHA I DESA
DRAMAGA, KECAMATAN DRAMAGA, KABUPATEN
BOGOR, JAWA BARAT

Oleh :
SONNY LISTON PANGARIBUAN
A 22.0220

SKRIPSI
Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar

SARJANA PERTANXAN
PADA

JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKUETAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

1992


PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SRIPSI
IN1 BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG
BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH
PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, 30 Se tember 1992

9

sonny ~ i s g o nPangaribuan
NRP. A 22.0220

JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Judul

Skripsi :


PERBANDINGAN KERAGAAN (PERFORHAI?CE) INDUSTRI MAHISAN PALA MENURUT SKALA USAHA
DI DESA DRAMAGA, KECAMATAN D m G A , KABUPATEH BOGOR, JAWA BARAT

Nama Mahasiswa :

Sonny Liston Pangaribuan

N R P

:

A 22.0220

Program Studi

:

Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya

DITERIMA SEBAGAI SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR

SARJANA PERTANIAN

Bogor, 30 September 1992

Xengetahui :

Menyetujui :
Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Mangara Tambunan
NIP.

130 345 010

Penulis dilahirkan di Perdagangan, Kabupateu Simalunyn, Sumatera
Utara pada tanggal 10 Maret 1967 dari Ayah Jones S. Pangaribuan dan Ihu

Anna Th. Hutapea.
Pada tahun 1979, lulus dari Sekolah Dasar Yayasan Pendidikan Kristen


"WUAYA" Jakarta, tahun 1982 lulus dari Sekolah Menengah Pertama Yayasan
Pendidikan Kristen "WIJAYAn Jakarta, dan tahun 1985 lulus dari Sekolah
Menengah Atas Negeri 32 Jakarta.
Diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 1985 melalui Seleksi
Penenmaan Mahasiswa Baru (Sipenmaru), tahun 1987 memili Program Studi
Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi
Pertanian, Fakultas Pertanian, dan tahun 1992 dinyatakan lulus pada sidang
ujian tanggal 30 September 1992.

Dalam rangka perencanaan dan pembuatan skripsi ini,
penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini menyampaikan ucapan
terima kasih pang tidak terhingga kepada :
1.

Bapak Dr. Ir. Wangara Tambunan, selaku dosen pembimbing dan penguji.

2.

Ibu Dr. Ir. Sri Utami Kuntjoro dan Bapak Ir. Hermanto

Siregar, M. Xc.,

3.

selaku dosen penguji.

Prof. Dr. Ir. Rudolf sinaga dan Bapak Ir. T. Hanafiah, M. D.

4.

Kepala Pemerintahan Kecamatan dan Desa Dramaga.

5.

Orang tua dan adik-adik.

6.

Inang Hutadjulu, Tante Erika, Kak Tiur, Ida, Edu, dan


wi.
7.

staf pengajar dan pegawai, dan rekan-rekan di Jurusan
Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian.

8.

Para sahabat.
Bogor, 30 September 1992

I

Sonny Liston Pangaribuan
NRP.

A

22.0220


KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa karena berkat Kasih dan
Penyertaanhlya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul :

"PERBANDINGAN =RAGAAN

(PERFORMANCE) INDUSTRI

MANISAN PALA MENURUT SKALA USAEL4 DI DESA DRAMAGA,

KECAMATAN DRAMAGA, KABWATEN BOGOR, JAWA BARAT"
ini, yang merupakan syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Perta-

nian pada Jurusan Dmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogoc
Penulii menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
sehiigga kritik dan saran yang mernbangun sangat diharapan dari berbagai
pihak guna perbaikan pada turban-tulin lebii lanjut.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bogor, 30 September 1992

sonny

s is ton

NRP.

A 22.0220

Pangaribuan

Halaman

....................................
DAFTAR GAMBAR ...................................
PFNDAWLUAN .....................................
Latar Belakang ..............................
Perumusan Hasalah ..........................
Tujuan dan Kegunaan Praktek Lapangan .......
KERANGKA PEEIIKIRAN ..............................
Sektor Industri dalam Konsep Industrialisasi
Pedesaan ..............................

DAPTAR TABEL

Keragaan (Performance) Agroindustri

........

.............................
Intensitas Faktor Produksi .................
Produk dan Penerimaan .......................

Biaya Produksi

Pendapatan dan Hilai Tambah

................

Kendala-kendala yang Dihadapi dalam
bangan Agroindustri

Pengem...................
Hipotesa ...................................
METODE PRAKTEK LAPANGAN .........................
Waktu dan Lokasi Praktek Lapangan ..........
Penarikan Contoh

...........................

...........................
..............................

Pengumpulan Data
Analisis Data

Penqujian Hipotesa dan ~enarikan Kesimpulan

ix
xii

viii
GAHBARAN UMUM

...........
..................

L O W 1 PRAKTEK LAPANGAN

Keadaan Umum Desa Dramaga
Keadaan Alam

..........................

......................
Keadaan Pertanian .....................
Keadaan Industri Hanisan Pala .........
Keadaan Responden (Pengusaha Industri Uanisan Pala) ..............................
Identitas Responden ...................
Keadaan Penduduk

...
KASIL DAN PEWBAEASAN ............................
Jenis dan Skala Usaha ......................
Produk dan ~enerimaan ......................
Biaya Produksi .............................
~endapatan.danHilai Tambah ................
Proses dan Pamasaran Hasil Produksi

Keragaan (Performance) Industri Uanisan Pala
Diha...........
.............................

Potensi Pengembangan dan Kendala yang
dapi Industri Uanisan Pala
KESIMPULAH DAN SARAN

.................................
saran ......................................
DAFTAR PUSTAKA ..................................
Kesimpulan

26
26
26
26
29
30

Halaman
Jumlah Unit Usaha dan Tenaga Kerja yang
Terserap pada Sektor Industri di Kabupaten
Daerah Tingkat I1 Bogor

...................

Sumbangan Industri Pengolahan menurut Skala
Usaha terhadap Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) Kabupaten Daerah Tingkat I1
Bogor Tahun 1984-1989 Atas Dasar Harga Berlaku

......................................

Hatiks

Potensi

Pengembangan Agroindustri

Jumlah Penduduk Desa Dramaga
dan Jenis Kelamin

Menurut Umur
.........................

Jumlah Penduduk Desa Dramaga
Pencaharian

menurut

Mata

...............................
Jumlah Penduduk Desa Dramaga menurut Tingkat Pendidikan ............................
Luas dan Hasil Pemanfaatan Areal
di Desa dranaga

Pertanian
...........................
Tempat Tinggal Respondan menurut
Skala
Usaha .....................................
Penerimaan Industri Manisan Pala menurut
Skala Usaha ...............................
Biaya Variabel Industri Manisan Pala menurut Skala Usaha ...........................
Biaya Angkut Industri Manisan Pala menurut
Skala Usaha ...............................
Jumlah Tenaga Kerja Industri Manisan Pala
menurut Skala Usaha .......................
Struktur Biaya Tenaga Kerja Industri Manisan Pala menurut Skala Usaha ......;........
Biaya Langsung Industri Manisan Pala
rut Skala Usaha

menu-

...........................

15.
16.
17.
18.
19.

1.
2.

eta^

Nilai Modal
Industri Manisan Pala menurut Skala Usaha

.........................
Biaya Produksi Industri Manisan Pala menurut Skala Usaha ...........................
Pendapatan dan Nilai Tambah Industri Manisan Pala menurut Skala Usaha ...............
Keragaan (Performance) Industri Manisan Pala menurut Skala Usaha ....................
Matriks Potensi Pengembangan Industri Manisan Pala ................................
Data Identitas
tangga

Responden Industri Rumah....................................
Data Identitas Responden Industri Sedang
dan Besar .................................

...

3.

Data Identitas Responden Industri Kecil

4.

Data Keadaan Responden Industri Rumahtangga

5.

Data Keadaan Responden Industri
Besar

6.
7.
8.
9.
lo.
11.

Sedang dan
.....................................
Data Xeadaan Responden Industri Xecil .....
Data Biaya Langsung Responden Industri Rumahtangga .................................
Data Biaya Langsung Responden Industri Bedang dan Besar ............................
Data Biaya
Langsung Responden ~ndustri
Xecil ......................................
Data Nilai Modal Tetap Responden Industri
Rumahtangga ...............................
Data Nilai Modal Tetap Responden Industri
Sedang dan Besar ..........................

12.

13.
1

15.
16.

Data Nilai nodal Tetap
Kecil

Responden Industri
.....................................
Data Penerimaan Responden 1ndustr.i Rumahtangga ....................................
Data Penerimaan Responden Industri Sedang
dan Besar .................................
Data Penerimaan Responden Industri Kecil ..
Contoh Perhitungan ........................

Momor

Teks

1.

Skema Hasil Olahan Bagian Buah Pala

2.

Xurva Isoquant Pemakaian Hodal
Xerja

.......

dan Tenaga
.....................................

LaroDil-an
1.

Peta Desa Dramaga ................'.......-•

Latar Belakang
Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) mengamanatkan
bahwa untuk mencapai struktur ekonomi yang seimbang dalam
meletakkan Landasan pembangunan ekonomi yang kuat menjelang era tinggal landas (pada Pelita VI) dimana terdapat
kemampuan dan kekuatan sektor industri yang maju didukung
kekuatan dan kemampuan pertanian yang tangguh, pada Pelita V prioritas dititikberatkan pada :
a.

sektor pertanian untuk memantapkan swasembada pangan
dan meningkatkan produksi pertanian .l,ain,
dan

b.

sektor industri, khususnya industri yang menghasilkan
komoditi ekspor, industri yang banyak menyerap tenaga
kerja, industri pengolahan hasil pertanian, dan industri yang dapat menghasilkan roesin-mesin industri.
Pada Pelita V sektor industri berkembang secara man-

tap dan tumbuh dengan lebih dari 12 persen dan peningkatan
produksi sektor pertanian sebesar 2.8 persen
Jumlah
juta

penduduk

.

~ndonesiaterus meninqkat yaitu 90

orang (tahun 1961), 119 juta orang (tahun 1971) , 147

juta orang (tahun 1980) , dan 179 juta orang (tahun 1990)
Hal

ini

juga menunjukkan pertambahan

.

angkatan kerja.

l)Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia

di depan Sidang Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, 16 Agustus 1991.

Menurut urutan dunia, dengan jumlah penduduk
juta

orang

sebesar

179

(tahun 1990) dan laju pertumbuhan 1.97 persen

per tahun (tahun 1980-1990), Indonesia menempati urutan
kelima setelah Cina, India, Rusia, dan Amerika Serikat
(Biro Pusat Statistik, 1991).
Bertolak dari kenyataan bahwa industri dan penduduk
negara berkembang di Asia (Indonesia, India, Malaysia, dan
.Philipha) terkonsentrasi di pedesaan dan pertanian (Tambunan, 1992), maka industri yang perlu dikembangkan adalah
yang berlokasi di pedesaan (industrialisasi pedesaan).
Pengembangan industrialisasi pedesaan akan mendorong
perluasan dan pemerataan kesempatan kerja, peningkatan nilai ekspor dan nilai tambah, dan penyerapan tenaga kerja,
sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat pedesaan dan petani (Direktorat Jenderal Industri
Kecil, 1989).
Menurut Cabang Dinas Perindustrian Kabupaten Daerah
Tingkat I1 Bogor, tahun 1991 di Kabupaten Daerah Tingkat
I1 Bogor terdapat 6 372 unit usaha industri yang terkelom-

pok ke dalam lima kategori utama, yaitu :

industri pa-

ngan, sandang dan kulit, bahan bangunan, kerajinan umum,
dan industri logam, yang mampu menyerap 16 257 orang

.

tenaga kerja (Tabel 1)

Salah satu industri pangan (pengolahan hasil pertanian) adalah industri manisan pala yang memiliki kegiatan
mengolah

buah

pala (Myristica sp.)

sebagai

bahan

baku

untuk menghasilkan produk-produk seperti yang disajikan
pada Gambar 1.
Tabel 1

Jumlah Unit Usaha dan Tenaga Kerja yang
Terserap pada Sektor Industri di Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor
J

No.

1.
2.
3.

4.
5.

Kategori

Industri
Industri
Industri
Industri
Industri
T

m

l

a

h

Unit Usaha

Tenaga Kerja

buah

orang

1 335
1 025
712
2 300
1 000

2
4
2
4
1

pangan
sandang dan kulit
bahan bangunan
kerajinan umum
logam

o

u

jenis industri

t

a

l

6 372

805
072
846
709
825

16 257

Sumber : diolah dari hasil data sentra industri
Kabupaten Bogor tahun 1991.
Cabang
Dinas Perindustrian Kabupaten Daerah
:~ingkatI1 Bogor (1992).
Diolah i a d i

..........
industri
.....
industri
............
industri
............
industri
i( .............. i n d u s t r i
chutney .......... i n d u e t r i

maniean
fruit salade
simp
'elli
em

. Daging buah

.Biji

tI

Puli

D a ~ a tmembanaun

1-

Tempurung

makanan
makanan
makanan
makanan
makanan
makanan

...... ii nn dd uu es tt rr ii
.......
.....;... i n d u e t r i

makanan
pakan
makanan
i n d u e t r i kosmetik

minyak f u l i
bungkilnya
oleoresin
mentega f u l i

.....
..................... i n d u s t r i
minyak p a l a ..... i n d u s t r i
...... i n d u s t r i
o l e o r e s i n ....... i n d u e t r i
....

menteaa ~ a l a

makanan
makban
makanan
i n d u s t r i koemetik

Sumber : Rismunandar (1990).
Gambar 1

Skema Hasil Olahan Bagian Buah Pala

Perurnusan Masalah
Agar sektor pertanian dan industri secara berkesinambungan dapat mendorong perluasan dan pemerataan kesempatan
kerja, peningkatan nilai tambah, dan penyerapan tenaga
kerja

sehingga meningkatkan pendapatan dan taraf hidup

masyarakat
1989), maka

pedesaan

(Direktorat Jenderal Industri Kecil,

diversifikasi perekonomian dalam bentuk agro-

industri yang mendukung industrialisasi pedesaan merupakan
keharusan untuk dilaksanakan (Simatupang, 1990).
Industri kecil dan rumahtangga memberikan sumbangan
terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten
Daerah Tingkat I1 Bogor pada

industri pengolahan yang le-

bih kecil daripada industri sedang dan besar (Tabel 2).
Hal

ini berhFungan

dengan efisiensi dan produktivitas.

Oleh sebab itu,.perlu penelaahan dengan membandingkan keragaan (efisiensi dan produktivitas) skala usaha rumahtangga, kecil, dan

sedang

dan

besar

tersebut dan meng-

identifikasi keqdala-kendala yang dihadapi, sehingqa dapat
diestimasi skala usaha yang berpotensi untuk dikembangkan.

Tuiuan dan Keeunaan Praktek La~anean
Tujuan praktek lapangan ini terbagi menjadi tujuan

umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum adalah untuk melihat dan mengetahui secara langsung keadaan industri manisan pala.

Tabel 2

Sumbangan Industri Pengolahan menurut
Skala Usaha terhadap Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Daerah
Tingkat I1 Bogor Tahun 1984-1989 Atas
Dasar Harga Berlaku
Skala Usaha Industri Pengolahan

Tahun
Sedang

dan

Besar

............... juta

Keoil dan Rumah Tangga
rupiah

...............

Keterangan :

-

angka di dalam kurung )
pelsen laju pertumbuhan

menunjukkan

*) angka sementara

Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daarah
(Bappeda) Kabupaten Daerah Tingkat I1
Bogor (1990)

.

Tujuan khusus adalah :

a.

menganalisis dan

membandingkan keragaan (efisiensi

dan produktivitas) industri manisan pala menurut skala
usaha, dan
b.

menganalisis dan mengidentifikasi kendala-kendala yang
dihadapi dalam pengembangan industri manisan pala di
Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor.

Kegunaan praktek lapangan ini adalah :
a.

memberikan informasi mengenai keragaan (efisiensi dan
produktivitas) masing-maeing ekala usaha dan kendalakendala yang dihadapi dalam pongembangan industri manisan pala,

b.

sebagai pertimbangan dalam pengembangan industri manisan pala bagi pihak-pihak yang berkepentingan, dan

c.

sebagai keterangan awal dan atau pembanding bagi penelitian-penelitian lain yang berhubungan dengan industri manisan pala.

~ektorIndustri dalam Konseo IndustrialisasiPedesaan
Berdasarkan jumlah pekerja, skala usaha sektor industri dikategorikan menjadi tiga kelompok (Biro Pusat Statistik, 1991), yaitu :
a.

industri rumahtangga dengan 1-4 orang pekerja,

b.

industri kecil dengan 5-19 orang pekerja, dan

c.

industri sedang dan besar dengan lebih dari atau sama
dengan 20 orang pekerja.
Menurut kenyataan bahwa sebagian besar penduduk Indo-

nesia tinggal di pedesaan maka pengembangan ketiga kategori sektor industri tersebut tidak terlepas dari konsep industrialisasi pedesaan yang berdasarkan kerangka pemikiran
Kuswartojo (1989), Mandagi (19891, Tambunan (1989),

dan

White (1989), didefinisikan sebagai alat untuk mencapai
pembangunan pedesaan yang diselenggarakan dengan teknik,
cara, dan pola kerja pedesaan untuk

menggerakkan pertum-

buhan ekonomi, meningkatkan daya serap tenaga kerja, dan
mengurangi jumlah penduduk miskin di pedesaan dengan mengembangkan aktivitas-aktivitas ekonomi yang produktif dalam kelompok-kelompok ativitas basis (pertanian, pertambangan, konstruksi (bangunan), listrik dan air minum,
transportasi dan komunikasi, pemerintah dan keamanan, dan
jasa) dan non-basis (industri manufaktur, perdagangan,
hotel dan restoran, bank

dan lembaga keuangan lain, clan

housing dan dwellings) yang saling berkaitan secara dinamis dan berkesinambungan.
Faktor penentu lokasi sangat penting dalam pengembangan industrialisasi pedesaan yang berbeda untuk setiap
daerah yang dicirikan menurut jumlah dan etnik penduduk,
sumberdaya alam, budaya, tingkat pendidikan, sifat perekonomian, dan prasarana yang dimiliki (Tambunan, 1989).
Berdasarkan perbedaan-perbedaan tersebut, dengan memakai kerangka pemikiran Saleh (1986) dan White (1989),

.

dapat dibagi beberapa jenis industri yang dikembangkan untuk industrialisasi pedesaan, yaitu
a.

industri lokal, yaitu

:

jenis industri yang tergantung

pada pasar yang terbatas dan lokasi yang tersebar dengan skala usaha kecil dan rumahtangga, dan mempergunakan sebagian besar tenaga kerja keluarga dan sarana
transportasi sederhana,
b.

industri mandiri, yaitu kelompok industri kecil dan
rumahtangga yang sudah mampu mengadopsi teknologi semi
modern,

c.

sentra industri, yaitu jenis industri yang dari segi
satuan usaha mempunyai skala kecil tetapi membentuk
suatu pengelompokan yang terdiri

dari

kumpulan unit

usaha untuk menghasilkan barang sejenis,
d.

industri yang mengandalkan pasaran lokal, yait.u jenis
industri yang ditentukan ketereediaan pasaran lokal
untuk produk-produk yang dihasilkan,

e.

industri yang berdasarkan sumberdaya baku lokal, yaitu

jenis industri yang ditentukan ketersediaan bahan

baku, dan
f.

industri yang mengandalkan tenaga kerja angkatan kerja terampil dan semi terampil dengan upah murah.
Keraeaan (Performance) Aproindustri
Ukuran keragaan (performance) agroindustri terdiri

dari : R-C ratio, efisiensi ekonomi, upah rata-rata dan
produktivitas tenaga kerja, produktivitas modal tetap, dan
intensitas faktor produksi 2).
Semakin besar skala usaha, maka semakin tinggi R-C
ratio, efisiensi ekonomi, upah rata-rata dan produktivitas
tenaga kerja, produktivitas modal tetap, dan intensitas
faktor produks{

(Rahardjo, 1986).

