Sistem Jaringan Jalan ASPEK JARINGAN JALAN

II-20

2.3 ASPEK JARINGAN JALAN

Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang jalan Bab III pasal 6 dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang jalan Bab II pasal 5, sesuai dengan peruntukannya jalan terdiri dari Jalan Umum dan Jalan Khusus. Untuk jalan umum dikelompokkan menurut sistem, fungsi, status dan kelas, sedangkan jalan khusus bukan diperuntukkan bagi lalu lintas umum dalam rangka distribusi barang dan jasa yang dibutuhkan, dan ketentuan-ketentuan tentang jalan khusus diatur dalam peraturan pemerintah.

2.3.1 Sistem Jaringan Jalan

Jalan mempunyai suatu sistem jaringan jalan yang mengikat dan menghubungkan pusat – pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam suatu hubungan hirarki. Dalam hal ini peranan pelayanan distribusi barang dan jasa, jaringan jalan diklasifikasikan dalam 2 dua sistem, yaitu :

1. Sistem Jaringan Jalan Primer

Sistem jaringan jalan primer adalah sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah tingkat nasional dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat – pusat kegiatan kota. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang jalan Bab II pasal 7, sistem jaringan jalan primer disusun berdasarkan rencana tata ruang dan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan sebagai berikut : a. Menghubungkan secara menerus pusat kegiatan nasional, pusat kegiatan wilayah, pusat kegiatan lokal sampai ke pusat kegiatan lingkungan. b. Menghubungkan antar pusat kegiatan nasional. II-21 Rencana tata ruang meliputi seluruh tata ruang nasional, propinsi, kabupatenkota, yaitu : a. PKN Pusat Kegiatan Nasional Kota yang mempunyai potensi sebagai gerbang ke kawasan-kawasan internasional dan mempunyai potensi untuk mendorong potensi daerah sekitarnya, serta sebagai pusat jasa, pusat pengolahan, simpul transportasi melayani beberapa provinsi dan nasional, dengan kriteria penentuan : kota yang mempunyai potensi mendorong daerah sekitarnya, pusat jasa-jasa pelayanan keuanganbank yang cakupan pelayanannya berskala nasionalbeberapa propinsi, pusat pengolahanpengumpul barang secara nasionalbeberapa propinsi, simpul transportasi secara nasionalbeberapa propinsi, jasa pemerintahan untuk nasionalbeberapa propinsi, jasa publik yang lain untuk nasionalbeberapa propinsi. PP RI No. 471997 b. PKW Pusat Kegiatan Wilayah Kota sebagai pusat jasa, pusat pengolahan dan simpul transportasi yang melayani beberapa kabupaten, dengan kriteria penentuan : pusat jasa pelayanan keuanganbank yang melayani beberapa kabupaten, pusat pengolahanpengumpul barang yang melayani beberapa kabupaten, simpul transportasi untuk beberapa kabupaten, pusat pelayanan jasa yang lain untuk beberapa kabupaten. PP RI No. 471997 c. PKL Pusat Kegiatan Lokal Kota sebagai pusat jasa, pusat pengolahan dan simpul transportasi yang mempunyai pelayanan satu kabupaten atau beberapa kecamatan, dengan kriteria penentuan : pusat jasa keuanganbank yang melayani satu kabupaten atau beberapa kecamatan, pusat pengolahanpengumpul barang untuk beberapa kecamatan, jasa pemerintahan untuk beberapa kecamatan, bersifat khusus dalam arti mendorong perkembangan sektor strategis. PP RI No.471997 d. PK di bawah PKL Pusat Kegiatan Lingkungan Kota yang berperan melayani sebagian dari satuan wilayah pengembangannya, dengan kemampuan pelayanan jasa yang lebih rendah II-22 dari pusat kegiatan lokal dan terikat jangkauan serta orientasi yang mengikuti prinsip-prinsip di atas. PP RI No. 471997 PKN, PKW, PKL, PK di bawah PKL, adalah kawasan-kawasan perkotaan yang masing-masing mempunyai jangkauan pelayanan berskala nasional, wilayah, dan lokal.

2. Sistem Jaringan Jalan Sekunder

Sistem jaringan jalan sekunder adalah sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang jalan Bab II pasal 8, sistem jaringan jalan sekunder disusun berdasarkan rencana tata ruang wilayah kabupatenkota dan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan yang menghubungkan secara menerus kawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga, dan seterusnya sampai ke persil. Sistem jaringan jalan primer dan sekunder disajikan pada Gambar 2.6 dan Gambar 2.7. II-23 Gambar 2.6 Sistem Jaringan Jalan Primer Sumber : Bina Marga, 2004 II-24 Gambar 2.7 Sistem Jaringan Jalan Sekunder Sumber : Bina Marga, 2004

2.3.2 Pengelompokan Jalan Menurut FungsiPeranan