Studi Eksploratif Penyimpanan Benih dalam Air

STUDI EKSPLORATIF PENYIMPANAN BENIH
DALAMAIR

Oleh

GERALDINE AMANITA JAYANATA
A 27.0411

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTASPERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

1997

RINGKASAN
GERALDINE AMANITA JAYANA TA. Studi Ekspioratif Penyimpanan
Benih dalam Air. (Dibimbing oleh SJAMSOE'OED SADJAD).

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pemanfaatan air, dalam hal ini
sebagai pengganti baUb'1lnan gudang simpan, selain itu untuk melihat peluang
pemanfaatan air sebagai gudang penyimpanan plasma nutfah.

Rancangan penelitian

terdiri atas tiga faktor yang disusun secara

faktorial 2 x 3 x 2 dengan rancangan Petak Terbagi Dua Kali atas dasar Acak
Lengkap. Faktor pertama yaitu faktor lama penyimpanan terdiri dari 2 taraf: 3 bulan
dan 6 bulan sebagai petak utama. Faktor kedua yaitu faktor komposisi gas di dalam
botol kemasan terdiri dari 3 taraf: komposisi gas yang terdapat di udara, CO 2 90%, N2
90% sebagai anak petak. Faktor ketiga yaitu faktor tempat penyimpanan terdiri dari 2
taraf: gudang dan air sebagai anak anak petak. Tiap kombinasi perlakuan diulang 3
kali, sehingga ada 12 kombinasi dengan 36 satuan percobaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa benih kedelai yang disimpan dalam
botol kemasan yang berisi gas CO2 90% atau gas

N2

90% dimasukkan kolam selama

6 bulan memberikan nilai Viabilitas Potensial (Vp) sama baiknya seperti benih yang
disimpan dalam botol yang berisi gas CO 2 90% atau gas


N2

90% dimasukkan ke

gudang simpan selama 3 bulan. Oleh karena itu air berpeluang sebagai pengganti
gudang penyimpanan.

iii

Komposisi gas di dalam botol kemasan benih maupun tempat penyimpanan
benih sebagaimana yang dicobakan dalam penelitian ini tidak nyata berpengaruh pada
nilai Vigor Daya Simpan (V DS), baik nilai Vigor Daya Simpan benih setelab didera
alkohol (VDS • 1k ) maupun nilai Vigor Daya Simpan setelab Analisis Sistem Multiplikasi
Devigorasi, juga tidak ada interaksi. Sedangkan faktor waktu simpan menunjukkan
pengaruh yang nyata pada nilai VDS. Jadi innate factor (faktor genetik) yang
berpengaruh terhadap nilai VDS . Meskipun faktor gas di dalam botol kemasan tidak
menunjukkan pengaruh yang nyata, namun benih-benih yang disimpan di dalam botol
kemasan yang berisi gas CO 2 90% atau


N2

90% memiliki nilai V DS yang lebih baik

daripada yang dimiliki benih-benih yang disimpan di dalam botol kemasan yang berisi
komposisi gas yang terdapat di udara. Begitu juga benih-benih yang disimpan di dalam
kolam memiliki nilai VDS yang lebih. baik daripada yang dimiliki benih-benih yang
disimpan di dalam gudang penyimpanan. Jadi dengan memanipulasi komposisi gas di
dalam botol kemasan, air berpeluang dan prospektif untuk dimanfaatkan sebagai
tempat penyimpanan plasma nutfab.
Komposisi gas di dalam botol kemasan dan lamanya waktu slIllpan
berpengaruh nyata terhadap nilai Vigor Konservasi (VKS ), sedangkan tempat
penyimpanan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai VKS • Benih kedelai yang disimpan
di dalam botol kemasan yang berisi gas CO2 90% atau N2 90% dimasukkan ke dalam
kolam selama 3 bulan memiliki nilai V KS T yang paling baik. Jadi jika benih-benih
tersebut sesudab mengalami kondisi penyimpanan yang sub-optimum kemudian
ditanam pada kondisi sub optimum dan diharapkan untuk tumbuh secara normal dan

iv


berproduksi normal atau di atas normal jika ditanam pada kondisi optimum, maka
benih-benih tersebut sebaiknya disimpan di dalam botol kemasan berisi gas C02 90%
atau N2 90% dimasukkan ke dalam kolam selama 3 bulan.

STUDI EKSPLORATIF PENYIMPANAN BENIH
DALAMAIR

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperolelt gelar
Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor

OIelt
GERALDINE AMANITA JAYANATA
A 27.0411

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTASPERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR


1997

Judul

STUDI EKSPLORATIF PENYIMPANAN BENlH DALAM

AIR
Nama Mahasiswa

GERALDINE AMANITA JAYANATA

NomorPokok

A 27.0411

Menyetujui :
Dosen Pembimbing

,
Prof. Dr Ir Sjamsoe' oed Sadjad, MA

NIP 130 120 139

Mengetahui :
Ketua Jurusa

udidaya Pertanian

U
Dr Ir M. . Chozin, MAgr
NIP 130 536 690

Tanggallulus:

0 7 APR 1997

RlWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 3 Mei 1971 sebagai anak pertama dari
keluarga Bapak (AIm) Robbyanto Jayanata dan Ibu Natalia Jayanata
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Regina Pacis Bogor pada tabun
1984, pendidikan menengab pertama di SMP Regina Pacis Bogor padah tabun 1987

dan pendidikan menengab atas di SMA Regina Pacis Bogor pada tabun 1990.
Penulis diterima sebagai mabasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tabun 1990. Pada tabun 1991, penulis
terdaftar sebagai mabasiswa Fakultas Pertanian Jurusan Budi Daya Pertanian diterima
sebagai mabasiswa Program Studi Ilmu dan Teknologi Benih.

KATA PENGANTAR
Rasa syukur, hormat dan pujian dipersembahkan kepada Allah Yang Maha
Kasih atas berkatNya yang tidak berkesudahan sehingga skripsi ini dapat selesai
disusun dan ditulis pada waktunya.
Penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besamya kepada :

1. Prof. Dr Ir Sjamsoe' oed Sadjad, MA selaku dosen pembimbing yang selalu
memberikan bimbingan, saran dan semangat selama pelaksanaan penelitian
hingga penyelesaian skripsi
2. Dr Ir Endang Mumiati, MS selaku dosen pembimbing akademik dan penguji yang
selalu memberikan dorongan dan saran selama penyelesaian skripsi
3. Dr Ir Faiza C. Suwamo, MS selaku dosen penguji yang telah memberikan
sarannya
4. Mama, Mami, Emil, Cecil, Helen, Pipiet, Jos, Wulan, dan Rani yang selalu

memberikan dorongan dan semangat serta doa sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
Penulis telah berusaha menyelesaikan skripsi ini sebaik mungkin namun tetap
menyadari adanya kekurangan.

Harapan Penulis adalah agar tulisan ini dapat

berguna bagi para pembacanya.

Bogor, Maret 1997
Penulis

DAFTARISI
Halaman

DAFTAR TABEL. .............................................. ; .........................
DAFTAR GAMBAR ....................................................................

Xl
XlV


PENDAHULUAN
Latar Belakang ..... " ........ '" ........................... ,. .. . . . . .. .. . . . ... . . . . ..

1

Tujuan Penelitian ........................ '" .. . .. . .. . . . . . ... . . .. . .. . ... . .. . . .... . . .

4

................................. '" . . . ... .. . . . . . . . .. . ..... . . . . ... .. . .... . .