Untuk memperoleh ukuran keragaan tersebut, diperlukan
infonuasi mengenai biaya produksi, produk dan penerimaan,
jumlah tenaga kerja, dan pendapatan dan nilai tambah.

Biaya produksi didefinisikan sebagai akibat yang
dikenakan dalam mengorganisir dan menyelenggarakan proses
produksi (Doll dan Orazem, 1984), ynng digolongkan menjadi

2 ) ~ .Tambunan

dan Ekawati S . Wahyuni.
1992.
Beberapa Konsepsi Keragaan (Performance) Industri. Sebuah Ringkasan. Hal. 5.

biaya langsung (biaya variabel, biaya angkut, dan biaya
tenaga kerja) dan biaya tidak langsung atau nilai modal
tetap (tanah, bangunan, alat-alat dan mesin-mesin) (Doll
dan Orazem, 1984, Hernanto, 1989, dan Voerman, 1989).
Biaya variabel adalah biaya yang berubah bila

produk

yang dihasilkan berubah, tergantung pada jumlah dan harga
masing-masing input variabel yang dipergunakan dalam proses produksi, dan terdiri dari biaya pembelian bahan baku
(bahan pokok dalam proses produksi) dan penolong (bukan
bahan pokok tetapi diperlukan dalam proses produksi) (Doll
dan Orazem, 1984, dan Voerman, 1989).
Biaya angkut adalah biaya yang dikeluarkan pengusaha
dalam penggunaan sarana transportasi pada pengiriman produk dari daerah penghasil ke pemakai (Voerman, 1989).
Biaya tenaga kerja adalah upah dan gaji yang dibayarkan pengusaha kepada para pekerja, baik yang berasal dari
dalam maupun luar keluarga (Doll dan Orazem, 1984, dan
Voerman, 1989).
Tenaga kerja (man-power) adalah penduduk usia kerja
(di Indonesia berumur lebih dari 10 tahun) yang dapat
memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap
tenaga kerja mereka dan berpartisipasi dalam aktivitas
tersebut (Biro Pusat Statistik, 1991).
Tenaga kerja diukur dengan Hari Orang Kerja (HOK),
yaitu lama orang bekerja dalam satu hari (Soekartawi,
Soeharjo, Dillon, dan

Hardaker, 1986) yang terdiri dari :

a.

Hari ~ e r j aPria (HKP), yaitu lama pria dewasa (berumur
lebih dari atau sama dengan 17 tahun) bekerja dalam
satu hari, dengan konversi terhadap HOK adalah :
1 HKP = 1.0 HOK,

b.

Hari Kerja Wanita (HKW), yaitu lama wanita dewasa
(berumur lebih dari atau sama dengan 17 tahun) bekerja
dalam satu hari, dengan konversi terhadap HOK adalah :

1 HKW = 0.8 HOK, dan
c.

Hari Kerja Anak (HKA), yaitu lama anak-anak pria dan
wanita (berumur 10-16 tahun) bekerja dalam satu hari,
dengan konversi terhadap HOK adalah :
HOK

1 HKA = 0.5

.

Tenaga kerja sebagai faktor produksi (Soekartawi, et
dl, 1986) mempunyai ciri khusus yaitu tidak dapat hilang

atau berkurang'jika dipakai, bahkan bernilai semakin ting-

gi jika semakin sering dipakai' (Irawan dan Suparmoko,
1988), dan bertujuan untuk mendapatkan balas jasa berupa

upah atau gaji sebagai harga tenaga kerja tersebut sehingga penawaran tenaga kerja tergantung pada tinggi rendah
tingkat upah dan gaji (semakin tinggi upah dan gaji maka
semakin tinggi jumlah penawaran tenaga kerja) (Saleh,
1986, dan Irawan dan Suparmoko, 1988).

Dilihat dari sudut nilai, upah dibedakan antara upah
nominal (berupa uang), upah tetapan, dan upah real (kemampuan upah nominal untuk membeli barang dan jasa) ; dan
dilihat dari cara pengupahan, dikelompokkan ke dalam

tiga

golongan, yaitu menurut waktu (per jam, per hari, per
minggu, dan per bulan) , upah borongan (per satuan kegiatan), dan upah premi (berdasarkan perbandingan tertentu,
misal persentase bagi hasil) (Hidayati, 1992).
Di Indonesia, upah rata-rata tenaga kerja sub sektor
industri pengolahan makanan, minuman, dan tembakau adalah
Rp 3 672/HKP dan Rp 1 621/HKW, dan industri pengolahan di
Jawa Barat Rp 2 976/Hl@ dan Rp 2 217/HKW (Biro Pusat Statistik, 1991).

Intensitas Faktor Produksi 3,
Untuk mengetahui bagaimana sifat perusahaan dalam pemakaian faktor produksi, dipergunakan ukuran intensitas
faktor produksi, yaitu perbandinqan relatif faktor produksi yang dipergdnakan dalam proses produksi yang diukur dengan kemiringan garis melalui pusat sumbu pada kurva isoquant (kombinasi faktor produksi yang dapat dipilih untuk

menghasilkan produk yang sama).

Kondisi optimal adalah

titik perpotongan antara garis isoquant dan i s o c o s t .
Jika faktor produksi yang dipergunakan adalah modal
(C)

dan tenaga kerja (L) maka intensitas faktor produksi

adalah rasio antara

penggunaan modal dan tenaga kerja

yang secara grafis disajikan pada Gambar 2.

3)~. Tambunan dan Ekawati S. Wahyuni.

Hal 3-4.

Op cit.

Capital

C2

0

1

Labour

L a

Keterangan :
Ic : garis isocost
Iq : garis isoquant
Gambar 2 Kurva Isoquant Pemakaian Modal dan Tenaga Kerja
Dari Gambar 2 tersebut terlihat bahwa
a.

:

Proses produksi A1 lebih intensif modal (padat modal)
karena pemakaian modal (C1) relatif lebih besar dibandingkan tenaga kerja (L1), dan

b.

Proses produksi A2 lebih intensif tenaga kerja (padat
karya) karena pemakaian tenaga kerja (L2) relatif lebih besar dibandingkan modal (C2).

Produk dan Penerimaan
Produk adalah barang dan jasa yang dihasilkan proses
produksi dalam suatu perode tertentu dengan mengalokasikan
semua faktor produksi yang dimiliki.

Tidak,semua produk

mempengaruhi penerimaan perusahaan.

