Analisa biaya dan kelayakan usaha jasa perontokan padi di Kabupaten Daerah Tingkat II Padang Pariaman, Sumatera Barat

ANALISA BIAYA DAN KELAYAKAN
USAHA JASA PERONTOKAN PAD1 DI KABUPATEN
DAERAH TINGKAT I1 PADANG PARIAMAN,

SUMATERA BARAT

oleh :
ZULFALDI

F 26.0127

1995

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

Zulfaldi. F. 260127. Analisa Biaya dan Kelayakad Usaba Jasa
Perontokan Padi di Kabupaten Daerab Tingkat I1 Padang Pariaman,
Sumatera Barat. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Setyo Pertiwi, MAgr.


RINGKASAN
Kebutuhan pangan nasional

yang cenderung meningkat perlu

dibarengi dengan usaha-usaha peningkatan ~roduksipangan.

Salah satu

usaha yang dilakukan adalah meningkatkan h a i l pertanian. Peningkatan
hasil pertanian meliputi

peningkatan kuantitas, mengurangi kehilangan

hasil, dan peningkatan kualitas produksi.

Khusus untuk tanaman padl

terus digalakkan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan dan
melestarikan swasembada beras yang telah dicapai pada tahun 1984.

Kabupaten Padang Pariaman sebagai salah satu Kabupaten di
Propinsi Sumatera Barat dalam peningkatan hasil tanaman padi menghadapi
masalah masih tingginya susut yang tejadi pada tahapan pasca panen,
terjadnya pergeseran tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri
dan jasa, dan ketersediaan alat dan mesin pertanian pasca panen dengan
skala yang sesuai dan efisien baik teknis, maupun ekonomis.
Dari pennasalahan di atas perlu dilakukan analisa mengenai
kelayakan usaha jasa perontokan padi.

Tujuan penelitian ini adalah

mempelajari performansi tekxus dan ekonomi mesin perontok pa&,
membuat analisa kelayakan usaha jasa pelayanan, dan mempelajari prospek
pengembangan usaha jasa pelayanan tersebut.
Performansi teknis yang dldapat dari percobaan lapangan adalah
nilai susut tercecer maksimum 3 %, minimum 1 %, dan rata-rata 1.6 %.

Kapasitas perontokan alat maksimum 900 kgljam, minimum 600 kg /jam,
dan rata-rata 800 kgljam. Pemakaian bahan bakar maksimum 2.2 Idjam,
minimum 1.7 ldjam, dan rata-rata 2.1 lt/jam.

Berdasarkan data tekms dan hasil survey CLI lapangan diperoleh biaya
pokok perontokan 9.2

-

14.5 (Rplkg) dan upah perontokan dalam bentuk

natura 6-7 % dari hasil perontokan. Titik impas usaha jasa perontokan padi
12.1

-

29.2 (hari kerjaltahun). Biaya pokok perontokan dan titik impas

tergantung dari kapasitas perontokan dan pemakaian bahan bakar. Biaya
pengelolaan (management fee) ditetapkan 5 % dari biaya pokok perontokan.
Dari hasil analisa kelayakan finansial maka usaha jasa perontokan
padi adalah lay&

karena dari kapasitas perontokan minimum dan


pemakaian bahan bakar maksimum menghasilkan nilai NPV, B/C, dan IRR
masing-masing 207302.08, 1.16, dan 29.98 %.

Dari hasil analisa

sensitivitas diketahui bahwa pada pemakaian bahan bakar maksimum
kelayakan usaha jasa perontokan padi paling sensitif terhadap berbagai
perubahan seperti penurunan harga gabah, kenaikan harga bahan bakar, dan
kenaikan upah operator. Pada analisa sensitivitas penurunan harga gabah
7.5 % dari harga standar, kapasitas perontokan 600 kg/jam dan pemakaian
bahan bakar 2.2 liter/jam menjadikan usaha jasa perontokan padi tidak
layak secara finansial.