4

Hipotesis

TINJAUAN PUSTAKA
Plasma Nutfah
Penyimpanan


. .... . ... . ... . . . . . . . . . . . . .. .. . .. . . . . . .. ... .. . ... . . . .... . . .. . ... . . . .... 5
...... '" ........ '" . .. . . . . . . . . . . . . .. . . . . . .. . ... . .. . . . . . ... . . . . . . .. ....

6

Air Sebagai Gudang Simpan ...................................................... 11
llmu Kuantifikasi Metabolisme Benih .................................................. ... 12
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 16
Bahan dan Alat ......... .......... ...... ............ . ..... ........... ......... ...... ...... ....... ...... 16
Pelaksanaan Percobaan .......................... .................................................. 16
Rancangan Percobaan ................. ........... ................................................. 18
Analisis Benih . ..... ..... ........... ....... .......... . .... ........... ...... .... ... ...... ......... ..... .. 20
HASlL DAN PEMBAHASAN
Viabilitas Potensial Benih .......................................................... 25

Vigor Daya Simpan Benih Sesudah Mengalami Deraan Alkohol

............ 31


Analisis Sistem Multiplikasi Devigorasi Benih ....... :.......................... 36
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan

.. .. . . . .. . . . . .. . . . . . . . .. ... . . . . . . . . . . . . . .. . . . . .. . . . . . . . . . . . . ... . . . .. . . .. 41

Saran ....................................................................................................... 41
DAFTARPUSTAKA .................................................................. 42
LAMPlRAN ................................................... :.......................... 45

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

I.

Rekapitulasi Uji-F Pengaruh Perlakuan Penyimpanan terhadap Viabilitas
Potensi Benih .......... ........................................... ........ ............ ............ 25

2.

Daya Berkecambah Benih setelah Perlakuan Penyimpanan .................. 26

3.

Hasil Uji Tetrazolium pada Benih setelah Perlakuan Penyimpanan ...... 27

4.

Nilai Rata-rata DB dan Hasil Uji TZ pada Perlakuan Waktu Simpan .... 30

5.

Nilai Rata-rata DB dan Hasil Uji TZ pada Perlakuan Komposisi Gas
di dalam Botol Kemasan Benih .... ........................... .... ........... ....... .... 31

6.

Nilai Rata-rata DB dan Hasil Uji TZ pada Perlakuan Tempat Simpan .. 31

7.

Rekapitulasi Uji-F Pengaruh Perlakuan Penyimpanan terhadap
Vos·lkBenih ....................................................................................... 32

8.

Vigor Daya Simpan Benih setelah Mengalami Deraan Alkohol (Vos.lk)
dengan Tolok Ukur Daya Berkecambah (DB) setelah Perlakuan
Penyimpanan ..................................................................................... 33

9.

Nilai Rata-rata DB sebagai Tolok Ukur Vos·lkBenih pada Perlakuan
Waktu Simpan ................ ... ......... ....................................................... 35

10.

Nilai Rata-rata DB sebagai Tolok Ukur Vos·lk Benih pada Perlakuan
Komposisi Gas di dalam Botol Kemasan Benih ............. .................. 35

11.

Nilai Rata-rata DB sebagai Tolok Ukur VOS·lk Benih pada Perlakuan
Tempat Simpan ................................................................................. 35

12.

Rekapitulasi Uji-F Pengaruh Perlakuan Penyimpanan terhadap Vigor
Konservasi (VKS ) dan Vigor Daya Simpan (Vos) Benih ................... 36

13.

Vigor Konservasi dan Vigor Daya Simpan Benih setelah Perlakuan
Penyimpanan dan Analisis Sistem Muitipiikasi Devigorasi .......... 37

14.

Nilai Rata-rata V KS dan Vos Benih pada Perlakuan Waktu Simpan

15.

Nilai Rata-rata V KS dan Vos Benih pada Perlakuan Komposisi Gas
di dalam Botol Kemasan Benih .......................................... 40

16.

Nilai Rata-rata V KS dan Vos Benih pada Perlakuan Tempat Simpan ...... 40

39

Nomor

Halaman
Lampiran

I.

Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Penyimpanan terhadap Tolok Ukur
Daya Berkecambah Benih Kedelai ............................. .... .... ... 46

2.

Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Penyimpanan terhadap Tolok Ukur
Hasil Uji Tetrazolium Benih Kedelai .................................... 46

3

Jumlah Kecambah Normal dan Nilai Daya Berkecambah Benih setelah
Perlakuan Penyimpanan ................................................... 45

4.

Hasil Uji Tetrazoliurn Benih setelah Perlakuan: Penyimpanan ............. 48

5.

Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Penyimpanan terhadap Parameter Vigor
Daya Simpan Benih Kedelai setelah Didera Alkohol .................. 49

6.

Jumlah Kecambah Normal dan Vigor Daya Simpan Benih setelah
Deraan Alkohol ............................................................. 50

7

Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Penyimpanan terhadap Parameter Vigor
Daya Konservasi Benih Kedelai setelah Analisis Sistem Multiplikasi
Devigorasi .................................................................... 51

8.

Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Penyimpanan terhadap Parameter Vigor
Daya Simpan Benih Kedelai setelah Analisis Sistem Multiplikasi
Devigorasi .................................................................. 51

9.

Persamaan Regresi Polinomial Tingkat Tinggi antara Nilai DTZ dengan
Tingkat Devigorasi Benih Kedelai ....................................... 52

10.

Nilai DTZ , ZPo, dan KcT yang Dipakai untuk Perhitungan VKS dan V DS
Benih Kedelai Setelah Dianalisis dengan SMD ........................ 59

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman
Lampiran

1.

Grafik Nilai Delta Berdasarkan Persamaan Regresi Polinornial
Tingkat Tinggi untuk Kombinasi Perlakuan Waktu Simpan Tiga
Bulan, di dalam Kemasan Berisi Udara, di Gudang ........................ 53

2.

Grafik Nilai Delta Berdasarkan Persamaan Regresi Polinornial
Tingkat Tinggi untuk Kombinasi Perlakuan Waktu Simpan Tiga
Bulan, di dalam Kemasan Berisi Udara, di Kolam ........................... 53

3.

Grafik Nilai Delta Berdasarkan Persamaan Regresi Polinornial
Tingkat Tinggi untuk Kombinasi Perlakuan Waktu Simpan Tiga
Bulan, di dalam Kemasan Berisi CO 2 90%, di Gudang .. ... .......... .... 54

4.

Grafik Nilai Delta Berdasarkan Persamaan Regresi Polinornial
Tingkat Tinggi untuk Kombinasi Perlakuan Waktu Simpan Tiga
Bulan, di dalam Kemasan Berisi CO2 90%, di Kolam ..................... 54

5.

Grafik Nilai Delta Berdasarkan Persamaan Regresi Polinornial
Tingkat Tinggi untuk Kombinasi Perlakuan Waktu Simpan Tiga
Bulan, di dalam Kemasan Berisi N2 90%, di Gudang ..................... 55

6.

Grafik Nilai Delta Berdasarkan Persamaan Regresi Polinornial
Tingkat Tinggi untuk Kombinasi Perlakuan Waktu Simpan Tiga
Bulan, di dalam Kemasan Berisi N2 90%, di Kolam ...................... 55

7.

Grafik Nilai Delta Berdasarkan Persamaan Regresi Polinornial
Tingkat Tinggi untuk Kombinasi Perlakuan Waktu Simpan Enam
Bulan, di dalam Kemasan Berisi Udara, di Gudang ........................ 56

8.