Penerimaan perusahaan

berasal dari produk yang dijual (Doll dan Orazem, 1984).
Hubungan antar produk dapat berupa produk yang bersaing (jika jumlah produk Pang satu bertambah maka jumlah
produk yang lain akan berkurang), produk komplemen (jika
jumlah produk yang satu ditambah maka jumlah produk yang
lain juga bertambah) , produk suplemen

( jika

jumlah produk

yang satu bertambah tidak mengakibatkan perubahan jumlah
produk yang lain), produk bersama (jika produk-produk diproduksi secara serentak dalam serangkaian proses produksi
atau proses gabungan) (Bishop dan Toussaint, 1964, dan
Doll dan Orazem, 1984), produk sampingan (produk-produk
yang secara relatif bernilai lebih rendah yang diproduksi
bersama produk lain yang secara relatif bernilai lebih
tinggi) dan kolproduk (produk-produk yang diproduksi pada
saat yang sama tetapi tidak dari opera'si pengolahan yang
sama atau tidak berasal dari bahan baku yang sama) (Voerman, 1989).
Berdasarkan sifat penggunaan, produk-produk dibagi
menjadi produk antara (produk suatu perusahaan digunakan
sebagai input pada proses produksi perusahaan lain) dan
produk akhir (produk yang langsung dapat dikonsumsi) (Doll
dan Orazem, 1984).

Penda~atandan Nilai Tambah
Dalam melaksanakan proses produksi, tujuan yang ingin
dicapai suatu perusahaan berbeda dengan perusahaan lain.
Secara umum,

tujuan-tujuan tersebut meliputi

kepuasan;

penjualan, dan pendapatan maksimum (Boulding, 1955, Bishop
dan

Toussaint, 1964, dan Doll dan Orazem, 1984).
Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dan

biaya produksi, dan nilai tambah atau value added merupakan selisih antara penerimaan dan biaya produksi diluar
biaya tenaga kerja (Simatupang, Pasandaran,

Kasryno, dan

Zulham, 1990).
Pada pendapatan, terdapat tiga keadaan yang ditemui
(Doll dan Orazem, 1984 dan Voerman, 1989), yaitu :
a.

jika nilai produk-produk yang dijual lebih besar daripada biaya groduksi, disebut untung atau laba (pro-

fit), dan perusahaan terua berproduksi,
b.

jika nilai produk-produk yang dijual sama dengan biaya
produksi , disebut impas (zero profit) , perusahaan dapat t e n s berproduksi atau tutup, dan

c.

jika nilai produk-produk yang dijual lebih kecil daripada biaya produksi, disebut rugi (losses), dan perusahaan disarankan untuk tutup.

Kendala-kendala vane Dihadapi dalam
Pengemhanean Agroindustri
Tujuan industrialisasi pedesaan (termasuk agroindustri) adalah meningkatkan kesempatan kerja, produktivitas
pekerja (tenaga kerja), nilai tambah, dan pendapatan (Direktorat Jenderal Industri Kecil, 1989, White, 1989, dan
Sumodiningrat dan Kuncoro, 1990), sehingga skala usaha
agroindustri yang berpotensi untuk dikembangkan adalah
yang memenuhi tujuan-tujuan tersebut.
Menurut Rahardjo (1986), semakin besar skala usaha
maka semakin tinggi kemampuan menyerap tenaga kerja, semakin tinggi dalam menghasilkan nilai tambah dan pendapatan,
dan pemilikan produktivitas tenaga kerja.
Kendala-kendala yang dihadapi dalam,.,lingkup
manajemen
dalam

eng gem bang an

sektor industri menurut Raharjo (1986)

terdiri dari :
a.

dari segi penawaran, masalah utama adalah pengelolaan
produksi, dan

b.

dari segi permintaan, masalah utama adalah pemasaran.
Kedua segi tersebut dapat dibagi menjadi dua lingkup

permasalahan, yaitu lingkup internal (permasalahan yang
mampu dipecahkan pengusaha), dan eksternal (permasalahan
yang disebabkan faktor luar yang tidak dapat diatasi atau
dipecahkan pengusaha).
Yang termasuk permasalahan internal dalam pengelolaan
produksi (dari segi penawaran) adalah masalah mutu

tenaga

kerja, teknik produksi, pengelolaan keuangan, pembukuan
dan administrasi, pengembangan dan penciptaan disain
atau model-model
pemilihan

baru, pembagian kerja diantara pekerja,

bahan baku dan produk yang dihasilkan dalam

berbagai kombinasi, memelihara dan memperbaiki barang-barang investasi, penggunaan barang investasi baru, pengaturan tataruang kerja, menentukan harga dan menekan ongkos
produksi, dan mengatur persediaan dalam musim-musim yang
berganti, dan pemasaran (dari segi permintaan) adalah teknik dan sarana pemasaran, disain produk, penentuan harga,
dan standar produk.

Yang termasuk permasalahan eksternal

dalam pengelolaan produksi (dari segi penawaran) adalah
ketersediaan bahan

baku, perkembangan teknologi, jumlah

dan komposisi angkatan kerja, dan perkreditan, dan pemasaran (dari segi permintaan) adalah luas pasar, selera
Ironsumen, persaingan antar pengusaha, persaingan dengan
industri yang lebih besar, dominasi pedagang perantara,
sistem tataniaga, peraturan pemerintah, peraturan negara
lain, dan peraturan industri pemakai.

i

Kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan
agroindustri adalah kemampuan manajemen (pengadaan bahan
baku dan penolong, pengelolaan perusahaan, dan pemasaran
produk) (Voerman, 1989), pehggunaan teknologi tradisional,
Clan penguasaan modal yang rendah (Daniarti, 1990).

Hipotesa yang akan diuji adalah
a.

:

Semakin besar skala usaha industri manisan pala maka
semakin tinggi keragaan atau performance (R-C ratio,
efisiensi ekonomi, upah rata-rata, produktivitas tenaga kerja dan modal tetap, dan intensitas faktor produksi), dan

b.

Skala usaha industri manisan pala yang mempunyai potensi terbaik untuk dikembangkan di Kabupaten Daerah
Tingkat I1 Bogor adalah skala usaha sedang dan besar.

METODE PRAKTEK LAPANGAN
Waktu dan Z,nkasi Prnktek La~anean
Praktek lapangan dilaksanakan tanggal 15 Juli 1992
sampai tanggal 3

gustu us 1992 di Desa Dramaga, Kecamatan

Dramaga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat.
Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive
technical sampling) berdasarkan pertimbangan bahwa industri manisan pala terbesar di Kabupaten Bogor adalah di Desa Dramaga yaitu 4 5 unit usaha (menurut Kantor Kecamatan
Dramaga) dibandingkan 88 unit usaha di Kabupaten Bogor
(menurut Cabang Dinas Perindustrian Kabupaten Bogor).

Penarikan Contoh
Dari 45 u+t

usaha industri manisan pala tersebut, 38

unit usaha kontinu berproduksi sepanjang tahun dan tujuh
unit usaha bersifat musiman yang hanya berproduksi pada
saat liburan dan hari raya.
Dari 38 unit usaha yang kontinu berproduksi sepanjang
tahun tersebut, semua dijadikan responden (metode sensus)
yang terbagi menurut skala usaha , yaitu

10

unit usaha

skala usaha rumahtangga, 24 unit usaha skala usaha kecil,
dan empat unit usaha skala usaha sedang dan besar.