Hal ini terlihat dari nilai NPV, B/C, d m IRR

masing-masing -99822.92, 0.92, dan 15.07 %. Analisa sensitivitas terhadap
kenaikan harga bahan bakar 30 % dari harga sekarang, kapasitas perontokan
600 kg/jam dan pemakaian bahan bakar 2.2 liter/jam, juga menjadikan
usaha jasa perontokan padi tidak layak. Hal ini terlihat dari nilai NPV,


BIC, dan IRR masing-masing -1 5142.36, 0.99 dan 19.3 %. Lebih lanjut
analisa sensitivitas terhadap kenaikan upah operator sebesar 22.5 % dari
harga sekarang, kapasitas perontokan 600 kgljam dan pemakaian bahan
bakar 2.2 literljam juga menjadikan usaha jasa perontokan padi tidak layak.
Hal ini terlihat dari nilai NPV, BIC, dan IRR masing-masing -20197.92,
0.98, dan 18.93 %.
Salah satu pengusaha yang berhasil mengelola usaha jasa perontokan
pa& adalah pengusaha penggilingan pa&.

Sebab upah perontokan

umumnya diterima dalam bentuk natura, maka ketika harga gabah jatuh
pendapatan usaha jasa perontokan dari pengusaha penggilingan padi tidak
berkurang karena mereka tidak menjual gabah tapi akan mengolah gabah
tersebut menjadi beras. Pengusaha penggilingan padi dapat menjadi salah
satu pionir dalam pengembangan usaha jasa alat dan mesin pertanian,
terutama usaha jasa pelayanan perontokan pad.

ANALISA BIAYA DAN KELAYAKAN USAHA JASA

PERONTOKAN PAD1 DI KABUPATEN DAERAH TINGKAT
I1 PADANG PARIAMAN, SUMATERA BARAT

oleh :
ZULFALDI
F 26.0127

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untukmemperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada Jurusan Mekanisasi Pertanian
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

1995
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
LNSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR


ANALISA BIAYA DAN KELAYAKAN
USAHA JASA PERONTOKAN PAD1 DI KABUPATEN
DAERAH TINGKAT I1 PADANG PARIAMAN,

SUMATERA BARAT

oleh :
ZULFALDI

F 26.0127

1995

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

Zulfaldi. F. 260127. Analisa Biaya dan Kelayakad Usaba Jasa
Perontokan Padi di Kabupaten Daerab Tingkat I1 Padang Pariaman,

Sumatera Barat. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Setyo Pertiwi, MAgr.

RINGKASAN
Kebutuhan pangan nasional

yang cenderung meningkat perlu

dibarengi dengan usaha-usaha peningkatan ~roduksipangan.

Salah satu

usaha yang dilakukan adalah meningkatkan h a i l pertanian. Peningkatan
hasil pertanian meliputi

peningkatan kuantitas, mengurangi kehilangan

hasil, dan peningkatan kualitas produksi.

Khusus untuk tanaman padl


terus digalakkan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan dan
melestarikan swasembada beras yang telah dicapai pada tahun 1984.
Kabupaten Padang Pariaman sebagai salah satu Kabupaten di
Propinsi Sumatera Barat dalam peningkatan hasil tanaman padi menghadapi
masalah masih tingginya susut yang tejadi pada tahapan pasca panen,
terjadnya pergeseran tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri
dan jasa, dan ketersediaan alat dan mesin pertanian pasca panen dengan
skala yang sesuai dan efisien baik teknis, maupun ekonomis.
Dari pennasalahan di atas perlu dilakukan analisa mengenai
kelayakan usaha jasa perontokan padi.