Grafik Nilai Delta Berdasarkan Persamaan Regresi Polinornial
Tingkat Tinggi untuk Kombinasi Perlakuan Waktu Simpan Enam
Bulan, di dalam Kemasan Berisi Udara, di Kolam ........................... 56

9.

Grafik Nilai Delta Berdasarkan Persamaan Regresi Polinornial
Tingkat Tinggi untuk Kombinasi Perlakuan Waktu Simpan Enam
Bulan, di dalam Kemasan Berisi CO 2 90%, di Gudang ................... 57

10.

Grafik Nilai Delta Berdasarkan Persamaan Regresi Polinon;rial
Tingkat Tinggi untuk Kombinasi Perlakuan Waktu Simpan Tiga
Bulan, di dalam Kemasan Berisi CO2 90%, di Kolam ..................... 57

II.

Grafik Nilai Delta Berdasarkan Persamaan Regresi Polinomial
Tingkat Tinggi untuk Kombinasi Perlakuan Waktu Simpan Tiga
Bulan, di dalam Kemasan Berisi N2 90%, di Gudang ..................... 58

12.

Grafik Nilai Delta Berdasarkan Persamaan Regresi Polinomial
Tingkat Tinggi untuk Kombinasi Perlakuan Waktu Simpan Tiga
Bulan, di dalam Kemasan Berisi N2 90%, di Kolam ...................... 58

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia· merupakan suatu negara kepulauan yang terdiri dari daratan dan
perairan. Perairan Indonesia terdiri dari danau-danau, sungai, dan laut, baik besar
maupun kecil.

Karena potensi perairan Indonesia ini cukup besar maka perlu

dipikirkan mengenai pemanfaatannya yang tidak hanya terbatas sebagai tempat hidup
bagi tumbuh-tumbuhan dan hewan air dengan pembudidayaan dan konservasinya
maupun sebagai pemenuh kebutuhan manusia akan air. Ide untuk memanfaatkan
perairan Indonesia seperti danau dan lautan sebagai gudang simpan mungkin perlu
untnk dipikirkan lebihjauh. Untuk se1anjutnya istilah perairan ini diganti dengan air.
Menurut Ruttner (1973) sifat anomali air menyebabkan suhu dan fluktuasi
suhu yang lebih rendah di dalam air dibandingkan dengan keadaan di darat
Kenyataan ini menjadi dasar pemikiran mengenai pemanfaatan air sebagai gudang
simpan.
Penyimpanan pada dasamya merupakan suatu upaya untuk mempertahankan
viabilitas benih selama mungkin sepanjang periode simpan.

Viabilitas yang

dipertahankan adalah viabilitas maksimum yang dicapai pada saat masak fisiologis
(Sadjad, 1977).
Tujuan yang mgm dicapai dengan penYllnpanan menurut Sumardi (1976)
adalah : a). dapat menggunakan benih dengan vigor yang tinggi pada saat yang
dikehendaki; b). dapat menyimpan benih yang dikehendaki sebagai cadangan tahun

2

mempennudah dalam pelayanan perdagangan.
Dua faktor utama yang berperan dalam penyimpanan benih adalah kadar air
benih dan suhu lingkungan simpan (Harrington, 1972; Bewley dan Black, 1986;
dan Justice dan Bass, 1990). Saenong (1983) menambahkan beberapa faktor yang
mempengaI¥hi dalam

penyimpanan, diantaranya yaitu susunan gas dalam tempat

penyimpanan dan perubahan kondisi lingkungan setempat.
Penyimpanan yang baik akan menghambat kemunduran benih yang
disebabkan oleh kondisi lingkungan fisik seperti suhu, RH, dan kondisi gas maupun
lingkungan biologis seperti hama, cendawan, virus, bakteri, dan organisme lain yang
merusak. Secara umum dikemukakan bahwa penyimpanan benih yang baik adalah
penyimpanan benih pada temperatur ruang simpan dan kadar air benih yang rendah.
Dengan demikian diharapkan benih mempunyai umur simpan yang panjang (Bass,
1973; Justice dan Bass, 1990; Roberts, 1972). Suhu ruang simpan yang rendah ini
diharapkan dapat diperoleh pada penyimpanan dalam air mengingat sifat air yang
telah disebutkan sebelumnya.
Hal-hal lain yang mendukung air sebagai gudang simpan adalah kondisi
lingkungan lebih stabil dibandingkan di darat, ukurannya luas dan bebas hama.
Hal-hal tersebut memenuhi beberapa syarat utama daTi suatu gudang yang baik
menurut Delouche dan Pott (1971) sekaligus mengatasi masalah yang timbul dalam
penyimpanan sehubungan dengan gudang simpan. Ditinjau daTi segi ekonomi air

3

sebagai gudang simpan juga cukup menguntungkan. Biaya untuk membangun gudang
yang baik dapat d ikurangi seperti biaya alat pengatur suhu dan RH, biaya listrik, biaya
bahan bangunan yang"bermutu dan sesuai, selain biaya tanah atau lahan tempat gudang
itu berdiri.

Biaya-biaya yang cukup tinggi tersebut dapat dikurangi dengan

memanfaatkan air sebagai gudang simpan.

Tidak lagi diperlukan alat pengatur

temperatur dan RH dan listrik untuk menjalankan alat-alat tersebut karena kondisi
suhu dan fIuktuasinya yang rendah di dalam air. Selain itu penyimpanan dalam air ini
jelas tidak memerlukan lahan yang artinya tidak perlu biaya untuk membeli tanah atau
lahan.
Namun demikian perlu dipikirkan bahan untuk mengemas benih atau plasma
nutfah yang akan disimpan.
Bahan kemasan itu haruslah tahan terhadap tekanan air yang tinggi, tidak atau
sukar sekali lapuk oleh air dan kedap air.
Selain itu dari segi praktis air sebagai gudang simpan ini kurang sesual
digunakan untuk menyimpan benih dalam jangka waktu pendek, seperti penyimpanan
untuk menunggu musirn tanam berikut atau penyimpanan di pedagang atau penyalur
benih. Air sebagai gudang sirnpan ini mungkin lebih cocok untuk penyimpanan jangka
panjang seperti penyimpanan plasma nutfah.

4

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bersifat eksploratif. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mempelajari pemanfaatan perairan, dalam hal ini sebagai pengganti
bangunan gudang simpan.
2. Untuk melihat peluang pemanfaatan peralran sebagai gudang penyimpanan
plasma nutfah.

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah :
1. Air bisa dimanfaatkan sebagai gudang penyimpanan.
2. Lama penyimpanan berpengaruh terhadap vigor dayan simpan benih.
3. Komposisi gas di dalam wadah simpan berpengaruh terhadap vigor daya
simpan benih.
4. Ada interaksi antara:

tempat penyimpanan, lama penyimpanan, dan

komposisi atmosfir terhadap vigor daya simpan benih.

TINJAUAN PUSTAKA

Plasma Nutfah

Negara Indonesia terkenal kaya akan plasma nutfah. Kekayaan itu harus dijaga
agar tidak punah. Dalam mengusahakan perbaikan sifat-sifat biologis suatu tanaman,
para ahli pemuliaan tanaman selalu mencari sumberdaya genetik yang memiliki sifat
unggul. Mereka selalu mencari dari plasma nutfah yang ada di alam bebas atau yang
sudah dikumpulkan dan tersimpan baik dalam gudang-gudang yang terawasi dalam
bentuk biji atau bagian tanaman lainnya (Sadjad, 1993').
Menurut Sadjad (1993'), plasma nutfah adalah sumber daya genetik untuk
penganekaragaman dan perbaikan tumbuhan dan hewan. Bank plasma nutfah adalah
cadangan biologis yang menjadi sumberdaya genetik bagi pengembangan tanamari
budidaya kita.
Menurut Sastrapradja (1992') plasma nutfah merupakan bahan dasar atau
bahan mentah untuk merakit varietas unggul. Konsep plasma nutfah ini meliputi bukan
saja terbatas pada tanaman atau temak, tetapi juga tumbuhan atau hewan liar beserta
tempat hidupnya, yang dalam ilmu hayat disebut ekosistem (Sastrapradja, 1992).
Kelompok plasma nutfah ini pun sebenamya hanya merupakan sebagian saja dari
seluruh kekayaan atau keanekaragaman hayati yang ada. Dari segi keanekaragaman
hayati para ahli sepakat untuk membaginya ke dalam tiga tingkatan, yaitu:
keanekaragaman ekosistem, keanekaragaman jenis, dan keanekaragaman dalam jenis
(Sastrapradja, 1992). Lebih jauh Sadjad (1993') menyebutkan tiga macam plasma

6

nutfah, yaitu: (1). Plasma nutfah in situ, yaitu plasma nutfah yang berada di daerah
aslinya; (2). Plasma nutfah ex situ, yaitu plasma nutfah yang berada di luar daerah
aslinya; (3). Plasma nutfah asli, yaitu plasma nutfah sebelum dibudidayakan oleh
manusia.
Sumber plasma nutfah yang dimiliki Indonesia terdapat sebagai plasma nutfah
alami yang terdiri dari flora dan fauna yang masih tumbuh dan bidup di alam belantara,
dan plasma nutfah potensial yang terdapat di dalam tanaman dan hewan yang tumbuh
dan bidup di wilayah pertanian dan pemukirnan.

Plasma nutfah jenis kedua ini

terkandung dalam flora dan fauna yang sudah dipergunakan masyarakat dan sudah
berperan dalam kegiatan kultivasi (Sastrapradja, 1992b).

Penyimpanan
Tujuan utama penyimpanan benih tanaman bernilai ekonornis ialah untuk
mengawetkan cadangan bahan tanam dari satu musim ke musim berikutnya.

Sejak

dimulainya peradaban, manusia sudah melakukan kegiatan penyimpanan dalam jumlah
kecil dan secara sederhana. Dengan berkembangnya pertanian, manusia memperiuas
pengetahuannya tentang persyaratan mempertahankan viabilitas benih serta cara
mengkondisikan penyimpanan dengan tepat.

Manusia juga menyadari pentingnya

memperpanjang masa simpan benih untuk menghadapi masa-masa sulit atau paceklik.
Dengan meningkatnya pengetahuan dan teknologi genetika serta pemuliaan tanaman
manusia makin menyadari pentingnya menyimpan berbagai benih kultivar dalamjumlah
kecil dan dalam jangka waktu yang panjang.

Fasilitas penyimpanan cadangan

7

sumberdaya genetik atau plasma nutfah ini tersebar di seluruh penjuru dunia, seperti
di Jepang dan Jerman (Justice dan Bass, 1990; dan Ross, 1986).
Sumardi (1976) menyebutkan empat tujuan yang ingin dicapai dengan
penyimpanan, yaitu : (1). Dapat menggunakan benih dengan vigor yang tinggi pada
saat yang dikehendaki; (2). Dapat menguinpulkan benih varietas yang dikehendaki
sebagai cadangan tahun berikutnya; (3). Sebagai persediaan sumberdaya genetik
(plasma nutfah); (4). Mempermudah dalam pelayanan perdagangan.
Sedangkan Ekowibowo (1984) mengemukakan dua alasan dilakukannya
penyimpanan, yaitu : (1). Karena adanya fenomena after-ripening; (2). Untuk
menjaga penurunan viabilitas sekecil mungkin.
Justice dan Bass (1990) menyatakan bahwa data statistik yang menunjukkan
kerugian aktual akibat menyimpan benih pada keadaan yang tidak memadai serta
data keuntungan aktual yang diperoleh karena penyimpanan yang optimum belum
ada. Akan tetapi keuntungan menyimpan benih dengan baik dapat dirasakan kalau
berbagai cara menyimpan benih lainnya diketahui.

Kegagalan menggunakan

informasi tentang penyimpanan benih yang ada akan sangat merugikan program
pertanian suatu negara, karen a : (a). pertanian-pertanian di daerah panas, lembab,
subtropika dan tropika akan menjadi kurang efisien; (b). para pemulia tanaman akan
dirugikan dengan tidak terpeliharanya cadangan sumberdaya genetik; (c). perniagaan
benih internasional akan menyusut sampai hanya sebagian kecil saja dari nilai
ekonornisnya saat ini.
Pengertian penyimpanan oleh Sadjad (1983), dibedakan dengan periode
konservasi. Periode konservasi merupakan proses penyimpanan sementara viabilitas

8

benih harus dikonservasi selama benih mengalami pengermgan, pengolahan atau
proses-proses lainnya, sedang penyimpanan sendiri diartikan menyimpan benih untuk
jangka waktu yang panjang, baik satu musim maupun beberapa tahun.. Kondisi yang
terjadi pada periode konservasi dapat mempengaruhi vigor awal benih, baik. sebelum
memasuki periode simpan maupun setelah disimpan.
Dalam konsepsi Steinbauer-Sadjad (Sadjad, 1993) periode I diakhiri pada saat
benih mencapai masakfisiologi (MF).· Pada saat itu benih memiliki viabilitas
maksimurn. Benih kemudian diolah, pada saat itu benih memasuki periode konservasi
yang pertama yaitu periode konservasi sebelum simpan. Viabilitas benih yang dicapai
pada saat MF kemungkinan tetap atau mengalami penurunan selama periode
konservasi pertama ini sehingga pada akhir periode ini dicapai viabilitas awal sebelum
disimpan (V:) dan benih siap untuk memasuki periode II yaitu periode penyimpanan
benih. Setelah disimpan benih kemudian memasuki periode konservasi kedua yaitu saat
benih mulai dikeluarkan dari gudang penyimpanan sampai pada saat benih akan
ditanam. Selama periode ini viabilitas benih kemungkinan tetap atau mengalami
penurunan sehingga pada akhir periode ini akan dicapai viabilitas awal sebelum
ditanam(Vat ). Kemudian benih memasuki periode III yaitu periode tanam.
Penyimpanan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk mempertahankan
viabilitas benih selama mungkin sepanjang periode simpan.

Viabilitas yang

dipertahankan adalah viabilitas maksimum yang dicapai pada saat masak fisio 10 gis
(Sadjad, 1977). Penyimpanan dapat dikatakan sebagai usaha memperpanjang periode
II.

Usaha yang dilakukan adalah memanipulasi kondisi lingkungan tempat benih

9

disimpan (Nugraha, 1981).

Tujuannya biasanya adalah untuk menekan aktifitas

fisiologik benih, karena laju proses fisiologik ini berkaitan dengan laju kemunduran
benih.
Harrington (1972), Bewley dan Black (1986), dan Justice dan Bass (1990)
mengemukakan dua faktor utama yang berperan dalam penyimpanan benih adalah
kadar air benih dan suhu lingkungan simpan. Hubungan antara kedua faktor tersebut
dengan daya simpan benih diuraikan oleh Harrington (1972) ke dalam dua ketentuan
teknis berikut: (a). setiap kenaikan kadar air benih sebesar 1 %, umur benih akan
berkurang setengahnya (kisaran kadar air adalah 5-14 %); (b). setiap kenaikan suhu
Jingkungan sebesar 5°C, urnur benih juga akan berkurang setengahnya (kisaran suhu
0-50 oC)
Pada kadar air kurang dari 5 % viabilitas menurun karena otooksidasi lemak,
sedangkan pada kadar air lebih dari 14 % viabilitas menurun karena serangan
cendawan.

Secara umurn bagi benih ortodoks disarankan untuk menyimpan benih

pada suhu ruang simpan dan kadar air yang rendah agar mempunyai umur simpan yang
panjang (Bass, 1973; Justice dan Bass, 1990; dan Roberts, 1972). Lebih jauh lagi
Bewley dan Black (1986) memberikan pedoman bahwa untuk menyimpan benih yang
aman jumlah dari suhu ruang simpan (dalam OF) dan RH ruang simpan (dalam %) tidak
melebihi 100 dengan kontribusi suhu tidak boleh lebih dari setengahnya.
Menurut Sadjad (1984), status vigor benih yang disimpan ditentukan oleh tiga
faktor. Selain suhu ruang simpan dan kelembaban nisbi udara yang digolongkan ke
dalam faktor enforced, masih ada lagi unsur faktor innate dan faktor induced. Faktor

10

innate berhubungan dengan sifat genetik benih atau buah, sedangkan faktor induced

berkaitan dengan cara berproduksi, kondisi Iingkungan produksi, cara panen dan
sistem pengolahan benih.
Sadjad (1980), menyatakan bahwa faktor-faktor yang perlu diperhatikan dan
diketahui dalam pengaruhnya terhadap mutu fisiologi benih selama penyimpanan
adalah tingkat respirasi benih, tingkat difusibilitas termal dan sifat higroskopis benih itu
sendiri.

Faktor lainnya yang berpengaruh terhadap viabilitas benih adalah waktu

simpan, dimana penurunan viabilitas seiring dengan pertambahan waktu. Abdulbaki
dan Anderson (1972) menyatakan bahwa kemampuan benih untuk dapat disimpan
dalam jangka waktu tertentu, dipengaruhi pula oleh komposisi kimia dalanl cadangan
makanan benih. Benih yang berkadar lemak tinggi sangat peka terhadap rangsangan
suhu dan kelembaban yang tinggi.

Akibat yang ditimbulkan oleh kondisi tersebut

adalah kadar asam lemak bebas pada benih meningkat sehingga mempercepat
kemundurannya.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi daya simpan benih adalah komposisi gas
dalam ruang simpan (Justice dan Bass, 1990; dan Roberts, 1972). Roberts (1972)
mengemukakan ruang simpan dengan konsentrasi O2 yang tinggi memperpendek umur
simpan benih. Sedangkan Justice dan Bass (1990) menerangkan bahwa komposisi gas
dalam ruang simpan benih dapat mempengaruhi laju respirasi. Jika konsentrasi O2
meningkat maka laju respirasi meningkat, sedangkan jika konsentrasi O2 rendah maka
laju respirasi terhambat begitu pula populasi hanla dan serangga penyimpanan.
Penelitian ini menggunakan komposisi gas terbaik dalam kemasan benih berdasarkan

11

hasil penelitian Satrio (1991). Benih kacang tanah yang disimpan di dalam kemasan
berisi komposisi gas 90% N2 memiliki nilai Vos yang terbaik yaitu 59 % dan benih
kacang tanah yang disimpan di dalam kemasan yang berisi komposisi gas 90% CO2
memiliki nilai Vos yang sama baiknya yaitu 58.33 %. Sebagai kontrol, benih kacang
tanah yang disimpan di dalam kemasan yang berisi komposisi gas seperti yang terdapat
pada udara memiliki nilai Vos yang sangat berbeda yaitu 50.67 %.
Untuk mendapatkan penyimpanan yang baik maka diperlukan gudang dengan
fusilitas pengatur suhu dan RH yang baik. Gudang dengan ventilasi yang baik juga
diperlukan.

Semua itu diperlukan untuk menciptakan gudang dengan suhu yang

rendah dan RH yang kering. Dengan demikian benih dapat disimpan lebih lama.

Air Sebagai Gudang Simpan

Ruttner (1973) mengemukakan bahwa sifat anomali air merupakan suatu
fenomena yang penting, alami dan sangat mencolok. Karena sifat anomalinya itu air
hanya membeku pada permukaan saja (air mempunyai densitas yang lebih rendah pada
suhu 0 °c daripada pada suhu 4°C), dan temperatur pada bagian yang lebih dalam
berada sedikit di bawah 4°C. Dengan alasan ini maka tanaman dan hewan yang hidup
di bawah air mengalami fluktuasi suhu yang lebih rendah daripada yang hidup di darat.
Iklim di dalam air lebih stabil daripada di daratan.

Variasi dalam temperatur

berlangsung hanya secara berangsur-angsur, dan suhu ekstrim antara siang dan malam
serta perubahan suhu karena perubahan musim sangat rendah.

12

Sifat-sifat fisik air tersebut, yaitu suhu dan flutuasinya yang rendah serta
kondisinya yang stabil menyebabkan air mungkin cocok untuk dirnanfaatkan sebagai
gudang penyimpanan. Seperti diketahui gudang penyirnpanan yang baik adalah yang
memiliki pengatur suhu dan RH yang selalu rendah, dan juga bebas dari hama.
Kondisi seperti ini diharapkan didapat di dalam air sehingga air dapat dirnanfaatkan
sebagai gudang penyimpanan.

IImu Kuantifikasi Metabolisme Benih

Menurut Sadjad (1991), llmu Kuantifikasi Metabolisme Benih adalah
mengekspresikan gejala metabolisme benih dalam garis-garis.

llmu Kuantifikasi

Metabolisme Benih merupakan bagian dari matematika benih yang diharapkan mampu
meningkatkan objektifitas penilaian suatu parameter viabilitas. Garis itu digambarkan
dalam kawasan sumbu yang dua dimensional.

Dmumnya dalam menggambarkan

kecenderungan pada suatu lot benih, sumbu Y yang vertikal digunakan untuk
mengekspresikan status viabilitas benih.

Sumbu X digunakan untuk menjabarkan

waktu sehingga keseluruhan rentangan sumbu X adalah suatu gambaran periode.
Karena penurunan viabilitas benih merupakan proses yang gradual, kronologis, maka
rentangan sumbu X dapat digunakan untuk menjabarkan penurunan viabilitas benih
yang gradual. Dntuk membedakan kemunduran benih oleh faktor alami yang lazirnnya
disebut dengan istilah deteriorasi maka penurunan viabilitas benih yang diakibatkan
oleh perJakuan non alami, seperti yang dilakukan melalui proses pengusangan cepat,
disebut dengan istilah devigorasi.

13

Saenong (1986) dalam desertasinya menggunakan MPC IPB 77-1 yang
direkayasa untuk proses devigorasi benih. Penderaan benih dengan etanol yaitu pada
dosis T2 yaitu (15+45)+(15+45) menit untuk benih jagung, (15+15)+(15+15) menit
untuk benih kedelai.

Perlakuan etanol dilakukan untuk mendapatkan persentase

. kecambah normal setelah didera dengan etanol sebagai salah satu tolok ukur vigor
benih (vigor daya simpan benih setelah didera alkohol atau VDS'lk).

Saenong juga

menguji viabilitas sebagian benihnya tanpa penderaan etanol lang sung menghitung
daya berkecambalmya.
Memasukkan dimensi waktu daJam penilaian viabilitas benih menjadikan
masalah viabilitas benih lebih menarik. Indikasi viabilitas tidak saja sebatas viabilitas
relatif atau komparatif; tetapi lalu sampai pada masalah viabilitas absolut. Dari sini
viabilitas bukan saja diindikasikan sebagai status viabilitas yang berupa titik, tetapi
menjadi bentuk garis dan bidang. Dalam satu Momen Periode Viabilitas (MPV) akan
diindikasikan viabilitas sebagai viabilitas relatif pada garis vertikal suatu dimensi
viabilitas.

Sedangkan untuk viabilitas absolut diperlukan indikasi dua dimensional.

Implikasinya diperlukan rekayasa baik dalam peralatannya (misalnya MPC IPB 77-1
M), parametemya (misalnya Nilai Delta), maupun sistemnya (misalnya SMD). Sadjad

(1992') menganggap hal tersebut sebagai suatu dialetika dalam ilmu benih.
Sistem Multiplikasi Devigorasi adalah suatu sistem pengujian viabilitas benih
yang dapat menghasilkan indikasi viabilitas benih dalam dimensi waktu yang
dibuktikan dengan deteksi peka untuk vigor konservasi (V KS) sehingga dapat
digunakan untuk mengembangkan Ilmu Kuantifikasi Viabilitas Benih (Sadjad, 1992).

14

Sistem pengujian ini menggunakan MPC IPB 77-1 M. Berbeda dengan MPC IPB 77-1
yang direkayasa untuk proses devigorasi benih yang selaras dengan deteriorasi benih
secara alami dalam periode ruang simpan (benih stasioner, induksi etanol dalam ruang
kedap yang jenuh dengan uap etanol, subu 29-30 0c), MPC IPB 77-1 M mungkin lebih
selaras dengan kondisi benih yang mengalami deteriorasi tidak pada posisi stasioner,
suhu dan kelembaban nisbi lingkungan yang relatif lebih sub-optimum dengan
RH > 90% dan suhu 35-40oC, serta deraan anaerobik yang lebih besar.

Proses

devigorasi dengan MPC IPB 77-1 M mungkin lebih selaras dengan deraan yang
ditimbulkan oleh kondisi dalam periode konservasi viabilitas benih. Namun MPC IPB
77-1 M mungkin juga dapat digunakan untuk menduga Vos.
Parameter yang dipakai adalah Vos yaitu kemampuan benih untuk disimpan
lama dalam kondisi tidak optimum (Sadjad, 1993·). Vos pada hakekatnya adalah vigor
benih dalam kurun waktu tertentu yang berarti viabilitas benih dalam dimensi waktu
(Sadjad, 1992). Berdasarkan penelitian Saenong (1986), vigor awal (V.) dan Vigor
Benih Oleh Deraan Etanol (VOS'lk) merupakan unsur penentu parameter vigor benih
dalam penyimpanan (Vos). Vos = fl:V., Vosalk) atau Va ditunjukkan dengan KeT. VOS·

1k

adalah nilai persentase kecambah normal benih setelah mendapat deraan etanol.
VoS·1k = KN/total benih x.100 %.
Intersep garis Nilai D TZ (Nilai Delta hasil uji TZ) pada deraan 0 menit
merupakan Va dan viabilitas benih pada setiap tingkat deraan etanol merupakan Valk
(Sadjad, 1992). Nilai Delta = MPltotal x 100 % x AlMC; dengan MP adalah merah
pucat yang mengindikasikan kecambah normal kurang kuat, A adalah kecambah

15

abnormal atau mati, dan Me adalah merah cerro1- yang mengL.ldikasikan
ォ・cヲオtA「セ@

normal kuat (Sadjad, 1993). Garis-garis nilai Delta basil uji SMD memakai MPC IPB
77-1 M lebih peka dapat mendeieksi pengaruh goncangan daripada hanya menganalisa
V, saja. Nilai viabilitas itu merupakan V KS . V KS dinilai sebagai fungsi dari kebalikan
nilai D TZ intersep pada tingkat 0 deraan (DTz"I) dan panjangnya kurun deraan
melejitnya garis nilai D TZ dari ZP (ZPo); atau V KS = f(DTz"1 . ZPo) (Sadjad, 1992).
Analisis ini menunjukkan bahwa uji SMD analog dengan pemikiran bahwa Va
dan VOS'lk menentukan VOS.

DTz"1 menjabarkan Va. Jika Va meningkat maka

D TZ intersep menUTun ZP o menjabarkan VoS
VOS = f(V KS . KcT). KcT menunjukkan Va.

alk

sehingga VOS = f(V KS . Va) atau

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lahan pertanian dan kolam ikan di Desa Gadog,
Ciawi, Bogor, serta di Laboratorium Teknologi Benih Faperta-IPB (termasuk gudang
penyimpanan benih yang selanjutnya disebut gudang G 1), Leuwikopo.
Pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Mei 1994 dan selesai Februari 1995.

Bahan dan Alat

Benih yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai (Glycine max

1. Merr) varietas Wilis. Bahan lain adalah kertas merang untuk pengujian, lem
aquarium untuk menyegel tabung penelitian, dan cat kolam warna putih untuk
mengecat tabung penelitian. Bahan kimia yang digunakan ialah etanol 95%, 2,3,5
trifenil tetrazolium klorida (TTZ), air destilata, gas CO2 90% dan gas N2 90%.
Alat yang digunakan berupa timbangan, oven, botol Coca Cola 1 000 ml, alat
pemberat, termometer, MPC IPB 77-1 M, MPC IPB 77-1, alat pengecambah benih
IPB 72-1, wadah plastik, dan wadah bekas roll film warna hitam.

Pelaksanaan Percobaan

Percobaan dilaksanakan dengan melalui dua tahapan, yaitu

(1) penyiapan

benih, dan (2) penyimpanan benih.

Penyiapan benih. Untuk penelitian ini diperlukan benih kedelai (Glycine max

17

cara menanam sendiri benih varietas kedelai yang sesuai yang diperoleh dari Balai
Penelitian Tanarnan Pangan, Bogor, di atas laban seluas 800 m2 • Sesudab tanarnan
berumur 90 hari, polong kedelai dipanen dan diolab (pemisaban polong dari benih,
pemilahan, dan pengeringan benih kedelai sampai mencapai kadar air 7%). Maka
benih-benih kedelai tersebut siap dipakai sebagai benih untuk percobaan.

Penyimpanan benih. Benih kedelai sebanyak kurang lebih 800 gram
dirnasukkan ke dalain botol Coca Cola yang terbuat dari kaca dan berukuran 1 000 ml
yang dicat putih (untuk lebih mencegab sinar matabari rnasuk ke dalam botol) sampai
sebatas leher botol. Seluruhnya disiapkan 36 botol. Sebanyak 24 botol dibawa ke PT
Aneka Gas, Jakarta, untuk diisi dengan gas CO2 (12 botol), atau

N2

(12 botol),

keduanya dengan tingkat kemurnian 90%. Sebelum gas-gas tersebut diisikan ke dalam
botol, udara yang ada di dalam botol terlebih dabulu dikeluarkan dengan bantuan
pompa vakum. Gas CO2 atau N2 dimasukkan ke dalam botol-botol yang sesuai dalam
jumlab yang diusabakan seseragam mungkin dengan bantuan selang gas dan alat
pengukur tekanan. Segera setelab gas dimasukkan, botol-botol disumbat dengan
sumbat gabus yang sebelumnya telab dilumuri dengan lem Aqua Seal. Sumbat-sumbat
tersebut selanjutnya didorong rnasuk sampai sebatas mulut botol, lalu tutup botol yang
asli Guga diberi lem Aqua Seal) diletakkan di tempatnya dan disegel. Sebanyak 12
botol benih tidak diberi perlakuan (udara yang ada tidak dibuang dan juga tidak diberi
penambaban gas), tetapi disegel dengan cara yang sama seperti semua botol yang lain
dan digunakan sebagai pembanding.