Pengunladan Data

. ;.

Data-data yang dikumpulkan dalam praktek lapangan ini
adalah data-data primer dan sekunder.

Data-data primer

diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden
mempergunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah dipersiapkan dan pengamatan langsung terhadap responden.
Data-data sekunder diperoleh dari instansi terkait seperti

Cabang Dinas Perindustrian Kabupaten Bogor, kantor

Kecamatan Dramaga, kantor Desa Dramaga, dan kantor Statistik Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor.

Analisis Data
Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif dengan mqmpergunakan tabulasi.
Analisis kuantitatif diperqunakan untuk menqhitung
biaya langsung, biaya variabel, nilai penyusutan, penerimaan (nilai produk-produk yang dijual) , pendapatan, nilai
tambah, dan keragaan (performance) masing-masing skala
usaha industri manisan pala.

Kemudian dari hasil perhi-

tungan (analisis kuantitatif) dilakukan analisis kualitatif dengan mempergunakan tabulasi.
Biaya langsung terdiri dari biaya variabel, biaya
angkut, dan biaya tenaga kerja (upah dan gaji) (Doll dan

-

Orazem, 1984, Hernanto, 1989, dan Voerman, 1989) yang secara sederhana dituliskan :

dimana :
DC
TVC
!R4rabC
'I'wL

biaya
biaya
: biaya
: biaya
:
:

langsung (Rp),
variabel total (Rp),
angkut total (Rp), dan
tenaga kerja total (Rp).

.

,

Secara sederhana, biaya variabel dituliskan :
TVC

=

TCxrm

+

dimana :
TVC
TCxrm
TCxhm

biaya variabel total (Rp),
nilai bersih bahan baku (Rp),
biaya pembelian bahan penolong
total (Rp),
jumlah bahan baku yang dipergunakan (satuan unit),
harga bahan baku yang dipergunakan
(Rp per satuan unit),
jumlah masing-masing bahan penolong yang dipergunakan (satuan
unit),
harga masing-masing bahan penolong
yang dipergunakan (Rp per satuan
unit), dan
jenis-jenis bahan penolong yang
dipergunakan, j = 1, 2, 3 , ..., m.

Tanah dan bangunan dinilai berdasarkan nilai sewa
yang berlaku.

Peralatan dan mesin-mesin dinil~iber-

dasarkan nilai penyusutan (Doll dan Orazem, 1984), menggunakan metode garis lurus (stright line method) dengan
asumsi bahwa peralatan dan mesin-mesin tidak dapat dipergunakan

setelah melampaui umur ekonomis.

Dalam ha1

ini,

rumus yang dipergunakan untuk menghitung penyusutan
adalah :

dimana :
D

nilai penyusutan (Rp per satuan waktu) r
Pt : harga beli (Rp),
Pa : harga akhir (Rp), dan
T : umur ekonomis peralatan dan mesinmesin (satuan waktu)
:

.

Penerimaan atau nilai produk yang dijual tergantung
pada jumlah dan harga masing-masing produk yang dijual
(Doll dan Orazem, 1984.). Secara matematis, penerimaan
dituliskan :

dimana

:

nilai produk-produk yang dijual
atau penerimaan (Rp),
ysi : jumlah masing-masing produk yang
dijual (satuan unit) ,
harga
masing-masing produk yang
Pysi :
dijual (Rp per satuan unit), dan
i : jenis-jenis produk yang dijual,
i = 1, 2, 3, ..., n.
"YS

:

Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dengan
- biaya produksi yang secara sederhana dihitung dengan per-

samaan :

dimana :
:
:

pendapatan (Rp),
n i l a i produk-produk yang d i j u a l a t a u
penerimaan (Rp), dan
: biaya produksi (Rp)
,....

I

'YS

.

PC

N i l a i tambah ( v a l u e added) merupakan s e l i s i h a n t a r a
penerirnaan dan biaya produksi d i l u a r biaya tenaga k e r j a ,
yang d i h i t u n g dengan persamaan :

VA = Vy8- (PC - TWL)
dimana :
: n i l a i tambah (Rp) ,
: n i l a i produk-produk yang d i j u a l a t a u
Vys
penerimaan ( ~ p,)
PC
: biaya produksi (Rp), dan
TWL : biaya tenaga k e r j a (Rp).
VA

Keragaan iperformance) yang diukur 'adalah :
Penerimaan

(Rp)

R-C r a t i o =

Biaya

produksi (Rp)
N i l a i Tambah (Rp)
x 100

E f i s i e n e i Ekonomi ( % ) =

%

Biaya Produkei ( R p )
Biaya Tenaga Kerja (Rp)
Upah Rata-rata (Rp per HOK) =
Jumlah Tenaga Kerja (HOK)
Nilai

Tambah (Rp)

Produktivitas Tenaqa Kerja (Rp per HOK) =
Jumlah Tenaga Kerja (HOK)
Nilai

Tambah (Rp)

Produktivitas Modal Tetap =
N i l a i Modal Tetap (Rp)

N i l a i Modal Tetap

(Rp)

I n t e n s i t a s Faktor Produksi (Rp per HOK) =
Jumlah Tenaga Kerja (HOK)

Skala usaha agroindustri yang mempunyai potensi terbaik untuk dikembangkan adalah memiliki kemampuan dalam
penyerapan tenaga kerja yang paling tinggi (paling rendah
dalam pemilikan intensitas fakor produksi), dan menghasilkan nilai tambah, pendapatan, dan produktivitas tenaga
kerja yang paling tinggi, yang dianalisis berdasarkan matriks potensi pengembangan agroindustri (Tabel 3 ) .
Tabel 3

Matriks Potensi Pengembangan Agroindustri
S k a l a

No.

K r i t e r i a

Rumahtangga
n-10

Kecil
n=24

I.

N i l a i Tambah (Xp/Kg)

a

b

2.

Pendapatan (Rp/Kg)

d

e

3.

Jumlah Tenaga Kerja (HOK)

9

h

4.

I n t e n s i t a s Paktor Produksi
(RP/HOK)

j

k

P r o d u k t i v i t a s Tenaga
K e rja

m

n

5.

