Profil Progam E2J

17 BAB IV PROFIL PROGRAM EDUCATING AND EQUIPPING TOMORROW’S JUSTICE REFORMER E2J dan PROGRAM REPRESENTASI ProRep

IV.1 Profil Progam E2J

1

IV.1.1 Latar belakang

Program E2J ini dirancang dalam latar situasi setelah 15 tahun reformasi sistem peradilan Indonesia yang dianggap lambat untuk mereformasi diri dalam rangka menegakkan rule of law. Selama ini, salah satu upaya USAID dalam berkontribusi untuk mendorong reformasi adalah dengan berfokus pada dua lembaga yang kuat dari sistem peradilan: Mahkamah Agung dan Kejaksaan Agung. Dalam rangka ini program C4J diselenggarakan untuk mendorong reformasi dalam masing‐masing lembaga. Sementara E2J – dengan mengambil target yang berbeda ‐‐ berusaha untuk mereformasi dan memperbaiki lingkungan yang memungkinkan lembaga‐ lembaga tersebut di atas mampu beroperasi dan melakukan reformasi. Dalam rangka mereformasi dan mendukung lingkungan yang kondusif bagi lembaga‐lembaga hukum, maka E2J berfokus pada tiga hal: 1. Fakultas Hukum: Fakultas hukum adalah lembaga yang mengisi sektor peradilan dengan hakim, jaksa, dan staf OMS bekerja pada reformasi peradilan. Kinerja lembaga‐lembaga tersebut secara langsung berkaitan dengan kualitas keterampilan teknis lulusan fakultas hukum. Sayangnya, pendidikan hukum di Indonesia bukan berangkat dari standar yang tinggi. Dosen hukum tidak benar‐benar melakukan praktik hukum dalam sistem universitas nasional, karena mereka adalah pegawai negeri, mereka tidak diperbolehkan untuk mempraktikkan hukum seperti itu akan menjadi rangkap pekerjaan . Hal itu ilegal menurut peraturan yang berlaku. Oleh karena itu, pengajaran mereka sangat berbasis teori: dosen tidak bisa mengajar 1 Penjelasan mengenai Profil dan hasil capain dari E2J ini diambil dan dioleh dari beberapa dokumen E2J, antara lain Grant Proposal, RFP No. Indonesia 10-013, Annual Report October 2011 – September 2012, Quarterly Report, January-March 2012, Quaterly Report, April-June 2012 18 dari pengalaman karena mereka tidak memilikinya. Yang terjadi mahasiwa menghafal hukum dengan sedikit pengetahuan tentang bagaimana cara mempraktikkan hukum. Stakeholder ‐ hukum fakultas, lembaga peradilan formal sektor, dan profesional lainnya ‐ telah sepakat bahwa apa yang dibutuhkan dalam pendidikan hukum adalah pengenalan teknik yang mengajarkan aplikasi praktis dari hukum. Penerapan studi kasus ‐ di mana mahasiswa dapat mengungkap bagaimana hukum itu diterapkan dalam kasus yang sebenarnya ‐ adalah pendekatan yang tepat. Pendidikan hukum klinis ‐ dimana siswa benar‐benar berinteraksi dengan hukum dalam beberapa cara bekerja pada kasus, meneliti kasus, advokasi untuk perubahan dalam hukum dan lainnya merupakan satu cara yang lain lagi. 2. Organisasi Masyarakat Sipil OMS: Selama era reformasi, sejumlah besar OMS memainkan peran penting dalam upaya mengawali reformasi hukum. Sampai sekarang banyak dari lembaga‐lembaga ini dilihat sebagai entitas yang independen, kritis dan relatif jauh dari praktik‐praktik korupsi. Oleh karena itu, OMS merupakan sumber yang sangat signifikan untuk mendorong pembentukan aturan hukum di Indonesia. Peran mereka tidak bisa terlalu dikerdilkan. Tanpa keberadaan mereka pergerakan reformasi hukum di Indonesia bisa berhenti sama sekali dan bergerak mundur. Untuk membantu memastikan bahwa peran penting OMS tidak hilang di Indonesia, E2J memberikan berbagai bentuk dukungan. Meningkatkan kapasitas mereka untuk meneliti masalah hukum dan menganjurkan posisi reformasi yang akan dicapai. Dukungan yang lebih fundamental seperti pelatihan dalam pengelolaan dan manajemen keuangan, juga akan diberikan. OMS yang kuat dalam melakukan pekerjaan yang lebih baik, merupakan pertanda baik bagi reformasi peradilan di Indonesia. 3. Kolaborasi: Untuk memperkuat pemerintahan hukum di Indonesia, reformasi harus terjadi dalam lembaga formal negara di sektor keadilan, khususnya Mahkamah Agung dan Kejaksaan Agung. Selama ini publik mungkin berasumsi bahwa ada hubungan yang kuat antara para aktor dan sekolah hukum yang memasok rekrutan baru mereka, dan OMS yang memberikan dukungan teknis berikut pemantauannya. Sayangnya hal ini tidak terjadi. Meskipun ada komunikasi antara sektor peradilan formal dan masyarakat sipil, dan ada ruang besar untuk perbaikan, namun sangat mengherankan masih saja sangat kurang terjadinya 19 interaksi antara OMS dan sektor peradilan formal dengan fakultas hukum , meskipun dalam faktanya mereka adalah dua sisi dari mata uang yang sama pendidikan hukum dan penerapan hukum. Upaya sentral dalam membangun langkah kolaboratif ini adalah pembentukan Dewan Penasehat: yang terdiri dari anggota senior dari sektor peradilan formal, OMS dan fakultas hukum akan bekerja sama untuk mempromosikan reformasi dalam pendidikan hukum dan, sebagai konsekuensi, reformasi dalam pengiriman keadilan. Seperti yang tercantum dalam Perjanjian Kerjasama C.1.4, paragraf pertama: Dengan focus program E2J sebagaimana disebutkan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dari penyelenggaraan E2J adalah sebagai berikut: 1 Memperkuat kapasitas fakultas hukum untuk memberikan pendidikan hukum, penelitian, dan Jasa lainnya yang berkotribusi dalam upaya mereformasi sektor keadilan 2 Memperkuat kapasitas OMS untuk mendukung kerja advokasi dan memonitor reformasi keadilan 3 Meningkatkan kolaborasi antara fakultas hukum, OMS dan lembaga peradilan dan hukum untuk meningkatkan reformasi sektor keadilan dan mengembangkan generasi di sektor peradilan 20 Grafik 1. Kerangka Program E2J

1.1 Improve the Practice‐