Tujuan penelitian ini adalah

mempelajari performansi tekxus dan ekonomi mesin perontok pa&,
membuat analisa kelayakan usaha jasa pelayanan, dan mempelajari prospek
pengembangan usaha jasa pelayanan tersebut.
Performansi teknis yang dldapat dari percobaan lapangan adalah
nilai susut tercecer maksimum 3 %, minimum 1 %, dan rata-rata 1.6 %.

Kapasitas perontokan alat maksimum 900 kgljam, minimum 600 kg /jam,

dan rata-rata 800 kgljam. Pemakaian bahan bakar maksimum 2.2 Idjam,
minimum 1.7 ldjam, dan rata-rata 2.1 lt/jam.
Berdasarkan data tekms dan hasil survey CLI lapangan diperoleh biaya
pokok perontokan 9.2

-

14.5 (Rplkg) dan upah perontokan dalam bentuk

natura 6-7 % dari hasil perontokan. Titik impas usaha jasa perontokan padi
12.1

-

29.2 (hari kerjaltahun). Biaya pokok perontokan dan titik impas

tergantung dari kapasitas perontokan dan pemakaian bahan bakar. Biaya
pengelolaan (management fee) ditetapkan 5 % dari biaya pokok perontokan.
Dari hasil analisa kelayakan finansial maka usaha jasa perontokan
padi adalah lay&


karena dari kapasitas perontokan minimum dan

pemakaian bahan bakar maksimum menghasilkan nilai NPV, B/C, dan IRR
masing-masing 207302.08, 1.16, dan 29.98 %.

Dari hasil analisa

sensitivitas diketahui bahwa pada pemakaian bahan bakar maksimum
kelayakan usaha jasa perontokan padi paling sensitif terhadap berbagai
perubahan seperti penurunan harga gabah, kenaikan harga bahan bakar, dan
kenaikan upah operator. Pada analisa sensitivitas penurunan harga gabah
7.5 % dari harga standar, kapasitas perontokan 600 kg/jam dan pemakaian
bahan bakar 2.2 liter/jam menjadikan usaha jasa perontokan padi tidak
layak secara finansial.

Hal ini terlihat dari nilai NPV, B/C, d m IRR

masing-masing -99822.92, 0.92, dan 15.07 %. Analisa sensitivitas terhadap
kenaikan harga bahan bakar 30 % dari harga sekarang, kapasitas perontokan
600 kg/jam dan pemakaian bahan bakar 2.2 liter/jam, juga menjadikan
usaha jasa perontokan padi tidak layak. Hal ini terlihat dari nilai NPV,

BIC, dan IRR masing-masing -1 5142.36, 0.99 dan 19.3 %. Lebih lanjut
analisa sensitivitas terhadap kenaikan upah operator sebesar 22.5 % dari
harga sekarang, kapasitas perontokan 600 kgljam dan pemakaian bahan
bakar 2.2 literljam juga menjadikan usaha jasa perontokan padi tidak layak.
Hal ini terlihat dari nilai NPV, BIC, dan IRR masing-masing -20197.92,
0.98, dan 18.93 %.
Salah satu pengusaha yang berhasil mengelola usaha jasa perontokan
pa& adalah pengusaha penggilingan pa&.

Sebab upah perontokan

umumnya diterima dalam bentuk natura, maka ketika harga gabah jatuh
pendapatan usaha jasa perontokan dari pengusaha penggilingan padi tidak
berkurang karena mereka tidak menjual gabah tapi akan mengolah gabah
tersebut menjadi beras. Pengusaha penggilingan padi dapat menjadi salah
satu pionir dalam pengembangan usaha jasa alat dan mesin pertanian,
terutama usaha jasa pelayanan perontokan pad.

ANALISA BIAYA DAN KELAYAKAN USAHA JASA
PERONTOKAN PAD1 DI KABUPATEN DAERAH TINGKAT
I1 PADANG PARIAMAN, SUMATERA BARAT

oleh :
ZULFALDI
F 26.0127

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untukmemperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada Jurusan Mekanisasi Pertanian
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

1995
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
LNSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR