Pendapat Imam Abu Hanifah. Pendapat Imam Malik.

1. Pendapat Imam Abu Hanifah.

Imam Muhammad bin Al Hasan di dalam kitab Al Muwatha hlm. 205 dengan kitab syarahnya At Taliq Al Mumajjad - Hindiyah berkata, Tidak selayaknya wanita yang sedang ihram memakai cadar. Namun bila dia ingin menutup wajahnya, hendaklah dia menjulurkan pakaian yang berada di atas khimamya ke wajah. Ini menjadi penda- pat Abu Hanifah dan keseluruhan ahli fikih madzhab kami. Abu Jafar Ath Thahawi di dalam kitab Syarh Maani Al Atsar II392-393 berkata, Dibolehkan kepada laki-laki melihat bagian tubuh wanita yang tidak dilarang, yaitu wajah dan kedua telapak tangan; tetapi terlarang kalau terhadap istri-istri Nabi. Ini menjadi pendapat Imam Abu Hanifah, Abu Yusuf, dan Muhammad. Mudah-mudahan Allah merahmati mereka.

2. Pendapat Imam Malik.

Salah seorang muridnya, Abdurrahman bin Al Qasim Al Mishri di dalam kitab Al Mudawanah 11221 berkata, Seorang wanita yang sedang ihram, bila dia mau diboleh- kan menjulurkan pakaian ke wajahnya. Dia menambahkan: Bila dia tidak ingin menutupnya, tidak perlu dia menjulur- kannya. Perkataan ini juga dikatakan oleh Al Ghamam Muhammad. Ibnu Abdul Barr di dalam kitab At Tamhid XV111 menukil perkataan tersebut dan menyepakatinya. Setelah menyebutkan bahwa Ibnu Abbas dan Ibnu Umar menafsir- kan ayat: artinya: kecuali yang biasa nampak yang dimaksud ialan wajah dan kedua telapak tangan Vl 369 dia berkata, Dan berdasarkan perkataan Ibnu Abbas dan Ibnu Umar, para ahli fikih berpendapat, lni berkaitan dengan hukum wanita menutup badannya ketika shalat dan di luar shalat. Http:kampungsunnah.wordpress.com 45 Perhatikanlah, kata dia, ... dan di luar shalat. Di dalam kitab Al Muwatha 11935 diriwayatkan dari Yahya, bahwa Imam Malik pernah ditanya: Apakah seorang wanita itu boleh makan bersama laki-laki yang bukan mahramnya atau makan bersama anak laki-lakinya saja? Imam Malik menjawab: Tidak mengapa bersama laki-laki yang bukan mahramnya asal laki-laki tersebut telah dia kenali. Dia menambahkan, Biasa perempuan menemani makan suaminya dan bersama para tamunya. Al Baji di dalam kitab Al Muntaqa Syarh Al Muwatha VI252 mengomentari perkataan Imam Malik di atas, Dibolehkan laki-laki memandang wajah dan kedua tangan perempuan itu, karena kedua bagian tubuh tersebut tentu terlihat pada saat dia makan.

3. Pendapat Imam Syafii.