18

Botol-botol tersebut di atas selanjutnya disirnpan di gudang G1 dan di dalam
k;olam ikan (25m x 10m x 0.9m), masing-masing sebanyak enam botol yang berisi gas
CO2 , enam botol berisi gas N2 , dan enam botol tanpa periakuan (berisi udara biasa).
Dari jumiah tersebut, separuh disirnpan selama tiga bulan dan separuhnya lagi disirnpan
selama enam bulan.

Rancangan Percobaan
Penelitian ini dirancang dengan rancangan Petak Terbagi Dua KaIi yang
disusun secara faktorial dan terdiri atas tiga faktor. Faktor pertama

yaitu lama

penyirnpanan (dua tarat) sebagai petak utama, faktor kedua yaitu komposisi gas di
dalam botol kemasan (tiga tarat) sebagai anak petak, dan faktor ketiga yaitu tempat
penyirnpanan (dua tarat) sebagai anak anak petak. Rancangan yang digunakan adalah
faktorial 2 x 3 x 2 dengan rancangan Petak Terbagi Dua Kali atas dasar Acak
Lengkap. Perlakuan tiga fuktor tersebut adalah :
Faktor 1 (petak utama). Lama Penyirnpanan (A)
Al : 3 bulan
A2: 6 bulan
Faktor 2 (anak petak). Komposisi Gas di dalam Botol Kemasan (B)
B 1 : komposisi gas yang terdapat di udara
B2: CO2 90%
B3: N2 90%

19

Faktor 3 (anak anak petak). Tempat Penyimpanan (C)
C1 : gudang
C2 : dalam kolam berair
Tiap kombinasi perlakuan mempunyai 3 ulangan, sebingga ada 12 kombinasi
dengan 36 satuan percobaan.
Model linear aditif dari rancangan tersebut adalab :
Yijkl = I' + Aj +]11 + Bj + ABij + bijl + Ck + AC;k + BCjk + ABCijk + Bijkl

Keterangan :
Yijkl

=

nilai peubab yang diamati

J.l

=

nilai rataan umum

Ai

=

pengaruh lama penyimpanan pada tarafke-i

Bj

=

pengaruh komposisi gas di dala botol kemasan pada tarafke-j

Ck

=

pengaruh tempat penyimpanan pada tarafke-k

ABij

=

pengaruh interaksi tingkat lama penyimpanan pada tarafke-i dan
komposisi gas di dalam botol kemasan pada tarafke-j

BCjk

=

pengaruh interaksi komposisi gas di dalam botol kemasan pada taraf
ke-j dan pengaruh tempat penyimpanan pada tarafke-k

ABCijk =

pengaruh interaksi tingkat lama penyimpanan pada tarafke-i,
komposisi gas di dalam botol kemasan pada tarafke-j, dan pengaruh
tempat penyimpanan pada tarafke-k

20

Y;I

=

galat petak utama

O;jl

=

galat anak petak

8;jkl

=

galat anitk anak petak

. Analisis Benih
Pada akhir masa penyimpanan, botol-botol percobaan dibuka dan benihnya
dianalisis untuk mengetahui :.(1) nilai viabilitas potensial (Vp) benih, (2) nilai vigor
daya simpan benih setelah mengalami deraan alkohol

(VDS'lk),

(3) nilai vigor daya

simpan (V DS) benih hasil anaIisis Sistem Multiplikasi Devigorasi (SMD).

Viabilitas Potensial (Vp). Nilai V p didapat dengan dua cara, yaitu (1) dengan
menghitung daya berkecambah (DB), dan (2) dengan menghitung jumlah benih yang
normal setelah direndam dengan larutan Tetrazolium (uji TZ).

(1). Sebanyak 25 butir benih kedelai dengan tiga ulangan dari masing-masing
botol percobaan ditanam pada substrat kertas merang lembab dan diuji daya
berkecambahnya dengan metode Uji Kertas Digulung didirikan di dalam plastik

(UKDdp), kemudian dikecambahkan dengan alat pengecambah benih IPB 72-1.
Pengamatan dilakukan setelah tiga dan lima hari. Nilai daya berkecambah dihitung
dengan cara berikut ;
jumlah kecambah normal
DB = -------------------------------- x 100%
jumlah total benih
(2). Sebanyak 12 butir benih kedelai dengan tiga ulangan dilembabkan selama
11 jam sehingga terjadi imbibisi. Kemudian benih-benih tersebut direndam selarna dua

21

Ja.m di dalarn Iaruta..f1 Tetrazoliu.rn (TZ) 0.25% pada suhu kamar. Pada a.lc..hjy

perendaman, perubahan warna benih diamati. Kemungkman yang bisa terjadi ialah :
.(1) benih berwarna merahjambu cerah (MC) merata yang menunjukkan benih tersebut
normal dan kuat, (2) benih berwarna merah jambu pucat (MP) merata yang
menunjukkan benih tersebut normal tetapi kurang kuat, dan (3) benih berwarna putih
atau pucat atau merah ungu tua sampai kehitaman (A) pada sebagian atau seluruh
kotiledon yang menunjukkan benih tersebut abnormal atau mati. Penghitungan jumlah
kecambah normal hasil uji TZ ini dilakukan dengan cara berikut :
MC+MP
Benih normal =

-------------------

x 100%

MC+MP+A

Vigor Daya Simpan benih sesudah mengalami deraan alkohol

(VDS

a1k
).

Sebanyak 75 butir benih kedelai dari rnasing-masing botol percobaan dilembabkan di
dalam kertas merang lembab selama enam jam sebelum didera dengan etanol 95%
dengan menggunakan alat IPB 77-1 dengan waktu penderaan (15+ 15)+(15+ 15) menit.
Kemudian benih diuji daya berkecambahnya dengan metode UKD dp sebanyak tiga
ulangan.

Analisis Sistem Multiplikasi Devigorasi (SMD) benih.

Sebanyak 468 butir

benih kedelai dari masing-masing botol percobaan dilembabkan dahulu selama 11 jam
(untuk terjadinya imbibisi) sebelum didera dengan MPC IPB 77-1 M. Benih-benih
tersebut terbagi di dalam 13 tabung masing-masing berisi 12 butir, yang satu tabung
berfungsi sebagai kontrol (tidak didera), sedangkan 12 lainnya didera. Proses
penderaan tersebut meliputi pemanasan (35°C) pada 13 tingkat deraan dengan interval