--

U s a h a

-

Sedang dan Besar
n=4

-

Keterangan :
a, b, c,
kriteria

..., o adalah nilai masing-masing

Pen~uiianHipotesa dan Penarikan Kesimuulan
Pengujian hipotesa dan penarikan kesimpulan berdasarkan hasil analisa kuantitatif dan kualitatif tersebut.
Hipotesa pertama, yaitu :

semakin besar skala usaha

industri manisan pala maka semakin tinggi keragaan atau
performance (R-C ratio, efisiensi ekonomi, upah rata-rata,
produktivitas tenaga kerja dan modal tetap, dan intensitas
faktor produksi) , diuji dengan menganalisis dan membandingkan keragaan (performance) masing-masing skala usaha
industri manisan pala.
Hipotesa kedua, yaitu : skala usaha industri manisan
pala yang mempunyai potensi terbaik untuk dikembangkan di
Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor adalah skala usaha sedang dan besar,, diuji dengan mempergunakan matriks potensi
pengembangan.

.

Dari hasil dan pembahasan, dan pengujian hipotesa,
ditarik kesimpulan.

GAMBARAN UMlUM LOKASI PRAK'IXK LAPANGAN
&eadaan Umum Desa Dramaeq

Desa Dramaga meliputi 3 dusun, 6 RW, dan 22 RT, mempunyai luas 120.50 Ha dengan topografi dataran yang terdiri dari sawah dan ladang (67.40 Ha), perumahan dan pekarangan (46.50 Ha) , kuburan (3.00 Ha) , empang (2.00 Ha) ,
industri (1.50 Ha), dan tanah wakaf (0.10 Ha), dengan batas-batas wilayah sebelah Timur dengan Desa Margajaya dan
Ciherang, sebelah Selatan dan Barat dengan Desa Sinarsari,
dan sebelah Utara dengan Desa Babakan.
Letak Desa Dramaga dari pusat-pusat kota adalah ibukota Kabupaten Bogor (Cibinong) :
dya Bogor (~ogor):
(Bandung) :

30 Km,

ibukota Kotama-

8 Km, ibukota Psopinsi Jawa Barat

128 Km, dan ibukota negara Republik Indone-

sia (Jakarta) : 60 Km.

Jumlah penduduk Desa Dramaga adalah 8 243 orang

(1 535 Kepala Keluarga) yang terdiri dari 4 177 orang
(50.67 persen) laki-laki dan 4 066 orang (49.33 persen)
perempuan (Tabel 4) dengan rasio seks 102.73.

Jika diban-

dingkan luas wilayah, kepadatan penduduk adalah 68 orang/
Ha.

Tabel 4

Jumlah Penduduk Desa Dramaga menurut
Umur dan Jenis Kelamin
-

U m u r

Laki-laki

-

Perempuan

tahun

..................

Total

4 177
(50.67 %)

orang

-

J u m l a h

..................

4 066
(49.33 %)

8 243
(100.00 %)

Sumber : Potensi Desa Dramaga (1991).
Penduduk angkatan kerja (berumur 10-54 tahun) sebe..
sar 5 361 orang atau 65.04 persen dari jumlah penduduk,
dan penduduk yang memiliki pekerjaan adalah 1 461 orang
atau 27.25 persen dari angkatan kerja.
Dari 1 461 orang yang bekerja, 28.47 persen bekerja
sebagai karyawan (pegawai negeri sipil, pegawai negeri

ABRI, dan swasta), 20.67 persen bekerja sebagai buruh,
15.95 persen bekerja di sektor industri, 12.80 persen bekerja di sektor pertanian, 11.90 pers.en pedagang, 4.59
persen bekerja di bidang jasa dan angkutan, 3.08 persen
bekerja di bidang pertukangan, 2.40 persen pensiunan, dan

Tabel 5

Nomor

Jumlah Penduduk Desa Dramaga
Mata Pencaharian

Mata Pencaharian

menurut

Tenaga Kerja

Persen

orang
Karyawan :
a. pegawai negeri sipil
b. pegawai negeri ABRI
c. swasta
Buruh

Industri
Pertanian
Pedagang
Jasa dan angkutan
Pertukangan
Pensiunan
~emulurig
J

u

m

l

a

h

1 461

100.00

Sumber : Potensi Desa Dramaga (1991).
Dari seluruh penduduk Desa Dramaga, 5 079 orang
(61.62 persen) mendapat pendidikan, 1 164 orang

(14.12

persen) belum mendapat pendidikan, dan 2 000 orang (24.26
persen) tidak mendapat pendidikan (Potensi Desa Dramaga,
1991).
Dari 5 079 orang yang mendapat pendidikan, 39.95 persen tidak tamat SD atau sederajat, 35.93 persen tamat

SD

atau sederajat, 18.00 persen tamat SMP atau sederajat,
5.63 persen tamat SMA atau sederajat, ddn 0.49 persen ta-

mat Akademi atau Universitas (Tabel 6).
Tabel 6 Jumlah Penduduk Desa Dramaga menurut
Tingkat Pendidikan
Tingkat
---

Tidak
Tamat
Tamat
Tamat
Tamat

Pendidikan

-

J u m l a h

.. orang ..

tamat SD atau sederajat.
SD atau sederajat
SMP atau sederajat
SMA atau sederajat
Akademiatau Universitas

2 029
1 825
914

T

5 079

o

Persen

t

a

l

286
25

100.00

Sumber : Potensi Desa Dramaga (1991).

Keadaan Pertanlap
Areal pertanian di Desa Dramaga dimanfaatkan untuk
menanam empat jenis tanaman, yaitu padi dan palawija

yang

terdiri dari padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat,
kacang tanah, dan kedelai, sayur-sayuran yang terdiri dari
tomat, kacang panjang, buncis, lombok, dan ketimun, buahbuahan yang terdiri dari pisang dan papaya, clan perkebunan
yang terdiri dari kelapa dan cengkeh.

Luas dan hasil pe-

manfaatan areal pertanian di Desa Dramaga, disajikan pada
Tabel 7.
Keadaan pertanian tersebut didukung oleh ketersediaan
irigasi

setengah

teknis yang mampu mengairi areal seluas

Tabel 7 Luas dan Hasil Pemanfaatan Areal Pertanian di Desa Dramaga
No.

1.

2.

Pemanfaatan

Padi dan palawija :
a. padi
b. jagung
c. ketela pohon
d. ketela rambat
e. kacang tanah
f. kedelai
Sayur-sayuran :
a. tomat
b. kacang panjang
c. buncis
d. lombok
e. ketimun

3.

Buah-buahan :
a. pisang
b. pepaya

4.

Perkebunan :
a. kelapa
b. cengkeh

L

u

a

s

H

a

s

i

l

hektar

ton/musim panen

61.50
2.00
3.00
2.00
1.00
1-00

602.70
1.60
45.00
10.00
0.80
1.50

0.20
1.00
0.30
0.15
2.00

0.50
0.50

2.00
0.25

Sumber : .Potensi Desa Dramaga (1991).
35.00 Ha, irigasi sederhana yang mampu mengairi areal se-

luas 28.00 Ha, dan irigasi tadah hujan yang mampu mengairi
areal seluas 3.00 Ha.