22

dua menit. Untuk setiap tingkat penderaan dihembuskan etanol dengan menggunakan
aerator pada menit pertama, dan dihembuskan etanol yang disertai tiupan angin dengan
blower pada menit kedua. Maka penderaan yang diberikan secara keseluruhan dapat
dikemukakan sebagai berikut : 0(1+1), 1(1+1), 2(1+1), 3(1+1), 4(1+1), 5(1+1),
6(1+ 1),7(1+1), 8(1+ 1), 9(1 +1), 10(1+1), 11(1+ 1), dan 12(1 + 1) menit, angka di depan
kurung menyatakan jumlah deraan, sedangkan angka di dalam kurung menyatakan
kedua macam deraan yang diberikan masing-masing selarna satu menit. Percobaan ini
dilakukan dengan tiga ulangan. Analisis ini harus dilakukan tanpa penundaan; jika
tidak selesai, benih harns disimpan dalam lemari es dengan asumsi tidak mengalami
kemunduran atau kalaupun mengalarni kemunduran sedikit sekali.
Benih yang sudah selesai didera direndam selarna dua jam di dalam larutan
tetrazolium (TZ) 0.25% pada suhu kamar. Pada akhir perendaman, perubahan warna
benih diamati. Kemungkinan yang bisa terjadi ialah : (1) benih berwarna merah jambu
cerah (MC) merata yang menunjukkan benih tersebut normal dan kuat, (2) benih
berwarna merah jambu pucat (MP) merata yang menunjukkan benih tersebut normal
tetapi kurang kuat, dan (3) benih berwarna putih atau pucat atau merah ungu tua
sampai kehitaman (A) pada sebagian atau seluruh kotiledon yang menunjukkan benih
tersebut abnormal atau mati. Pengamatan benih harns dilakukan secepat mungkin. Jika
terpaksa ditunda, maka benih-benih tersebut hams disimpan di dalam lemari es.
Dari data pengarnatan tersebut di atas dapat dihitung Nilai Delta hasil uji TZ
(DTZ) yang menyatakan selisih antara viabilitas potensial (yang dapat ditentukan dari

23

data 0 deraan dengan tolok ukur hasil

UJI

TZ) dengan vigor benili dengan

menggunakan TUmus :
DTZ = MP/total benili x 100% x AlMC
Kemudian berdasarkan nilai DTZ dari setiap taraf penderaan tersebut dapat
ditentukan persamaan regresi polinomial tingkat tinggi untuk masing-masing satuan
pereobaan (perlakuan penyimpanan) dan digambar grafik nilai deltanya. Setiap grafik
memuat tiga garis persamaan dari tiga ulangan pereo baan, sehingga didapat 12 grafik
Nilai Delta. Dari grafik tersebut dapat ditentukan nilai ZP o yaitu panjangnya kurun
deraan pada saat garis nilai D TZ pertama kali keluar dari Zone Penilaian (ZP). Dari
persamaan regresi ini dapat ditentukan pula nilai D TZ pada saat 0 menit (x = 0) untuk
kemudian dieari nilai intersepnya dengan mengasumsikan nilai D TZ yang kurang dari
satu adalah sarna dengan satu.
Berdasarkan nilai-nilai di atas maka dapat ditentukan nilai Vigor Konservasi
(V KS) dengan menggunakan rumus :
V KS =

DTz'1 X

ZPo

Keeepatan Tumbuh (KcT) benili dihitung untuk menduga Vigor awal sebelum
simpan (Va'). Penghitungan dilakukan sebelum penyimpanan. Benili dari setiap satuan
pereobaan diarnbil sebanyak 75 butir, kemudian dikeearnbahkan pada medium kertas
merang dengan metode UKD dp , pengarnatan dilakukan setiap hari selarna lima hari
terhadap jumlah keearnbah normal dengan tolok ukur % per etmal.

24

Berdasarkan nilai V KS dan

KcT yang didapat maka dapat ditentukan pula nilai

Vigor Daya Simpan (Vos) dengan menggunakan rumus :
VOS =V KS x Va'

BASIL DAN PEMBAHASAN

Viabilitas .Potensial Benih
Di antara ketiga kelompok faktor yang dapat mempengaruhi viabilitas benih,
yaitu faktor innate, induced, enforced, dalam percobaan ini hanya diteliti pengaruh
faktor yang disebutkan terakhir, yaitu faktor-faktor lingkungan simpan benih. Seperti
diketahui, semakin lama benih disimpan, viabilitas benih cenderung menurun. Maka
di dalam penelitian ini telah dicoba untuk memanipulasi faktor-faktor lingkungan
simpan benih untuk mendapatkan Periode Simpan (PS), sebagaimana digambarkan
dalam Konsepsi Steinbauer-Sadjad (Sadjad, 1993), yang selarna mungkin dengan
viabilitas benih teIjaga pada nilai yang tinggi.
Viabilitas potensial (Vp) benih adalah viabilitas benih pada kondisi optimum
yang secara potensial mampu menghasilkan tanaman normal yang berproduksi
normal. Tolok ukur Vp ialah nilai Daya Berkecambah (DB) benih dan persentase
benih normal berdasarkan hasil uji Tetrazolium (TZ).
Hasil uji TZ diamati berdasarkan deteksi normal viabilitas benih atas dasar
jaringan struktur penting yang berkaitan dengan struktur tumbuh. Sedangkan DB
diamati berdasarkan struktur tumbuh benih yang sudah nyata tumbuh.
Rekapitulasi uji-F dari sidik ragam (Tabel Lampiran 1 dan 2) menunjukkan
bahwa perlakuan-perlakuan yang dicobakan tidak berpengaruh nyata terhadap tolok
ukur DB benih, sedangkan perlakuan komposisi gas di dalarn botol kemasan benih
berpengaruh nyata terhadap tolok ukur hasil uji TZ (Tabell).

25

Tabel i. Rekapitulasi Uji-F Pengaruh Perlakuan Penyimpanan terhadap Viabiiitas
Potensial Benih
Sumber keragaman

Tolok ukur
DB

Uji Tz

Waktu(A)

tn

tn

Komposisi gas (B)

tn

*

AxB

tn

tn

Tempat penyimpanan benih (C)

tn

tn

AxC

tn

tn

BxC

tn

tn

AxBxC

tn

tn

tn = tJdak nyata

*=

nyata pada tarafO.05

Dari hasil pengamatan penelitian ini, DB benih yang diperoleh pada berbagai
interaksi perlakuan penyimpanan benih seperti yang diuraikan pada Bab Bahan dan
Metode dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel Larnpiran 3. Tampak bahwa nilai DB
tersebut berkisar antara 95.11 % sampai 99.56%.

Sedangkan hasil uji TZ dapat

dilihat pada Tabel 3 dan Tabel Lampiran 4. Nilai hasil uji TZ berkisar antara 93.52%
sampai 98.15%.
Semakin lama benih disimpan, Vp diperkirakan cenderung menurun. Namun,
berdasarkan hasil pengamatan terhadap tolok ukur DB dan hasil uji TZ yang didapat
menunjukkan bahwa penyimpanan benih sampai dengan enam bulan memberikan
nilai Vp yang sarna baiknya dengan penyimpanan selama tiga bulan.
Dalam hal komposisi gas dalam botol kemasan benih, diketahui bahwa Kadar
oksigen yang terkandung di dalamnya mempengaruhi laju respirasi sehingga dapat

26

memperpendek umur benih (Justice dan Bass, 1990; Roberts, 1972). Copeland (1976)
menyatakan bahwa respirasi pada dasarnya merupakan proses oksidatifperombakan

Tabel2. Daya Berkecambah Benih setelah Periakuan Penyimpanan
Kombinasi Perlakuan a

Jumlah Kecambah Nonnal

AlBICI

24.40

97.78 a

AlBIC2

24.40

97.78 a

AIB2Cl

24.67

98.67 a

AIB2C2

24.78

99.11 a

A1B3Cl

24.89

99.56 a

A1B3C2

99.11 a

A2BICI

24.78
24.67

A2BIC2

23.78

95.11 a

A2B2Cl

24.56

98.22 a

A2B2C2

24.67

98.67 a

A2B3Cl
A2B3C2

24.33
24.44

96.00 a
97.78 a

b

DB (%)'

98.67 a

A = masa penylmpanan bemh (A