Keadaan Indnstri Mnnisnn P&
Desa Dramaga merupakan penghasil manisan pala terbesar di Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor dimana terdapat
45

unit usaha

(pengusaha)

(menurut Kantor

Kecamatan

Dramaga) dibandingkan 88 unit usaha yang terdapat di Kabupaten Daerah ~ingkatI1 Bogor (Cabang Dinas Perindustrian
Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor).
Pengusaha manisan pala di Desa Dramaga sudah ada
sejak jaman Belanda yang membuat manisan pala hanya pada
waktu tertentu (menjelang hari raya dan ada hajatan) (menurut keterangan Cabang Dinas Perindustrian Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor).
Menurut beberapa keterangan yang diperoleh di Desa
Dramaga, industri manisan pala mulai dikomersialkan pada
tahun 1962 oleh Ibu Iyar dan Bapak Rojak, dimana bahan
baku dibeli di Pasar Anyar yang berasal dari Desa Ciapus,
Taman Sari, dan Ciawi, dan pemasaran hasil dilakukan dengan mendatangi rumah-rumah penduduk.
pemasaran mula; memasuki toko

.

Sekitar tahun 1965,

Akan tetapi, karena pemi-

lik toko masih ragu terhadap permintaan manisan pala tersebut, pemasaran dilakukan dengan sistem 'titip jual'.
Beberapa tahun kemudian, karena melihat prospek pemasaran
yang baik (permintaan terus meningkat) , maka pembayaran
mulai dilakukan secara kontan.

Keberhasilan kedua pengu-

saha tersebut menyebabkan perkembangan industri manisan di
Desa Dramaga cukup pesat, hingga tahun 1991 mencapai 45
pengusaha (unit usaha).
Buah pala (sebagai bahan baku) berasal dan tumbuh di
lereng Gunung Salak yang berbuah sepanjang tahun tanpa mengenal musim.

Hal ini mendukung ketersediann bahiin

baku

industri manisan pala sehingga para pengusaha dapat mempertahankan profesi tersebut, bahkan menjadi mata pencaharian sebagian penduduk Desa Dramaga.
Melihat perkembangan jumlah unit usaha dan penyerapan
tenaga kerja industri manisan pala tersebut, Cabang Dinas
Perindustrian Kabupaten Daerah Tingkat 11 Bogor, pada tahun 1984 memperkenalkan produk ini kepada pemerintah dengan mengikutsertakan pengusaha pada pameran di berbagai
tempat, dan pada tahun 1986 melakukan pembinaan berupa
pendidikan dan latihan teknik produksi.

Keadaan Responden (Penpusaha Industri Manisan Pala)
Identitas Resaonden
Tempat tipggal responden terpusat di sekitar Pasar
Dramaga (terletak di 11TlO/RW03), yaitu': RT06/RW02 satu
orang pengusaha, RT07/RW03 sembilan orang pengusaha,
RT09/RW03 satu orang pengusaha, RT10/RW03 16 orang pengusaha), RT11/RW04 lima orang pengusaha, RT12/RW04 dua
orang pengusaha, dan RT13/RW04 tiga orang pengusaha
(Tabel 8).
Usaha industri manisan pala merupakan mata pencaharian pokok 31 orang pengusaha (81.58 persen) dan pakerjaan
sampingan untuk menambah penghasilan bagi tujuh orang
pengusaha (18.42 persen) dengan beban tanggungan bervaria-

si antara dua sampai delapan orang.

Tabel 8 Tempat Tinggal Responden menurut Skala
Usaha
RT / RW
Skala

Uaaha

n
06/02 07/03 09/03 10/03 11/04 12/04 13/04

Rumah Tangga

-1

Sedang dan B e s a r

10
24
4

-

5
1

J

38

1

9

Kecil
u

m

l

a

h

3

-

4
12

1

2
2

2

1

-

1

16

5

3

-

Tingkat pendidikan responden adalah delapan orang
pengusaha (21.05 persen) tidak bersekolah, 24 orang pengusaha (63.16 persen) SD atau sederajat, lima orang pengusaha (13.16 persen) S M P atau sederajat, dan satu orang pengusaha (2.63 persen) SMA atau sederajat.
Dari seluruh responden, hanya 15 orang pengusaha
(39.47 persen) yang menjadi anggota (anggota biasa) koperasi dan empat orang pengusaha (10.53 persen) yang berpartisipasi dalam pemerintahan desa.

Proses dan Pemasaran Hasil Produksi
Buah pala yang sudah masak setelah dicuci dalam gentong, dikupas dengan menggunakan pisau baja, kemudian direndam dalam larutan garam 1.50 persen selama satu malam
agar daging buah pala menjadi lunak sehingga dapat dipisahkan dari biji dan cempra.
Pada saat pemisahan dari biji dan cempra, daging
buah pala disayat dan dibentuk sesuai dengan keinginan
(misal : bentuk mawar) dengan menggunakan pisau baja.

Daging buah yang sudah dibentuk digunakan untuk membuat manisan pala kering dan basah (produk akhir), sedangkan biji dan cempra dikumpulkan untuk dijual ke produsen
lain yang sudah mampu mengolah biji pala dan cempra (produk antara)

.

Untuk membuat manisan pala kering, mula-mula daging
buah pala yang sudah dibentuk direndam dalam larutan natrium bisulfit 0.035 persen dalam gentong selama 1 0 menit
sambil diaduk (pada saat mengaduk dipergunakan snrung tangan), kemudian dibilas dengan air bersih dalam bak cuci
untuk menghilangkan bau sulfit (juga mempergunakan sarung
tangan), lalu ditiriskan dengan mepergunakan tanggok.
Setelah bersih, dimasukkan ke dalam gentong yang berisi
larutan gula, diaduk hingga rata, dan direndam selama satu
malam agar cJula meresap.
Setelah direndam satu malam dalam larutan gula, daging buah pala tersebut dijemur di atas tanggok yang sudah
ditadah nampan untuk menampung air gula.

Setelah agak ke-

ring, dilumuri sepuhan yang telah diencerkan (jika menginginkan manisan berwarna) , ditaburi gula , kemudian dijemur kembali hinqga daging buah jenuh gula dan dilapisi
kristal-kristal gula.

Jika tidak ada sinar matahari, pe-

ngeringan dilakukan dengan menempatkan daging buah yang
sudah ditaburi gula pada ebeg, kemudian dimasukkan ke dalam

oven

dan dibakar selama 1-2 hari.

Setelah

kering,

manisan pala kering, dibungkus plastik berdasarkan berat
yang diinginkan pengusaha, dan siap dipasarkan.
Untuk membuat manisan pala basah, daging buah yang
sudah kering direndam dalam larutan gula 6 5 persen selama
satu malam, ditiriskan, kemudian direndam lagi dalam larutan gula 6 5 persen selama satu malam hingga menjadi manisan pala basah.

Setelah menjadi manisan pala basah, di-

bungkus